• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Film Dokudrama Kesenian Reog Menggunakan Teknik Cross Over Berjudul Travel Ekspress

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembuatan Film Dokudrama Kesenian Reog Menggunakan Teknik Cross Over Berjudul Travel Ekspress"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pembuatan Film Dokudrama Kesenian Reog Menggunakan Teknik Cross Over Berjudul “Travel Ekspress”

Citra Natalia Wicaksono

D4 Komputer Multimedia, STIKOM Surabaya, Ema

Abstract

Cross Over is a technique of merging two storylines into one movie that are interconnected. While the movie is an amalgamation docudrama between documentary and drama. From this premise it is made final project that elevates the movie-making techniques docudrama with Cross Over.

Television drama programs in Indonesia is considered less tangled with most people's lives because of your love life just lift the upper classes while the documentary film in Indonesia began to grow rapidly. It is encouraging to docudrama teen drama movies made that the theme of the original Indonesian art which aims to introduce the arts over Indonesia in the eyes of teenagers. Using Cross Over storyline which is a new storyline in the film, that makes two stories are different but mutually supportive. The method used is observation and literature study and interviews. The benefits of filming docudrama with Cross Over this technique to provide a new storyline in the film industry in Indonesia.

Keyword: Docudrama Film, Cross Over, Reog Ponorogo, traditional

Program drama di televisi Indonesia dinilai kurang mengait dengan kehidupan masyarakat kebanyakan karena hanya mengangkat kehidupan percintaan masyarakat kalangan atas (Widjaya, 2010). Sedangkan film dokumenter

di Indonesia mulai berkembang pesat (giewahyudi, 2012). Hal ini mendorong untuk dibuatnya film dokudrama drama remaja yang mengangkat tema kesenian asli Indonesia yang bertujuan untuk lebih mengenalkan kesenian Indonesia di

(2)

2 mata remaja. Menggunakan alur cerita Cross Over yang merupakan alur cerita baru dalam perfilman, yaitu membuat 2 cerita yang berbeda namun saling mendukung. Manfaat yang diharapkan dari film ini adalah memberi suasana baru dalam alur cerita film drama dan melestarikan kesenian Reog Ponorogo.

Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan (Wood, 2006). Film dokumenter merupakan film yang menceritakan kejadian sehari-hari dan menceritakan kenyataan, atau dapat diartikan menampilkan kembali fakta yang ada dalam kehidupan.

2010). Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia kurang sadar akan pendidikan dan mengenal kebudayaan melalui film dokumenter.

Drama Sinetron berseri TV Indonesia banyak yang tidak mendidik bikin ketagihan (godam64, 2007). Drama di Indonesia sangat diminati oleh masyarakat, namun sayangnya drama yang ada di televisi

itu justru memberi dampak negatif bagi masyarakat.

Film Dokudrama “Travel Ekspress” dengan alur cerita Cross Over memiliki tujuan yaitu memberi suasana baru dalam alur cerita penggabungan antara dokumenter kesenian dan drama remaja. Ponorogo dikenal dengan kesenian tari Reog. Tari Reog yang berasal dari Ponorogo sudah dikenal hingga manca Negara. Bahkan Tari Reog pernah menjadi kontroversi dengan negara tetangga karena keindahan dan keunikan tarian asli Indonesia ini. Reog Ponorogo menjadi daya tarik yang tidak bisa digantikan oleh apa pun dan harus dijaga, namun masih sedikit masyarakat yang sadar akan hal ini (Ahira, 2010).

Harapan dari pembuatan film dokudrama ini agar masyarakat Indonesia lebih mengenal kesenian Reog dan lebih mencintai dan menghargai kesenian asli Indonesia.

METODE

Multimedia sebagai ilmu yang merupakan gabungan dari beberapa ilmu seni yang sudah ada, tergolong disiplin ilmu yang baru Maka dari itu

(3)

3 metode pembuatan Tugas Akhir ini merupakan gabungan dari ilmu-ilmu yang sudah ada tersebut.

Dalam Tugas Akhir ini proses pembuatan difokuskan pada pengembangan ide cerita dan karakter. Bagan proses pengembangan film dokudrama adalah sebagai berikut :

Gambar 1 Bagan pembagian film dokudrama

KONSEP DAN IDE

Ide cerita berawal dari pengamatan tentang sinetron di Indonesia yang memiliki cerita yang selalu sama dan kurang mendidik. Tidak hanya sinetron, bahkan FTV yang sekarang mulai naik daun pun memiliki alur

cerita yang hampir sama. Lalu timbul ide untuk membuat suatu film drama yang memberi pengetahuan tentang kesenian namun memiliki alur cerita yang berbeda dengan drama-drama lain. Mengangkat tema tentang kesenian, karena kesenian Indonesia sangat banyak namun tidak banyak masyarakat yang peduli akan kebudayaan tersebut. Indonesia memiliki banyak kebudayaan dan seni yang sangat menarik untuk di pelajari, namun masih sedikit masyarakat yang sadar akan hal itu. Mereka lebih mencintai budaya asing dibandingkan budaya sendiri.

