• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.5 Kebijakan dan Landasan Hukum

Kebijakan dan landasan hukum terkait penandaan anggaran responsif gender adalah sebagai berikut:

1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025

3. Peraturan Pemerintah Nomer 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional

4. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga

5. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional

6. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 7. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024

8. Peraturan Menteri Perencanaan Pembanguan Nasional/Kepala Bappenas Nomor 9 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 208/PMK.02/2019 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

10. Peraturan Menteri Perencanaan Pembanguan Nasional/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun 2018 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah

11. Petunjuk Pelaksanaan Nomor 1/Juklak/Sesmen/04/2018 tentang Perubahan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga

12. Petunjuk Pelaksanaan Nomor 2/Juklak/Sesmen/04/2018 tentang Penelaahan Rancangan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga

13. Petunjuk Pelaksanaan Nomor 4/Juklak/Sesmen/04/2018 tentang Penyusunan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga

Penandaan anggaran responsif gender yang tercakup di dalam buku pedoman ini hanya dilakukan pada belanja K/L dalam APBN, tidak termasuk Belanja Non-K/L, Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD)

BAB 2

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER

2.1 Proses Perencanaan dan Penganggaran

Sistem perencanaan dan penganggaran disusun mengacu pada UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan PP Nomor 17 Tahun 2017 tentang tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional.

Gambar 2. 1 Sinkronisasi Sistem Perencanaan dan Penganggaran

Gambar 2.1 memperlihatkan sinkronisasi sistem perencanaan dan penganggaran yang berlaku saat ini. Renja K/L disusun berpedoman pada Renstra K/L dengan mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Setelah Renja K/L ditelaah dan ditetapkan oleh Kementerian PPN/Bappenas berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan, disusun Rencana Kerja Anggaran (RKA) yang nantinya akan menjadi Rincian APBN.

Gambar 2. 2 Timeline Penyusunan Renja K/L

Sumber: Dikutip dari Paparan Dit. Sistem dan Prosedur Pendanaan Pembangunan, Bappenas

Rancangan RKP Perpres RKP

Trilateral Meeting 1 (TM -1) Rangkaian

Fase Perubahan Renja K/L di Tahun Perencanaan

Fase Perubahan Renja K/L di Tahun Pelaksanaan

Siklus perencanaan dan penganggaran di Indonesia dimulai pada tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember di tahun yang sama, sebagaimana terlihat pada Gambar 2.2. Alur tersebut memperlihatkan bahwa Renja K/L dibuat selambat-lambatnya di Bulan April, dengan mengacu pada Renstra K/L dan pagu indikatif. Di bulan berikutnya setelah semua Renja K/L dikumpulkan oleh Kementerian PPN/Bappenas, dan seluruh anggarannya dibahas bersama DPR RI, maka ditetapkanlah RKP yang telah memuat pagu sementara. Selanjutnya, RKP akan digunakan sebagai dasar penyusunan RKA K/L dan kumpulan dari seluruh RKA K/L menjadi Lampiran RAPBN. Tahap berikutnya, setelah RAPBN dibahas dan disahkan menjadi APBN maka ditetapkanlah pagu definitif K/L dan RKA K/L menjadi DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) K/L.

2.2 Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender

Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG) merupakan serangkaian cara sistematis untuk mengintegrasikan perspektif gender di dalam proses perencanaan dan penganggaran, meliputi pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi dan penyelesaian permasalahan perempuan dan laki-laki (KPPPA, 2010: 4). PPRG dilakukan untuk menjamin keadilan dan kesetaraan gender bagi laki-laki dan perempuan dalam aspek akses, partisipasi, kontrol dan manfaat pembangunan.

Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender bukanlah proses yang terpisah dari sistem perencanaan dan penganggaran yang ada, tetapi lebih merupakan instrumen untuk meningkatkan kualitas dokumen perencanaan dan penganggaran. Hal penting dalam penyusunan dokumen perencanaan pembangunan adalah mewajibkan penggunaan analisis gender dalam menyusun kebijakan strategis dan kebijakan operasional (KPPPA, 2010:1). Dokumen kebijakan pembangunan meliputi RPJPN, RPJMN, Renstra K/L, RKP, Renja K/L yang dioperasionalkan melalui RKA K/L dan DIPA. Dokumen kebijakan tersebut menjadi dasar/payung penyusunan program dan kegiatan yang responsif gender.

