• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan Pembelajaran Matematika Reali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pendekatan Pembelajaran Matematika Reali "

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)

a. b. c. d. e. f.

TUGAS MAKALAH

TEORI BELAJAR DAN INOVASI PEMBELAJARAN II

DOSEN PEMBIMBING

Prof. Dr. Maxinus Jaeng, M.Pd Dr. Sukayasa, M.Pd Drs. I Nyoman Murdiana, M.Pd

KELOMPOK XII

1. I Made Rai Adnyana ( A 231 12 039 ) 2. Miftahul Jannah ( A 231 12 056 ) 3. Dewi Tri Inayah ( A 231 12 150 )

4. Nurbaya ( A 231 12 029 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO

2014

(2)

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Belajar dan Inovasi Pembelajaran II Kelas A pada semester V, di tahun ajaran 2014 dengan judul “Pendekatan Matematika Realistik (PMR)”.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing atas bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dan semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari segi penyajian maupun materi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis perlukan, demi kesempurnaan makalah ini.

PENYUSUN

KELOMPOK XII

(3)

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan ... 2

D. Manfaat ……… 3

BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Pendekatan Matematika Realistik ... 4

B. Kajian mengenai Pendekatan Matematika Realistik ... 6

C. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Matematika Realistik ... 10

D. Teori Belajar yang Relevan dengan Pendekatan Matematika Realistik ... 12

E. Topik-topik yang Relevan mengenai Pendekatan Matematika Realistik ... 14

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ... 16

B. Saran ... 17

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika. Prestasi matematika siswa baik secara nasional maupun internasional belum menggembirakan. Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) melaporkan bahwa rata-rata skor matematika siswa tingkat 8 (tingkat II SLTP) Indonesia jauh di bawah rata-rata skor matematika siswa internasional dan berada pada ranking 34 dari 38 negara. Rendahnya prestasi matematika siswa disebabkan oleh faktor siswa yaitu mengalami masalah secara komprehensif atau secara parsial dalam matematika.

Selain itu, belajar matematika siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswa tentang konsep sangat lemah, kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan real. Hal lain yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa adalah karena pembelajaran matematika kurang bermakna. Guru dalam pembelajarannya di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-ide matematika.

(5)

matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience) dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah Pendekatan/Pembelajaran Matematika Realistik.

Dalam makalah ini penulis akan membahas lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dengan Pembelajaran matematika realistik beserta dengan penjabaran – penjabaran tentang hal yang terkait dengan Pendekatan matematika realistik.

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari permasalahan diatas,maka dalam makalah ini ada beberapa rumusan masalah yang perlu diangkat :

1. Bagaimana sejarah Pendekatan Matematika Realistik?

2. Apa kajian mengenai Pendekatan Matematika Realistik?

3. Apa kelebihan dan kekurangan Pendekatan Matematika Realistik?

4. Apa teori belajar yang relevan dengan Pendekatan Matematika Realistik?

5. Apa topik-topik yang relevan mengenai Pendekatan Matematika Realistik?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan dari pembahasan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui sejarah Pendekatan Matematika Realistik.

2. Untuk memahami kajian mengenai Pendekatan Matematika Realistik. 3. Untuk memahami kelebihan dan kekurangan Pendekatan Matematika

Realistik.

4. Untuk memehami teori belajar yang relevan dengan Pendekatan Matematika Realistik.

(6)

2

D. Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah, sebagai berikut : 1. Bagi Penulis

Sebagai bahan latihan untuk menulis karya ilmiah 2. Bagi Pembaca

(7)

BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Pendekatan Matematika Realistik

