• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI REKONSTRUKSI PROTOBAHASA MODEBUR, KAERA, DAN TEIWA. pendeskripsian fonem ketiga bahasa tersebut. Pendeskripsian akan diawali dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI REKONSTRUKSI PROTOBAHASA MODEBUR, KAERA, DAN TEIWA. pendeskripsian fonem ketiga bahasa tersebut. Pendeskripsian akan diawali dengan"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

138 6.0 Pengantar

Sebelum dilakukan rekonstruksi protobahasa, terlebih dahulu dilakukan pendeskripsian fonem ketiga bahasa tersebut. Pendeskripsian akan diawali dengan pengujian fonem-fonem dengan menggunakan pendekatan pasangan minimal. Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran fonem-fonem pada ketiga bahasa tersebut. Adapun pengujiannya adalah sebagai berikut 6.0.1 Fonem Bahasa Modebur (Md)

/i/-- /a/ /agi/ ‘memilih’ /aga/ ‘ini’

/bati/ ‘ampas kelapa’ /bata/ ‘luka’

/e/-- /a/ /tene/ ‘kanan’ /tena/ ‘merah’ /a/--/e/ /aka/ ‘berdusta’

/ake/ ‘jangan’ /o/--/i/ /aro/ ‘musang’

/ari/ ‘janda’ /brako/ ‘semai’ /braki/ ‘rusak’ /u/ -- /o/ /gubui/ ‘cerita’

/guboi/ ‘menebus’ /u/ --/e/ /getuni/ ‘daun jendela’

/geteni/ ‘tangkai’ /p/ --/b/ /jipar/ ‘bermimpi’

/jibar/ ‘anjing’

/gupui/ ‘sangka yang ditiup’ /gubui/ ‘membuang’

/p/ -- /r/ /api/ ‘cebok’ /ari/ ‘janda’ /b/--/d/ /ab/ ‘ikan

/ad/ ‘api’

/m/ --/n/ /boma/ ‘laki-laki tua’ /bona/ ‘besan’

(2)

/t/ -- /r/ /jet/ ‘ayam hutan’ /jer/ ‘air’ /d/ -- /n/ /mida/ ’naik’ /mina/ ‘mati’ /n/ --/j/ /ana/ ‘menggali’ /aja/ ‘ibu’ /s/--/k/ /totosi/ ‘menjahit’ /totoki/ ‘perut’ /j/--/l/ /jeg/ banjir’ /leg/ rotan /l/-- /r/ /molo/ ‘benar’ /moro/ ‘debu’ /r/--/s/ /war/ ‘batu’ /was/ ‘pasir’ /jer/ ‘air’ /jes/ ‘labu manis’ /k/-- /r/ /kiki/ ‘kecil’ /kiri/ ‘tulang’ /k/ -- /n/ /aka/ ‘berdusta’ /ana/ ’menggali’ /χ/ -- /m/ /boχa/ ‘batang’ /boma/ ‘bapak’ /g/ -- /j/ /aga/ ‘ini’ /aja/ ‘ibu’ /ŋ/-- /s/ /kiliŋ / ‘kelingking’ /kilis/ ‘lungsin’ / ŋ / -- /χ/ /sraŋ/ ‘sahabat’ /sraχ/ ‘cacar’ /w/ -- /g/ /ewat/ ’hidup’ /egat/ ‘semua’ /w/ -- /l/ /weg/ ‘tangga’ /leg/ ‘rotan’ /d/ -- /l/ /wado/ ‘besar’ /walo/ ‘membeli’ /k/--/χ/ /kau/ ‘teman pr’ /χau/ ‘berlemak’ /h/--/χ/ /haro/ ‘kuskus’ /χaro/ ‘nasi’

/r/--/n/ /paraχ/ ‘alat timba perahu’ /panat/ ‘kirim’

/χ/--/t/ /paraχ/ ‘alat timba perahu’ /panat/ ‘kirim’

/l/--/r/ /slaχaŋ/ ‘bersedu’

/sraχal/ ‘tas terbuat dari kain tenun’ /ŋ/--/l/ /slaχaŋ/ ‘bersedu’

(3)

/h/--/s/ /ujaha/ ‘pedagang’ /ujaso/ ‘penjahat’ /a/--/o/ /ujaha/ ‘pedagang’

/ujaso/ ‘penjahat’ /l/--/n/ /χolo/ ‘basah’

/χuno/ ‘pandai’

Data di atas memperlihatkan ada beberapa data yang berpasangan mirip. Oleh karena itu, selain pembuktian fonem menggunakan pasangan minimal seperti yang dikemukakan oleh Bloch dan Trager (1944:40), pembuktian fonem bahasa Md juga menggunakan pasangan mirip seperti yang dikemukakan oleh L. Pike (1968:199). Menurut Pike adalah jika dua buah bunyi berada pada lingkungan mirip bunyi-bunyi itu adalah dua buah fonem.

Jika pasangan minimal bunyi yang berbeda hanya diperbolehkan satu bunyi maka pasangan mirip diperbolehkan berbeda bunyi dua atau lebih dan bunyi-bunyi tersebut dapat diidentifikasi berada di lingkungan di mana bunyi itu itu terjadi.

Pembuktian yang dimaksud adalah sebagai berikut. Data 1

/paraχ/ ‘alat timba perahu’ /panat/ ‘kirim’

data 2

/slaχaŋ/ ‘bersedu’

/sraχal/ ‘tas terbuat dari kain tenun’ data 3

/ujaha/ ‘pedagang’ /ujaso/ ‘penjahat’ Data 1

Pembuktian fonem dengan pasangan mirip dilakukan dengan dua kali identifikasi jika dalam pasangan tersebut ada dua bunyi yang beda. Pada data (1) tersebut yang beda bunyi adalah [r] dengan [n] dan [χ] dengan [t]. Pembuktian

(4)

pertama adalah bunyi [r] dan [n]. Kedua bunyi tersebut berada pada lingkungan mirip. Dikatakan demikian karena walaupun posisi kedua bunyi tersebut berada lingkungan sama tetapi pada posisi akhir kata ada satu bunyi yang beda yaitu [χ] dan [t]. Jika merunut pada pendapat Pike maka bunyi-bunyi tersebut merupakan fonem-fonem beda /r/ dan /n/. Pembuktian kedua dengan bunyi [χ] dan [t] Kedua bunyi tersebut berada pada lingkungan mirip. Dikatakan demikian karena walaupun posisi kedua bunyi tersebut berada lingkungan sama tetapi pada posisi tengah kata ada satu fonem yang beda yaitu [r] dan [n]. Jika merunut pada pendapat Pike maka bunyi-bunyi tersebut merupakan fonem-fonem yaitu /χ/ dan /t/.

Data 2

Begitu pula dengan data (2) di atas meperlihatkan bunyi yang berbeda yaitu [l] dengan [r] dan [ŋ] dengan [l]. Pembuktian pertama adalah bunyi [l] dan [r]. Kedua bunyi tersebut berada pada lingkungan mirip. Dikatakan demikian karena walaupun posisi kedua bunyi tersebut berada lingkungan sama tetapi pada posisi akhir kata ada satu bunyi yang beda yaitu [ŋ] dan [l]. Jika merunut pada pendapat Pike maka bunyi-bunyi tersebut merupakan fonem-fonem beda /r/ dan /n/. Pembuktian kedua dengan bunyi [ŋ] dan [l] Kedua bunyi tersebut berada pada lingkungan mirip. Dikatakan demikian karena walaupun posisi kedua bunyi tersebut berada lingkungan sama tetapi pada posisi tengah kata ada satu fonem yang beda yaitu [l] dan [r]. Jika merunut pada pendapat Pike maka bunyi-bunyi tersebut merupakan fonem-fonem yaitu /ŋ/ dan /l/.

