• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN LITERATUR - Literasi Informasi Mahasiswa Baru Pengguna Perpustakaan Universitas Negeri Medan Tahun Akademik 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN LITERATUR - Literasi Informasi Mahasiswa Baru Pengguna Perpustakaan Universitas Negeri Medan Tahun Akademik 2014/2015"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1. Pengertian dan Konsep Literasi Informasi

Literasi informasi sebagai kemampuan mengidentifikasi, mencari, menemukan, mengevaluasi, dan memanfaatkan informasi yang dibutuhkan secara efektif bukanlah merupakan keterampilan baru yang muncul sebagai tuntutan di era informasi. Konsep literasi informasi sebenarnya telah diartikan dan dilakukan sejak lama, dengan menggunakan istilah seperti study skills, research skills, dan library skills.

Dalam konteks perpustakaan dan informasi, literasi informasi berkaitan dengan kemampuan mengakses dan memanfaatkan secara benar sejumlah informasi yang tersedia baik di dalam perpustakaan maupun berada di luar gedung perpustakaan (Hasugian 2009, 200).

Konsep literasi informasi sebenarnya telah ada sejak lama tetapi belum begitu dikenal di Indonesia, hingga akhir tahun 1990-an dimana penggunaan sumberdaya informasi elektronik sudah membudaya sehingga istilah literasi informasi semakin dikenal luas. Konsep literasi informasi berkaitan pula dengan perpustakaan, dimana konsep literasi informasi berkenaan dengan konsep keterampilan perpustakaan dalam mengakses serta memanfaatkan informasi dan sumberdaya perpustakaan secara efektif.

Menurut Association of College and Reserach Libraries (ACRL 2000), literasi informasi diartikan “kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi informasi yang dibutuhkannya, mengakses dan menemukan informasi, mengevaluasi informasi, dan menggunakan informasi secara efektif dan etis.”

Hal senada juga dikemukakan Chartered Institute of Library and Information Professional (CILIP 2005, 2) sebagai berikut “information literacy knowing when and why you need information, where to find it, and how to

(2)

informasi tersebut, bagaimana mengevaluasi informasi yang didapat, menggunakannya serta mengkomunikasikannya secara etis).

Pada umumnya dari berbagai definisi mengenai literasi informasi yang telah dikembangkan berbagai institusi pendidikan, organisasi professional, dan individual, memiliki kesamaan definisi yang ditawarkan dalam Final Report of The American Library Association (ALA). Dinyatakan bahwa literasi informasi adalah serangkaian kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk menyadari kapan informasi dibutuhkan dan memiliki kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien, dimana kemampuan literasi informasi dapat membuat seseorang menjadi individu yang melek informasi.

Zurkowski merupakan orang pertama yang menggunakan konsep literasi informasi menyatakan bahwa orang yang terlatih untuk menggunakan sumber-sumber informasi dalam menyelesaikan tugas mereka disebut individu yang melek informasi (information literate). Mereka telah mempelajari teknik dan kemampuan menggunakan alat-alat dan sumber utama informasi dalam pemecahan masalah mereka (Behrens 1994, 310).

Konsep ini sejalan dengan pendapat Burchinal seperti dikutip oleh Iman (2013) sebagai berikut:

Untuk menjadi individu yang melek informasi, dibutuhkan serangkaian keahlian, antara lain bagaimana cara mencari dan menggunakan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan secara efektif dan efisien.

University of Maryland University College (UMUC) menyatakan bahwa kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi individu yang melek informasi (information literate), meliput i:

1. Menggunakan informasi dan sumber daya perpustakaan baik di dalam perpustakaan maupun melalui sarana elektronik secara efektif dan efisien.

2. Memilih sumberdaya terbaik untuk digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan informasi, tidak hanya sumberdaya yang paling mudah atau familiar.

(3)

4. Mengutip sumber-sumber secara tepat dan akurat.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, diketahui bahwa untuk dapat dikatakan sebagai individu yang melek informasi dibutuhkan serangkaian kemampuan. Dimana kemampuan tersebut berkaitan pula dengan pemanfaatan sumberdaya perpustakaan, baik di dalam perpustakaan maupun melalui sumberdaya elektronik. Perpustakaan memiliki peranan penting dan berkontribusi besar untuk membentuk masyarakat informasi yang berpikir kritis dan menjadi pembelajar seumur hidup.

Sesuai dengan ruang lingkup penelitian, pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada keterampilan mahasiswa sebagai pengguna perpustakaan dalam mengakses dan memanfaatkan sumberdaya informasi yang terdapat di dalam perpustakaan maupun melalui sumberdaya elektronik yang dilanggan Perpustakaan UNIMED.

2.2. Tujuan dan Manfaat Literasi Informasi

The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menyatakan bahwa literasi informasi memampukan seseorang untuk menafsirkan informasi sebagai pengguna informasi dan menjadi penghasil informasi bagi dirinya sendiri. UNESCO (2007) juga menyatakan bahwa tujuan literasi informasi adalah:

1. Memampukan seseorang agar mampu mengakses dan memperoleh informasi mengenai kesehatan, lingkungan, pendidikan, dan pekerjaan. 2. Memandu mereka dalam membuat keputusan yang kritikal mengenai

kehidupan mereka.

3. Lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan dan pendidikan.

University of Maryland University College (UMUC) menyatakan bahwa tujuan literasi informasi bagi mahasiswa undergraduate, meliput i:

1. Menentukan sifat dan tingkat informasi yang dibutuhkan.

2. Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien.

3. Mengevaluasi informasi dan sumber-sumber yang kritis dan menggabungkan informasi yang dipilih menjadi dasar pengetahuannya.

(4)

5. Memahami masalah ekonomi, hukum, dan sosial seputar penggunaan informasi dan akses, serta menggunakan informasi secara etis dan legal.

Dari beberapa pendapat di atas, diketahui bahwa literasi informasi memiliki tujuan untuk memberikan serangkaian keterampilan dan pengetahuan kepada seseorang untuk memenuhi kebutuhan informasinya dengan cara memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Menurut Hancock (2004, 1) manfaat literasi informasi, meliputi:

1. Untuk Pelajar

Dengan literasi informasi, pelajar memiliki peran yang aktif dalam proses belajar mengajar dan dituntut untuk belajar secara mandiri. Sedangkan pengajar hanya akan menjadi fasilitator. Mahasiswa tidak akan tergantung kepada pengajar karena dapat belajar secara mandiri dengan kemampuan literasi informasi yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat dari penampilan dan kegiatan mereka di lingkungan belajar. Pelajar yang melek informasi merupakan konsumen yang potensial dari sumber-sumber informasi. Mahasiswa yang literat juga akan berusaha belajar mengenai berbagai sumber daya informasi dan cara penggunaan sumber-sumber informasi, serta akan menjadi lebih kritis ketika menggunakan sumber informasi.

2. Untuk Masyarakat

Literasi informasi bagi masyarakat sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam lingkungan pekerjaan. Masyarakat yang literat mengetahui cara menggunakan informasi untuk mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam membuat keputusan misalnya saat mencari bisnis atau mengelola bisnis dan berbagi informasi dengan orang lain.

3. Untuk Pekerja

Kemampuan menghitung dan membaca belum cukup dalam dunia pekerjaan saat ini dan di masa mendatang. Perusahaan menuntut kepada setiap pekerja untuk memiliki kemampuan lebih, apalagi dalam era global ini, informasi dapat dikirim dalam hitungan detik dengan jumlah yang besar. Ledakan informasi saat ini mengharuskan adanya pemilihan dan pengevaluasian terhadap informasi yang ada. Oleh sebab itu, pekerja harus mampu menyortir dan mengevaluasi informasi yang diperoleh. Bagi pekerja, dengan memiliki literasi informasi akan mendukung dalam melaksanakan pekerjaan, memecahkan berbagai masalah terhadap pekerjaan yang dihadapi dan dalam membuat kebijakan.

(5)

mengambil keputusan-keputusan ketika menghadapi berbagai masalah maupun ketika membuat suatu kebijakan, membantu setiap individu maupun organisasi untuk tetap bertahan dalam persaingan di era globalisasi informasi, dan literasi informasi juga memungkinkan terciptanya sebuah pengetahuan baru yang akan berguna untuk kehidupan di masa mendatang.

2.3. Model Literasi Informasi

Dalam perkembangannya, literasi informasi memunculkan berbagai jenis model literasi informasi yang dapat diterapkan pada pelajar, masyarakat umum, dan pegawai kantoran. Beberapa model literasi informasi yang sudah banyak diterapkan di perguruan tinggi, yaitu:

1. The Big6™

The Big 6 dikembangkan di AS oleh dua pustakawan, Mike

Eisdenberg dan Bob Berkowitz. The Big 6 menggunakan pendekatan pemecahan masalah untuk mengajar informasi dan keterampilan informasi serta teknologi. Model The Big 6 terdiri dari 6 tahap pemecahan masalah, pada masing-masing tahap dikelompokkan dua sub langkah atau komponen.

2. Seven Pillars model

SCONUL (Standing Conference of National and University Libraries) di Inggris mengembangkan model konseptual yang disebut Seven Pillars of Information Literacy. Keterampilan dasar literasi informasi (pilar 1 sampai 4) merupakan dasar bagi semua isu dan topik, dapat diajarkan pada semua tingkat pendidikan. Keterampilan tersebut juga diperkuat dan diperkaya melalui penggunaan berkala serta pembelajaran sepanjang hayat, umumnya melalui program dan sumber yang disediakan oleh perpustakaan. Untuk mencapai pilar 5 sampai 7, tantangan yang dihadapi lebih besar karena keanekaragaman orang. Model Seven Pillar terdiri dari 2 himpunan keterampilan dan 7 pilar, yaitu:

a. How to find and how to access the information.

a) Identify; Kemampuan mengidentifikasi kebutuhan

informasi (Pilar Pertama).

b) Scope; Kemampuan membedakan cara mengatasi

kesenjangan dan mengetahui sumber informasi mana yang paling besar peluangnya memuaskan kebutuhan (Pilar Kedua).

c) Plan; Kemampuan membangun strategi penelusuran (Pilar Ketiga).

d) Gather; Kemampuan menemukan dan mengakses

(6)

b. How to understand and use the information.

a) Evaluate; Kemampuan membandingkan dan

mengevaluasi, mengetahui bagaimana mengakses relevansi dan kualitas informasi yang ditemukan (Pilar Kelima).

b) Manage; Kemampuan mengorganisasi, menerapkan dan

mengkomunikasikan, mengetahui bagaimana merangkaikan informasi baru dengan informasi lama, mengambil tindakan atau membuat keputusan dan akhirnya bagaimana berbagi hasil temuan informasi tersebut dengan orang lain (Pilar Keenam).

c) Present; Kemampuan menerapkan pengetahuan yang

diperoleh, mengetahui bagaimana mengasimilasikan informasi dari berbagai jenis sumber informasi untuk keperluan menciptakan pengetahuan baru (Pilar Ketujuh).

