10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu
2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory)
Konsep teori sinyal dan asimetri informasi sangat berkaitan erat dimana
teori asimetri informasi terjadi ketika pihak-pihak yang berkaitan dengan
perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan risiko
perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan
dengan pihak lainnya. Manajer biasanya mempunyai informasi yang lebih baik
dibandingkan dengan pihak luar seperti investor. Sehingga terjadi asimetri
informasi antara manajer dan investor. Investor yang merasa mempunyai
informasi sedikit, akan berusaha menginterpretasikan perilaku manajer. Dengan
kata lain, perilaku manajer dalam hal menentukan struktur modal bisa dianggap
sebagai sinyal oleh pihak luar (investor). Kurangnya informasi pihak luar
mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan
harga yang rendah untuk perusahaan. Menurut Mamduh (2004:314) menyatakan
bahwa “perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi
informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah
dengan memberikan sinyal pada pihak luar termasuk investor”.
Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan
memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
11 lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan
lain. Informasi berupa pemberian peringkat obligasi yang dipublikasikan
diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan dan
menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan hutang yang dimiliki.
2.1.2 Pasar Modal
Pasar modal (capital market) menurut Latumaerissa (2011:353) adalah
“pasar yang menyediakan sumber pembelanjaan dengan jangka waktu yang relatif
panjang, yang diinvestasikan pada barang modal untuk menciptakan dan
memperbanyak alat-alat produksi dan akhirnya meningkatkan keuntungan
perusahaan”. Pasar modal merupakan pasar yang menjadi penghubung antara
pihak yang memiliki dana (pemodal atau investor) dengan pengguna dana (emiten
atau perusahaan go public). Didalam pasar modal dikenal dengan istilah efek,
yaitu setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi,
sekuritas kredit, tanda bukti hutang, right (bukti right), warrant, opsi atau setiap
derivative dari efek dan istrumen lainnya.
Dalam menjalankan fungsinya, pasar modal dapat memberikan manfaat
yang cukup besar terkhusus bagi kalangan investor (pemodal), bidang usaha
maupun lembaga-lembaga penunjang pasar modal lainnya. Melalui pasar modal,
para pemodal atau investor akan dapat melakukan investasi melalui pembelian
instrumen pasar modal seperti saham, obligasi, atau sekuritas kredit lainnya.
Investor dapat bebas dan leluasa untuk memilih berbagai efek yang diinginkan,
apakah dalam bentuk saham, obligasi atau sekuritas kredit. Investor akan dapat
12 yang mengambang bagi pemegang
investasi dalam beberapa
bagi dunia usaha (perusahaan), pasar modal dapat memberikan keuntungan yang
besar terutama dalam hal peningkatan solvability perusahaan serta meningkatkan
keuntungan atau profitabilitas perusahaan dimasa yang akan datang. Sementara
pasar modal juga memberikan manfaat terhadap lembaga-lembaga penunjang
pasar modal terkhusus lembaga pemeringkat utang (PT PEFINDO). Dimana
dengan adanya pasar modal maka akan memberikan peluang bagi
lembaga-lembaga penilai khususnya lembaga-lembaga pemeringkat utang untuk memberikan
pelayanan sesuai dengan bidang dan profesionalismenya.
2.1.3 Investasi
Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih
dari satu asset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh
penghasilan atau peningkatan nilai investasi dimasa yang akan datang atau dalam
jangka waktu yang panjang. Investasi menurut Jogiyanto (1998:5) adalah sebagai
berikut:
Investasi merupakan suatu penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efesien selama periode waktu tertentu. Investasi terbagi menjadi dua yaitu: investasi langsung dan investasi tak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara lain, sedangkan investasi tak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi.
Pengertian investasi menunjukkan bahwa tujuan investasi adalah
meningkatkan kesejahteraan investor, baik sekarang maupun dimasa yang akan
13 (risk-aderse), yaitu apabila mereka dihadapkan pada suatu kesempatan investasi
yang mempunyai risiko tinggi maka para investor tersebut akan mensyaratkan
tingkat keuntungan yang lebih besar. Semakin tinggi risiko suatu kesempatan
investasi, maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh
investor. Konsep ini juga berlaku pada investasi dalam saham maupun obligasi.
2.1.4 Obligasi
2.1.4.1Pengertian Obligasi
Menurut Sjahrial (2007: 45) mendefenisikan “obligasi sebagai surat hutang
(pada umumnya berjangka panjang) yang diterbitkan oleh suatu perusahaan atau
pemerintah dimana obligasi ini disebut surat berharga karena pemegang obligasi
memiliki klaim terhadap pembayaran bunga dan pokok pinjaman yang telah
ditetapkan”. Obligasi adalah surat tanda meminjamkan uang yang mempunyai
jangka waktu tertentu, biasanya lebih dari satu tahun. Dimana pada hakikatnya
obligasi adalah surat tagihan uang atas beban/tanggungan pihak yang menerbitkan
atau mengeluarkan obligasi (Gitosudarmo dan Basri, 2002:266).
Karateristik obligasi menurut Latumaerissa (2011:236) antara lain sebagai
berikut:
a. Nilai nominal (face value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut telah jatuh tempo.
b. Kupon (interest rate) adalah nilai bunga yang diterima oleh pemegang obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan). Kupon obligasi dinyatakan dalam annual presentation.
14 risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum, makin panjang jatuh tempo suatu obligasi, makin tinggi nilai kupon/bunganya.
d. Penerbit/emiten (issuer), mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan faktor yang sangat penting dalam melakukan investasi obligasi ritel. Mengukur risiko/kemungkinan dari penerbit obligasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon dan/atau pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk) dapat dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat seperti PEFINDO atau Kasnic Indonesia.