(5)

Data 3

Data tersebut memperlihatkan bunyi yang berbeda yaitu [h] dengan [s] dan [a] dengan [o]. Pembuktian pertama adalah bunyi [h] dan [s]. Kedua bunyi tersebut berada pada lingkungan mirip. Dikatakan demikian karena walaupun posisi kedua bunyi tersebut berada lingkungan sama tetapi pada posisi akhir kata ada satu bunyi yang beda yaitu [a] dan [o]. Jika merunut pada pendapat Pike maka bunyi-bunyi tersebut merupakan fonem-fonem beda /h/ dan /s/. Pembuktian kedua dengan bunyi [a] dan [o]. Kedua bunyi tersebut berada pada lingkungan mirip. Dikatakan demikian karena walaupun posisi kedua bunyi tersebut berada lingkungan sama tetapi pada posisi tengah kata ada satu fonem yang beda yaitu [h] dan [s]. Jika merunut pada pendapat Pike maka bunyi-bunyi tersebut merupakan fonem-fonem yaitu /a/ dan /o/.

Berdasarkan pemaparan pembuktian fonem baik pembuktian dengan menggunakan pasangan minimal maupun pembuktian dengan menggunakan pasangan mirip memperlihatkan bahwa bahasa Md mempunnyai dua puluh satu fonem. Keduapuluh satu fonem tersebut dibagi menjadi lima buah vokal yaitu /i/, /e/, /a/, /o/, /u/ dan enam belas fonem konsonan yaitu/p/, /b/, /m/, /t/, /d/, /n/, /s/, /l/, /r/, /k/, /χ/ /g/, /j/, /h/, /w/, /ŋ/.

Jika digambarkan dalam bentuk bagan maka terlihat seperti berikut ini. Bagan 6.1: Vokal Bahasa Modebur

Posisi Lidah Depan Tengah Belakang

Atas i u

Sedang e o

(6)

Bagan 6.2 konsonan Bahasa Modebur

Artikulator dan Daerah Artikulasinya Sistem bunyi Bila- Bial Labio- Dental Apiko- Dental Apiko- alveolar Palatal Dorso- velar Lari- ngal Glo-tal b Tb B Tb b Tb B Tb B tb b tb b tb b Tb Hambat b p d t g k Geseran s χ h Paduan j Getar r Samping -an l Nasal m n η Semi- vokal w

6.0.2 Pola persukuan dalam Bahasa Modebur

Pola suku kata bahasa Modebur (Md) sangat sederhana, yakni V, KV, VK, KVK, KKV, dan KKVK. Jumlah suku kata pada setiap kata berkisar antara satu sampai empat suku kata. Berikut ini pola suku kata bahasa Md tersebut.

1) Kata bersuku satu (monosilabik) Pola KV /we/ ‘ darah’ Pola VK /ad/ ‘ api’ Pola KVK /jer/ ‘ air’ Pola KKV /bli/ ‘mencuci’ Pola KKVK /bram/ ‘abu’

(7)

2) Kata bersuku dua (bisilabik) Pola KKV.V

/wra.i/ wra-i ‘cabut’ Pola KKV.VK

/slo.ar/ slo-ar ‘lebar’ Pola KVK.KVK

/wul.tag/ wul-tag ‘berbicara (dg uvular)’ Pola KV.KV

/ri.ki/ ri-ki ‘akar’

Pola KV.KVK

/go.χal/ go-χal ‘anak’

Pola KV.V

/du.a/ du-a ‘memasak’

Pola KV.VK

/ku.aŋ/ ku-aŋ ‘kutu’ Pola V.KV

/isi/ i-si ‘ buah’

Pola VK.VK

/e.nar/ e-nar ‘angin’ Pola KKV.KV

/blo.lu/ blo-lu ‘bumbung’ Pola KKV.KVK

/kla.ket/ kla-ket ‘laba-laba’ 3) Kata bersuku tiga (trisilabik)

Pola KVK.KV.KV

/tim.be.bu/ tim-be-bu ‘kesedihan’ Pola KVK.KV.KVK

/weŋ.ki.laŋ weŋ-ki-laŋ ‘diperbolehkan’ Pola KVK.KV.V

(8)

Pola KV.KV.KV

/ta.ma.di ta-ma-di ‘berat’

Pola KV.KV.KVK

/ge.ta.raŋ/ ge-ta-raŋ ‘bagaimana’ Pola KV.KV.V

/go.mi.a go-mi-a ‘di dalam’ Pola KV.KV.VK

/ma.ni.am/ ma-ni-am ‘harum’

Pola KV.V.KVK

/bi.u.ran/ bi-u-raŋ ‘burung merpati’ Pola VK.KV.KV

/il.me.ra/ il-me-ra ‘kilat’ Pola V.KV.KV

/e.te.la/ e-te-la ‘di atas’ Pola V.KV.V

/o.mi.a/ o-mi-a ‘berpikir’ 4) Kata bersuku empat (kuadrasilabik)

Pola KV.KVK.KV.KV

/χa.lam.ba.si χa-lam-ba-si ‘kesambi’ Pola KV.KVK.KV.V

/po.laŋ.ka.i/ po-laŋ-ka-i ‘kemalangan’ Pola KV.KV.KV.KV

/ba.na.ku.ku ba-na-ku-ku ‘kabut’ Pola KV.KV.KV.KVK

/pa.nu.la.kal/ pa-nu-la-kal ‘pohon damar’ Pola KV.KV.KV.VK

/ge.na.hu.aŋ/ ge-na-hu-aŋ ‘hanya’ Pola KV.KV.V.KVK

/we.li.a.χuŋ we-li-a-χuŋ ‘murah’ Pola KV.VK.KV.KV

(9)

Pola KV.V.KV.KV

/wa.i.ma.ra. wa-i-ma-ra ‘burung enggang’ Pola KV.V.KV.V

/χo.a.χo.a/ χo-a-χo-a ‘biru’ Pola VK.KV.KV.KV

(10)

6.0.3 Fonem Bahasa Kaera (Kr)

/i/ - /a/ /mi/ ‘dan, dengan’ /ma/ ‘rumah’ /aki/ ‘akar bahar’ /aka/ ’ berdusta’ /e/ -/u/ /geteni/ ‘ranting’

/getuni/ ‘daung jendela’ /uter/ ‘puting beliung’ /utur/ ‘jamur’

/a/ - /e/ /wa/ ‘daun’ /we/ ‘darah’ /war/ ‘batu’ /wer/ ‘hari’ /o/ - /u/ /bom/ ‘tua’

/bum/ ‘bunga’ /buko/ ‘kentut’ /buku/ ‘gunung’ /u/ - /a/ /amur/ ‘mantra’

/amar/ ‘berangkat’ /p/ - /b/ /jipar/ ‘mimpi’

/jibar/ ’anjing’

/p/ -/m/ /japa/ ‘memadamkan (sinar) /jama/ ‘tendang’ /b/ - /d/ /ab/ ‘ikan /ad/ ‘api’ /bum/ ‘bunga’ /dum/ ‘burng’ /m/ - /r/ /dum/ ‘burung’ /dur/ ‘tikus’ /m/ - /l/ /lamo/ ‘siapa’ /lalo/ ‘tahu’ /t/ - /k/ /ibat/ ‘luka’ /ibak/ ‘jendela’ /d/ - /k/ /kumudi/ ‘demam’ /kumuki/ ‘bodoh’ /n/ - /s/ /ano/ ‘menggali’ /aso/ ‘membuka’ /s/ -/n/ /χaso/ ‘membelah’ /χano/ ‘hitam’ /j/ - /l/ /jer/ ‘air’ /ler/ ‘agama’ /jeg/ ‘banjir’ /leg/ ‘rotan’ /l/ - /w/ /χolo/ ‘basah’ /χowo/ ‘baik’

(11)

/r/ - /t/ /jer/ ‘air’

/jet/ ‘ayam hutan’ /k/ -/χ/ auk ‘piring’ /auχ/ ‘pinggan’ /χ/ -/n/ /χaχo/ ‘menikam’ /χano/ ‘hitam’ /g/ -/w/ /egat/ ‘semua’ /ewat/ ‘hidup’ /g/ - /s/ /magaŋ/ ‘tajam’ /masaŋ/ ’menembak’ /ŋ/ - /r/ /amuŋ/ ‘berzinah’ /amur/ ‘mantra’ /ŋ/ - /k/ /iriŋ/ ‘telur kutu’

