6 2.1.1 Mata Pelajaran IPA
2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata dalam bahasa inggris
yaitu natural science, artinya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan
alam atau bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu dapat disebut sebagai ilmu tentang
alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.
IPA adalah Ilmu Pengetahuan yang berhubungan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis melalui suatu proses pengamatan, percobaan,
dan penemuan. Keterampilan proses pembelajaran IPA menekankan pada
pemberian pengalaman untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara alamiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk bersikap
dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam tentang alam sekitar.
Menurut H.W. Fowler dalam Abu Ahmadi (2008: 1), “IPA adalah ilmu
yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala
kebendaan dan didasarkan tertutama atas pengamatan dan induksi.” Sedangkan
IPA menurut Nash dalam Usman Samatowa (2010: 3), “IPA adalah suatu cara
atau metode untuk mengamati alam.”
Menurut Wahyana dalam Trianto (2010: 136), IPA adalah suatu kumpulan
pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum
terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh
adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, IPA adalah suatu
kumpulan teori yang tersusun secara sistematis, penerapannya secara umum
terbatas pada gejala-gejala alam yang ditandai dengan adanya kumpulan fakta,
2.1.1.2 Pembelajaran IPA SD
IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat
pendidikan IPA menjadi penting, IPA melatih anak berpikir kritis dan objektif.
Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur
kebenaran ilmu, rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal atau logi,
diterima oleh akal sehat. Objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan
kenyataan atau sesuai dengan pengalaman pengamatan panca indra.
Pembelajaran IPA yang baik bagi siswa SD adalah pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih keterampilan-keterampilan
proses IPA yang telah disesuaikan dengan tahap perkembangan struktur kognitif
siswa.
Keterampilan proses IPA yang didefinisikan oleh Paolo dan Marten dalam
Usman Samatowa (2010: 50), adalah: “(1) mengamati, (2) mencoba memahami
apa yang diamati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa
yang terjadi, (4) menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk
melihat apakah ramalan tersebut benar.” Pendidikan IPA SD lebih mengacu pada
persoalan-persoalan yang terjadi dikehidupan sehari-hari siswa dan terkait dengan
alam sekitar siswa. Siswa melakukan keterampilan proses IPA yng dijelaskan di
atas untuk membuktikan suatu teori atau memecahkan permasalahan yang sedang
dihadapi siswa.
2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA
Tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI sesuai KTSP, adalah sebagai berikut:
a. memperoleh keyakinan terhadap kebasaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaannya.
b. mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
d. mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
e. meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,
dan melestarikan lingkungan alam.
f. meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.
2.1.2 Metode Eksperimen
2.1.2.1 Pengertian Metode Pembelajaran
Metode atau yang sering disebut juga metoda, berasal dari Bahasa Yunani “Mhetodos” yang mempunyai arti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Menurut
Sugiartono (2007: 81), “metode pembelajaran berarti cara yang dilakukan dalam
proses pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal.”
Menurut Ahmad Sabri (2007: 49), metode pembelajaran adalah cara-cara
atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat
menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok. Agar
tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seorang guru harus
mengetahui berbagai metode pembelajaran. Dengan memiliki pengetahuan
mengenai sifat berbagai metode maka seorang guru akan lebih mudah menetapkan
metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa yang
dimaksud metode pembelajaran adalah keseluruhan cara yang digukan oleh guru
untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa baik secara individual
atau secara kelompok sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya,
penggunaan metode yang tepat akan berpengaruh pada penerimaan materi
pembelajaran oleh siswa.
Syarat-syarat yang harus diperhatikan seorang guru dalam penggunaan
a. metode yang dipergunakan harus harus dapat membangkitkan motif, minat
atau gairah belajar siswa.
b. metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih
lanjut, seperti melakukan inovasi dan eskpotasi.
c. metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa
untuk mewujudkan hasil karya.
d. metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan
kepribadian siswa.
e. metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar
sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
f. metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan
nilai-nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa untuk
menentukan metode pembelajaran yang baik, seorang guru harus memperhatikan
syarat-syarat dalam pemilihan metode pembelajaran. Syarat metode pembelajaran
yang baik antara lain adalah: (1) metode yang dapat membangkitkan motif, minat
belajar siswa. (2) dapat merangsang pemikiran siswa untuk belajar lebih lanjut.
