• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Effect of High Temperature at Concrete Crack Sri Hartati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "The Effect of High Temperature at Concrete Crack Sri Hartati"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN: 1410-7783

Volume 12 Nomor 1, April 2011, 49-54

Pengaruh Temperatur Tinggi Terhadap Retak Beton

The Effect of High Temperature at Concrete Crack

Sri Hartati

Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Riau Jalan Kaharuddin Nasution 113 Pekanbaru 28284

Tatie_sdh@yahoo.com

Abstrak

Kemampuan struktur beton bertulang secara drastis berkurang apabila terjadi kebakaran Hal ini tergantung oleh tipe dan kedalaman retak beton, tinggi rendahnya suhu dan lamanya beton terbakar. Semakin lebar retak yang timbul maka semakin besar penurunan kapasitas dari struktur secara keseluruhan karena perambatan panas pada baja tulangan semakin cepat sejalan dengan retak yang terjadi. Penelitian ini dilakukan dengan membuat sample beton silinder. Tulangan baja ditanamkan di tengah silinder. Dalam penelitian ini menggunakan beton normal 22,5 MPa. Beton silinder dipanaskan sampai 750 selama 1,5 jam dan diberi gaya tekan aksial. Rata-rata masing-masing beton adalah 1,61, 0,64, 0,55 dan 0,73 untuk 100%Pcr, 80%Pcr, 60%Pcr dan 40%Pcr pada kuat tekan beton 22,5 MPa. Lebar dari retak di atas untuk struktur dalam dan luar adalah 121,18% dan 168,10%.

Kata-kata kunci:beton, retak, kebakaran, baja, leleh

Abstract

Strength of structure decreased due to fire exposure. This strength was affected by type and depth of crack, heat variation and fire duration. The deeper the crack, the higher the reduction of strength of the structure as a whole, because the convection of heat arrived on the steel reinforcement faster than the conduction the steel yielded faster. This research was conducted by making specimens of concrete cylinder. The steel bar was anchored in the middle of the cross section of the later cylinders. In this research used concrete compressive strength 22,5 MPa. The concrete cylinder was heated in the electrical heater at various temperature up to 750 C for 1,5 hours and pulled axially to certain stresses during heating. The averages of 3 cracks of the concrete are 1,61, 0,64, 0,55 and 0,73 for 100%Pcr, 80%Pcr, 60%Pcr and 40%Pcr respectively for concrete compressive strength of 22,5 MPa. The crack widths are above allowable crack width for interior and exterior structures by 121,18% and 168,10% respectively.

Keywords:concrete, crack, fire, steel, yield

I. PENDAHULUAN

Kemampuan struktur beton bertulang secara drastis berkurang apabila terjadi kebakaran. Hal ini akan berdampak langsung pada kemampuan layan dari struktur beton bertulang. Menurut Widjaja (1999), kenaikan temperatur di atas 200C akan menimbulkan kerusakan beton, secara visual retak di permukaan mengalami penurunan tajam pada kuat tekan, kuat tarik, kuat lentur, kuat lekatan, hanya tinggal 50-60%, nilai ini akan bergeser ke 10-30% bila mencapai 1000C.

Retak yang terjadi pada beton, dapat mempercepat pencapaian temperatur pada

tulangan, hal ini dapat mempengaruhi tulangan baja yang peka terhadap panas. Semakin lebar retak yang timbul maka semakin besar penurunan kapasitas dari struktur secara keseluruhan karena perambatan panas pada baja tulangan semakin cepat sejalan dengan retak yang terjadi.

Berdasarkan latar belakang di atas, dilakukan penelitian berupa pengujian tarik baja tulangan yang diselimuti beton dengan fokus penelitian pada pengaruh akibat retak yang

J. Saintis, Vol.12. No.1, 2011: 49-54

aintis

(2)

terjadi serta memberikan usulan dalam perancangan struktur beton bertulang (balok) yang lebih aman terhadap temperatur tinggi, dengan beton mutu normal atau sedang. II. METODE PENELITIAN

Benda uji berupa silinder dengan penambahan tulangan ulir diameter 13 mm dan ditengah dengan diameter 10 mm. Jumlah, identifikasi dan gambar benda uji dapat dilihat pada gambar 1 dan tabel 1. Mutu beton yang digunakan yaitu 22,5 MPa.

