• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2 912014021 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T2 912014021 BAB III"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi

(2)

3.2. Sampel

(3)

3.3. Pengukuran

[image:3.516.84.447.159.640.2]

Penelitian ini memiliki variabel terikat (dependent), dan variabel bebas (independent). Variabel terikat pada penelitian ini adalah minat (intention) atas penggunaan instrumen pembayaran non tunai sebagai tanda hadirnya era non tunai di masyarakat, serta kebiasaan (habits) masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan. Sedangkan variabel bebas yang terdapat dalam penelitian ini adalah sikap (attitude), faktor-faktor sosial (social factors), affect, dan pengalaman dari perilaku sebelumnya (frequency of past behaviour). Variabel tersebut akan diukur menggunakan skala interval mendekati 5 poin Likert (Jogiyanto, 2004). Berikut adalah alternatif jawaban dari skala interval Likert : poin 5 untuk jawaban sangat setuju (SS), poin 4 untuk jawaban setuju (S), poin 3 untuk jawaban netral (N), poin 2 untuk jawaban tidak setuju (TS), dan poin 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS).

Tabel 3.1 Pengukuran Variabel

N o

Variabel Definisi Indikator

1. Behaviour (B)

Tindakan yang

didasarkan

(4)

pada harapan yang akan diperoleh . (Darnton, 2008).

profesi/pekerjaan sehari-hari.

2.Menggunakan alat pembayaran non tunai membuat saya merasa lebih aman.

3.Dengan alat pembayaran non tunai, proses pembayaran yang saya lakukan menjadi lebih cepat / mempersingkat

waktu. 2. Attitude (A) Kepercayaan

/ persepsi seorang individu terhadap hubungan antara apa yang

dilakukannya , dengan hasil dari apa yang sudah dilakukannya

1.Transaksi non tunai meningkatkan

kemampuan dalam mengelola keuangan pribadi.

2.Penggunaan alat pembayaran non tunai mempermudah

pengguna dalam mengambil keputusan jual-beli.

(5)

(Tsang, 2015).

lebih disukai oleh kerabat/keluarga. 3. Social

Factors

(SF)

Persetujuan interpersonal dari seorang individu terhadap komunitas yang dianutnya dalam sebuah lingkungan sosial tertentu. (Triandis, 1980). 1.Pemerintah mengeluarkan

regulasi yang mendorong

penggunaan transaksi non tunai.

2.Penggunaan transaksi non tunai disarankan oleh

kerabat/keluarga. 3.Penggunaan transaksi

non tunai disarankan oleh rekan/atasan tempat saya bekerja. 4.Transaksi non tunai

disarankan oleh komunitas dimana saya bergabung.

4. Affect Respon

emosional secara langsung pada sebuah pemikiran tentang perilaku

1.Menggunakan alat pembayaran non tunai menimbulkan rasa praktis.

(6)

tertentu (Triandis, 1980).

mentransfer uang sewaktu-waktu ke keluarga/kerabat pada saat darurat. 3.Menggunakan alat

pembayaran non tunai tidak menimbulkan kekhawatiran.

5. Intention (I) Rencana sadar atau keputusan yang diambil oleh seorang individu untuk menunjukka n suatu perilaku (Shrestha et al, 2012).

1.Terdapat keinginan untuk menggunakan alat pembayaran non

tunai dalam

kehidupan sehari-hari.

2.Berminat

menggunakan alat transaksi non tunai ketika ada pilihan untuk bertransaksi non tunai..

3.Berusaha

(7)

6. Frequency

of Past

Behaviour (FP) Perilaku yang dilakukan secara berulang, yang tidak disadari membentuk sebuah kebiasaan (habit) seorang individu (Bamberg & Schmidt, 2003)

1.Sering menggunakan alat transaksi non

tunai dalam

kehidupan sehari-hari.

2.Sering menggunakan alat transaksi non tunai ketika ada pilihan untuk bertransaksi tunai atau non tunai.

3.Sering menggunakan alat pembayaran non tunai jika ada kebutuhan yang dimungkinkan untuk dibayar secara non tunai.

7. Habit (H) Perilaku yang sudah

terotomasi pada situasi yang telah tersedia (Triandis, 1980).

1.Mengutamakan

penggunaan alat pembayaran non tunai (kartu debit, kredit, e-money, dsb.) setiap melakukan pembayaran.

(8)

pilihan untuk bertransaksi tunai atau non tunai.

3.Menyiapkan alat pembayaran non tunai (kartru debit, kredit, e-money, dsb.) saat menuju tempat pembayaran/kasir yang memungkinkan untuk bertransaksi non tunai.