Pendekatan matematika realistik atau Realistic Mathematics Education (RME) mulai berkembang karena adanya keinginan meninjau kembali pendidikan matematika di Belanda yang dirasakan kurang bermakna bagi pebelajar. Gerakan ini mula-mula diprakarsai oleh Wijdeveld dan Goffre (1968) melalui proyek Wiskobas. Selanjutnya bentuk RME yang ada sampai sekarang sebagian besar ditentukan oleh pandangan Freudenthal (1977) tentang matematika. Menurut pandangannya matematika harus dikaitkan dengan kenyataan, dekat dengan pengalaman anak dan relevan terhadap masyarakat, dengan tujuan menjadi bagian dari nilai kemanusiaan. Selain memandang matematika sebagai subyek yang ditransfer, Freudenthal menekankan ide matematika sebagai suatu kegiatan kemanusiaan. Pelajaran matematika harus memberikan kesempatan kepada pebelajar untuk “dibimbing” dan “menemukan kembali” matematika dengan melakukannya. Artinya dalam pendidikan matematika dengan sasaran utama matematika sebagai kegiatan dan bukan sistem tertutup. Jadi fokus pembelajaran matematika harus pada kegiatan bermatematika atau “matematisasi” (Freudental,1968).

Kemudian Treffers (1978, 1987) secara eksplisit merumuskan ide tersebut dalam 2 tipe matematisasi dalam konteks pendidikan, yaitu matematisasi horisontal dan vertikal. Pada matematisasi horizontal siswa diberi perkakas matematika yang dapat menolongnya menyusun dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.Matematisasi vertikal di pihak lain merupakan proses reorganisasi dalam sistem matematis, misalnya menemukan hubungan langsung dari keterkaitan antar konsep-konsep dan strategi-strategi dan kemudian menerapkan temuan tersebut.

(8)

Jadi matematisasi horisontal bertolak dari ranah nyata menuju ranah simbol, sedangkan matematisasi vertikal bergerak dalam ranah simbol. Kedua bentuk matematisasi ini sesungguhnya tidak berbeda maknanya dan sama nilainya (Freudenthal, 1991).

Hal ini disebabkan oleh pemaknaan “realistik” yang berasal dari bahasa Belanda “realiseren” yang artinya bukan berhubungan dengan kenyataan, tetapi “membayangkan”. Kegiatan “membayangkan” ini ternyata akan lebih mudah dilakukan apabila bertolak dari dunia nyata, tetapi tidak selamanya harus melalui cara itu.

Berdasarkan matematisasi horizontal dan vertikal, pendekatan dalam matematika dapat dibedakan menjadi empat yaitu, mekanistik, empiristik, struturalistik, dan realistik.

Pendekatan mekanistik merupakan pendekatan tradisonal dan didasarkan pada apa yang diketahui dari pengalamn sendiri (diawali dari yang lebih sederhana sampai ke kompleks) dalam pendekatan ini siswa dianggap sebagai mesin.

Pendekatan empiristik adalah suatu pendekatan dimana konsep – konsep matematika tidak diajarkan dan diharapkan siswa mampu menemukan melalui matematika horizontal. Pendekatan mekanis dan empiris tidak banyak diajarkan di lingkungan sekolah.

Pendekatan strukturalistik merupakan pendekatan yang menggunakan sistem formal, misalnya pengajaran penjumlahan cara panjang yang perlu didahului dengan nilai tempat, sehingga suatu konsep dicapai melalui matematisasi vertikal.

(9)

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika realistik adalah metode pembelajaran matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Selanjutnya siswa diberi kesempatan mengpalikasikan konsep–konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari–hari atau dalam bidang yang lainnya. Pembelajaran ini sengat berbeda dengan pembelajaran matematika selama ini yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi dan memakai matematika yang siap pakai untuk memecahkan masalah.

B. Kajian mengenai Pendekatan Matematika Realistik

1. pengertian pendekatan pembelajaran matematika realistik

Pendekatan pembelajaran matematika realistic merupakan suatu pendekatan pendidikan matematika yang telah dikembangkan di Nederlands dengan nama Realistic Matematics Education (RME). Kata “realistic ” diambil dari klasifikasi yang dikemukakan oleh Treffers (Makmud, 2009:6) yang mengelompokkan pendekatan pembelajaran dalam pendidikan matematika berdasarkan komponen proses matematisasinya, yakni matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal, ke dalam empat macam pendekatan yaitu:

a. Pendekatan mekanistik, yaitu pendekatan yang lebih memfokuskan pada artian yang mnghafal rumus-rumus, sedangkan aspek matematisasinya , yakni matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal, ke dalam empat macam pendekatan yaitu:

b. Pendekatan empiristik, yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada matematisasi horizontal dan cenderung mengabaikan matematisasi vertikal. c. Pendekatan strukturalis, yaitu pendekatan yang menekankan pada

matematisasi vertikal dan cenderung mengabaikan metematisasi horizontal. d. Pendekatan realistik, pendekatan yang memberi perhatian yang seimbang

antara matematisasi horizontal dan matematisasi vertical.