2.1.4.2Manfaat Obligasi
Menurut Sunariyah (2004) menyatakan bahwa “manfaat utama obligasi
yaitu tingkat bunga obligasi bersifat konstan, dalam arti tidak dipengaruhi harga
pasar obligasi. Pemegang obligasi dapat memperkirakan pendapatan yang akan
diterima, sebab dalam kontrak perjanjian sudah ditentukan secara pasti hak-hak
yang akan diterima pemegang obligasi”. Apabila dibandingkan dengan saham,
return saham sangat bervariasi, karena dividen saham sangat tergantung pada laba
perusahaan. Apabila laba perusahaan turun, maka dividen juga turun, dan
sebaliknya. Dari sisi lain, karena pendapatan obligasi dapat diprediksi, maka
pemegang obligasi dapat membuat portofolio obligasi yang lebih baik,
dibandingkan dengan portofolio saham.
Dalam struktur keuangan perusahaan, obligasi mempunyai urutan lebih
diutamakan daripada saham untuk mendapatkan haknya apabila perusahaan
melakukan likuidasi. Urutannya adalah pajak pemerintah, hutang jangka pendek,
obligasi (hutang jangka panjang), kemudian preffered stock dan yang terakhir
adalah common stock (Keown dkk, 2011:236). Sehingga pemegang obligasi lebih
15 pembayaran pada saat perusahaan mengalami pailit. Setelah hak pemegang
obligasi terpenuhi maka baru dipenuhi hak pemegang preffered stock dan common
stock.
2.1.4.3Kelemahan Obligasi
Berbagai bentuk kelemahan obligasi sangat bervariasi, tergantung pada
stabilitas suatu perekonomian negara. Ada beberapa kelemahan dari obligasi
menurut Sunariyah (2004) antara lain sebagai berikut:
a) Tingkat bunga. Meskipun tingkat bunga konstan, harga obligasi sangat berfluktuasi. Harga obligasi sangat tergantung kepada kebijakan pemerintah atau bank sentral. Tingkat bunga pasar keuangan dengan harga obligasi mempunyai hubungan negatif, apabila harga obligasi naik maka tingkat bunga akan turun, demikian sebaliknya. Sehingga, pemodal harus memperhatikan pergerakan harga obligasi agar dapat mempertimbangkan waktu beli yang menguntungkan.
b) Obligasi merupakan instrumen keuangan yang sangat konservatif,
sehingga menghasilkan yield yang cukup baik,dengan risiko rendah. Misalnya, obligasi yang diterbitkan pemerintah lebih menguntungkan dibandingkan dengan obligasi yang diterbitkan perusahaan swasta. Risiko obligasi pemerintah relatif sangat rendah dibandingkan dengan obligasi perusahaan swasta. Dalam kasus tersebut, pemodal yang ingin mengoptimalkan keuntungan lebih baik melakukan investasi dalam instrumen ini, meskipun risiko cukup tinggi.
c) Tingkat likuidasi obligasi rendah. Hal ini dikarenakan pergerakan
harga obligasi, khususnya apabila harga obligasi menurun. Dalam kasus tersebut pemegang obligasi akan menahan obligasinya, dan berspekulasi bahwa masa yang akan datang obligasi akan naik kembali.
d) Risiko penarikan. Apabila dalam kontrak perjanjian obligasi ada
persyaratan penarikan obligasi, perusahaan dapat menarik obligasi sebelum jatuh tempo dengan membayar sejumlah premium. Hal ini kelihatannya menguntungkan pemegang obligasi, tetapi biasanya obligasi yang diambil dijual kembali dengan tingkat bunga yang lebih rendah oleh penerbit obligasi (yang disebut refunding). Sebagai akibatnya, pemegang obligasi belum siap untuk reinvestasi, atau dinamakan reinvestment risk.
e) Risiko kecurangan. Apabila perusahaan penerbit mempunyai masalah
16 2.1.4.4Jenis-jenis Obligasi
Jenis-jenis obligasi menurut Gitosudarmo dan Basri (2002:266) adalah
sebagai berikut:
1. Obligasi atas dasar emiten (penerbitnya)
a. Obligasi Pemerintah Pusat (Government Bond), adalah sekuritas
pemerintah yang digunakan untuk pendanaan dalam hutang pemerintah (obligasi RI tahun 1950).
b. Obligasi Badan Usaha Milik Negara (State Owned Company
Bond), adalah obligasi yang diterbitkan oleh BUMN untuk pendanaan (obligasi Jasa Marga, BAFINDO).
c. Obligasi Perusahaan Swasta (Corporate Bonds), adalah sekuritas yang mencerminkan janji dari perusahaan yang menerbitkan untuk memberikan sejumlah pembayaran berupa pembayaran kupon dan pokok pinjaman kepada pemilik obligasi, selama jangka waktu tertentu. Obligasi ini terdiri dari:
1) Participating Bonds, Pemilik obligasi selain memperoleh bunga yang tetap juga memperoleh pembagian keuntungan yang diperoleh perusahaan.
2) Client Bonds, obligasi yang diberikan kepada langganan perusahaan dalam rangka mengembangkan pemilikan efek kepada masyarakat.
3) Debenture Bonds, obligasi yang tidak dijamin atau tanpa suatu jaminan.
2. Obligasi atas dasar tingkat bunga. Obligasi yang tingkat bunganya
berbeda-beda, antara lain sebagai berikut:
a. Fixed Coupon Rate, obligasi yang memberikan bunga yang tetap jumlahnya kepada pemiliknya. Contohnya: Obligasi dengan bunga ditangguhkan, obligasi dengan premi, obligasi indeks.
b. Floating/variable coupon rate,obligasi yang menawarkan suku bunga mengambang (tidak tetap) kepada pemiliknya. Contohnya: Obligasi dengan bunga variabel, obligasi indeks.
c. Zero coupon bond,obligasi dengan tingkat bunga nol artinya obligasi ini dijual dengan diskon pada awal periode dan kemudian dilunasi sesuai nominal pada akhir periode.
