BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Keluarga merupakan tempat awal kontak anak dalam anggota keluarga (ibu dan
bapak) sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting bagi proses sosialisasi
anak. Sebagian besar waktu anak dihabiskan dalam keluarga. Umumnya di dalam keluarga
anak-anak tidak mengembangkan sifat-sifat dengan sendirinya, tapi orang dewasa atau orang
tua memiliki andil dalam mengarahkan anak. Fungsi utama keluarga adalah sebagai wahana
untuk mendidik, mengasuh, dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan
seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta
memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera. Salah
satu peran orang tua yang sangat penting adalah memberikan pengasuh yang baik pada
anak-anaknya.
Pola asuh merupakan hal yang fundamental dalam pembentukan karakter. Teladan
sikap orang tua sangat dibutuhkan bagi perkembangan anak-anak karena anak-anak
melakukan modeling dan imitasi dari lingkungan terdekatnya. Keterbukaan antara orang tua
dan anak menjadi hal penting agar dapat menghindarkan anak dari pengaruh negatif yang ada
di luar lingkungan keluarga. Orang tua perlu membantu anak dalam mendisiplinkan diri.
Selain itu, pengisian waktu luang anak dengan kegiatan positif untuk mengaktualisasikan diri
penting dilakukan. Di sisi lain, orang tua hendaknya kompak dan konsisten dalam
menegakkan aturan. Apabila ayah dan ibu tidak kompak dan konsisten, maka anak akan
Pola asuh yang diberikan orang tua pada anaknya akan berpengaruh pada
perkembangan sosial dan kepribadian anak. Setiap orang tua mempunyai gaya pengasuhan
yang berbeda satu dengan lainnya.. Ada empat macam pola asuh orang tua menurut
Baumrind, yaitu pola asuh otoriter, pola asuh otoritatif/ demokratis, pola asuh permisif dan
pola asuh tak terlibat-tak pedulian (Sunarti, 2004:117). Pola asuh otoriter mempunyai
karakteristik dimana orangtua yang membuat semua keputusan, anak harus tunduk, patuh,
dan tidak boleh bertanya. Pola asuh otoritatif/ demokratis mempunyai karakteristik dimana
orangtua mendorong anak untuk membicarakan apa yang ia inginkan. Pola asuh permisif
mempunyai ciri orangtua memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berbuat. Sedangkan
pola asuh tak terlibat-tak pedulian mempunyai karakteristik orang tua cenderung mengurangi
kesempatan bergaul dengan anaknya dan membatasi berbagai upaya dengan anak. Setiap
orang tua berkewajiban untuk memberikan contoh/teladan, memberitahu dan atau
mengingatkan, mengajar, membiasakan, berperan serta atau terlibat dan memberikan
wewenang dan tanggung jawab pada anak.
Sebagian orang tua berharap terlalu banyak dengan anaknya sehingga terkesan
bersikap otoriter dan berdampak pada banyaknya kasus anak yang menjadi korban ambisi
orang tuanya. Tentunya hal ini membuat anak menjadi tertekan secara psikologis dan
terhambat perkembangannya. Kita semua mengakui bahwa setiap orang tua mempunyai niat
dan maksud yang baik untuk anak-anaknya, namun barangkali cara atau metodenya yang
perlu dievaluasi. Sikap orang tua yang permisif juga tidak dibenarkan. Memberi kebebasan
yang berlebihan akan membuat anak menjadi salah arah. Orang tua tetap perlu mendampingi
dan mengarahkan anak.
Pola pengasuhan yang tepat bisa memberikan dampak yang baik pada anak, di
antaranya dapat membentuk karakter positif anak. Karakter yang dimiliki seseorang bisa
mengisyaratkan suatu norma tingkah laku tertentu, di mana seorang individu akan dinilai
perbuatannya. Dengan kata lain, karakter merupakan kepribadian yang dievaluasi secara
normatif. Sebagai contoh, karakter seorang pemurah hati, seorang penolong, atau bisa pula
sebaliknya, karakter seorang pencuri, koruptor, dan lain-lain.
