• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE HISAB WAKTU SHALAT KITAB DURUS AL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "METODE HISAB WAKTU SHALAT KITAB DURUS AL"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

METODE HISAB WAKTU SHALAT KITAB DURUS

AL-FALAKIYYAH

(Kitab Pertama)

A.PENDAHULUAN

Sejarah perkembangan ilmu falak dari waktu ke waktu mengalami kemajuan. Mulai dari masa klasik, pertegahan, hingga kontemporer. Demikian pula dengan keberadaan kitab falak. Durus Al-falakiyyah merupakan salah satu kitab pertengahan, artinya ia tidak terlalu menggunakan huruf a-ba-ja-dun sebagai pengantar memahaminya, namun juga belum menggunakan perhitungan kontemporer seperti kalkulator, aplikasi, atau sejenisnya.

Ada beberapa metode dalam perhitungan falakiyyah, termasuk perhitungan awal shalat, dan diantara beberapa metode yang cukup menarik itu adalah metode dalam kitab duru al-falakiyyah yang masih menggunakan alat

bantu berupa rubu’ mujayyab.

B.BIOGRAFI

1. KH. MA’SUM ALI

Nama lengkapnya adalah Syech al-aliim al-alamah al-filusuf sitti

abdul jabbar; Muhammad Ma’sum bin Ali bin Abdul Jabbar al -Maskumambani, lahir di Gresik sekitar tahun 1887 M atau 1305 H dan wafat di Jombang, 8 Januari 1933 M bertepatan dengan 24 ramadhan 1351 H dalam usia 46 tahun.1KH. Ma’sum merupakan kakak dari KH. Adlan Ali, pon-pes Walisongo Cukir-Jombang. Beliau memperoleh pendidikan awal dari keluarganya, yang mana leuhurnya merupakan pendiri pondok pesantren di daerahnya, dan belajar ilmu falak dari Syech Muhammad Faqih Maskumambang. Kemudian beliau belajar di Tebuireng Jombang dibawah asuhan KH. Hasyim Asy-‘ary. Karena kealimannya, sang guru tertarik untuk menjodohkannya dengan putrinya yang bernama Nyai Khoiriyyah, kakak dari KH. A Wahid Hasyim.

1

(2)

KH. Ma’sum mendirikan pesantren di daerah Seblak, sekitar 300 meter dari Tebuireng. Berbagai ilmu dikuasainya, dan yang paling terkenal adalah ahli sharaf dan ahli falak. Banyak santri yang datang untuk belajar

pada KH. Ma’sum karena kealiman dan ketenaranya, salah satu santri Seblak adalah KH. Zubair salatiga (pengarang al-khulasah al-wafiyah), KH. Mahfudz Anwar (yang kemudian menjadi menantunya) dan Prof. Dr. KH.

Ali Musthafa Yaqub, MA (tetapi tidak menjumpai KH. Ma’sum).

Karya momunental KH. Ma’sum adalah al-amtsilah al-tashrifiyyah, atau yang dikenal dengan Tashrifan Jombang. Selain itu juga kitab badi’ah

al-mitsal atau lengkapnya badiah al-mitsal fi hisab al-sinin wa al-hilal yang

terinspirasi dari percakapannya dengan nelayan, kitab ini berisi tentang perhitungan awal bulan. Fath al-qadir yang membahas tentang ukuran atau

takaran yang dipakai dalam istilah kitab kuning maupun bahasa arab, dan

Durus al-falakiyyah yang membahas ilmu falak.

2. DURUS AL-FALAKIYYAH

Durus al-falakiyyah merupakan karya KH. Ma’sum tentang ilmu falak yang berisi tentang materi-materi ilmu falak, dengan menggunakan alat bantu rubu’ mujayyab pada kitab pertama dan kedua, dan logaritma pada kitab ketiga.

Ia terbagi menjadi 3 kitab, yang pertama terdiri dari pendahuluan

tentang petunjuk penggunaan rubu’ mujayyab dan komponen -komponennya. Kemudian pembahasan yang berisi tentang 15 bahasan diantaranya untuk mengetahui awal bulan masehi, darajat al-syamsi, jaibul

qaus dan qaus al-jaib, mail awal, ard al-balad dan tull al-balad, bu’dulqutr,

aslulmutlaq, nishful fadhlah, irtifa’, ghayyatul irtifa’, aslul mu’addal dan

waktu istiwa’, mengetahui awal waktu shalat, mengetahui kiblat, mengetahui arah mata angin. Dan diahiri dengan penutup tentang cara mengukur ketinggian dan kedalaman.