/irik/ ‘sarang’ /h/ - /m/ /ahuŋ/ ‘ular sawah’

/amuŋ/ ‘berzinah’ /w/ - /m/ /war/ ‘pedas’

/mar/ ‘beras’ /waχo/ ‘cungki’ /maχo/ ‘pahit’

r/--/n/ /paraχ/ ‘alat timba perahu’ /panat/ ‘kirim’

/χ/--/t/ /paraχ/ ‘alat timba perahu’ /panat/ ‘kirim’

/l/--/r/ /slaχaŋ/ ‘bersedu’

/sraχal/ ‘tas terbuat dari kain tenun’ /ŋ/--/l/ /slaχaŋ/ ‘bersedu’

/sraχal/ ‘tas terbuat dari kain tenun’ /h/--/s/ /ujaha/ ‘pedagang’

/ujaso/ ‘penjahat’ /a/--/o/ /ujaha/ ‘pedagang’

/ujaso/ ‘penjahat’ /l/--/n/ /χolo/ ‘basah’

/χuno/ ‘pandai’

Data di atas memperlihatkan ada beberapa data yang berpasangan mirip. Oleh karena itu, selain pembuktian fonem menggunakan pasangan minimal seperti yang dikemukakan oleh Bloch dan Trager (1944:40), pembuktian fonem bahasa Md juga menggunakan pasangan mirip seperti yang dikemukakan oleh L. Pike (1968:199). Menurut Pike adalah jika dua buah bunyi berada pada lingkungan mirip bunyi-bunyi itu adalah dua buah fonem.

(12)

Jika pasangan minimal bunyi yang berbeda hanya diperbolehkan satu bunyi maka pasangan mirip diperbolehkan berbeda bunyi dua atau lebih dan bunyi-bunyi tersebut dapat diidentifikasi berada di lingkungan di mana bunyi itu itu terjadi.

Pembuktian yang dimaksud adalah sebagai berikut. Data 1

/paraχ/ ‘alat timba perahu’ /panat/ ‘kirim’

data 2

/slaχaŋ/ ‘bersedu’

/sraχal/ ‘tas terbuat dari kain tenun’ data 3

/ujaha/ ‘pedagang’ /ujaso/ ‘penjahat’

Penjelasan data (1) sampai dengan data (3) di atas dapat dilihat kembali pada uraian halaman 140-142 pada disertasi ini.

Berdasarkan pemaparan pembuktian fonem baik pembuktian dengan menggunakan pasangan minimal maupun pembuktian dengan menggunakan pasangan mirip memperlihatkan bahwa bahasa Kr mempunnyai dua puluh satu fonem. Kedua puluh satu fonem tersebut terdirin atas lima buah vokal yaitu /i/, /e/, /a/, /o/, /u/ dan enam belas fonem konsonan, yaitu /p/, /b/, /m/, /t/, /d/, /n/, /s/, /l/, /r/, /k/, /χ/ /g/, /j/, /h/, /w/, /ŋ/.

Jika digambarkan dalam bentuk bagan maka terlihat seperti berikut ini. Bagan 6.3 Fonem Vokal Bahasa Kaera

Posisi Lidah Depan Tengah Belakang

Atas i u

Sedang e o

(13)

Bagan 6.4 Fonem Konsonan Bahasa Kaera

Artikulator dan Daerah Artikulasinya Sistem bunyi Bila- Bial Labio- Dental Apiko- Dental Apiko- alveolar Palatal Dorso- velar Lari- ngal Glo-tal b Tb B Tb b Tb B Tb B tb b tb b tb b Tb Hambat b p d t g k Geseran s χ h Paduan j Getar r Samping -an l Nasal m n η Semi- vokal w

6.0.4 Pola Persukuan Bahasa Kr

Pola suku kata bahasa Kr sangat sederhana, yakni V. KV, VK, KVK, KKV, dan KKVK. Jumlah suku kata pada setiap kata berkisar antara satu sampai empat suku kata. Berikut ini pola suku kata bahasa Kr tersebut.

1) Kata bersuku satu (monosilabik) Pola KV /te/ te‘berbaring’ Pola VK /ad/ ad‘api’ Pola KVK /jer/ jer‘air’ Pola KKVK /bram/ bram‘abu’ 2) Kata bersuku dua (bisilabik) Pola KVK.KVK

(14)

Pola KVK.KVK

/kur.kur/ kur-kur ‘burung hantu’ Pola KV.KV

/na.bo/ na-bo ‘apa’ Pola KV.KVK

/ji.bar/ ji-bar ‘anjing’ Pola KV.V

/χa.u/ χa-u ‘lemak’ Pola KV.VK

/mi.ag/ mi-ag ‘kemarin’ Pola V.KV

/i.si/ i-si ‘buah’ Pola V.V

/a.i/ a-i ‘hujan’ 3) Kata bersuku tiga (trisilabik) Pola KV.KV.KV

/ba.na.ko/ ba-na-ko ‘asap’ Pola KV.KV.KVK

/ta.ba.gat/ ta-ba-gat ‘bahu’ Pola KV.VK.KV

/tu.am.ba/ tu-am-ba ‘berjumpa dengan’ Pola KV.V.KV

/χi.a.to/ χi-a-to ‘berak’ Pola KV.V.KV

/ga.u.ba/ ga-u-ba ‘yang’ Pola V.KVK.KV

/i.gan.do/ i-gan-do ‘dari atas’ Pola V.KV.KV

(15)

4) Kata bersuku empat (kuadrasilabik) Pola KVK.KV.KV.KVK

/duŋ.ka.la.liŋ / dung-ka-la-liŋ ‘cacing’ Pola KV.KVK.KV.V

/po.laŋ.kai/ po-laŋ-ka-i ‘kemalangan’ Pola KV.KV.KV.KV

/ka.ka.ra.ŋa/ ka-ka-ra-ŋa ‘laba-laba’ Pola KV.KV.V.KV

/to.ku.a.do/ to-ku-a-do ‘kenyang’ Pola KV.VK.KV.KV

/tu.am.pi.na/ tu-am-pi-na ‘kawin’ Pola V.KV.KV.KV

/e.pa.pa.mi/ e-pa-pa-mi ‘hangat’ Pola V.KV.V.KVK

/i.ti.o.kuŋ/ i-ti-o-kuŋ ‘gempa bumi’ Pola V.V.KV.KV

(16)

6.0.5 Fonem Bahasa Teiwa (Tw)

/i/ -/u/ /kir/ ‘tulang’ /kur/ ‘membakar’ /agi/ ‘pungut’ /agu/ ‘buka mulut’ /e/ - /u/ /boger/ ‘pelabuhan’

/bogur/ ‘pantai’ /a/ /o/ /baf/ ‘kalung’

/bof/ ‘gelombang’ /o/ - /u/ /bo/ ‘barangkali’

/bu/ ‘tambur panjang’ /boi/ ‘sungai’

/bui/ ‘pinang’ /u/ - /a/ /gufar/ ‘sayap’

/gafar/ ‘membunuh’ /p/ - /t/ /itap/ ‘menanam’ /itar/ ‘jalan’ /b/ - /d/ /buŋ/ ‘bunga’ /duŋ/ ‘burung’ /m/ -/r/ - /s/ /mis/ ‘duduk’ /mir/ ‘naik’ /mim/ ‘mencium’ /f/ - /l/ /χaf/ ‘ikan’ /χal/ ‘guntur’ /t/ - /d/ /ad/ ‘api’ /at/ ‘hari’ /d/ -/n/ -/r/ /kid/ ‘menangis’ /kin/ ‘nyamuk’ /kir/ ‘tulang’ /n/ - /t/ /an/ ‘dia’ /at/ ‘hari’ /ina/ ‘makan/ /ita/ ‘di’ /s/ - /t/ /isar/ ‘garam’ /itar/ ‘jalan’ /y/ -/χ/ /yaf/ ‘rumah’