Kita sempat terkejut ketika membaca berita mengenai tren saat ini ada istilah cewek
“cabe-cabean”. Mereka identik dengan gadis belia dengan usia muda yang duduk di bangku
SMP–SMA, suka keluyuran malam dan nongkrong di tempat balap motor liar, serta menjadi
hadiah bagi cowok yang menang balap motor. Selain itu kenakalan remaja saat ini
nampaknya sudah mengarah kepada tindakan kriminal. “Biasanya remaja atau pelajar identik
dengan kenakalan seperti narkoba, mabuk, dan tawuran. Namun kini sudah bergeser menjadi
pelaku pencurian, pemerkosaan, perampokan, hingga pembunuhan” tutur Kapolres Depok
Kombes Pol Mulyadi Kaharni saat diwawancarai Okezone. Kenakalan remaja, khususnya di
kalangan pelajar, menjadi perhatian tersendiri bagi keluarga dan lingkungan. Mau tak mau,
orangtua dan keluarga harus memberikan gaya pengasuhan dan pengawasan ekstra di rumah
(
http://jakarta.okezone.com/read/2012/12/01/501/725891/polisi-nilai-kenakalan-remaja-mulai-bergeser-ke-arah-kriminal diakses pada 27 Januari 2014 pada pukul 15.20 WIB).
Upaya membentuk karakter anak memerlukan syarat-syarat mendasar bagi
terbentuknya kepribadian yang baik. Ada tiga kebutuhan dasar anak yang harus dipenuhi,
yaitu maternal bonding, rasa aman, dan stimulasi fisik dan mental. Maternal bonding
(kelekatan psikologis dengan ibunya) merupakan dasar penting dalam pembentukan karakter
anak karena aspek ini berperan dalam pembentukan dasar kepercayaan kepada orang lain
(trust) pada anak. Kelekatan ini membuat anak merasa diperhatikan dan menumbuhkan rasa
aman sehingga menumbuhkan rasa percaya. Selain itu, anak memerlukan rasa aman, yaitu
perkembangan emosi anak. Anak juga memerlukan stimulasi fisik dan mental dalam
pembentukan karakter anak sehingga anak bias tampil lebih percaya diri.
Anak merupakan investasi masa depan bagi orang tua. Setiap orang tua menginginkan
kebaikan bagi anaknya, baik di dunia maupun di akhirat. Anak merupakan tanggung jawab
utama orang tua. Bagi anak, keluarga merupakan wahana pertama dan utama bagi pendidikan
karakter anak. Orang tua memiliki peranan penting dalam memberikan teladan dan
meletakkan dasar-dasar penting melalui pembiasaan. Berkaitan dengan pendidikan karakter,
maka orang tua perlu menerapkan pola asuh yang tepat, sehingga anak memiliki karakter
positif, kepribadian yang tangguh, dan menjadikan karakter-karakter tersebut mengakar kuat
dan selamanya akan menjadi prinsip hidup anak untuk mencapai kemuliaan hidup. Masa
depan anak akan sangat tergantung dari pengalaman yang didapatkan anak termasuk faktor
pendidikan dan pola asuh orang tua. Namun di saat sekarang ini tidak sedikit orang tua yang
mengejar kepentingan mereka sendiri dengan dalih untuk kesejahteraan anak, sehingga
terkadang peran mereka sebagai orang tua yaitu mendidik dan mengasuh anak terlalaikan.
Salah satu kepentingan orang tua yang mengakibatkan mereka menjadi lalai dalam mengasuh
dan mendidik anak adalah kesibukan akan pekerjaan mereka.
Keadaan keluarga memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap
perkembangan anak. Status ekonomi yang dimiliki akibat pekerjaan yang dimiliki orang tua
memberikan dampak terhadap proses perkembangan yang dimiliki setiap anak. Hal ini
ditambah dengan keadaan ekonomi keluarga yang sangat rendah yang mengharuskan mereka
bekerja siang dan malam demi memenuhi kebutuhan sehari-sehari sehingga mereka
mengabaikan kewajiban dalam mendidik dan memberikan pengasuhan yang baik kepada
anak mereka. Salah satu pekerjaan yang dilakukan masyarakat yang berada di bawah garis
Setiap manusia akan berusaha bekerja dengan keras agar dapat menambah
perekonomian keluarga guna mencapai kehidupan yang sejahtera, walaupun hanya bekerja
sebagai pengumpul barang-barang bekas dan mengais barang bekas dari tumpukan-tumpukan
sampah serta berkeliling ke rumah-rumah warga, tetap dilakukan demi memenuhi
perekonomian keluarganya. Namun terkadang keberadaan pemulung menimbulkan berbagai
asumsi tentang pemulung itu sendiri, masyarakat cenderung apatis dengan kehadiran
pemulung. Banyak diantara warga masyarakat beranggapan bahwa pemulung adalah
kelompok pekerja yang kurang mengerti dan tidak menanamkan budi pekerti dalam dirinya.
