• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI DESA WISATA PENGLIPURAN BANGLI DILIHAT MELALUI KACAMATA WISATAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "POTENSI DESA WISATA PENGLIPURAN BANGLI DILIHAT MELALUI KACAMATA WISATAWAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI DESA WISATA PENGLIPURAN BANGLI

DILIHAT MELALUI

KACAMATA

WISATAWAN

PUTU RATIH PERTIWI ratihpertiwi@unud.ac.id

Program Studi Diploma IV Pariwisata

Fakultas PariwisataUniversitas Udayana Telp/Fax : (0361) 223798,

ABSTRAK

Penentuan potensi wisata di suatu daerah berpedoman pada apa yang dicari oleh wisatawan. Atraksi wisata yang baik adalah yang dapat menarik wisatawan dan mampu menahan wisatawan lebih lama di tempat atraksi dan memberi kepuasan terhadap wisatawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi wisata dari Desa Wisata Penglipuran dilihat dari kacamata para wisatawan baik mancanegara maupun domestik yang berkunjung ke desa tersebut. Adapun indikator yang digunakan sebagai acuan dalam menggali potensi wisata Desa Tradisional Penglipuran yaitu ditinjau melalui attraction, accessibility, amenities, ancillaries, dan community involvement. Tahapan penelitian dimulai dari studi pustaka, mengumpulkan data dan mengidentifikasi potensi wisata yang dimiliki oleh Desa Wisata Penglipuran. Penilaian wisatawan terhadap potensi wisata di Desa Wisata Penglipuran ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pengembangan wisata desa ini selanjutnya.

Kata Kunci: Potensi wisata, desa wisata, wisatawan, attractions, accessibility, amenities, ancillaries, community involvement.

ABSTRACT

To determine the potential of tourism in a region it depends on something that tourists looking for. A good tourists attraction is an attraction that could attract tourists to visit, to make them to stay longer than just a visit, and also give them a satisfaction. The purpose of this research is to identify the potential of Penglipuran Village through an overview of tourists. A review through attractions, accessibilities, amenities, ancillaries, dan community involvement used to explore the potential of Penglipuran Village. This research is divided into some stages: first, literatures review; second, collecting data; and third, identifying the potential of Penglipuran Village. The tourist assessment toward Penglipuran potencies as the references to sustainable development of tourism in this village.

(2)

PENDAHULUAN

Saat ini pariwisata sudah dikembangkan sebagai industri di setiap negara di dunia. Perhatian pada sektor pariwisata kini sudah semakin luas hal ini disebabkan karena masyarakat mulai sadar bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntung ekonomi bagi negara – negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries). Demikian pula di Indonesia, pemerintah menginginkan untuk mengem-bangkan pariwisata sebagai suatu industri untuk menunjang tingkat kesempatan berusaha, kesempatan kerja, peningkatan pemerataan pendapatan masyarakat.

Kerap kali dalam pengembangannya demi mendapatkan keuntungan ekonomi yang maksimal melalui tingkat kunjungan wisatawan, seringkali pengelola kegiatan pariwisata tidak menyadari secara menyeluruh bahwa pariwisata sangat membutuhkan lingkungan yang baik, namun jika dalam pengembangannya tidak memperhatikan daya dukung lingkungan terhadap jumlah wisatawan tentu hal tersebut akan menimbulkan dampak negatif. Dengan tingginya tingkat kunjungan wisatawan yang berkarakter nature based, jika suatu destinasi tersebut dikelola tanpa menyadari pentingnya daya dukung lingkungan, maka lingkungan sekitar dimana kegiatan pariwisata tersebut berjalan sedikit demi sedikit akan mengalami kerusakan.

Hal tersebut disebabkan karena kualitas lingkungan merupakan hal yang paling mendasar bagi pariwisata. Saat pariwisata kini terlihat sebagai sumber daya pembangunan ekonomi, aktivitas pariwisata dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan juga mengancam hilangnya warisan kebudayaan yang dimiliki oleh suatu daerah secara perlahan – lahan, juga semakin buruknya kesenjangan ekonomi antara kelompok masyarakat.

Untuk menjawab semua keresahan tersebut diperlukan pendekatan “pariwisata berkelanjutan” atau “pariwisata berbasis lingkungan hidup” atau seperti yang kini kita kenal “eco – tourism” kepada seluruh pemangku kepentingan dalam kegiatan pariwisata yaitu pemerintah, investor, masyarakat, bahkan hingga wisatawan. Hal tersebut berguna untuk merubah dari sekedar mengetahui hingga dapat memahami bagaimana melaksanakan kegiatan pariwisata yang bertanggungjawab, dalam memanfaatkan dan menikmati sumber daya alam hayati. Agar lebih memprioritaskan keseimbangan ekosistemnya dibandingkan hanya mempertimbangakn luas dan keindahan suatu kawasan saja.

Gaung pendekatan pariwisata berkelanjutan ini cukup menarik dalam usaha mengirimkan pesan moral kepada para wisatawan untuk berpartisispasi dalam aktivitas pariwisata bekelanjutan. Pendekatan aktivitas pariwisata ini juga dapat memenuhi kebutuhan ekonomi pariwisata dalam pendapatan dan keuntungan di industri pariwisata, pengalaman wisata bagi para wisatawan yang sudah jenuh dengan aktivitas pariwisata yang glamour, terutama bagi para wisatawan dengan taraf penghasilan menengah keatas, dan pertumbuhan ekonomi yang berbasis lingkungan hidup dan perlindungan kultur budaya bagi suatu negara dan masyarakat lokalnya.

(3)

komponen desa wisata, yaitu pertama akomodasi: sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk dan kedua adalah atraksi: seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti kursus tari, bahasa dan lain-lain yang spesifik.

Desa Wisata Penglipuran adalah salah satu Desa Wisata yang diminati di Bali. Desa ini ditetapkan sebagai objek wisata pada tahun 1993. Hal tersebut didasari karena, setelah melihat ada banyak potensi dan prestasi yang dimiliki oleh desa adat Penglipuran, Pemda Tingkat II Bangli mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Daerah Tingkat II Bangli No. 115 tanggal 29 April 1993, yang menetapkan Desa Adat Penglipuran sebagai objek wisata atau sebagai daerah kunjungan para wisatawan.

Suatu daerah hanya dapat menjadi tujuan wisata apabila daerah tersebut dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata. Penentuan potensi wisata di suatu daerah berpedoman pada apa yang dicari oleh wisatawan. Atraksi wisata yang baik adalah yang dapat menarik wisatawan dan mampu menahan wisatawan lebih lama di tempat atraksi dan memberi kepuasan terhadap wisatawan. Kualitas objek wisata tidak hanya dapat dinilai dari kondisi objek wisata itu sendiri, namun dilihat juga dari fasilitas, pelayanan, jasa, pemasaran, dan aksesibilitas yang mendukung objek wisata tersebut.

