• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Sungai - Hubungan antara Kualitas Air dengan Kebiasaan Makanan Ikan Batak (Tor douronensis) di Perairan Sungai Asahan Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Sungai - Hubungan antara Kualitas Air dengan Kebiasaan Makanan Ikan Batak (Tor douronensis) di Perairan Sungai Asahan Sumatera Utara"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem Sungai

Sungai merupakan suatu sistem yang dinamis dengan segala aktivitas yang berlangsung antara komponen-komponen lingkungan yang terdapat di dalamnya. Adanya dinamika tersebut akan menyebabkan suatu sungai berada dalam keseimbangan ekologis sejauh sungai itu tidak menerima bahan-bahan asing dari luar. Sungai merupakan salah satu sumber air tawar yang penting dalam kehidupan. Manfaat sungai antara lain adalah sebagai tempat budidaya ikan, tempat rekreasi, untuk pengairan dan lain-lain. Sungai juga memiliki peranan penting bagi binatang dan tumbuhan yang terdapat di dalam perairan tersebut. Eksploitasi terhadap biota perairan yang terdapat di dalam sungai secara berlebihan dapat mengganggu kesimbangan ekosostem sungai. Kualitas dari sungai itu sendiri sangat ditentukan oleh faktor-faktor pembatasnya seperti suhu, pH, alkalinitas, CO2, DO, kecepatan arus, densitas plankton, dan diversitas plankton. Sungai memiliki sifat yang unik diantaranya adalah sifat termal, yaitu dapat mengurangi perubahan suhu sehingga perubahan suhu dalam air terjadi sangat lambat daripada di udara.

(2)

2.2 Parameter Fisik, Kimia, dan Biologi Perairan

Air merupakan faktor yang sangat penting dan mempengaruhi kehidupan ikan maupun organisme lainnya. Parameter kualitas air yang umum berpangaruh terhadap pertumbuhan ikan adalah temperatur, pH, suhu, oksigen terlarut, cahaya, arus, dan lain sebagainya. Air sebagai lingkungan tempat hidup organisme perairan harus mampu mendukung kehidupan dan pertumbuhan dari organisme tersebut. Sebagai salah satu faktor penting dalam operasional pemeliharaan larva, kualitas air perlu dijaga dalam kondisi prima, baik dalam aspek fisika, kimia dan biologi (Boyd, 1996). Faktor yang mempengaruhi ekosistem ini ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, selain melakukan pengamatan terhadap faktor biotik, perlu juga dilakukan pengamatan terhadap faktor abiotik, sehingga diperoleh suatu gambaran tentang kualitas suatu perairan (Barus, 2004).

2.2.1 Parameter Fisik 2.2.1.1 Temperatur Air

Dalam setiap penelitian ekosistem akuatik pengukuran temperatur air merupakan hal yang mutlak. Hal ini disebabkan karena kelarutan berbagai jenis zat di dalam air serta semua aktivitas biologi-fisiologi di dalam ekosistem akuatik sangat dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur juga merupakan faktor pembatas utama pada suatu perairan karena ekosistem akuatik seringkali mempunyai toleransi yang sempit terhadap perubahan temperatur. Temperatur mempunyai pengaruh besar terhadap kelarutan oksigen di dalam air, dimana apabila temperatur naik, maka kelarutan oksigen dalam air menurun. Bersamaan dengan itu peningkatan aktivitas metabolisme organisme akuatik, sehingga kebutuhan akan oksigen juga akan meningkat.

(3)

sehingga jumlah oksigen terlarut berkurang. Akibatnya, ikan dan hewan air akan mati (Barus, 2004).

2.2.1.2 Kecerahan Air

Menurut Lioyd (1980), kecerahan air adalah bentuk pencerminan daya tembus atau intensitas cahaya yang masuk dalam perairan. Kecerahan perairan juga dapat ditentukan karena adanya fitoplankton atau tumbuhan air lainnya yang terdapat dalam perairan. Kecerahan air dapat diukur apabila kedalaman tembus cahaya matahari ke dalam kolam minimum 40 cm. Pengukuran kecerahan dapat digunakan untuk menentukan besarnya produktifitas primer dalam perairan. Lioyd (1980) menyatakan kembali bahwa kecerahan air merupakan bentuk pencerminan daya tembus atau intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan. Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh, yang agak keruh, dan yang paling keruh, serta lain sebagainya.

