1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika, menurut Ruseffendi (Heruman 2014: 1), merupakan bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika secara umun menurut Soedjati (Heruman 2014: 1) didefinisikan sebagai bidang ilmu yang memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.
Pembelajaran matematika yang terjadi dapat dilihat bahwasannya penyampaian materi berasal dari guru kelas karena dalam pembelajaran cenderung bersifat konvensional atau bisa dikatakan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher oriented), sehingga kurang memotivasi siswa untuk belajar karena pembelajaran didominasi oleh aktivitas guru yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Menurut PISA (2012) dari total 65 negara dan wilayah yang masuk survey PISA, Indonesia menduduki rangking ke-64, Indonesia berada di peringkat dua terbawah. Menurut Rusmono (2012: 66) menyatakan bahwa strategi pembelajaran konvensional, guru cenderung memegang kendali proses pembelajaran secara aktif, sementara siswa hanya menerima dan mengikuti apa yang disajikan oleh guru. Dalam pembelajaran konvensional, siswa cenderung mengembangkan ide-ide kreatif dan menemukan berbagai alternatif pemecahan masalah. Selain itu, dalam pembelajaran guru merupakan sumber utama informasi dan aktivitas dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pembelajaran perlu diberikan model pembelajaran yang menarik dan kreatif, sehingga tumbuh motivasi pada diri siswa yang dapat memberi pengaruh terhadap hasil belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
dengan mengerjakan soal kurang sesuai jika diterapkan terus menerus pada mata pelajaran matematika karena siswa akan merasa bosan dan kurang fokus dalam pembelajaran. Hal ini terlihat dari keterlibatan siswa dan aktivitas siswa dalam pembelajaran yang dilakukan adalah mendengarkan penjelasan guru dan menyelesaikan soal ketika guru sudah selesai menjelaskan materi pelajaran. Dalam hal ini, sikap kurang antusias siswa atau rendahnya respon umpan balik dari siswa terhadap pertanyaan guru dan kurangnya kerjasama dalam kerja kelompok selama mengikuti proses pembelajaran matematika berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang maksimal. Menurut Sunarto dalam Rusman (2012: 124) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya, yaitu: kecerdasan, bakat, minat dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang tersebut. Misalnya: keadaan lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh sebab itu, terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan siswa dalam pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi mengajar karena pada dasarnya merupakan upaya guru untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar dan sekaligus melibatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajarannya.
Menurut Huda (2011: 65) pembelajaran kooperatif dipandang sebagai sarana ampuh untuk memotivasi pembelajaran dan memberikan pengaruh positif terhadap iklim ruang kelas yang pada saatnya akan turut mendorong pencapaian yang lebih besar, meningkatkan sikap-sikap positif dan harga diri yang lebih dalam mengembangkan skill kolaboratif yang lebih baik. Model pembelajaran kooperatif yang dipandang efektif menciptakan interaksi yang positif dan terstruktur dalam menciptakan masyarakat belajar (learning community).
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dapat membantu siswa menumbuhkan kerjasama, berpikir kritis, dan
mengembangkan sikap sosial siswa. Menurut Slavin dalam Isjoni (2011: 74) menyatakan pada proses pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) melalui lima tahapan yang meliputi: 1) tahap penyajian
materi, 2) tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap perhitungan skor perkembangan individu, 5) tahap pemberian penghargaan kelompok. Model pembelajaran ini pada hakekatnya adalah menggali potensi dan mengembangkan keterlibatan siswa dalam kompetisi antar kelompok dan saling tukar menukar pengalaman atau pemahaman materi dalam proses belajar mengajar sehingga potensi siswa yang masih dapat dikeluarkan dan dikembangkan.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) diharapkan dapat memberi pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar
siswa dan membantu mengubah gaya belajar siswa serta menambah motivasi dan keaktifan siswa dalam kegaiatan pembelajaran. Model pembelajaran yang tepat, membantu proses kegiatan belajar matematika akan cepat dipahami, menyenangkan dan menciptakan kenyamanan siswa dalam belajar. Dengan demikian, peneliti akan membandingkan pengaruh pembelajaran matematika menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dengan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran konvensional
pembelajaran. Hal ini sejalan dari hasil penelitian Rahayuningsih (2011) tentang pengaruh penerapan model pemebelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) kelas V di SD Negeri 1 Wadaslintang menunjukan bahwa
dengan menggunakan penerapan model pemebeljaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Dengan demikian, guru dapat menerapkan model pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Berdasarkan masalah dan uraian di atas, peneliti mengadakan penelitian yang berjudul: “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SD Kristen 3 Eben Haezer Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015”. 1.2Identifikasi Masalah
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Guru masih mendominasi pembelajaran, di mana siswa hanya menjadi penerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
2. Kurang adanya kerjasama antara guru dan siswa, karena siswa kurang aktif bertanya atau mengungkapkan pendapatnya dan bertukar pikiran dengan teman-temannya .
3. Belum diterapkannya model Cooperative Learning, masih banyak guru yang masih menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas. 1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan dibatasi pada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa kelas 4
1.4Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
“Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) lebih berpengaruh secara signifikan dibandingkan
dengan pembelajaran secara konvensional terhadap hasil belajar matematika siswa kelas 4 SD Kristen 3 Eben Haezer semester II tahun pelajaran 2014/2015?”.
1.5Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dengan pembelajaran secara konvensional terhadap hasil belajar matematika siswa kelas 4 SD Kristen 3 Eben Haezer semester II tahun pelajaran 2014/2015.
1.6 Manfaat Penelitia
Dari penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1) Manfaat secara teoretis
a. Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan hasil belajar melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division).
b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai dasar untuk mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis.
c. Memberikan wawasan dan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang keguruan.
2) Manfaat secara praktis a. Bagi guru
1) Akan menambah pengalaman sehingga permasalahan guru tentang materi pelajaran yang sulit dapat diatasi.
3) Mendorong guru untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dalam kegiatan belajar-mengajar.
b. Bagi siswa
1) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam kompetensi setiap siswa. 2) Siswa dapat diupayakan lebih aktif dalam pembelajara.
3) Dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran matematika.
c. Bagi sekolah
1) Dapat meningkatkan kualiatas hasil belajar siswa, sehingga mampu bersaing dengan siswa sekolah lain.