Dalam perkembangannya hingga saat ini, bagaimanakah potensi wisata dari Desa Wisata Penglipuran jika dilihat dari kacamata para wisatawan baik mancanegara maupun domestik yang berkunjung ke desa tersebut? Pada tulisan ini, penilaian wisatawan terhadap Desa Wisata Penglipuran dapat digunakan

sebagai acuan untuk pengembangan wisata desa ini selanjutnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Potensi dan Daya Tarik Wisata Pendit (1999:21) menerangkan bahwa potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang terdapat di sebuah daerah tertentu yang bisa dikembangkan menadi atraksi wista. Dengan kata lain, potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang dimiliki oleh suatu tempat dan dapat dikembnagakan menjadi suatu atraksi wisata yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan tetap memperhatikan aspek – aspek lainnya.

Daya tarik atau atraksi wisata menurut Yoeti (2002:5) adalah segala sesuatu yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, seperti (a) natural attraction: landscape, seascape, beaches, climate and other geographi-calfeatures of the destinations. (b) cutural attraction: history and folklore, religion, art and special events, festivals. (c) social attraction: the way of life, the resident population, language, opportunities for social encounters. (d) built attraction: building, historic and modern architecture, monument, parks, garden, marina.

Pengertian Daya Tarik Wisata menurut Undang – undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan Bab I, pasal 5, menyebutkan sebagai berikut “daya tarik wisata” adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Konsep Desa Wisata

(4)

desa wisata bahwa pengembangan desa menjadi destinasi wisata dengan sistem pengelolaan yang bersifat dari, oleh, dan untuk masyarakat. Dalam konsep desa wisata, peran aktif pembangunan dan pengelolaan desa wisata berada di tangan masyarakat desa. Masyarakat desa, entah melalui lembaga koperasi, atau yayasan, proaktif mengelola daya tarik wisata di daerahnya dengan mengundang wisatawan untuk datang sekaligus untuk bermalam karena desa wisata juga menawarkan pelayanan akomodasi.

Menurut Wiendu Nuryanti (dalam Soekarya 2009:70) memberikan definisi bahwa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam bentuk suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata acra dan tradisi yang berlaku.

Dalam batasan ini, desa wisata dibatasi sebagai daya tarik beserta hal – hal yang ditawarkan, sedangkan dalam batasan diatas, desa wisata lebih dipahami dari sudut pengelolaan daya tarik wisata oleh dari dan untuk masyarakat. Tampaknya kedua batasan tersebut dapat digabungkan menjadi satu sehingga memberikan definisi yang lebih komprehensif antara daya tarik dan sistem pengelolaan.

Dalam Permenbudpar No. PM.26/ UM.001/MKP/2010 tahun 2010, Desa Wisata didefinisikan sebagai berikut:

Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi anatara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.

Darma Putra dan Pitana (2010:71) mengungkapkan bahwa pengertian desa wisata lebih mudah dipahami jika dibandingkan dengan wisata desa. Wisata desa adalah kegiatan berwisata ke suatu desa atau dari satu desa ke desa lainnya yang memiliki daya tarik, diantar oleh pemandu wisata,

sedangkan masyarakat dan desanya hanya menjadi objek yang dikunjungi.

Menurut Darma Putra dan Pitana (2010:71) dalam desa wisata, peran masyarakat lebih menonjol, mereka menjadi subjek pengelola kunjungan wisatawan ke desa mereka. Dalam hal ini masyarakat desa tidak menjadi penonton, tetapi pemain yang aktif mengelola daya tarik wisata di desanya sehingga pada akhirnya keuntungan ekonomi didapatkan dari aktivitas tersebut. Latar belakang mengembangkan desa wisata adalah kombinasi antara potensi daya alam dan budaya yang ada serta kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan potensi itu untuk pelestarian lingkungan, budaya, dan juga mendapatkan manfaat ekonomi.

Istilah desa wisata sendiri mulai diperkenalkan awal tahun 1990-an. Dalam peninjauan kembali terhadap Rencana Induk Pariwisata Bali yang dibiayai oleh UNDP, dikembangkan sebuah konsep pengembangan pariwisata yang terintegrasi dengan desa dan susasana pedesaan, yang disebut “Desa Wisata” (Pitana 1999). Konsep ini kemudian diperkenalkan dalam Konferensi Internasional tentang Kebudayaan dan Pariwista (The International Conference on Culture and Tourism) di Yogyakarta pada tahun 1992. Pada saat itu Gubernur Ida Bagus Oka (1988-1998) lewat makalah berjudul “A Sub-System of Cultural Tourism in Bali” memperkenalkan konsep ‘pariwisata pedesaan” (village tourism). Beliau menyebutkan bahwa desa wisata bukanlah desa yang diciptakan untuk turis tetapi desa yang menyajikan kebudayaannya yang unik dan menarik, sehingga menarik pula bagi wisatawan.

Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata Pedesaan

(5)

menggunakan community approach/ community bassed dan enviromental planning (Marpaung, 2000:49). Hal ini disebabkan karena masyarakat lokal yang akan membangun, memiliki, dan mengelola langsung fasilitas wisata serta pelayanannya, sehingga dengan demikian masyarakat dapat menerima secara langsung keuntungan ekonomi serta mencegah terjadinya urbanisasi. Penekanan pada kehidupan masyarakat dan lingkungannya merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan, sehingga dapat memberikan pengertian dan pengetahuan pengunjung tentang lingkungan, budaya setempat, juga rasa bangga masyarakat lokal terhadap budayanya. Pentingnya pendekatan ini dilakukan dalam perencanaan pengembangan obek dan daya tarik wisata, yaitu agar pengembangan daya tarik wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar potensial dan juga untuk menentukan pengembangan yang tepat dan sesuai.

Adapun proses perencanaan pariwisata pedesaan seperti yang diungkapkan oleh Richard and Sharpley (1997:116) sebagai berikut:

“Untuk mengembangkan wisata pedesaan, perlu membuat suatu perencanaan dengan melakukan 5 tahapan sebagai berikut: menetapkan sasaran yang ingin dicapai, melakukan peninjauan dan penelitian tentang kondisi lingkungan dimana perencanaan itu dibuat, membuatanalisis dan sintesa mengenai data yang diperoleh, membuat rancangan dan proposal dari perencanaan tersebut, dan implementasi dari perencanaan yang telah dibuat. Tahapan ini penting dilakukan agar hambatan – hambatan yang ada dalam pelaksanaannya dapat diminimalisir”.