Pelaksanaan PPRG di K/L mengikuti siklus perencanaan dan penganggaran secara nasional.

Siklus dimulai dengan penyusunan Renja K/L di November-Desember tahun sebelumnya - April, dan dilanjutkan dengan diterimanya pagu indikatif, dan berakhir setelah keluarnya DIPA di Agustus-Desember tahun yang sama.

Penyusunan PPRG mempunyai tujuan untuk:

1. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman para pengambil keputusan tentang pentingnya isu gender dalam kebijakan pembangunan dan pentingnya upaya untuk mempercepat terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender sesuai dengan tugas dan fungsi K/L.

2. Memastikan bahwa alokasi anggaran pembangunan dan belanja negara/pengeluaran pembangunan akan menjamin adanya manfaat yang adil bagi kesejahteraan laki-laki dan perempuan.

3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran, serta membangun transparansi anggaran dan akuntabilitas pemerintah dalam mewujudkan kesetaraan.

4. Membantu mengurangi kesenjangan gender dan menghapuskan diskriminasi terhadap perempuan dan atau laki-laki dalam pembangunan.

5. Meningkatkan partisipasi masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, dalam penyusunan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.

6. Menjamin agar kebutuhan dan aspirasi laki-laki dan perempuan dari berbagai kelompok sosial (berbagai jenis kelamin, usia, ras, suku, dan lokasi) dapat diakomodasikan ke dalam belanja/pengeluaran (lihat KPPPA, 2010:9).

Di dalam siklus pembangunan yang utuh, PPRG secara otomatis juga akan mencakup aspek pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi yang akan dilaporkan di dalam sistem pemantauan dan evaluasi. PPRG tidak berarti bahwa aspek gender hanya akan ada di tahapan perencanaan dan penganggaran saja tetapi harus dimaknai sebagai satu siklus pembangunan yang utuh. Integrasi perspektif gender di setiap tahapan pembangunan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk sebagai berikut:

1. Tahap analisis situasi, yaitu dengan mengidentifikasi perbedaan potensi dan kebutuhan, akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat sumber daya pembangunan pada laki-laki dan perempuan dengan menggunakan data-data gender. Dilakukan eksplorasi norma gender, relasi gender, dan berbagai bentuk ketidaksetaraan antar kelompok, serta pengaruh dan dampaknya terhadap kebijakan/program pembangunan.

2. Tahap perencanaan dan penganggaran, yaitu dengan memperhatikan aspek gender di dalam perumusan setiap kebijakan/program/kegiatan.

3. Tahap pelaksanaan kegiatan, yaitu dengan memperhatikan partisipasi laki-laki dan perempuan secara bermakna dan seimbang atau dengan berpihak pada salah satu kelompok yang lebih membutuhkan (afirmasi).

4. Tahap pemantauan dan evaluasi, yaitu dengan menggunakan berbagai indikator yang sensitif gender, data terpilah gender, dan menganalisis dampak/manfaat kebijakan/program terhadap laki-laki dan perempuan.

5. Tahap pelaporan. Aspek gender juga dapat menjadi bagian dari pelaporan sebagai bentuk akuntabilitas kinerja, yaitu dengan melaporkan besaran ARG dan menunjukkan temuan dan praktek baik/buruk terkait PUG melalui PPRG. Upaya ini juga menjadi marketing strategy dalam mempromosikan kesetaraan gender dan mendorong sektor lain untuk melaksanakan PUG melalui PPRG.

Perencanaan responsif gender akan menghasilkan Anggaran Responsif Gender (ARG), di mana kebijakan pengalokasian anggaran disusun untuk mengakomodasi kebutuhan yang berbeda bagi laki-laki dan perempuan. ARG dibagi dalam 3 kategori, yaitu:

1. Anggaran khusus target gender adalah anggaran yang bersifat afirmatif, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kelompok yang lebih tertinggal dibandingkan kelompok lainnya berdasarkan hasil analisis gender. Contoh anggaran khusus target gender antara lain:

a. Anggaran pendidikan politik bagi perempuan;

b. Anggaran pemberdayaan ekonomi perempuan;

c. Anggaran pelibatan laki-laki dalam pencegahan KDRT; dan d. Anggaran peningkatan kesertaan KB pria.