Masyarakat beranggapan bahwa pemulung itu panjang tangan, pemulung sangat kumuh, dan
sebagainya.
Setiap pekerjaan yang dilakukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan, baik itu
pribadi maupun keluarga termasuk pekerjaan sebagai pemulung. Orang tua sebagai kepala
keluarga memiliki kewajiban untuk memenuhi setiap kebutuhan anak-anaknya mulai dari
makanan, pakaian dan juga pendidikan. Namun terkadang akibat himpitan ekonomi, banyak
keluarga yang tidak lagi memikirkan perkembangan anak-anaknya secara baik. Hal ini
dikarenakan mereka lebih mengutamakan untuk memenuhi kebutuhan skonominya, dan
kemudian mereka kurang memperhatikan perkembangan anak-anaknya.
Kurangnya perhatian orang tua dapat mempengaruhi perkembangan anak baik secara
sosial maupun kepribadian. Demikian juga yang dilakukan sebagaian besar dari keluarga
pemulung yang sedikit mengabaikan kewajiban mereka dalam memberikan pengasuhan yang
baik pada anak-anaknya. Hal ini disebabkan juga masih kurangnya pengetahuan mereka
tentang bentuk pengasuhan yang baik untuk diterapkan pada anak-anaknya. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan Agus Vonbo Pardede di TPA-S di Desa Pandau Jaya
mendidik anaknya dengan kasar, sebagian orang tua tidak peduli dengan anaknya, sebagian
orang tua mengabaikan anaknya, sebagian orang tua hanya membekali anaknya dengan
materi tanpa memperhatikan perkembangan anaknya dan lain sebagainya.
Orang tua yang gaya pengasuhan dengan kasar maupun otoritar menyebabkan
anaknya tersebut menjadi ketakutan, minder, sering merasa tidak bahagia, dan memiliki
kemampuan komunikasi yang lemah. Terkadang orang tua memberikan hukuman kepada
anaknya apabila anaknya melakukan dan tidak mau melakukan apa yang di inginkan oleh
orang tua. Bentuk hukumannya dapat berupa hukuman fisik seperti memukul. Hukuman
berupa pemukulan dilakukan orang tua dikaitkan dengan perilaku antisosial anak meliputi,
berbohong, bersikap jahat kepada orang lain, terlibat perkelahian dan tidak patuh. Akibat
yang ditimbulkan dari gaya pengasuhan seperti ini antara lain bisa menanamkan rasa takut,
kemarahan dan penghindaran. Sebagai contoh, pemukulan terhadap anak bisa menyebabkan
anak menghindari kedekatan dengan orang tua atau takut pada orang tuanya. Gaya
pengasuhan otoriter ini juga menyebabkan anak yang kurang bertanggung jawab, karena anak
merasa bahwa pengawasan yang ketat dari orang tua, berarti dirinya belum mampu
bertanggung jawab.
Orang tua yang gaya pengasuhannya tidak peduli akan menyebabkan anak menjadi
memiliki harga diri yang rendah, tidak dewasa dan mungkin terasing dari keluarga. Dalam
masa remaja, mereka mungkin menunjukkan sikap suka membolos dan nakal. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa anak yang sering bolos sekolah, tidak ada gairah atau malas ke sekolah
sehingga ia lebih suka membolos masuk sekolah, jarang mengerjakan pekerjaan rumah dari
sekolah hingga beberapa anak tidak naik kelas. Hal ini tidak terlepas dari dimana anak remaja
pada umumnya lebih mudah dipengaruhi teman-temannya daripada ketika masih lebih muda.
Ini berarti pengaruh orang tua pun melemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai
Bentuk pengasuhan pembiaran tersebut juga menyebabkan remaja sering menjadi
terlalu percaya diri bersama-sama dengan emosinya yang biasanya meningkat,
mengakibatkan ia sukar menerima nasihat orang tua. Perilaku antisosial, seperti suka
menganggu, sering tidak mengindahkan aturan, cenderung tidak sopan, berbohong, kejam,
sulit diajak bekerjasama, sulit menyesuaikan diri, emosi kurang stabil dan agresif sering
muncul pada diri remaja. Sebabnya mungkin bermacam-macam dan banyak tergantung pada
budayanya. Akan tetapi, penyebab yang mendasar ialah pengaruh buruk teman, dan
kedisiplinan yang salah dari orang tua terutama bila terlalu keras atau terlalu lunak dan sering
tidak ada sama sekali.
