• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN WALIKOTA TANJUNGPINANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEJABAT NEGARA, ANGGOTA DPRD, PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DAN PEGAWAI TIDAK TETAP DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERATURAN WALIKOTA TANJUNGPINANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEJABAT NEGARA, ANGGOTA DPRD, PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DAN PEGAWAI TIDAK TETAP DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN WALIKOTA TANJUNGPINANG

NOMOR 7 TAHUN 2013

TENTANG

PEDOMAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEJABAT NEGARA,

ANGGOTA DPRD, PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DAN PEGAWAI TIDAK

TETAP DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TANJUNGPINANG,

Menimbang

: a.

bahwa pembiayaan untuk perjalanan dinas harus sesuai

dengan kebutuhan nyata dalam rangka memenuhi

kaidah-kaidah pengelolaan keuangan daerah dan pelaksanaan

perjalanan dinas dapat dilaksanakan secara tertib, taat

pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis,

efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan

memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan;

b.

bahwa perlu melakukan penyesuaian terhadap Peraturan

Walikota Tanjungpinang Nomor 3 Tahun 2011 tentang

Perubahan Atas Peraturan Walikota Nomor 47 Tahun

2011 tentang Pedoman Perjalanan Dinas Bagi Pejabat

Negara, Pegawai Negeri Sipil Daerah dan Pegawai Tidak

Tetap dilingkungan Pemerintah Kota Tanjungpinang;

c. bahwa

berdasarkan

pertimbangan

sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu

menetapkan Peraturan Walikota Tanjungpinang tentang

Pedoman Perjalanan Dinas Dalam Negeri bagi Pejabat

Negara, Anggota DPRD, Pegawai Negeri Sipil Daerah dan

Pegawai Tidak Tetap dilingkungan Pemerintah Kota

Tanjungpinang;

Mengingat

:

1

.

Undang-Undang

Nomor

28

Tahun

1999

tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

2.

Undang-Undang

Nomor

5

Tahun

2001

tentang

Pembentukan Kota Tanjungpinang (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 85, Tambahan

Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 4112);

3.

Undang-Undang

Nomor

17

Tahun

2003

tentang

(2)

4.

Undang-Undang

Nomor

1

Tahun

2004

tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5.

Undang-Undang

Nomor

15

Tahun

2004

tentang

Pemeriksaan

Pengelolaan

dan

Tanggung

Jawab

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

6.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493);

7.

Undang-Undang

Nomor

33

Tahun

2004

tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4438);

8.

Undang-Undang

Nomor

12

Tahun

2011

tentang

Pembentukan

Peraturan

Perundang-undangan,

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5234);

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang

Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4028);

10.

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan

Pemerintah

Daerah

(Lembaran

Negara

Republik

Indonesia Tahun 2000 Nomor 41, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4090);

11.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang

(3)

13.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4737);

14.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011

tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 169);

17.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2012

tentang tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013

sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16

Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012

Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan

Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013;

18.

Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 4 Tahun

2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan

:

PERATURAN

WALIKOTA

TENTANG

PEDOMAN

PERJALANAN DINAS BAGI PEJABAT NEGARA, ANGGOTA

DPRD, PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DAN PEGAWAI

TIDAK

TETAP

DILINGKUNGAN

PEMERINTAH

KOTA

TANJUNGPINANG.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan:

1.

Daerah atau yang disebut Kota adalah Kota Tanjungpinang.

2.

Pemerintah Daerah atau yang disebut Pemerintah Kota adalah Pemerintah

Kota Tanjungpinang.

3.

Walikota adalah Walikota Tanjungpinang.

4.

Wakil Walikota adalah Wakil Walikota Tanjungpinang.

5.

Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut

(4)

6.

Pejabat

Negara

adalah

Walikota

Tanjungpinang,

Wakil

Walikota

Tanjungpinang dan Pimpinan Anggota DPRD Kota

Tanjungpinang

sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-undang Dasar 1945 dan Pejabat

Negara yang ditentukan oleh Undang-undang.

7.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut Anggota

DPRD

adalah

Anggota

Dewan

Perwakilan

Rakyat

Daerah

Kota

Tanjungpinang.

8.

Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan

Pemerintah Kota Tanjungpinang.

9.

Pegawai Tidak Tetap adalah Pegawai yang diangkat dilingkungan

Pemerintah Kota Tanjungpinang untuk jangka waktu tertentu guna

melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang bersifat teknis

profesional dan administrasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan

organisasi dalam kerangka sistem kepegawaian, yang tidak berkedudukan

sebagai pegawai negeri.

10.

Pihak lain adalah orang selain yang diatur butir 3 sampai dengan butir 8

yang telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

11.

Pejabat yang berwenang adalah Walikota, Wakil Walikota, Pimpinan DPRD,

Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku Pejabat yang diberi kuasa

oleh Pejabat yang berwenang dalam penerbitan Surat Perintah Tugas untuk

melakukan Perjalan Dinas.

12.

Surat Perintah Perjalanan Dinas yang selanjutnya disingkat SPPD adalah

surat perintah kepada Pejabat Negara, Anggota DPRD, Pegawai Negeri Sipil

Daerah, dan Pegawai Tidak Tetap untuk melaksanakan perjalanan dinas.

13.

Surat Perintah Tugas yang selanjutnya disingkat SPT adalah Naskah

Dinas dari atasan yang ditujukan kepada bawahan yang berisi perintah

untuk melaksanakan pekerjaan Perjalanan Dinas yang dapat dijadikan

dasar penerbitan SPPD.

14.

Pelaksana Surat Perintah Perjalanan Dinas yang selanjutnya disingkat

Pelaksana SPPD adalah Pejabat Negara, Anggota DPRD, Pegawai Negeri Sipil

Daerah, dan Pegawai Tidak Tetap yang melaksanakan Perjalanan Dinas.

15.

Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang

termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan

hak dan kewajiban daerah tersebut.