Menurut Yoeti (2000:143) daalam rangka membangun ekonomi desa berdasarkan kerakyatan, membangun desa wisata sangat relevan. Dengan dibangunnya desa-desa wisata di semua DTW seluruh

Indonesia, diharapkan akan terjadi pemerataan ekonomi, kesempatan berusaha, dan kerja. Kiranya tidak berlebihan dengan membnagun desa wisata sekaligus akan dapat memberdayakan pembangunan masyarakat dalam bentuk: 1). Mengembangkan usaha-usaha berskala kecil dan menengah yang hasilnya dapat memenuhi kebutuhan orang banyak umumnya dan wisatawan yang berkunjung ke desa tersebut khususnya. 2). Mengembangkan usaha kerajinan dan menciptakan cendera mata yang memiliki ciri khas kedaerahan berbeda dengan desa lain. 3). Mengembnagkan dan mengelola agrowisata untuk tanam-tanaman yang khas yang terdapat di desa yang bersangkutan. 4). Mengembangkan dan membina ekowisata dengan melibatkan rakyat banyak yang terdapat di sekitar proyek. 5). Mengkordinasi kesenian tradisional yang ada untuk disuguhkan sebagai atraksi wisata bila wisatawan berkunjung ke daerah tersebut.

Menurut beliau, dalam pelaksanaannya, desa wisata tidak ubahnya seperti Pola Inti Rakyat (PIR), pada waktunya akan tumbuh plasma-plasma yang dikelola oleh rakyat setempat, pengelolaannya dapat berbentuk koperasi yang kini memang sedang digalakkan pemerintah.

Model Pengembangan Wisata Pedesaan

Dalam mengembangkan wisata pedesaan selain memperhatikan karakter pasar, hal lain yang sebaiknya diperhatikan pula adalah potensi dan permasalahan yang ada pada desa tersebut. Dalam pengembangan suatu desa wisata harus dilakukan secara berhai – hati agar dampak yang timbul dapat dikontrol.

(6)

dalam model ini pendekatan dilakukan melalui: memberikan manfaat ke susatu desa tanpa harus berinteraksi langsung dengan wisatawan. Contoh: Penulisan buku – buku tentang desa adat, kehidupan adat istiadat, latar belakang sejarah adat, dan kartu pos.Interaksi setengah langsungone day trip ke desa – desa, wisatawan hanya singgah untuk sementara tanpa harus menginap. Misalnya: wisatawan makan bersama dengan penduduk, melakukan kegiatan bersama dengan penduduk, kemudian wisatawan pulang ke hotel.Interaksi langsung wisatawan tinggal/bermalam di suatu akomodasi yang terdapat di daerah tersebut.

METODE PENELITIAN

Kerangka Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif yang dilakukan dmelaui teknik pengumpulan data sertaliterature review dengan mengkaji teori – teori yang berhubungan dengan potensi wisata, desa wisata, dan wisatawan. Adapun indikator yang digunakan sebagai acuan dalam menggali potensi wisata Desa Tradisional Penglipuran yaitu ditinjau melalui attraction, accessibility, amenities, ancillaries, dan community involvement. Selain itu, untuk mendapatkan informasi dan data dari lokasi penelitian, digunakan juga teknik wawancara terbuka dayng dibantu denga pedoman wawancara, serta wawancara tertutup melalui penyebaran angket (kuesioner). Penyajian hasil analisis data dilakukan secara formal (dalam bentuk tabel) dan juga secara informal (dalam bentuk naratif).

Untuk mendapatkan informasi mengenai potensi wisata Desa Tradisional Penglipuran, penulis melakukan survei terhadap 100 orang wisatawan yang terbagi menjadi 50 orang wisatawan domestic dan 50 orang wisatawan

mancanegara. Dalam menentukan sampel pada penelitian ini, penulis mengadopsi non probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dijadikan sampel. Teknik accidental sampling juga diberlakukan pada penelitian ini, dimana siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel (Sugiono, 2013).

Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Wisata Penglipuran, Kabupaten Bangli. Desa adat Penglipuran berlokasi pada kabupaten Bangli yang berjarak 45 km dari kota Denpasar, Desa adat yang juga menjadi objek wisata ini sangat mudah dilalui. Karena letaknya yang berada di Jalan Utama Kintamani – Bangli. Desa Penglipuran ini juga tampak begitu asri, keasrian ini dapat kita rasakan begitu memasuki kawasan Desa.

Desa ini merupakan salah satu kawasan pedesaan di Bali yang memiliki tatanan yang teratur dari struktur desa tradisional, perpaduan tatanan tradisional dengan banyak ruang terbuka pertamanan yang asri membuat desa ini membuat kita merasakan nuansa Bali pada dahulu kala. Penataan fisik dan struktur desa tersebut tidak lepas dari budaya yang dipegang teguh oleh masyarakat Adat Penglipuran dan budaya masyarakatnya juga sudah berlaku turun temurun.

(7)

dari penyengker dan bambu untuk bangunan diseluruh desa.

Karena Desa Penglipuran terletak didataran yang agak tinggi, suasana terasa cukup sejuk. Selain suasana pertamanan yang asri tetapi juga sangat ramahnya penduduk desa terhadap tamu yang datang. Banyak wisatawan yang datang dapat menikmati suasana desa dan masuk kerumah mereka untuk melihat kerajinan – kerajinan yang penduduk desa buat. Sehingga untuk tinggal berlama lama disini sangatlah menyenangkan. Desa Adat Penglipuran ini termasuk desa yang banyak melakukan acara ritual, sehingga banyak sekali acara yang diadakan didesa ini seperti pemasangan dan penurunan odalan, Galungan dll.

Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam jenis dan sumber data sebagai berikut :

Jenis Data

Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah: 1). Data kualitatif, yaitu data yang tidak berbentuk angka dan tidak dapat dihitung, hanya berupa uraian dan informasi, namun data tersebut dapat dijabarkan secara rinci dan jelas untuk menarik suatu kesimpulan, seperti identifikasi potensi wisata yang dimiliki oleh Desa Wisata Penglipuran. 2). Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka yang menjadi pelengkap dalam penelitian ini seperti jumlah kedatangan wisatawan ke Bangli.

Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah: 1). Data primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama atau secara langsung diperoleh pada tempat penelitian, baik secara lisan maupun tertulis

dari informasi kunci, seperti informasi terkait potensi wisata yang dimiliki oleh Desa tradisonal Penglipuran, dan data dari hasil kuesioner. 2). Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh bukan dari pihak pertama, melainkan dari pihak-pihak tertentu yang terkait dengan penelitian ini maupun dari dokumen dan arsip resmi, data jumlah kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara di Desa Wisata Penglipuran.