3. Obligasi atas dasar jaminan, terdiri dari:
a. Secured Bonds, obligasi yang dikeluarkan dengan jaminan. Contohnya: obligasi dengan garansi, obligasi dengan jaminan aset, obligasi dengan klausal hipotek negatif.
b. Unsecured Bonds, obligasi yang tidak disertai jaminan apapun. Contohnya: debenture bonds.
17
a. Obligasi dengan jangka waktu terbatas (Limited Bonds), obligasi
yang memiliki jangka waktu jatuh tempo untuk pengambilan hutang-hutangnya.
b. Obligasi dengan jangka waktu tidak terbatas (Unlimited Bonds), obligasi yang tidak dibatasi oleh jangka waktu tertentu untuk pengambilan hutangnya.
Sementara jenis-jenis obligasi menurut Keown dkk. (2011:232) terbagi
menjadi enam bahagian besar diantaranya sebagai berikut:
1. Surat hutang, istilah surat hutang (debenture) berlaku untuk semua
hutang berjangka tanpa ada jaminan.
2. Obligasi subordinat, merupakan suatu obligasi yang pembayarannya
menjadi subordinat atas obligasi lain pada saat perusahaan tidak mampu membayar hutang.
3. Obligasi hipotek, yaitu suatu obligasi yang dijamin dengan hak gadai atas properti riil dimana nilai dari properti riil lebih besar dibandingkan dengan obligasi hipotek yang diterbitkan. Hal ini memberikan para pemegang obligasi hipotek marjin keamanan jika terjadi penurunan atas nilai pasar properti yang dijaminkan.
4. Obligasi Euro, tidak berbeda banyak dengan jenis surat berharga
lainnya. Secara sederhana, obligasi jenis ini adalah surat berharga obligasi yang dikeluarkan dinegara yang berbeda mata uangnya yang digunakan untuk menyatakan nilai obligasi tersebut.
5. Obligasi tanpa bunga dan nilai bunga terendah, merupakan suatu
obligasi yang diterbitkan dengan diskon substansial atas nilai nominal obligasi tanpa membayar bunga atau membayar bunga yang sangat rendah.
6. Obligasi Junk-Bonds, merupakan hutang yang berisiko tinggi dengan peringkat obligasi yang rendah (non-investment grade).
2.1.4.5Penerbit Obligasi
Penerbit obligasi ini sangat luas sekali, hampir setiap badan hukum dapat
menerbitkan obligasi, namun peraturan yang mengatur mengenai tata cara
penerbitan obligasi ini sangat ketat sekali.
Penggolongan penerbit obligasi antara lain sebagai berikut:
1. Lembaga supranasional, seperti misalnya Bank Investasi Eropa (European
18
2. Pemerintah suatu negara menerbitkan obligasi pemerintah dalam mata uang
negaranya maupun obligasi pemerintah dalam denominasi valuta asing yang
biasa disebut dengan obligasi internasional (sovereign bond).
3. Sub-sovereign, propinsi, negara atau otoritas daerah. Di Amerika dikenal
sebagai obligasi daerah (municipal bond). Di Indonesia dikenal sebagai Surat
Utang Negara (SUN).
4. Lembaga pemerintah. Obligasi ini biasa juga disebut agency bond, atau
agencies.
5. Perusahaan yang menerbitkan obligasi swasta.
6. Special purpose vehicle adalah perusahaan yang didirikan dengan suatu tujuan
khusus guna menguasai aset tertentu yang ditujukan guna penerbitan suatu
obligasi yang biasa disebut Efek Beragun Aset.
2.1.4.6 Peringkat Obligasi
Peringkat merupakan sebuah pernyataan tentang keadaan penghutang dan
kemungkinan apa yang bisa dan akan dilakukan sehubungan dengan hutang yang
dimiliki. Dapat dikatakan bahwa peringkat mencoba mengukur risiko kegagalan,
yaitu peluang emiten atau peminjam akan mengalami kondisi tidak mampu
memenuhi kewajiban keuangan (Keown dkk, 2011:237). Informasi peringkat
obligasi bertujuan untuk menilai kualitas kredit dan kinerja dari perusahaan
penerbit. Peringkat ini dinilai sangat penting bagi investor karena dapat
dimanfaatkan untuk memutuskan apakah obligasi tersebut layak untuk dijadikan
19 Peringkat obligasi juga penting karena memberikan pernyataan yang
informatif dan memberikan sinyal tentang probabilitas default hutang perusahaan.
Peringkat hutang nantinya akan berfungsi membantu kebijakan publik untuk
membatasi investasi spekulatif para investor institutional seperti bank,
perusahaan-perusahaan asuransi dan dana pension.
Berdasarkan definisi Peringkat PEFINDO adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Peringkat Obligasi berdasarkan PEFINDO
Peringkat Keterangan
IdAAA Merupakan peringkat tertinggi yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang superior untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya.
IdAA Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang sangat kuat untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya.
IdA Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki
kapasitas yang kuat untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Bagaimanapun, sekuritas hutang ini lebih mudah terpengaruh terhadap perubahan kondisi ekonomi dibandingkan sekuritas hutang dengan rating yang lebih tinggi.
IdBBB Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas yang cukup untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Bagaimanapun, perubahan kondisi ekonomi dianggap dapat melemahkan kapasitas obligor dalam memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya. IdBB Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki
kapasitas yang agak lemah untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Kapasitas obligor untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya mudah terpengaruh oleh ketidakpastian, atau perubahan kondisi bisnis, keuangan dan kondisi ekonomi lainnya.
IdB Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki
kapasitas yang lemah untuk memenuhi komitmen finansial jangka
20 Indonesia lainnya. Walaupun obligor kini memiliki kapasitas untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya, adanya perubahan kondisi kondisi bisnis, keuangan dan kondisi ekonomi lainnya dapat melemahkan kapasitas atau willingness pemenuhan kewajiban obligor tersebut.