2.2.1.3 Kecepatan Arus

Menurut Barus (2004), arus sangat dipengaruhi oleh sifat air itu sendiri, gravitasi bumi, keadaan dasar perairan, dan gerakan rotasi bumi. Sirkulasi arus pada permukaan perairan terutama disebabkan oleh adanya wind stress. Jadi arus air yang ada dalam suatu perairan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor dari parameter kualitas air itu sendiri. Disamping itu arus juga dapat berdampak pada kandungan oksigen yang ada dalam air tersebut melalui proses difusi secara langsung dari udara. Arus air pada perairan lotik umumnya bersifat turbulen, yaitu arus yang bergerak ke segala arah sehingga air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan tersebut

(4)

(friksi). Oleh karena itu, kekuatan arus di sungai tergantung pada letak daerahnya. Kecepatan arus di perairan umum yang tergenang (lentic water bodies) misal danau dan reservoir pada umumnya lebih rendah dari pada kecepatan arus di laut ataupun sungai. Kecepatan arus di perairan danau atau reservoir dipengaruhi oleh angin dan kecepatan arus di perairan lentic sangat bervariasi, dan hal ini bukan faktor-faktor dalam pemilihan lokasi untuk budidaya kolam. Pada daerah hulu, kecepatan arusnya tinggi, sedangkan di daerah hilir kecepatan arusnya menurun (Barus, 2004).

2.2.1.4 Intensitas Cahaya

Intensitas cahaya merupakan faktor yang mempengaruhi penyebaran ikan. Intensitas cahaya bagi organisme akuatik berfungsi sebagai alat orientasi yang akan mendukung kehidupan organisme tersebut. Intensitas cahaya matahari juga mempengaruhi produktivitas primer. Apabila intensitas cahaya matahari berkurang maka proses fotosintesis akan terhambat sehingga oksigen dalam air akan berkurang, dimana oksigen dibutuhkan organisme akuatik untuk metabolisme (Barus, 2004). Cahaya merupakan unsur penting dalam kehidupan ikan, cahaya dibutuhkan ikan untuk mengejar mangsa, menghindarkan diri dari predator, membantu dalam penglihatan dan proses metabolisme. Secara tidak langsung peranan cahaya matahari dalam kehidupan ikan adalah melalui rantai makanan (Wardoyo, 1983).

Jika intensitas cahaya matahari menurun maka akan mempengaruhi proses fotosintesis salam suatu perairan dimana jumlah plankton dapat mengalami penurunan sehingga menyebabkan keterbatasan tersedianya nutrisi bagi ikan. Selanjutnya cahaya juga mempengaruhi produktivitas ikan pada sungai.Ikan yang aktif pada siang hari (diurnal) biasanya mengambil makanan pada malam hari. Ikan yang aktif pada malam hari (noktural) akan bergerak ke perairan yang dangkal. Organisme noktural pada intensitas cahaya maksimum dirangsang untuk melakukan gerakan untuk mencari perlindungan, sedangkan bagi organisme diurnal intensitas cahaya yang kuat akan memberikan reaksi sebaliknya,

(5)

2.2.2 Parameter Kimia

2.2.2.1 pH (Derajat Keasaman)

pH (Derajat keasaman) merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan suasana asam atau basah perairan. Air dikatakan basah apabila pH > 7 dan dikatakan asam apabil pH < 7. Secara alamiah pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam.

Pada siang hari fitoplankton dan tanaman air mengkonsumsi CO2 dalam proses fotosintesis yang menghasilkan O2dalam air, suasana ini menyebabkan pH air meningkat. Malam hari fitoplankton dan tanaman air mengkonsumsi O2dalam proses respirasi yang menghasilkan CO2, suasana ini menyebabkan pH air menurun. pH air turut mempengaruhi kehidupan dari ikan, pH air yang ideal bagi kehidupan ikan berkisar antara 6,5 -7,5. Air yang masih segar dari pegunungan biasanya mempunyai pH yang lebih tinggi. pH air kurang dari 6 atau lebih dari 8,5 perlu diwaspadai karena mungkin ada pencemaran, hal ini juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi ikan (Barus, 2004).