Teknik Pengambilan Sampel dan Informan

Desa Wisata Penglipuran memiliki jumlah kunjungan wisatawan yang sedikit untuk itu jumlah responden pada penelitian ini adalah 100 orang wisatawan, mereka dibagi menjadi 50 orang wisatawan domestik dan 50 orang dari wisatawan mancanegara. Dalam menentukan sampel pada penelitian ini, penulis menggunakan purposive sampling approach, dimana pemilihan sampel berdasarkan beberapa kriteria sesuai keperluan atau tujuan penelitian.

Dalam menentukan sample pada penelitian ini, penulis mengadopsi non probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dijadikan sampel. Selain itu, penulis juga menggunakan teknik accidental sampling yaitu teknik pengambilan sampel terhadap sampel dalam hal ini wisatawan yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan dapat digunakan sebagai sampel (Sugiono, 2013).

(8)

terbagi menjadi 2 yaitu: 1). Teknik penentuan informan pangkal yaitu orang yang memberikan informasi sebagian besar mengenai Desa Tradisional Penglipuran serta memberitahukan informan kunci yang akan membantu penelitian dalam mendapatkan informasi yang lebih mendalam. 2). Teknik penentuan informan kunci adalah seseorang yang secara mendalam mengetahui informasi yang akan menjadi permasalahan dalam penelitian, dalam penelitian ini informan tersebut adalah Bapak I Wayan Kajeng sebagai Kepala Lingkungan Desa Tradisional Penglipuran.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1). Wawancara terstruktur yaitu wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Pertanyaan yang sama diajukan kepada semua responden, dalam kalimat dan urutan yang seragam (Sulistyo – Basuki, 2006 : 110). Wawancara yang dilakukan meliputi gambaran umum Desa Tradisional Penglipuran. 2). Penyebaran kuesioner yaitu penyebaran kuesioner kepada wisatawan mancanegara dan domestic yang berkunjung ke Desa Tradisonal Penglipurandimana indikator yang digunakan sebagai acuan dalam menggali potensi wisata Desa Tradisional Penglipuran yaitu ditinjau melalui attraction, accessibility, amenities, ancillaries, dan community involvement.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut Bognan & Biklen (1982) dalam Moleong (2007:248), adalah analisis yang dilakukan dengan data, mengorganisasikan data, memilah data menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain. Dari penjelasan tersebut dapat dijelaskan bahwa sebelum memulai menganalisis data, terlebih dahulu dimulai dengan melakukan wawancara terstruktur melalui kuesioner kepada informan dari sampel objek penelitian. Setelah mendapatkan kata-kata kunci dari fakta yang terungkap lalu penulis mengolah dan mengekstrak data untuk dituangkan menjadi beberapa grafik dan tabel untuk selanjutnya dideskripsikan.

Penyajian Hasil Analisis Data

Penyajian hasil analisis data dapat dilakukan, baik secara formal (dalam bentuk table maupun diagram) juga informal (dalam bentuk naratif). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dimana data yang didapatkan dari sampel populasi digambarkan kedalam grafik, tabel dan dideskripsikan untuk selanjutnya fakta dan keadaanya menjadi informasi apa adanya yang menjadi acuan dalam mengambil simpulan penelitian.

PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Bangli

Kabupaten Bangli merupakan salah satu daerah yang mengandalkan sektor pariwisata sebagai sektor andalan selain sektor pertanian dan sektor industri kecil. Pariwisata terbukti mampu menggalakkan kegiatan ekonomi dan sektor lain sehingga dapat meningkatkan lapangan kerja, kesempatan berusaha, pendapatan masyarakat, dan pendapatan daerah di Kabupaten Bangli.

(9)

fisik, Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli juga berusaha mengembangkan sumber daya manusia atau para pelaku pariwisata itu sendiri dengan melakukan pelatihan dan penyuluhan serta studi banding ke daerah lain yang sudah lebih baik. Upaya – upaya ini diharapkan mampu meningkatkan kunjungan wisatwan ke Kabupaten Bangli sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bangli dan juga pendapatan asli daerah Kabupaten Bangli.

Berikut ini Tabel 4.1 yang merupakan data kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bangli selama lima tahun terakhir.

Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Bangli Tahun 2011 - 2015

Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli

Berdasarkan data kunjungan wisatawan di Bangli dalam lima tahun terakhir terjadi peningkatan kunjungan wisatawan dalam tiga tahun terakhir berturut-turut dari periode 2011 sampai 2013, dimana pada tahun 2011 terjadi pertumbuhan sebanyak24% diikuti pada tahun 2012 pertumbuhan wisatawan sebesar 20%. Tetapi pada tahun 2013 hingga 2015 terjadi penurunan jumlah wisatawan, yaitu sejumalah 21% dan 3%.

Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli, penurunan tersebut terjadi dikarenakan beberapa hal yaitu, wabah rabies, kolera, penutupan penerbangan langsung dari Jepang ke Bali dan yang baru saja terjadi epidemi penyakit yang

disebabkan oleh bakteri Legionnaire Pneumonia (LP).

Desa Adat Penglipuran

Desa Adat Penglipuran sendiri terletak 700 meter diatas permukaan air laut. Dari sudut pandang sejarah dan menurut para sesepuh, kata penglipuran berasal dari kata pengeling Pura yang berarti tempat suci mengenang para leluhur.

Desa ini dapat dicapai melalui jalan yang menghubungkan Bangli dengan Kintamani. Dari kota Bangli ke utara sampai Desa Kubu kira – kira 5 kilometer lalu belok kiri, akan langsung tiba di Penglipuran dan akan disambut dengan hangat oleh warga desa.

Tempat ini sangat berarti sejak leluhur mereka datang dari Desa Bayung Gede Kecamatan Kintamani, sementara dari Desa Bayung Gede ke penglipuran jaraknya cukup jauh, oleh karena itu masyarakat Penglipuran mendirikan Pura yang sama sebagaimana yang ada di Desa Bayung Gede. Dalam hal ini berarti masyarakat Penglipuran masih mengenal asal – usul mereka.

Jumlah penduduknya 743 jiwa kebanyakan dari mereka hidup sebagai petani dan hanya sebagian kecil bermata pencaharian sebagai pegawai negeri. Tari – tarian dan cendramata berkembang dengan baik di desa terpencil ini.