/χaf/ ‘ikan’ /y/ - /b/ /yif/ ‘binyang’

/bif/ ‘anak’ /y/ - /m/ /yis/ ‘buah’ /mis/ ‘duduk’ /l/ - /n/ /χal/ ‘hujan’

/χan/ menggali’ /r/ -/d/ /kir/ ‘tulang’

(17)

/k/ - /n/ /afak/ ‘lain’ /afan/ ‘jauh’ /χ/ -/m/ /χaχo/ ‘menikam’ /maχo/ ‘tanah’ /g/ - /k/ /agi/ ‘pungut’ /aki/ ‘jangan’ /ŋ/ - /n/ /buŋ/ ‘bunga, /bun/ ‘asap’ /h/ - /χ/ /gahas/ ‘anjungan’

/gaχas/ ‘kotoran manusia (tahi) /h/ - /g/ /hafan/ ‘desa’

/gafan/ ‘muka’ /w/ - /f/ /wuraχ/ ‘ribut’

/furaχ/ ‘alat timba di perahu’ /wer/ ‘matahari’

/fer/ ‘ikan hiu’ /χ/-/k/ /χaχo / ‘ menikam

/kaχo/ ‘tanah’

Selain pembuktian fonem menggunakan pasangan minimal seperti yang dikemukakan oleh Bloch dan Trager (1944:40), pembuktian fonem bahasa Md juga menggunakan pasangan mirip seperti yang dikemukakan oleh L. Pike (1968:199). Jika pasangan minimal fonem yang berbeda hanya diperbolehkan satu fonem maka pasangan mirip diperbolehkan berbeda fonem dua atau lebih dan fonem-fonem tersebut dapat diidentifikasi berada di lingkungan di mana bunyi itu itu terjadi. Pembuktian yang dimaksud adalah sebagai berikut.

data 1

slaχaŋ ‘bersedu’

sraχal ‘tas terbuat dari kain tenun’ data 2

uyaha ‘pedagang’ uyaso ‘penjahat’

Penjelasan data (1) sampai dengan data (2) di atas dapat dilihat kembali pada uraian halaman 141-142 khususnya pada penjelasan data (2) dan data (3) pada disertasi ini.

(18)

Berdasarkan pemaparan pembuktian fonem baik pembuktian dengan menggunakan pasangan minimal maupun pembuktian dengan menggunakan pasangan mirip bahwa bahasa Tw mempunnyai dua puluh dua fonem. Kedua puluh dua fonem tersebut terdiri atas lima buah vokal yaitu /i/, /e/, /a/, /o/, /u/ dan tujuh belas fonem konsonan yaitu/ adalah / b/, /m/, /p/, /w/, /f/, /d/, /r/, /n/, /t/, /l/, /s/, /g/, /k/, /ŋ/, /χ/, /y/, /h/.

Jika digambarkan dalam bentuk bagan maka terlihat seperti berikut ini. Bagan 6:5 vokal Bahasa Teiwa

Bagan 6.6 konsonan Bahasa Teiwa

Artikulator dan Daerah Artikulasinya Sistem bunyi Bila- Bial Labio- dental Apiko- dental Apiko- alveolar Palatal Dorso- velar Lari- ngal Glo-tal B tb B tb B tb b tb B Tb b tb b tb b tb Hambat b p d t g k Geseran f s χ h Paduan Getar r Samping -an l Nasal m n η Semi- vokal w y

Posisi Lidah Depan Tengah Belakang

Atas i u

Sedang e o

(19)

6.0.6 Pola Persukuan Bahasa Tw

Pola suku kata bahasa Tw sangat sederhana, yakni V, KV, VK, KVK, KKV, dan KKVK. Jumlah suku kata pada setiap kata berkisar antara satu sampai empat suku kata. Berikut ini pola suku kata bahasa Tw tersebut.

1. Kata bersuku satu (monosilabik Pola V

/o/ o‘kutu baju’ Pola KV /ti/ ti‘berbaring’ Pola VK /ad/ ad‘api’ Pola KVK /yer/ yer‘air’ Pola KKVK /bram/ bram‘abu’ 2. Kata bersuku dua (bisilabik) Pola KKV.KVK

/sla.χaŋ/ sla-χang ‘bersedu’ Pola KKV.VK

/kri.an/ kri-an ‘bekerja’ Pola KVK.KVK

/raχ.daχ/ raχ-daχ menguap Pola KV.KV

/bo.ma/ bo-ma ‘bapak’ Pola KV.KVK

/he.nar/ he-nar ‘angin’ Pola KV.V

/ka.i/ ka-i ‘baik’ Pola KV.VK

(20)

Pola V.KV

/a.χa/ a-χa ‘ini’ Pola V.KVK

/o.tar/ o-tar ‘cacing’ 3. Kata bersuku tiga (trisilabik) Pola KVK.KV.KVK

/nom.ba.ŋan/ nom-ba-ŋan mencintai Pola KV.KVK.KV

/ku.tan.da/ ku-tan-da ‘bertumbuh’ Pola KV.KV.KVK

/gi.ga.lal/ gi-ga-lal ‘bagaimana’ Pola KV.KV.V

/ta.di.a/ ta-di-a ‘bahu’ Pola KV.KV.VK

/se.ri.aχ/ se-ri-aχ ‘jahat’ Pola V.KV.KV

/a.to.χa/ a-to-χa ‘kendur Pola V.KV.KVK

/a.mi.dan/ a-mi-dan ‘apa’ Pola V.KV.V

/o.ma.i/ o-ma-i‘berpikir’ Pola V.VK

/a.uχ/ a-uχ pinggan (pr mkn bsr) Pola V.VK.KV

/u.am.ba/ u-am-ba ‘kena’ Pola V.V.KV

/u.a.gi/ u-a-gi ‘mengintai’ 4. Kata bersuku empat (kuadrasilabik) Pola KVK.KV.KV.V

(21)

Pola KVK.KV.KV.VK

/waŋ.ka.ru.aŋ/ wang-ka-ru-ang ‘mengetahui Pola KV.KV.KVK.KV

/ke.mi.tur.ga/ ke-mi-tur-ga ‘leluhur’ Pola KV.KV.KV.KV

/ka.pa.ki.ri/ ka-pa-ki-ri ‘alat tradisional ut.pintal benang’ Pola KV.KV.KV.KVK

/ma.ga.wa.las/ ma-ga-wa-las ‘menuntun’ Pola KV.KV.KV.V

/pi.na.ri.a/ pi-na-ri-a ‘membawa’ Pola KV.KV.KV.VK

/ma.na.mi.an/ ma-na-mi-an ‘menerima’ Pola KV.KV.V.KVK

/te.di.a.χer/ te-di-a-χer ‘punggung’ Pola V.KV.KV.KV

/i.te.pa.χa/ i-te-pa-χa ‘kilat’

Setelah dilakukan pendeskripsian fonem dari ketiga bahasa tersebut maka langkah selanjutnya adalah melakukan tahapan rekonstruksi. Rekonstruksi dilakukan berdasarkan hasil kajian kuantitatif dan kualitatif. Berikut ini diketengahkan hasil rekonstruksi fonologi dan leksikal berdasarkan tata kerja rekonstruksi. Hasil rekonstruksi ini disajikan sesuai dengan tahapan yang telah ditempuh, yakni rekonstruksi fonologi PMdKr, rekonstruksi fonologi PMdKrTw, dan rekonstruksi leksikal PMdKrTw (Band, Fernandez,1996: Mbete, 1990; Budasi, 2007; Mandala, 2010). Tahap rekonstruksi ini sekaligus juga sebagai pendeskripsian fonem-fonem bahasa Md, bahasa Kr, dan bahasa Tw berdasarkan letak kehadirannya baik di awal, di tengah, maupun di akhir.