2.2.2.2 BOD (Biochemical Oxygen Demand)

Menurut Barus (2004), BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam lingkungan air untuk mendegradasi bahan buangan yang ada dalam air lingkungan. Pada umumnya air lingkungan atau air dalam mengandung mikroorganisme yang dapat memakan, memecah, menguraikan bahan buangan organik. Penguraian bahan organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan adalah proses alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup. Nilai konsentrasi BOD5 menunjukkan kualitas suatu perairan masih tergolong baik apabila konsumsi O2 selama 5 hari berkisar sampai 5 mg/l.

2.2.2.3 Nitrat dan Fospat

(6)

melalui sistem fiksasi biologis dalam kondisi aerobik. Keberadaan nitrogen di perairan dapat berupa nitrogen anorganik dan organik. Nitrogen anorganik terdiri atas ion nitrit (NO2-), ion nitrat (NO3-), ammonia (NH3), ion ammonium (NH4+) dan molekul N2 yang larut dalam air, sedangkan nitrogen organik berupa protein, asam amino dan urea akan mengendap dalam air (Chester, 1990).

Nitrat merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk dapat tumbuh dan berkembang. Keberadaan nitrat di perairan sangat dipengaruhi oleh buangan yang dapat berasal dari industri, bahan peledak, dan pemupukan Secara alamiah kadar nitrat biasanya rendah namun kadar nitrat dapat menjadi tinggi sekali dalam air tanah di daerah yang diberi pupuk nitrat (Alaerts et al., 1987).

Fosfor sangat penting di perairan terutama berfungsi dalam pembentukan protein dan metabolisme bagi organisme. Fosfor juga berperan dalam transfer energi di dalam sel misalnya adenosine triphosfate (ATP) dan adenosine diphosphate (ADP). Fosfor dalam perairan tawar ataupun air limbah pada

umumnya dalam bentuk fosfat, yaitu ortofosfat, fosfat terkondensasi seperti pirofosfat (P2O74-), metafosfat (P3O93-) dan polifosfat (P4O136- dan P3O105-) serta fosfat yang terikat secara organik (adenosin monofosfat). Senyawa ini berada sebagai larutan, partikel atau detritus atau berada di dalam tubuh organisme akuatik (Fergusson, 1956).

Nitrogen dan Fosfor sangat berperan dalam proses terjadinya eutrofikasi di suatu ekosisten air. Seperti diketahui bahwa fitoplankton dan tumbuhan air lainnya membutuhkan nitrogen dan fosfor sebagai sumber nutrisi utama bagi pertumbuhannya. Dengan demikian maka peningkatan unsur nitrogen dan fosfor dalam air akan dapat meningkatkan populasi alga secara massal yang menimbulkan eutrofikasi dalam ekosistem air (Barus, 2004).

2.2.3. Parameter Biologi 2.2.3.1 Plankton

(7)

mendiami daerah ini, karena planton menyukai suhu yang tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Kadar pH, alkalinitas, CO2 bebas yang tinggi, menunjukkan bahwa pada perairan ini banyak mengandung ion karbonat dan bikarbonat, yang berguna sebagai bahan penyuplai nutrien dan bahan utama fotosintesis bagi plankton. Tingginya DO, mengakibatkan plankton mudah mendapat oksigen sebagai bahan dasar respirasi dalam aktivitasnya. Kecerahan yang sedang berhubungan dengan penetrasi cahaya matahari. Plankton cenderung menyukai daerah yang penetrasi cahaya mataharinya sedang, agar aktivitas plankton berjalan secara optimal (Isnansetyo et al., 1995).

Kepadatan plankton dipengaruhi oleh adanya supply makanan yang ada diperairan tersebut dan juga kondisi lingkungan seperti pH, cahaya. Densitas plankton mempengaruhi kadar O2, CO2 dan kecerahan perairan. Kerapatan plankton juga berdampak kurang baik bila terlalu padat terutama pada saat pagi hari dan fotosintesis belum berlangsung, maka akan terjadi kompetisi yang ketat dalam memperoleh O2, karena yang tersedia terbatas sementara yang mengkonsumsi banyak.

Di lingkungan perairan ada tiga unsur pokok yang mempengaruhi kehidupan biota perairan. Pertama adalah unsur fisik yang berupa sifat-sifat fisika air seperti suhu, kekeruhan, kekentalan, cahaya, suara, getaran serta berat jenis. Unsur kedua adalah sifat kimiawi air seperti pH, kadar oksigen terlarut, karbondioksida terlarut, alkalinitas dan lain-lainnya. Unsur ketiga adalah yaitu sifat-sifat biologinya seperti keadaan organismenya, pemakai dan pengurai. Ketiga unsur pokok tersebut tergantung pada sumber alam pokok yaitu sinar matahari dan iklim (Lioyd, 1980).