(10)

berbatasan dengan Desa Adat Kayang. 2). Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Desa Adat Kubu. 3). Perbatasan sisi selatan ke Desa Adat Gunaksa 4). Perbatasan sisi barat ke Desa Adat Cekeng

Lokasi desa tersebut berada di dataran tinggi, salah satu lingkup Gunung Batur di Bangli yang mempengaruhi kondisi topografi menyebabkan desa Penglipuran kontur tidak rata yang digunakan sebagai kuil, lebih jauh ke utara kita akan menemukan topografi lebih tinggi dan ada kuil (Pura Penataran Pura Puseh Dan) di mana orang berdoa dan mengadakan upacara adat di desa secara rutin setiap enam bulan.

Semakin ke selatan tanah semakin rendah topografi digunakan sebagai kuburan bagi orang Bali khususnya umat Hindu di daerah. Konsep ini cocok sebagai kepercayaan dari Bali, yang percaya bahwa cara ke utara, adalah arah berharga jadi gunakan ke kuil dan di selatan digunakan sebagai pemakaman desa. Vegetasi desa ini bambu dan dengan inivegetasi ini selain dapat digunakan sebagai bahan bangunan rumah mereka dapat memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat setempat. Mereka membuat beberapa kerajinan bambu oleh ini untuk bahan upacara dan juga mereka membuatnya untuk dijual.

Sejarah Perkembangan Desa Wisata Penglipuran

Desa wisata merupakan pengembangan alternatif model pariwisata di Bali. Wadah dan pengembangan desa wisata adalah desa adat. Dipilihnya desa adat sebagai wadah pengembangan desa wisata dilatarbelakangi oleh konsep pariwisata budaya. Konsep ini mengharapkan perkembangan pariwisata sejalan dengan perkembangan kebudayaan Bali yang bertumpu dan berakar pada berbagai lembaga tradisional Bali, khususnya desa adat.

Di samping itu diperlukan adanya usaha agar desa adat mampu berpartisipasi dalam pembangunan pariwisata, dan pariwisata memberikan manfaat secara langsung kepada desa adat (Pitana, 1997 dalam Winarti, 1998). Pada awalnya Desa Adat Penglipuran belum sebagai desa wisata, namun hanya sebagai suatu desa konservasi. Maksud konservasi pada dasarnya merupakan upaya untuk memelihara suatu tempat sedemikian rupa sehingga makna dan tempat tersebut dapat dipertahankan. Menurut pengertian ini tempat dapat diartikan sebagai lahan, kawasan, gedung atau kelompok gedung-gedung termasuk lingkungan yang terkait. Sedangkan makna ialah arti dan tempat tersebut seperti arti sejarah, budaya, tradisi, nilai keindahan, sosial, ekonomi, fungsi iklirn dan fisik.

Sekitar tahun 1989/1990 di Desa Adat Penglipuran ada proyek dan Dinas Pekerjaan Umum (PU) yang pada dasarnya tentang penataan pemukiman dan Iingkungan. Proyek tersebut melalui IPP (Intensifikasi Penyuluhan Perumahan) dan KIP (Kampung Implementasi Program).

(11)

Lalu muncul ide oleh tokoh masyarakat mengenai pengembangan Desa Adat Penglipuran menjadi desa wisata. Hal ini karena mereka mulai menyadari bahwa desanya banyak dikunjungi oleh wisatawan. Beberapa tokoh masyarakat mengidentifikasi potensi wisata yang ada, dan menyam-paikannya dalam suatu rapat desa. Lalu dicapai kesepakatan untuk mengembangkan desanya menjadi desa wisata. Tetapi terdapat beberapa kendala yang dihadapi masyarakat, terutama masalah dana. Sehingga masyarakat pun mengemukakannya kepada Bupati Bangli pada masa itu. Bupati melalui Diparda kemudian merencanakan dan merealisasikan program desa wisata.

Dengan terlihatnya banyak potensi dan prestasi yang dimiliki oleh desa adat Penglipuran, maka dan Pemda Tingkat II Bangli mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Daerah Tingkat II Bangli No. 115 tanggal 29 April 1993, yang menetapkan Desa Adat Penglipuran sebagai objek wisata atau sebagai daerah kunjungan para wisatawan. Adapun objek-objek wisata di Kabupaten Daerah Tingkat II Bangliyang tertuang pada pasal 1 adalah sebagai berikut: 1). Objek wisata kawasan Toya Bungkah. 2). Objek wisata kawasan Terunyan. 3). Objek wisata kawasan Penulisan. 4) Objek wisata kawasan Batur yang meliputi Batur, Penelokan dan Kedisan. 5). Objek wisata kawasan Kehen. 6). Objek wisata Desa Adat Penglipuran.

Karakteristik Wisatawan Tingkat Pendidikan Wisatawan

Tingkat pendidikan sebagian besar wisatawan mancanegaraadalahMagister dengan persentase total 60%, sarjana dengan persentase 20%, diploma sebesar 8%, dan tingkat pendidikan lainnya 6%. Sedangkan wisatawan domestik sebagian besar berada di tingkat SMA yaitu sebesar 42%, diikuti oleh

pendidikan sarjana sebesar 34%, 10% diploma, magister2%, dan lain-lain12%.

Usia Wisatawan

Usia wisatawan mancanegara yang termuda yang mengunjungi Desa Wisata Penglipuran berada pada interval usia 14-24 tahun dengan persentase total 20%. Kemudian diikuti oleh wisatawan pada interval usia 25-35 tahun dengan persentase total 28%, dan pada interval 36-46 tahun sebesar 44% dan pada interval usia lebih dari 46 tahun dengan persentase 8%.

Sedangkan wisatawan domestik yang berkunjung ke Desa Wisata Penglipuran didominasi oleh intervalusia 14-24 tahun yang memiliki persentase 80% dari total. Diikuti wisatawan pada interval usia 25-35 tahun, sebesar 12%, dan pada interval usia 36 – 46 tahun sebesar 8% di mana tidak ada responden dari wisatawan domestik yang memiliki usia di atas 45 tahun.

Pekerjaan Wisatawan

Wisatawan memiliki pekerjaan yang cukupbervariasi, Sebagian besar wisatawan mancanegara bekerja di perusahaan swasta dengan persentasetotal 52%, persentase wisatawan mancanegara yang bekerja untuk pemerintah sebesar 28%, dan 10% lainnya.

Adapun responden wisatawan domestik didominasi oleh remaja sehingga 80% dari mereka belum bekerja. 10% wisatawan domestik menyatakan bekerja di perusahaan swasta, 6% bekerja untuk pemerintah, dan 4% menyatakan sebagai wirausaha.

