• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Gurame (Osphronemous gouramy) - Pengendalian Biofilm Edwardsiella tarda Pada Permukaan Sisik Ikan dan Plastik PVC dengan Senyawa Antimikroba yang Dihasilkan oleh Bakteri Asam Laktat (BAL)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Gurame (Osphronemous gouramy) - Pengendalian Biofilm Edwardsiella tarda Pada Permukaan Sisik Ikan dan Plastik PVC dengan Senyawa Antimikroba yang Dihasilkan oleh Bakteri Asam Laktat (BAL)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Gurame (Osphronemous gouramy)

Berdasarkan kebiasaan makanannya, ikan gurame (Osphronemous gouramy) adalah ikan omnivora yang bertendensi herbivora. Oleh karena itu, di alam ikan gurame dapat mengkonsumsi sumber pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Disamping itu untuk memenuhi kebutuhan proteinnya ikan gurame juga dapat memanfaatkan detritus yang berasal dari dasar perairan. Detritus banyak mengadung jasad renik dan mikroorganisme yang ikut berperan dalam menyumbangkan enzim pencernaan eksogen untuk mendegradasi nutrien pakan yang dikonsumsi oleh ikan. Jasad renik dan mikroorganisme tersebut juga merupakan sumber nutrien tambahan bagi ikan. Mikroflora adalah mikroorganisme yang secara alamiah menghuni saluran pencernaan makhluk hidup. Mikroflora terdiri atas berbagai mikrob dalam jumlah besar, dengan aktivitas dan kapasitas metabolik yang sangat beragam, serta yang dapat memberi pengaruh positif maupun negatif pada fungsi fisiologis saluran pencernaan (Alamsyahet al., 2009). Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa pada saluran pencernaan ikan gurame terdapat probiotik seperti BAL.

(2)

kandungan gizinya tinggi, ikan gurame mudah dipelihara karena bersifat pemakan apa saja, dapat berkembang biak secara alami, dan dapat hidup di air tergenang, serta harganya relativ mahal (Jangkaru 2002 dalam Sudirja, 2007).

Ikan gurame Osphronemous gouramy sebagai komoditas ikan air tawar memiliki alat pernapasan tambahan berupa labirin yang mulai terbentuk pada umur 18–24 hari sehingga dapat bertahan hidup pada perairan yang kurang oksigen karena mampu mengambil oksigen dari udara bebas (Standar Nasional Indonesia (SNI): 01-6485.2-2000).

2.2 BakteriEdwardsiella tarda

Bakteri E. tarda merupakan bakteri Gram-negatif yang berbentuk batang bengkok, dengan ukuran 1 x 2-3 µm, bersifat Gram negatif bergerak dengan bantuan flagella, tidak membentuk spora atau kapsul dan bersifat fakultatif anaerob. Bakteri ini dapat dijumpai di lingkungan air tawar dan air laut, dengan suhu optimal bagi pertumbuhannya sekitar 35 oC, sedangkan pada suhu dibawah 10 oC atau

diatas 45 oC tidak dapat tumbuh (Mohanty and Sahoo, 2007). Lesi patologis

anatomisE. tardaadalah warna tubuh pucat, dan apabila ikan terserang bakteri ini akan tampak pendarahan organ visceral, infeksi ringan yang ditandai dengan luka kecil, sementara jika infeksi akut luka akan bernanah berisi gas dan berbau busuk (Firmaet al.2012).

Bakteri E. tarda tidak memproduksi endotoksin seperti pada umumnya bakteri Gram negatif, tetapi menghasilkan dua eksotoksin yang dapat menyebabkan lesi. E. tarda merupakan tipe bakterium enterik dan dapat bertahan didalam air dan lumpur sehingga air dan lumpur yang sudah bebas dari ikan yang sakit dapat menjadi karier dan menyebabkan timbulnya kembali penyakit.E. tarda telah diisolasi 75% dari sampel air kolam, 64% pada sampel lumpur kolam, dan 100% dari kodok, kura-kura dan ikan kolam. Hal ini menunjukkan bahwaE. tarda merupakan mikroflora pada kolam ikan dan adanya bakteri tersebut membuat potensi penyakit ikan tetap ada (Narwiyani, 2010).