Adapun pada kitab kedua, tidak jauh berbeda dengan kitab pertama

(3)

masehi, darajah asy-syams, mail al-awal, ghayah irtifa’, ard balad, bu’ud

al-qutur dan ashal mutlaq, nishful fadlah, nishful qaus dan qaus lail-nahr,

al-ashal al-mu’addal dan dair dan fardhlu dair, waktu shalat, jarak bujur,

al-irtifa’, siatl masyriq, maghrib dan khisotussimti ta’dilussimti, irtifa’

irtifa’ yang tidak memiliki samat dan damtu al-irtifa’, simtu qiblah serta mata angin dan arah kiblat

Sedagkan kitab ketiga lebih menekankan pada perhitungan menggunakan tabel algoritma. Pada kitab ini terdapat penjelasan logaritma serta cara menggunakannya dengan tabel, penanggalan hijriyyah, mengetahui tahun kabaisat dan bashitah, mengetahui tempat terbit benda langit, mengetahui arah dengan bantuan bintang, serta tabel terbitnya bintang.

Secara garis besar, pada kitab pertama dan kedua, membahas yang

terkait dengan ilmu falak yang dibantu dengan alat yang disebut rubu’

mujayyab. Sedangkan pada kitab ketiganya perhitungan ilmu falak diaplikasikan dalam bentuk algoritma.

Menggunakan jam istiwa’ Sudah dikoreksi pada jam setempat

3. RUBU’ MUJAYYAB

(4)

Penggunaan rubu’ yang terbuat dari papan kayu atau batu, berbentuk

seperempat lingkaran yang terbagi dalam 90 derajat ini telah dilakukan sejak abad kedua, oleh Ptolomeus. Sedangkan beberapa tokoh yang

berperan dalam perkembangan rubu’ ini antara lain al-khawarizmi dan ibnu shatir.2

Walaupun zaman sekarang telah modern, peralatan yang digunakan

telah canggih, tetapi rubu’ masih digunakan dan dilestarikan karena

merupakan khazanah keilmuan yang harus dijaga. Memang ada kelebihan dan kekurangan dari rubu’ mujayyab, diantara kelebihannya adalah rubu’ mujayyab sebagai alat yang multi fungsi, dapat sebagai kalkulator dan sebagai alat pengukur ketinggian maupun kedalaman; juga merupakan alat yang memberikan tabel astronomi. Sedangkan kekurangannya adalah data

yang ditampilkan tidaklah detail (hanya derajat), dan penentuan maupun pengambilan datanya tergantung pada kecermatan hasib atau

pengoperasinya.3

Adapun bagian-bagian rubu’ mujayyab adalah sebagai berikut:4

a. Markaz, yakni titik sudut siku-siku rubu’ yang terdapat lobang kecil yang

dapat dimasuki benang

b. Qaus Irtifa’, yakni busur yang megelilingi rubu’. Bagian ini diberi skala

derajat 0 sampai 90 bermula dari kanan ke kiri 1˚ = 60″

2Konsep Hisab Waktu Shalat dalam kitab ad durus al falakiyyah karya ma’sum bin Ali,

dalam internet alamat http://musafirbertuan.blogspot.co.id, diakses tanggal 20 Maret 2017 3

Maryani, Studi Analisis Metode Penentuan Waktu Shalat dalam Kitab

(5)

c. Jaib Tamam, yakni sisi kanan yang menghubungkan markas ke awal

qaus. Bagian ini diberi skala 0 sampai 60, dari tiap-tiap titik satuan skala

itu ditarik garis yang lurus menuju qaus. Garis ini disebut Juyub Mankusah

d. Sittiny, yakni sisi kiri yang menghubungkan markaz ke awal qaus.

Bagian ini diberi skala 0 sampai 60 dari tiap-tiap titik satuan skala itu ditarik lurus menuju qaus. Garis itu disebut Juyub Mabsufah

e. Hadzafah, yakni dua tonjolan yang keluar dari bentuk rubu’

f. Khait, yakni benang kecil yang dimasukkan ke markaz

g. Muri, yakni benang pendek yang diikatkan pada khait, yang dapat digeser naik-turun

h. Syakul, yakni bandul yang berada diujung khait

C.KAJIAN KITAB DURUS AL-FALAKIYYAH

Berikut pembahasan dalam kitab durus al-falakiyyah bagian pertama5 1. Pengenalan terhadap rubu’ mujayyab, sebagaimana diterangkan di atas. 2. Mengetahui awal bulan masehi Berarti jatuh pada hari Sabtu legi

3. Mengetahui darajat al-syamsi

darajat al-syamsi adalah jarak sepanjang lingkaran ekliptika yang

dihitung dari awal setiap buruj. Cara mengetahui perkiraan darajat

al-syamsi adalah dengan mengetahui tanggal dari tahun masehi, kemudian

5Ma’sum bin Ali, Ad-Durus Al-Falakiyyah , 6

(6)

ditambah dengan tafawudnya (selisihnya). Jika lebih dari 30, maka kelebuhannya merupakan darajat al-syamsi pada buruj selanjutnya. Berikut tabel tafawud

Bulan Tafawud Buruj Nama Latin

Januari 9 Jadyu Copricornus

Februari 10 Dalwu Aquarius

September 07 Sumbulah Virgo

Oktober 06 Mizan Libra

November 07 Aqrab Scorpio

Desember 07 Qaus Sagitarius

Contoh:

4. Mengetahui jaibul qaus dan qaus al-jaib

Dengan memasukkan bilangan qaus melalui juyubul mabsutah sampai ke sittiny, maka nilai yang di dapat di sittiny adalah jaibnya qaus tersebut. Sebaliknya, dengan memasukkan bilangan dari sittiny melalui jayubul mabsutah sampai ke qaus, maka nilai yang berada di qaus adalah qausnya bilangan jaib tersebut.

Contoh jaibulqaus 1 April (11 Haml) Qaus = 11 00

(7)

5. Mengetahui mail awal

Mail awal atau deklinasidengan cara meletakkan khait di atas sittiny

dan menempatkan murinya di 23 52 (mail a’dham) kemudian memindahkan khait tersebut pada darajat syamsi. Nilai yang terdapat di bawah muri adalah jaib nya mail, qauskan untuk mendapatkan mail awal.

Contoh, mengethui mail awal Tanggal : 01 April Tafawud : 10

Darajat Syams : 11 Haml Mail Awal : 4˚ 30′ Syimaly

Mail awal atau deklinasi juga dapat diketahui dengan rumus

sin bu’du darajah (b) x sin mail kulli (d) = sin 11˚ 00′ x sin 23 27

= 4˚ 33,36′

6. Mengetahui ard al-balad dan tull al-balad

Untuk mengatahui lintang dan bujur tempat, adalah dengan melukiskan beberapa garis di atas bola bumi. Sedangkan ardulbalad Semarang menurut kitab mabadi al-fiqhiyyah adalah 6.98 lintang selatan dan tululbalad nya adalah 110.43. kemudian dirubah desimal menjadi daqiqah (menit) dengan mengkalikan 6 dan hasilnya dibagi 10

Semarang Lintang Bujur

Bentuk Desimal 6.98 110.43

Menit x 6 98 x 6 = 588 43 x 6 = 258

Hasil : 10 588 : 10 = 58,8 258 : 10 = 25,8

Bentuk Daqiqah 6˚ 59′ 110˚ 26′

7. Mengetahuibu’dulqutr

(8)

memindahkan khait itu ke mail awal. Nilai yang terdapat di bawah muri dihitung dari juyubulmabsutah adalah bu’dulqutr

Contoh mengetahui bu’dulqutr Tanggal = 01 April Lintang Smg = 06 59

Jaibnya = 07 27 47 Mail Awal = 4 30

Bu’dulqutr = 0 33

Bu’dulqutr juga dapat diketahui dengan rumus sin Ardulbalad (p) x sin mail awal (d)

= sin 6˚ 59′ x sin 4˚30′ = 0˚ 32′ 47,61″

= 0˚ 32′ 48″

8. Mengetahui aslulmutlaq

Aslulmutlaq diketahui dengan cara meletakkan khait di atas sittiny,

lalu menempatlan murinya pada jaib tamam ardulbalad, dan memindahkan khait ke tamamulmail. Nilai yang terdapat di bawah muri dihitung dari

juyubulmabsuthah adalah asalmutlaq.