2.2.3.2 Ikan

(8)

caudal (ekor). Ukuran ikan bervariasi mulai dari yang kecil sampai yang besar,

bentuk tubuh berbentuk torpedo, pipih, dan ada yang berbentuk tidak teratur (Rupawan, 1999).

Ikan memiliki kemampuan untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan dalam air, sehingga tidak bergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh angin. Ikan juga menggunakan insang untuk mengambil oksigen dari air yang ada di sekitarnya yang digunakan untuk pernapasan. Ikan mempunyai otak yang terbagi menjadi region-regio, dan dibungkus dalam cranium (tulang kepala) yang berupa kartilago. Telinga hanya terdiri dari telinga dalam, berupa saluran-saluran semi sirkularisme sebagai organ keseimbangan. Jantung berkembang baik, sirkularis menyangkut aliran darah dari jantung melalui insang ke seluruh bagian tubuh lain, tipe ginjal pronefros dan mesonefros (Brotowidjoyo et al., 1995).

Salah satu ciri khas ikan yaitu letak vertikal sirip yang sama. Ikan memiliki pola adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan, baik terhadap faktor fisik maupun faktor kimia lingkungan seperti pH, DO, kecerahan, temperatur (Rifai et al.,1983). Hal ini sangat penting bukan saja untuk mendapatkan makanan, tetapi juga untuk menyelamatkan diri dari hewan-hewan predator. Banyaknya ikan yang terdapat di air tawar disebabkan karena daerahnya terisolasi sehingga mempunyai

kesempatan yang besar untuk membentuk spesies baru. Kebanyakan ikan ditemukan

pada lingkungan yang lebih panas dengan perubahan temperatur tahunan kecil.

2.3 Ikan Batak (Tor douronensis)

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai keanekaragaman hayati yang cukup tinggi salah satunya yaitu jenis ikan tawar (Kotellat et al., 1993). Diantara jenis ikan tawar tersebut salah satunya ikan batak dari jenis (Tor douronensis) banyak pula yang mempunyai potensi ekonomis yang baik bila

(9)

menyebabkan perubahan dalam struktur komunitas maupun populasi ikan yang pada akhirnya akan mengurangi manfaat sumber daya perikanan tersebut (Rupawan, 1999).

Ikan batak (Tor douronensis) adalah jenis ikan air tawar yang tergolong jenis ikan liar yang hampir punah dan sudah sulit sekali untuk didapatkan, atau dapat dikatakan sebagai hewan yang sudah langka. Agar populasi ikan batak (Tor douronensis) tidak berkurang dan punah yang diakibatkan oleh penangkapan

terus-menerus yang tidak memperhatikan norma konservasi serta untuk menjaga keseimbangan alam, maka ikan batak (Tor douronensis) perlu untuk di budidayakan. Ikan batak (Tor douronensis) merupakan ikan air tawar yang banyak ditemukan hidup di sekitar sungai-sungai di Kabupaten Asahan, Kabupaten Tapanuli Utara dan Simalungun, termasuk di kawasan Danau Toba. Ikan yang mempunyai bentuk tubuh yang khas dan berwarna keperakan ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat sekitar terutama karena rasa dagingnya yang gurih yang disukai oleh banyak orang sehingga harga ikan ini relatif mahal (Barus, 2004).

Kottelat et al., (1993) menyatakan yang dimaksud dengan ikan batak adalah Tor douronensis, Tor soro dan Tor tambroides dan jenis lainnya yang mirip dan

hidup di Sungai Asahan adalah Neolissochilus sumateranus. Ikan batak terdiri dari dua genus yaitu Neolissochilus dan Tor yang termasuk dalam famili Cyprinidae, ordo Cypriniformes.

2.3.1 Genus Tor

Ikan batak dari Genus Tor mempunyai ciri- ciri bibir bawah berubah menjadi tonjolan berdaging, atau paling sedikit dua lekukan yang membatasi posisi tonjolan, lekukan di belakang bibir tidak terputus, tidak ada tulang keras pada rahang bawah, sirip dubur lebih pendek dari pada sirip punggung, bibir bawah tanpa celah di tengah (Dinas Perikanan Dati I Sumatera Utara, 1999).