Jenis Kelamin Wisatawan

(12)

dengan wisatawan domestik yang didominasi oleh perempuan sebesar 66% sementara hanya 34% laki-laki.

Status Perkawinan

Sebagian besar wisatawan mancanegara telah menikah dengan persentase 52%, diikuti responden yang tidak menikah dengan persentase hanya 48%. Sedangkan wisatawan 90% dari wisatawan domestik belum menikah sedangkan yang telah menikah hanya pada10%.

Sumber Informasi Mengenai Desa Wisata Penglipuran

Seluruh wisatawan mancanegara menyatakan bahwa mereka mengetahui informasi mengenai Desa Wisata Penglipuran dari media internet. Sedangkan, 76% wisatawan domestik menyatakan mengetahuinya dari teman-teman mereka, 8% dari mereka mengetahui dari media massa, serta% wisatawan mengetahui dari internet, dan 8% lainnya dari sumber lainnya.

Maksud KunjungankeDesa Wisata Penglipuran

Wisatawan mancanegara menyatakan bahwa tujuan mereka datang ke Desa Wisata Penglipuran adalah untuk berlibur (sebanyak 25%) dan untuk menjalani hobi mereka (25%). Sedangkan, sebagian besarwisatawan domestik(90%) datang keDesa Wisata Penglipuran untuk liburan. Alasan lainnya adalah olahraga yaitu 2% dari wisatawan, untuk study tour 2%, dan 6% wisatawan memiliki alasanlain.

HarapanPadaKunjungan Berikutnya

Seluruh wisatawan mancanegara menyatakan bahwa mereka ingin datang untuk kunjungan lagi ke Desa Wisata Penglipuran. Bahkan 70 % responden

wisatawan mancanegara menyatakan pada kunjungan berikutnya mereka berharap mendapat kesempatan untuk tinggal selama 1 hingga 2 hari di Desa Wisata Penglipuran. Sedangkan sisanya sebanyak 30% responden mancanegara menyatakan berharap dapat datang mengunjungi Desa Wisata Penglipurankembali.

Sedangkan 2% wisatawan domestik menyatakan bahwamereka ingin tinggal selama satu hari sampai 2 hari untuk kunjungan berikutnya, dan 2% dari mereka ingin tinggal lebih dari 3 hari. Tetapi sebagian besar dari mereka yaitu sebanyak 96% hanya ingin berkunjung saja tidak untuk tinggal.

Penilaian Wisatawan Mancanegara Mengenai Potensi Desa Wisata Penglipuran

Dalam proses mendistribusikan kuesioner dan wawancara penulis mendapat 50 responden wisatawan mancanegara dimana 5 orang berasal dari Australia, 20 orang berasal dari Madagaskar, 10 orang berasal dari Spanyol, dan 15 orang berasal dari Perancis.

Penilaian Terhadap Attraction (Daya Tarik) Desa Wisata Penglipuran

(13)

Penilaian Terhadap Accesibility (Aksesibilitas) Desa Wisata Penglipuran

Penilaian wisatawan mancanegara terhadap aksesibilitas yakni, 50% wisatawan mancanegara menyatakan bahwa untuk menjangkau Desa Wisata Penglipurancukup mudah dalam transportasi dan 50% sisanya menyatakan aksesnya baik. 5% wisatawan mancanegara menilai cukup baik infrastruktur Desa Wisata Penglipuran, dan 45% wisatawan mancanegara menilai bahwa infrastruktur Desa Wisata Penglipuranbaik dan 50% sisanya menyatakan sangat baik. Sedangkan penilaian terhadap tersedianya transportasi umum di Desa Wisata Penglipuran dinyatakan buruk oleh 50% responden mancanegara dan 50% sisanya menyatakan masih cukup. Berikutnya, penilaian terhadap akses lokasi dinilai cukup oleh 50% responden mancanegara dan sisanya menilai baik.

Penilaian Terhadap Amenities(Fasilitas) Desa WisataPenglipuran

Setengah dari wisatawan mancanegara yakni 50% menyatakan sangat baik, 35% responden mancanegara menyatakan bahwa fasilitas informasi mengenai Desa Wisata Penglipuran(media cetak & media elektronik) dinilai cukup baik, dan 15% responden lainnya menyatakan baik. Penilaian kelengkapan akomodasi bagi wisatawan dinilai baik oleh 50% responden, 30% responden mancanegara menilai cukup, terdapat 15% menilai buruk, dan sisanya 5% responden menyatakan bahwa kelengkapan akomodasi bagi wisatawan dinilai buruk.

Hal ini disebabkan karena rumah – rumah penduduk yang sudah disiapkan untuk menjadi guest house masih belum memiliki standar fasilitas, hygine, dan sanitasi yang baik, walaupun standar tersebut tidak harus mengikuti standar hotel tetapi seluruh responden mancanegara mengharapakan

mereka dapat tinggal di rumah asli penduduk tetapi setidaknya tempat tinggal tersebut hygine dan tersanitasi dengan baik.

Fasilitas komunikasi di sekitar area Desa Wisata Penglipuran dinilai sangat baik oleh 50% responden, 30% menyatakan cukup, 15% menyatakan baik, dan sisanya 5% responden menyatakan fasilitas komunikasi masih buruk.

Sedangkan fasilitas pendukung di sekitar area Desa Wisata Penglipuran dinyatakan baik oleh 50% responden, dinyatakan cukup oleh 35% responden, dan 15% sisanya menyatakan masih buruk.

Penilaian Terhadap Ancillaries (Pelayanan & Organisasi Pariwisata) Desa Wisata Penglipuran

Penilaian wisatawan mancanegara mengenai pelayanan dan organisasi pariwisata di Desa Wisata Penglipuran. Dimana 50% wisatawan mancanegara menyatakan bahwa Ketersediaan oganisasi atau lembaga pariwisata yang dapat menaungi pihak pengelola Desa Wisata Penglipuran, masyarakat lokal, dan wisatawan masih buruk dan 50% sisanya menyatakan cukup. Tourist

Information center pun masih memiliki

ketersediaan yang buruk dinyatakan oleh 50% responden mancanegara dan sisanya menyatakan cukup.

(14)

dinyatakan sangat baik oleh 50% responden dan 50% sisanya menyatakan baik.

Penilaian Terhadap Community Involvement Desa Wisata Penglipuran

Penilaian wisatawan mancanegara terhadap community involvement di Desa Wisata Penglipuran, 100% responden menyatakan bahwa peran masyarakat lokal dalam pengelolaan Desa Wisata Penglipuran sangat baik. Sedangkan 50% responden menyatakan bahwa masyarakat lokal dalam menerima keberadaan wisatawan cukup ramah, 31 % responden menyatakan bahwa keramahan masyarakat lokal dalam menerima keberadaan wisatawan sangat baik, dan 19 % sisanya menyatakan baik. Mengenai keramahan masyarakat lokal dalam memberikan informasi kepada wisatawan terdapat 50% responden menyatakan cukup, 27% responden menyatakan hal itu sangat baik, sedangkan 23% sisanya menyatakan baik.