(10)

Proses matematisasi horizontal bergerak dari dunia nyata ke dunia simbol. Proses ini meliputi proses informal yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal. Sedangkan proses matematisasi verikal, merupakan proses pengorganisasian kembali dengan menggunakan matematika, antara lain meliputi proses menyatakan suatu formal (rumus).

Pada tabel di bawah ini ditunjukkan perbedaan dari keempat tipe pendekatan pembelajaran tersebut.

Tabel Perberdaan Tipe Pendekatan Pembelajaran

Tipe Pendekatan pada permatematikaan horizontal

Pendekatan pada

permatematikaan vertical

Mekanistik Kurang Kurang

Emperistik Cukup Kurang

Strukturalis Kurang Cukup

Realistik Cukup Cukup

Sumber Yuwono ( Mahmud, 2009:7)

Matematika realistik yang dimaksudkan adalah matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan lingkungan siswa sebagai titik awal pembelajaran. Soejadi (2001:2-3) menyatakan bahwa:

(11)

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa masalah matematika yang diberikan kepada siswa harus dekat dengan kehidupan sehari-hari anak. Dalam kaitannya dengan matematika sebagai kegiatan manusia , maka anak harus diberi kesempatan untuk menemukan kembli ide dan konsep matematika sebagai akibat dari pengalaman anak berinteraksi dengan dunia nyata (Yurianto, 2013:11).

2. Langkah-Langkah Pembelajaran Matematika Relistik

Berdasakan prinsip dan karakteristiknya maka (samritin 2003:15) menyusun langkah-langkah PMR sebagai berikut;

Langkah 1: Memahami Masalah Konstektual

Guru memberikan masalah atau soal-soal konstektual dalam kehidupan sehari-hari dan siswa di minta untuk memahami masalah tersebut. Karakteristik yang tergolong pada langkah ini yaitu

menggunakan masalah konstektual yang di angkat sebagai titik awal dalam pembelajaran untuk menuju matematika formal sampai kepembentuka konsep.

Langakah 2: Menjelaskan Masalah Konstektual

Pada langkah ini, guru dapat meminta siswa untuk menjelaskan masalah konstektual yang di berikan kepada siswa dengan bahasa dan pemikiran mereka sendiri. Pada langkah ini, semua prinsip pembelajaran matematika realistic akan muncul. Sedangkan karakteristik pembelajaran matematika realistic yang tergolong dalam langkah ini adalah karakteristik keempat yaitu adanya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa.

Langkah 3: Menyelesaikan Masalah Konstektual

Pada langkah ini, guru mengarahkan dan memotivasi siswa secara individu. Siswa secara mandiri menyelesaikan masalah konstektual dengan cara mereka sendiri dengan menggunakan LKS. Cara pemecahan dan jawaban masalah berbeda lebih di utamakan. Karakteristik pembelajaran matematika realistik dalam langkah ini yaitu menggunakan model.

8

Langkah 4: Membandingkan dan Mendiskusikan Jawaban

(12)

berinteraksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan sarana dan prasarana untuk mengoptimalkan pembelajaran. Karakteristik pendekatan pembelajaran matematika realistic yang tergolong dalam langkah ini adalah karakteristik ketiga dan keempat yaitu menggunakan konstribusi siswa dan interaksi antara siswa dengan lainnya.

Langkah 5: Menyimpulkan

Dari hasil awaban siswa, guru mengarahkan siswa untuk menarika kesimpulan konsep atau prosedur. Karakteristik pembelajaran matematika realistic dalam langkah ini yaitu adanya interaksi adanya siswa dengan guru sebagai pembimbing siswa dengan siswa lainnya.

Adapun langkah-langkah pendekatan pembelajaran matemtika realistic dapat di lihat dari table berikut.

(13)

4. Membandingkan dan 5. Menyimpulkan à Mengarahkan siswa

untuk menyimpulkan

C. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Matematika Realistik.

Pendekatan matematika realistis mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan di antaranya adalah sebagai berikut :

KELEBIHAN :

1. Pendekatan matematika realistis memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari – hari dan kegunaan matematika pada umumnya bagi manusia.

2. Pendekatan matematika reaslistis memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa .

3. Pendekatan matematika realistis memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian masalah tidak harus

10

tunggal dan tidak harus sama antara satu siswa dengan siswa yang lainnya. 4. Pendekatan matematika realistis memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa untuk menemukan suatu hasil dalam matematika diperlukan suatu proses.

5. Dengan siswa membangun sendiri pengetahuannya maka siswa tidak akan mudah lupa dengan pengetahuannya.

6. Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan,sehingga siswa tidak cepat bosan belajar matematika. 7. Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena setiap jawaban siswa

ada nilainya.

8. Melatih keberanian siswa karena harus menjelaskan jawaban yang mereka berikan.

(14)

10. Pendidikan budi pekerti, misalnya saling kerjasama dan menghormati teman yang sedang berbicara.

KEKURANGAN :

1. Upaya penerapan Pembelajaran matematika realistik membutuhkan perubahan yang sangat mendasar mengenai berbagai hal yang tidak mudah untuk dipraktekan dan juga diperlukan waktu yang lama.

2. Pencarian soal – soal kontekstual yang memenuhi syarat – syarat yang dituntut pembelajaran matematika realistik tidak selalu mudah untuk setiap topik matematika yang perlu akan dipelajari oleh siswa, terlebih lagi soal – soal tersebut harus diselesaikan dengan berbagai macam cara.

3. Upaya mendorong siswa untuk menyelesaikan masalah juga merupakan salah satu kerugian pembelajaran matematika realistik.

11

D. Teori Belajar yang Relevan dengan Pendekatan Matematika Realistik

1. Teori Piaget

Piaget (Mahmud, 2009:11) berpendapat bahwa “proses berpikir manusia sebagai suatu perkembangan yang bertahap dari berpikir intelektual konkrit ke abstrak”. Lebih lanjut Piaget (Jaeng, 2009:29) menyatakan bahwa:

“Perkembangan intelektual berdasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan organisme kemampuan untuk mengorganisasi proses-proses fisik atau proses-proses psikologi menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan. Sedangkan adaptasi berbeda antara organisme yang satu dengan organisme yang lain. Adaptasi melalui lingkungan ada dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi.

(15)

Dari teori Piaget di atas, pendekatan pembelajaran matematika realistik digunakan dalam suatu pembelajaran karena peserta didik secara aktif membangun pemahamannya dari hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan (Yurianto, 2013:15).

2. Teori Burner

Jerome Bruner (Mahmud, 2009:12) menyatakan bahwa belajar matematika ialah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan. Kemudian siswa akan berkembang dengan memanipulasi dan pengujian hipotesis.

12

Bruner (Mahmud, 2009:13) menyebutkan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung secara bersamaan yaitu (1) memperoleh informasi baru, (2) mentransformasi informasi, dan (3) menguji relevan dan ketepatan pengetahuan.

Bruner (Jaeng, 2009:31) menyebutkan bahwa hampir semua orang melalui penggunaan sistem keterampilan untuk menyatakan kemampuan-kemampuannya secara sempurna, ketiga sistem keterampilan itu disebut tiga cara penyajian yaitu: cara efektif, cara ikonik dan cara simbolik.

1) Cara penyajian enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan yang dilakukan secara aktif dengan menggunakan benda-benda konkrit atau menggunakan situasi yang nyata.

2) Cara penyajian ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran yang diwujudkan (direpresentasikan) dalam bentuk bayangan visual, gambar atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret yang terdapat pada tahap enaktif.