(10)

penangkapan yang berlebihan (khususnya menggunakan dinamit dan racun). Ikan batak dari Genus Tor meskipun sudah jarang terlihat tetapi masih ditemukan dibeberapa kawasan sebanyak 3 jenis yaitu dari Spesies Tor douronensis, Tor soro dan Tor tambroides.

2.3.1.1 Tor douronensis

Ikan batak (Tor douronensis) mempunyai panjang ± 50 cm, berat ± 1-2 kg, warna sisik hitam dan tebal. Ikan batak (Tor douronensis) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: kepala simetris, badan besisik, garis rusuk sempurna, terdiri dari 23 keping sisik yang terletak diatas sirip dada dan melewati pertengahan ekor, sirip punggung terdiri dari 1 jari-jari keras licin dan 8 jari-jari lemah bercabang, permukaan punggung bertepatan dengan permukaan sirip perut, sirip dubur dengan 5 jari-jari lemah bercabang dan lebih rendah dari sirip punggung, mata tidak berkelopak, mempunyai 4 helai sungut mengelilingi mulut. Kottelat et al., (1993) menyatakan ikan batak (Tor douronensis) mempunyai warna sisik yang putih atau merah keemasan sangat enak dipandang. Ikan tersebut cenderung bertubuh besar, suka berkelompok dalam jumlah yang tidak besar dan memakan apa saja.

Gambar 2.1 Tor douronensis

2.3.1.2 Tor soro

(11)

semuanya memanjang mulai dari bagian depan sampai ke bagian pangkal ekor. Jenis sirip ekor ikan batak (Tor soro) tergolong sirip bercagak, jenis sirip punggung sirip tunggal berjari-jari dengan badan berbentuk pipih tegak dengan tipe sisik sikloid, jenis mulut tergolong sub-terminal, dimana di atas mulut terdapat kumis yang panjang berjumlah dua pasang (Kottelat et al., 1993).

Ikan batak (Tor soro) memiliki ciri bibir bagian atas terpisah dari moncongnya oleh suatu lekukan yang jelas dan pangkal bagian atas tertutup oleh lipatan kulit moncong. Tidak ada tonjolan di ujung rahang bawah. Memiliki bibir yang halus dan bibir bawah tanpa celah di tengah. Pori-pori pada kepala terisolasi, tidak membentuk barisan sejajar yang padat. Gurat sisi tidak sempurna, berakhir di pertengahan pangkal sirip ekor. Pada ikan batak (Tor soro) terdapat jari-jari terakhir sirip dubur tidak mengeras dan sirip dubur lebih pendek dari sirip punggung (Kottelat et al., 1993).

Gambar 2.2 Tor soro

2.3.1.3 Tor tambroides

Tor tambroides mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: terdapat sebuah cuping

dipertengahan bibir bawah yang mencapai ujung mulut, memiliki jari-jari sirip punggung yang licin, kepala tidak berkerucut, serta antara garis rusuk dan sirip punggung terdapat tiga setengah baris sisik (Kottelat et al., 1993). Ikan tambroides tersebut dapat mencapai panjang sekitar satu meter dengan bobot

(12)

gerakannya sangat gesit dan hidup berkelompok di “lubuk”, bagian terdalam pusaran sebuah sungai (De Silva et al., 2004).

Gambar 2.3 Tor tambroides

2.3.2 Genus Neolissochilus

Barus (2004) menyatakan bahwa ikan batak telah lama dikenal masyarakat Batak di Sumatera Utara. Ikan ini termasuk komoditas eksotis dan memiliki nilai religius tersendiri, terutama dalam upacara adat. Sekarang ikan tersebut mulai langka karena penangkapan yang berlebihan (overfishing), serta perkembang biakan di alam yang menurun, akibat terganggunya kondisi lingkungan. Secara historis, pelestariannya telah lama dilakukan di Sungai Asahan. Prosesnya melibatkan hak adat, dengan adanya hukum adat untuk menangkap ukuran dan lokasi penangkapan pada daerah tertentu. Tetapi hal tersebut tidak juga mampu mengatasi tingkat penurunan populasi ikan batak khususnya dari genus Neolissochilus. Salah satu spesies dari genus ini yaitu, Neolissochilus sumateranus.