16.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD

adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan

disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan

dengan Peraturan Daerah.

17.

Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah

perangkat

daerah

pada

pemerintah

daerah

selaku

pengguna

anggaran/pengguna barang.

18.

Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk menerima,

menyimpan,membayarkan,menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang

untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

19.

Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen

yang digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna

anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD.

20.

Perjalanan Dinas Dalam Daerah adalah perjalanan dinas yang dilakukan di

(5)

21.

Perjalanan Dinas Luar Daerah adalah perjalanan dinas yang dilakukan

diluar wilayah Kota Tanjungpinang untuk kepentingan Daerah atas Perintah

Pejabat yang Berwenang.

22.

Perjalanan Dinas Luar Negeri adalah perjalanan dinas yang dilakukan diluar

wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan Daerah atas Perintah Pejabat

yang Berwenang.

23.

Perjalanan Dinas Jabatan adalah Perjalanan Dinas melewati batas Kota dan/atau

dalam Kota dari tempat kedudukan ke tempat yang dituju, melaksanakan tugas,

dan kembali ke tempat kedudukan semula di dalam negeri.

24.

Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan

anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang

dipimpinnya.

25.

Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa untuk

melaksanakan

sebagian

kewenangan

pengguna

anggaran

dalam

melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD.

26.

Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat

yang diberi kewenangan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna

Anggaran untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat

mengakibatkan pengeluaran atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD).

27.

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK adalah

pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa

kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.

28.

At cost

adalah biaya rill yang dikeluarkan berdasarkan bukti-bukti

pengeluaran yang sah.

29.

Lumpsum

adalah suatu jumlah uang yang telah dihitung terlebih dahulu

(

pre-calculated amount

) dan dibayarkan sekaligus.

30.

Perhitungan Rampung adalah perhitungan biaya Perjalanan Dinas yang

dihitung sesuai kebutuhan riil berdasarkan ketentuan yang berlaku.

31.

Wilayah jabatan atau Tempat kedudukan adalah wilayah kerja dalam

menjalankan tugas atau tempat/kota/kantor/satuan kerja berada.

32.

Tempat Tujuan adalah tempat/kota/kantor/satuan yang menjadi tujuan

perjalanan dinas.

33.

Standar Satuan Harga adalah satuan harga yang ditetapkan sebagai acuan

penghitungan kebutuhan anggaran dalam Rencana Kerja dan Anggaran

Pemerintah Kota Tanjungpinang, berupa barang dan jasa yang diperoleh dari

survai harga pasar serta dari standar harga yang telah ditetapkan

berdasarkan peraturan yang berlaku.

34.

Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat

DPA-SKPD merupakan dokumen yang memuat pendapatan dan belanja setiap

SKPD yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh pengguna anggaran.

35.

Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD yang selanjutnya

disingkat DPPA-SKPD merupakan dokumen yang memuat perubahan

pendapatan dan belanja setiap SKPD yang digunakan sebagai dasar

pelaksanaan Perubahan Anggaran oleh pengguna anggaran.

36.

Biaya perjalanan dinas yaitu sejumlah uang yang diberikan kepada Pejabat

(6)

37.

Uang Persediaan adalah sejumlah uang tunai yang disediakan untuk satuan

kerja dalam melaksanakan kegiatan operasional sehari-hari yang ditetapkan

melalui suatu Keputusan Walikota.

38.

SPP Uang Persedian yang selanjutnya disingkat SPP-UP adalah dokumen

yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka

kerja yang bersifat pengisian kembali (revolving) yang tidak dapat dilakukan

dengan pembayaran langsung.

39.

SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-GU adalah dokumen

yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan pengganti uang

persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

40.

SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-TU adalah

dokumen yang diajukan oleh bendahra pengeluaran untuk permintaan

tambahan uang persediaan guna melaksanakan kegiatan SKPD yang bersifat

mendesak dan tidak dapat digunakan untuk pembayaran langsung dan

menambah saldo uang persediaan, sisa kas SPP-TU harus disetor ke Kas

Daerah sebelum pengajuan SPP-GU bulan berikutnya.

41.

Kelebihan pembayaran adalah kelebihan pembayaran biaya perjalanan dinas

baik yang ditimbulkan oleh kesalahan perhitungan besaran biaya perjalanan

dinas dan atau kelebihan pembayaran biaya perhari yang dibayarkan.

42.

Kerugian Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang yang

nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik

sengaja maupun lalai.

BAB II

RUANG LINGKUP PERJALANAN DINAS

Pasal 2

(1)

Peraturan

Walikota

ini

mengatur

mengenai

pelaksanaan

dan

pertanggungjawaban Perjalanan Dinas Dalam Negeri bagi Pejabat Negara,

Pegawai Negeri Sipil Daerah, dan Pegawai Tidak Tetap yang dibebankan pada

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

(2)

Perjalanan Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya meliputi

Perjalanan Dinas Jabatan.

(3)

Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Pegawai Negeri Sipil Daerah;

b. Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah;

BAB III

PRINSIP PERJALANAN DINAS

Pasal 3

Perjalanan Dinas dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai

berikut:

a.

selektif, yaitu hanya untuk kepentingan yang sangat tinggi dan prioritas yang

berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah;

b.

ketersediaan anggaran dan kesesuaian dengan pencapaian kinerja SKPD;

c.

efisiensi penggunaan belanja daerah; dan

d.

akuntabilitas pemberian perintah pelaksanaan Perjalanan Dinas dan

(7)

BAB IV

PERJALANAN DINAS JABATAN

Pasal 4

(1)

Perjalanan Dinas Jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)

digolongkan menjadi:

a.

Perjalanan Dinas Jabatan yang melewati batas daerah; dan

b.

Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan di dalam daerah.

(2)

Batas daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah khusus

untuk batas wilayah Kota Tanjungpinang.

(3)

Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan di dalam daerah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas perjalanan dinas untuk wilayah

Kota Tanjungpinang yang terdiri atas :

a.

Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan lebih dari 6 (enam) jam;

dan

b.

Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan dengan waktu minimal 6

(enam) jam dalam satu hari.

BAB V

PERSETUJUAN DAN/ATAU PERINTAH PERJALANAN DINAS

Pasal 5

(1) Pejabat Negara, Anggota DPRD, Pegawai Negeri Sipil Daerah dan Pegawai

Tidak Tetap yang akan melaksanakan perjalanan dinas harus terlebih

dahulu mendapat persetujuan atau perintah atasannya.

(2) Persetujuan atau perintah atasannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dibuktikan dengan disetujui nota dinas atasan langsung dan disertai dengan

terbitnya SPT.

(3) Atas dasar SPT yang diterbitkan atasan langsung, dijadikan dasar

penerbitan SPPD oleh Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran.

Pasal 6

(1)

Perjalanan Dinas Jabatan oleh Pelaksana SPPD dilakukan sesuai perintah

atasan Pelaksana SPPD yang tertuang dalam SPT dan SPPD.

(2)

Dalam penerbitan SPT dan SPPD harus memperhatikan hal-hal sebagai

berikut:

a.

Walikota dan Wakil Walikota menerbitkan SPT untuk dirinya sendiri dalam

rangka melakukan Perjalanan Dinas dan SPPD pada SKPD Sekretariat

Daerah selaku Pengguna Anggaran;

b.

Pimpinan DPRD menerbitkan SPT untuk dirinya sendiri dan Anggota DPRD,

dalam rangka melakukan Perjalanan Dinas dan SPPD pada SKPD Sekretariat

DPRD selaku Pengguna Anggaran;

c.

untuk Sekretaris Daerah, Inspektorat, Sekretaris DPRD, Kepala Dinas,

(8)

d.

jika Walikota dan Wakil Walikota berhalangan menandatangani SPT

sebagaimana dimaksud pada huruf (c) maka SPT dapat ditandatangani

oleh Pejabat yang berwenang yang ditunjuk untuk menandatangani SPT;

e.

untuk

Kepala

SKPD

sekolah

dilingkungan

Pendidikan,

SPT

ditandatangani Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, dan SPPD

ditandatangani Kepala SKPD Sekolah selaku Pengguna Anggaran;

f.

untuk Kepala SKPD dilingkungan Puskesmas, SPT ditandatangani Kepala

Dinas Kesehatan, dan SPPD ditandatangani Kepala SKPD Puskesmas

selaku Pengguna Anggaran;

g.

jika Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Dinas

Kesehatan berhalangan menandatangani SPT sebagaimana dimaksud

pada huruf (e) dan (f) maka SPT dapat ditandatangani oleh Pejabat yang

berwenang yang ditunjuk untuk menandatangani SPT;

h.

untuk Pegawai Negeri Sipil, baik Eselon II dan Staf Ahli dilingkungan

Sekretariat Daerah, Eselon III, Eselon IV, Staf Pegawai Negeri Sipil dan

Pegawai Tidak Tetap dilingkungan SKPD, serta Pihak Lain yang

dipandang perlu dalam rangka melaksanakan urusan pemerintah, SPT

ditandangani oleh Kepala SKPD dan SPPD ditandatangani oleh Pengguna

Anggaran;

(3)

Kewenangan penerbitan SPT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat

didelegasikan kepada pejabat yang ditunjuk.

(4)

SPT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit mencantumkan

hal-hal sebagai berikut:

a.

Pemberi tugas;

b.

Pelaksana tugas

c.

Waktu pelaksanaan tugas; dan

d.

Tempat pelaksanaan tugas.

(5)

Dalam hal penerbitan SPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan:

a.

Perjalanan Dinas Jabatan yang melewati batas Kota; dan

b.

Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan di dalam Kota lebih dari 6

(enam) jam atau minimal 6 (enam) jam dalam satu hari,

maka SPT dimaksud menjadi dasar penerbitan SPPD.

(6)

Dalam penerbitan SPPD, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran,

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan berwenang untuk menetapkan tingkat

biaya Perjalanan Dinas dan alat transportasi yang digunakan untuk

melaksanakan Perjalanan Dinas Jabatan yang bersangkutan dengan

memperhatikan kepentingan serta tujuan Perjalanan Dinas tersebut.

(7)

SPPD sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dibuat sesuai dengan format

sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan satu kesatuan

dan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

BAB VI

KEDUDUKAN PERJALANAN DINAS JABATAN

Pasal 7

(1)

Perjalanan dinas merupakan perjalanan dinas dari tempat kedudukan ke

(9)

(2)

Perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi atas

perjalanan dinas dalam daerah, luar wilayah daerah dan luar negeri.

(3)

Dalam perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk pula

perjalanan yang dilakukan dalam hal:

a.

pelaksanaan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan;

b.

ditugaskan untuk menempuh ujian dinas/ujian jabatan yang diadakan di

luar wilayah Kota;

c.

ditugaskan mengikuti rapat-rapat koordinasi, seminar dan sejenisnya;

d.

Pengumandahan/

Detasering

(penugasan sementara waktu diluar tempat

kedudukan);

e.

menghadap Majelis Penguji Kesehatan Pegawai Negeri atau menghadap

seorang dokter penguji kesehatan yang ditunjuk, untuk mendapatkan surat

keterangan dokter tentang kesehatannya guna kepentingan jabatan;

f.

ditugaskan melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan berkaitan

dengan pekerjaan diluar tempat kedudukan;

g.

mengikuti pendidikan tugas belajar setara Diploma/S1/S2/S3;

h.

ditugaskan mengikuti diklat/kursus/bimtek diluar tempat kedudukan;

i.

ditugaskan melakukan pengawasan/pemeriksaan berkaitan dengan

pekerjaan diluar tempat kedudukan;

j.

ditugaskan mengikuti konsultasi berkaitan dengan pekerjaan diluar

tempat kedudukan;

k.

ditugaskan melakukan study banding berkaitan dengan pekerjaan diluar

tempat kedudukan;

l.

ditugaskan untuk memperoleh pengobatan di luar wilayah Pemerintah

Daerah karena mendapat cedera/sakit pada waktu melakukan tugas

atau mendapatkan pengobatan diluar tempat kedudukan;

m. menjemput/mengantarkan

ke

tempat

pemakaman

jenazah

pejabat

negara/pegawai negeri yang meninggal dalam melakukan perjalanan dinas;

n.

menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman jenazah pejabat

negara/pegawai negeri yang meninggal dunia dari wilayah Pemerintah

Kota ke tempat pemakaman.

