• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Metode Eksperimen Berbantuan Media Visual pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 2 Ampel Kecamatan Ampel Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Metode Eksperimen Berbantuan Media Visual pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 2 Ampel Kecamatan Ampel Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1.1 Mata Pelajaran IPA

2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata dalam bahasa inggris

yaitu natural science, artinya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan

alam atau bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu dapat disebut sebagai ilmu tentang

alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.

IPA adalah Ilmu Pengetahuan yang berhubungan dengan cara mencari

tahu tentang alam secara sistematis melalui suatu proses pengamatan, percobaan,

dan penemuan. Keterampilan proses pembelajaran IPA menekankan pada

pemberian pengalaman untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara alamiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk bersikap

dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang

lebih mendalam tentang alam sekitar.

Menurut H.W. Fowler dalam Abu Ahmadi (2008: 1), “IPA adalah ilmu

yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala

kebendaan dan didasarkan tertutama atas pengamatan dan induksi.” Sedangkan

IPA menurut Nash dalam Usman Samatowa (2010: 3), “IPA adalah suatu cara

atau metode untuk mengamati alam.”

Menurut Wahyana dalam Trianto (2010: 136), IPA adalah suatu kumpulan

pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum

terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh

adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, IPA adalah suatu

kumpulan teori yang tersusun secara sistematis, penerapannya secara umum

terbatas pada gejala-gejala alam yang ditandai dengan adanya kumpulan fakta,

(2)

2.1.1.2 Pembelajaran IPA SD

IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat

pendidikan IPA menjadi penting, IPA melatih anak berpikir kritis dan objektif.

Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur

kebenaran ilmu, rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal atau logi,

diterima oleh akal sehat. Objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan

kenyataan atau sesuai dengan pengalaman pengamatan panca indra.

Pembelajaran IPA yang baik bagi siswa SD adalah pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih keterampilan-keterampilan

proses IPA yang telah disesuaikan dengan tahap perkembangan struktur kognitif

siswa.

Keterampilan proses IPA yang didefinisikan oleh Paolo dan Marten dalam

Usman Samatowa (2010: 50), adalah: “(1) mengamati, (2) mencoba memahami

apa yang diamati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa

yang terjadi, (4) menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk

melihat apakah ramalan tersebut benar.” Pendidikan IPA SD lebih mengacu pada

persoalan-persoalan yang terjadi dikehidupan sehari-hari siswa dan terkait dengan

alam sekitar siswa. Siswa melakukan keterampilan proses IPA yng dijelaskan di

atas untuk membuktikan suatu teori atau memecahkan permasalahan yang sedang

dihadapi siswa.

2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA

Tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI sesuai KTSP, adalah sebagai berikut:

a. memperoleh keyakinan terhadap kebasaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaannya.

b. mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat.

d. mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

(3)

e. meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,

dan melestarikan lingkungan alam.

f. meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.

2.1.2 Metode Eksperimen

2.1.2.1 Pengertian Metode Pembelajaran

Metode atau yang sering disebut juga metoda, berasal dari Bahasa Yunani “Mhetodos” yang mempunyai arti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat

memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Menurut

Sugiartono (2007: 81), “metode pembelajaran berarti cara yang dilakukan dalam

proses pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal.”

Menurut Ahmad Sabri (2007: 49), metode pembelajaran adalah cara-cara

atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat

menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok. Agar

tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seorang guru harus

mengetahui berbagai metode pembelajaran. Dengan memiliki pengetahuan

mengenai sifat berbagai metode maka seorang guru akan lebih mudah menetapkan

metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa yang

dimaksud metode pembelajaran adalah keseluruhan cara yang digukan oleh guru

untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa baik secara individual

atau secara kelompok sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya,

penggunaan metode yang tepat akan berpengaruh pada penerimaan materi

pembelajaran oleh siswa.

Syarat-syarat yang harus diperhatikan seorang guru dalam penggunaan

(4)

a. metode yang dipergunakan harus harus dapat membangkitkan motif, minat

atau gairah belajar siswa.

b. metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih

lanjut, seperti melakukan inovasi dan eskpotasi.

c. metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa

untuk mewujudkan hasil karya.

d. metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan

kepribadian siswa.

e. metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar

sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.

f. metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan

nilai-nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa untuk

menentukan metode pembelajaran yang baik, seorang guru harus memperhatikan

syarat-syarat dalam pemilihan metode pembelajaran. Syarat metode pembelajaran

yang baik antara lain adalah: (1) metode yang dapat membangkitkan motif, minat

belajar siswa. (2) dapat merangsang pemikiran siswa untuk belajar lebih lanjut.