IdCCC Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki
kapasitas yang sangat lemah dan rentan untuk tidak memenuhi
komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya.
IdD Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor tidak memiliki
kapasitas untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Dengan kata lain obligor dalam kondisi default.
Pada peringkat dari idAA sampai idB dapat dimodifikasi menggunakan notasi plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan kekuatan relatif dalam kategori peringkat tersebut.
Sumber: PEFINDO
2.1.4.7Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi Peringkat obligasi membantu investor dalam penilaian hutang dan resiko
kegagalan (default risk) dari obligasi. Peringkat obligasi mencoba mengukur
adanya risiko kegagalan berupa ketidakmampuan emiten atau penghutang dalam
membayar bunga selama umur obligasi dan pelunasannya pada jatuh temponnya.
Penetapan rating sekuritas lembaga peringkat, seperti halnya agen pemeringkat
internasional Standard & poor’s (S&P) dan Moody’s terdapat kriteria kualitatif
dan kuantitatif.
Menurut Keown dkk. (2011:237) menyatakan bahwa “secara umum
peringkat obligasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu diantaranya, proporsi
modal terhadap hutang perusahaan, tingkat profitabilitas perusahaan,tingkat
kepastian dalam menghasilkan pendapatan, besar kecilnya perusahaan, dan sedikit
21 Sementara faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi menurut
Bringham dan Houston (2006:373) diantaranya sebagai berikut:
1. Berbagai macam rasio-rasio keuangan, termasuk debt ratio, current
ratio, profitability dan fixed charge coverage ratio. Semakin baik rasio-rasio keuangan tersebut semakin tinggi rating obligasi perusahaan.
2. Jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan (mortage provision).
Apabila obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka rating akan membaik.
3. Kedudukan obligasi dengan jenis hutang lain. Apabila kedudukan
obligasi lebih rendah dari hutang lainnya maka rating akan ditetapkan satu tingkat lebih rendah dari yang seharusnya.
4. Penjamin. Emiten obligasi yang lemah namun dijamin oleh perusahaan
yang kuat maka emiten diberi rating yang kuat.
5. Adanya singking fund (provisi bagi emiten untuk membayar pokok
pinjaman sedikit demi sedikit setiap tahun).
6. Umur obligasi. Cateris Paribus, obligasi dengan umur yang lebih
pendek mempunyai risiko yang lebih kecil. 7. Stabilitas laba dan penjualan emiten.
8. Peraturan yang berkaitan dengan industri emiten. 9. Faktor-faktor lingkungan dan tanggungjawab produk.
10.Kebijakan akuntansi. Penerapan kebijakan akuntansi yang konservatif mengindikasikan laporan keuangan yang lebih berkualitas.
2.1.5 PT PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia)
PT. PEFINDO atau PT Pemeringkat Efek Indonesia didirikan di Jakarta
pada tanggal 21 Desember 1993, melalui inisiatif
(BAPEPAM) dan
memperoleh izin usahanya dengan Nomor. 39/PM-PI/1994 dan menjadi salah satu
lembaga penunjan
menyediakan suatu peringkat atas risiko kredit yang objektif, independen, serta
dapat dipertanggungjawabkan atas penerbitan surat hutang yang diperdagangkan
kepada masyarakat luas. Disamping melaksanakan kegiatannya dalam melakukan
22 informasi kredit sehubungan dengan pasar perdagangan efek. Publikasi ini terdiri
dari opini kredit atas perusahaan-perusahaan penerbit
acuannya. Pefindo merupakan perseroan terbatas yang sahamnya per Desember
2006 tercatat dimiliki oleh 96 perusahaan domestik, yangterdiri dari dana pensiun,
perbankan, asuransi, Bursa Efek Indonesia, dan perusahaan sekuriti.
2.1.6 Rasio Keuangan
2.1.6.1Pengertian Rasio Keuangan
Laporan keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan suatu
perusahaan dalam suatu periode tertentu. Aktivitas yang telah dilakukan
dituangkan dalam bentuk angka-angka, baik dalam bentuk mata uang rupiah
maupun mata uang asing. Angka-angka didalam laporan keuangan menjadi
kurang berarti jika hanya dilihat dari satu sisi saja. Artinya hanya dengan melihat
apa adanya. Angka-angka ini akan menjadi lebih apabila dapat kita bandingkan
antara satu komponen dengan komponen lainnya. Caranya adalah dengan
membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan atau antar
laporan keuangan. Setelah melakukan perbandingan, dapat disimpulkan posisi
keuangan suatu perusahaan untuk periode tertentu. Pada akhirnya kita dapat
menilai kinerja manajemen dalam periode tersebut. Perbandingan ini dikenal
dengan istilah analisis rasio keuangan (analys of finantial ratio).
Menurut Home (2006 dalam Kasmir, 2008:104) menjelaskan bahwa “rasio
keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan
diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Dimana rasio
23 perusahaan sehingga akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang
bersangkutan”.
Sementara analisis rasio keuangan menurut Harahap (2011:297) adalah
“angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan
dengan pos-pos lainnya mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan
(berarti). Dimana rasio keuangan ini sangat penting dalam melakukan analisis
terhadap kondisi keuangan perusahaan serta dapat dijadikan sebagai dasar
pengambilan keputusan baik bagi pihak eksternal maupun internal perusahaan”.
Perbedaan perusahaan dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasio keuangan
yang digunakan seperti diantaranya rasio ideal mengenai likuiditas untuk
perusahaan perbankan tidak sama dengan rasio pada perusahaan industri,
manufaktur, perdagangan, atau jasa.