8. Facilitating Conditions

(FC)

Faktor-faktor objektif dalam sebuah lingkungan yang dapat mempermud ah maupun mempersulit sebuah perilaku dilakukan, menurut penilaian tiap-tiap individu

1.Ketersediaan alat pembayaran non tunai (kartru debit, kredit, e-money, dsb.) dapat ditemui dilingkungan sekitar. 2.Jaringan komunikasi

yang tersedia stabil saat transaksi non tunai dilaksanakan. 3.Alat transaksi non

tunai dapat dimiliki dengan syarat yang

mudah untuk

(9)

(Triandis, 1980).

4.Alat transaksi non

tunai mudah

digunakan oleh pengguna.

5.Jaringan sistem untuk melakukan transaksi non tunai tidak banyak mengalami gangguan.

(10)
[image:10.516.88.434.115.553.2]

Tabel 3.2 Interval Kategori Jawaban

Tingkatan Skala

Interval Kategori Jawaban

1 1,00 – 1,80 Sangat Rendah

2 1,81 – 2,60 Rendah

3 2,61 – 3,40 Sedang

4 3,41 – 4,20 Tinggi

5 4,21 – 5,00 Sangat Tinggi

3.4. Teknik Pengumpulan Data

(11)

variabel penelitian. Angket penelitian didistribusikan langsung ke pengguna jasa keuangan perbankan di DKI Jakarta. Total keseluruhan angket yang didisribusikan berjumlah 155 kuesioner.

3.5. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul untuk dilakukan uji normalitas, terlebih dahulu dilakukan uji kualitas instrumen. Uji kualitas instrumen terdiri dari dua bagian yaitu uji validitas, dan uji reliabilitas. Pengujian validitas yang menurut Sekaran (2003) bertujuan untuk mengetahui ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya, akan dilakukan menggunakan confirmatory factor analysis (CFA). Bagian kedua dari uji kualitas instrumen adalah uji reliabilitas. Dalam penelitian ini uji reliabilitas dilakukan menggunakan metode

cronbach’s alpha dengan menggunakan bantuan

(12)
[image:12.516.85.433.114.534.2]

Tabel 3.3 Tingkatan Reliabilitas Cronbach’s Alpha

No Nilai

Cronbach’s Alpha

Tingkat Reliabilitas

1 0,8 – 1,0 Reliabilitas Baik 2 1,81 – 2,60 Reliabilitas Diterima Secara

Moderat

3 2,61 – 3,40 Reliabilitas Kurang Baik

Selanjutnya dilakukan uji normalitas, mengingat selain karena tulang punggung dari uji statistik tersebut adalah mean, Struktural Equation Model (SEM) mempersyaratkan dipenuhinya asumsi normalitas. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Amos versi 19.0 terhadap data yang digunakan dalam analisis model awal secara keseluruhan. Yaitu dengan melihat kriteria critical ratio skewness value sebesar ± 2,58 pada tingkat signifikansi 0,01 atau 1 % (Ghozali, 2005).

(13)

Mahalanobis (Mahalanobis Distance) ini dievaluasi dengan menggunakan pada derajat bebas sebesar jumlah indikator variabel yang digunakan dalam penelitian.

[image:13.516.87.439.82.556.2]

Data yang telah melewati uji kualitas instrumen, normalitas, dan outliers, selanjutnya akan dianalisis menggunakan analisis Model Persamaan Struktural atau Struktural Equation Models (SEM) dibantu dengan program AMOS versi 19.0. Kesesuaian model akan diuji dengan 8 (delapan) kriteria goodness of fit indices pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.4 Kriteria Goodness of Fit

No Goodness-of-fit

Indices Cut-off Value 1

chi-square () Mendekati 0

2 Significance Probability

(p) ≥ 0,05

3

CMIN/DF ≤ 2,00

4

GFI ≥0,90

5

RMSEA ≤ 0,08

6

AGFI ≥ 0,90

7

TLI ≥0,95

8

CFI ≥ 0,95

(14)

Gambar

Tabel 3.1 Pengukuran Variabel
Tabel 3.2 Interval Kategori Jawaban
Tabel 3.3 Tingkatan Reliabilitas Cronbach’s Alpha
Tabel 3.4 Kriteria Goodness of Fit

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dalam rangka menindaklanjuti Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi DKI Jakarta atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi DKI

Dalam rangka tindak lanjut Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi DKI Jakarta atas Kinerja Pengelolaan Limbah Domestik Provinsi DKI

Dalam rangka Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) Perwakilan Provinsi DKI Jakarta atas Belanja Daerah pada Kota Administrasi

Dalam rangka Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) Perwakilan Provinsi DKI Jakarta atas Belanja Daerah pada Kota Administrasi

Dalam rangka tindak lanjut hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi DKI Jakarta atas Belanja Daerah pada Kota Administrasi Jakarta

Dalam rangka Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) Perwakilan Provinsi DKI Jakarta atas Belanja Daerah pada Kota Administrasi

 Sudah terjadi overload pada Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta yang berdekatan dengan Wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan, seperti RSUD

BPK Perwakilan Provinsi DKI Jakarta mempunyai tugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan daerah pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, BUMD dan lembaga