(3) dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk membuat atau mewujudkan

sebuah karya. (4) dapat mengembangkan kepribadian siswa. (5) dapat menuntun

siswa untuk memperoleh pengetahuan melalui belajar sendiri. (6) dapat

menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap siswa dalam kehidupan

sehari-hari. Guru sebagai pengajar hendaknya dapat memilih metode yang sesuai

dalam proses pembelajarannya, karena pemilihan metode yang sesuai akan

mempermudah pembelajaran dan pemahaman siswa menjadi lebih baik.

2.1.2.2 Pengertian Metode Eksperimen

Menurut Sumantri (2001: 136), “metode eksperimen adalah merupakan

(5)

Menurut Sitiatava Rizema Putra (2013: 132), metode eksperimen

bertujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban

atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan

sendiri. Selain itu, siswa juga bisa berlatih dalam cara berpikir ilmiah. Dengan

eksperimen , siswa pun mampu menemukan bukti kebenaran dari suatu teori yang

sedang dipelajarinya.

Dari kajian teori diatas dapat disimpulkan, bahwa metode eksperimen

adalah suatu metode yang melibatkan secara langsung peserta didik/siswa.

Dimana siswa menemukan jawabannya sendiri dari suatu persoalan-persoalan

atau masalah yang sedang dihadapi oleh siswa, sehingga siswa akan lebih mudah

mengingat apa yang telah ditemukannya. Selain itu, metode eksperimen dapat

bermanfaat untuk melatih siswa berpikir secara ilmiah dan melatih siswa untuk

menemukan bukti kebenaran suatu teori yang sedang dipelajarinya dari hasil

percobaan yang dilakukan siswa.

Dalam proses pembelajaran dengan metode eksperimen, siswa diberikan

kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu

proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik

kesimpulan sendiri mengenai suatu objek keadaan atau proses tertentu. Dengan

demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau

mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang

dialaminya itu. Penting juga diperhatikan, eksperimen atau percobaan yang

dilakukan tidak selalu harus dilaksanakan di dalam laboratorium, tetapi juga

dapat dilakukan diluar kelas atau di laboratorium, seperti di alam sekitar.

2.1.2.2 Tujuan Metode Eksperimen

Adapun berbagai tujuan dari metode eksperimen Menurut Sitiatava

Rizema Putra (2013: 134) ialah sebagai berikut.

a. Siswa mampu mengumpulkan fakta-fakta, informasi, atau data-data yang

diperoleh.

b. Melatih siswa dalam merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan

(6)

c. Melatih siswa dalam menggunakan logika berpikir induktif guna menarik

kesimpulan dari fakta, informasi, atau data yang terkumpul melalui percobaan.

Sedangkan tujuan dari metode eksperimen menurut Sumantri (2001: 136),

adalah sebagai berikut.

a. Agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data

yang diperoleh.

b. Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan

melaporkan percobaan.

c. Melatih peserta didik menggunakan logika berfikir induktif.

d. Menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, metode

eksperimen memilik beberapa tujuan yang berguna bagi perkembangan pemikiran

siswa dikarenakan metode eksperimen ini membuat peserta didik untuk belajar

secara mandiri membuktikan suatu fakta atau teori dengan melakukan sebuah

percobaan mulai dari merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan

percobaan. Dengan melakukan suatu percobaan siswa dapat berlatih menarik

kesimpulan dari fakta, informasi, atau data yang terkumpul serta menumbuhkan

cara berpikir secara rasional dan ilmiah.

2.1.2.3 Langkah-langkah Metode Eksperimen

Menurut Sitiatava Rizema Putra (2013: 135), ketika siswa akan

melaksanakan suatu eksperimen, maka guru perlu memperhatikan

prosedur-prosedur eksperimen, diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, ia harus memahami

masalah-masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen. Pada kegiatan ini

guru menjelaskan kepada siswa tentang tujuan yang akan dicapai melalui

kegiatan eksperimen dan menjelaskan masalah-masalah apa yang akan

dibuktikan melalui eksperimen.

b. Siswa perlu mengetahui tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan

digunakan dalam percobaan. Pada aspek ini guru menjelaskan dan

mengenalkan alat serta bahan apa saja yang perlu digunakan pada saat

(7)

c. Selama proses eksperimen berlangsung, guru harus mengawasi pekerjaan

siswa. Bila perlu, guru bisa memberi saran atau pertanyaan yang menunjang

kesempurnaan jalannya eksperimen.

d. Setelah eksperimen selesai, guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa,

serta mengevaluasi dengan tes atau sekedar tanya jawab. Tujuan dari evaluasi

adalah untuk mengetahui sejauhmana pemahaman yang dimiliki siswa setelah

melakukan eksperimen.