Mengambil kesenian Reog karena dalam berita akhir-akhir ini Reog sangat menonjol di media. Konflik antara Indonesia dan Malaysia yang memperebutkan kesenian Reog ini sangat menarik perhatian masyarakat. Indonesia memiliki kesenian seindah ini namun kurang di perhatikan sehingga Malaysia berinisiatif untuk mematenkan bahwa kesenian ini milik mereka. Oleh karena itu diambil kesenian Reog sebagai tema kesenian dalam cerita ini, bertujuan

(4)

4 agar masyarakat Indonesia lebih mengenal kesenian Reog.

Alur cerita diambil dari kejadian sehari-hari dan pengalaman pribadi. Dan juga tidak ketinggalan dari hobby menonton drama yang akhirnya menambah inspirasi untuk membuat cerita drama sendiri.

Setelah ide cerita dan permasalahan di dapat, tahap selanjutnya adalah menyusun cerita. Sinopsis dan treatment mulai dibuat untuk membuat jalan cerita. Storyboard kemudian dibuat berdasarkan treatment untuk mendapatkan sudut pengambilan gambar tiap scene.

Berkonsep belajar dan berpetualang, menceritakan tentang 2 orang remaja yang mendapatkan misi untuk dapat memenangkan lomba blog dan mereka mencari informasi untuk mewujudkan misi yang mereka dapatkan.

SINOPSIS

Yuli dan Dela adalah seorang remaja yang gemar menulis blog. Mereka mengikuti lomba blog yang bertemakan tentang budaya dan pariwisata dan ia menjadi finalis dari

lomba tersebut. Dalam misi finalnya, Yuli dan Dela diperintahkan untuk pergi ke suatu tempat yaitu ke Ponorogo untuk mencari tahu tentang kesenian dan pariwisata yang ada di sana. Dalam perjalnan di Ponorogo, Yuli dan Dela mendatangi tempat yang berbeda. Yuli yang pergi ke Pengerajin Reog dan Telaga Ngebel, sedangkan Dela ke Sanggar Tari dan Telaga Sarangan.

THREATMENT

Scene 1 – Pagi – KFC [00:00-00:25] [Op fade in black]

Minuman yang ada di meja, es krim mulai mencarin

Yuli sedang duduk di meja sambil nggak sabar nungguin orang Yuli lihat jam tangannya yang menunjukkan jam 08.55 [cut to cut] [BS instrument]

Scene 2 – Pagi – KFC [00:26-00:36] Surat di depan kamera jalan menuju ke Yuli (one person camera)

Demikian sepenggal threatment yang sudah dibuat.

(5)

5

STORYBOARD

Setelah sekenario selesai,

storyboard dibuat untuk menentukan

sudut pandang dan komposisi pengambilan gambar pada setiap

scene. Scene dalam storyboard

disesuaikan dengan sekenario yang telah dibuat.

Gambar 2 storyboard

Salah satu bagian dari storyboard film dokudrama “Travel Ekspress”

ALUR CERITA

Travel Ekspress merupakan film dokudrama yang dibuat dengan 1 alur yang sama namun dibagi menjadi 2 cerita, atau disebut juga dengan alur Cross Over. Tokoh utama dari 2 cerita ini adalah Dela

dan Ulie. Rancangan proses untuk pengambilan gambar film ini sebagai berikut

Opening Dela sedang di rumah

bermain laptop

Cerita 1 versi Dela Cerita 2 versi Ulie Pertemuan antara Dela dan Ulie

Dela dan Ulie ada di KFC menunggu misi [mereka tidak saling kenal]

Dela ke sanggar tari Ulie ke pengerajin

Dela makan sate

Ulie menemukan kertas Dela yang jatuh Dela dan Ulie

berpapasan di jalan

Dela ke Sarangan

Ulie ke Telaga Ngebel

Ulie dan Dela

bertemu di KFC Ulie menulis blogEnding

Dela kehilangan kertas misi dan bertanya kepada

orang lewat

Ulie naik kereta menuju Ponorogo

Ulie ke sanggar tapi sudah tutup Ulie ke kabupaten dan toko souvernir

Dela jalan-jalan di Alun-alun

Alur Cerita Cross Over

Gambar 3 Bagan Alur Cerita

ALUR PENGAMBILAN GAMBAR

Alur pengambilan gambar yang diambil dalam film dokudrama Travel Ekspress dijelaskan pada gambar di bawah ini :