Penilaian Wisatawan Domestik Mengenai Desa Wisata Penglipuran

Dalam proses mendistri busikan kuesioner dan wawancara penulis mendapat 50 responden wisatawan domestik dimana 19 orang berasal dari Gianyar, 5 orang berasal dari Kintamani, 11 orang berasal dari Denpasar, 2 orang berasal dari Tabanan, 4 orang berasal dari Badung, 2 orang berasal dari Bangli, 1 orang berasal dari Jawa Tengah, 5 orang berasal dari Klungkung, 1 orang berasal dari Bangli.

Penilaian Terhadap Attraction (Daya Tarik) Desa Wisata Penglipuran

50% wisatawan domestik setujubahwa daya tarikwisatadesa inididukungoleh pemandangan yang indahyang baik, hanya44%

setuju bahwa itusangat baik, dan 6% mengatakan itu cukup. Selain itu,48% wisatawan domestik menyatakan bahwa ia mendukung dengan atraksi keragaman baik, sementara32% setuju bahwa itusangat baik, 16% setuju bahwa itucukup, tetapi terdapat 4% wisatawan menilai bahwa keragaman atraksi Desa Wisata Penglipuran buruk. Selain ituuntuk spesifikasi dari kebersihan lingkungan dan konservasi55% mengatakan ya itusangat baik, 34% menyatakan bahwa baik, hanya11% mengatakan Penglipuran Desa Wisata Penglipuran memiliki kebersihan yang cukup lingkungan dan konservasi.

Penilaian Terhadap Accesibility (Aksesibilitas) Desa Wisata Penglipuran

Untuk penilaian aksesibilitas di Desa Wisata Penglipuran 66% setuju bahwa desa ini adalah tempatterjangkau,26% mengatakan cukup terjangkau, dan 8% mengatakan itu adalah tempat yang sangat terjangkau. Dan untuk infrastruktur, 54% wisatawan domestik sepakat bahwa Desa Wisata Penglipuran memiliki infra struktur yang baik, sementara 22% mengatakan infrastruktur yang sangat baik, dan pada saat yang sama16% dari mereka mengatakan itu sudah cukup, dan ada8% dari mereka mengatakan memiliki infrastruktur yang buruk.

(15)

Penilaian Terhadap Amenities(Fasilitas) Desa Wisata Penglipuran

Untuk penilaian fasilitas itu bagi dengan 4 spesifikasi, seperti: informasi dari situs dimana 49% dari wisatawan domestik sepakat bahwa kualitas yang baik, 23% dari mereka menyatakan bahwa sudah cukup, diikuti oleh22% wisatawan domestik menyatakan fasilitas informasi mengenai Desa Wisata Penglipuran sangat baik, dan hanya 6% mengatakan itu buruk.

Kedua, untuk akomodasi 60% dari mereka menyatakan bahwa kualitas yang baik, 22% mengatakan cukup, 10% setuju bahwa itu sangat baik, dan 8% lebih, tidak benar-benar menyukainya seperti yang mereka katakan itu buruk. Untuk sarana komunikasi di seluruh wilayah, 48% responden menyatakan sangat baik, 32 dari mereka puas karena mereka mengatakan itu sudah cukup, dan 12% setuju bahwa itus angat baik, dan 8% mengatakan itu buruk.

Sisanya yaitu 52% dari mereka menyatakan bahwa fasilitas pendukung seperti money changer, supermarket, mini market, dan lain-lain sudah cukup, sedangkan 26% mengatakan itu baik, 10% dari mereka menyatakan itu sangat baik, 9% dari mereka setuju bahwa buruk bahkan ada 3% mengatakan fasilitas pendukung di area tersebut sangat buruk.

Penilaian Terhadap Ancillaries (Pelayanan dan Organisasi Pariwisata) Desa Wisata Penglipuran

48% dari wisatawan domestik setuju bahwa organisasi pariwisata yang dapat mendukung pengelolaan Desa Wisata Penglipuran, masyarakat lokal, dan wisatawan baik. 30% mengatakan bahwa itu cukup, 16% menyatakan sangat baik, dan 6% mengatakan itu buruk. Untuk tourist information

centeryang diperlukan untuk memberikan

gambaran kepada para wisatawan tentang peta

Penglipuran, 46% dari mereka menyatakan itu baik, 22% setuju bahwa itu sangat baik, 22% lebih mengatakan itu sudah cukup, dan 10% dari mereka mengatakan itu buruk.

Selain itu, untuk kualitas pelayanan lembaga pariwisata di Desa Wisata Penglipuran memiliki 62% wisatawan domestik yang mengatakan baik, 18% mengatakan cukup, 14% dari mereka mengatakan itu sangat baik, dan 6% menyatakan bahwa lembaga pariwisata di area tersebut buruk. Adapunmengenai kualitas pelayanan Desa Wisata Penglipuran, 60% responden setuju bahwa kualitasnya baik, 26% dari mereka mengatakan itu sangat baik, dan 24% dari mereka mengatakan itu sudah cukup. Dalam bidang promosi 38% dari wisatawan domestik menyatakan bahwa itu sangat baik. 30% mengatakan cukup promosi, 22% dari mereka mengatakan itu sangat baik, tetapi terdapat 10% responden mengatakan Desa Wisata Penglipuran memiliki promosi yang buruk. Dalam peraturan dan kebijakan 54% responden menyatakan baik, 26% mengatakan sangat baik, 8% dari mereka mengatakan itu sudah cukup, tapi ada 12% wisatawan domestik mengatakan itu buruk.

Penilaian Terhadap Commumity Involvement Desa Wisata Penglipuran

Adapun penilaian mengenai community

involvement di Desa Wisata penglipuran

dimana, pada aspek peran masyarakat lokal dalam pengelolaan Desa Wisata Penglipuran mendapat penilaian Baik dari 52% responden domestik, 32% menyatakan hal tersebut sangat baik, 10% responden menyatakan cukup, dan 6% responden menilai buruk.

(16)

46% responden, dinilai sangat baik oleh 38% responden dan dinilai cukup oleh16% responden.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Potensi wisata dari Desa Wisata Penglipuran jika dilihat dari kacamata para wisatawan baik mancanegara maupun domestik yang berkunjung ke desa tersebut terbagi menjadi 5 aspek yaitu attractions,

accessibility, amenities, ancillaries, dan

community involvement.