Dalam menggunakan metode eksperimen, agar memperoleh hasil yang

diharapkan, terdapat tiga langkah yang harus diperhatikan menurut Sitiatava

Rizema Putra (2013: 136), yakni:

a. Persiapan eksperimen

Dalam melakukan eksperimen, persiapan yang matang mutlak diperlukan agar

memperoleh hasil yang diharapkan. Dalam hal ini, ada beberapa langkah yang

harus diperhatikan adalah sebagai berikut.

1) Menetapkan tujuan eksperimen. Guru menetapkan tujuan yang akan

dicapai melalui kegiatan eksperimen.

2) Mempersiapkan berbagai alat atau bahan yang diperlukan. Guru

menyiapkan alat dan bahan apa saja yang diperlukan dalam proses

eksperimen.

3) Mempersiapkan tempat eksperimen. Tempat eksperimen bukan hanya bisa

dilakukan di laboratorium saja melainkan bisa di ruang kelas, dan atau di

lingkungan sekitar sekolah.

4) Mempertimbangkan jumlah siswa dengan alat atau bahan yang ada serta

daya tampung eksperimen. Membagi siswa kedalam kelompok sesuai

dengan alat dan bahan yang tersedia.

5) Mempertimbangkan apakah dilaksanakan sekaligus (serentak seluruh

siswa) atau secara bergiliran. Pada kegiatan eksperimen dapat dilakukan

secara keseluruhan maupun bergiliran disesuaikan dengan waktu dan

materi yang akan dieksperimenkan.

6) Berikan penjelasan mengenai sesuatu yang harus diperhatikan dan

(8)

dan membahayakan. Tugas guru untuk menjelaskan hal-hal apa saja yang

tidak boleh dilakukan saat melakukan eksperimen agar tidak terjadi hal-hal

yang tidak diinginkan.

b. Pelaksanaan eksperimen

Setelah semua persiapan kegiatan selesai, maka langkah selanjutnya adalah

sebagai berikut.

1) Siswa memulai percobaan. Saat siswa melakukan percobaan, guru

mengamati proses percobaan serta memberikan dorongan dan bantuan

terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa, sehingga eksperimen

tersebut dapat diselesaikan dan berhasil.

2) Selama eksperimen berlangsung, guru hendaknya memperhatikan situasi

secara keseluruhan. Sehingga, jika terjadi hal-hal yang menghambat, maka

bisa segera diselesaikan.

c. Tindak lanjut eksperimen

Setelah eksperimen dilakukan, kegiatan-kegiatan selanjutnya adalah sebagai

berikut.

1) Siswa mengumpulkan laporan eksperimen untuk diperiksa guru. Setelah

semua laporan dikumpulkan setiap kelompok mempresentasikan hasil

eksperimen mereka di depan kelas lalu kelompok yang lain menanggapi

dan guru menyimpulkan dan membenarkan materi hasil eksperimen.

2) Mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen,

serta memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan sekaligus peralatan

yang digunakan.

2.1.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen

Menurut Sitiatava Rizema Putra (2013: 138), metode eksperimen memiliki

beberapa kelebihan, antara lain:

a. metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau

kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima

informasi dari guru atau dari buku.

b. siswa bisa mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi

(9)

c. dengan metode ini, akan terbina manusia yang dapat menghadirkan

trobosan-trobosan baru dari penemuan, sebagai hasil percobaan, yang diharapkan

bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

d. siswa memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam melakukan

eksperimen.

e. siwa terlibat aktif dalam menggumpulkan fakta dan informasi yang diperlukan

saat percobaan.

f. siswa dapat menggunakan serta melaksanakan prosedur metode ilmiah dan

berpikir ilmiah.

g. siswa bisa memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif,

realitas, dan menghilangkan verbalisme.

h. siswa lebih aktif berpikir dan berbuat, karena hal itulah yang sangat

diharapkan dalam dunia pendidikan modern; siswa lebih aktif belajar sendiri

dengan bimbingan guru.

i. dengan eksperimen, siswa membuktikan sendiri kebenaran suatu teori,

sehingga akan mengubah sikapnya yang percaya terhadap hal-hal yang tidak

logis.

Sedangkan kelebihan metode eksperimen menurut Syaiful Bahri Djamarah

(2013: 84), ialah:

a. membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan

percobaannya.

b. dapat membina siswa untuk membuat trobosan-trobosan baru dengan

penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.

c. hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran

manusia.

Dari penjelasan para ahli tentang kelebihan metode eksperimen di atas

dapat disimpulkan, bahwa metode eksperimen ini memiliki banyak kelebihan bagi

peserta didik khususnya dalam pembentukan sikap pemikiran ilmiah siswa.