2. Anggaran kesetaraan gender adalah anggaran untuk mengurangi atau menghilangkan kesenjangan gender. Melalui analisis gender dapat diketahui adanya kebutuhan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan serta adanya kesenjangan relasi antara laki-laki

dan perempuan dalam hal akses, partisipasi, kontrol dan manfaat terhadap sumber daya pembangunan. Contoh anggaran kesetaraan gender antara lain:

a. Anggaran pembangunan infrastruktur yang didesain responsif terhadap kebutuhan laki-laki dan perempuan;

b. Anggaran penanganan pengungsi korban bencana yang dialokasikan dengan mempertimbangkan perbedaan kebutuhan laki-laki dan perempuan. Perempuan memiliki kebutuhan spesifik, khususnya terkait kesehatan reproduksi yang seringkali terabaikan dalam penanganan bencana. Tempat penampungan pengungsi dan hunian sementara yang dibangun dengan mengakomodasi kebutuhan khusus perempuan, misalnya tersedia ruang berganti pakaian, menyusui, dan sarana MCK dan air bersih; dan

c. Anggaran penyediaan sarana produksi pertanian yang aman dan ramah bagi perempuan; dan

d. Anggaran peningkatan kapasitas pelaku industrial terkait kesetaraan di tempat kerja.

3. Anggaran pelembagaan PUG adalah anggaran yang bersifat enabler, ditujukan untuk memperkuat kapasitas kelembagaan PUG dan menginternalisasi PUG di dalam proses bisnis K/L. Dalam hal ini K/L dapat mengalokasikan anggaran khusus. Contoh anggaran pelembagaan PUG antara lain:

a. Anggaran sosialisasi dan advokasi PUG di K/L;

b. Anggaran penyusunan data terpilah gender;

c. Anggaran koordinasi PUG dan PPRG;

d. Anggaran pelatihan PUG dan PPRG; dan

e. Anggaran penyusunan kebijakan/peraturan untuk mendukung pelaksanaan PUG di internal K/L.

ARG bekerja dengan cara menelaah dampak dari belanja suatu kegiatan terhadap perempuan dan laki-laki, dan kemudian menganalisa apakah alokasi anggaran tersebut telah menjawab kebutuhan perempuan dan kebutuhan laki-laki secara seimbang. Oleh karena itu ARG melekat pada struktur anggaran (program, kegiatan, dan output/suboutput) yang ada dalam RKA-KL. Sebuah output yang dihasilkan oleh kegiatan akan mendukung pencapaian outcome (hasil) program, hanya saja muatan subtansi/materi output yang dihasilkan tersebut dilihat dengan sudut pandang gender.

ARG berfokus pada bagaimana anggaran keseluruhan dapat memberikan manfaat yang adil untuk laki-laki dan perempuan

1. ARG bukanlah anggaran yang terpisah untuk laki-laki dan perempuan 2. ARG bukan berarti alokasi anggaran 50% laki-laki dan 50% perempuan 3. ARG tidak berarti adanya penambahan dana yang dikhususkan untuk

perempuan

4. ARG tidak berarti hanya terdapat pada kegiatan khusus pemberdayaan perempuan

5. Tidak harus semua kegiatan dikoreksi agar menjadi responsif gender, namun ada juga kegiatan yang netral gender

2.3 Instrumen Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender

Instrumen di dalam melaksanakan perencanaan dan penganggaran yang responsif gender meliputi Gender Analysis Pathway (GAP) dan Gender Budget Statement (GBS). Secara teknis, GBS disusun mengacu pada GAP dan menjadi bagian dari kerangka acuan kerja (KAK) yang wajib dilampirkan sebagai dokumen pendukung di dalam sistem Informasi KRISNA Renja K/L.