(3) dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk membuat atau mewujudkan
sebuah karya. (4) dapat mengembangkan kepribadian siswa. (5) dapat menuntun
siswa untuk memperoleh pengetahuan melalui belajar sendiri. (6) dapat
menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap siswa dalam kehidupan
sehari-hari. Guru sebagai pengajar hendaknya dapat memilih metode yang sesuai
dalam proses pembelajarannya, karena pemilihan metode yang sesuai akan
mempermudah pembelajaran dan pemahaman siswa menjadi lebih baik.
2.1.2.2 Pengertian Metode Eksperimen
Menurut Sumantri (2001: 136), “metode eksperimen adalah merupakan
Menurut Sitiatava Rizema Putra (2013: 132), metode eksperimen
bertujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban
atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan
sendiri. Selain itu, siswa juga bisa berlatih dalam cara berpikir ilmiah. Dengan
eksperimen , siswa pun mampu menemukan bukti kebenaran dari suatu teori yang
sedang dipelajarinya.
Dari kajian teori diatas dapat disimpulkan, bahwa metode eksperimen
adalah suatu metode yang melibatkan secara langsung peserta didik/siswa.
Dimana siswa menemukan jawabannya sendiri dari suatu persoalan-persoalan
atau masalah yang sedang dihadapi oleh siswa, sehingga siswa akan lebih mudah
mengingat apa yang telah ditemukannya. Selain itu, metode eksperimen dapat
bermanfaat untuk melatih siswa berpikir secara ilmiah dan melatih siswa untuk
menemukan bukti kebenaran suatu teori yang sedang dipelajarinya dari hasil
percobaan yang dilakukan siswa.
Dalam proses pembelajaran dengan metode eksperimen, siswa diberikan
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu
proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik
kesimpulan sendiri mengenai suatu objek keadaan atau proses tertentu. Dengan
demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau
mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang
dialaminya itu. Penting juga diperhatikan, eksperimen atau percobaan yang
dilakukan tidak selalu harus dilaksanakan di dalam laboratorium, tetapi juga
dapat dilakukan diluar kelas atau di laboratorium, seperti di alam sekitar.
2.1.2.2 Tujuan Metode Eksperimen
Adapun berbagai tujuan dari metode eksperimen Menurut Sitiatava
Rizema Putra (2013: 134) ialah sebagai berikut.
a. Siswa mampu mengumpulkan fakta-fakta, informasi, atau data-data yang
diperoleh.
b. Melatih siswa dalam merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan
c. Melatih siswa dalam menggunakan logika berpikir induktif guna menarik
kesimpulan dari fakta, informasi, atau data yang terkumpul melalui percobaan.
Sedangkan tujuan dari metode eksperimen menurut Sumantri (2001: 136),
adalah sebagai berikut.
a. Agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data
yang diperoleh.
b. Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan
melaporkan percobaan.
c. Melatih peserta didik menggunakan logika berfikir induktif.
d. Menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, metode
eksperimen memilik beberapa tujuan yang berguna bagi perkembangan pemikiran
siswa dikarenakan metode eksperimen ini membuat peserta didik untuk belajar
secara mandiri membuktikan suatu fakta atau teori dengan melakukan sebuah
percobaan mulai dari merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan
percobaan. Dengan melakukan suatu percobaan siswa dapat berlatih menarik
kesimpulan dari fakta, informasi, atau data yang terkumpul serta menumbuhkan
cara berpikir secara rasional dan ilmiah.
2.1.2.3 Langkah-langkah Metode Eksperimen
Menurut Sitiatava Rizema Putra (2013: 135), ketika siswa akan
melaksanakan suatu eksperimen, maka guru perlu memperhatikan
prosedur-prosedur eksperimen, diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, ia harus memahami
masalah-masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen. Pada kegiatan ini
guru menjelaskan kepada siswa tentang tujuan yang akan dicapai melalui
kegiatan eksperimen dan menjelaskan masalah-masalah apa yang akan
dibuktikan melalui eksperimen.
b. Siswa perlu mengetahui tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan
digunakan dalam percobaan. Pada aspek ini guru menjelaskan dan
mengenalkan alat serta bahan apa saja yang perlu digunakan pada saat
c. Selama proses eksperimen berlangsung, guru harus mengawasi pekerjaan
siswa. Bila perlu, guru bisa memberi saran atau pertanyaan yang menunjang
kesempurnaan jalannya eksperimen.
d. Setelah eksperimen selesai, guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa,
serta mengevaluasi dengan tes atau sekedar tanya jawab. Tujuan dari evaluasi
adalah untuk mengetahui sejauhmana pemahaman yang dimiliki siswa setelah
melakukan eksperimen.