Dengan pemikiran ilmiah siswa mampu memecahkan suatu masalah yang

dihadapi dan membuktikan sendiri teori yang dipelajari siswa, sehingga

(10)

Menurut Sitiatava Rizema Putra (2013: 138), metode eksperimen memiliki

beberapa kelemahan, antara lain:

a. tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap siswa berkesempatan

mengadakan eksperimen.

b. jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, siswa harus menanti

untuk melanjutkan pelajaran.

c. kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru dalam

bereksperimen berakibat siswa keliru dalam menggambil kesimpulan.

d. sering kali mengalami kesulitan dalam melaksanakan eksperimen, karena guru

dan siswa kurang berpengalaman dalam melakukan eksperimen.

Sedangkan kelemahan metode eksperimen menurut Syaiful Bahri

Djamarah (2013: 84), ialah:

a. metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi.

b. metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak

selalu mudah diperoleh dan mahal.

c. metode ini menuntut ketelitian, keuletan, dan ketabahan.

d. setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena

mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar.

Dari penjelasan para ahli tentang kelemahan metode eksperimen di atas

dapat disimpulkan, bahwa kekurangan dari metode eksperimen ini adalah perlu

waktu yang lebih untuk melakukan percobaan, metode ini hanya bisa digunakan

dimata pelajaran yang berkitan dengan sains dan teknologi, keterbatasan pada alat

dan bahan percobaan, kadang setiap percobaan tidak berhasil, karena kurang

pemahaman siswa dan guru tentang percobaan yang akan dilakukan.

2.1.3 Media Pembelajaran

2.1.3.1 Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Gerlach & Ely dalam Sri Anitah (2012: 6), “media adalah grafik, fotografi,

(11)

menjelaskan informasi lisan atau visual.” Sedangkan menurut Syaiful Bahri

Djamarah (2013: 120), “media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan

sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran.”

Dari berbagai pengertian media di atas maka dapat disimpulkan bahwa,

media adalah segala benda atau alat yang berguna sebagai penyalur pesan untuk

menyajikan, memproses, dan menjelaskan informasi lisan atau visual yang dapat

merangsang siswa untuk belajar. Media ini dapat berupa grafik, fotografi,

elektronik, atau alat-alat mekanik.

Dengan kata lain, media pembelajaran merupakan alat bantu mengajar

yang dapat digunakan untuk menyalurkan materi yang disampaikan guru kepada

siswa dan merangsang pikiran, perasaan, dan perhatian siswa sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.1.3.2 Kegunaan Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk

menyampaikan pesan pembelajaran yang dapat memberi rangsangan bagi siswa

untuk untuk lebih tertarik dalam belajar, sehingga dapat meningkatkan kualitas

belajar mengajar dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Menurut Arief S. Sudiman. Dkk (2012: 17), secara umum media

pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:

a. memperjelas penyajian peran agar tidak terlalu bersifat verbalitas (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

b. mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra, seperti misalnya: (1) objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan replika, gambar,

c. penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif peserta didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk: (1) menimbulkan kegairahan belajar. (2) memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan. (3) memungkankan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

(12)

materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam: (1) memberikan perangsang yang sama. (2) mempersamakan pengalaman. (3) menimbulkan persepsi yang sama.

Dengan demikian media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat

penting, menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar

dalam membantu mempermudah penyampaian materi untuk siswa yang

diharapkan dapat tercapainya tujuan pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar

siswa.

2.1.3.3Media Gambar Diam (still picture)

Menurut Smaldino, dkk dalam Sri Anitah (2012: 8), “gambar atau

fotografi dapat memberikan gambaran tentang segala sesuatu, seperti: binatang,

orang, tempat, atau peristiwa.” Sedangkan menurut Edgar Dale dalam Sri Anitah

(2012: 8), “gambar dapat mengalihkan pengalaman belajar dari taraf belajar dengan lambang kata-kata ke taraf yang lebih konkrit (pengalaman langsung).” Gambar diam yang pada umumnya digunakan dalam pembelajaran, yaitu: potret,

kartupos, ilustrasi dari buku, katalog, dan gambar cetak. Melalui gambar dapat

diterjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang lebih realistis.

Manfaat media gambar sebagai media visual menurut Sri Anitah (2012: 9),

antara lain sebagai berikut:

a. menimbulkan daya tarik bagi siswa. Gambar dengan berbagai warna akan lebih menarik dan membangkitkan minat serta perhatian siswa. b. mempermudah pengertian siswa. Suatu penjelasan yang sifatnya

abstrak dapat dibantu dengan gambar sehingga siswa lebih mudah memahami apa yang dimaksud.

c. memperjelas bagian-bagian yang penting. Melalui gambar, dapat diperbesar bagian-bagian yang penting atau yang kecil sehingga dapat diamati lebih jelas.

d. menyingkat suatu uraian panjang. Uraian tersebut mungkin dapat ditunjukkan dengan sebuah gambar saja.