BAB VII

BIAYA PERJALANAN DINAS JABATAN

Pasal 8

(1)

Biaya perjalanan dinas luar daerah merupakan perjalanan dinas dari tempat

kedudukan ke tempat yang dituju dan kembali ke tempat kedudukan

semula, terdiri dari:

a.

uang harian;

b.

uang representasi;

c.

biaya penginapan;

d.

biaya transportasi;

e.

sewa kendaraan dalam Kota;

f.

biaya menjemput/mengantar jenazah dan/atau

(10)

(2)

Uang harian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri untuk

biaya diluar biaya sebagaimana dimaksud huruf b sampai dengan huruf g.

(3)

Uang representasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b hanya dapat

diberikan kepada Pejabat Negara, dan Pejabat Eselon II selama melakukan

Perjalanan Dinas.

(4)

Uang representasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya dibayarkan

sepanjang tersedia anggarannya dengan mempedomani Keputusan Walikota

mengenai Standar Satuan Harga.

(5)

Biaya penginapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan

biaya yang diperlukan untuk menginap:

a.

di hotel; atau

b.

di tempat menginap lainnya.

(6)

Dalam hal Pelaksana SPPD tidak menggunakan biaya penginapan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3), berlaku ketentuan sebagai berikut:

a.

Pelaksana SPPD diberikan biaya penginapan sebesar 30% (tiga puluh

persen) dari tarif hotel di kota tempat tujuan sebagaimana diatur dalam

Keputusan Walikota mengenai Standar Satuan Harga.

b.

Biaya penginapan sebagaimana dimaksud pada huruf a dibayarkan

secara

lumpsum

.

(7)

Biaya Transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:

a.

biaya transportasi utama yang terdiri dari Transportasi udara, laut, darat

dari Tempat Kedudukan sampai Tempat Tujuan keberangkatan dan

kepulangan;

b.

biaya airport tax, asuransi jasaraharja dan pungutan retribusi lainnya

yang dipungut terminal bus/stasiun/ bandara/pelabuhan keberangkatan

dan kepulangan;

(8)

Sewa kendaraan dalam Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d

hanya dapat diberikan kepada Pejabat Negara untuk keperluan pelaksanaan

tugas di tempat tujuan.

(9)

Sewa kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) sudah termasuk

biaya untuk pengemudi, bahan bakar minyak, dan pajak yang dibayarkan

dari belanja sewa sarana mobilitas darat.

(10)

Biaya menjemput/mengantar jenazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf e meliputi biaya bagi penjemput/pengantar, biaya pemetian dan biaya

angkutan jenazah dan dibayarkan dari belanja perjalanan dinas luar daerah;

(11)

Biaya perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f

disesuaikan dengan biaya kontribusi pelatihan/pendidikan/kepesertaan

yang dipersyaratkan dan fasilitas yang ditanggungkan didalam biaya

kontribusi oleh pelaksana kegiatan yang diikuti.

Pasal 9

(1)

Biaya perjalanan dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)

digolongkan dalam 6 (enam) tingkat, yaitu:

a.

Tingkat A terdiri dari Walikota, Wakil Walikota dan Pimpinan DPRD;

b.

Tingkat B terdiri dari Pejabat Eselon II, Staf Ahli dan Anggota DPRD;

c.

Tingkat C terdiri dari Pejabat Eselon III;

d.

Tingkat D terdiri dari Pejabat Eselon IV dan Golongan IV Non Eselon;

e.

Tingkat E terdiri dari Pegawai Negeri Non Eselon; dan

(11)

(2)

Biaya Perjalanan Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)

diberikan berdasarkan tingkat biaya Perjalanan Dinas sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), dengan ketentuan sebagai berikut:

a.

uang harian dan uang representasi dibayarkan secara

lumpsum

dan

merupakan batas tertinggi sebagaimana diatur dalam Keputusan

W alikota mengenai Standar Satuan Harga;

b.

biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan Biaya Riil dengan standar

tertinggi berpedoman pada Keputusan Walikota mengenai Standar

Satuan Harga;

c.

biaya transportasi dibayarkan sesuai dengan Biaya Riil dengan standar

tertinggi berpedoman pada Keputusan Walikota mengenai Standar

Satuan Harga;

d.

sewa kendaraan dalam Kota dibayarkan sesuai dengan Biaya Riil dan

berpedoman pada Keputusan Walikota mengenai Standar Satuan Harga;

e.

biaya pemetian jenazah dan biaya angkutan jenazah termasuk yang

berhubungan dengan pengurusan jenazah dibayarkan sesuai dengan Biaya Riil.

f.

biaya kontribusi pelatihan/pendidikan/kepesertaan dibayarkan sesuai dengan

Biaya yang dipersyaratkan dengan menggunakan Belanja Kursus, Pelatihan,

Sosialisasi dan Bimbingan Teknis PNS pada masing-masing DPA-SKPD.

Pasal 10

(1)

Biaya perjalanan dinas dibebankan pada anggaran perjalanan dinas SKPD

yang mengeluarkan SPPD bersangkutan.

(2)

Pejabat yang berwenang memberi perintah perjalanan dinas agar

memperhatikan tersedianya dana yang diperlukan untuk melaksanakan

perjalanan tersebut dalam anggaran SKPD.