2.3.2.1 Neolissochilus sumatranus

Neolissochilus sumatranus memiliki ciri morfologi yaitu lebar badan 3,1-3,5

(13)

Gambar 2.4 Neolissochilus sumatranus

2.4 Aspek Biologi Ikan 2.4.1 Kebiasaan Makanan

Setiap hewan membutuhkan energi dalam kehidupannya (antara lain: untuk tumbuh, pemeliharaan tubuh, dan reproduksi) yang bisa didapatkan dari makanan yang dimakan. Effendie (1997) menyatakan bahwa kebiasaan makanan merupakan ciri khas suatu spesies. Kebiasaan makanan (food habits) ikan berhubungan dengan kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan sedangkan kebiasaan cara memakan (feeding habits) ikan berhubungan dengan waktu, tempat, dan cara ikan memperoleh makanannya.

(14)

penganti yaitu makanan yang hanya dikonsumsi jika makanan utama tidak ada. Maksud dari mempelajari kebiasaan makanan ikan ialah untuk mengetahui gizi alamiah ikan dan untuk melihat hubungan ekologi ikan dengan organisme lain di perairan seperti pemangsaan, persaingan, dan rantai makanan. Jadi makanan dapat merupakan faktor yang menentukan bagi keberadaan populasi ikan (Effendie, 1997). Struktur alat pencemaan ikan yang berperan terhadap adaptasi makanan adalah mulut, gigi, tapis insang, lambung dan usus (Lagler, 1972).

Umumnya makanan yang pertama kali datang dari luar untuk semua ikan dalam mengawali hidupnya ialah plankton yang bersel tunggal dan berukuran kecil. Jika untuk pertama kali ikan itu menemukan makanan berukuran tepat dengan mulutnya, diperkirakan ikan tersebut akan dapat meneruskan hidupnya. Tetapi apabila dalam waktu relatif singkat ikan tidak dapat menemukan makanan yang cocok dengan ukuran mulutnya maka ikan itu akan mengalami kelaparan dan kehabisan makanan yang mengakibatkan kematian. Hal inilah yang antara lain menyebabkan ikan pada waktu masa larva mempunyai mortalitas besar. Ikan yang berhasil mendapatkan makanan sesuai dengan ukuran mulut, setelah bertambah besar ikan itu akan merubah makanan baik dalam ukuran dan kualitasnya. Apabila telah dewasa ikan itu akan mengikuti pola kebiasaan induknya. Refleksi perubahan makanan ikan pada waktu kecil sebagai pemakan plankton dan bila dewasa mengikuti kebiasaan induknya dapat terlihat pada sisiknya. Susunan cirkuli dekat fokus lebih rapat dari pada susunan cirkuli yang jauh dari fokus yaitu pada ikan dewasa. Batas kedua macam susunan sirkuli ini dinamakan cincin larva (Effendie, 1997).

2.4.1.1 Habitat dan Pakan Alami Ikan Batak (Tor douronensis)

(15)

batak di kolam diberi pakan pelet. Menurut Effendie (1997) bahwa kebiasaan makanan ikan berubah sesuai dengan perubahan umur, musim dan ketersediaan bahan makanan.

Di habitat aslinya, ikan batak tersebut memakan tumbuhan dan hewan yang terdapat di substrat/kerikil, sedangkan pada kondisi ex-situ memakan cacing, pellet dan lain-lain yang diberikan oleh para pembenih (Barus, 2004). Pola penyebaran ikan batak merupakan pola pensesuaian sesuai dengan tingkatan atau kelompok umur dalam perkembangan hidupnya, dari stadium larva sampai dewasa.

Semua jenis ikan membutuhkan zat-zat gizi yang baik terdiri dari protein, lemak, karbohidrat vitamin dan mineral. Jumlah gizi yang diperlukan tergantung pada jenis, ukuran lingkungan hidup dan stadia reproduksi. Pakan berfungsi sebagai sumber energi antara lain digunakan untuk pertahanan hidup, pertumbuhan dan proses perkembangbiakan (reproduksi). Benih ikan yang baru menetas belum memerlukan pakan dari luar selama 4-5 hari dikarenakan masih memiliki cadangan kuning telur. Pada hari ke 6 benih ikan memerlukan pakan yang tepat yaitu pakan alami untuk membantu pertumbuhannya. Umumnya pakan alami ikan yang mengandung kadar protein tinggi. Makanan alami ikan berasal dari berbagai kelompok tumbuhan dan hewan yang berada di perairan tersebut (Djajasewaka, 1985).