Adapun menurut wisatawan mancanegara potensi wisata yang mendapat nilai tertinggi pada aspek attraction di Desa Wisata Penglipuran adalah kebersihan dan kelestarian lingkungan, sedangkan keragaman atraksi dan keindahan alam di Desa Wisata Penglipuran dinilai cukup baik. Begitu pula dengan wisatawan domestik yang menilai kebersihan dan kelestarian lingkungan sangat baik, diikuti dengan keindahan alam yang cukup baik, sedangkan keragaman atraksi Desa Wisata Penglipuran dinilai masih kurang. Selanjutnya penilaian wisatawan mancanegara mengenai potensi wisata pada aspek accessibility tertuju pada infrastruktur Desa Wisata Penglipuran yang mendapat nilai tertinggi, sedangkan kemudahan transportasi dalam menjangkau Desa Wisata Penglipuran dan lokasinya dinilai cukup baik. Tetapi nilai rendah ditujukan pada ketersediaan transportasi umum di Desa Wisata Penglipuran. Wisatawan domestic menilai bahwa kemudahan transportasi dan lokasi cukup baik, sedangkan infrastruktur dan ketersediaan transportasi umum dinilai masih kurang.

Pada aspek amenities, wisatawan mancanegara memberikan nilai tertinggi pada potensi Desa Wisata Penglipuran dalam menyediakan fasilitas informasi mengenai

Desa Wisata itu sendiri, diikuti dengan fasilitas komunikasi di sekitar area Desa Wisata Penglipuran cukup baik walaupun terdapat 5% wisatawan yang menyatakan fasilitas komunikasi di daerah tersebut buruk. Fasilitas pendukung seperti money changer, supermarket, mini market, dll dinilai buruk, begitu juga dengan kelengkapan akomodasi dinilai sangat buruk. Sedangkan penilaian dari wisatawan domestik, fasilitias informasi mengenai Desa Wisata Penglipuran, kelengkapan akomodasi, dan fasilitas komunikasi cukup baik, tetapi fasilitas pendukung masih dinilai kurang.

Pada aspek ancillaries, hanya aturan dan kebijakan yang dimiliki oleh Desa Wisata Penglipuran yang dinilai sangat baik oleh wisatawan mancanegara. Pelayanan lembaga pariwisata dan pelayanan pengelola Desa Wisata dinilai sudah cukup baik. Sedangkanketersediaan organisasi pariwisata,

tourist information center, dan promosi masih

dinilai buruk. Begitu pula wisatawan domestik yang menilai pelayanan lembaga pariwisata dan pengelola Desa Wisata Penglipuran, serta aturan juga kebijakan yang dimiliki desa tersebut cukup baik, sedangkan ketersediaan organisasi pariwisata, tourist information

center, dan promosi masih kurang.

Pada aspek community involvement,

wisatawan mancanegara dan domestic memiliki penilaian yang sama dimana peran masyarakat lokal dalam pengelolaan Desa Wisata Penglipuran dinilai sangat baik oleh wisatawan mancangera, sedangkan keramahan masyarakat lokal dalam menerima keberadaan wisatawan dan memberikan informasi kepada wisatawan dinilai cukup baik.

Saran

(17)

diberikan dan membuat wisatawan lebih lama bertahan ditempat tersebut dan juga ingin berkunjung. Dimana pengelola Desa Wisata Penglipuran perlu meningkatkan:a). Keragaman atraksi. b). Ketersediaan transportasi umum dan fasilitas komunikasi. c). Fasilitas pendukung seperti money changer, supermarket, dan mini market dan kelengkapan akomodasi. d). Ketersediaan organisasi pariwisata, tourist information

center, dan promosi.

DAFTAR PUSTAKA

Lansing, Paul And De Vries, Paul. 2007.

Sustainable Tourism: Ethical

Alternative or Marketing Ploy?.

Marpaung, H. (2002). Pengetahuan

Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta.

Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja Rosdakarya

Nuryanti, W. 1993. Desa Wisata: Concept,

Perspective and Challenge.

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Pendit, Nyoman S. 1999. Ilmu Pariwisata

Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta:

PT. Pradnya Paramita

Pitana, I Gde. 1999. Pelangi Pariwisata Bali. Penerbit Bali Post. Denpasar

Pitana, I Gde dan Gayatri, Putu G. 2005.

Sosiologi Pariwisata. ANDI.

Yogyakarta.

Putra, I Nyoman Darma dan I Gde Pitana, 2010. Pariwisata Pro-Rakyat; Meretas Jalan Mengentaskan

Kemiskinan. Jakarta: Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata.

Sharpley, Julia and Richard. 1997. Rural

Tourism An Introduction.

Inter-national Thomson Business Press. London.

Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta.

Sulistyo-Basuki, dkk. 2006. Perpustakaan Dan Informasi Dalam Konteks

Budaya. Jakarta: Departemen Ilmu

Perpustakaan dan Informasi FIB UI. Offset, Bandung

Yoeti, H. Oka A. 2002. Perencanaan &

Pengembangan Pariwisata. Jakarta:

Referensi

Dokumen terkait

Proses final dari revisualisasi 3D Ondel-ondel betawi adalah tampilan lebih menarik karena sudah mengikuti pola sasaran visual pada diagram Uncanny valley pada Fig.2, yang

Pelaksanaan pelatihan lesson study sebagai rangkaian kegiatan pengabdian bagi guru-guru matematika SMP Muhammadiyah se-Kabupaten Bantul dilaksanakan pada tanggal 25 Januari

Kurikulum kebidanan dikeluarkan oleh pusat pendidikan tenaga kesehatan sebagai kurikulum nasional yang sudah disusun sedemikian rupa sehingga dapat menggambarkan

penelitian tentang pengaruh gerak dan lagu terhadap pengenalan konsep kanan dan kiri pada anak kelompok A di TK Aisyiyah 07 Surabaya diatas dapat disimpulkan sebagai

MEDAN 2018.. Skripsi berjudul, Analisis Penerapan Sistem Bagi Hasil Belah Sapi dalam Peternakan Sapi di Desa Lobu Rampah Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu

rencana fisik dari perencanaan pra kampus terpadu menjadi. perencanaan kampus

Puta-Putri Simo pada guru dan murid sering dijumpai tidak bersikap disiplin seperti tidak masuk dengan alasan yang kurang jelas dan masuk akal, guru tidak mencontohkan

Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Pratiwi (2014) bahwa perusahaan belum sesuai dengan SAK ETAP karena belum menyajikan laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas,