iv | Pedoman Penandaan anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga
KATA PENGANTAR
Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional memberikan mandat kepada Kementerian/Lembaga untuk melaksanakan pengarusutamaan gender (PUG). Pengarusutamaan gender merupakan strategi untuk mengintegrasikan perspektif gender dalam pembangunan yang dimulai dari proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi seluruh kebijakan, program dan kegiatan pembangunan. PUG ditujukan untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam pembangunan, yaitu pembangunan yang lebih adil dan merata bagi seluruh penduduk Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan. Kesetaraan gender dapat dicapai dengan mengurangi kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam mengakses dan mengontrol sumber daya, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan proses pembangunan, serta mendapatkan manfaat dari kebijakan dan program pembangunan.
Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 9 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga dan Peraturan Menteri Keuangan No. 142/PMK. 02/ 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 94/PMK.02/2017 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, memberikan mandat kepada Kementerian/Lembaga untuk melakukan penandaan output ke dalam beberapa tematik APBN, termasuk tema: Anggaran Responsif Gender (ARG). Penandaan tematik ARG dilakukan untuk mengidentifikasi kegiatan/output/suboutput dan anggaran di Kementerian/Lembaga yang terkait dengan upaya peningkatan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Hal ini dilakukan untuk memastikan strategi PUG telah diinternalisasi di dalam proses perencanaan dan pengganggaran di seluruh Kementerian/Lembaga.
Selanjutnya, hasil identifikasi tersebut akan menjadi dasar bagi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), dan Kementerian/Lembaga terkait lainnya dalam melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan dan anggaran untuk memastikan kinerja pembangunan dan anggaran yang mendukung kebijakan peningkatan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
Pedoman Penandaan Anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga ini disusun sebagai panduan bagi Kementerian/Lembaga dalam melakukan penandaan, pemantauan, dan evaluasi anggaran responsif gender pada tingkat keluaran (output/sub-output) di dalam Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L). Renja K/L tersebut kemudian menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKA-K/L). Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dan berpartisipasi aktif sehingga pedoman ini dapat diterbitkan. Pedoman ini akan terus disempurnakan sesuai masukan dan hasil pembelajaran dari penerapannya.
Jakarta, Mei 2019
Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan, Bappenas
iv | Pedoman Penandaan Anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ...vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR SINGKATAN ... viii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 3
1.1 Latar Belakang ... 3
1.2 Definisi ... 5
1.3 Tujuan ... 5
1.4 Ruang Lingkup ... 5
1.5 Kebijakan dan Landasan Hukum ... 6
BAB 2 PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER ... 9
2.1 Konsep ... 9
2.2 Instrumen Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender ... 10
2.1.1 Gender Analysis Pathway ... 10
2.1.2 Gender Budget Statement ... 12
BAB 3 PENANDAAN ANGGARAN RESPONSIF GENDER ... 17
3.1 Penandaan Anggaran Tematik APBN ... 17
3.1.1 Output Kegiatan sebagai Basis Penandaan Anggaran ... 17
3.2 Proses Penandaan ARG ... 18
BAB 4 PENGENDALIAN DAN EVALUASI ... 29
BAB 5 PENUTUP ... 33
LAMPIRAN ... 35
Lampiran 1. Prosedur Penandaan Anggaran pada Sistem Aplikasi KRISNA Renja K/L .... 36
Lampiran 2. Contoh Penandaan Anggaran Responsif Gender Tahun 2019 ... 44
vi | Pedoman Penandaan Anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tahapan Penyusunan Gender Analysis Pathway ... 12 Tabel 2.2 Langkah-langkah Penyusunan Gender Budget Statement... 13 Tabel 3.1 Waktu dan Proses yang Dilakukan terkait Penandaan ARG di dalam Perencanaan dan
Penganggaran Tahunan ... 20 Tabel 4.1 Pembagian Tanggung Jawab dalam Pengendalian dan Evaluasi ... 29
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Analisis Gender dengan Gender Analysis Pathway ... 11
Gambar 3.1 Penandaan Tematik dalam Aplikasi KRISNA ... 17
Gambar 3.2 Struktur Data dalam Sistem Aplikasi KRISNA ... 18
Gambar 3.3 Waktu Pelaksanaan Penandaan/Tagging ... 19
viii | Pedoman Penandaan Anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga
DAFTAR SINGKATAN
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ARG Anggaran Responsif Gender
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional DIPA Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
DJA Direktorat Jenderal Anggaran GAP Gender Analysis Pathway GBS Gender Budget Statement IDG Indeks Pemberdayaan Gender IPG Indeks Pembangunan Gender KAK Kerangka Acuan Kerja
KPPPA Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak KRISNA Kolaborasi Perencanaan dan Informasi Kinerja Anggaran
PMK Peraturan Menteri Keuangan
PPRG Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender PUG Pengarusutamaan Gender
Renja K/L Rencana Kerja Kementerian/Lembaga Renstra K/L Rencana Strategis Kementerian/Lembaga
RKA K/L Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJPN Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Stranas Strategi Nasional
2 | Pedoman Penandaan Anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya pemerintah untuk mewujudkan pembangunan yang berkeadilan dan inklusif dilakukan antara lain melalui kebijakan pengarusutamaan gender (PUG). PUG merupakan strategi mengintegrasikan perspektif gender dalam pembangunan, mulai dari proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan.
PUG ditujukan untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam pembangunan, yaitu pembangunan yang lebih adil dan merata bagi setiap insan baik laki-laki maupun perempuan. Kesetaraan gender dapat dicapai dengan mengurangi kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam mengakses dan mengontrol sumber daya, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan proses pembangunan, serta mendapatkan manfaat dari kebijakan dan program pembangunan.
Mandat untuk melaksanakan PUG oleh semua kementerian/lembaga (K/L) dan pemerintah daerah telah dimulai sejak dikeluarkannya Instruksi Presiden (Inpres) Republik Indonesia No.
9/2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Mandat tersebut diperkuat melalui Undang-Undang (UU) No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025, yang dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009, RPJMN 2010-2014 dan RPJMN 2015-2019. Dalam rangka percepatan pelaksanaan PUG, pada tahun 2012 diluncurkan Strategi Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender melalui Perencanaan, Penganggaran yang Responsif Gender (Stranas PPRG) melalui Surat Edaran Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Mandat ini diperkuat dengan komitmen pemerintah untuk melaksanakan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, yaitu mencapai kesetaraan gender (Tujuan 5).
Urgensi PUG sebagai sebuah strategi pembangunan dilihat dari teridentifikasinya isu strategis gender di berbagai bidang pembangunan. Isu strategis gender tersebut menunjukkan adanya ketidakadilan dan kesenjangan gender di berbagai bidang pembangunan yang mencakup berbagai bentuk mulai dari pelabelan, marjinalisasi, subordinasi, beban ganda dan diskriminasi berbasis gender. Hal ini tergambar dari capaian Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) yang merupakan dua indeks penting untuk melihat capaian pembangunan kesetaraan gende1. Pencapaian IPG dan IDG Indonesia menunjukkan perkembangan dari tahun ke tahun. IPG meningkat dari 90,96 di tahun 2017 menjadi 90,99 di tahun 2018 yang berarti kesenjangan pembangunan antara perempuan dan laki-laki semakin mengecil di beberapa bidang pembangunan. IDG juga meningkat dari 71,39 di tahun 2016 menjadi 71,74 di tahun 2017.