2.1.6.2Kelebihan dan Kelemahan Rasio Keuangan 2.1.6.2.1 Kelebihan Rasio keuangan
Kelebihan rasio keuangan menurut Harahap (2011:298) antara lain sebagai
berikut:
1. Rasio keuangan merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang
lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
2. Rasio keuangan menjadi pengganti yang lebih sederhana dari
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi keuangan ditengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan didalam mengisi model-model
pengambilan keputusan dan model prediksi (terkhusus didalam memprediksi peringkat obligasi).
5. Menstandarisir size perusahaan.
6. Lebih mudah membandingkan perusahaan yang satu dengan
24 7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi dimasa
yang akan datang.
2.1.6.2.2 Kelemahan Rasio Keuangan
Dalam praktiknya, walaupun rasio keuangan yang digunakan memiliki
fungsi dan kegunaan yang cukup banyak bagi perusahaan dalam mengambil
keputusan, bukan berarti rasio keuangan yang dibuat sudah menjamin 100%
kondisi dan posisi keuangan yang sesungguhnya. Artinya kondisi sesungguhnya
belum tentu terjadi seperti hasil perhitungan yang dibuat. Memang dengan hasil
rasio yang diperoleh, paling tidak dapat diperoleh gambaran yang seolah-olah
sesungguhnya terjadi. Namun, belum dapat dipastikan menjamin kondisi dan
posisi keuangan yang sebenarnya. Hal itu dikarenakan rasio-rasio keuangan yang
digunakan memiliki banyak kelemahan.
Ada beberapa keterbatasan analisis rasio keuangan menurut Harahap
(2011:298) yaitu sebagai berikut:
1. Kesulitan didalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan
untuk kepentingan pemakainnya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga
menjadi keterbatasan teknik ini seperti:
a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak
mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau
subjektif.
b. Nilai yang terkandung didalam laporan keuangan dan rasio adalah
nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka
rasio.
d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa
diterapkan berbeda.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan
kesulitan menghitung rasio.
4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntasi
25 2.1.6.3Jenis-jenis Rasio Keuangan
Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan
rasio-rasio keuangan, dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap
rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian, setiap
hasil dari rasio yang diukur di interpretasikan sehingga menjadi berarti bagi
pengambilan keputusan. Harahap (2011:299) menyatakan bahwa “jenis-jenis rasio
keuangan perusahaan terdiri atas: rasio likud itas, rasio solvabilitas, rasio
rentabilitas/proftabilitas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio pertumbuhan, rasio
pasar, dan rasio produktivitas”. Didalam penelitian ini, peneliti hanya mengambil
empat rasio keuangan saja sebagai variabel penelitian yaitu rasio likuiditas,
leverage, profitabilitas dan produktivitas.
2.1.6.4Rasio Likuiditas
Menurut Gill (2006 dalam Kasmir, 2008:130) mendefenisikan bahwa
“rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur jumlah kas atau jumlah investasi
yang dapat dikonversikan atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran,
tagihan, dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo”. Rasio likuiditas
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (hutang)
jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu
memenuhi uang tersebut terutama utang yang telah jatuh tempo. Salah satu alat
yang dipakai untuk mengukur likuiditas adalah dengan menggunakan rasio cepat
(quick ratio). Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat
pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid dan mempunyai
26 Penelitian Linandarini (2010) menemukan hubungan antara likuiditas
dengan peringkat obligasi dimana semakin tinggi likuiditas maka semakin tinggi
peringkat obligasi perusahaan tersebut. Burton et al (2002 dalam Adrian, 2011:40)
menyatakan bahwa “tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya
kondisi keuangan perusahaan sehingga secara finansial akan mempengaruhi
prediksi peringkat obligasi”.
2.1.6.5 Rasio Leverage
Rasio leverage menurut Kasmir (2008:151) merupakan “rasio yang
digunakan untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan hutang.
Artinya berapa besar beban hutang yang ditanggung perusahaan dibandingka n
dengan asetnya”. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio leverage digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik
jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan. Sementara
menurut Harahap (2011:306) mengartikan bahwa “rasio leverage adalah rasio
yang menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal
maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh
hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh
modal (equity)”.
Salah satu alat yang dipakai untuk mengukur leverage adalah dengan
menggunakan Debt to Asset Ratio (Total Liabilities/Total Asset). Semakin besar
leverage perusahaan, semakin besar risiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah
leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan
27 dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung memiliki kemampuan yang rendah
dalam memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi rasio ini berarti sebagian besar
aset didanai dari hutang. Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan dihadapkan
pada default risk atau peringkat obligasi yang rendah. Semakin tinggi leverage,
semakin besar risiko kegagalan perusahaan. Dengan demikian, semakin rendah
leverage perusahaan maka akan semakin tinggi peringkat yang diberikan pada
perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adrian (2011) dan Yohanes
(2012) menyatakan bahwa leverage secara signifikan berpengaruh terhadap
peringkat obligasi.
2.1.6.6 Rasio Profitabilitas
Menurut Kasmir (2008:196) menyatakan bahwa “rasio profitabilitas
merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan”. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen
suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan
dan pendapatan investasi. Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan
perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada
seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan
sebagainya.
Menurut Brotman dan Young (1998 dalam Adrian, 2011:39) menyatakan
bahwa “semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah
risiko ketidakmampuan membayar (default) atau semakin baik peringkat yang
diberikan terhadap perusahaan tersebut”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
28 (2012) dan Onji (2013) menyatakan bahwa rasio profitabilitas secara signifikan
dapat mempengaruhi peringkat suatu obligasi.
2.1.6.7Rasio Produktivitas
Rasio produktivitas ini mengukur seberapa efektif perusahaan
mempergunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan tersebut. Perusahaan yang
tingkat produktivitasnya tinggi cenderung lebih mampu menghasilkan laba yang
lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat produktivitasnya
rendah. Hal ini juga menunjukkan perusahaan yang tingkat produktivitasnya
tinggi akan lebih mampu memenuhi kewajibanya secara lebih baik. Rasio ini
secara signifikan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Menurut
Horrigan (1966 dalam Linandarini, 2010:51) menjelaskan bahwa “rasio
produktivitas secara siginifikan berpengaruh positif terhadap credit rating.