Contoh mengetahui aslulmutlaq Tanggal = 01 April

= 90 00

Lintang Smg = 06 59 Tamamnya = 83 01 Jaib tamamnya = 59 40

= 90 00

Mail awal = 04 30 Tamamnya = 85 30

Asal mutlaq = 59 20

Aslulmutlaq jugadapat diketahui dengan rumus

(9)

= cos 6˚ 59′ x cos 04˚30′ = 0˚ 59′ 22,28″

= 0˚ 59′ 22″

9. Mengetahui nishful fadhlah

Nishful fadhlah atau pertengahan antara malam dan siang, diketahui

dengan meletakkan khait di atas sittiny, kemudian menempatkan murinya pada asalmutlaq dan menggeserkan khait hingga murinya berada di atas

bu’dul qutr, maka nilai yang berada di bawah khait dihitung dari awal qaus adalah nishful fadhlah

Contoh mengetahui nishful fadhlah Tanggal = 01 April

Asal mutlaq = 59 20

Bu’dulqutr = 00 33

Nisfulfudlah = 00 33

Nishful fadhlah juga dapat diketahui dengan rumus

Sin Nisful fadlah = Tan Ardulbalad (p) x Tan mail awal (d)

= Shif sin (tan 6˚ 59′ x tan 4˚ 30′) = 0˚ 33′ 8,45″

= 0˚ 33′

Nishful fadlah tidak lebih dari bu’dul qutr

10. Mengetahuiirtifa’

Irtifa’ adalah tinggi kulminasi atas, yakni setinggi matahari dari

lingkaran yang terdekat. Diperoleh dengan memegang rubu’, kemudian menggantungkan syakul pada khait rubu’, kalau matahari disebelah timur maka menghadap utara, jika matahari berada disebelah barat, maka

menghadap selatan. Kemudian menggerakkan rubu’ itu sehingga hadzafah

yang bawah tertutup oleh bayangan hadzafah yang atas. Maka nilai yang

(10)

awal qaus irtifa’ adalah irtifa’ piringan matahari bagian bawah, tambahkan 15 menit untuk mengetahui irtifa’ titik pusatnya.

11. Mengetahuighayyatul irtifa’

ghayyatul irtifa’ atau titik kulminasi adalah busur dari nisfu qaus

nahar antara matahari dan ufuk yang terdekat.

Tambahkan mail awal pada tamamil ard balad apabila ittifaq (arah ard balad dan mail awal sama). Dan kurangkan apabila ikhtilaf (tamamilard

balad dikurangi mail awal).

1 April, Mail awalnya syimaly, ard balad semarang januby, Maka ghayatul

irtifa’ tamam ard balad dikurangi mail awal

Contoh

Tanggal = 01 April

Tamam Ard Smg = 83 01

Mail Awal = 04 30- Syamali

Ghoyah = 78˚ 31′

12. Mengetahui Dhil (bayang-bayang), Irtifa’ dan sebaliknya

Cara mengetahui dhildari irtifa’ adalah dengan meletakkan khait pada irtifa’ pada banyaknya dari awal qaus, lalu turunkan dari jaib sittiny dengan

qamah yang dikehendaki melalui juyubulmanqutah sampai pada khait. Dan kembali pada titik pertemuannya melalui juyubulmankusah sampai jaib tamam, maka nilai yang terdapat di jaib tamam adalah dhil mabsut.

Dhil mabsud = 7

Cara mengetahui dhil mabsut dapat pula diketahui dengan rumus

Dhil Mabsut = cotan Irtifa’ x qamah

= cotan 78 31 x 35

= 7

(11)

pertemuannya ke sittiny, maka nilai yang terdapat dalam sttiny adalah dhil mankus.

Cara mengetahui dhil mankus dapat pula diketahui dengan rumus

Dhil Mankus = tan Irtifa’ x qamah

= tan 78 31 x 5 = 25

13. Mengetahui aslal mu’addal danwaktuistiwa’

Cara mengetahui asalmuaddal adalah dengan mengetahui irtifa’ dan jaibnya lalu menambahkan bu’dulqutur pada jaibnya irtifa’ bila mailnya

syamaliy. Dan mencari selisih jika mailnya januby. Maka hasilnya adalah

asalmu’addal.