Meskipun meningkat, kesenjangan gender di berbagai bidang pembangunan masih terjadi.
1Komponen di dalam penghitungan IPG meiputi: (1) umur harapan hidup, (2) harapan lama sekolah dan Rata-rata lama sekolah, serta (3) pengeluaran per kapita. Sementara komponen di dalam penghitungan IDG mencakup: (1) keterlibatan perempuan di parlemen, (2) perempuan sebagai tenaga manajer, profesional, administrasi, teknisi, dan (3) sumbangan
4 | Pedoman Penandaan Anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga
1. Di bidang pendidikan rata-rata lama sekolah anak perempuan lebih rendah dibandingkan anak laki-laki, yaitu 7,65 tahun dan 8,56 tahun (Susenas, 2017). Perempuan yang tidak memiliki ijazah lebih banyak dibandingkan laki-laki, yaitu 25,62 persen dan 24,04 persen.
Anak perempuan yang putus sekolah rentan mengalami perkawinan anak yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak anak.
2. Di bidang kesehatan, Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi, yaitu 305/100.000 kelahiran hidup (SUPAS 2015). Saat ini, penularan HIV/AIDS pada ibu rumah tangga (IRT) meningkat.
Jumlah penderita AIDS tertinggi adalah IRT, mencapai 16.405 orang (Kementerian Kesehatan, 2018).
3. Di bidang ketenagakerjaan, tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan masih rendah. TPAK laki-laki sebesar 82,69 persen sementara TPAK perempuan hanya sebesar 51,88 persen (Sakernas, Agustus 2018). Rata-rata upah buruh perempuan per bulan sebesar 2,4 juta rupiah, lebih rendah dibandingkan dengan upah laki-laki sebesar 3,06 juta rupiah (Sakernas, 2018). Sektor kerja formal juga didominasi oleh tenaga kerja laki-laki yaitu mencapai 45,66 persen, sementara perempuan 38,63 persen.
4. Dalam hal perlindungan, kekerasan terhadap perempuan masih tinggi. Hasil Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) tahun 2016 menunjukkan 1 dari 3 perempuan usia 15-64 tahun pernah mengalami kekerasan fisik selama hidupnya. Kasus perdagangan perempuan masih tinggi dan kekerasan terhadap perempuan berbasis budaya masih terus berlangsung. Selain itu, kekerasan terhadap anak perempuan meningkat. Kasus kekerasan yang terjadi masih dilatarbelakangi oleh budaya, diantaranya perkawinan anak.
Sebanyak 22,91 persen perempuan usia 20-24 tahun melakukan perkawinan pertama sebelum usia 18 tahun (BPS, 2017).
5. Keterwakilan perempuan di bidang politik masih rendah. Di lembaga legislatif, Persentase keterwakilan perempuan di DPR hanya 17,32 persen (tahun 2014), sementara keterwakilan perempuan di DPD menurun dari 28 persen (tahun 2009) menjadi 25,75 persen (tahun 2014).
Di lembaga eksekutif, proporsi perempuan yang menduduki jabatan struktural Eselon I-V hanya 31,96 persen dibandingkan laki-laki 68,03 persen (BKN, 2017).
6. Di bidang hukum, terdapat 421 kebijakan dan regulasi diskriminatif dikeluarkan oleh pemerintah daerah antara tahun 2009-2016. Selain itu, pengetahuan aparat penegak hukum dan para calon aparat hukum terkait isu gender dan pentingnya kesetaraan gender masih kurang. Hukum perdata terkait isu gender saat ini juga masih minim perhatian.
7. Di bidang infrastruktur, hunian dan sanitasi yang tidak layak menghambat perempuan dalam melakukan aktivitas. Rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap sanitasi layak dan air minum layak masing-masing masih 32,11 persen dan 27,96 persen (Susenas, 2017).
Kelangkaan air bersih menyebabkan perempuan sulit mengelola rumah tangga dan melakukan kegiatan produktif dan ekonomis. Hunian sempit dan infrastruktur sanitasi yang berlokasi jauh dan gelap menyebabkan perempuan rentan mengalami kekerasan dan pelecehan seksual.
8. Dalam hal akses terhadap sumber daya alam, partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan masih rendah. Pembukaan lahan tanpa melibatkan perempuan adat menyebabkan terampasnya hak perempuan adat dalam mengelola sumber daya alam.
Untuk menjawab berbagai persoalan tersebut, Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG) memegang peranan strategis untuk memastikan manfaat pembangunan yang lebih adil dan merata bagi seluruh warga negara. PPRG disusun dengan mempertimbangkan keadilan dan kesetaraan bagi laki-laki dan perempuan dalam hal memperoleh akses, partisipasi, kontrol dan manfaat pembangunan. Melalui PPRG, diharapkan alokasi sumber daya pembangunan menjadi lebih efektif, efisien, adil, dan dapat dipertanggungjawabkan.
PPRG merupakan bentuk implementasi dari penganggaran berbasis kinerja yang menjadi filosofi dasar penganggaran di Indonesia. Pada tahapan perencanaan, PPRG mengintegrasikan persepektif gender, meliputi aspirasi, pengalaman, kebutuhan dan permasalahan yang berbeda antara perempuan dan laki-laki, termasuk mereka dengan kebutuhan khusus; ke dalam proses perencanaan. Hal ini mencakup perencanaan jangka Panjang (RPJP), perencanaan jangka menengah (RPJMN dan Renstra K/L) hingga ke perencanaan tahunan (Renja K/L). Sedangkan penganggaran responsif gender merupakan pendekatan untuk mengalokasikan anggaran bagi perencanaan yang disusun sebagai hasil dari analisis gender. Penganggaran responsif gender akan direfleksikan ke dalam dokumen anggaran seperti RKA dan DIPA K/L yang responsif gender.
1.2 Definisi
Penandaaan anggaran adalah proses memberikan tanda (tagging) pada output/sub-output kegiatan dalam dokumen perencanaan dan penganggaran sebagai bentuk komitmen kementerian/lembaga dalam mendukung Prioritas, Nawa Cita, Janji Presiden, dan Tematik APBN.
Dengan demikian, penandaan anggaran responsif gender adalah proses memberikan tanda (tagging) pada output/sub-output kegiatan dalam dokumen Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L) sebagai bentuk komitmen kementerian/ lembaga dalam mendukung pengarusutamaan gender dalam pembangunan.
1.3 Tujuan
Pedoman Penandaan Anggaran Responsif Gender ini bertujuan untuk memberikan panduan bagi Kementerian/Lembaga (K/L) dalam melakukan penandaan, pemantauan, dan evaluasi anggaran responsif gender pada tingkat keluaran kegiatan (output/sub-output) di dalam Rencana Kerja Kementerian/Lembaga. Renja K/L tersebut kemudian menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKA-K/L).