3. Empowering 8

Model literasi Empowering 8 menggunakan pendekatan pemecahan masalah berupa resource-based learning yaitu suatu kemampuan untuk belajar berdasarkan sumber datanya. Model literasi ini dihasilkan dari dua workshop yaitu di Kolombo tahun 2004 dan di Patiala-India tahun 2005. (Sulistyo-Basuki 2013).

Model The Big6, Seven Pillars, dan Emporering 8 mempunyai persamaan, bahwa model literasi informasi adalah mengidentifikasi topik, strategi pencarian informasi, menemukan dan akses informasi, mengorganisasikan informasi dan mengevaluasi informasi. Sedangkan perbedaannya terletak pada kemampuan menciptakan informasi, dan menilai informasi. (Beberapa komponen dari ketiga model literasi di atas dapat dilihat pada lampiran 2).

Dari ketiga model literasi informasi di atas, pembahasan dalam penelitian ini menggunakan model seven pillars, tetapi dibatasi pada himpunan keterampilan pertama yakni how to find and how to access the information,yaitu sampai pilar keempat diantaranya identify, scope, plan,dan gather. (lihat lampiran 2).

2.4. Literasi Informasi dalam Pendidikan Tinggi

(7)

dilakukan oleh mahasiswa dan dosen. Mereka melakukan ketiga dharma tersebut pada tingkat dan kepentingan yang berbeda, namun demikian materi utama dalam ketiga kegiatan dharma tersebut adalah informasi. Oleh sebab itu, kemampuan literasi informasi sangat dibutuhkan untuk mencapai tiga dharma pada pendidikan tinggi.

Dalam proses belajar mengajar pada pendidikan tinggi, sering ditemukan kesulitan mahasiswa dalam:

1. Memahami tugas yang diberikan sehingga apa yang dikerjakan tidak sesuai dengan tugas yang diberikan.

2. Menemukan ide untuk paper dalam topik tertentu atau ide penelitian untuk skripsi mereka.

3. Mendapatkan sumber informasi, sehingga sumber informasi kurang bervariasi dan cenderung menggunakan sumber atau format yang sama.

4. Menentukan pustaka yang tepat, sehingga enggan membaca karena berpikir bahwa buku-buku yang dipilih sebagai sumber informasi harus dibaca habis.

5. Mengutip sebuah sumber yang berhak cipta secara langsung maupun dengan membuat parafrase untuk menghindari plagiarisme.

6. Membuat kalimat yang beralur dari paragraf ke paragraf.

7. Mempresentasikan karyanya sehingga menghasilkan presentasi yang monoton, kurang informatif dan kurang tepat untuk audience yang dituju.

8. Mempelajari hal baru dengan cara yang aktif dan kreatif (Proboyekti 2008).

Beberapa masalah di atas dapat teratasi jika kemampuan literasi informasi menjadi suatu kemampuan yang diharuskan pada pendidikan tinggi. Karena itu pemberdayaan mahasiswa untuk memiliki literasi informasi harus dimulai.

Association of College and Research Libraries (ACRL 2000, 2-3) menyatakan bahwa mahasiswa dikatakan mempunyai keterampilan informasi (information literate) jika mampu:

1. Menentukan sifat dan cakupan informasi yang dibutuhkan. 2. Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien. 3. Mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya secara kritis. 4. Menggunakan informasi untuk menyelesaikan tujuan tertentu.

(8)

Sedangkan menurut Chartered Institute of Library and Information Professional(CILIP 2005, 4) terdapat 8 kriteria mahasiswa memiliki keterampilan literasi informasi, apabila memiliki pemahaman tentang:

1. A need for information. 2. The resources available. 3. How to find information. 4. The need to evaluate results.

5. How to work with or exploit results. 6. Ethics and responsibility of use.

7. How to communicate or share your findings.

8. How to manage your findings.

Secara garis besar Proboyekti (2008) meyatakan bahwa dalam hal literasi informasi, lembaga-lembaga yang berkaitan dengan perpustakaan seperti Association of College and Research Libraries (ACRL), Chartered Institute of Library and Information Professionals (CILIP), dan Society of College, National and University Libraries (SCONUL) memberi perhatian khusus pada literasi informasi di perguruan tinggi. Bahkan literasi informasi sudah seharusnya disinergikan dengan kurikulum. Memasukkan literasi informasi ke dalam kurikulum adalah salah satu impian perpustakaan-perpustakaan di segala tempat yang peduli pada literasi informasi. Kenyataannya tidak semua pimpinan perguruan tinggi menyadari pentingnya literasi informasi, atau menganggap kemampuan itu dapat dengan mudah diperoleh sejalan dengan proses belajar mengajar di perguruan tinggi.