Gambar 1. Model benda uji

Tabel 1.Jumlah benda uji

No Benda Uji Jumlah Cara Pengujian

1 BRB 100 3 Bh Tarik diiringi dengan pemanasan

2 BRB 80 3 Bh Tarik diiringi dengan pemanasan

3 BRB 60 3 Bh Tarik diiringi dengan pemanasan

4 BRB 40 3 Bh Tarik diiringi dengan pemanasan

Material

Dalam penelitian digunakan mutu beton dengan kuat tekan rata-rata 22,5 MPa pada umur 28 hari. Kuat leleh baja tulangan adalah 408, 9 MPa.

Prosedur Penelitian

Pengujian yang dilakukan adalah pengujian kuat tekan beton, modulus elastisitas statik dan dinamik beton serta regangan akibat gaya dan temperatur. Pengujian regangan akibat gaya dan temperatur dilakukan dengan memberikan gaya yang besarnya berdasarkan prosentase dari beban retak beton (Pcr) yaitu

100% Pcr, 80% Pcr, 60% Pcr dan 40% Pcr.

Pada saat tegangan awal dikerjakan data-data berupa pertambahan panjang dan temperatur

Berdasarkan hasil pengujian ternyata lebar retak rata-rata untuk benda uji 0,88 mm. Lebar retak ini mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan lebar retak yang diijinkan untuk struktur interior dan struktur eksterior sebesar 121,18% dan 168,10%.

Pengaruh Tempertaur Tinggi (Sri Hartati)

Tabel 2. Lebar retak beton pasca pemanasan No. Kode Suhu L. Retak Beban

(3)

Gambar 2. Hubungan temperatur permukaan beton dan lebar retak

IV. PEMBAHASAN

Lebar Retak dan Pertambahan Baja Tulangan

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa retak yang terjadi akibat beban luar sangat berpengaruh terhadap pertambahan panjang baja. Hal ini menunjukkan jika benda uji dengan beban di bawah beban retaknya (100% Pcr), pertambahan panjang baja akan

cenderung lebih kecil. Pertambahan panjang baja pada benda uji 80% Pcr, 60% Pcr, 40%

Pcr untuk mutu beton 22,5 MPa mengalami

pertambahan panjang berturut-turut sebesar 12,90%, 9,70%, 8,36% dari benda uji dengan beban 100% Pcr.

Tabel 3.Hubungan lebar retak dan pertambahan panjang No. Kode

L.

Retak Beban

(mm) (mm) (%) (kg) 1 BRB 100 1.61 5.50 100.00 700 2 BRB 80 0.64 0.71 12.90 560 3 BRB 60 0.55 0.53 9.70 420 4 BRB 40 0.73 0.46 8.36 280

Temperatur Permukaan Beton dan Pertambahan Panjang Baja

Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa untuk kondisi waktu dan temperatur yang sama ternyata baja belum mencapai titik lelehnya, pengecualia terjadi pada tegangan awal sebesar 100% Pcr , hal ini dikarenakan

adanya pengaruh retak akibat tegangan awal yang mempercepat proses masuknya panas sehingga baja mencapai titik lelehnya.

J. Saintis, Vol.12. No.1, 2011: 49-54

Temperatur Baja dan Pertambahan Panjang Baja

Benda uji BRB 100 mengalami pertambahan panjang dan regangan paling besar bila dibandingan dengan benda uji lain pada mutu beton yang sama. Semakin kecil gaya yang menyebabkan retak maka pertambahan panjang dan regangan akan semakin kecil, bila dibandingkan terhadap benda uji dengan beban sebesar beban retak (100% Pcr) mengalami penurunan sebesar

91,64% untuk benda uji BRB 40 (40% Pcr).

Gambar 3.Hubungan temperatur permukaan beton dan pertambahan panjang baja

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00

LEBAR RETAK (mm)

Tem peratur Perm ukaan Beton (OC)

(4)

Keruntuhan Baja Tulangan

Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa pengaruh besarnya tegangan awal yang (100% Pcr) mengakibatkan cepatnya baja

mencapai titik leleh, hal ini berbeda bila dibandingkan dengan tegangan awal yang lebih kecil (di bawah 100% Pcr). Selain

pengaruh dari tegangan awal, retak yang terjadi juga memberikan peranan yang cukup besar mempercepat masuknya panas ke dalam baja tulangan.

Pengaruh Tempertaur Tinggi (Sri Hartati)

untuk 100% Pcr, 80% Pcr, 60% Pcr, 40%

Pcrpada mutu beton 22,5 MPa.