(3)

Jumlah hari yang menjadi dasar perhitungan Biaya Perjalanan Dinas

disesuaikan dengan lamanya waktu kegiatan dan harus sesuai dengan SPT

dan mendapat persetujuan Pejabat yang berwenang.

Pasal 11

Pejabat negara, Anggota DPRD, Pegawai Negeri Sipil Daerah dan Pegawai Tidak

Tetap dilarang menerima biaya perjalanan dinas rangkap (dua kali atau lebih)

untuk perjalanan dinas yang dilakukan dalam waktu yang sama.

Pasal 12

(1) Biaya perjalanan dinas dalam daerah merupakan perjalanan dinas dari

tempat kedudukan ke tempat yang dituju dan kembali ke tempat kedudukan

semula, yang dapat diberikan uang harian.

(2) Untuk perjalanan dinas dalam daerah hanya dapat dipergunakan untuk kegiatan

yang bersifat survey, pengumpulan data, monitoring, audit, asistensi,

pendampingan kepada SKPD dan pelaksanaan reses kepada masyarakat yang

berada dilingkungan Kota.

(3) Untuk perjalanan dinas dalam daerah dengan tujuan konsultasi kepada SKPD

dan instansi lainnya dilingkungan Kota, memenuhi undangan kegiatan dalam

daerah baik bimtek maupun sosialisasi yang diadakan Pemerintah Kota dan

Provinsi Kepulauan Riau dalam wilayah Kota, tidak dapat dibayarkan biaya

perjalanan dinas dalam daerah.

(12)

Pasal 13

(1) Untuk perjalanan dinas luar daerah diperhitungkan sesuai dengan SPT yang

diterbitkan dilengkapi dengan bukti tiket pergi dan tiket pulang yang

disampaikan.

(2) Untuk perjalanan dinas dalam daerah dalam wilayah Kota dihitung

berdasarkan pelaksanaan kegiatan yang nyata yang menggunakan waktu

kerja minimal 6 (enam) jam kerja dengan maksimal uang harian 3 (tiga) hari

kerja dalam 1 (satu) SPT.

(3) Untuk perjalanan dinas dalam daerah dalam rangka melakukan

pengawasan/pemeriksaan

reguler

oleh

Aparat

Pengawasan

Internal

Pemerintah (APIP) dihitung berdasarkan pelaksanaan kegiatan yang nyata,

yang menggunakan waktu kerja lebih dari 6 (enam) jam kerja, dapat

diberikan uang harian sesuai hari SPT atau sesuai dengan kemampuan

keuangan dan anggaran yang tersedia.

Pasal 14

(1)

Uang harian perjalanan dinas luar daerah diberikan sesuai hari yang ditentukan

dalam SPPD yang merupakan batas tertinggi uang harian atau sesuai dengan

kemampuan keuangan dan anggaran yang tersedia.

(2)

Dalam hal terdapat biaya kontribusi untuk perjalanan dinas sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf g, yang membebankan biaya

penginapan pada diklat dan bimtek dilaksanakan, maka:

a.

biaya penginapan dan uang harian yang dibayarkan hanya satu hari

sebelum dan satu hari sesudah pelaksanaan kegiatan atau melihat

kesesuaian antara tanggal tiket berangkat dengan tanggal diklat/bimtek

dilaksanakan sesuai dengan biaya rill yang dilampirkan dan dengan

tingkatan pelaksanaan perjalanan dinas;

b.

sedangkan untuk uang harian didalam pelaksanaan diklat dan bimtek

dibayarkan setinggi-tingginya sebesar 50% (lima puluh persen) dari uang

harian.

(3)

Untuk kegiatan yang tidak menyediakan biaya transportasi, uang harian dan

biaya

penginapan

oleh

pihak

yang

mengundang,

maka

kepada

pejabat/pegawai yang melakukan perjalanan dinas diberikan uang

transportasi, uang harian dan uang penginapan;

(4)

Untuk kegiatan yang menyediakan biaya transportasi dan/atau uang harian

dan/atau biaya penginapan oleh pihak yang mengundang, maka kepada

pejabat/pegawai yang melakukan perjalanan dinas hanya diberikan biaya

yang tidak ditanggung oleh pihak yang mengundang;

(5)

Untuk pejabat/pegawai yang ditugaskan mengikuti pendidikan perjenjangan

dan kursus dinas diluar kedudukan, maka:

a.

uang harian yang dibayarkan penuh hanya satu hari sebelum dan satu

hari sesudah pelaksanaan pendidikan perjenjangan dan kursus dinas;

b.

sedangkan uang harian didalam pelaksanaan pendidikan perjenjangan

dan kursus, diberikan setinggi-tingginya 30% (tiga puluh persen) dari

uang harian dikalikan hari pelaksanaan pendidikan dan disesuaikan

dengan kemampuan keuangan dan anggaran yang tersedia.

Pasal 15

(1)

Untuk biaya penginapan, ditanggung selama hari perjalanan dinas dikurangi

(13)

(2)

Untuk Pejabat Negara, Anggota DPRD, Pegawai Negeri Sipil Daerah dan

Pegawai Tidak Tetap, dapat menggunakan biaya penginapan dengan klasifikasi

biaya melebihi harga sesuai dengan tingkatan biaya penginapan pelaksanaan

perjalanan dinas, jika dalam penggunaan biaya penginapan menggabungkan

lebih dari satu orang yang melaksanakan perjalanan dinas.

(3)

Penggabungan

sebagaimana

dimaksud

pada

ayat

(2),

dengan

memperhitungkan

akumulasi

nilai

biaya

rill

masing-masing

yang

melaksanakan perjalanan dinas, tidak melebihi tingkatan biaya penginapan

pelaksanaan perjalanan dinas.

(4)

Perhitungan rampung belanja penginapan sebagaimana dimaksud ayat (2),

dihitung dengan membagi dua dari total biaya penginapan yang

dipertanggungjawabkan

dan

disesuaikan

dengan

tingkatan

biaya

penginapan pelaksanaan perjalanan dinas.