2.3.1 Gender Analysis Pathway

Gender Analysis Pathway/GAP adalah alat bantu analisis gender yang dapat digunakan oleh perencana kebijakan/program/kegiatan pembangunan dalam menyusun PPRG. GAP digunakan untuk (a) mengidentifikasi kesenjangan gender (gender gap) dan permasalahan gender (gender issues) dilihat dari akses, partisipasi, kontrol dan manfaat yang diperoleh laki-laki maupun perempuan; (b) mengetahui latar belakang terjadinya kesenjangan gender; (c) merumuskan permasalahan sebagai akibat adanya kesenjangan gender; dan (d) mengidentifikasi langkah-langkah/tindakan intervensi yang diperlukan untuk memperkecil atau menghapus kesenjangan gender tersebut. Kerangka analisis gender dengan GAP digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. 3 Kerangka Analisis Gender dengan Gender Analysis Pathway

Penyusunan GAP dilakukan dengan 9 langkah yang terbagi ke dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu:

Tahap I: Analisis Kebijakan yang Responsif Gender

Tahap ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap kebijakan pembangunan serta menganalisis faktor-faktor penyebab kesenjangan gender dengan menggunakan data terpilah sebagai data pembuka wawasan. Pada tahap ini, 5 (lima) langkah yang dilakukan adalah:

1. Mengidentifikasi tujuan dari kebijakan/program/kegiatan

2. Menyajikan data terpilah menurut jenis kelamin sebagai data pembuka wawasan serta data dan informasi pendukung lainnya

3. Mengidentifikasi faktor kesenjangan gender

4. Mengidentifikasi penyebab kesenjangan gender di internal K/L 5. Mengidentifikasi penyebab kesenjangan gender di exkternal K/L

Tahap II: Formulasi Kebijakan dan Rencana Aksi ke Depan

Tahap ini bertujuan untuk memformulasikan kebijakan yang responsif gender. Langkah yang dilakukan yaitu:

6. Merumuskan kembali kebijakan/program/kegiatan yang responsif gender 7. Menyusun rencana aksi

Tahap III: Pengukuran Hasil

Tahap ini bertujuan untuk menetapkan ukuran dan indikator kinerja. Langkah yang dilakukan adalah:

8. Menetapkan data dasar 9. Menetapkan indikator kinerja

Kesembilan langkah tersebut diuraikan pada Tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2. 1 Tahapan Penyusunan Gender Analysis Pathway

Tahap I

Analisis Kebijakan yang responsif gender

Tahap II

Formulasi Kebijakan dan rencana Aksi ke depan

Tahap III

Isu Gender Kebijakan & Rencana ASksi Pengukuran hasil Faktor

Data dasar Indikator kinerja

Temu kenali isu gender di tujuan yang ada belum responsif

Catatan: Langkah 1 dilakukan pada level program/kegiatan, sedangkah langkah 7 merupakan satu level di bawahnya. Untuk rencana aksi di langkah 7, tidak perlu dilakukan Analisis GAP lagi, cukup dengan check-list (daftar periksa)

Tabel 2.2 Contoh Pengisian Gender Analysis Pathway

Isu Gender Kebijakan dan Rencana Aksi ke Depan Monitoring

Faktor

Reformulasi Tujuan Rencana Aksi Data Dasar (Baseline)

Indikator Gender

- Perempuan terkendala menjadi wirausaha:

1. 12% Akses permodalan dari bank maupun instistusi lainnya terbatas. (sumber:

Tambunan 2017) 2. 80% UKM perempuan

kebutuhan kreditnya tidak terlayani (IFC 2018)

3. Pencairan pinjaman perempuan 37% lebih rendah dari laki-laki 4. Kepemilikan aset

perempuan lebih rendah 26% dari laki- laki (BBVA 2018) 5. 66% debitur pendanaan

yang gagal bayar adalah laki-laki perempuan yang rendah (posyandu, PKK, forum RT/RW dll) meningkat sebesar 2%

Statistik jumlah perempuan yang memiliki kredit untuk usaha meningkat

Ukuran untuk memperlihatkan:

- kesenjangan gender hilang/ berkurang (output)

- perubahan perilaku dan perubahan relasi gender - (outcome)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