Dalam menggunakan metode eksperimen, agar memperoleh hasil yang
diharapkan, terdapat tiga langkah yang harus diperhatikan menurut Sitiatava
Rizema Putra (2013: 136), yakni:
a. Persiapan eksperimen
Dalam melakukan eksperimen, persiapan yang matang mutlak diperlukan agar
memperoleh hasil yang diharapkan. Dalam hal ini, ada beberapa langkah yang
harus diperhatikan adalah sebagai berikut.
1) Menetapkan tujuan eksperimen. Guru menetapkan tujuan yang akan
dicapai melalui kegiatan eksperimen.
2) Mempersiapkan berbagai alat atau bahan yang diperlukan. Guru
menyiapkan alat dan bahan apa saja yang diperlukan dalam proses
eksperimen.
3) Mempersiapkan tempat eksperimen. Tempat eksperimen bukan hanya bisa
dilakukan di laboratorium saja melainkan bisa di ruang kelas, dan atau di
lingkungan sekitar sekolah.
4) Mempertimbangkan jumlah siswa dengan alat atau bahan yang ada serta
daya tampung eksperimen. Membagi siswa kedalam kelompok sesuai
dengan alat dan bahan yang tersedia.
5) Mempertimbangkan apakah dilaksanakan sekaligus (serentak seluruh
siswa) atau secara bergiliran. Pada kegiatan eksperimen dapat dilakukan
secara keseluruhan maupun bergiliran disesuaikan dengan waktu dan
materi yang akan dieksperimenkan.
6) Berikan penjelasan mengenai sesuatu yang harus diperhatikan dan
dan membahayakan. Tugas guru untuk menjelaskan hal-hal apa saja yang
tidak boleh dilakukan saat melakukan eksperimen agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan.
b. Pelaksanaan eksperimen
Setelah semua persiapan kegiatan selesai, maka langkah selanjutnya adalah
sebagai berikut.
1) Siswa memulai percobaan. Saat siswa melakukan percobaan, guru
mengamati proses percobaan serta memberikan dorongan dan bantuan
terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa, sehingga eksperimen
tersebut dapat diselesaikan dan berhasil.
2) Selama eksperimen berlangsung, guru hendaknya memperhatikan situasi
secara keseluruhan. Sehingga, jika terjadi hal-hal yang menghambat, maka
bisa segera diselesaikan.
c. Tindak lanjut eksperimen
Setelah eksperimen dilakukan, kegiatan-kegiatan selanjutnya adalah sebagai
berikut.
1) Siswa mengumpulkan laporan eksperimen untuk diperiksa guru. Setelah
semua laporan dikumpulkan setiap kelompok mempresentasikan hasil
eksperimen mereka di depan kelas lalu kelompok yang lain menanggapi
dan guru menyimpulkan dan membenarkan materi hasil eksperimen.
2) Mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen,
serta memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan sekaligus peralatan
yang digunakan.
2.1.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen
Menurut Sitiatava Rizema Putra (2013: 138), metode eksperimen memiliki
beberapa kelebihan, antara lain:
a. metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima
informasi dari guru atau dari buku.
b. siswa bisa mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi
c. dengan metode ini, akan terbina manusia yang dapat menghadirkan
trobosan-trobosan baru dari penemuan, sebagai hasil percobaan, yang diharapkan
bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
d. siswa memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam melakukan
eksperimen.
e. siwa terlibat aktif dalam menggumpulkan fakta dan informasi yang diperlukan
saat percobaan.
f. siswa dapat menggunakan serta melaksanakan prosedur metode ilmiah dan
berpikir ilmiah.
g. siswa bisa memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif,
realitas, dan menghilangkan verbalisme.
h. siswa lebih aktif berpikir dan berbuat, karena hal itulah yang sangat
diharapkan dalam dunia pendidikan modern; siswa lebih aktif belajar sendiri
dengan bimbingan guru.
i. dengan eksperimen, siswa membuktikan sendiri kebenaran suatu teori,
sehingga akan mengubah sikapnya yang percaya terhadap hal-hal yang tidak
logis.
Sedangkan kelebihan metode eksperimen menurut Syaiful Bahri Djamarah
(2013: 84), ialah:
a. membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
percobaannya.
b. dapat membina siswa untuk membuat trobosan-trobosan baru dengan
penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
c. hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran
manusia.