2.4.2 Pertumbuhan Ikan

(16)

Sesudah masa larva berakhir bentuk ikan hampir serupa dengan induk. Beberapa bagian tubuhnya meneruskan pertumbuhannya. Pada umumnya perubahan tadi hanya merupakan perubahan kecil saja seperti panjang sirip dan kemontokan ikan. Perubahan-perubahan itu dinamakan pertumbuhan allometrik. Apabila pada ikan terdapat perubahan terus menerus secara proporsionil dalam tubuhnya dinamakan pertumbuhan isometrik (Effendie, 1997).

2.4.3 Hubungan Panjang-Berat

Berat dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang dengan berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa berat ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Tetapi hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda. Dengan melakukan analisis hubungan panjang berat ikan tersebut maka pola pertumbuhan ikan dapat diketahui. Selanjutnya dapat diketahui bentuk tubuh ikan tersebut gemuk atau kurus (Effendie, 1997).

Hubungan panjang dan berat dapat dilihat dari nilai konstanta b, yaitu bila b = 3, hubungan yang terbentuk adalah isometrik (pertambahan panjang seimbang

dengan pertambahan berat). Bila b ≠ 3 maka hubungan yang terbentuk adalah

allometrik, yaitu bila b > 3 maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik positif yaitu pertambahan berat lebih cepat daripada pertambahan panjang, menunjukkan keadaan ikan tersebut montok. Bila b < 3, hubungan yang terbentuk adalah allometrik negatif yaitu pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat, menunjukkan keadaan ikan yang kurus. Nilai praktis yang didapat dari perhitungan panjang dan berat ialah kita dapat menduga berat dari panjang ikan atau sebaliknya, keterangan tentang ikan mengenai pertumbuhan, kemontokan, perubahan dari lingkungan (Effendie, 1997).

2.4.4 Faktor Kondisi

(17)

yang penting dari pertumbuhan ikan. Beragamnya faktor kondisi salah satunya disebabkan oleh pengaruh makanan (Effendie, 1997).

Salah satu derivat penting dari pertumbuhan ialah faktor kondisi atau indek ponderal dan sering disebut pula sebagai faktor K. Faktor kondisi menunjukkan keadaan baik dari ikan dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival. Faktor kondisi dapat menjadi indikator kondisi pertumbuhan ikan di perairan. Faktor dalam dan faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan ialah jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, jumlah makanan yang menggunakan sumber makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, faktor kualitas air, dan ukuran ikan. Faktor kondisi biasanya digunakan untuk menentukan kecocokan lingkungan dan membandingkan berbagai tempat hidup. Faktor kondisi berfluktuasi dengan ukuran ikan. Ikan yang berukuran kecil mempunyai kondisi relatif yang tinggi, kemudian menurun ketika ikan bertambah besar. Banyaknya faktor yang mempengaruhi pertumbuhan diantaranya adalah rasio pemberian pakan dan berat ikan. Jadi kondisi di sini mempunyai arti dapat memberi keterangan baik secara biologis atau secara komersial (Effendie, 1997).

Gambar

Gambar 2.1 Tor douronensis
Gambar 2.2 Tor soro
Gambar 2.3 Tor tambroides
Gambar 2.4 Neolissochilus sumatranus

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan menggunakan pemrograman Asymetrix Toolbook II Instructur 5.0 , dapat membantu para pengguna Honda dapat dengan cepat dan mudah untuk mendapatkan informasi produk Honda

diagnosa ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi akibat Tuberkulosis. Intervensi yang digunakan NOC: keefektifan pola nafas, tidak adanya

Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evaporasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman dengan

Pada hari ini, Senin, tanggal Tiga Puluh, bulan Juli, tahun dua ribu dua belas, Kami selaku Panitia Pengadaan Barang / Jasa telah mengadakan Pemberian Penjelasan Dokumen

Murid mampu menulis kosa kata dan teks yang didengarnya dengan aksara Jawa.. Murid mampu menuliskan kembali kalimat yang didengarnya dengan aksara

Bagian utama (naskah karya tulis) diberi nomor halaman menggunakan angka arab yang dimulai dengan nomor halaman 1 (satu) dan diketik di sebelah kanan bawah dengan

dalam suatu usaha yang merupakan cash out flow adalah suatu komponen yang. sangat penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan dalam