Ciri-ciri gambar yang baik menurut Sri Anitah (2012: 10), antara lain

sebagai berikut:

(13)

b. tidak terlalu kompleks. Jika gambar terlalu kompleks, perhatian siswa terbagi, akibatnya ada sesuatu yang justru penting tetapi tidak tertangkap oleh siswa.

c. realistis, maksudnya gambar itu seperti benda yang sesungguhnya atau sesuai dengan apa yang digambar.

Cara menunjukkan gambar menurut Sri Anitah (2012: 11), antara lain

sebagai berikut:

a. apa yang harus dicari siswa dalam gambar itu.

b. siswa harus mengerti bagaimana mempelajari gambar.

c. bagaimana hubungan gambar tersebut dengan materi pelajaran lain. d. bila gambar terlalu luas, berikan dalam seri-seri gambar yang

mempunyai ukuran logis.

e. waktu melihat gambar, mungkin tidak senua siswa dapat melihat dengan jelas, maka sesudah pembelajaran berakhir hendaknya gambar diletakkan ditempat yang dapat dijangkau oleh siswa.

2.1.3.4Sintaks Model Pembelajaran Eksperimen Berbatuan Media Visual Berdasarkan Standar Proses

Sintaks ini disusun berdasarkan langkah-langkah metode eksperimen dari

para ahli dan penggunaan media visual dalam pembelajarannya sesuai dengan

ketentuan standar proses.

No Kegiatan Keterangan Kegiatan

1 Awal a. Guru membuka pembelajaran dengan mengucap salam.

b. Guru member apersepsi dan motivasi kepada siswa.

c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2 Inti a. Siswa mendengarkan penjelasan guru, bahwa siswa akan

diajak belajar dengan menggunakan metode ekperimen

berbantuan media visual.

b. Guru memberikan gambaran awal tentang materi apa saja

yang akan menjadi bahan eksperimen.

c. Guru menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk

melakukan eksperimen.

d. Guru menyampaikan bahwa eksperimen akan dilakukan

secara berkelompok dan dilakukan di dalam kelas.

(14)

siswa sesuai dengan arahan dari guru.

f. Guru membagikan alat dan bahan yang diperlukan serta

membagikan lembar kegiatan eksperimen kesetiap

kelompok.

g. Siswa mengamati gambar tentang langkah-langkah dalam

melakukan setiap eskperimen yang ada di lembar

eksperimen.

h. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang

langkah-langkah dalam melakukan eksperimen melalui gambar yang

sudah dibagikan ke setiap kelompok.

i. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang aturan dalam

melakukan eksperimen agar tidak terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan.

j. Siswa melakukan eksperimen sesuai dengan tahapan-tahapan

yang sudah dijelaskan oleh guru.

k. Guru mengamati jalannya proses eksperimen yang dilakukan

siswa, jika ada siswa yang mengalami kesulitan guru

membimbing kelompok tersebut.

l. Siswa menjawab pertanyaan yang ada di lembar eksperimen

sesuai dengan hasil percobaan yang didapat oleh siswa.

m.Setelah setiap kelompok melakukan eksperimen, siswa

membuat laporan hasil eksperimen sesuai yang diperintahkan

guru.

n. Guru mengamati proses pembuatan laporan eksperimen dan

membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.

o. Setiap kelompok mengumpulkan laporan eksperimen kepada

guru.

p. Salah satu kelompok mempresentasikan laporan hasil

percobaan yang sudah dilakukan dan kelompok yang lain

menanggapi hasil laporan eksperimen yang dipresentasikan

(15)

q. Guru meluruskan jawaban siswa, jika ada jawaban siswa

yang masih kurang tepat, agar tidak terjadi miskonsepsi

tentang sifat-sifat cahaya.

r. Setelah semua materi yang dilakukan percobaan dilaporkan

dan dibahas di depan kelas. guru mendiskusikan

masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen bersama dengan

siswa, kemudian memberikan solusi pemecahannya.

s. Guru mengecek dan menyimpan kembali alat dan bahan

ekperimen.

3 Penutup a. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan

tanya jawab tentang materi yang belum dipahami siswa.

b. Guru melakukan tanya jawab untuk menguji pemahaman

siswa.

c. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah

dilakukan.

d. Guru menutup pembelajaran.