Semakin tinggi rasio produktivitas maka semakin baik peringkat perusahaan
tersebut”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Magreta dan Nurmayanti (2009)
dan Linandarini (2010) menyatakan bahwa rasio produktivitas berpengaruh
signifikan terhadap peringkat obligasi.
2.1.7 Rasio Non Keuangan
2.1.7.1Umur obligasi (maturity)
Umur Obligasi merupakan tanggal dimana pemegang obligasi akan
mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang
dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai
dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan
29 dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5
tahun. Obligasi dengan umur obligasi yang lebih pendek mempunyai resiko yang
lebih kecil. Sehingga perusahaan yang rating obligasinya tinggi menggunakan
umur obligasi yang lebih pendek daripada perusahaan yang menggunakan umur
obligasi lebih lama (Latumaerissa, 2011:367). Investor cenderung tidak menyukai
obligasi dengan umur yang lebih panjang karena risiko yang akan didapat juga
akan semakin besar. Sehingga umur obligasi yang pendek ternyata menunjukkan
peringkat obligasi investment grade. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adrian
(2011) dan Yohanes (2012) menemukan bahwa umur obligasi (maturity)
berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.
2.1.7.2 Reputasi Auditor
Reputasi dalam arti sempit adalah nama baik. Argumen yang mendasari
dimasukkannya reputasi auditor adalah semakin tinggi reputasi auditor didalam
melakukan proses audit maka semakin tinggi pula tingkat kepastian laporan
keuangan perusahaan sehingga semakin kecil tingkat kegagalan perusahaan
tersebut (Almilia & Vieka, 2007). Tambahan pula, Allen (1994 dalam Magreta
dan Nurmayanti, 2009:148) menyatakan bahwa “pengguna informasi keuangan
merasa bahwa auditor big 8 menyediakan kualitas audit yang lebih baik untuk
perusahaan dan pemerintah daerah”. Dengan reputasi auditor yang baik maka
akan memberikan hasil audit yang dapat dipercaya. Sementara di Indonesia
emiten yang diaudit oleh auditor big four akan mempunyai investment grade
karena semakin baik reputasi auditor maka akan mempengaruhi peringkat
30 2.1.8 Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa peneliti mengenai
pengaruh rasio keuangan maupun non keuangan terhadap peringkat obligasi.
Dimana masing-masing penelitian mempunyai varibel independen yang
berbeda-beda dari tahun ke tahun dan penelitian tersebut biasanya selalu bervariasi sesuai
dengan kebutuhan sipeneliti (menambah atau mengembangkan penelitian yang
sudah ada sebelumnya dengan objek perusahaan yang berbeda dan periode
penelitian yang berbeda).
Berikut penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi, diantaranya sebagai berikut:
Magreta dan Nurmayanti (2009) melakukan penelitian mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi pada seluruh perusahaan dari sudut
akuntansi dan non akuntansi. Dimana sampel perusahaan yang digunakan adalah
sebanyak 80 perusahaan yang terdaftar di PEFINDO kecuali perusahaan yang
bergerak di bidang perbankan dan lembaga keuangan lainnnya dari periode
2005-2008. Dari sisi faktor akuntansi yang digunakan adalah size (Log.Total Asset),
likuiditas (Current Asset/Current Liabilities), profitabilitas (Operating
Income/Investment), leverage (Total Liabilities/Total Equity), dan produktivitas
(Sales/Total Asset), sementara dari faktor non akuntansi yang digunakan adalah
secure, umur obligasi dan reputasi auditor. Metode analisis menggunakan logistic
regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya profitabilitas dan
produktivitas dari sudut akuntansi dan secure (jaminan) dari sudut non akuntansi
31 leverage, likuiditas, maturity, ukuran perusahaan dan reputasi auditor tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.
Linandarini (2010) juga melakukan penelitian yang mengenai kemampuan
rasio keuangan didalam memprediksi peringkat obligasi. Dimana sampel yang
digunakan didalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di
PEFINDO kecuali perusahaan perusahaan dibidang perbankan dan lembaga
keuangan lainnya periode 2007-2008. Rasio keuangan yang dijadikan penelitian
ini adalah rasio leverage (Long Term Liability/Total Asset), rasio likuiditas
(Current Asset/Current Liability), rasio solvabilitas (Cash Flow from
Operation/Total Liabilities), rasio profitabilitas (Operating Income/Sales),dan
rasio produktivitas (Sales/Total Asset). Penelitian ini menggunakan Multiple
Discriminant Analysis (MDA). Hasil penelitian terdapat tiga variabel rasio
keuangan yang dapat membentuk model prediksi peringkat obligasi. Ketiga
variabel rasio keuangan tersebut berasal dari rasio likuiditas, rasio profitabilitas,
dan rasio produktivitas. Sementara rasio solvabilitas dan leverage tidak dapat
dijadikan sebagai prediksi didalam menentukan peringkat obligasi.
Sementara Maharti (2011) juga menguji mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi peringkat obligasi. Variabel independen yang diuji adalah
profitabilitas (Laba setelah pajak/Total Aset), likuiditas (Aset lancar/Utang
lancar), ukuran perusahaan (Log.Total Asset), leverage (Utang jangka
panjang/Total Asset), dan jaminan (obligasi memberikan jaminan atau tidak).
32 Indonesia. Kriteria sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive
sampling. Total sampel yang diambil adalah 45 perusahaan selama tahun
2007-2010. Pengujian hipotesis dengan menggunakan analysis ordinal regresission
karena variabel terikat berupa skala ordinal (peringkat). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa semua variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap
peringkat obligasi.