Dari penjelasan para ahli tentang kelebihan metode eksperimen di atas
dapat disimpulkan, bahwa metode eksperimen ini memiliki banyak kelebihan bagi
peserta didik khususnya dalam pembentukan sikap pemikiran ilmiah siswa.
Dengan pemikiran ilmiah siswa mampu memecahkan suatu masalah yang
dihadapi dan membuktikan sendiri teori yang dipelajari siswa, sehingga
Menurut Sitiatava Rizema Putra (2013: 138), metode eksperimen memiliki
beberapa kelemahan, antara lain:
a. tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap siswa berkesempatan
mengadakan eksperimen.
b. jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, siswa harus menanti
untuk melanjutkan pelajaran.
c. kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru dalam
bereksperimen berakibat siswa keliru dalam menggambil kesimpulan.
d. sering kali mengalami kesulitan dalam melaksanakan eksperimen, karena guru
dan siswa kurang berpengalaman dalam melakukan eksperimen.
Sedangkan kelemahan metode eksperimen menurut Syaiful Bahri
Djamarah (2013: 84), ialah:
a. metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi.
b. metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak
selalu mudah diperoleh dan mahal.
c. metode ini menuntut ketelitian, keuletan, dan ketabahan.
d. setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena
mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar.
Dari penjelasan para ahli tentang kelemahan metode eksperimen di atas
dapat disimpulkan, bahwa kekurangan dari metode eksperimen ini adalah perlu
waktu yang lebih untuk melakukan percobaan, metode ini hanya bisa digunakan
dimata pelajaran yang berkitan dengan sains dan teknologi, keterbatasan pada alat
dan bahan percobaan, kadang setiap percobaan tidak berhasil, karena kurang
pemahaman siswa dan guru tentang percobaan yang akan dilakukan.
2.1.3 Media Pembelajaran
2.1.3.1 Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Gerlach & Ely dalam Sri Anitah (2012: 6), “media adalah grafik, fotografi,
menjelaskan informasi lisan atau visual.” Sedangkan menurut Syaiful Bahri
Djamarah (2013: 120), “media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan
sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran.”
Dari berbagai pengertian media di atas maka dapat disimpulkan bahwa,
media adalah segala benda atau alat yang berguna sebagai penyalur pesan untuk
menyajikan, memproses, dan menjelaskan informasi lisan atau visual yang dapat
merangsang siswa untuk belajar. Media ini dapat berupa grafik, fotografi,
elektronik, atau alat-alat mekanik.
Dengan kata lain, media pembelajaran merupakan alat bantu mengajar
yang dapat digunakan untuk menyalurkan materi yang disampaikan guru kepada
siswa dan merangsang pikiran, perasaan, dan perhatian siswa sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2.1.3.2 Kegunaan Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk
menyampaikan pesan pembelajaran yang dapat memberi rangsangan bagi siswa
untuk untuk lebih tertarik dalam belajar, sehingga dapat meningkatkan kualitas
belajar mengajar dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Menurut Arief S. Sudiman. Dkk (2012: 17), secara umum media
pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
a. memperjelas penyajian peran agar tidak terlalu bersifat verbalitas (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
b. mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra, seperti misalnya: (1) objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan replika, gambar,
c. penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif peserta didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk: (1) menimbulkan kegairahan belajar. (2) memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan. (3) memungkankan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam: (1) memberikan perangsang yang sama. (2) mempersamakan pengalaman. (3) menimbulkan persepsi yang sama.
Dengan demikian media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat
penting, menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar
dalam membantu mempermudah penyampaian materi untuk siswa yang
diharapkan dapat tercapainya tujuan pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar
siswa.
2.1.3.3Media Gambar Diam (still picture)
Menurut Smaldino, dkk dalam Sri Anitah (2012: 8), “gambar atau
fotografi dapat memberikan gambaran tentang segala sesuatu, seperti: binatang,
orang, tempat, atau peristiwa.” Sedangkan menurut Edgar Dale dalam Sri Anitah
(2012: 8), “gambar dapat mengalihkan pengalaman belajar dari taraf belajar dengan lambang kata-kata ke taraf yang lebih konkrit (pengalaman langsung).” Gambar diam yang pada umumnya digunakan dalam pembelajaran, yaitu: potret,
kartupos, ilustrasi dari buku, katalog, dan gambar cetak. Melalui gambar dapat
diterjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang lebih realistis.