(6)

6 Gambar 4 Bagan Alur Pengambilan

Gambar

PRODUKSI

Setelah melakukan persiapan dalam proses pra produksi, dimulainya tahap pengambilan gambar. Proses pengambilan gambar di Ponorogo memakan waktu 4 hari. Sedangkan pengambilan gambar di Surabaya membutuhkan waktu 1 hari. Berdasarkan dari threatment yang sudah dibuat, maka penentuan lokasi dan pengambilan gambar dimulai berdasarkan list yang sudah dibuat, yaitu :

Tabel 1 List lokasi pengambilan gambar

Hari Pertama

Perjalann

menggunakan kereta dari Surabaya ke Ponorogo

Hari Kedua 1. Pengerajin Reog 2. Kabupaten Ponorogo 3. Alun-alun Ponorogo 4. Toko Souvenir 5. Telaga Ngebel Hari Ketiga Telaga Sarangan

Hari Keempat

1. Sanggar Tari 2. Warung sate

Hari kelima 1. Rumah Adela 2. KFC A. Yani

SHOOTING

Pengambilan gambar dibagi menjadi dua cara, yaitu pengambilan gambar secara cut to cut dan candid. Pengambilan gambar cut to cut ditujukan kepada scene yang berskrip, atau bagian dari drama.

Gambar 5 Ulie di kereta menuju ke Ponorogo

(7)

7 Sedangkan candid diambil untuk sesi wawancara dengan narasumber yang hanya dilakukan satu kali. Pada cerita Ulie yang ada di kereta atau Dela kehilangan kertas pengambilan gambar kebanyakan menggunakan cut to cut menggunakan 1 kamera. Sedangkan dalam cerita Ulie yang sedang mewawancarai narasumber menggunakan pengambilan gambar secara candid yang diambil menggunakan 2 kamera.

Gambar 6 Ulie wawancara dengan narasumber

Karena film dokudrama Travel Ekspress ini menggunakan teknik Cross Over yang merupakan penggabungan 2 cerita dengan 1 judul film, maka ada lokasi dimana pengambilan scene yang sama antara cerita 1 dengan cerita 2.

Gambar 7 Dela dan Ulie saling berpapasan

Selain itu juga ada cerita dan pengambilan gambar dimana cerita 1 dan 2 saling menghubungkan satu sama lain, namun beda sudut pandang.

Gambar 8 Dela menunggu misi

PASCA PRODUKSI Proses pemilihan video

Proses awal dimana menyeleksi beberapa stock shoot

yang telah diambil selama 5 hari. Materi pemilihan berdasarkan kelayakan gambar secara visual dan audio.

Proses Penataan stock shoot

Proses ini dilakukan dengan bantuan program editing vidio. Setelah melakuan pemilihan vidio

(8)

8

stock shoot, Proses selanjutnya

melakukan penataan yang mengacu kepada tretment.

Gambar 9 Proses penataan stock shoot

Dalam penataan atau proses editing secara sederhana memberikan suatu maksud dengan menggunakan bahasa visual yang terdiri dari stock

shoot. Sehingga menjadi sebuah

scene cerita. Untuk menata suatu scene, stock shot dihubungkan satu dengan yang lain.

Proses Penggabungan Scene dan Efek

Setelah proses penggabungan stock shoot menjadi sebuah scene, dilanjutkan dengan pengambungan antara scene per scene hingga menjadi sebuah cerita. Ditambah dengan penambahan efek transisi pada tiap scene agar film lebih mudah mencerna ceritanya.

Gambar 10 Proses penataan tiap scene dan pemberian efek

Sound Editing

Dalam proses ini penambahan backsound dilakukan guna mendukung tatanan visual. Proses sound editing pada film the traffict artis menggunakan musik free

lisence yang didapat dari berbagai

situs musik di internet. Pada prosesnya sound dalam film the traffict artis terbagi menjadi 2 chanel dimana chanel pertama berisikan suara asli yang dihasilkan dari gambar dan chanel kedua adalah suara tambahan yang diberikan.