1.4 Ruang Lingkup
Buku pedoman ini mencakup:
a. Konsep dan instrument Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG) b. Proses identifikasi dan penandaan keluaran (output/sub-output) yang responsif gender
di dalam Rencana Kerja K/L.
c. Proses penelaahan output/sub-ouput yang responsif gender yang dilakukan oleh Kementerian PPN/Bappenas dan Kemenkeu sesuai dengan lingkup tanggung jawab, tugas pokok, dan fungsi masing-masing.
d. Proses pengendalian dan evaluasi anggaran responsif gender yang diselenggarakan oleh Kementerian PPN/Bappenas, Kemenkeu, KPPPA dan K/L terkait sesuai dengan lingkup tanggung jawab, tugas pokok, dan fungsi masing-masing.
6 | Pedoman Penandaan Anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga
Penandaan anggaran responsif gender yang tercakup di dalam buku pedoman ini hanya dilakukan pada belanja K/L dalam APBN, tidak termasuk Belanja Non-K/L, Dana
Transfer ke Daerah dan Dana Desa, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
1.5 Kebijakan dan Landasan Hukum
Kebijakan dan landasan hukum terkait penandaan anggaran responsif gender adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025
3. Peraturan Pemerintah Nomer 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional
4. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
5. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional
7. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 8. Peraturan Menteri Perencanaan Pembanguan Nasional/Kepala Bappenas Nomor 9
Tahun 2017 tentang Tata Cara Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 142/PMK. 02/ 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 94/PMK. 02/ 2017 Tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
10. Peraturan Menteri Perencanaan Pembanguan Nasional/ Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun 2018 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah
11. Petunjuk Pelaksanaan Nomor 1/Juklak/Sesmen/04/2018 tentang Perubahan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga
12. Petunjuk Pelaksanaan Nomor 2/Juklak/Sesmen/04/2018 tentang Penelaahan Rancangan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga
13. Petunjuk Pelaksanaan Nomor 4/Juklak/Sesmen/04/2018 tentang Penyusunan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga
8 | Pedoman Penandaan anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga
BAB 2
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER
2.1 Konsep
Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG) merupakan serangkaian cara dan pendekatan untuk mengintegrasikan perspektif gender di dalam proses perencanaan dan penganggaran, meliputi pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi dan penyelesaian permasalahan perempuan dan laki-laki (KPPPA, 2010: 4). Perencanaan responsif gender dilakukan untuk menjamin keadilan dan kesetaraan gender bagi laki-laki dan perempuan dalam aspek akses, partisipasi, kontrol dan manfaat pembangunan.
PPRG bukanlah suatu proses yang terpisah dari sistem perencanaan dan penganggaran yang ada, tetapi lebih merupakan pelengkap dalam menyusun dokumen perencanaan strategis dan dokumen rencana kerja dan anggaran. Hal penting dalam penyusunan dokumen perencanaan pembangunan adalah mewajibkan penggunaan analisis gender dalam menyusun kebijakan strategis dan kebijakan operasional (KPPPA, 2010:1). Dokumen kebijakan pembangunan meliputi RPJPN, RPJMN, Renstra K/L, RKP, Renja K/L yang dioperasionalkan melalui RKA K/L dan DIPA.
Dokumen kebijakan tersebut menjadi dasar/payung penyusunan program dan kegiatan yang responsif gender.
Penyusunan PPRG mempunyai tujuan untuk:
1. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman para pengambil keputusan tentang pentingnya isu gender dalam kebijakan pembangunan dan pentingnya upaya untuk mempercepat terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender sesuai dengan tugas dan fungsi K/L.
2. Memastikan bahwa alokasi anggaran pembangunan dan belanja negara/pengeluaran pembangunan akan menjamin adanya manfaat yang adil bagi kesejahteraan laki-laki dan perempuan.
3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran, serta membangun transparansi anggaran dan akuntabilitas pemerintah dalam mewujudkan kesetaraan.
4. Membantu mengurangi kesenjangan gender dan menghapuskan diskriminasi terhadap perempuan dan atau laki-laki dalam pembangunan.
5. Meningkatkan partisipasi masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, dalam penyusunan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.
6. Menjamin agar kebutuhan dan aspirasi laki-laki dan perempuan dari berbagai kelompok sosial (berbagai jenis kelamin, usia, ras, suku, dan lokasi) dapat diakomodasikan ke dalam belanja/pengeluaran (lihat KPPPA, 2010:9).
Perencanaan responsif gender akan menghasilkan Anggaran Responsif Gender (ARG), di mana kebijakan pengalokasian anggaran disusun untuk mengakomodasi kebutuhan yang berbeda bagi laki-laki dan perempuan. ARG dibagi dalam 3 kategori, yaitu:
10 | Pedoman Penandaan anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga
1. Anggaran khusus target gender, yaitu alokasi anggaran yang diperuntukkan guna memenuhi kebutuhan dasar khusus perempuan atau kebutuhan dasar khusus laki-laki berdasarkan hasil analisis gender. Contoh anggaran khusus target gender antara lain:
a. Anggaran untuk penyediaan fasilitas nursury room dan child care; dan
b. Anggaran untuk mendukung upaya meningkatkan usia kawin pertama perempuan.
2. Anggaran kesetaraan gender adalah alokasi anggaran untuk mengatasi masalah kesenjangan gender di berbagai bidang pembangunan. Dengan menggunakan analisis gender dapat diketahui adanya kesenjangan dalam hal akses, partisipasi, kontrol dan manfaat terhadap sumber daya pembangunan sehingga anggaran dialokasikan dengan mempertimbangkan aspek-aspek keadilan gender. Contoh anggaran kesetaraan gender antara lain:
a. Anggaran untuk beasiswa pendidikan bagi rumah tangga miskin;
b. Anggaran untuk pendidikan politik perempuan;
c. Anggaran untuk peningkatan produktivitas dan kualitas tenaga kerja;
d. Anggaran untuk peningkatan ketahanan pangan di daerah rawan pangan; dan e. Anggaran untuk penanganan pengungsi akibat dampak bencana.
3. Anggaran pelembagaan PUG adalah alokasi anggaran untuk penguatan pelembagaan PUG, baik dalam hal pendataan maupun peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Contoh anggaran pelembagaan kesetaraan gender antara lain:
a. Anggaran untuk penyusunan data terpilah (laki-laki dan perempuan);
b. Anggaran untuk koordinasi PUG dan PPRG;
c. Anggaran untuk pelatihan PUG dan PPRG; dan
d. Anggaran untuk penyusunan pedoman integrasi gender di sektor tertentu.
Dalam hal pelembagaan PUG di internal K/L, diperlukan pengalokasian anggaran khusus, misalnya untuk penyediaan data terpilah di sektor tertentu, penguatan kapasitas sumber daya manusia mengenai PUG dan PPRG, serta pelaksanaan koordinasi focal point gender.
2.2 Instrumen Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender
Instrumen di dalam melaksanakan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender meliputi GAP dan GBS. Secara teknis, GAP dan GBS merupakan 2 (dua) dokumen pendukung yang dilampirkan bersama-sama dengan kerangka acuan kerja (KAK) di dalam sistem Aplikasi KRISNA Renja K/L.