2.1.4 Belajar dan Hasil Belajar 2.1.4.1 Pengertian Belajar

Menurut R. Gagne dalam Ahmad Susanto (2013: 1), “belajar didefinisikan

sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat

pengalaman.” Sedangkan menurut Cronbach dalam Yatim Riyanto (2009: 5), “belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.” Menurut Cronbach belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu

dengan menggunakan pancaindra. Dengan kata lain, bahwa belajar adalah suatu

cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar,

dan mengikuti arah tertentu.

Menurut W.S. Wingkel dalam Ahmad Susanto (2013: 5), “belajar adalah

(16)

dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan

berbekas”. Jadi kalau seorang dikatakan belajar IPA adalah apabila pada diri

orang tersebut terjadi sesuatu kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan

tingkah laku yang berkaitan dengan IPA. Perubahan ini terjadi dari tidak tahu

menjadi tahu konsep IPA ini, dan mampu menggunakannya dalam materi lanjut

atau dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang dialami

dengan menggunakan pancaindra dengan cara mengamati, membaca, meniru,

mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.

Perubahan dari belajar ini adalah dari yang tidak tahu menjadi tahu akan suatu

konsep.

2.1.4.2 Hasil Belajar

Menurut Nawawi (Susanto, 2013:5) “hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang

dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu”.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) “hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan

nilai tes yang diberikan guru”. Sedangkan menurut Nana Sudjana (2010 : 22) “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

perubahan yang terjadi pada diri siswa dan kemampuan yang dimiliki siswa

setelah melalui kegiatan belajar, yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari

hasil nilai tes yang diberikan guru dari sejumlah materi pelajaran tertentu.

2.1.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Wasliman dalam Ahmad Susanto (2013: 12), hasil belajar yang

(17)

mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal, secara rinci menganai

faktor internal dan eksternal sebagai berikut:

a. faktor internal, faktor yang bersumber dari dalam peserta didik, yang

mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi:

kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan

belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

b. faktor eksternal, faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang

mempengaruhi hasil belajar yaitu: keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Sedangkan menurut Ruseffendi dalam Ahmad Susanto (2013: 14),

mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam

sepuluh macam, yaitu:

a. kecerdasan anak, kemampuan intelegensiseseorang sangat mempengaruhi

terhadap cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan atau

tidaknya suatu permasalahan. Kecerdasan siswa sangat membentu pengajar

untuk menentukan apakah siswa itu mampu mengikuti pelajaran yang

diberikan dan untuk meramalkan keberhasilan siswa setelah mengikuti

pelajaran yang diberikan meskipun tidak akan terlepas dari faktor lainnya.

b. kesiapan dan kematangan, adalah tingkat perkembangan di mana individu atau

organ-organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya.

c. bakat anak, adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk

mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

d. kemauan belajar, kemauan belajar yang tinggi disertai dengan rasa tanggung

jawab yang besar tentunya berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang

diraihnya.

e. minat, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan

yang besar terhadap sesuatu. Seorang siswa yang menaruh minat besar

terhadap pelajaran akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada

siswa lainnya.

f. model penyajian materi pelajaran, model penyajian materi yang

menyenangkan, tidak membosankan, menarik, dan mudah dimengerti oleh

(18)

g. pribadi dan sikap guru, kepribadian dan sikap guru yang kreatif dan penuh

inovatif dalam perilakunya, maka siswa akan meniru gurunya yang kreatif dan

inovatif ini.

h. suasana pengajaran, suasana pengajaran yang tenang, terjadinya dialog yang

kritis antara siswa dengan guru, dan menumbuhkan suasana yang aktif di

antara siswa tentunya akan memberikan nilai lebih pada proses pengajaran.

i. kompetensi guru, guru yang profesional memiliki kemampuan-kemampuan

tertentu. Kemampuan-kemampuan itu diperlukan dalam membantu siswa

dalam belajar. Keberhasilan siswa belajar akan banyak dipengaruhi oleh

kemampuan guru yang profesiional.

2.1.4.5 Hubungan Antara Metode Pemebelajaran Eksperimen berbantuan Media Visual dengan Hasil Belajar

Hubungan antara penerapan metode eksperimen berbantuan media visual

berupa gambar diam dengan hasil belajar IPA, adalah dengan digunakannya

metode eksperimen dalam pembelajaran khususnya pembelajaran IPA SD yang

mengharuskan siswa untuk aktif agar siswa memahami sendiri materi yang

dipelajarinya. Metode eksperimen ini menekankan pada bagaimana cara siswa

untuk menemukan pemahaman dengan melakukan percobaan sendiri, kemudian

dengan bantuan media gambar diam yang berisikan tentang gambar

langkah-lanhkah dalam melakukan percobaan kan mempermudah siswa untuk melakukan

percobaan. Metode eksperimen membuat siswa untuk aktif dan dapat memahami

materi karena siswa melakukan percobaan sendiri untuk menemukan suatu

jawaban atau membuktikan suatu teori, serta digunakannya media gambar diam

berupa langkah-langkah dalam melakukan percobaan akan mempermudah siswa

untuk melakukan percobaan, sehingga pemahaman siswa menjadi lebih baik dan

pada akhirnya akan meninhkatkan hasil belajar IPA siswa.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Suatu penelitian yang akan dibuat, perlu memperhatikan penelitian lain