(16)

disepakati berdasarkan kesepakatan, baik symbol-simbol verbal, lambang-lambang matematika, aupun lambang-lambang-lambang-lambang abstrak lainnya.

Berdasarkan teori Bruner, pendekatan pembelajaran matematika realistik digunakan dalam kegiatan pembelajaran, karena pada awal pembelajaran sangat dimungkinkan siswa untuk memanipulasi objek-objek yang ada kaitannya dengan masalah kontekstual yang diberikan guru secara langsung, kemudian pada proses matematisasi vertical, siswa memanipulasi symbol-simbol. (Yurianto, 2013:17)

3. Teori Dienes

Dienes (Jaeng, 2009:37) menyatakan bahwa “maematika dipandang sebagai studi tentang struktur, pengklafikasian struktur, memisahkan hubungan-hubungan yang terdapat di dalam struktur-struktur dan mengkategorikan

hubungan-13

hubungan antara struktur-struktur”. Selanjutnya pandangan Dienes tentang belajar dan mengajar matematika, yaitu anak belajar matematika harus memulai dari memanipulasi benda-benda konkrit dan membuat abstraksinya dari konsep dan strukturnya. Dari pengalaman belajar matematika seorang anak harus mampu mengubah suasana konkret menjadi suansana abstarak dengan menggunakan symbol. Ini berarti bahwa benda-benda atau objek akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika.

Dalam teori Dienes tersebut, pembelajaran matematika realistic digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang diawali dengan masalah-masalah konkret. Dalam hal ini, siswa menyelesaikan masalah tersebut dengan cara mereka sendiri, guru memotifasi mereka untuk menyelesaikan masalah dengan memberikan petunjuk dan saran. (Yurianto, 2013:17)

(17)

Menurut Gravemeijer (soedjadi, 2001b:2) ada tiga prinsip kunci dalam merancang pembelajaran dengan pendekatan PMR, yaitu:

1. Menemui kembali secara terbimbing melalui matemisasi progresif (guided re-invention/progressive mathematizing), artinya melalui topic-topik matematika yang di sajikan siswa harus di beri kesempatan untuk mengalami proses yang sama membangun dan menemukan kembali tentang ide-ide dan konsep-konsep secara matematika

2. Fenomena didaktik (didactical phenomenology) artinya pembelajaran tidak lagi berorientasi pada guru, tetapi di ubah dengan berorientasi pada siswa bahkan mungkin sekali berorientasi pada masalah kontekstual yang di hadapi.Dalam hal ini mungkin sekali jawaban siswa terhadap masalah konstektual yang di berikan beraneka ragam. Tidak mustahil justru jawaban itu lebih baik dari yang di pikirkan guru. Soal atau masalah serupa dapat juga di manfaatkan untuk memantapkan pemahaman siswa;

14

3. Pengembangan model sendiri (“self-developed models”), prinsip ini berfungsi menghubungkan antara pengetahuan matematika informal dan formal siswa.

Graveimeijer (soedjadi,2001b:3) mengemukakan, bahwa

berdasarkan ketiga prinsip PMR di atas, maka dalam proses pembelajaran di kelas di kemukakan lima karakteristik PMR yang menjiwai setiap aktivitas pembelajaran matematika, yaitu menggunakan konteks dunia nyata, menggunakan model-model, menggunakan produksi dan konstruksi siswa, interaksi, dan keterkaitan. Secara singkat ke lima karakteristik tersebut di uraikan sebagai beikut :

1. Menggunakan masalah konstektual (the use of contex), pembelajaran di awali dengan menggunakan masalah konstektual (dunia nyat), tidak di mulai dari sitem formal. Masalah konstektual di angkat sebagai topic awal pembelajaran merupakan masalah sederhana yang (“dikenali”) oleh siswa;

(18)

yang di kembangkan sendiri oleh siswa,mengaktualisasikan masalah kebentuk visual sebagai sasaran untuk memudahkan pengajaran; 3. Menggunakan konstribusi siswa (student controbition), konstribusi

yang besar pada proses belajar mengajar di harapkan datang dari siswa;