2.1.1 Gender Analysis Pathway
Gender Analysis Pathway/GAP adalah alat bantu analisis gender yang dapat digunakan oleh perencana kebijakan/program/kegiatan pembangunan dalam menyusun PPRG. GAP digunakan untuk (a) mengidentifikasi kesenjangan gender (gender gap) dan permasalahan gender (gender issues) dilihat dari akses, partisipasi, kontrol dan manfaat yang diperoleh laki-laki maupun perempuan; (b) mengetahui latar belakang terjadinya kesenjangan gender; (c) merumuskan permasalahan sebagai akibat adanya kesenjangan gender; dan (d) mengidentifikasi langkah- langkah/tindakan intervensi yang diperlukan untuk memperkecil atau menghapus kesenjangan gender tersebut. Kerangka analisis gender dengan GAP digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Analisis Gender dengan Gender Analysis Pathway
Penyusunan GAP dilakukan dengan 9 langkah yang terbagi ke dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu:
Tahap I: Analisis Kebijakan yang Responsif Gender
Tahap ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap kebijakan pembangunan serta menganalisis faktor-faktor penyebab kesenjangan gender dengan menggunakan data terpilah sebagai data pembuka wawasan. Pada tahap, 5 (lima) langkah yang dilakukan adalah:
1. Mengidentifikasi tujuan dari kebijakan/program/kegiatan
2. Menyajikan data terpilah menurut jenis kelamin sebagai data pembuka wawasan serta data dan informasi pendukung lainnya
3. Mengidentifikasi faktor kesenjangan gender
4. Mengidentifikasi penyebab kesenjangan gender di internal K/L 5. Mengidentifikasi penyebab kesenjangan gender di exkternal K/L Tahap II: Formulasi Kebijakan dan Rencana Aksi ke Depan
Tahap ini bertujuan untuk memformulasikan kebijakan yang responsif gender. Langkah yang dilakukan yaitu:
6. Merumuskan kembali kebijakan/program/kegiatan yang responsif gender 7. Menyusun rencana aksi
Tahap III: Pengukuran Hasil
Tahap ini bertujuan untuk menetapkan ukuran dan indikator kinerja. Langkah yang dilakukan adalah:
8. Menetapkan data dasar 9. Menetapkan indikator kinerja
12 | Pedoman Penandaan anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga
Kesembilan langkah tersebut diuraikan pada Tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Tahapan Penyusunan Gender Analysis Pathway
Tahap I
Analisis Kebijakan yang responsif gender
Tahap II
Formulasi Kebijakan dan rencana Aksi ke depan
Tahap III Pengukuran hasil Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7 Langkah 8 Langkah 9 Pilih
kebijakan/
program/
kegiatan yang akan dianalisis
Data pembuka wawasan
Isu Gender Kebijakan & Rencana ASksi Pengukuran hasil Faktor
kesenjangan gender
Sebab kesenjangan internal
Sebab kesenjangan eksternal
Reformulasi tujuan
Rencana aksi
Data dasar Indikator kinerja
Identifikasi dan tuliskan tujuan dari kebijakan/
program/
kegiatan
Sajikan data pembuka wawasan yang terpilah menurut jenis kelamin, kuantitatif dan kualitatif
Temu kenali isu gender di proses perencanaan dengan memperhatikan faktor-faktor kesenjangan:
akses, partisipasi, kontrol dan manfaat (Cantumkan hanya faktor kesenjangan yang relevan)
Temu kenali penyebab kesenjangan gender yang berasal dari internal Lembaga dan/
atau budaya organisasi
Temu kenali penyebab kesenjangan gender yang datang dari lingkungan eksternal Lembaga pada proses pelaksanaan program/
kegiatan
Reformulasikan tujuan kebijakan/
program/
kegiatan bila tujuan yang ada belum responsif gender/ belum efektif untuk menjawab isu gender yang diuraikan di langkah 2, 3,4 dan 5
Tetapkan rencana aksi/
kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang responsif gender/
menjawab isu gender di langkah 3,4 dan 5
Tetapkan data dasar yang diambil dari langkah 2 yang relevan untuk mengukur pencapaian tujuan di langkah 6
Tetapkan indikator kinerja (output maupun outcome) yang menjadi alat ukur pencapaian tujuan di langkah 6
Catatan: Langkah 1 dilakukan pada level program/kegiatan, sedangkah langkah 7 merupakan satu level di bawahnya. Untuk rencana aksi di langkah 7, tidak perlu dilakukan Analisis GAP lagi, cukup dengan check-list (daftar periksa)
2.1.2 Gender Budget Statement
Gender Budget Statement/GBS adalah Pernyataan Anggaran Gender, atau disebut juga dengan istilah Lembar Anggaran Responsif Gender (Lembar ARG). Dokumen ini merupakan dokumen akuntabilitas-spesifik gender yang disusun oleh K/L untuk menginformasikan bahwa suatu kegiatan telah responsif terhadap isu gender serta telah dialokasikan anggaran pada kegiatan tersebut dengan tujuan untuk menangani permasalahan gender tersebut.
GBS diartikan pula sebagai dokumen yang menyatakan tentang adanya kesetaraan gender dalam perencanaan dan penganggaran suatu kegiatan. Dalam hal ini GBS dapat disusun setelah dilakukan analisis gender.
GBS terdiri atas komponen sebagai berikut:
1. Program, Kegiatan, Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) dan output kegiatan sebagaimana tercantum di dalam Renja K/L;
2. Analisis situasi; berisi tentang uraian ringkas yang menggambarkan persoalan yang akan ditangani/dilaksanakan oleh kegiatan yang menghasilkan output, berupa data pembuka wawasan, faktor kesenjangan, dan penyebab kesenjangan gender baik internal maupun eksternal, serta menerangkan bahwa output/sub-output kegiatan yang akan dihasilkan mempunyai pengaruh kepada kelompok sasaran tertentu. Pada analisis situasi ini juga dijelaskan isu gender pada sub-output/komponen yang merupakan bagian/tahapan dalam
pencapaian output. Isu gender dapat dilihat dengan menggunakan 4 (empat) aspek yaitu:
akses, partisipasi, kontrol dan manfaat pada level sub-output/komponen;
3. Rencana aksi; terdiri atas sub-output/komponen input. Tidak semua sub- output/komponen input yang ada dicantumkan, tetapi dipilih hanya sub-output/komponen input yang secara langsung mengubah kondisi ke arah kesetaraan gender. Jika output tersebut mempunyai sub-output, bagian ini menerangkan tentang sub-output yang terdapat isu gendernya. Namun jika tidak mempunyai sub-output, maka bagian ini menerangkan komponen yang terdapat isu gendernya;
4. Besar alokasi dana untuk pencapaian output;
5. Dampak/hasil output kegiatan; merupakan dampak/hasil dari pencapaian output kegiatan secara luas, dan dikaitkan dengan isu gender serta perbaikan ke arah kesetaraan gender yang telah diidentifikasi pada bagian analisis situasi;
6. Penanda tangan GBS adalah penanggung jawab kegiatan yang dijelaskan dalam GBS tersebut.
Tabel 2.2 Langkah-langkah Penyusunan Gender Budget Statement GENDER BUDGET STATEMENT/PERNYATAAN ANGGARAN GENDER
Nama K/L : ………
Unit Eselon I : ………
Unit Eselon II : ………
Program Nama program
Kegiatan Nama kegiatan sebagai penjabaran dari program Indikator Kinerja
Kegiatan
Nama Indikator Kinerja Kegiatan
Output Kegiatan Jenis output, volume, dan satuan output kegiatan Analisis Situasi
(diharapkan tersedia angka kelompok sasaran baik laki-laki maupun perempuan.
Jika tidak hanya berupa gambaran bahwa output kegiatan yang akan dihasilkan
mempunyai pengaruh kepada kelompok sasaran tertentu)
• Uraian ringkas yang menggambarkan persoalan yang akan
ditangani/dilaksanakan oleh kegiatan yang menghasilkan output. Uraian tersebut meliputi: data pembuka wawasan, faktor kesenjangan, dan penyebab permasalahan kesenjangan gender.
• Dalam hal data pembuka wawasan (berupa data terpilah) untuk kelompok sasaran baik laki-laki maupun perempuan tidak tersedia (data kuantatif ) maka dapat menggunakan data kualitatif berupa ’rumusan’ hasil dari focus group discussion (FGD)
• Output/suboutput kegiatan yang akan dihasilkan mempunyai pengaruh kepada kelompok sasaran tertentu
Isu gender pada komponen ...
• Isu/kesenjangan gender yang ada pada komponen inputnya
• Hanya komponen yang terdapat isu/kesenjangan gendernya
14 | Pedoman Penandaan anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga Rencana aksi (Dipilih
hanya Komponen Input yang secara langsung mengubah kondisi kearah kesetaraan gender.
Tidak semua komponen input dicantumkan)
Komponen Input 1 Tahapan pencapaian suatu output. Komponen ini harus relevan dengan output kegiatan yang dihasilkan.
Diharapkan, dapat berkontribusi dalam menjawab persoalan kesenjangan gender yang telah diidentifikasi di tahapan analisis situasi
Alokasi anggaran output kegiatan
(Jumlah anggaran (Rp) yang dialokasikan untuk mencapai output kegiatan yang ditargetkan
Dampak/hasil output kegiatan
Dampak/ hasil secara luas dari ketercapaian output kegiatan yang dihasilkan, dan dikaitkan dengan isu gender serta perbaikan ke arah kesetaraan gender yang telah diidentifikasi pada bagian Analisa situasi
Penanggung jawab kegiatan
……….
NIP/ NRP ……..
16 | Pedoman Penandaan anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga
BAB 3
PENANDAAN ANGGARAN RESPONSIF GENDER
3.1 Penandaan Anggaran Tematik APBN
Di dalam Sistem Informasi Kolaborasi Perencanaan dan Informasi Kinerja Anggaran (KRISNA), terdapat pilihan kategori untuk melakukan penandaan yaitu Prioritas Nasional, Nawa Cita, Janji Presiden, dan Tematik (Dukungan) APBN. Penandaan Anggaran Responsif Gender merupakan salah satu tema dalam kategori penandaaan Tematik (Dukungan) APBN dan untuk 1 (satu) Output Kegiatan atau Sub-output dapat dilakukan penandaan lebih dari 1 (satu) tema. Misalnya Output X merupakan anggaran responsif gender sekaligus merupakan anggaran mitigasi perubahan iklim dan anggaran kesehatan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 142/PMK.02/2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan No. 94/PMK.02/2017 Tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (K/L) dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran menetapkan anggaran yang responsif gender sebagai anggaran tematik yang ditandai, dipantau, dievaluasi, dan dilaporkan dalam evaluasi kinerja pemerintah.
Gambar 3.1 Penandaan Tematik dalam Aplikasi KRISNA
Sumber: Sistem Aplikasi KRISNA
3.1.1 Output Kegiatan sebagai Basis Penandaan Anggaran
Di dalam penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran, penandaan anggaran (budget tagging) dilakukan di level Output Kegiatan (keluaran) yang dihasilkan dari Kegiatan atau Sub-output yang dihasilkan dari Output Kegiatan di dalam Sistem Informasi KRISNA-Renja K/L, termasuk dalam hal ini anggaran responsif gender. Output Kegiatan (keluaran) adalah produk akhir berupa barang/jasa yang dihasilkan oleh level Eselon Il/Satuan Kerja yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran Kegiatan. Sementara yang dimaksud dengan Sub-output adalah bagian dari Output Kegiatan, yang memiliki jenis dan satuan yang sama. Penandaaan yang dilakukan di level output tersebut akan terbawa di dalam RKA K/L dan DIPA. Penandaan di level Output Kegiatan atau
5
3 7
6 4
1
8 2
2 1
3 4 7
8
6 5
Infrastruktur
Anggaran
Responsif Gender Mitigasi
Perubahan Iklim
Kesehatan
Pendidikan Adaptasi Perubahan Iklim
Kerja Sama Selatan – Selatan
dan Triangular Upaya Konvergensi
Penanganan Stunting
Anggaran Tematik APBN
18 | Pedoman Penandaan anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga
Sub-output menyebabkan overestimasi terhadap besaran alokasi ARG karena kegiatan yang benar- benar responsif gender umumnya berada di level komponen/subkomponen.
Output yang ditandai sebagai ARG berada pada unit kerja eselon II sesuai dengan struktur data di dalam Sistem Aplikasi KRISNA Renja K/L sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.1. Guna memudahkan proses identifikasi output responsif gender pada tahun berikutnya, pada Lampiran II disajikan daftar keluaran (output) yang responsif gender telah diidentifikasi dari Rencana Kerja dan Anggaran K/L (RKA-K/L) tahun 2019. Output RKA-K/L tersebut bersifat dinamis dari tahun ke tahun, dapat berubah, ditambah, dikurangi, maupun direstrukturisasi sejalan dengan penyusunan Renja dan RKA K/L terkait.
3.2 Proses Penandaan ARG
Penandaan anggaran reponsif gender dilaksanakan mengikuti siklus perencanaan dan penganggaran serta menggunakan sistem perencanaan dan penganggaran berbasis daring (online), yaitu Sistem KRISNA Renja K/L sebagaimana dijelaskan pada Gambar 3.3.
Gambar 3.2 Struktur Data dalam Sistem Aplikasi KRISNA
Gambar 3.3 Waktu Pelaksanaan Penandaan/Tagging
Sumber: Direktorat Sistem dan Prosedur Pendanaan Pembangunan, Bappenas
*) Keterangan:
Apabila Renja yang disusun adalah Renja K/L Tahun Anggaran 2020, maka : T-2 : Tahun 2018 (2 tahun sebelum Tahun Anggaran Renja K/L)
T-1 : Tahun 2019 (1 Tahun sebelum Tahun Anggaran Renja K/L) T : Tahun 2020 (Tahun Anggaran)
Berdasarkan siklus tersebut, proses penandaan ARG dimulai dari evaluasi hasil penandaan ARG pada tahun sebelumnya serta sosialisasi dan fasilitasi PUG/PPRG untuk mengidentifikasi output/suboutput yang potensial ditandai ARG pada tahun berikutnya. Secara grais besar proses tagging dilakukan sebagai berikut:
a. Untuk penandaan output ARG tahun berikutnya dan tahun sebelumnya, K/L dapat melakukan penandaan pada Sistem Aplikasi KRISNA Renja K/L mulai dari November (t-2) sampai dengan sebelum dikeluarkannya Surat Bersama Pagu Indikatif (SBPI).
b. K/L melakukan pemutakhiran penandaan pada periode Maret – Mei setelah pertemuan tiga pihak sesuai dengan SBPI dan ditelaah oleh Bappenas dan DJA Kemenkeu.
c. Apabila terdapat perubahan setelah keluarnya Surat Bersama Pagu Anggaran (SBPA), K/L melakukan pemutakhiran kembali penandaan ARG sesuai dengan SBPA dan ditelaah kembali oleh Bappenas dan DJA Kemenkeu.
d. Output yang telah ditandai ARG akan terbawa ke RKA/KL dan DIPA
Proses penandaan ARG dalam siklus perencanaan dan penganggaran memerlukan kolaborasi antara K/L terkait, KPPPA, Kementerian PPN/Bappenas, dan Kemenkeu. Waktu pelaksanaan, pihak- pihak yang terlibat, dan proses yang dilakukan terkait penandaan ARG diuraikan sebagai berikut:
20 | Pedoman Penandaan anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga
Tabel 3.1 Waktu dan Proses yang Dilakukan terkait Penandaan ARG di dalam Perencanaan dan Penganggaran Tahunan
Waktu Kegiatan
Utama Proses Output
K/L Pelaksana Kemen PPN/
Bappenas KPPPA Kemenkeu K/L November
T-2 s.d.
Maret sebelum keluarnya SBPI
Penyusunan Rancangan Awal Renja KL
Melakukan analisis pelaksanaan pengarusutamaan gender dalam bidang pembangunan yang menjadi tupoksinya, termasuk analisis capaian pembangunan menggunakan data terpilah
Hasil analisis pengarusutamaan gender (PUG)
Direktorat yang menjadi mitra K/L
a. Melakukan analisis pelaksanaan pengarusutamaan gender pada tahun sebelumnya
b. Menyampaikan hasil analisa tersebut dan rekomendasinya kepada K/L
c. Melakukan advokasi dan penggalangan komitmen pelaksanaan PUG/PPRG di seluruh KL
d. Mendampingi K/L (Biro Perencanaan, Aparat Pengawasan Intern Pemerintah/APIP dan unit kerja teknis terkait) dalam melaksanakan PUG/PPRG dan memilih output/suboutput yang potensial ditandai sebagai ARG (Pelatihan menyusun GAP, GBS dan KAK)
e. Memberikan konsultasi kepada K/L dalam menyusun GAP, GBS dan KAK pada output/suboutput terpilih sebagai ARG.
a. Hasil analisis PUG, termasuk kelembagaan PUG dan ARG b. –
c. Pertemuan koordinasi dg K/L
d. Pelatihan/
pertemuan koordinasi PPRG e. Pelatihan/
pertemuan koordinasi PPRG
Deputi Kesetaraan Gender dan Asdep Terkait
a. Melakukan analisis pelaksanaan pengarusutamaan gender dalam bidang pembangunan yang menjadi tupoksinya,
a. Hasil analisis pengarusutama an gender (PUG)
Seluruh Unit Kerja
Waktu Kegiatan
Utama Proses Output
K/L Pelaksana Kemen PPN/
Bappenas KPPPA Kemenkeu K/L termasuk analisis capaian pembangunan
menggunakan data terpilah
b. Menentukan output/suboutput yang ditandai sebagai ARG. ARG dapat berupa:
1. Anggaran khusus target gender (anggaran untuk pemenuhan kebutuhan dasar khusus perempuan atau kebutuhan dasar khusus laki-laki berdasarkan hasil analisis gender) 2. Anggaran untuk penguatan pelembagaan
PUG
3. Anggaran kesetaraan gender (anggaran untuk mengatasi masalah kesenjangan pada akses, partisipasi, kontrol dan manfaat terhadap sumber daya pembangunan)
c. Menyusun GAP, GBS dan KAK pada output/sub- output terpilih sebagai ARG. Dalam penyusunan GBS (Lembar Anggaran Responsif Gender) perlu diperhatikan :
1. Mengacu pada dokumen Gender Analysis Pathway/ GAP
2. Menguraikan Program, Kegiatan, Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) dan output
3. Analisis situasi isu gender yaitu aspek akses, partisipasi, kontrol dan manfaat serta masalah kelembagaan PUG. Berisi tentang uraian ringkas yang menggambarkan persoalan yang akan ditangani/ dilaksanakan oleh kegiatan yang menghasilkan output.
b. Output/ sub- ouput yang responsif gender
c. Dokumen GAP, GBS, KAK
22 | Pedoman Penandaan anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga Waktu Kegiatan
Utama Proses Output
K/L Pelaksana Kemen PPN/
Bappenas KPPPA Kemenkeu K/L 4. Rencana aksi merupakan sub-
output/komponen input yang secara langsung menyelesaikan hasil analisis isu gender tersebut.
5. Besar alokasi dana untuk pencapaian output.
d. Menyampaikan dokumen GAP, GBS dan KAK kepada Biro Perencanaan dan APIP
a. Mengkoordinasikan penyusunan GAP, KAK dan GBS
b. Menganalisis GAP, KAK dan GBS serta memberikan feedback kepada unit kerja c. Memastikan kelengkapan GAP, GBS dan KAK d. Melakukan penandaan ARG di Aplikasi KRISNA
Renja KL
e. Menyampaikan rincian output/suboutput yang ditandai sebagai ARG kepada KPPPA
a. Pertemuan koordinasi dengan unit kerja
b. Dokmen GAP, GBS dan KAK c. Tangging ARG
pada Krisna d. Koordinasi data
output/ sub output yang responsif gender
Biro Perencana- an
Mereviu GAP, GBS, dan KAK serta memberikan feedback sesuai tugas dan kewenangannya.
Langkah penilaian meliputi:
1. Dapatkan dokumen GAP, GBS dan KAK output/
sub-output yang responsif gender
2. Identifikasi output/ sub-output yang responsif gender
Hasil reviu GAP, GBS dan KAK
APIP
Waktu Kegiatan
Utama Proses Output
K/L Pelaksana Kemen PPN/
Bappenas KPPPA Kemenkeu K/L 3. Pastikan GBS telah memuat komponen kebijakan/
program/ kegiatan, analisis situasi, rencana aksi, indikator kinerja dan anggaran
4. Pastikan apakah program/ kegiatan pada GBS merupakan program strategis dan prioritas, yaitu program kegiatan yang :
a. Mendukung pencapaian prioritas pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam RKP;
b. Merupakan kegiatan prioritas sebagaimana termuat dalam dokumen perencanaan kementerian/ lembaga, khususnya Renstra;
c. Penting dilakukan untuk mengatasi isu gender, termasuk kelembagaan PUG pada satker terkait.
5. Pastikan apakah analisis situasi menyajikan isu gender secara jelas?, (termasuk isu kelembagaan PUG)
6. Apakah analisis situasi gender menggunakan data terpilah atau data spesifik gender?
7. Pastikan terdapat keterkaitan secara logis antara analisis situasi dengan rencana aksi dan indikator kinerja
8. Buat kesimpulan dan rekomendasi penyempurnaan
Maret setelah SBPI keluar s.d.
Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting/TM)
Menyampaikan output/suboutput yang diusulkan sebagai ARG dengan melampirkan dokumen pendukung (GAP, GBS, dan KAK)
Koordinasi data output/ sub output yang responsif gender
24 | Pedoman Penandaan anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga Waktu Kegiatan
Utama Proses Output
K/L Pelaksana Kemen PPN/
Bappenas KPPPA Kemenkeu K/L Juni sebelum
SBPA keluar
Pertama dalam rangka penelaahan Rancangan Renja KL
a. Memastikan kelengkapan dan mereviu dokumen Renja K/L termasuk kelengkapan dokumen GBS, GAP, dan KAK
b. Ketepatan kelayakan usulan ARG (Tematik dukungan APBN)
c. Mengusulkan output/suboutput alternatif yang potensial ditandai sebagai ARG
Hasil reviu ARG, termasuk
kelengkapan GAP, GBS dan KAK
Direktorat yang menjadi mitra K/L
a. Memastikan kelengkapan dan mereviu dokumen Renja K/L, termasuk kelengkapan dokumen GBS, GAP, dan KAK
b. Memastikan kewajaran usulan anggaran responsif gender
Hasil reviu ARG, termasuk
kelengkapan GAP, GBS dan KAK
DJA
Menyepakati output/suboutput yang merupakan ARG Catatan hasil kesepakatan
DJA Mengunggah catatan hasil Pertemuan Tiga Pihak
dalam rangka penelaahan Renja K/L (termasuk ARG) ke dalam Sistem Aplikasi KRISNA sebagai dasar menyempurnakan Rancangan Renja K/L
Tagging catatan hasil kesepakatan tentang ARG
Direktorat yang menjadi mitra K/L
Mei Penyempurna
an Rancangan Renja K/L tindak lanjut hasil Pertemuan Tiga Pihak Pertama
a. Melakukan penandaan ARG pada
output/suboutput di dalam sistem aplikasi KRISNA Renja K/L sesuai dengan hasil kesepakatan pada Pertemuan Tiga Pihak.
b. Menyampaikan update rincian output/suboutput yang ditandai sebagai ARG kepada KPPPA
a. Tagging ARG dalam Krisna
b. Koordinasi data ouput/ sub- output yang responsif gender
Biro Perencana- an
a. Mengawal dan memastikan K/L telah melakukan penandaan ARG di dalam aplikasi KRISNA sesuai hasil kesepakatan pada TM I
a. Hasil pemantauan penandaan/
tagging ARG
Direktorat yang menjadi mitra K/L
DJA
Waktu Kegiatan
Utama Proses Output
K/L Pelaksana Kemen PPN/
Bappenas KPPPA Kemenkeu K/L b. Melakukan persetujuan terhadap
output/suboutput yang ditandai sebagai ARG
b. Hasil approval/
persetujuan tangging ARG Juni - Juli Pertemuan
Tiga Pihak (Trilateral Meeting/TM) Kedua dalam rangka pemutakhiran Rancangan Renja KL menjadi Renja K/L
Menyampaikan penyempurnaan output/suboutput yang diusulkan sebagai ARG dengan melampirkan dokumen pendukung (GAP, GBS, dan KAK)
Output/ sub-output yang responsif gender a. Memastikan kelengkapan dan mereviu dokumen
Renja K/L, termasuk kelengkapan dokumen GBS, GAP, dan KAK
b. Ketepatan kelayakan usulan ARG (Tematik dukungan APBN)
Hasil reviu ARG Direktorat yang menjadi mitra K/L
a. Memastikan kelengkapan dan mereviu dokumen Renja K/L , termasuk kelengkapan dokumen GBS, GAP, dan KAK
b. Memastikan kewajaran usulan ARG
Hasil reviu ARG DJA
Menyepakati usulan penyempurnaan output/
suboutput yang menjadi ARG
Catatan hasil kesepakatan
Direktorat yang menjadi mitra K/L
DJA
Catatan hasil penelaahan Renja K/L dalam Pertemuan Tiga Pihak II diunggah dalam KRISNA sebagai bahan penyusunan Renja K/L
Up date catatan Krisna
Direktorat yang menjadi mitra K/L Tindak lanjut
Pertemuan Tiga Pihak Kedua
Melakukan penandaan ARG pada output/suboutput di dalam aplikasi KRISNA Renja K/L sesuai dengan hasil kesepakatan pada Pertemuan Tiga Pihak Kedua
Penandaan/
Tagging ARG
a. Mengawal dan memastikan K/L telah melakukan penandaan ARG di dalam aplikasi KRISNA sesuai hasil kesepakatan pada TM Kedua
a. Hasil pemantauan penandaan ARG
Direktorat yang menjadi mitra K/L
26 | Pedoman Penandaan anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga Waktu Kegiatan
Utama Proses Output
K/L Pelaksana Kemen PPN/
Bappenas KPPPA Kemenkeu K/L b. Melakukan persetujuan dalam KRISNA terhadap
output/suboutput yang ditandai sebagai ARG
b. Persetujuan terhadap output/subout- put yang ditandai sebagai ARG Agustus-
Desember
Penyusunan RKA KL dan DIPA
Menyampaikan pemutakhiran rincian output/
suboutput yang ditandai sebagai ARG kepada KPPPA
Data ouput/
suboutput yang responsif gender
Biro Perencana- an
a. Merekapitulasi output/suboutput yang ditandai sebagai ARG
b. Mengevaluasi tantangan dan hasil pelaksanaan ARG serta rekomendasi penyempurnaan kebijakan dan pelaksanaan PUG melalui PPRG
a. Data ouput/
suboutput yang responsif gender b. Hasil evaluasi
penandaan ARG a. Merekapitulasi output/suboutput yang ditandai
sebagai ARG
b. Menyusun rekomendasi penyempurnaan
pelaksanaan Penandaan ARG dan penyempurnaan kebijakan dan pelaksanaan PUG dan
menyampaikannya kepada KPPPA, Kemenkeu dan K/L.
a. Data ouput/
suboutput yang responsif gender b. Rekomendasi
KPAPO berkoordina- si dengan Dit.
Sisdur dan Direktorat yang menjadi mitra K/L
28 | Pedoman Penandaan anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga
BAB 4
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
Keberhasilan sebuah inisiatif tidak hanya bergantung kepada proses dan kualitas perencanaannya, akan tetapi juga ditentukan oleh pengendalian dan evaluasinya untuk memastikan perencanaan berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam PP No 39 tahun 2006, pengendalian diartikan sebagai serangkaian kegiatan manajemen yang dimaksudkan untuk menjamin agar suatu program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana dilakukan melalui kegiatan pemantauan dan pengawasan. Hal ini berarti, pengendalian dilakukan sepanjang kegiatan sedang berlangsung guna memastikan kesesuaian proses dan capaian dengan rencana yang disusun. Pengendalian yang baik akan membantu menjawab persoalan atau penyimpangan sedini mungkin, sehingga dapat segera dirumuskan solusi untuk mengatasi persoalan dan diharapkan target yang ditetapkan dapat tercapai.
Untuk memastikan berjalannya PUG melalui PPRG, pengendalian dan evaluasi penandaan ARG perlu dilakukan oleh Bappenas, KPPPA, Kemkeu, dan K/L pelaksana. Adapun koordinasi pelaksanaan hal tersebut dirincikan pada Tabel 4.1 sebagai berikut.
Tabel 4.1 Pembagian Tanggung Jawab dalam Pengendalian dan Evaluasi
No. Penanggung Jawab Pengendalian dan Evaluasi
1 Kementerian/Lembaga 1. Memastikan bahwa tiap unit telah mengetahui hal terkait PUG, PPRG, PPRG dan penandaan ARG
2. Memastikan K/L sudah menyusun GAP, KAK, GBS dan melakukan penandaan ARG
3. Memastikan K/L melaporkan rekapitulasi output ARG 4. Mengevaluasi tantangan dan hasil pelaksanaan ARG dan
menyampaikan hasilnya kepada KPPPA, Bappenas, Kemenkeu sebagai masukan penyempurnaan kebijakan dan pelaksanaan PUG melalui PPRG, termasuk penandaan ARG.
2 KPPPA 1. Menyampaikan kepada mitra terkait (KemenPPN/Bappenas, Kemenkeu, K/L) daftar output tahun sebelumnya yang sudah ditandai ARG, sebagai acuan pelaksanaan ARG tahun berjalan dan sebagai dasar penyusunan ARG tahun berikutnya 2. Mengevaluasi tantangan dan hasil pelaksanaan ARG serta
rekomendasi penyempurnaan kebijakan dan pelaksanaan PUG melalui PPRG, termasuk penandaan ARG.
3 DJA, Kemenkeu 1. Memastikan dibahasnya kegiatan ARG dalam Trilateral Meeting 2. Mereviu pelaksanaan trilateral meeting dan penandaan ARG,
serta menyampaikan rekomendasi penyempurnaan kebijakan dan pelaksanaannya kepada kemen PPN/Bappenas dan mitra kerja K/L.
30 | Pedoman Penandaan anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga
No. Penanggung Jawab Pengendalian dan Evaluasi
4. Kemen PPN/Bappenas Direktorat Keluarga, Perempuan, Anak, Pemuda dan Olahraga (Dit. KPAPO) selaku koordinator tagging ARG)
1. Mengkoordinasikan pelaksanaan penandaan ARG melalui sosialisasi PUG dan PPRG kepada Direktorat mitra kerja K/L serta unit kerja eselon II lainnya di internal Bappenas
2. Mengingatkan seluruh K/L untuk melakukan penandaan ARG 3. Menelaah (a) hasil reviu pelaksanaan ARG oleh Direktorat mitra
kerja K/L di Bappenas dan (b) hasil rekapitulasi penandaan ARG (berkoordinasi dengan Dit. Sisdur)
4. Menyusun rekomendasi penyempurnaan pelaksanaan Penandaan ARG dan penyempurnaan kebijakan dan pelaksanaan PUG dan menyampaikannya kepada KPPPA, Kemenkeu dan K/L.
Direktorat mitra kerja K/L 1. Memastikan kegiatan/output/sub–output yang ditandai ARG 2. Mereviuw GAP, KAK, GBS kegiatan/output/sub –output yang
ditandai ARG
3. Memastikan dibahasnya kegiatan ARG dalam Trilateral Meeting hasilnya ditindaklanjuti oleh K/L
4. Mengevaluasi tantangan dan kendala pelaksanaan ARG, penyusunan GAP, KAK, GBS dan penandaan ARG (kebijakan, kelembagaan, akses pada sistem aplikasi KRISNA, aspek koordinasi, dll)
5. Menyampaikan hasil evaluasi kepada mitra K/L, dan Dit KPAPO sebagai masukan untuk koordinasi penyempurnaan
pelaksanaan penandaan ARG dan penyempurnaan kebijakan dan pelaksanaan PUG
32 | Pedoman Penandaan Anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga
BAB 5 PENUTUP
Penandaan ARG merupakan inisiatif untuk memudahkan identifikasi output beserta besaran alokasi anggaran untuk setiap kegiatan yang ditujukan untuk merespon isu gender termasuk pelembagaan PUG. Fokus utama dalam proses penandaan ARG ini adalah memastikan bahwa kegiatan yang ditandai mencerminkan kegiatan yang responsif gender, oleh karena itu peran aktif K/L (bersama-sama dengan KPPPA dan Bappenas) sangat penting dalam mengidentifikasi output ARG serta melakukan penandaan di dalam sistem KRISNA pada periode perencanaan dan penganggaran.
Pedoman Penandaan Anggaran Responsif Gender ini diharapkan dapat membantu K/L dalam proses penandaan ARG di dalam Sistem Aplikasi KRISNA Renja K/L dalam rangka melaksanakan komitmen pengarusutamaan gender melalui perencanaan dan penganggaran. Dalam pedoman ini dijelaskan alur dan mekanisme penandaan ARG yang dimulai dengan identifikasi kegiatan/output/sub-output yang berpotensi untuk ditandai tematik ARG. Dalam mengidentifikasi output yang responsif gender terdapat tiga kategori meliputi: 1) kegiatan yang dianggap mampu mengurangi atau atau menghilangkan adanya kesenjangan gender; 2) kegiatan yang khusus untuk menangani kebutuhan dasar spesifik gender; dan 3) kegiatan untuk pelembagaan PUG.
Pedoman ini juga memberikan panduan bagi semua pihak yang terkait dalam perencanaan dan penganggaran, yaitu unit satuan kerja, Biro Perencanaan, APIP di K/L dalam menyiapkan dan mereviu kesiapan semua dokumen pendukung terkait penandaan ARG dalam Sistem Aplikasi KRISNA Renja K/L. Demikian juga pedoman ini diperuntukkan bagi unit sektoral di Kementerian PPN/Bappenas dan Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan dalam mereviu dan memberikan persetujuan pada penandaan ARG yang telah dilakukan di Renja K/L. Renja K/L yang sudah responsif gender tersebut kemudian menjadi acuan di dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/ Lembaga (RKA-K/L).
Penyusunan Pedoman Penandaan ARG Kementerian/Lembaga dimaksudkan agar K/L lebih terarah dalam melaksanakan strategi PUG melalui PPRG, yaitu untuk menghasilkan daya ungkit yang lebih besar dalam mencapai sasaran pembangunan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
34 | Pedoman Penandaan Anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga
LAMPIRAN
36 | Pedoman Penandaan Anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga
Lampiran 1. Prosedur Penandaan Anggaran pada Sistem Aplikasi
KRISNA Renja K/L
38 | Pedoman Penandaan Anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga
40 | Pedoman Penandaan Anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga
42 | Pedoman Penandaan Anggaran Responsif Gender Kementerian/Lembaga