(19)

yang berkaitan dengan variable penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Menurut penelitian yang dilakukan Imam Arif (2012) dengan judul “upaya

meningkatkan hasil belajar IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya melalui metode

eksperimen pada siswa kelas 5 SD Negeri Sumogawe 04 Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2011/2012”, menyimpulkan bahwa metode

eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian Imam Arif

menunjukkan bahwa pada kondisi awal siswa yang nilainya memenuhi KKM

terdapat 8 siswa (42,11%). Siklus I menerapkan metode eksperimen terjadi

peningkatan yaitu terdapat 12 siswa memenuhi KKM (63,16%) dan 7 siswa

(36,84%) belum memenuhi KKM yang ditetapkan. Kemudian pada siklus II

terjadi peningkatan sangat signifikan yaitu 19 siswa atau seluruh siswa (100%)

telah memenuhi KKM yang ditetapkan. Ini berarti penelitian telah berhasil,

dibuktikan dengan nilai seluruh siswa di atas KKM yaitu 63 dan 100% siswa

tuntas memenuhi KKM atau melebihi KKM yang ditetapkan.

Menurut penelitian yang dilakukan Agus Surya (2012) dengan judul “upaya meningkatkan hasil belajar IPA melalui metode eksperimen pada siswa kelas 5 SD Cokrowati Kecamatan Todanan Kabupaten Blora tahun pelajaran

2011/2012”, menyimpulkan bahwa metode eksperimen dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Hasil penelitian Agus Surya menunjukkan bahwa pada kondisi awal

siswa yang nilainya memenuhi KKM terdapat 13 siswa (43%). Siklus I

menerapkan metode eksperimen terjadi peningkatan yaitu terdapat 21 siswa

memenuhi KKM (70%) dan 9 siswa (30%) belum memenuhi KKM yang

ditetapkan. Kemudian pada siklus II terjadi peningkatan sangat signifikan yaitu 28

siswa atau (93%) telah memenuhi KKM yang ditetapkan dan 2 (7%) siswa masih

belum mencapai KKM yang ditetapkan. Ini berarti penelitian telah berhasil,

dibuktikan dengan nilai seluruh siswa di atas KKM yaitu 60 dan 93% siswa tuntas

memenuhi KKM atau melebihi KKM yang ditetapkan.

(20)

Meselesek”, menyampaikan Pada siklus I pertemuan I dari 16 siswa yang mengikuti tes formatif, terdapat 9 siswa (56,25%) yang tidak tuntas dan

pertemuan II terdapat 7 siswa (43,75%) yang tidak tuntas, hal ini menunjukkan

bahwa penggunaan metode eksperimen belum berhasil sehingga perlu dilakukan

refleksi untuk ditindak lanjuti pada siklus II. Pelaksanaan pembelajaran pada

siklus II guru lebih giat dalam membimbing dan mengarahkan siswa dalam

melakukan eksperimen. Hasil tes formatif siklus II pertemuan I masih terdapat 2

siswa (12,5%) yang belum tuntas dan pada pertemuan II terdapat 16 siswa (100%)

berhasil tuntas. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V

SDN Meselesek pada mata pelajaran IPA.

Menurut penelitian yang dilakukan Supriharyono (2006), dengan judul “Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen pada pembelajaran IPA di SD Kartika Surabaya untuk meningkatkan keaktifan siswa”, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode eksperimen mampu meningkatkan keaktifan siswa

dalam pembelajaran, terutama siswa menjadi tidak malu untuk menyampaikan hal

yang belum dipahami kepada kelompoknya. Hal tersebut membawa dampak pada

penigkatan hasil belajar yang diperoleh individu maupun kelompok.

Keterkaitan antara kajian penelitian yang relevan dangan penelitian yang

dilakukan peneliti dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 2

Daftar Persamaan dan Perbedaan Penelitian Kajian Hasil Yang Relevan

No Nama Peneliti Tahun Variabel Penelitian

(21)

Dari tabel di atas dapat dilihat persamaan dan perbedaan variabel

penelitian yang diteliti. Persamaan penelitian Imam Arif, Agus Surya, Isna

Basonggo, dkk, Supriharyono dan peneliti sama-sama menggunakan metode

eksperimen dalam pembelajaran. Sedangkan perbedaan penelitian Imam Arif,

Agus Surya, Isna Basonggo, dkk, dan peneliti adalah hanya peneliti saja yang

menggunakan media visual dalam pembelajarannya. Dan perbedaan yang lainnya

adalah hanya Supriharyono saja yang mengukur keaktifan belajar dan yang

lainnya termasuk peneliti mengukur hasil belajar siswa.