Rendering

Adalah proses akir dari pasca produksi dimana semua proses editing stock shoot disatukan menjadi sebuah format media. Dalam proses rendering memiliki pengaturan tersendiri sesuai hasil yang

(9)

9 diinginkan. Sedangkan dalam film dokumenter berjudul Travel Ekspress

menggunakan format media WMV.

Gambar 11 Proses rendering

Mastering

Mastering merupakan proses dimana file yang telah di render dipindahkan ke dalam media kaset, VCD, DVD atau media lainya. Film dokumenter ini menggunakan media DVD.

Publikasi

Media publikasi yang digunakan berupa poster dan DVD. Desain poster, label CD dan cover CD.

HASIL

Dari proses pengerjaan yang telah dilakukan, maka dapat dilihat hasilnya pada gambar 12 sebagai berikut:

Gambar 12 Hasil Film

KESIMPULAN

1. Membuat film dokudrama

dengan teknik Cross Over dimulai

dengan pembuatan inti cerita. Lalu

dari inti cerita tersebut dipecah

menjadi 2 cerita dengan beda tokoh

namun inti ceritanya sama. Dari 2

cerita tersebut dipilih bagian dari

masing-masing inti cerita agar 2

cerita yang dipecah tadi dapat saling

melengkapi. Dalam masa pemikiran

ide cerita tersebut juga disusun bagan

alur cerita untuk mempermudah

lokasi shooting. Setelah cerita dan

alur cerita didapat, dibuatlah

treatment, storyboard, dan alur

pengambilan gambar. Dilanjutkan

(10)

10 produksi menurut jadwal yang sudah

disusun.

2. Membuat video kesenian

Reog tidak harus dengan dokumenter

namun juga dapat dibuat dokudrama

seperti film “Travel Ekspress”.

Dengan dicampur drama tentang

cerita anak muda yang suka

berpetualang dapat memberikan

kesan baru yang lebih modern

tentang kesenian Reog kepada

masyarakat. Ditambah informasi

tentang pembuatan perlengkapan tari

dan proses latihan tari Reog agar

dapat menunjukkan kepada

masyarakat latar belakang tarian

Reog Ponorogo.

SARAN

1. Berikutnya film dokudrama

“Travel Ekspress” ini dapat

dikembangkan menjadi film

dokudrama yang lebih menarik dan

alur baru di kalangan masyarakat.

2. Menentukan topik dan alur cerita

serta shooting untuk mempermudah

pengambilan gambar untuk film

dokudrama menggunakan teknik

Cross Over.

DAFTAR PUSTAKA

Ardi.(2000). Desain Komunikasi

visual. Jakarta: Penerbit gramedia.

Cinemags. (2004). The Making of

Animation:homeland. Bandung: PT

Megindo

Tunggal Sejahtera Indonesia.

Eky Imanjaya. (2006). A to Z About

Indonesia Film. Bandung: DAR!

Mizan

Jowett & Linton. (1986). Movies as

Mass Communication. Beverly

Gambar

Gambar 2   storyboard
Tabel 1 List lokasi pengambilan  gambar

Referensi

Dokumen terkait

Perlu penelitian eksploratif untuk mendeskripsikan dengan jelas batas-batas wilayah pasi sebagai daerah penangkapan nelayan tradisional dengan perairan umum, jenis ikan dan

Asaad, M.Si, yang telah memberikan kesempatan dan mengizinkan untuk mengikuti program Doktor di Universitas Sumatera utara, kepada Dekan FKIP universitas Islam Sumatera

Pengertian simbol peta adalah merupakan tanda khusus pada suatu peta yang dapat mewakili objek yang dipetakan yang mana dengan simbol tersebut bagi orang yang melihat peta akan

Perancangan Sistem Informasi Monitoring Pengunaan Ruangan Rawat Inap di Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama (SMC) memiliki tujuan yaitu dihasilkannya sebuah rancangan

Status sosial ekonomi ternyata sangat mempengaruhi pola pendidikan yang diterapkan oleh orang tua. Salah seorang informan yaitu Imis yang sudah berusia 65 tahun. Kepada

pendidikan yang rumit yang dimaksudkan untuk merubah kepercayaan, nilai-nilai dan struktur baru dari suatu organisasi, sehingga organisasi tersebut lebih mampu menyesuaikan diri

Berdasarkan hasil analisis dan kajian terhadap kumpulan cerpen Bidadari yang Mengembara karya A. Laksana, penulis dapat menarik beberapa simpulan sebagai

Kompleks gelatin kitosan yang diikat silang menggunakan sukrosa teroksidasi dengan perbandingan sukrosa dan natrium periodat 1 : 3 (SBC 2), menunjukkan nilai