(22)

Rekonstruksi protobahasa Modebur, Kaera, dan Teiwa akan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah merekonstruksi protobahasa Modebur dan Kaera. Hal ini dilakukan terlebih dahulu karena kedua bahasa ini berdasarkan analisis kuantitatif dan kualitatif sangat erat hubungannya. Setelah tahap pertama selesai maka dilanjutkan pada tahap kedua yaitu merekonstruksi Protobahasa Modebur-Kaera dengan bahasa Teiwa. Adapaun rekonstruksi ketiga bahasa tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

6.1 Rekonstruksi Fonologi Protobahasa Modebur – Kera (PMdKr)

Berdasarkan kosakata seasal yang ditemukan dalam bahasa Modebur dan bahasa Kaera dapat dilakukan perbandingan fonem-fonem kedua bahasa itu. Perbandingan itu dilakukan untuk menemukan bukti-bukti kebahasaan yang dapat dijadikan dasar penentuan adanya hubungan genetis dan hubungan kesubkelompokan bahasa Modebur-Kaera sebagai anggota dari struktur genetis Modebur-Kaera-Teiwa. Bukti-bukti kebahasaan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sebagaimana telah disajikan di depan, menempatkan bahasa Modebur dan bahasa Kaera sebagai subkelompok tersendiri dalam kelompok Modebur-Kaera-Teiwa. Sebagai subkelompok tersendiri, ketiga bahasa itu dihipotesiskan berasal dari moyang bahasa yang sama yang disebut proto Modebur-Kaera-Teiwa (PMdKrTw). Dengan demikian, dapatlah direkonstruksi fonem-fonem PMdKrTw tersebut.

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang tata fonem PMdKr melalui rekonstruksi tersebut, di bawah ini disajikan proses penemuan dan

(23)

pembuktian fonem, perbendaharaan fonem, dan pantulan fonem PMdKr dalam bahasa Modebur dan bahasa Kaera.

6.1.1 Penemuan dan Pembuktian Protofonem PMdKr

Proses penemuan dan pembuktian protofonem PMdKr dilakukan dengan menemukan pertalian dan perpadanan fonem-fonem secara posisional-distribusional. Pertalian dan perpadanan itu ditelaah dan dibandingkan posisi demi posisi untuk menemukan rumusan perubahan-perubahan diakronis ketiga bahasa itu. Perpaduan fonem yang ditelaah itu meliputi vokal, deret vokal, konsonan, dan gugus konsonan,seperti tersaji berikut ini.

6.1.1.1 Penemuan dan Pembuktian Protofonem Vokal PMdKr 1) PMdKr *i (i- -i- -i) > Md, Kr i

Posisi awal kata

PMdKr */i/ pada posisi awal kata dapat ditemukan pada perangkat kata seasal berikut.

PMdKr Md Kr

*/iŋ/ /iŋ/ /iŋ/ ‘benih’

*/idaŋ/ /idaŋ/ /idaŋ/ ‘berapa’’

*/isi/ /isi/ /isi/ ‘buah’

*/iga/ /iga/ /iga/ ‘sembunyi’ */ilpina/ /ilpina/ /ilpina/ ‘petani’

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /i/ sebagai bunyi distingtif yang ciri-cirinya vokal depan, tinggi, tak bulat dalam posisi awal kata pada bahasa Md dan bahasa Kr berasal dari MdKr */i/. Artinya, fonem MdKr */i/ pada awal kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Md dan Kr. Karena dapat ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan

(24)

korespondensinya dapat dijelaskan secara sistematis, maka fonem-fonem vokal tersebut direkonstruksi sebagai MdKr */i/#-.

Posisi tengah kata

PMdKr */i/ pada posisi tengah kata dapat ditemukan pada perangkat kata seasal berikut.

PMdKr Md Kr

*/masil/ /masil/ /masil/ ‘asin’ */griaŋ/ /griaŋ/ /griaŋ/ ‘asuh’ */bisir/ /bisir/ /bisir/ ‘bisul’ */kil/ /kil/ /kil/ ‘cincin’

*/lamiŋ/ /lamiŋ/ /lamiŋ/ ‘mencuci selain pakaian’

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /i/ sebagai bunyi distingtif yang ciri-cirinya vokal depan, tinggi, tak bulat dalam posisi tengah kata pada bahasa Md dan bahasa Kr berasal dari MdKr */i/. Artinya, fonem MdKr */i/ pada tengah kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Md dan Kr. Karena dapat ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistematis, maka fonem-fonem vokal tersebut direkonstruksi sebagai MdKr */i/K-K.

Posisi akhir kata

PMdKr */i/ pada posisi akhir kata dapat ditemukan pada perangkat kata seasal berikut.

PMdKr Md Kr

*/eitili/ /eitili/ /eitili/ ‘anjungan’ */deki/ /deki/ /deki/ ‘bale-bale’ */takami/ /takami/ /takami/ ‘bertanya’

*/χamasi/ /χamasi/ /χamasi/ ‘cubit dengan pekan’ */kiri/ /kiri/ /kiri/ ‘cukur’

(25)

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /i/ sebagai bunyi distingtif yang ciri-cirinya vokal depan, tinggi, tak bulat dalam posisi akhir kata pada bahasa Md dan bahasa Kr berasal dari MdKr */i/. Artinya, fonem MdKr */i/ pada akhir kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Md dan Kr. Karena dapat ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistematis, maka fonem-fonem vokal tersebut direkonstruksi sebagai MdKr */i/-#.

Kosakata seasal di atas membuktikan bahwa PMdKr */i/ pada posisi awal, tengah, dan akhir kata dapat ditentukan. Penentuan itu didasarkan atas temuan Md dan Kr /i/ serta korespondensinya pada posisi yang sama.

Di samping itu, ditemukan pula perangkat kosakata seasal yang memperlihatkan kesepadanan vokal /i/ dan vokal /o/ pada posisi akhir kata pada bahasa Md dan bahasa Kr. Berikut ini beberapa etimon yang mengandung kesepadanan tersebut.

PMdKr Md Kr

*/kup(i,o)/ /kupi/ /kupo/ ‘memukul’ */pus(i,o)/ /pusi/ /puso/ ‘tebal’ */ilir(i,o)/ /iliri/ /iliro/ ‘terbang’ */χal(i,o)/ /χali/ /χalo/ ‘batuk’ */buk(i,o)/ /buki/ /buko/ ‘berkumpul’ */tatas(i,o)/ /tatasi/ /tataso/ ‘injak’ */tesur(i,o)/ /tesuri/ /tesuro/ ‘memaki’ */χas(i,o)/ /χasi/ /χaso/ ‘pecah’ */ag(i,o)/ /agi/ /ago/ ‘pungut’

Data di atas memperlihatkan kesepadanan vokal /i/ dan vokal /o/ pada bahasa Md dan bahasa Kr. Berdasarkan tata cara penentuan protobahasa pada bagian 3.5.2.1 khususnya pada bagian 1 (c) maka yang ditetapkan sebagai protobahasa MdKr adalah *(/i,o/).

(26)

2) PMdKr *u (u- -u- -u) > Md, Kr u Posisi awal kata

PMdKr *u pada posisi awal kata dapat ditemukan pada perangkat kata seasal berikut.

PMdKr Md Kr

*/umuŋ/ /umuŋ/ /umuŋ/ ‘daging’

*/ut/ /ut/ /ut/ ‘empat’

*/umba/ /umba/ /umba/ ‘bulan terbenam */user/ /user/ /user/ ‘cepat’

*/ukoŋ/ /ukoŋ/ /ukoŋ/ ‘cermin’

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /u/ sebagai bunyi distingtif yang ciri-ciri vokal belakang, tinggi, bulat dalam posisi awal kata pada bahasa Md dan bahasa Kr berasal dari MdKr */u/. Artinya, fonem MdKr */u/ pada awal kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Md dan Kr. Karena dapat ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistematis, maka fonem-fonem vokal tersebut direkonstruksi sebagai MdKr */u/#-.

Posisi tengah kata

PMdKr */u/ pada posisi tengah kata dapat ditemukan pada perangkat kata seasal berikut.