Kemudian, Adrian (2011) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi peringkat obligasi. Penelitian yang digunakan adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan terdaftar
dalam peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT. PEFINDO periode tahun
2006 hingga tahun 2009. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10
perusahaan manufaktur. Teknik pengambilan sampel ditentukan dengan metode
penyampelan bersasaran (purposive sampling), sedangkan metode analisis yang
digunakan adalah analisis regresi logistik. Dimana variabel independen yang
digunakan didalam penelitian ini adalah rasio leverage (Total hutang/Total
modal), rasio likuiditas (Aset lancar/Hutang lancar), rasio profitablititas (Laba
bersih/ Total aset) dan umur obligasi. Penelitian ini menghasilkan bahwa
likuiditas dan umur obligasi berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat
obligasi. Sedangkan leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan
terhadap peringkat obligasi.
Yohanes (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan
33 pada penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling, dengan kriteria,
Obligasi yang diperingkat oleh PT. Pefindo pada April 2012, obligasi yang
diterbitkan oleh perusahaan yang bergerak di sektor keuangan (Banking, Finance
Company, dan Securities Company), obligasi yang waktu jatuh temponya
berdasarkan satuan tahun. Berdasarkan pengambilan sampel dengan teknik
purposive sampling, terdapat 117 obligasi yang sesuai dengan kriteria
pengambilan sampel. Analisis data menggunakan regresi berganda. Variabel
independen yang digunakan didalam memprediksi peringkat obligasi adalah rasio
leverage (Total Debt/Total Equity), dan profitabilitas (Net Income/Common
Equity) sedangkan karateristik obligasi yang digunakan adalah maturity dan
subordination. Hasil penelitian menujukkan bahwa rasio leverage, profitability,
umur obligasi dan subordination secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
peringkat obligasi. Sedangkan secara parsial hanya subordination yang tidak
berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi suatu perusahaan.
Selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Onji (2013) mengenai
pengaruh faktor-faktor akuntansi dan non akuntansi dalam mempengaruhi
peringkat obligasi pada perusahaan non manufaktur yang terdaftar di BEI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh size (log of Total Asset),
profitabilitas (Laba bersih/Total asset), likuiditas (Asset lancar/Utang lancar),
leverage (Total hutang/Total ekuitas), maturity, secure,dan reputasi auditor.
Sampel penelitian ini adalah perusahaan non manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dan terdaftar dalam peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT.
34 penelitian ini adalah 10 perusahaan non manufaktur. Teknik pengambilan sampel
ditentukan dalam dengan metode purposive sampling, sedangkan metode analisis
yang digunakan adalah analisis Regresi Logistik. Penelitian ini menghasilkan
bahwa size dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap
peringkat obligasi. Sedangkan likuiditas, leverage, maturity, secure dan reputasi
auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Dengan
demikian, leverage, maturity, secure dan reputasi auditor tidak dapat dijadikan
acuan untuk menilai baik buruknya peringkat obligasi pada perusahaan non
manufaktur.
Tabel : 2.2
Review Penelitian Terdahulu
Nama, Tahun dan Judul penelitian
Variabel penelitian Hasil penelitan Magreta dan gasi ditinjau dari Faktor Akuntansi dan Non Akun-tansi”
Variabel independen: Ukuran perusahaan, rasio likuiditas, profitabilitas, leverage, produktivitas, umur obligasi, jaminan obligasi, reputasi auditor Variebel dependen: Peringkat obligasi
Profitabilitas, produktivitas dan jaminan obligasi yang ber-pengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. sedangkan rasio likuiditas, leverage, reputasi auditor dan umur obligasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi. Rasio leverage, liquidity, solvability, profitability, productivity
Variabel dependen: Peringkat obligasi
35
Variabel independen: Rasio leverage profita-bilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, Jaminan obli-gasi.
Variabel dependen: Peringkat obligasi
Semua variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
Andrian (2011) tur yang Terdaf-tar di BEI”
Variabel independen: Rasio leverage, profita-bilitas, likuiditas, umur obligasi
Variabel dependen: Peringkat obligasi
Rasio leverage, profitabilitas dan umur obligasi berpengaruh signifikan terhadap peringkat
obligasi. Sedangkan hanya
rasio likuiditas yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.
Yohanes (2012) gasi Korporasi di Indonesia”
Variabel independen: Rasio leverage, profita-bility, umur obligasi, dan subordinasi
Variabel dependen: Peringkat obligasi
Rasio leverage, profitability, umur obligasi dan subordinasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap peringkat
obligasi sedangkan secara
parsial hanya subordinasi yang tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
Onji (2013) Ukuran perusahaan, rasio profitabilitas, likuiditas, leverage, umur obligasi, jaminan obligasi, reputasi auditor
Variabel dependen: Peringkat obligasi
Size dan profitabilitasber-pengaruh positif dan signifikan terhadap peringkat obligasi. Sedangkan likuiditas, leverage, maturity, secure dan reputasi
auditor tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap peringkat obligasi.
2.2Kerangka Konseptual
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah
36 Rating Obligasi
(Y)
teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan
tuntuan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis dan
sebagai tempat peneliti untuk memberikan penjelasan tentang hal-hal yang
berhubungan dengan variabel ataupun masalah yang ada dalam penelitian.