2. Dari hasil pengujian ternyata benda uji benda uji BRB 100 (100% Pcr-22,5 MPa)

mengalami keruntuhan (putus) pada suhu 714oC.

3. Pengaruh tegangan awal dapat mempercepat proses pelelehan baja, sedangkan untuk tegangan yang relatif kecil di bawah beban retaknya pencapaian titik leleh baja relatif membutuhkan waktu yang lebih lama. VI. SARAN

Perlu penelitian lanjutan pada beton mutu tinggi. Pembebanan sebaiknya berupa beban tetap agar pertambahan panjang akibat temperatur lebih nyata terlihat sehingga sesuai dengan kenyataan di lapangan. Perlu modifikasi furnace agar pembakaran dapat dalam dua dimensi sehingga benda uji berikutnya dapat memodelkan balok yang terlentur.

VII. DAFTAR PUSTAKA Gambar 4. Hubungan pertambahan

panjang dan temperatur permukaan baja

Gambar 5. Hubungan regangan dan temperatur permukaan baja

Temperatur Permukaan Baja (oC)

R

Tem peratur Perm ukaan Baja (OC)

(5)

Proses Perpindahan Panas, PAUT UGM, Yogyakarta

Castillo,C. dan Durrani,A.J., 1990, Effect of High Temperature on High-Strength

Concrete, ACI Material Journal,

V.87, no. 1,pp.47-53

Dipohusodo,I., 1994, Struktur Beton

Bertulang, PT Gramedi Pustaka

Utama, Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum, 1987,

Panduan Pengujian Tahan Api

Komponen Struktur Bangunan Untuk

Pencegahan Bahaya Kebakaran

Pada Bangunan Rumah dan Gedung,

Yayasan Badan Penerbit PU

Departemen Pekerjaan Umum, 1982,

Persyaratan Umum Bahan Bangunan

di Indonesia (PUBI, 1982), Pusat

Penelitian dan Pengembangan Pemukiman Badan Penelitian dan Pengembangan PU, Bandung

Neville, A.M. 1975, Properties of Concrete, The English Language Book Society & Pitman Publishing, London

Nielsen,C.V. 2002, High Temperature

Effects on Tensile Softening

Behaviour of Concrete Symposium

on Nordic Concrete Research, Helsingor

Nawy,E.G. 1998, Beton Bertulang Suatu

Pendekatan Dasar, PT. Refika

Aditama, Bandung

Park,R., Paulay,T.,1975, Reinforced Concrte

Structures, Jhon Wiley& Sons,Inc

J. Saintis, Vol.12. No.1, 2011: 49-54

Sagita,N. 2004, Pengaruh Tegangan Awal Tulangan Tarik dan Temperatur

Tinggi Pada Retak Beton, Tesis

Program Pasca Sarjana UGM.

Salmon,G.C. dan Jhonson,E.J.,1992, Steel

Structure Design and Behavior,

Gambar

Tabel  2. Lebar retak beton pasca pemanasan
Gambar 2. Hubungan temperatur permukaanbeton dan lebar retak
Gambar 5. Hubungan regangan dan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk memastikan penggunaan kinesiotape selama tiga hari tidak berbeda dengan perekat plasebo dalam mengurangi resiko cedera berulang dan

Tabel 14. Berdasarkan hasil penelitian, total pendapatan rumah tangga bersumber dari kegiatan usahatani yaitu sebesar Rp 25.507.296 dan pendapatan dari kegiatan non-usahatani

Dengan melihat hasil yang diperoleh pada tugas akhir ini , maka dapat diambil kesimpulan, daya dukung tiang pancang tunggal pada proyek pembangunan Roseville Soho di

Khofifah sangat menyadari setiap pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang dimiliki, dan ia selalu ingin memanfaatkan apa yang dimilikinya untuk dapat menemukan berbagai

Setelah menyelesaikan matakuliah ini mahasiswa mampu menjelaskan karakteristik industri manufaktur, industri proses, industri agro, industri migas, dan industri

sengketa diatas, antara lain karena ; ketentuan hukum yang mengatur masalah arbitrase di Indonesia belum banyak diketahui dan dipahami oleh pelaku bisnis, belum adanya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh corporate social responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Return On Equity (ROE),

Berdasarkan jenis kelamin, penduduk laki-laki bekerja lebih banyak dibandingkan perempuan. Angkatan kerja laki-laki mengalami peningkatan sebesar 2,88 persen