2.3.2 Gender Budget Statement

Gender Budget Statement/GBS atau disebut juga dengan Pernyataan Anggaran Gender atau Lembar Anggaran Responsif Gender (Lembar ARG) merupakan dokumen yang menginformasikan bahwa suatu kegiatan telah merespon isu gender dan telah dialokasikan anggaran pada kegiatan tersebut untuk mengatasi ketimpangan gender. GBS disusun dengan terlebih dahulu melakukan analisis gender. Dalam pedoman ini, alat bantu analisis gender yang digunakan adalah GAP sebagaimana telah diuraikan di atas. GBS yang menerangkan output/suboutput kegiatan yang responsif gender, merupakan bagian dari kerangka acuan kerja (KAK)/terms of reference (TOR) dan harus dilampirkan sebagai dokumen pendukung perencanaan dan penganggaran. GBS terdiri atas komponen sebagai berikut:

1. Program, Kegiatan, Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) dan output kegiatan sebagaimana tercantum di dalam Renja K/L;

2. Analisis situasi; berisi tentang uraian ringkas yang menggambarkan persoalan yang akan ditangani/dilaksanakan oleh kegiatan yang menghasilkan output, berupa data pembuka wawasan, faktor kesenjangan, dan penyebab kesenjangan gender baik internal maupun eksternal, serta menerangkan bahwa output/sub-output kegiatan yang akan dihasilkan mempunyai pengaruh kepada kelompok sasaran tertentu. Pada analisis situasi ini juga dijelaskan isu gender pada sub-output/komponen yang merupakan bagian/tahapan dalam pencapaian output. Isu gender dapat dilihat dengan menggunakan 4 (empat) aspek yaitu:

akses, partisipasi, kontrol dan manfaat pada level sub-output/komponen;

3. Rencana aksi; terdiri atas output/komponen input. Tidak semua sub-output/komponen input yang ada dicantumkan, tetapi dipilih hanya sub-sub-output/komponen input yang secara langsung mengubah kondisi ke arah kesetaraan gender. Jika output tersebut mempunyai sub-output, bagian ini menerangkan tentang sub-output yang terdapat isu gendernya. Namun jika tidak mempunyai sub-output, maka bagian ini menerangkan komponen yang terdapat isu gendernya;

4. Besar alokasi dana untuk pencapaian output;

5. Dampak/hasil output kegiatan; merupakan dampak/hasil dari pencapaian output kegiatan secara luas, dan dikaitkan dengan isu gender serta perbaikan ke arah kesetaraan gender yang telah diidentifikasi pada bagian analisis situasi;

6. Penanda tangan GBS adalah penanggung jawab kegiatan yang dijelaskan dalam GBS tersebut.

Tabel 0.3 Langkah-langkah Penyusunan Gender Budget Statement

Dokumen GBS menjadi bagian dari KAK dan harus dilampirkan sebagai dokumen pendukung di dalam Sistem Informasi KRISNA RENJA K/L

Tabel 2.3 Format Gender Budget Statement PERNYATAAN ANGGARAN GENDER

(GENDER BUDGET STATEMENT)

UNIT KERJA :

TAHUN ANGGARAN :

PROGRAM Nama program di dalam dokumen perencanaan (Renja K/L) KEGIATAN Nama kegiatan sebagai penjabaran dari program

INDIKATOR KEGIATAN Nama Indikator Kinerja Kegiatan HASIL/OUTPUT/

SUBOUTPUT

Jenis output/suboutput, volume, dan satuan output/suboutput kegiatan TUJUAN Uraian mengenai reformulasi tujuan adanya output/suboutput kegiatan setelah

dilaksanakan analisis gender (Kolom 6 dari GAP) ANALISIS SITUASI

Analisis Situasi (diharapkan tersedia angka kelompok sasaran baik laki-laki maupun perempuan.

Jika tidak hanya berupa gambaran bahwa output kegiatan yang akan dihasilkan

mempunyai pengaruh kepada kelompok sasaran tertentu)

1. Data Pembuka Wawasan (Data Pilah Gender).

(Diambil dari GAP langkah 2) 2. Isu dan Faktor Kesenjangan Gender

a. Faktor Kesenjangan (Diambil dari GAP langkah3).

b. Penyebab Internal (Diambil dari GAP langkah 4) c. Penyebab Eksternal (Diambil dari GAP langkah 5)

RENCANA AKSI

(Dipilih hanya Komponen Input yang secara langsung mengubah kondisi kearah

kesetaraan gender. Tidak semua komponen input dicantumkan)

Komponen Input 1

(Diambil dari GAP langkah 7)

Tujuan Diisi dengan informasi yang mendukung pencapaian hasil kegiatan yang responsif Gender

Alokasi Anggaran Rp. xx

Komponen Input 2

(Diambil dari GAP langkah 7)

Tujuan Di isi dengan informasi yang mendukung pencapaian hasil kegiatan yang responsif Gender

Alokasi Anggaran Rp. xx

Total anggaran Diisi dengan total anggaran untuk mencapai output

CAPAIAN PROGRAM (di level kegiatan)

output dan dampak kegiatan yang memperlihatkan perbaikan kearah KKG (Diambil dari GAP langkah 9 )

Penanggung jawab kegiatan

……….NIP/NRP ……..

Tabel 2.4 Contoh Pengisian Gender Budget Statement PERNYATAAN ANGGARAN GENDER

(GENDER BUDGET STATEMENT) Unit Kerja : ……..

TAHUN ANGGARAN : 2021

PROGRAM Inklusifitas akses permodalan

KODE PROGRAM ………..

KEGIATAN Perluasan akses permodalan untuk perempuan

HASIL/OUTPUT Rekomendasi Percepatan perencanaan perluasan permodalan bagi perempuan

ANALISIS SITUASI 3. Data Pembuka Wawasan(Data Pilah Gender).

- Perempuan terkendala menjadi wirausaha:

6. 12% Akses permodalan dari bank maupun instistusi lainnya terbatas. (sumber:

Tambunan 2017)

7. 80% UKM perempuan kebutuhan kreditnya tidak terlayani (IFC 2018) 8. Pencairan pinjaman perempuan 37% lebih rendah dari laki-laki

9. Kepemilikan aset perempuan lebih rendah 26% dari laki-laki (BBVA 2018) 10. 66% debitur pendanaan yang gagal bayar adalah laki-laki

4. Isu dan Faktor Kesenjangan Gender a. Faktor Kesenjangan

Akses: Kepemilikan ponsel lebih rendah perempuan dibanding laki-laki (Findex 2017)

Manfaat:

- Sarana dan prasarana kurang memadai/kurang ramah perempuan;

- Proses/prosedur kredit yang sulit.

b. Penyebab Internal

- Implementasi program yang disusun kurang mengakomodir perempuan;

- Belum adanya kebijakan pemerintah untuk perbankan yang menghimbau agar produk perbankan membidik niche market perempuan.

c. Penyebab Eksternal

- Tidak ada dukungan keluarga terutama suami untuk mengakses permodalan secara mandiri (berdikari)

- Peran ganda (mengurus anak dan pengusaha) - Tingkat pendidikan perempuan yang rendah RENCANA AKSI Komponen

Input 1

Meningkatkan literasi keuangan melalui wadah keperempuanan (posyandu, PKK, forum RT/RW dll)

Tujuan Peningkatan perempuan melek terhadap akses permodalan

Komponen Input 2

Workshop lembaga keuangan untuk mendorong menyasar niche market Tujuan Mendorong lembaga keuangan untuk mulai membidik

niche market perempuan.

Komponen Input 3

Memberikan insentif untuk lembaga keuangan yang mendahulukan permodalan untuk UMKM Perempuan

Tujuan Mendorong lembaga keuangan untuk menerapkan forward integration strategy dalam menyasar pasar perempuan.

Total anggaran Rp. 310.058.100.000 CAPAIAN PROGRAM

(di level kegiatan)

1. Capaian kredit perempuan berwirausaha meningkat sebesar 2%

2. Statistik jumlah perempuan yang memiliki kredit untuk usaha meningkat

BAB 3

PENANDAAN ANGGARAN RESPONSIF GENDER

3.1 Penandaan Anggaran Tematik APBN

Di dalam Sistem Informasi Kolaborasi Perencanaan dan Informasi Kinerja Anggaran (KRISNA), terdapat pilihan kategori untuk melakukan penandaan yaitu Prioritas Nasional, Nawa Cita, Janji Presiden, dan Tematik (Dukungan) APBN. Penandaan Anggaran Responsif Gender merupakan salah satu tema dalam kategori penandaaan Tematik (Dukungan) APBN dan untuk 1 (satu) Output Kegiatan atau Sub-output dapat dilakukan penandaan lebih dari 1 (satu) tema. Misalnya Output X merupakan anggaran responsif gender sekaligus merupakan anggaran mitigasi perubahan iklim dan anggaran kesehatan.