Dilihat dari segi pekerjaan orang tua sebagai pemulung, masih ada orang tua yang
mampu mengasuh anaknya dengan gaya pengasuhan yang sesuai dengan anak-anaknya
tersebut. Pekerjaan sebagai pemulung sangatlah melelahkan dan menggunakan waktu yang
tidak sebentar. Para orang tua mengawali aktifitas mereka dari pagi hingga malam hari.
Sebelum mereka beraktivitas, mereka terlebih dahulu mengurus anak-anaknya yang akan
pergi ke sekolah. Anak maupun remaja yang mendapatkan pola pengasuhan yang tepat dan
mampu melakukan tugas perkembangan dengan baik maka dia akan tumbuh menjadi anak
yang memiliki perkembangan sosial maupun kepribadian yang baik juga. Sebagai anak
pemulung, mereka dapat terpacu untuk berprestasi mengembangkan segala kemampuan dan
talenta yang dimiliki. Cita-cita yang terus digantung selalu menjadi pemacu untuk tidak
menyerah dengan keadaan, mereka tercipta sebagai anak yang berprestasi ditengah himpitan
ekonomi yang dialami.
Sebagai contoh di Jakarta terdapat seorang ibu yang bekerja sebagai pemulung dapat
mampu menyekolahkan anaknya hingga menjadi seorang dokter. Ibu Anjali berusaha bekerja
banyak, ibunya tetap mampu mendidikan dan mengasuh anaknya dengan baik. Setiap hari ibu
Anjali masih menyempatkan waktunya untuk mengantar anaknya sekolah. Dengan
pengasuhan yang tepat tersebut anaknya selalu menjadi juara kelas dan terkadang menjadi
juara umum. Hal ini menunjukkan bahwa kemiskinan tidak dapat menghambat seseorang
untuk menjadi sukses (
http://kisahkisah.com/5474/kisah-gadis-pemulung-yang-menjadi-dokter/ diakses pada 20 Maret 2014 pukul 16.20 WIB).
Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
merupakan daerah yang memiliki penduduk dengan mayoritas bekerja sebagai pemulung.
Sampah-sampah menjadi mata pencaharian utama untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Pekerjaan sebagai pemulung memakan waktu yang tidak sebentar dan juga sangat
melelahkan. Para orang tua memulai pekerjaan mereka dari pagi hari hingga malam hari.
Keadaan ekonomi yang mengharuskan orang tua mereka bekerja sebagai pemulung dari pagi
hingga malam menyebabkan orang tua sedikit mengabaikan anaknya terutama dalam hal
memberikan pengasuhan yang baik dan memperhatikan perkembangan anaknya. Tidak jarang
orang tua juga melibatkan anak-anaknya untuk ikut bekerja sebagai pemulung.
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Perkembangan Anak Pada
Keluarga Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan
1.2Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan maka masalah
penelitian ini dirumuskan yaitu Bagaimana pengaruh pola asuh orang tua terhadap
perkembangan anak pada keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian.
1.3.1 Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pola asuh orang tua terhadap
perkembangan anak pada keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX
Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal.
1.3.2 Manfaat Penelitian.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam rangka:
1. Bagi penulis manfaat penelitian ini yakni dapat mengembangkan pemahaman dan
kemampuan berpikir penulis melalui penulisan ilmiah mengenai pengaruh pola asuh
orang tua terhadap perkembangan anak pada keluarga pemulung, dengan
menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama belajar di Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka
membantu memberikan pola asuh yang baik untuk perkembangan anak yang lebih
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini secara garis besarnya dikelompokan dalam
enam bab, dengan urutan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan
objek yang diteliti, kerangka penelitian, definisi konsep dan definisi
operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi
penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.
BAB IV : GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
Berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi
penelitian dan data-data lain yang berhubungan dengan objek yang
akan diteliti.
BAB V : ANALISIS DATA
Berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta
dengan analisisnya.