(3)

kemampuannya hidup sebagai sel planktonik dan sel biofilm (Mohanty and Sahoo, 2007). Pada penelitian sebelumnyaE. tarda dapat dikendalikan dengan antibiotik seperti aminoglycosides, cephalosporins, penicillins, imipenem, aztreonam, ciprofloxacin, sulphamethoxazole, nitrofurantoin dan antibiotik betalactamase-inhibitor agents(Clarket al., 1991).

2.3 Biofilm

Biofilm merupakan kumpulan dari sel-sel mikrobial yang melekat pada secara ireversibel pada suatu permukaan dan terbungkus dalam matriks Extracellular polymeric Subtances (EPS) yang dihasilkannya sendiri serta memperlihatkan adanya perubahan fenotip seperti perubahan tingkat pertumbuhan dan perubahan transkripsi gen dari sel planktonik atau sel bebasnya. EPS berfungsi sebagai penghubung antar permukaan sel dan menjadi inisiasi pada pembentukan biofilm. Faktor-faktor yang mempengaruhi perlekatan sel-sel bakteri dalam pembentukan biofilm adalah efek substratum (permukaan tempat melekatnya), conditioning film, hidrodinamik dari aliran yang melewatinya, karakteristik media cairan, dan keadaan permukaan sel bakteri yang melekat (Gunardi, 2010).

Pembentukan biofilm terjadi secara terstruktur pada permukaan padatan sehingga membentuk lapisan tipis (Prakas, 2003) melalui 3 tahapan proses, yaitu tahap pelekatan bakteri pada permukaan padatan (attachment),kolonisasi, dan tahap pertumbuhan biofilm bakteri (Prakash et al. 2003). Pada tahap pelekatan, bakteri mendekati permukaan melalui gaya elektrostatik maupun gaya fisika. Pada umumnya, ketersediaan nutrisi, suhu air dan laju alir cairan yang memadai serta karakteristik bakteri seperti adanya flagela dan permukaan sel yang terasosiasi dengan poplisakarida atau protein mempercepat proses pelekatan. Setelah itu bakteri berasosiasi satu sama lainnya membentuk mikrokoloni (Sastrawidana dan Sukarta, 2013).

(4)

daya tahan terhadap kondisikondisi buruk lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhannya sebagai sel planktonik, oleh sebab itu sel biofilm merupakan sumber kontaminan yang sangat besar terhadap produk pangan (Donlan 2002).

Edwardsiella tarda merupakan bakteri yang mampu membentuk biofilm pada permukaan padat. Kemampuannya tersebut membuat bakteri ini menjadi bakteri yang sangat patogen terhadap manusia maupun hewan terkhusus ikan. Pada areal perairan, E. tardamampu membentuk biofilm pada semua permukaan padat termasuk sisik ikan, hal tersebut membuat bakteri E. tarda menjadi salah satu bakteri utama penyebab penyakit pada ikan (Zhanget al., 2008).

2.4 BAL (Bakteri Asam Laktat)

Bakteri Asam Laktat didefenisikan sebagai kelompok bakteri Gram positif, tidak membentuk spora, berbentuk batang atau bulat, katalase dan oksidase negatif serta bersifat aerotoleran anaerob. Kemampuan menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi, serta produksi asam laktat sebagai produk tunggal atau produk utama merupakan penciri metabolismenya (Wirawati, 2002). Bakteri asam laktat sering ditemukan secara alamiah dalam bahan pangan. Bakteri ini hidup pasa susu, daging segar, dan sayur-sayuran dalam jumlah yang kecil. Dalam proses fermentasi spontan, bakteri asam laktat sering ditemukan sebagai mikroflora yang dominan dalam menghambat bakteri perusak dan patogen (Situngkir, 2005).