Gambar 3. 1 Penandaan Tematik APBN dalam Sistem Informasi KRISNA

Sumber: Sistem Informasi KRISNA

5

3 7

6 4

1

8 2

2 1

3 4 7

8

6 5

Infrastruktur

Anggaran

Responsif Gender Mitigasi

Perubahan Iklim

Kesehatan

Pendidikan Adaptasi Perubahan Iklim

Kerja Sama Selatan – Selatan

dan Triangular Upaya Konvergensi

Penanganan Stunting

Anggaran Tematik APBN

3.1.1 Output Kegiatan sebagai Basis Penandaan Anggaran

Di dalam penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran, penandaan anggaran (budget tagging) dilakukan di level Output Kegiatan (keluaran) yang dihasilkan dari Kegiatan atau Sub-output yang dihasilkan dari Output Kegiatan di dalam Sistem Informasi KRISNA Renja K/L, termasuk dalam hal ini anggaran responsif gender. Output Kegiatan (keluaran) adalah produk akhir berupa barang/jasa yang dihasilkan oleh level Eselon Il/Satuan Kerja yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran Kegiatan. Sementara yang dimaksud dengan Sub-output adalah bagian dari Output Kegiatan, yang memiliki jenis dan satuan yang sama. Penandaaan yang dilakukan di level output tersebut akan terbawa di dalam RKA K/L dan DIPA. Penandaan di level Output Kegiatan atau Sub-output menyebabkan overestimasi terhadap besaran alokasi ARG karena kegiatan yang benar-benar responsif gender umumnya berada di level komponen/subkomponen.

Output yang ditandai sebagai ARG berada pada unit kerja eselon II sesuai dengan struktur data di dalam Sistem Aplikasi KRISNA Renja K/L sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.1. Guna memudahkan proses identifikasi output responsif gender pada tahun berikutnya, pada Lampiran II disajikan daftar keluaran (output) yang responsif gender telah diidentifikasi dari Rencana Kerja dan Anggaran K/L (RKA-K/L) tahun 2019. Output RKA-K/L tersebut bersifat dinamis dari tahun ke tahun,

Gambar 3. 2 Struktur Data dalam Sistem Aplikasi KRISNA

dapat berubah, ditambah, dikurangi, maupun direstrukturisasi sejalan dengan penyusunan Renja dan RKA K/L terkait.

3.2 Waktu dan Proses Penandaan ARG

Penandaan anggaran reponsif gender dilaksanakan mengikuti siklus perencanaan dan penganggaran dan dilakukan di dalam Sistem Informasi Kolaborasi Perencanaan dan Informasi Kinerja Anggaran Rencana Kerja KL (KRISNA Renja K/L) sebagaimana dijelaskan pada Gambar 3.3.

Gambar 3. 3 Waktu Pelaksanaan Penandaan/Tagging dalam Siklus Perencanaan dan Penganggaran

Sumber: Direktorat Sistem dan Prosedur Pendanaan Pembangunan, Bappenas

*) Keterangan:

Apabila Renja yang disusun adalah Renja K/L Tahun Anggaran 2021, maka : T-2 : Tahun 2019 (2 tahun sebelum Tahun Anggaran Renja K/L)

T-1 : Tahun 2020 (1 Tahun sebelum Tahun Anggaran Renja K/L) T : Tahun 2021 (Tahun Anggaran)

Dalam hal terjadi keterlambatan proses perencanaan dan penganggaran, penandaan ARG dapat menyesuaikan dengan tahapan perencanaan dan penganggaran di tahun berjalan

Berdasarkan siklus tersebut, proses penandaan ARG dimulai dari evaluasi hasil penandaan

Berdasarkan siklus tersebut, proses penandaan ARG dimulai dari evaluasi hasil penandaan

Dokumen terkait