Manfaat media gambar sebagai media visual menurut Sri Anitah (2012: 9),
antara lain sebagai berikut:
a. menimbulkan daya tarik bagi siswa. Gambar dengan berbagai warna akan lebih menarik dan membangkitkan minat serta perhatian siswa. b. mempermudah pengertian siswa. Suatu penjelasan yang sifatnya
abstrak dapat dibantu dengan gambar sehingga siswa lebih mudah memahami apa yang dimaksud.
c. memperjelas bagian-bagian yang penting. Melalui gambar, dapat diperbesar bagian-bagian yang penting atau yang kecil sehingga dapat diamati lebih jelas.
d. menyingkat suatu uraian panjang. Uraian tersebut mungkin dapat ditunjukkan dengan sebuah gambar saja.
Ciri-ciri gambar yang baik menurut Sri Anitah (2012: 10), antara lain
sebagai berikut:
b. tidak terlalu kompleks. Jika gambar terlalu kompleks, perhatian siswa terbagi, akibatnya ada sesuatu yang justru penting tetapi tidak tertangkap oleh siswa.
c. realistis, maksudnya gambar itu seperti benda yang sesungguhnya atau sesuai dengan apa yang digambar.
Cara menunjukkan gambar menurut Sri Anitah (2012: 11), antara lain
sebagai berikut:
a. apa yang harus dicari siswa dalam gambar itu.
b. siswa harus mengerti bagaimana mempelajari gambar.
c. bagaimana hubungan gambar tersebut dengan materi pelajaran lain. d. bila gambar terlalu luas, berikan dalam seri-seri gambar yang
mempunyai ukuran logis.
e. waktu melihat gambar, mungkin tidak senua siswa dapat melihat dengan jelas, maka sesudah pembelajaran berakhir hendaknya gambar diletakkan ditempat yang dapat dijangkau oleh siswa.
2.1.3.4Sintaks Model Pembelajaran Eksperimen Berbatuan Media Visual Berdasarkan Standar Proses
Sintaks ini disusun berdasarkan langkah-langkah metode eksperimen dari
para ahli dan penggunaan media visual dalam pembelajarannya sesuai dengan
ketentuan standar proses.
No Kegiatan Keterangan Kegiatan
1 Awal a. Guru membuka pembelajaran dengan mengucap salam.
b. Guru member apersepsi dan motivasi kepada siswa.
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2 Inti a. Siswa mendengarkan penjelasan guru, bahwa siswa akan
diajak belajar dengan menggunakan metode ekperimen
berbantuan media visual.
b. Guru memberikan gambaran awal tentang materi apa saja
yang akan menjadi bahan eksperimen.
c. Guru menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk
melakukan eksperimen.
d. Guru menyampaikan bahwa eksperimen akan dilakukan
secara berkelompok dan dilakukan di dalam kelas.
siswa sesuai dengan arahan dari guru.
f. Guru membagikan alat dan bahan yang diperlukan serta
membagikan lembar kegiatan eksperimen kesetiap
kelompok.
g. Siswa mengamati gambar tentang langkah-langkah dalam
melakukan setiap eskperimen yang ada di lembar
eksperimen.
h. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang
langkah-langkah dalam melakukan eksperimen melalui gambar yang
sudah dibagikan ke setiap kelompok.
i. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang aturan dalam
melakukan eksperimen agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
j. Siswa melakukan eksperimen sesuai dengan tahapan-tahapan
yang sudah dijelaskan oleh guru.
k. Guru mengamati jalannya proses eksperimen yang dilakukan
siswa, jika ada siswa yang mengalami kesulitan guru
membimbing kelompok tersebut.
l. Siswa menjawab pertanyaan yang ada di lembar eksperimen
sesuai dengan hasil percobaan yang didapat oleh siswa.
m.Setelah setiap kelompok melakukan eksperimen, siswa
membuat laporan hasil eksperimen sesuai yang diperintahkan
guru.
n. Guru mengamati proses pembuatan laporan eksperimen dan
membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
o. Setiap kelompok mengumpulkan laporan eksperimen kepada
guru.
p. Salah satu kelompok mempresentasikan laporan hasil
percobaan yang sudah dilakukan dan kelompok yang lain
menanggapi hasil laporan eksperimen yang dipresentasikan
q. Guru meluruskan jawaban siswa, jika ada jawaban siswa
yang masih kurang tepat, agar tidak terjadi miskonsepsi
tentang sifat-sifat cahaya.
r. Setelah semua materi yang dilakukan percobaan dilaporkan
dan dibahas di depan kelas. guru mendiskusikan
masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen bersama dengan
siswa, kemudian memberikan solusi pemecahannya.
s. Guru mengecek dan menyimpan kembali alat dan bahan
ekperimen.