(9)

Manfaat kompetensi literasi informasi dalam pendidikan tinggi menurut California State University seperti dikutip oleh Hasugian (2009, 204) yaitu:

1. Menyediakan metode yang telah teruji untuk dapat memandu mahasiswa kepada berbagai sumber informasi yang terus berkembang. Sekarang ini individu berhadapan dengan informasi yang beragam dan berlimpah. Informasi tersedia melalui perpustakaan, sumber-sumber komunitas, organisasi khusus, media, dan internet.

2. Mendukung usaha nasional untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Lingkungan belajar yang proaktif mensyaratkan setiap mahasiswa memiliki kompetensi literasi informasi. Dengan keahlian informasi tersebut maka mahasiswa akan selalu dapat mengikuti perkembangan bidang ilmu yang dipelajarinya.

3. Menyediakan perangkat tambahan untuk memperkuat isi perkuliahan. Dengan kompetensi literasi informasi yang dimilikinya, maka mahasiswa dapat mencari bahan-bahan yang berhubungan dengan perkuliahan sehingga dapat menunjang perkuliahan tersebut.

4. Meningkatkan pembelajaran seumur hidup. Meningkatkan pembelajaran seumur hidup adalah misi utama dari institusi pendidikan tinggi. Dengan memastikan bahwa setiap individu memiliki kemampuan intelektual dalam berpikir secara kritis yang ditunjang dengan kompetensi informasi yang dimilikinya maka individu dapat melakukan pembelajaran seumur hidup secara mandiri.

Candy (Candy, Crebert, dan O’Leary 1994) mengatakan “Access to, and critical use of information and of information technology is absolutely vital to

lifelong learning, and accordingly no graduate —can be judged educated unless

he or she is information literate”.

Dari pernyataan tersebut Candy, Crebert, dan O’Leary mengungkapkan bahwa seorang tidak dapat dinyatakan lulus, bilamana ia belum menyandang status sebagai information literate person. Maksudnya, untuk melakukan hal yang demikian, lembaga pendidikan tinggi harus menetapkan literasi informasi sebagai sebuah standar kompetensi (sebagai syarat) yang wajib dimiliki oleh setiap peserta didik sebelum meninggalkan universitas (Iman 2013, 82).

(10)

University, dan University of Maryland University College (UMUC) yang mempunyai kelas literasi informasi pada tahun pertama perkuliahan, dengan maksud memperkenalkan langkah-langkah dalam proses penelitian dan strategi untuk mencari berbagai sumber daya elektronik secara efektif. Kelas ini juga memberikan kesempatan untuk berlatih mengevaluasi dan mengutip hasil penelitian.

2.4.2. Standar Kompetensi Literasi Informasi untuk Pendidikan Tinggi Rumusan tentang standar kompetensi literasi informasi untuk pendidikan tinggi dilakukan oleh Komite Standar ACRL dan disetujui oleh Dewan Direksi Association of College and Research Libraries (ACRL) pada 18 Januari 2000. ACRL telah mengeluarkan lima standar literasi informasi dalam dunia perguruan tinggi dan kelima standar tersebut memiliki 22 indikator. Standar literasi ini berisi daftar sejumlah kemampuan yang digunakan dalam menentukan kemampuan seseorang dalam memahami informasi. Dalam standar ini terdapat cara bagaimana mahasiswa dapat berinteraksi dengan informasi. Standar ini juga digunakan oleh fakultas, pustakawan, dan staf lainnya dalam mengembangkan metode untuk mengukur pembelajaran mahasiswa sesuai dengan misi institusi tersebut. Standar kompetensi literasi informasi dari ACRL (2000, 8) tersebut yaitu:

1. Mahasiswa yang literat informasi mampu menentukan jenis dan sifat informasi yang dibutuhkan.

a. Mahasiswa mendefinisikan dan menyampaikan kebutuhan informasinya.

b. Mahasiswa mengidentifikasi berbagai jenis dan bentuk sumber informasi yang potensial.

c. Mahasiswa mempertimbangkan biaya dan keuntungan yang diperoleh dari informasi yang dibutuhkan.

d. Mahasiswa mengevaluasi kembali sifat dan batasan informasi yang dibutuhkan.

2. Mahasiswa yang literat informasi mengakses kebutuhan informasi secara efektif dan efisien.

a. Mahasiswa memilih metode penelitian dan sistem temu kembali informasi yang paling tepat untuk mengakses informasi yang dibutuhkan.

(11)

c. Mahasiswa melakukan sistem temu kembali secara online atau pribadi dengan menggunakan berbagai metode.

d. Mahasiswa memperbaiki strategi penelusuran jika diperlukan. e. Mahasiswa mengutip, mencatat, serta mengolah informasi dan

sumber-sumbernya.

3. Mahasiswa yang literat mengevaluasi informasi dan sumber-sumber secara kritis dan menjadikan informasi yang dipilih sebagai dasar pengetahuan.

a. Mahasiswa meringkas ide utama yang dikutip dari informasi yang dikumpulkan.

b. Mahasiswa menentukan dan menerapkan kriteria awal untuk mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya.

c. Mahasiswa mampu mensintesis ide utama untuk membangun konsep baru.

d. Mahasiswa membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama untuk menentukan nilai tambah, kontradiksi, atau karakteristik informasi unik lainnya dari informasi.

e. Mahasiswa menentukan apakah pengetahuan baru memberi dampak terhadap sistem nilai individu dan mengambil langkah-langkah untuk menyatukan perbedaan.

f. Mahasiswa menyetujui pemahaman dan penafsiran orang lain atau para ahli mengenai informasi dengan cara berdiskusi.

g. Mahasiswa menentukan bila query perlu direvisi.