Pasal 16

(1)

Pihak Lain dapat diberikan biaya perjalanan dinas dengan tingkatan

standar biaya perjalanan dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat

(1) huruf e.

(2)

Perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan

dalam hal yang sangat mendesak/khusus, dengan mempertimbangkan

hubungan antara perjalanan dinas tersebut dengan kepentingan Pemerintah

Kota dan setelah memperoleh persetujuan Walikota/Wakil Walikota/

Sekretaris Daerah.

(3)

Biaya perjalanan dinas juga dapat diberikan kepada Pejabat/Pegawai dari

instansi vertikal yang terikat perjanjian kerja sama dengan Pemerintah Kota

atau melaksanakan penugasan untuk kepentingan Pemerintah Kota atau

diundang/dipanggil khusus oleh Pemerintah Kota.

Pasal 17

(1)

Dalam hal jumlah hari perjalanan dinas jabatan melebihi jumlah hari yang

ditetapkan dalam SPT/SPPD dan tidak disebabkan oleh kesalahan/

kelalaian Pelaksana SPPD dapat diberikan tambahan uang harian, biaya

penginapan dan sewa kendaraan dalam kota.

(2)

Tambahan uang harian, biaya penginapan, uang representasi, dan sewa

kendaraan dalam Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dimintakan kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/ Pejabat

Pelaksana

Teknis

Kegiatan

untuk

mendapat

persetujuan,

dengan

melampirkan dokumen berupa:

c.

Surat

keterangan

kesalahan/kelalaian

dari

Syahbandar/Kepala

Bandara/perusahaan jasa transportasi lainnya; dan/atau

d.

Surat keterangan perpanjangan tugas dari pemberi tugas.

(3)

Berdasarkan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pengguna

Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan

membebankan biaya tambahan uang harian, biaya penginapan, dan sewa

kendaraan dalam Kota pada DPA-SKPD masing-masing.

(4)

Tambahan uang harian, biaya penginapan, dan sewa kendaraan dalam Kota

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak dapat dipertimbangkan untuk

hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf e sampai dengan huruf n.

(5)

Dalam hal jumlah hari perjalanan dinas ternyata kurang dari jumlah hari

(14)

BAB VIII

PROSEDUR PEMBAYARAN PERJALANAN DINAS

Pasal 18

Pembayaran biaya perjalanan dinas dapat diberikan dalam batas pagu anggaran

yang tersedia dalam DPA-SKPD masing-masing.

Pasal 19

(1)

Biaya perjalanan dinas dibayarkan sebelum dan sesudah perjalanan dinas

dilaksanakan dengan menggunakan uang persediaan yang terdapat pada

kas bendahara pengeluaran atau melalui pembayaran langsung (LS).

(2)

Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dengan mekanisme LS dilakukan

melalui:

a.

perikatan dengan penyedia jasa;

b.

Bendahara Pengeluaran; atau

c.

Pelaksana SPPD.

Pasal 20

(1)

Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dengan mekanisme UP dilakukan

dengan memberikan uang muka kepada Pelaksana SPPD oleh Bendahara

Pengeluaran.

(2)

Pemberian uang muka sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berdasarkan

persetujuan pemberian uang muka dari Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna

Anggaran atau PPTK dengan melampirkan dokumen sebagai berikut:

a. Surat Perintah Tugas untuk melaksanakan perjalanan dinas yang

ditanda tangani pejabat yang berwenang;

b.

Surat Perintah Perjalanan Dinas;

c.

kuitansi tanda terima uang muka; dan

d.

rincian perkiraan biaya Perjalanan Dinas.

(3)

Untuk

perjalanan

dinas

yang

dibayarkan

setelah

pelaksanaan

kegiatan/perjalanan dinas, biaya perjalanan dinas dapat dibayarkan

bendahara pengeluaran bersamaan dengan dokumen pertanggungjawaban

yang disampaikan setelah perjalanan dinas dilaksanakan.

(4)

Kelebihan atas uang muka yang diberikan sebagaimana dimaksud ayat (1),

kepada pelaksana SPPD untuk mengembalikan kelebihan tersebut kepada

Bendahara Pengeluaran.

Pasal 21

(1)

Pembayaran biaya Perjalanan Dinas Jabatan dengan mekanisme LS

dilakukan melalui transfer dari Kas Daerah ke rekening Bendahara

Pengeluaran.

(2)

Dalam hal biaya Perjalanan Dinas Jabatan yang dibayarkan kepada

(15)

(3)

Penyetoran kelebihan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilakukan dengan:

a.

menggunakan Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) untuk tahun

anggaran berjalan; atau

b.

menggunakan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) untuk tahun anggaran

lalu.

(4)

Dalam hal biaya Perjalanan Dinas Jabatan yang dibayarkan kepada

Pelaksana SPPD kurang dari yang seharusnya, dapat dimintakan

kekurangannya.

(5)

Pembayaran kekurangan biaya Perjalanan Dinas Jabatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) dapat dilakukan melalui mekanisme UP atau LS.

Pasal 22

(1)

Dalam hal terjadi pembatalan pelaksanaan Perjalanan Dinas Jabatan, biaya

pembatalan dapat dibebankan pada DPA-SKPD masing-masing.

(2)

Dokumen yang harus dilampirkan dalam rangka pembebanan biaya

pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

e.

Surat Pernyataan Pembatalan Tugas Perjalanan Dinas Jabatan dari

atasan Pelaksana SPPD, atau paling rendah Pejabat Eselon II bagi

Pelaksana SPPD di bawah Pejabat Eselon III ke bawah, yang dibuat

sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang

merupakan satu kesatuan dan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Walikota ini;

f.

Surat Pernyataan Pembebanan Biaya Pembatalan Perjalanan Dinas

Jabatan yang dibuat sesuai dengan format sebagaimana tercantum

dalam Lampiran V yang merupakan satu kesatuan dan bagian tidak

terpisahkan dari Peraturan Walikota ini;

g.