3 Penutup a. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
tanya jawab tentang materi yang belum dipahami siswa.
b. Guru melakukan tanya jawab untuk menguji pemahaman
siswa.
c. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilakukan.
d. Guru menutup pembelajaran.
2.1.4 Belajar dan Hasil Belajar 2.1.4.1 Pengertian Belajar
Menurut R. Gagne dalam Ahmad Susanto (2013: 1), “belajar didefinisikan
sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman.” Sedangkan menurut Cronbach dalam Yatim Riyanto (2009: 5), “belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.” Menurut Cronbach belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu
dengan menggunakan pancaindra. Dengan kata lain, bahwa belajar adalah suatu
cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar,
dan mengikuti arah tertentu.
Menurut W.S. Wingkel dalam Ahmad Susanto (2013: 5), “belajar adalah
dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan
berbekas”. Jadi kalau seorang dikatakan belajar IPA adalah apabila pada diri
orang tersebut terjadi sesuatu kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan
tingkah laku yang berkaitan dengan IPA. Perubahan ini terjadi dari tidak tahu
menjadi tahu konsep IPA ini, dan mampu menggunakannya dalam materi lanjut
atau dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang dialami
dengan menggunakan pancaindra dengan cara mengamati, membaca, meniru,
mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.
Perubahan dari belajar ini adalah dari yang tidak tahu menjadi tahu akan suatu
konsep.
2.1.4.2 Hasil Belajar
Menurut Nawawi (Susanto, 2013:5) “hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu”.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) “hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan
nilai tes yang diberikan guru”. Sedangkan menurut Nana Sudjana (2010 : 22) “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
perubahan yang terjadi pada diri siswa dan kemampuan yang dimiliki siswa
setelah melalui kegiatan belajar, yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari
hasil nilai tes yang diberikan guru dari sejumlah materi pelajaran tertentu.
2.1.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Wasliman dalam Ahmad Susanto (2013: 12), hasil belajar yang
mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal, secara rinci menganai
faktor internal dan eksternal sebagai berikut:
a. faktor internal, faktor yang bersumber dari dalam peserta didik, yang
mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi:
kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan
belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
b. faktor eksternal, faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu: keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Sedangkan menurut Ruseffendi dalam Ahmad Susanto (2013: 14),
mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam
sepuluh macam, yaitu:
a. kecerdasan anak, kemampuan intelegensiseseorang sangat mempengaruhi
terhadap cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan atau
tidaknya suatu permasalahan. Kecerdasan siswa sangat membentu pengajar
untuk menentukan apakah siswa itu mampu mengikuti pelajaran yang
diberikan dan untuk meramalkan keberhasilan siswa setelah mengikuti
pelajaran yang diberikan meskipun tidak akan terlepas dari faktor lainnya.
b. kesiapan dan kematangan, adalah tingkat perkembangan di mana individu atau
organ-organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya.
c. bakat anak, adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
d. kemauan belajar, kemauan belajar yang tinggi disertai dengan rasa tanggung
jawab yang besar tentunya berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang
diraihnya.
e. minat, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu. Seorang siswa yang menaruh minat besar
terhadap pelajaran akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada
siswa lainnya.
f. model penyajian materi pelajaran, model penyajian materi yang
menyenangkan, tidak membosankan, menarik, dan mudah dimengerti oleh
g. pribadi dan sikap guru, kepribadian dan sikap guru yang kreatif dan penuh
inovatif dalam perilakunya, maka siswa akan meniru gurunya yang kreatif dan
inovatif ini.
h. suasana pengajaran, suasana pengajaran yang tenang, terjadinya dialog yang
kritis antara siswa dengan guru, dan menumbuhkan suasana yang aktif di
antara siswa tentunya akan memberikan nilai lebih pada proses pengajaran.
i. kompetensi guru, guru yang profesional memiliki kemampuan-kemampuan
tertentu. Kemampuan-kemampuan itu diperlukan dalam membantu siswa
dalam belajar. Keberhasilan siswa belajar akan banyak dipengaruhi oleh
kemampuan guru yang profesiional.