4. Mahasiswa yang literat menggunakan dan mengkomunikasikan informasi dengan efektif dan efisien.

a. Mahasiswa menerapkan informasi baru dan yang terdahulu untuk merencanakan dan menciptakan hasil.

b. Mahasiswa merevisi proses pengembangan untuk hasil.

c. Mahasiswa mengkomunikasikan hasil secara efektif kepada orang lain.

5. Mahasiswa yang literat informasi memahami isu ekonomi, hukum, dan sosial sekitar penggunaan dan pengaksesan informasi secara etis dan hukum.

a. Mahasiswa memahami isu-isu ekonomi, hukum, dan aspek sosial mengenai informasi dan teknologi informasi.

b. Mahasiswa mematuhi hukum, peraturan, kebijakan intitusi, dan etika yang berhubungan dengan pengaksesan dan penggunaan sumber informasi.

c. Mahasiswa mengetahui penggunaan sumber-sumber informasi dalam mengkomunikasikan informasi.

2.5. Literasi Informasi dalam Perpustakaan

(12)

lebih populer, karena telah terjadi perubahan agenda dalam dunia pendidikan dan juga karena adanya perkembangan hybrid library menjadi digital library (Salmubi 2007).

Pendapat lain dikemukakan oleh Pendit (2008), sebagai berikut:

Pada perpustakaan, konsep literasi informasi bermula dari pendidikan pemakai di perpustakaan. Prinsip kegiatan yang ada dalam pendidikan pemakai sama dengan apa yang akan dikembangkan melalui program-program literasi informasi, yaitu mengembangkan kemampuan pengguna dalam menetapkan hakikat dan rentang informasi yang dibutuhkan, mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien, mengevaluasi informasi dan sumbernya secara kritis, menggunakan informasi untuk keperluan tertentu.

Perpustakaan perguruan tinggi pada umumnya membekali mahasiswa dengan literasi yang berkaitan dengan kegiatan perpustakaan yaitu cara mengakses koleksi perpustakaan. Peningkatan layanan biasanya lebih tertuju pada fasilitas komputer atau lab komputer, koneksi internet nirkabel, jenis koleksi, dan sistem informasi perpustakaan. Dengan fasilitas IT tersebut, kemampuan yang menjadi sorotan adalah literasi komputer. Mahasiswa diarahkan memiliki kemampuan mengoperasikan komputer, sehingga paling tidak, masalah penggunaan OPAC terselesaikan. Beberapa keterampilan yang biasanya diajarkan perpustakaan adalah :

1. Orientasi perpustakaan: cara menggunakan koleksi dan memanfaatkan layanan perpustakaan.

2. Pengoperasian komputer dan Internet.

3. Penelusuran artikel pada online database yang dilanggan.

4. Pemanfaatan layanan online kampus: email, forum mahasiswa, file transfer, e-class dan sebagainya (Proboyekti 2008).

2.5.1. Keterampilan Perpustakaan

Menurut Thomas (2004, 27) “keterampilan perpustakaan terdiri atas kemampuan dalam menggunakan fasilitas atau alat penelusuran perpustakaan, menggunakan strategi penelusuran dan model penelusuran informasi.”

(13)

Definisi Thomas dan Chall memberikan pemahaman bahwa keterampilan perpustakaan merupakan kemampuan yang dimiliki pengguna untuk dapat memanfaatkan fasilitas dan sejumlah koleksi yang disediakan dengan cara mengindentifikasi, mengakses, membandingkan dan mengevaluasi, mengorganisir, serta menerapkan informasi yang tersedia dalam berbagai format. Pengguna harus memiliki keterampilan perpustakaan untuk mempermudah dalam pemenuhan kebutuhan informasinya, untuk mencapai hal tersebut pendidikan pemakai (library instruction) pada perpustakaan semakin dibutuhkan peranannya.

Perpustakaan hendaknya secara bijaksana dapat memformulasikan program pendidikan pemakai dengan perubahan yang terjadi dalam dunia informasi. “Salah satu dari tujuan pendidikan pemakai perpustakaan pada era informasi ini ialah untuk membentuk keahlian/kemampuan menggunakan perpustakaan bagi pengguna perpustakaan” (Hasugian 2002, 7).

2.5.1.1. Komponen Keterampilan Perpustakaan

Menurut Chall dan Tan yang dikutip oleh Hasugian (2002, 3) terdapat 5 (lima) komponen yang perlu diperhatikan untuk mengetahui library skills mahasiswa sebagai pengguna utama perpustakaan perguruan tinggi yaitu:

1. Penggunaan Perpustakaan Sebelumnya (Previous Library Use) dan Pendidikan pemakai (Library Instruction)

Penggunaan perpustakaan sebelumnya diartikan sebagai pengalaman seseorang menggunakan perpustakaan sebelum diterima menjadi mahasiswa, maksudnya apakah mahasiswa baru tersebut telah pernah menggunakan jasa layanan perpustakaan di sekolahnya atau perpustakaan lain sebelum diterima menjadi mahasiswa. Sedangkan, pendidikan pemakai diartikan sebagai pengajaran atau pelatihan menggunakan perpustakaan yang diberikan oleh guru atau pustakawan kepada mereka di sekolah asalnya.