Irtifa’ 78 25

Jaibnya 58 46

Bu’dulqutr 00 33 +

Asal muaddal 59 19

Sedangkan cara mengetahui waktu istiwa’ adalah dengan meletakkan

khait pada sittiny, menempatkan muri pada asalmutlaq, lalu menggeser khait tersebut sampai murinya berada di atas asalmuaddal dihitung dari

juyubul mabsutah.

Cara mengetahui waktu istiwa’ dapat pula diketahui dengan rumus

Waktu Istiwa’ = -tan ardulbalad x tan mail awal + sin irtifa’ : cos

ardulbalad : cos mail awal = cos fadludda’ir : 15

Contoh mengetahui waktu/jam Tanggal = 1 April

Irtifa’ = 78 25 Jaibnya = 58 46

Bu’dulqutr = 00 33

Asalmu’addal = 59 19 Aasal Mutlaq = 59 20

(12)

D.PENENTUAN WAKTU SHALAT

Beberapa data yang diperluhkan dalam menghitung waktu shalat menurut kitab durus al-falakiyyah antara lain

1. Ard balad dan thul balad, yang diketahui

Ard balad dalam bentuk desimal 6.98, bentuk daqiqah 6˚ 59′

Thul balad dalambentuk desimal 110.43, bentuk daqiqah110˚ 25′

2. Tafawud,diketahui 17′ 30″

3. Ikhtiyat, menggunakan 4-5 menit. Dalam perhitungan ini tidak ditambah

dengan ikhtiyat

4. Mail awal, diketahui 4 30, tamamnya 85 30

5. Bu’ud qutr, diketahui 0 33

6. Al-ashl Mutlaq,diketahui 59 20

7. Nisfu al-fudlah, diketahui 0 33

8. Ghayah al-irtifa’, diketahui 78 31

9. Asl al-muaddal,

10. Daqa’iq at-tamkiniyyah, 03 30. Penentuan Daqa’iq at-tamkiniyyah pada kitab pertama, disamakan 3 menit 30 detik. Tetapi pada kitab kedua dibedakan pada tiap-tiap masing-masing daerah dan waktu. Namun perbedaannya hanya pada detiknya.

Adapun perhitungan waktu shalat yang ada di dalam kitab durus

al-falakiyyah kitab pertama, adalah menggunakan jam istiwa’. Untuk menjadi jam

wib, diperluhkan perhitungan yang diambil dari jadwal daqaiq tafawud pada

kitab kedua halaman 10. Untuk merubah jam istiwa’ menjadi jam wib, diawali

dari hasil perkalian bujur semarang (110˚25′) dan bujur daerah (105˚) yang diperoleh hasil 21′40″. Sedangkan tawawud pada 1 april adalah 4′10″. Dengan

demikian

(13)

Dengan demikian, setiap hasil dari waktu shalat dikurangi 17′ 30″ adalah waktu shalat dengan jam wib. Berikut adalah perhitungan dari waktu shalat berdasarkan perhitungan kitab durus al-falakiyyah

1. Dhuhur

Menambahkan Daqa’iq at-tamkiniyyah pada jam 12

Tanggal 1 April

Waktu zawal 12 00 00.

Daqa’ikkuttankin 00 03 30 +

W dhuhur jam 12 03 30 Merubah ke jam wib

Tafawud 00 17 30 -

W Dhuhur wib 11 46 00

2. Maghrib

Tambahkan nisfulfudlah pada jam 6, jika mailnya januby, dan kurangkan jika mailnya syamaly, lalu ditambah Daqa’iq at-tamkiniyyah

Contoh

Tanggal 01 April

Jam 06

Nisfulfudlah 00 02 12 – Syamali

Jumlah 05 57 48

Daqa’ikkuttankin 00 03 30 +

W maghrib jam 06 01 18 Merubah ke jam wib

Tafawud 00 17 30 -

W maghrib wib 05 43 48

3. Terbit

(14)

Tanggal 01 April

Jam 06

Nisfulfudlah 00 02 12 + Syamali

Jumlah 06 02 12

Daqa’ikkuttankin 00 03 30 -

W terbit jam 05 58 42 Merubah ke jam wib

Tafawud 00 17 30 -

W terbit wib 05 41 12

4. Isya’

Tambahkan bu’dulqutur pada jaibnya 17˚ bla mailnya januby, dan

kurangkan jika mailnya syamaly, hasilnya adalah asalmu’addal.