Penelitian ini membahas mengenai rasio keuangan dan non keuangan dalam
mempengaruhi peringkat obligasi dan manakah yang signifikan. Dengan menguji
4 rasio keuangan dan 2 rasio non keuangan yaitu rasio likuiditas, leverage,
profitabilitas, produktivitas, umur obligasi dan reputasi auditor. Berdasarkan
informasi yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kerangka konseptual yang
dibuat adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Rasio Keuangan
Rasio Non Keuangan Leverage (X2)
Likuiditas (X1)
Profitabilitas (X3)
Umur Obligasi (X5)
Produktivitas (X4)
Reputasi Auditor (X6)
H1
H2
H3
H4
H5
H6
H6
H6
37 Gambar 2.1 mengindikasikan bahwa rasio likuiditas (X1), rasio leverage
(X2), rasio profitabilitas (X3), rasio produktivitas (X4), umur obligasi (X5) dan
reputasi auditor (X6
1. Rasio likuiditas
) mempengaruhi rating obligasi (Y), baik secara parsial
maupun simultan. Penjelasan detail mengenai pengaruh rasio likuiditas, rasio
leverage, rasio profitabilitas, rasio produktivitas, umur obligasi, dan reputasi
auditor terhadap rating obligasi ialah sebagai berikut:
Penelitian Linandarini (2010) menemukan hubungan antara likuiditas
dengan peringkat obligasi dimana semakin tinggi likuiditas maka semakin tinggi
peringkat obligasi perusahaan tersebut. Lebih jauh lagi, penelitian yang dilakukan
oleh Burton et al (2002 dalam Adrian, 2011:40) menyatakan bahwa “tingkat
likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan
sehingga secara finansial akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi”.
2. Rasio Leverage
Menurut Burton at al (1998 dalam Adrian, 2011:38) menjelaskan bahwa
“Semakin besar leverage perusahaan, semakin besar risiko kegagalan perusahaan.
Semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang diberikan
terhadap perusahaan”. Hasil penelitian ini juga searah dengan penelitian yang
dilakukan oleh Adrian (2011) dan Yohanes (2012) menyatakan bahwa leverage
secara signifikan berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
3. Rasio Profitabilitas
Menurut Brotman dan Young (1998 dalam Adrian, 2011:39) menyatakan
38 risiko ketidakmampuan membayar (default) atau semakin baik peringkat yang
diberikan terhadap perusahaan tersebut”. Lebih jauh lagi, penelitian yang
dilakukan oleh Magreta dan Nurmayanti (2009), Linandarini (2010), Adrian
(2011), Yohanes (2012) dan Onji (2013) yang menyatakan bahwa rasio
profitabilitas secara signifikan dapat mempengaruhi peringkat suatu obligasi.
4. Rasio Produktivitas
Menurut Horrigan (1966 dalam Linandarini, 2010:51) menjelaskan bahwa
“rasio produktivitas secara siginifikan berpengaruh positif terhadap credit rating.
Semakin tinggi rasio produktivitas maka semakin baik peringkat perusahaan
tersebut”. Hasil penelitian ini juga searah dengan penelitian yang dilakukan oleh
Magreta dan Nurmayanti (2009) dan Linandarini (2010) menyatakan bahwa rasio
produktivitas berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.
5. Umur Obligasi
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adrian (2011) menyatakan bahwa
umur obligasi berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi dimana
semakin sedikit umur obligasi maka semakin baik peringkat obligasi yang
diberikan kepada perusahaan tersebut demikian pula sebaliknya. Tambahan pula,
penelitian yang dilakukan oleh Yohanes (2012) dimana umur obligasi (maturity)
juga berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi.
6. Reputasi Auditor
Menurut Allen (1994 dalam Magreta dan Nurmayanti, 2009) menyatakan
bahwa “di Indonesia emiten yang diaudit oleh auditor big 4 akan mempunyai
39 mempengaruhi peringkat obligasi”. Tambahan pula, Sari dkk. (2012) juga
melakukan penelitian dimana menemukan bahwa reputasi auditor berpengaruh
positif dan signifikan terhadap peringkat obligasi.
2.3Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap permasalahan yang sedang
diteliti. Hipotesis merupakan saran penelitian ilmiah karena hipotesis adalah
instrumen kerja dari suatu teori dan bersifat spesifik yang siap diuji secara empiris
(Idrus, 2009:18). Jadi, hipotesis merupakan suatu rumusan yang menyatakan
adanya hubungan tertentu antardua variabel atau lebih. Hipotesis ini bersifat
sementara, dalam arti dapat diganti dengan hipotesis lain yang lebih tepat dan
lebih benar berdasar pengujian. Ada beberapa persyaratan dalam merumuskan
suatu hipotesis menurut Idrus (2009:53) antara lain sebagai berikut :
1. Dirumuskan dalam kalimat berita.
2. Tidak bermakna ganda dan
3. Dirumuskan secara operasional. Dengan pengertian bahwa hipotesis sebaiknya
ditulis sealur dengan rumusan masalah yang ada, karena hipotesis merupakan
jawaban sementara atas rumusan masalah yang ada diteliti.
Selain itu pendapat lain dalam merumuskan hipotesis yang perlu
diperimbangkan menurut Siregar (2010 : 152) antara lain sebagai berikut :
a. Hipotesis harus mengekspresikan satu fenomena atau mengekspresikan
hubungan/pengaruh antara dua variabel atau lebih, maksudnya dalam merumuskan hipotesis untuk mengekspresikan hubungan/pengaruh seorang peneliti harus setidak-tidaknya mempunyai dua variabel untuk dikaji.
b. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda,
40 satu makna, tidak boleh menimbulkan penafsiran lebih dari satu makna.
c. Hipotesis harus dapat diuji secara empiris, maksudnya ialah
memungkinkan untuk diungkapkan dalam bentuk operasionalisasi yang dapat dievaluasi berdasarkan data yang didapatkan secara empiris.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis
dari penelitian ini adalah:
H1
H
: Likuiditas perusahaan berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
2
H
: Leverage perusahaan berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
3
H
: Profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
4
H
: Rasio produktivitas perusahaan berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
5
H
: Umur obligasi (maturity) berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
6:
H
Reputasi auditor berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
7: Likuiditas, leverage, profitabilitas, produktivitas, umur obligasi dan reputasi