2. Keterampilan Dasar Temu Balik Informasi (Basic Information Retrieval Skills)

Keterampilan dasar temu balik informasi diartikan sebagai keahlian atau kemampuan dasar yang dimiliki seseorang untuk melakukan kegiatan penelusuran dan temubalik informasi. Untuk menemu-balikkan informasi di Perpustakaan, ataupun dari berbagai media seperti database CD-ROM, dan dari berbagai situs di internet, diperlukan keterampilan dasar yang lajim disebut sebagai retrieval

skills. Indikator yang digunakan untuk mengetahui hal ini adalah

(14)

penelusuran dokumen berdasarkan titik akses judul, pengarang, subyek, nomor panggil (call number), dan melalui kata kunci

(keyword) tertentu, serta kemampuan melakukan penelusuran

informasi pada sejumlah situs web di internet dengan menggunakan

search engine tertentu. Kemampuan lain yang perlu dimiliki dalam

rangka temu balik informasi ialah kemampuan menelusur dengan menggunakan operator Boolean, menelusur dengan menggunakan teknik pemenggalan kata/istilah (truncation), dengan menggunakan teknik kedekatan kata/istilah (proximity), dan sebagainya.

3. Pengetahuan Dasar Referensi (Knowledge of Basic Reference Sources) Pengetahuan dasar referensi diartikan sebagai pengetahuan untuk mengenal sumber-sumber referensi dasar. Kemampuan untuk mengenal sumber-sumber referensi atau koleksi rujukan sangat diperlukan untuk menjawab atau menyelesaikan sejumlah masalah, khususnya masalah ilmiah.

4. Pengetahuan Dasar Bibliografi (Basic Bibliographic Knowledge)

Pengetahuan dasar bibliografi adalah menyangkut pengetahuan tentang dasar-dasar bibliografi. Termasuk dalam hal ini, kemampuan mengenal format dasar bibliografi atau daftar kepustakaan, dan membedakan format penulisan daftar suatu buku dengan jurnal/majalah yang dikutip (disitir) dalam suatu karya ilmiah. Ketidakmampuan untuk mengenal penulisan bibliografi yang dikutip/disitir dalam suatu karya ilmiah akan menyulitkan untuk mencari sumber utama yang digunakan oleh pengarang, dan juga akan mengalami kesulitan untuk membedakan judul artikel dengan judul buku.

5. Kecakapan Berbahasa Inggris (Proficiency in English)

Kecakapan berbahasa Inggris diartikan sebagai tingkat kemahiran berbahasa Inggris. Kemampuan ini sangat diperlukan, mengingat koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi umumnya kebanyakan berbahasa Inggris. Hal itu berarti bila seorang mahasiswa yang kurang atau tidak mahir berbahasa Inggris akan mengalami kesulitan dalam mengakses informasi yang dibutuhkannya baik melalui buku teks, maupun melalui sumber lainnya.

(15)

2.5.2. Penelusuran Informasi 2.5.2.1. Fitur Umum Penelusuran

Menurut Chowdury seperti yang dikutip oleh Hasugian (2000) terdapat sejumlah fasilitas penelusuran yang umum tersedia yaitu sebagai berikut:

1. Operator Boolean

Operator Boolean digunakan untuk membantu pembentukan konsep penelusuran dari beberapa istilah penelusuran. Merumuskan query dengan beberapa istilah dapat menggunakan Operator Boolean yang terdiri dari tiga kata konektor yaitu: AND, OR, dan NOT. Biasanya konektor ini digunakan untuk mencari informasi pada katalog online dan database elektronik. Di bawah ini penjelasan terhadap operator tersebut, yaitu:

a. Operator AND digunakan untuk menggabungkan dua atau lebih istilah yang digunakan dalam query sehingga mempersempit hasil penelusuran atau memfokuskan penelusuran.

b. Operator OR untuk mencari semua sumber informasi yang mengandung salah satu kata kunci atau keduanya sehingga memperluas pengambilan termasuk sinonim dan istilah terkait. c. Operator NOT digunakan untuk mengesampingkan (exclude)

hasil penelusuran yang memiliki konsep berhubungan tetapi tidak dikehendaki.

2. Proximity Searching

Penelusuran kedekatan (Proximity Searching) adalah fitur yang biasa atau yang umum disediakan pada sistem temu balik teks, mencakup pangkalan data terpasang. Tujuan penelusuran kedekatan adalah untuk memperbaiki atau memurnikan pertanyaan penelusuran dengan memperbolehkan penelusur menetapkan hubungan kata-kata. Fasilitas penelusuran ini memperbolehkan pengguna menentukan apakah dua istilah penelusuran harus saling berdekatan satu sama lain, apakah satu atau lebih kata terdapat diantara istilah penelusuran, atau apakah istilah penelusuran harus terdapat pada satu ruas, kalimat atau pada suatu paragraf yang sama. Proximity Searching terdiri dari empat kata konektor yaitu: Same (S), With (W), Adjacency (ADJ), dan Near (N).