Pernyataan/Tanda

Bukti

Besaran

Pengembalian

Biaya

Transpor

dan/atau biaya penginapan dari perusahaan jasa transportasi dan/atau

penginapan yang disahkan oleh Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna

Anggaran/ Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.

(3)

Biaya pembatalan yang dapat dibebankan pada DPA-SKPD berkenaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:

a.

biaya pembatalan tiket transportasi atau biaya penginapan; atau

b.

sebagian atau seluruh biaya tiket transportasi atau biaya penginapan

yang tidak dapat dikembalikan/ r

efund

.

BAB IX

PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PERJALANAN DINAS

Pasal 23

(1)

Perjalanan dinas dilakukan berdasarkan SPT dan SPPD yang diterbitkan

oleh pejabat yang berwenang.

(2)

Pejabat yang berwenang hanya dapat menerbitkan SPT dan SPPD untuk

perjalanan dinas yang biayanya dibebankan pada anggaran yang tersedia

pada SKPD masing-masing atau ditentukan lain.

(3)

Dalam hal SPT dan SPPD ditandatangani oleh pimpinan SKPD yang bukan

(16)

Pasal 24

(1)

SPPD merupakan bukti pelaporan dan pertanggungiawaban pelaksanaan

perjalanan dinas.

(2)

Dalam SPPD tidak boleh ada penghapusan atau cacat dalam tulisan.

(3)

Jika ada perubahan-perubahan yang dilakukan dengan coretan maka harus

dibubuhi paraf dari pejabat yang berwenang.

(4)

Pada SPPD dicatat:

a. tanggal

berangkat

dari

tempat

kedudukan/tempat

berada

dan

ditandatangani oleh pejabat berwenang;

a.

tanggal tiba dan berangkat di/dari tempat tujuan dan ditandatangani

oleh pihak/pejabat ditempat yang didatangi;

b.

tanggal tiba kembali di tempat kedudukan dan ditandatangani oleh

Pejabat Yang Berwenang.

(5)

SPPD yang telah dibubuhi catatan tanggal tiba kembali dan tanda

tangan pejabat yang berwenang diserahkan kepada bendaharawan,

untuk selanjutnya digunakan dalam penyusunan pertanggungjawaban

belanja SPPD.

Pasal 25

(1) Pejabat/Pegawai yang melakukan perjalanan dinas luar daerah wajib

menyampaikan dokumen pertanggungjawaban, yaitu:

a.

surat undangan/surat permintaan/surat panggilan atau surat lainnya

sebagai dasar melaksanakan perjalanan dinas luar daerah dan/atau

telaahan yang disetujui atau perintah khusus dari Walikota atau pejabat

lainnya yang ditunjuk;

b.

SPT dan SPPD yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang dan

pejabat ditempat tujuan dilakukannya perjalanan dinas;

c.

tiket penerbangan yang dikeluarkan maskapai penerbangan serta kwitansi

tiket dari travel atau biro perjalanan, boarding pass, airport tax pergi dan

pulang untuk perjalanan dinas yang menggunakan transportasi udara;

d.

kwitansi tiket sebagaimana dimaksud pada huruf (c) adalah kwitansi

dengan nilai belanja resmi yang dikeluarkan oleh maskapai penerbangan,

tidak termasuk fee travel atau biro perjalanan dan fee tersebut

dibayarkan dari uang harian;

e.

tiket untuk perjalanan dinas menggunakan kapal/fery, boarding pass

dan asuransi jasaraharja pergi dan pulang;

f.

tiket atau faktur untuk perjalanan dinas yang menggunakan transportasi

darat pergi dan pulang;

g.

Kuitansi, invoice atau bukti pendukung yang sah lainnya untuk biaya

penginapan;

h.

laporan pelaksanaan perjalanan dinas dengan memperhatikan target

kinerja dari perjalanan dinas yang relevan dan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan, yang ditandatangani oleh Pejabat/Pegawai yang

melakukan perjalanan dinas.

(2) Dokumen pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pasal (1) huruf a

sampai dengan huruf h, selambat-lambat 5 (lima) hari kerja setelah

perjalanan

dinas

berakhir

untuk

disampaikan

kepada

Bendahara

Pengeluaran

untuk

selanjutnya

digunakan

dalam

penyusunan

(17)

Pasal 26

(1)

Dalam penerbitan SPPD rampung harus memperhatikan hal-hal sebagai

berikut:

a.

untuk Walikota/Wakil Walikota ditandatangani oleh SKPD Sekretariat

Daerah/Pengguna Anggaran ;

b.

untuk Pimpinan dan anggota DPRD ditandatangani oleh SKPD

Sekretariat DPRD/Pengguna Anggaran;

c.

Sekretaris Daerah, Inspektorat, Sekretariat DPRD, Kepala Dinas, Kepala

Badan, Kepala Kantor dan Kepala SKPD lainnya ditandatangani oleh

masing-masing Kepala SKPD/Pengguna Anggaran;

d.

untuk Asisten, Staf Ahli, Pegawai Negeri Sipil (pejabat struktural dan staf)

dan Pegawai Tidak Tetap dilingkungan Sekretariat Daerah oleh Kepala

SKPD/Pengguna Anggaran;

e.

untuk Pegawai Negeri Sipil (pejabat struktural dan staf) dan Pegawai Tidak

Tetap diluar Sekretariat Daerah oleh Kepala SKPD/Pengguna Anggaran;

f.

untuk Pihak Lain ditandatangani oleh Kepala SKPD/ Pengguna Anggaran

dimana biaya SPPD dibebankan;

g.

untuk instansi vertikal ditandatangani oleh Kepala SKPD/Pengguna

Anggaran dimana biaya SPPD dibebankan.