2.1.4.5 Hubungan Antara Metode Pemebelajaran Eksperimen berbantuan Media Visual dengan Hasil Belajar
Hubungan antara penerapan metode eksperimen berbantuan media visual
berupa gambar diam dengan hasil belajar IPA, adalah dengan digunakannya
metode eksperimen dalam pembelajaran khususnya pembelajaran IPA SD yang
mengharuskan siswa untuk aktif agar siswa memahami sendiri materi yang
dipelajarinya. Metode eksperimen ini menekankan pada bagaimana cara siswa
untuk menemukan pemahaman dengan melakukan percobaan sendiri, kemudian
dengan bantuan media gambar diam yang berisikan tentang gambar
langkah-lanhkah dalam melakukan percobaan kan mempermudah siswa untuk melakukan
percobaan. Metode eksperimen membuat siswa untuk aktif dan dapat memahami
materi karena siswa melakukan percobaan sendiri untuk menemukan suatu
jawaban atau membuktikan suatu teori, serta digunakannya media gambar diam
berupa langkah-langkah dalam melakukan percobaan akan mempermudah siswa
untuk melakukan percobaan, sehingga pemahaman siswa menjadi lebih baik dan
pada akhirnya akan meninhkatkan hasil belajar IPA siswa.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Suatu penelitian yang akan dibuat, perlu memperhatikan penelitian lain
yang berkaitan dengan variable penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Menurut penelitian yang dilakukan Imam Arif (2012) dengan judul “upaya
meningkatkan hasil belajar IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya melalui metode
eksperimen pada siswa kelas 5 SD Negeri Sumogawe 04 Kecamatan Getasan
Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2011/2012”, menyimpulkan bahwa metode
eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian Imam Arif
menunjukkan bahwa pada kondisi awal siswa yang nilainya memenuhi KKM
terdapat 8 siswa (42,11%). Siklus I menerapkan metode eksperimen terjadi
peningkatan yaitu terdapat 12 siswa memenuhi KKM (63,16%) dan 7 siswa
(36,84%) belum memenuhi KKM yang ditetapkan. Kemudian pada siklus II
terjadi peningkatan sangat signifikan yaitu 19 siswa atau seluruh siswa (100%)
telah memenuhi KKM yang ditetapkan. Ini berarti penelitian telah berhasil,
dibuktikan dengan nilai seluruh siswa di atas KKM yaitu 63 dan 100% siswa
tuntas memenuhi KKM atau melebihi KKM yang ditetapkan.
Menurut penelitian yang dilakukan Agus Surya (2012) dengan judul “upaya meningkatkan hasil belajar IPA melalui metode eksperimen pada siswa kelas 5 SD Cokrowati Kecamatan Todanan Kabupaten Blora tahun pelajaran
2011/2012”, menyimpulkan bahwa metode eksperimen dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Hasil penelitian Agus Surya menunjukkan bahwa pada kondisi awal
siswa yang nilainya memenuhi KKM terdapat 13 siswa (43%). Siklus I
menerapkan metode eksperimen terjadi peningkatan yaitu terdapat 21 siswa
memenuhi KKM (70%) dan 9 siswa (30%) belum memenuhi KKM yang
ditetapkan. Kemudian pada siklus II terjadi peningkatan sangat signifikan yaitu 28
siswa atau (93%) telah memenuhi KKM yang ditetapkan dan 2 (7%) siswa masih
belum mencapai KKM yang ditetapkan. Ini berarti penelitian telah berhasil,
dibuktikan dengan nilai seluruh siswa di atas KKM yaitu 60 dan 93% siswa tuntas
memenuhi KKM atau melebihi KKM yang ditetapkan.
Meselesek”, menyampaikan Pada siklus I pertemuan I dari 16 siswa yang mengikuti tes formatif, terdapat 9 siswa (56,25%) yang tidak tuntas dan
pertemuan II terdapat 7 siswa (43,75%) yang tidak tuntas, hal ini menunjukkan
bahwa penggunaan metode eksperimen belum berhasil sehingga perlu dilakukan
refleksi untuk ditindak lanjuti pada siklus II. Pelaksanaan pembelajaran pada
siklus II guru lebih giat dalam membimbing dan mengarahkan siswa dalam
melakukan eksperimen. Hasil tes formatif siklus II pertemuan I masih terdapat 2
siswa (12,5%) yang belum tuntas dan pada pertemuan II terdapat 16 siswa (100%)
berhasil tuntas. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V
SDN Meselesek pada mata pelajaran IPA.