3. Truncation

Penelusuran dengan cara truncation (pemenggalan) dimaksudkan untuk memungkinkan suatu penelusuran dipandu atau diarahkan untuk mendapatkan semua bentuk kata yang berbeda, akan tetapi mempunyai akar kata yang sama. Dengan menggunakan tanda atau simbol truncation (#, *, atau $), suatu kata istilah dipenggal atau dipotong pada posisi tertentu, misalnya di kiri, di kanan atau pada keduanya. 4. String Searching

(16)

file (file yang terindeks), melainkan hanya tersimpan dalam sequential

file (file yang tersusun berdasarkan urutan pemasukan data).

Penelusuran string (string searching) tidak didasarkan pada interveted file, akan tetapi mengambil data langsung dari cantuman bibliografis dalam sequential file. Fasilitas string searching memperbolehkan pengguna menelusur istilah-istilah yang belum terindeks. Karena proses penelusuran string adalah mencocokkan karakter istilah penelusuran dengan karakter cantuman-cantuman yang tersimpan pada simpanan (file) sequential yang belum terindeks, sehingga penelusuran ini sangat lambat, terutama untuk pangkalan data yang besar.

5. Stemming

Penelusuran dengan stemming adalah penelusuran dengan mencari kata dasar, sehingga dengan stemming semua dokumen yang mengandung istilah turunan dari suatu kata dasar akan terpanggil. Secara sederhana, penelusuran dengan stemming akan memanggil atau menemukan semua dokumen yang berisikan istilah turunan dari suatu kata dasar.

2.5.2.2. Penelusuran Katalog

Katalog Akses Umum Talian (KAUT) menggantikan kartu-kartu dan lemari katalog. Dengan berkembangnya teknologi komputer PC dan jaringan, penyediaan KAUT dengan cepat meluas tidak saja di dalam suatu gedung perpustakaan tetapi mencakup satu institusi seperti kampus universitas. Kemudian dengan tersedianya jaringan global internet, KAUT berbagai perpustakaan pun disediakan untuk diakses dari tempat yang jauh (remote access) tanpa mengenal batas negara (Siregar 2008, 2).

Tedd seperti yang dikutip oleh Hasugian (2009, 154) menyatakan bahwa OPAC adalah:

Sistem katalog terpasang yang dapat diakses secara umum, dan dapat dipakai pengguna untuk menelusur pangkalan data katalog, untuk memastikan apakah perpustakaan menyimpan karya tertentu, untuk mendapatkan informasi tentang lokasinya, dan jika sistem katalog dihubungkan dengan sistem sirkulasi, maka pengguna dapat mengetahui apakah bahan pustaka yang sedang dicari sedang tersedia di perpustakaan atau sedang dipinjam.

(17)

Dalam penelusuran melalui OPAC dapat mengakses lebih dari tiga titik penelusuran, yakni selain pengarang, judul, subyek, dan nomor klasifikasi penelusuran juga dapat dilakukan melalui kata kunci (keyword).

Beberapa contoh perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki fasilitas penelusuran informasi melalui katalog terpasang, diantaranya:

1. Universitas Indonesia (http://lib.ui.ac.id/opac/ui/). 2. Universitas Sumatera Utara (http://digilib.usu.ac.id/). 3. Universitas Gajah Mada (http://opac.lib.ugm.ac.id/). 4. Universitas Negeri Medan (http://library.unimed.ac.id/).

2.5.2.3. Penelusuran Database Bibliografis

2.5.2.3.1. Database Konten Lokal (Institutional Repository/IR)

Local content atau biasa diartikan ‘isi lokal’ mencakup koleksi lokal (local collection) dan literatur kelabu (grey literature). Koleksi lokal adalah buku-buku dan dokumen yang berkenaan dengan topik yang sifatnya lokal. Sedangkan literatur kelabu mencakup semua karya ilmiah dan non-ilmiah yang dihasilkan perguruan tinggi atau lembaga induk lainnya dari perpustakaan yang bersangkutan. Literatur kelabu ini wajib disimpan di perpustakaan dengan keputusan pimpinan lembaga induknya seperti: skripsi, tesis, disertasi, makalah-makalah (seminar, simposium, dan konferensi), laporan penelitian atau laporan kegiatan, dan publikasi internal (jurnal, buku, majalah, buletin) (Arianto 2014, 2).

Database konten lokal pada perguruan tinggi sering disebut dengan repositori (repository). Menurut Lynch (2003), “a university-based institutional repository is a set of services that a university offers to the members of its

community for the management and dissemination of digital materials created by

the institution and its community members.”

(18)

Beberapa contoh perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki database konten lokal, diantaranya:

1. Universitas Indonesia (http://repository.ui.ac.id/).

2. Universitas Sumatera Utara (http://repository.usu.ac.id/). 3. Universitas Gajah Mada (http://repository.ugm.ac.id/). 4. Universitas Negeri Medan

2.5.2.3.2. Database Bibliografis Berbayar/Dilanggan

Database bibliografis berbayar/dilanggan dapat diakses dengan dua cara, yakni dari dalam jaringan lingkungan perpustakaan (intranet) tanpa account dan password, serta dari luar lingkungan perpustakaan (internet) dengan account dan

password. Berikut merupakan database bibliografis yang secara umum dapat

dilanggan oleh perpustakaan. diantaranya:

1. Westlaw International (http://web2.westlaw.com/)

Memuat sekitar 962 judul jurnal internasional fulltext di bidang hukum yang terbit di manca negara terutama di Amerika Serikat, Eropa dan jurnal internasional lainnya, serta memuat case law, legislation, international treaties, selected textbooks/handbooks, legal dictionaries dan topik khusus dalam bidang international commercial arbitration, international trade, commercial, environment dan patens secara fulltext yang dapat diakses secara online.