PMdKr Md Kr

*/mud/ /mud/ /mud/ ‘bulu’ */bur/ /bur/ /bur/ ‘pohon aren’

*/amur/ /amur/ /amur/ ‘buku mantra’ */puraŋ/ /puraŋ/ /puraŋ/ ‘buang ludah’

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /u/ sebagai bunyi distingtif dan ciri-ciri vokal belakang, tinggi, bulat dalam posisi tengah kata

(27)

dalam bahasa Md dan bahasa Kr berasal dari MdKr */u/. Artinya, fonem MdKr */u/ pada tengah kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Md dan Kr. Karena dapat ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistematis, maka fonem-fonem vokal tersebut direkonstruksi sebagai MdKr */u/K-K.

Posisi akhir kata

PMdKr */u/ pada posisi akhir kata dapat ditemukan pada perangkat kata seasal berikut.

PMdKr Md Kr

*/pru/ /pru/ /pru/ ‘peras’ */toku/ /toku/ /toku/ ‘jongkok’ */polu/ /polu/ /polu/ ‘botak

*/blolu/ /blolu/ /blolu/ ‘bumbu’ */taχamu/ /taχamu/ /taχamu/ ‘cabang’

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /u/ sebagai bunyi distingtif dengan ciri-ciri vokal belakang, tinggi, bulat dalam posisi akhir kata pada bahasa Md dan bahasa Kr berasal dari MdKr */u/. Artinya, fonem MdKr */u/ pada awal kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Md dan Kr. Karena dapat ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistematis, maka fonem-fonem vokal tersebut direkonstruksi sebagai MdKr */u/-#.

Kosakata seasal di atas membuktikan bahwa PMdKr *u pada posisi awal, tengah, dan akhir kata dapat ditentukan. Penentuan itu didasarkan atas temuan Md, dan Kr u serta korespondensinya pada posisi yang sama. Di samping itu, ditemukan pula perangkat kosakata seasal yang memperlihatkan kesepadanan

(28)

vokal /u/ dan vokal /o/ pada posisi tengah kata dan akhir kata pada bahasa Md dan bahasa Kr. Berikut ini beberapa etimon yang mengandung kesepadanan tersebut.

PMdKr Md Kr

*/nuk(u,o)/ /nuku/ /nuko/ ‘satu’ */k(u,o)pok/ /kupok/ /kopok/ ‘sempit */lol(u,o)/ /lolu/ /lolo/ ‘longgar’

Data di atas memperlihatkan kesepadanan vokal /u/ dan vokal /o/ pada bahasa Md dan bahasa Kr. Berdasarkan tata cara penentuan protobahasa pada bagian 3.5.2.1, maka yang ditetapkan sebagai protobahasa MdKr adalah *(/u,o/).

3) PMdKr *e (e- -e- -e) > Md, Kr e, Posisi awal kata

PMdKr */e/ pada posisi awal kata dapat ditemukan pada perangkat kata seasal berikut.

PMdKr Md Kr

*/enar/ /enar/ /enar/ ‘angin’ */ewat/ /ewat/ /ewat/ ‘hidup’ */eres/ /eres/ /eres/ ‘hutan’

*/egula/ /egula/ /egula/ ‘tipis’ */eweŋ/ /eweŋ/ /eweŋ/ ‘ipar (lk)

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /e/ sebagai bunyi distingtif dengan ciri-ciri vokal depan, tengah, tidak bulat dalam posisi awal kata pada bahasa Md dan bahasa Kr berasal dari MdKr */e/. Artinya, fonem MdKr */e/ pada awal kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Md dan Kr. Karena dapat ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan

(29)

korespondensinya dapat dijelaskan secara sistematis, maka fonem-fonem vokal tersebut direkonstruksi sebagai MdKr */e/#-.

Posisi tengah kata

PMdKr */e/ pada posisi tengah kata dapat ditemukan pada perangkat kata seasal berikut.

PMdKr Md Kr

*/jer/ /jer/ /jer/ ‘air’ */beruŋ/ /beruŋ/ /beruŋ/ ‘belok’ */teleb/ /teleb/ /teleb/ ‘lidah’ */tekil/ /tekil/ /tekil/ ‘tipis’

*/ler/ /ler/ /ler/ ‘agama’

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /e/ sebagai bunyi distingtif dengan ciri-ciri vokal depan, tengah, tidak bulat dalam posisi tengah kata pada bahasa Md dan bahasa Kr berasal dari MdKr */e/. Artinya, fonem MdKr */e/ pada tengah kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Md dan Kr. Karena dapat ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistematis, maka fonem-fonem vokal tersebut direkonstruksi sebagai MdKr */e/K-K.

Posisi akhir kata

PMdKr */e/ pada posisi akhir kata dapat ditemukan pada perangkat kata seasal berikut.

PMdKr Md Kr

*/we/ /we/ /we/ ‘darah’

*/ede/ /ede/ /ede/ ‘bakar’

*/re/ /re/ /re/ ‘kemari’

*/samine/ /samine/ /samine/ ‘pemberian’

(30)

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /e/ sebagai bunyi distingtif dengan ciri-ciri vokal depan, tengah, tidak bulat dalam posisi akhir kata pada bahasa Md dan bahasa Kr berasal dari MdKr */e/. Artinya, fonem MdKr */e/ pada akhir kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Md dan Kr. Karena dapat ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistematis, maka fonem-fonem vokal tersebut direkonstruksi sebagai MdKr */e/-#.

Kosakata seasal di atas membuktikan bahwa PMdKr */e/ pada posisi awal, tengah, dan akhir kata dapat ditentukan. Penentuan itu didasarkan atas temuan Md dan Kr /e/ serta korespondensinya pada posisi yang sama.

Di samping itu, ditemukan pula perangkat kosakata seasal yang memperlihatkan kesepadanan vokal /e/ dan vokal /i/ pada posisi awal kata dan tengah kata pada bahasa Md dan bahasa Kr. Berikut ini beberapa etimon yang mengandung kesepadanan tersebut.

PMdKr Md Kr

*/(e.i)daŋ/ /edaŋ/ /idaŋ/ ‘beberapa’ */ak(e,i)/ /ake/ /aki/ ‘jangan’ */law(e,i)k/ /lawek/ /lawik/ ‘sayur labu’

Data di atas memperlihatkan kesepadanan vokal /e/ dan vokal /i/ pada bahasa Md dan bahasa Kr. Berdasarkan tata cara penentuan protobahasa pada bagian 3.5.2.1 khususnya pada bagian 1 (c) maka yang ditetapkan sebagai protobahasa MdKr adalah *(/e,i/).

Selain itu, ditemukan pula perangkat kosakata seasal yang memperlihatkan kesepadanan vokal /e/ dan vokal /a/ pada posisi tengah kata pada bahasa Md dan

(31)

bahasa Kr. Berikut ini beberapa etimon yang mengandung kesepadanan tersebut.

PMdKr Md Kr

*/d(e,a)na/ /dena/ /dana/timpang’ */w(e,a)r/ /wer/ /war/ ‘melontar’ */isiw(e,a)ŋ/ /isiweŋ/ /isiwaŋ/ ‘berbuah’

Data di atas memperlihatkan kesepadanan vokal /e/ dan vokal /a/ pada bahasa Md dan bahasa Kr. Berdasarkan tata cara penentuan protobahasa pada bagian 3.5.2.1 khususnya pada bagian 1 (c) maka yang ditetapkan sebagai protobahasa MdKr adalah *(/e,a/).

Di samping itu pula, ditemukan pula perangkat kosakata seasal yang memperlihatkan kesepadanan vokal /e/ dan vokal /o/ pada posisi tengah kata pada bahasa Md dan bahasa Kr. Berikut ini beberapa etimon yang mengandung kesepadanan tersebut.

PMdKr Md Kr

*/d(e,o)gi/ /degi/ /dogi/ ‘ alat tenun’ */w(e.o)r/ /wer/ /wor/ ‘bubu’

*/k(e,o)tok/ /ketok/ /kotok/ ‘cacing kremi’

Data di atas memperlihatkan kesepadanan vokal /e/ dan vokal /o/ pada bahasa Md dan bahasa Kr. Berdasarkan tata cara penentuan protobahasa pada bagian 3.5.2.1 khususnya pada bagian 1 (c) maka yang ditetapkan sebagai protobahasa MdKr adalah *(/e,o/).

4) PMdKr *o (o-, -o-, -o) > Md, Kr o Posisi awal kata

PMdKr */o/ pada posisi awal kata dapat ditemukan pada perangkat kata seasal berikut.

(32)

PMdKr Md Kr

*/os/ /os/ /os/ ‘angkat’

*/olak/ /olak/ /olak/ ‘besi’

*/omba/ /omba/ /omba/ ‘kena’

*/ogas/ /ogas/ /ogas/ ‘tepat minum’

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /o/ sebagai bunyi distingtif dengan ciri-ciri vokal belakang, tengah, bulat dalam posisi awal kata pada bahasa Md dan bahasa Kr berasal dari MdKr */o/. Artinya fonem MdKr */o/ pada awal kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Md dan Kr. Karena dapat ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistematis, maka fonem-fonem vokal tersebut direkonstruksi sebagai MdKr */o/#-.

Posisi tengah kata

PMdKr */o/ pada posisi tengah kata dapat ditemukan pada perangkat kata seasal berikut.

PMdKr Md Kr

*/boma/ /boma/ /boma/ ‘bapak’

*/χom/ /χom/ /χom/ ‘hati’

*/totu/ /totu/ /totu/ ‘mengalir’

*/goda/ /goda/ /goda/ ‘melempar’

*/totoki/ /totoki/ /totoki/ ‘perut’

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /o/ sebagai bunyi distingtif dengan ciri-ciri vokal belakang, tengah, bulat dalam posisi tengah kata pada bahasa Md dan bahasa Kr berasal dari MdKr */o/. Artinya, fonem MdKr */o/ pada tengah kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Md dan Kr. Karena dapat ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan

(33)

korespondensinya dapat dijelaskan secara sistematis, maka fonem-fonem vokal tersebut direkonstruksi sebagai MdKr */o/K-K.

Posisi akhir kata

PMdKr */o/ pada posisi akhir kata dapat ditemukan pada perangkat kata seasal berikut.

PMdKr Md Kr

*/wado/ /wado/ /wado/ ‘besar’

*/χolo/ /χolo/ /χolo/ ‘basah’

*/raχo/ /raχo/ /raχo/ ‘dua’

*/walo/ /walo/ /walo/ ‘beli’

*/tuko/ /tuko/ /tuko/ ‘pendek’

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /o/ sebagai bunyi distingtif dengan ciri-ciri vokal belakang, tengah, bulat dalam posisi akhir kata pada bahasa Md dan bahasa Kr berasal dari MdKr */o/. Artinya, fonem MdKr */o/ pada akhir kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Md dan Kr. Karena dapat ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistematis, maka fonem-fonem vokal tersebut direkonstruksi sebagai MdKr */o/-#.

Kosakata seasal di atas membuktikan bahwa PMdKr */o/ pada posisi awal, tengah, dan akhir kata dapat ditentukan. Penentuan itu didasarkan atas temuan Md dan Kr /o/ serta korespondensinya pada posisi yang sama.

Di samping itu, ditemukan pula perangkat kosakata seasal yang memperlihatkan kesepadanan vokal /o/ dan vokal /a/ pada posisi tengah kata pada bahasa Md dan bahasa Kr. Berikut ini beberapa etimon yang mengandung kesepadanan tersebut.

(34)

PMdKr Md Kr

*/b(o,a)gori/ /bogori/ /bagori/ ‘kuning’

*/p(o,a)r/ /por/ /par/ ‘bumi

*/χ(o,a)t/ /χot/ /χat/ ‘kudis’

Data di atas memperlihatkan kesepadanan vokal /o/ dan vokal /a/ pada bahasa Md dan bahasa Kr. Berdasarkan tatacara penentuan protobahasa pada bagian 3.5.2.1 khususnya pada bagian 1 (c) maka yang ditetapkan sebagai protobahasa MdKr adalah *(/o,a/)

Selain itu, ditemukan pula perangkat kosakata seasal yang memperlihatkan kesepadanan vokal /o/ dan vokal /u/ pada posisi tengah kata dan akhir kata pada bahasa Md dan bahasa Kr. Berikut ini beberapa etimon yang mengandung kesepadanan tersebut.

PMdKr Md Kr

*/misip(o,u)/ /misipo/ /misipu/ ‘sepat (rasa) */n(o,u)n/ /non/ /nun/ ‘potong kain’ */dek(o,u)/ /deko/ /deku/ ‘celana’

Data di atas memperlihatkan kesepadanan vokal /o/ dan vokal /u/ pada bahasa Md dan bahasa Kr. Berdasarkan tata cara penentuan protobahasa pada bagian 3.5.2.1 khususnya pada bagian 1 (c), maka yang ditetapkan sebagai protobahasa MdKr adalah *(/o,u/).

5) PMdKr *a (a- -a- -a) > Md Kr a Posisi awal kata

PMdKr */a/ pada posisi awal kata dapat ditemukan pada perangkat kata seasal berikut.

(35)

PMdKr Md Kr

*/ad/ /ad/ /ad/ ‘api’

*/ab/ /ab/ /ab/ ‘ikan’

*/ap/ /ap/ /ap/ ‘depan’

*/ajai/ /ajai/ /ajai/ ‘melahirkan’ */aro/ /aro/ /aro/ ‘musang’

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /a/ sebagai bunyi distingtif dengan ciri-ciri vokal tengah, rendah, tidak bulat dalam posisi awal kata pada bahasa Md dan bahasa Kr berasal dari MdKr */a/. Artinya, fonem MdKr */a/ pada awal kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Md dan Kr. Karena dapat ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistematis, maka fonem-fonem vokal tersebut direkonstruksi sebagai MdKr */a/#-.

Posisi tengah kata

PMdKr */a/ pada posisi tengah kata dapat ditemukan pada perangkat kata seasal berikut.

PMdKr Md Kr

*/war/ /war/ /war/ ‘batu’ */magaŋ/ /magaŋ/ /magaŋ/ ‘tajam’ */jaχur/ /jaχur/ /jaχur/ ‘kiri’ */tabat/ /tabat/ /tabat/ ‘kaki’ */isar/ /isar/ /isar/ ‘garam’

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /a/ sebagai bunyi distingtif dengan ciri-ciri vokal tengah, rendah, tidak bulat dalam posisi tengah kata pada bahasa Md dan bahasa Kr berasal dari MdKr */a/. Artinya, fonem MdKr */a/ pada tengah kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Md dan Kr. Karena dapat ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan

(36)

korespondensinya dapat dijelaskan secara sistematis, maka fonem-fonem vokal tersebut direkonstruksi sebagai MdKr */a/K-K.

Posisi akhir kata

PMdKr */a/ pada posisi akhir kata dapat ditemukan pada perangkat kata seasal berikut.

PMdKr Md Kr

*/manisa/ /manisa/ /manisa/ ‘berbau busuk’

*/wa/ /wa/ /wa/ ‘daun’

*/maχa/ /maχa/ /maχa/ ‘tanah’ */ita/ /ita/ /ita/ ‘dari’

*/χala/ /χala/ /χala/ ‘dinding papan’

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal /a/ sebagai bunyi distingtif dengan ciri-ciri vokal tengah, rendah, tidak bulat dalam posisi akhir kata pada bahasa Md dan bahasa Kr berasal dari MdKr */a/. Artinya, fonem MdKr */a/ pada akhir kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Md dan Kr. Karena dapat ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistematis, maka fonem-fonem vokal tersebut direkonstruksi sebagai MdKr */a/#-.

Kosakata seasal di atas membuktikan bahwa PMdKr */a/ pada posisi awal, tengah, dan akhir kata dapat ditentukan. Penentuan itu didasarkan atas temuan Md dan Kr /a/ serta korespondensinya pada posisi yang sama.