2.3 Kerangka Pikir

Dalam pembelajaran IPA di SD, guru masih menggunakan metode

pembelajaran konvensional atau sering disebut juga dengan metode ceramah.

Dalam hal ini guru masih mendominasi proses belajar mengajar di kelas dan tidak

melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran serta dalam proses

belajar mengajar guru tidak menggunakan media yang sesuai sehingga siswa

cepat bosan dan kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru.

Seharusnya dalam pembelajaran guru dituntut untuk dapat merancang

pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang sesuai dengan karakteristik siswa

sekolah dasar, agar siswa menjadi lebih tertarik dalam kegiatan pembelajaran dan

lebih menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Maka guru perlu memilih

metode serta media pembelajaran yang tepat, berbagai metode yang dapat

digunakan dalam pengajaran IPA salah satu metode yang sesuai dan dapat

menunjang pemahaman siswa adalah metode eksperimen serta media yang sesuai

dengan metode eksperimen adalah media visual berupa gambar diam. Kegiatan

pembelajaran metode eksperimen memberikan kesempatan pada siswa untuk

menemukan konsep sendiri malalui observasi dengan daya nalar, daya pikir dan

kreatifitas. Dengan bantuan media visual berupa gambar diam siswa dalam

melakukan kegiatan eksperimen dapat lebih mudah melakukan percobaan.

Dengan adanya hal tersebut siswa akan menjadi lebih aktif dan pemahaman siswa

menjadi lebih baik sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Penerapannya

(22)

yang mengakibatkan hasil belajar siswa rendah kemudian diterapkan metode

eksperimen yang berbantuan media visual berupa gambar diam menunjukkan

hasil belajar siswa meningkat. Setelah itu pemantapan penggunaan metode

eksperimen yang berbantuan media visual berupa gambar diam agar hasil belajar

siswa menjadi lebih meningkat.

Alur kerangka pikir ditulis dalam sebuah skema yang berisikan alur

penelitian yang bertujuan agar pada saat melakukan penelitian tidak menyimpang

dari pokok-pokok permasalahan yang ada. Alur skema penelitian yang dimaksud

adalah sebagai berikut.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan masalah, landasan teori dan kerangka pikir diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.

a. Penggunaan metode eksperimen berbantuan media visual diduga dapat

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 semester II di SD Negeri 2

Ampel tahun pelajaran 2014/2015. KBM

Pembelajaran menggunakan metode konvensional/ceramah

Hasil belajar siswa rendah

Menerapkan metode eksperimen berbantuan

media visual berupa gambar diam

Hasil belajar siswa meningkat Pemantapan penerapan

metode eksperimen berbantuan media visual

berupa gambar diam Hasil belajar

(23)

b. Penerapan langkah-langkah metode eksperimen berbantuan media visual yang

sesuai sintaks diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5

Gambar

Daftar Persamaan dan Perbedaan Penelitian Kajian Hasil Yang RelevanTabel 2
gambar diam

Referensi

Dokumen terkait

Metode kuantitatif yang digunakan diantaranya adalah analisis frekuensi dan deskriptif untuk mengetahui potensi agribisnis perikanan di kawasan pesisir, analisis

Di dalam bilik terjadi percampuran darah antara darah yang banyak mengandung karbondioksida dari serambi kanan dengan darah yang banyak mengandung oksigen

Hasil penelitian ini mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi niat konsumen malaysia untuk menggunakan layanan Mobile Banking dan penelitian ini menemukan bahwa

di sekolahnya. Harapannya, dapat menjadi motivasi bagi siswa lainnya. Para pengajar yang profesional. Modul belajar yang menarik, praktis dan mudah difahami. Lingkungan belajar yang

Sejauh ini program tersebut telah menggunakan banyak indikator kinerja berbasis pada output (hasil) untuk mengevaluasi program, tetapi tidak pernah menggunakan sebuah indeks

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI PUBERTAS PADA SISWI KELAS VII SMP NEGERI 1.. TEMPURAN MAGELANG

Pendidikan di dalam suatu organisasi adalah suatu proses pengembangan kemampuan ke arah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan (Notoadmodjo, 1992). Bidan

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat hubungan antara komunikasi efektif dengan perilaku caring perawat terhadap pasien di ruang Asoka RSUD Jombang.. Sebagai