2. ProQuest (http://www.proquest.com/)

(19)

3. EBSCO (http://www.ebscohost.com/)

EBSCO Information Services adalah penyedia layanan terkemuka

e-journal, e-book, paket langganan, alat manajemen sumber daya

elektronik, teks lengkap dan database sekunder, serta layanan terkait untuk semua jenis perpustakaan dan lembaga-lembaga penelitian.

2.5.2.3.3. Database Bibliografis Tidak Berbayar (Free)

Terdapat beberapa database bibliografis yang tidak berbayar (free) yang bisa diakses melalui internet dan menyediakan berbagai informasi ilmiah baik dalam bentuk abstract maupun fulltext. Beberapa contoh dari database bibliografis yang tidak berbayar, antara lain:

1. MEDLINE (Medical Literature Analysis and Retrieval System Online, or MEDLARS Online) merupakan database bibliografi dari ilmu pengetahuan dan informasi biomedis. Termasuk pula informasi bibliografi artikel dari jurnal akademik kedokteran, keperawatan, farmasi, kedokteran gigi, kedokteran hewan, dan perawatan kesehatan. MEDLINE juga mencakup banyak literatur dalam biologi dan biokimia, serta bidang-bidang seperti evolusi molekuler.

2. ScienceDirect

berisi jurnal dan buku elektronik dalam berbagai disiplin ilmu yang disediakan oleh penerbit Elsevier.

3. Intute (http://www.intute.ac.uk/) terdiri dari berbagai disiplin ilmu seperti, agriculture, biological sciences, education and research methods, humanities, law, mathematics and computer science, physical

sciences, psychology, social sciences, dan sebagainya.

2.5.2.4. Penelusuran Mesin Pencari

(20)

“Di bidang perpustakaan dan informasi, keberaksaraan informasi dikaitkan dengan kemampuan mengakses dan memanfaatkan secara benar sejumlah informasi yang tersedia di Internet.” (Pendit 2008, 119).

Banyak sekali situs yang berfungsi sebagai mesin pencari di internet saat ini, diantaranya adalah Google, Yahoo!, Lycos, Altavista, Bing, dan sebagainya. Adapula beberapa mesin pencari yang biasanya digunakan untuk penelusuran informasi khusus (scientific articles), diantaranya:

1. PubMed

PubMed is a free search engine accessing primarily the MEDLINE database of references and abstracts on life sciences and biomedical

topics. PubMed comprises more than 24 million citations for

biomedical literature from MEDLINE, life science journals, and online books. Citations may include links to full-text content from PubMed Central and publisher web sites.

2. Google Scholar

Google Scholar is a freely accessible web search engine that indexes the full text of scholarly literature across an array of publishing

formats and disciplines. Released in beta in November 2004, the

Google Scholar index includes most peer-reviewed online journals of Europe and America's largest scholarly publishers, plus scholarly books and other non-peer reviewed journals.

3. ERIC (Education Resources Information Center)

Citations from the educational literature including journals, books, curricula, guides, conferences and meetings, reports, dissertations, and audiovisual media. Some full-text available.

4. Microsoft Academic Search

Microsoft Academic Search is a free public search engine for academic papers and literature, developed by Microsoft Research for the purpose of algorithms research in object-level vertical search, data mining, entity linking, and data visualization. The database consists of the bibliographic information (metadata) for academic papers published in journals, conference proceedings, and the citations between them. As of February 2014, it has indexed over 39.9 million publications and 19.9 million authors. (California Department of Public Health 2014).

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pengembangan lapangan minyak, simulasi reservoir memegang peranan penting. Dengan memodelkan reservoir yang mewakilkan karakteristik reservoir dapat diketahui

1. Hitung nilai probabilitas untuk setiap harga pengamatan. Plot sampel data pada kertas probabilitas dimana sumbu x adalah data curah hujan dan sumbu y adalah nilai

Seperti yang terlihat pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2 ditinjau dari keseluruhan area dengan skenario 1, nilai RSSI didapatkan ialah dengan rata-rata sebesar -42,04 dBm (RSRP=

As broiler industry has the highest value in Thailand, the market share are consisting of Charoen Pokkapan (CP) 29%, Sunvalley Ltd. Domestic consumption of chicken meat is 0.99

B ł o ń ski was the translator and the editor of the selection of philo- sophical-critical texts of Gaston Bachelard and George Poulet (i.a.). Especially the last one made a signifi

Selain terkait masalah perhitungan bagi hasil mudharabah , penulis juga menganalisis dari segi rukun dan syaratnya, baik itu terkait dengan orang yang berakad (Aqidain) yaitu

Panduan : Untuk memilih file atau folder lebih dari satu, dapat dilakukan dengan cara memilih salah satu file atau folder yang dipilih, lalu pindahkan pointer mouse pada file