Perkembangan klasifikasi BAL yang terbaru menurut Salminen dan Wright (1998), terdiri atas 16 genera yaitu Aerococcus, Alloiococcus, Dolosigranulum, Globicatella, Carbobacterium,Enterococcus, Lactococcus, Lactobacillus, Lactosphera, Leuconostoc,Oenococcus, Pediococcus, Streptococcus, Tetragenococcus, Vagococcus dan Weissela. Sedangkan genus Lactobacillus dibagi lagi menjadi 3 subgenera yaitu Betabacterium, Streptobacterium dan Thermobacterium.

(5)

CO2dan etanol dari metabolisme heksosa. BAL homofermentatif digunakan dalam

pengawetan makanan karena produksi asam laktat dalam jumlah besar dan mampu menghambat bakteri penyebab kebusukan makanan dan bakteri patogen lainnya. Sedangkan golongan heterofermentatif lebih ditujukan kepada pembentukan flavourdan komponen aroma, seperti asetaldehid dan diasetil (Farida, 2006).

Bakteri asam laktat disebut sebagai probiotik, probiotik adalah mikroorganisme hidup yang mana ketika dikonsumsi dalam jumlah yang cukup memberi manfaat kesehatan terhadap inangnya (FAO/WHO,2001 dalam Velez et al., 2007).

Kemampuan Bakteri Asam Laktat menghasilkan senyawa antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba lainnya menjadikannya sebagai agen pengendali hayati secara biologi yang aman dan ramah lingkungan. Berdasarkan penelitian sebelumnya dilakukan pengujian kemampuan BAL dalam menghambat patogen Streptococcus agalactiae diantaranya Pediococcus pentosaceus. Selanjutnya beberapa spesies BAL yang memiliki aktivitas penghambatan yaitu Weissella confuse dan spesies dari genus Lactobacillus yaitu L. acidophilus, L. brevis, L. fermentum, dan L. lactis(Sernaet al, 2012dalamMayasari, 2013).

Bakteri asam laktat memiliki aktivitas antimikroba karena memproduksi asam organik yaitu asam laktat, asam format dan asam asetat, diasetil, H2O2,

CO2serta bakteriosin. Senyawa-senyawa lain yang juga diproduksi oleh BAL dalam

jumlah yang lebih kecil dari pada asam laktat dan asetat ialah asam format, asam lemak bebas, ammonia, etanol, H2O2, diasetil, asetoin, enzim bakteriolitik,

Referensi

Dokumen terkait

DAFTAR PESERTA CPNS HONORER. Katagori 2

Pada proses pembakaran yang terjadi pada mesin crane ini adalah dari tangki bahan bakar kemudian, pompa penyalur, saringan bahan bakar, pompa injeksi, injector,ruang bakar,

Mengesahkan Postal Payment Services Agreement (Persetujuan Layanan Pembayaran Pos) yang naskah aslinya dalam Bahasa Perancis dan terjemahannya dalam Bahasa Inggris

Las Busur CO2 yang dipergunakan dalam Pengelasan Propeller Shaft tipe F-series menggunakan kawat elektroda dengan diameter 1,6 mm dan Las Busur CO2 yang dipergunakan dalam

Apabila terjadi perbedaan penafsiran antara naskah terjemahan Peraturan Umum dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia dengan naskah aslinya dalam Bahasa Perancis

Based on the scope of works, assumptions, data and information acquired from the Company's management which was used in the preparation of this fairness opinion report,

Keunggulan software ini adalah bisa menghapus seluruh data yang ada didalam harddisk seperti, file, folder, direktori, tabel file, partisi, boot record dan virus jika ada,

Arah pembelajaran bahasa Jawa, adalah untuk (1) menyelaraskan keberadaan bahasa, sastra, dan aksara Jawa sebagai unsur kebudayaan Jawa untuk mewujudkan keadaan masyarakat yang