Kemudian tepatkan muri pada asalmutlaq dan geser khaitnya sampai

murinya berada di atas asalmu’addal. Nilai yang berada dibawah khait

dari awal qausul irtifa’ adalah waktu isya’. Plus 6 jam Contoh

Tanggal 01 April

Jaibnya 17˚ 17 32

Bu’dulqutr 00 33 – Syamali

Asal muaddal 16 59 Asal mutlaq 59 20

W isya’ jam 07 06

Merubah ke jam wib

Tafawud 00 17 30 -

W Isya’ wib 06 48 30

5. Subuh

Tambahkan bu’dulqutur pada jaibnya 19˚ bila mailnya syamaly, dan

(15)

di atas asalmu’addal. Nilai yang berada dibawah khait dari ahir qausul

irtifa’ adalah waktu subuh

Contoh

Tanggal 01 April

Jaibnya 19˚ 19 32

Bu’dulqutr 00 33 – Syamali

Asal muaddal 18 59 Asal mutlaq 59 20 W subuh jam 04 44 Merubah ke jam wib

Tafawud 00 17 30 -

W subuh wib 04 26 30

6. Imsak

Kurangkan 5 atau 6 menit dari waktu subuh Waktu subuh 04 44 00

00 05 00 –

W Imsak jam 04 39 00

Merubah ke jam wib

Tafawud 00 17 30 -

W Imsak wib 04 21 30

7. Dhuha

Kurangkan bu’dulqutur pada jaibnya 4˚ 30′ bila mailnya syamaly, dan tambahkan jika mailnya januby, hasilnya adalah asalmu’addal. Kemudian tepatkan muri pada asalmutlaq dan geser khaitnya sampai murinya berada di atas asalmu’addal. Nilai yang berada dibawah khait dari awal qausul

irtifa’adalah waktu dhuha’. (cara mengerjakan seperti waktu isya’)

Contoh

Tanggal 01 April

Jaibnya 4˚ 30′ 04 43

(16)

Asal muaddal 05 16 Asal mutlaq 59 20 W dhuha jam 06 20 Merubah ke jam wib

Tafawud 00 17 30 -

W dhuha wib 06 02 30

8. Asar

Ketahui ghayah, dan carilah dhil mabsutnya dengan qamah yang dikehendaki lalu tambahkan qamah tersebut pada dhil mabsutnya, hasilnya disebut dhil asar. Lalu masukkan dhil asar tersebut melalui jaibtamam dan qamahnya melalui sittiny dan letakkan khait pada titik

pertemuannya. Nilai yang dibawah khait dihitung dari ahir qaus irtifa’

adalah irtifa’ ashar. Selanjutnya cari jam seperti mengerjakan

sebelumnya. (seperti mengerjakan waktu subuh). Contoh

Tanggal 01 April

Tamam ard smg 83 01 Mail awal 04 30 – Ghayah al irtifa’ 78 31

Qamah 14

Dhil mabsut 03 +

Dhil Asar 17

Irtifa’ asar 39 30

Jaibnya 38 10

Bu’dulqutr 00 33 +Syamali

Asal muaddal 38 43 Asal mutlaq 59 20 W ashar jam 03 17 Merubah ke jam wib

(17)

Demikian perhitungan waktu shalat menurut kitab durus al-falakiyyah

kitab pertama dengan hasil jam istiwa’, kemudian ditambah dengan tafawud, sehingga menjadi jam wib.

E. ANALISIS WAKTU SHALAT KITAB DURUS AL-FALAKIYYAH

Saat ini zaman telah menyuguhkan situasi dan kondisi yang mudah dan cepat. Masyarakat terbiasa tidak rumit dalam melakukan segala aktuvitas maupun menghadapi problematikanya, termasuk dalam menyajian jadwal shalat, karenanya para penggiat ilmu falak berlomba untuk menampilkan perhitungan maupun aplikasi semudah mungkin. Sehingga dari waktu ke waktu ada kemudahan, kecanggihan dengan akurasi yang tepat yang tercipta dari

aplikasi ilmu falak.