(2)

Format Rician SPPD rampung, Kwitansi SPPD rampung, Kwitansi Dalam

Daerah, SPPD Dalam Daerah dan Luar Daerah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), terlampir dalam Lampiran II dan Lampiran III yang merupakan satu

kesatuan dan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

Pasal 27

(1)

Pejabat/Pegawai yang melakukan perjalanan dinas bertanggungjawab

sepenuhnya atas kerugian yang diderita oleh daerah sebagai akibat dari

kesalahan, kelalaian atau kealpaan yang bersangkutan dalam hubungannya

dengan perjalanan dinas dimaksud.

(2)

Terhadap kesalahan, kelalaian dan kealpaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), dapat dikenakan tindakan berupa:

a.

tuntutan ganti rugi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang

berlaku;

b.

Sanksi administratif dan sanksi lainnya menurut ketentuan yang

berlaku.

Pasal 28

Pihak-pihak yang melakukan pemalsuan dokumen, menaikkan dari harga

sebenarnya (

mark up

), dan/atau Perjalanan Dinas rangkap (dua kali atau lebih)

dalam pertanggungjawaban Perjalanan Dinas yang berakibat kerugian yang diderita

oleh daerah, bertanggung jawab sepenuhnya atas seluruh tindakan yang dilakukan.

Pasal 29

Pertanggungiawaban mengenai biaya-biaya perjalanan dinas yang telah

dibayarkan ditentukan hingga pembuktian.

Pasal 30

(18)

BAB X

PENGENDALIAN INTERNAL

Pasal 31

(1)

Pejabat yang berwenang bertanggungjawab atas pelaksanaan Peraturan

Walikota ini di dalam lingkungan SKPD masing-masing.

(2)

Pejabat yang berwenang wajib membatasi pelaksanaan perjalanan dinas

untuk hal-hal yang mempunyai prioritas tinggi dan penting serta

mengadakan penghematan dengan mengurangi frekuensi, jumlah orang dan

lamanya perjalanan.

BAB XI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 32

Perjalanan dinas luar negeri didasarkan Keputusan Walikota tentang Standar

Satuan Harga Perjalanan Dinas Luar Negeri dan Pedoman Pelaksanaan

Perjalanan Dinas Luar Negeri Bagi Pejabat Negara, Anggota DPRD, Pegawai Negeri

Sipil Daerah dan Pegawai Tidak Tetap.

Pasal 33

Perjalanan dinas yang dilaksanakan pada tahun 2013 sebelum Peraturan

Walikota ini diundangkan, sepanjang telah diatur didalam peraturan lainnya

tetap mengacu kepada peraturan yang ada.

Pasal 34

(1)

PPKD melalui BUD melakukan fasilitasi pelaksanaan Peraturan Walikota ini.

(2)

Fasilitasi

sebagaimana

dimaksud

pada

ayat

(1)

mencakup

mengkoordinasikan, menyempurnakan lampiran-lampiran sesuai dengan

peraturan perundang-undangan, melaksanakan sosialisasi, supervisi dan

bimbingan teknis, serta memberikan asistensi untuk kelancaran penerapan

Peraturan Walikota ini.

BAB XII

PENUTUP

Pasal 35

Pada saat Peraturan Walikota ini mulai berlaku, Peraturan Walikota

Tanjungpinang Nomor 47 Tahun 2011 tentang Pedoman Perjalanan Dinas bagi

Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil Daerah dan Pegawai Tidak Tetap

Dilingkungan

Pemerintah

Kota

Tanjungpinang

(Berita

Daerah

Kota

Tanjungpinang Tahun 2011 Nomor 47), sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Walikota Tanjungpinang Nomor 3 Tahun 2012 tentang Perubahan atas

Peraturan Walikota Nomor 47 Tahun 2011 tentang Pedoman Perjalanan Dinas

bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil Daerah dan Pegawai Tidak Tetap

Dilingkungan

Pemerintah

Kota

Tanjungpinang

(Berita

Daerah

Kota

(19)

Pasal 36

Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Walikota ini dengan penempatan dalam Berita Daerah Kota Tanjungpinang.

Ditetapkan di Tanjungpinang

pada tanggal

WALIKOTA TANJUNGPINANG,

d.t.o

H. LIS DARMANSYAH

Diundangkan di Tanjungpinang

pada tanggal

Plt. SEKRETARIS DAERAH

KOTA TANJUNGPINANG,

d.t.o

Dr. H. SYAFRIAL EVI MS, S.Sos, MM

Pembina Utama Muda

NIP : 19561229 198503 1 006

Referensi

Dokumen terkait

1) Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya,.. 18 dan hasil buatan manusia

Sandi aliran berdasarkan transformasi pada quasigroup atas Z ∗ p atau di- namakan quasigroup stream cipher termasuk dalam klasikasi algoritma kunci simetris, yaitu kunci yang

KAMPUNG SUB BAGIAN PENGEMBANGAN LEMBAGA KAMPUNG SUB BAGIAN ANGGARAN SUB BAGIAN PEMBUKUAN DAN AKUNTANSI SUB BAGIAN PERBENDAHARAAN SUB BAGIAN TATA USAHA SUB BAGIAN KEBUTUHAN DAN

Dengan demikian pegembangan pertanian melalui pengelolaan komoditi unggulan dalam rangka pembangunan berkelanjutan sejalan dengan konsep yang disampaikan oleh The Agricultural

Film Dokudrama “Travel Ekspress” dengan alur cerita Cross Over memiliki tujuan yaitu memberi suasana baru dalam alur cerita penggabungan antara dokumenter kesenian dan

Dengan pertimbangan berbagai masalah pencemaran merkuri yang terjadi serta dampak negatif yang ditimbulkan dari pemakaian merkuri dengan adanya kegiatan PETI

Perekonomian yang terbuka dapat menjadi suatu faktor pendorong menuju kearah penurunan dalam kesenjangan diantara berbagai negara dalam output perkapita dan rasio modal-tenaga

Untuk meningkatkan pemerataan distribusi air dari reservoar ke rumah penduduk banjar Kaja-Kauh desa Sudaji yang mempunyai tofografi wilayah permukiman di perbukitan yang terjal