4. Interaktivitas ( interactivity0, mengoptimalkam proses mengajar belajar melalui interaksi siswa dengan siwa, siswa dengan guru dan siswa dengan sarana prasarana merupakan hal yang penting dalam pembelajaran matematika realistic;

5. Terintegrasi dengan topic lainnya (intertwining), struktur dan konsep matematika saling berkaitan, oleh karena itu keterkaitan dan

keterintegrasian antar topic ( materi pelajaran) harus di eksplorasi untuk mendukung terjadinya proses mengajar belajar yang lebih bermakna.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian materi di atas maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Sejarah pendekatan matematika mulai berkembang dengan gerakan yang diprakarsai oleh Wijdeveld dan Goffre (1968) melalui proyek Wiskobas. Selanjutnya bentuk RME yang ada sampai sekarang sebagian besar ditentukan oleh pandangan Freudenthal (1977).

2. Pembelajaran matematika realistik (PMR) pada dasarnya adalah pemanfaatkan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika secara lebih baik.

3. Kelebihan dari penedekatan matematika realistic adalah pendekatan matematika realistis memberikan pengertian yang jelas dan operasional. Sedangakan kekurangan dari pendekatan matematika realistik adalah upaya mendorong siswa untuk menyelesaikan masalah juga merupakan

(19)

4. Teori belajar yang relevan dengan pendekatan matematika realistic terbagi menjadi 3 teori yaitu teori piaget, teori burner, dan teori dienes.

5. Menurut Gravemeijer (soedjadi, 2001b:2) ada tiga prinsip kunci dalam merancang pembelajaran dengan pendekatan PMR, yaitu: menemui kembali secara terbimbing melalui matemisasi progresif (guided re-invention/progressive mathematizing, fenomena didaktik (didactical phenomenology), dan pengembangan model sendiri (“self-developed models”)

16

B. Saran

(20)

17

DAFTAR PUSTAKA

Jaeng, Maxinus. 2009. Belajar dan Pembelajaran Matematika. Palu: FKIP UNTAD

Mahmud. 2009. Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VII SMP Negeri 7 Biromaru dalam Menentukan Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realisitik. Skripsi tidak diterbitkan. Palu. FKIP. Universitas Tadulako.

Mardiana, S. 2009. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Realistik dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Segitiga-Segitiga Kongruen Pada Siswa Kelas III SMP Negeri 2 Banawa. Skripsi tidak diterbitkan. Palu. FKIP. Universitas Tadulako.

Samritin. 2003. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Topic Perbandingan di Kelas 2 SLTP dengan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya, Program Pasca Serjana Universitas Negeri Surabaya.

Soedjadi, R. 2001. Pembelajaran Matematika Berjiwa RME (Suatu Pemikiran Rintisan ke arah Upaya Baru). Makalah, Surabaya.

(21)

Gambar

Tabel Perberdaan Tipe Pendekatan Pembelajaran
Table 2.2 Langkah-Langkah Pendekatan pembelajaran Matematika

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau

Firdha (2010) melakukan penelitian dengan menggunakan bioreaktor hibrid anaerob bermedia batu tetapi dengan menggunakan limbah cair pabrik kelapa sawit dengan

Hasil analisis terdiri dari tegangan dan deformasi yang terjadi pada model 3D CAD yang dirancang yang kemudian dianalisis melalui simulasi metode elemen hingga

Guna mendisain PLTU batubara skala kecil, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu: penetuan lokasi, disain batubara umpan dalam kaitannya pemilihan

Ketika BRR bersiap menutup kantornya, proyek portofolio mereka bisa dikategorikan sebagai berikut dalam hubungannya dengan skenario pelimpahan: proyek tahun jamak (dari IRFF,

[r]

Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah (1) CIRC sangat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah, (2)

Dengan demikian intervensi keperawatan dalam meningkatkan pemenuhan kebutuhan tidur dapat dilakukan dengan melakukan teknik relaksasi yaitu relaksasi otot progresif