Ilmu falak mengalami perubahan dari masa-ke masa. Dari yang urfi

(sesuai kebiasaan atau tradisi), taqribi, hingga kntemporer (komputer). Kitab

durus al-falakiyyah, merupakan kitab falak dengan metode taqribi yang berarti

sudah menggunakan kaidah-kaidah astronomis dan matematik, namun masih menggunakan rumus-rumus yang sederhana.7 karena ia bersifat taqribi, maka ia menggunakan satu deklinasi, artinya tingkat akurasinya konon perlu untuk diteliti atau masih rendah. Terutama pada kitab pertama dan kedua yang masih

menggunakan alat bantu rubu’, maka untuk lebih teliti dianjurkan untuk

memakai kitab ketiga yang telah menggunakan daftar logaritma. Meski demikian, dalam proses perhitungan membutuhkan rentetan yang panjang.

Meskipun kitab durus al-falakiyyah ini menggunakan alat bantu tradisional berupa rubu’ mujayyab,namun sudah menggambarkan trigonometri bola, hal ini terlihat dari data-data yang diperlukan, yang secara tidak langsung telah memakai rumus sinus-cosinnus.8 Karenanya, meskipun ia termasuk alat yang tradisional, tetapi masih digunakan dan dilestarikan, termasuk di Indonesia.

7Hisab dalam Falak,

dalam internet alamat http://falakiyyah.wrdpress.com. Diakses tanggal 22 maret 2017

8

(18)

Tetapi, karena keterbatasannya, dengan alat rubu’ mujayyab perlu untuk mengetahui bagaimana cara pengoperasiannya, selain itu istilah-istilahnya menggunakan bahasa arab, sehingga perlu untuk dicermati. Terlebih mungkin karena kitab ini merupakan kitab dasar, penjelasan juga singkat, dan tidak menjelaskan secara detail. Misalnya dalam perhitungan waktu shalat, ada istilah nisfulfadhlah, ternyata nisfulfadhlah ini yang sudah dalam bentuk jam, bukan lagi bentuk desimal sebagaimana dalam bab pembahasan nisfulfadhlah. Atau dalam mencari waktu shalat isya’, penulis bingung ketika mendapati hasil

dari contoh adalah 07˚02′, ternyata hasil waktu isya’ adalah setelah ditambah

dengan win (6), dan keterangan tersebut tidak tertulis. Dengan demikian, perlu adaya guru atau setidaknya teman diskusi untuk dapat memahami kitab ini.

Problem selanjutnya dalam penggunaan rubu’ mujayyab adalah

memperkirakan data dan atau hasil yang dihitung, karena angka yang tertera dalam alat ini tidak mencantumkan angka-angka secara jelas, sehingga semakin

kecil sebuah rubu’ mujayyab akan semakin sulit menentukan angka, terutama untuk angka 2 sampai 9. Hasil yang diperolehpun pada menit, bukan detiknya.

Sedangkan untuk hasil perhitungan yang diperoleh dari kitab durus al-falakiyyah pada kitab pertama adalah hasil jam istiwa’, sehingga perlu untuk dilakukan penyesuaian dengan jam setempat (wib).9 Pada kitab pertama tidak dijelaskan bagaimana cara untuk merubah ke waktu setempat, namun pada kitab kedua terdapat jadwal daqaid tafawud yang digunakan untuk merubah

jam dari istiwa’ menjadi waktu daerah (wib).

Ketika dibandingkan, hasil perhitungan antara metode durus al-falakiyyah, metode tahqiqi hakiki, maupun kontemporer, selisihnya hanya sekitar 0m sampai 9m. Berikut merupakan gambaran dari hasil perhitungan waktu shalat tanpa tambahan ikhtiyat untuk daerah semarang pada tanggal 1 April

9

(19)

Metode Dhuhur Asar Maghrib Isya’ Subuh Dhuha Durusul Falak 11.46.00 14.59.30 17.41.12 18.48.30 04.26.30 06.02.30

Tahqiqi hakiki10 11.42.12 14.58.29 17.44.50 18.52.36 04.26.44 06.02.42

Kontemporer11 11.46.00 15.04.43 17.39.53 18.57.44 04.19.09 05.58.24 Selisih +/- 4′ +/- 5′ +/- 3′ +/- 9′ +/- 7′ +/- 4′

Hasil perhitungan di atas, menunjukkan bahwa selisih terbesar berada

pada waktu isya’, sekitar 9 menit, hasil tersebut belum menambahkan ikhtiyat.

Maka jika tidak ingin terlihat mencolok perbedaannya, dapat dilakukan dengan jumlah penambahan ikhtiyat yang berbeda.