Menurut penelitian yang dilakukan Supriharyono (2006), dengan judul “Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen pada pembelajaran IPA di SD Kartika Surabaya untuk meningkatkan keaktifan siswa”, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode eksperimen mampu meningkatkan keaktifan siswa
dalam pembelajaran, terutama siswa menjadi tidak malu untuk menyampaikan hal
yang belum dipahami kepada kelompoknya. Hal tersebut membawa dampak pada
penigkatan hasil belajar yang diperoleh individu maupun kelompok.
Keterkaitan antara kajian penelitian yang relevan dangan penelitian yang
dilakukan peneliti dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 2
Daftar Persamaan dan Perbedaan Penelitian Kajian Hasil Yang Relevan
No Nama Peneliti Tahun Variabel Penelitian
Dari tabel di atas dapat dilihat persamaan dan perbedaan variabel
penelitian yang diteliti. Persamaan penelitian Imam Arif, Agus Surya, Isna
Basonggo, dkk, Supriharyono dan peneliti sama-sama menggunakan metode
eksperimen dalam pembelajaran. Sedangkan perbedaan penelitian Imam Arif,
Agus Surya, Isna Basonggo, dkk, dan peneliti adalah hanya peneliti saja yang
menggunakan media visual dalam pembelajarannya. Dan perbedaan yang lainnya
adalah hanya Supriharyono saja yang mengukur keaktifan belajar dan yang
lainnya termasuk peneliti mengukur hasil belajar siswa.
2.3 Kerangka Pikir
Dalam pembelajaran IPA di SD, guru masih menggunakan metode
pembelajaran konvensional atau sering disebut juga dengan metode ceramah.
Dalam hal ini guru masih mendominasi proses belajar mengajar di kelas dan tidak
melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran serta dalam proses
belajar mengajar guru tidak menggunakan media yang sesuai sehingga siswa
cepat bosan dan kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Seharusnya dalam pembelajaran guru dituntut untuk dapat merancang
pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang sesuai dengan karakteristik siswa
sekolah dasar, agar siswa menjadi lebih tertarik dalam kegiatan pembelajaran dan
lebih menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Maka guru perlu memilih
metode serta media pembelajaran yang tepat, berbagai metode yang dapat
digunakan dalam pengajaran IPA salah satu metode yang sesuai dan dapat
menunjang pemahaman siswa adalah metode eksperimen serta media yang sesuai
dengan metode eksperimen adalah media visual berupa gambar diam. Kegiatan
pembelajaran metode eksperimen memberikan kesempatan pada siswa untuk
menemukan konsep sendiri malalui observasi dengan daya nalar, daya pikir dan
kreatifitas. Dengan bantuan media visual berupa gambar diam siswa dalam
melakukan kegiatan eksperimen dapat lebih mudah melakukan percobaan.
Dengan adanya hal tersebut siswa akan menjadi lebih aktif dan pemahaman siswa
menjadi lebih baik sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Penerapannya
yang mengakibatkan hasil belajar siswa rendah kemudian diterapkan metode
eksperimen yang berbantuan media visual berupa gambar diam menunjukkan
hasil belajar siswa meningkat. Setelah itu pemantapan penggunaan metode
eksperimen yang berbantuan media visual berupa gambar diam agar hasil belajar
siswa menjadi lebih meningkat.
Alur kerangka pikir ditulis dalam sebuah skema yang berisikan alur
penelitian yang bertujuan agar pada saat melakukan penelitian tidak menyimpang
dari pokok-pokok permasalahan yang ada. Alur skema penelitian yang dimaksud
adalah sebagai berikut.
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan masalah, landasan teori dan kerangka pikir diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.
a. Penggunaan metode eksperimen berbantuan media visual diduga dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 semester II di SD Negeri 2
Ampel tahun pelajaran 2014/2015. KBM
Pembelajaran menggunakan metode konvensional/ceramah
Hasil belajar siswa rendah
Menerapkan metode eksperimen berbantuan
media visual berupa gambar diam
Hasil belajar siswa meningkat Pemantapan penerapan
metode eksperimen berbantuan media visual
berupa gambar diam Hasil belajar
b. Penerapan langkah-langkah metode eksperimen berbantuan media visual yang
sesuai sintaks diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5