Meskipun hasil perhitungan yang sebenarnya dalam kitab masih menggunakan jam istiwa, namun dalam data diatas sudah disesuaikan dengan jam wib. Hal ini dikarenakan saat ini kebanyakan orang menggunakan jam setempat. Karenanya perlu adanya regulasi ulang terhadap metode dalam kitab

durus al falaqiyyah yakni adanya transformasi dari rubu’ mujayab ke kalkulator scientifik; adanya penambahan rumus dari jam istiwa’ ke jam waktu daerah; perhitungan menggunakan durus al falaqiyyah di lengkapi gambar sehingga

memudahkan pemula; adanya penjelasan yang jelas, gamblang, lengkap, terhadap langkah-langkah yang di tempuh dalam perhitungan.12

F. PENUTUP

Dari uraian di atas, dapat dijabarkan

1. Hasil perhitungan waktu shalat antara metode durus al-falakiyyah, tahqiqi hakiki dan kontempoer tidak berbeda secara signifikan, karena hasil ketiganya tidak sampai 10 menit. Karenanya metode dalam kitab durus

al-falakiyyah (taqribi) maupun alat bantunya, rubu’ muyajjab tidak perlu

ditinggalkan, tetapi dilakukan perubahan guna mempermudah penggunanya.

2. Kitab durus al-falakiyyah digolongkan metode hisab taqribi, karena hasil perhitungannya masih bersifat perkiraan. Dikatakan sederhana karena

menggunakan alat bantu tradisional, rubu’ mujayyab. Dikatakan rumit

10

Hasil perhitungan berada pada lampiran 11

Hasil perhitungan berada pada lampiran 12

(20)

karena langkah-langkah perhitungannya panjang dan mempelajarinya tidak mudah.

3. Kesalahan yang terdapat dalam tulisan maupun perhitungan dalam makalah ini, murni karena kekurangan penulis.

G.DAFTAR PUSTAKA

Ma’sum bin Ali, Ad-Durus Al-Falakiyyah,

M. Solahuddin, Ahli Falak dari Pesantren, Kediri; Nous Pustaka Utama, 2012

Konsep Hisab Waktu Shalat dalam kitab ad durus al falakiyyah karya ma’sum

bin Ali, dalam internet alamat http://musafirbertuan.blogspot.co.id,

diakses tanggal 20 Maret 2017

Maryani, Studi Analisis Metode Penentuan Waktu Shalat dalam Kitab

Ad-Durus-Al-Falakiyyah Karya MA’sum bin Ali, Semarang: IAIN

Walisongo, 2011

Hisab dalam Falak, dalam internet alamat http://falakiyyah.wrdpress.com.

Gambar

tabel tafawud

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai contoh langkah pengaplikasian Astrolabe dalam hisab awal waktu shalat adalah hisab awal waktu shalat untuk wilayah Semarang pada tanggal 31 Januari menggunakan

Sedangkan Hisab adalah suatu metode dengan melakukan perhitungan-perhitungan berdasarkan data-data astronomis.6 Dengan melihat tersebut dapat diketahui masuk awal waktu shalat

Perhitungan awal waktu salat dalam kitab Natijah al-Miqaat dengan menggunakan rubu’ mujayyab sebagai alat bantu hitungnya jika dibandingkan dengan penentuan awal

Skripsi yang berjudul “Studi Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Ahmad Ghozali dalam Kitab Irsyâd al-Murîd ”, ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna

Beberapa hal yang membedakan atau menjadi ciri khusus dari kitab ini adalah pertama dalam perhitungan waktu salat pada kitab Tibyān al- Murīd menggunakan data

Wadhifah, Nashifatul, “Studi Analisis metode Penentuan Awal Waktu Salat Dengan Jam Istiwa’ Dalam Kitab Syawariq Al-Anwar”, Skripsi Fakultas Syari’ah IAIN

Dalam perhitungan awal waktu salat dalam kitab ilmu falak Methoda Al-Qotru karya Qotrun Nada terutama dalam menentukan tinggi Matahari pada setiap waktu- waktu salat

Adapun perbedaan waktu shalat hasil perhitungan peneliti berdasarkan hisab kontemporer dengan jadwal waktu shalat Masjid Raya dan Masjid Jami Al- Ittihad Labatu yang menggunakan