Selain itu, ditemukan pula perangkat kosakata seasal yang memperlihatkan kesepadanan vokal /a/ dan vokal /o/ pada posisi akhir kata pada bahasa Md dan bahasa Kr. Berikut ini beberapa etimon yang mengandung kesepadanan tersebut.

(37)

PMdKr Md Kr

*/χan(a,o)/ χana/ /χano/ ‘hitam’

*/ol(a,o)/ ola/ /olo/ ‘jauh’

*/iχan(a,o)/ /iχana/ /iχano/ ‘malam’ */lal(a,o)/ /lala/ /lalo/ ‘melihat’ */pin(a,o)/ /pina/ /pino/ ‘memegang’ */bag(a,o)/ /baga/ /bago/ ‘menangis’ */an(a,o)/ /ana/ /ano/ ‘menggali’ */ujaχ(a,o)/ /ujaχa/ /ujaχo/ ‘orang’ */meχ(a,o)/ /meχa/ /meχo/ ‘putih’ */lal(a,o)/ /lala/ /lalo/ ‘tahu’ */niŋ (a,o)/ /niŋa/ /niŋo/ ‘tidak’ */ler(a,o)/ /lera/ /lero/ ‘cuaca cerah’ */bir(a,o)/ /bira/ /biro/ ‘datar’

*/sin(a,o)/ /sina/ /sino/ ‘menganyam’ */an(a,o)/ /ana/ /ano/ ‘menggali’ */baŋ(a,o)/ /baŋa/ /baŋo/ ‘meminta’ */wil(a,o)/ /wila/ /wilo/ ‘ringan’

*/ut(a,o)/ /uta/ /uto/ ‘runcing’

*/iler(a,o)/ /ilera/ /ilero/ ‘siang’ */gewek(a,o)/ /geweka/ /geweko/ ‘terakhir’ */ser(a,o)/ /sera/ /sero/ ‘turun’

Data di atas memperlihatkan kesepadanan vokal /u/ dan vokal /o/ pada bahasa Md dan bahasa Kr. Berdasarkan tata cara penentuan protobahasa pada bagian 3.5.2.1 khususnya pada bagian 1 (c) maka yang ditetapkan sebagai protobahasa MdKr adalah *(/a,o/).

Selain itu, ditemukan pula perangkat kosakata seasal yang memperlihatkan kesepadanan vokal /a/ dan vokal /i/ pada posisi tengah kata dan akhir kata pada bahasa Md dan bahasa Kr. Berikut ini beberapa etimon yang mengandung kesepadanan tersebut.

PMdKr Md Kr

*/wil(a,i)ŋ/ /wilaŋ/ /wiliŋ/ ‘bertumbuh’ */w(a,i)s/ /was/ /wis/ ‘pasir’

*/χ(a,i)bib/ /χabib/ /χibib/ ‘kambing’ */taχ(a,i)/ /taχa/ /taχi/ ‘kapak’ */χoχa(a,i)s/ /χoχas/ /χoχis/ ‘karang’

(38)

*/gid(a,i)t/ /gidat/ /gidit/ ‘menantu’ */ped(a,i/) /peda/ /pedi/ ‘parang’

Data di atas memperlihatkan kesepadanan vokal /u/ dan vokal /o/ pada bahasa Md dan bahasa Kr. Berdasarkan tata cara penentuan protobahasa pada bagian 3.5.2.1 khususnya pada bagian 1 (c), maka yang ditetapkan sebagai protobahasa MdKr adalah *(/a,i/).

6.1.1.2 Penemuan dan Pembuktian Protofonem Deret Vokal PMdKr

Deret vokal merupakan runtunan vokal yang berbeda dalam struktur kata yang dalam pemilahan suku runtunan vokal tersebut dapat dipisah. Dalam PMdKr ditemukan beberapa pola deret vokal (V1V2), yaitu

PMdKr Md Kr

*/griaŋ/ /griaŋ/ /griaŋ/ ‘asuh’ */χiato/ /χiato/ /χiato/ ‘berak’ */pliar/ /pliar/ /pliar/ ‘gambir’ */siar/ /siar/ /siar/ ‘pisau’ */gemia/ /gemia/ /gemia/ ‘warisan’ */gomia/ /gomia/ /gomia/ ‘di dalam’ */talia/ /talia/ /talia/ ‘para-para’ */tia/ /tia/ /tia/ ‘tidur’

*/neilam/ /neilam/ /neilam/ ‘menantu (lk) */tei/ /tei/ /tei/ ‘pohon’

*/krei/ /krei/ /krei/ ‘bersendawa’ */bea/ /bea/ /bea/ ‘sarung pedang’ */brea/ /brea/ /brea/ ‘bubur’

*/wrea/ /wrea/ /wrea/ ‘campak’ */χeu/ /χeu/ /χeu/ ‘udara’

*/teuŋ/ /teuŋ/ /teuŋ/ ‘menggotong’ */teumara/ /teumara/ /teumara/ ‘bibi’ */geoŋ/ /geoŋ/ /geoŋ/ ‘jejak’ */heola/ /heola/ /heola/ ‘jarak’ */teomi/ /teomi/ /teomi/ ‘bahagia’ */gau/ /gau/ /gau/ ‘itu’ */auK/ /auχ/ /auk/ ‘piring’ */kau/ /kau/ /kau/ ‘teman pr’ */Kau/ /kau/ /χau/ ‘berlemak’

(39)

*/amai/ /amai/ /amai/ ‘rendah’ */bagai /bagai/ /bagai/ ‘buaya’ */kanaut/ /kanaut/ /kanaut/ ‘gelang’ */murai/ /murai/ /murai/ ‘belut’ */nekau/ /nekau/ /nekau/ ‘saudara lk’ */taχau/ /taχau/ /taχau/ ‘mencuri’ */pai/ /pai/ /pai/ ‘memotong’ */polaŋkai/ /polaŋkai/ /polaŋkai/ ‘kemalangan’ */sai/ /sai/ /sai/ ‘sarung’

*/sai/ /sai/ /sai/ ‘tempat anal panah’ */taχai/ /taχai/ /taχai/ ‘paru-paru’

*/tuwao/ /tuwao/ /tuwao/ ‘memutuskan janji’ */taumi/ /taumi/ /taumi/ ‘kemenangan’ */pasapao/ /pasapao/ /pasapao/ ‘kebaya’ */kotaosi/ /kotaosi/ /kotaosi/ ‘landasan’

*/waimara/ /waimara/ /waimara/ ‘burung enggan’ */wurai/ /wurai/ /wurai/ ‘cabut’

*/gaiŋ/ /gaiŋ/ /gaiŋ/ ‘memerintahkan’ */gaboi/ /gaboi/ /gaboi/ ‘cerai’

*/koi/ /koi/ /koi/ ‘kulit’ */ploit/ /ploit/ /ploit/ ‘malas’ */somoiŋ/ /somoiŋ/ /somoiŋ/ ‘rangkai’ */toal/ /toal/ /toal/ ‘bawang’ */sloar/ /sloar/ /sloar/ ‘luas’ */toaŋ/ /toaŋ/ /toaŋ/ ‘limpa’ */ua/ /ua/ /ua/ ‘kutu baju’ */uaχa/ /uaχa/ /uaχa/ ‘peluk’ */duan/ /duan/ /duan/’obat’

*/kuaŋ/ /kuaŋ/ /kuaŋ/ ‘mencari kutu’ */kuar/ /kuar/ /kuar/ ‘pemuda lk’ */kuat/ /kuat/ /kuat/ ‘semangat’ */buat/ /buat/ /buat/ ‘ombak’ */dua/ /dua/ /dua/ ‘memasak’ */tua/ /tua/ /tua/ ‘menggaruk’ */gabui/ /gabui/ /gabui/ ‘cerita’ */gubui/ /gubui/ /gubui/ ‘buang’

*/gupui/ /gupui/ /gupui/ ‘sangka yang ditiup’ */χui/ /χui/ /χui/ ‘ulat gigi’

*/Kibui/ /kibui/ /χibui/ ‘daging buah’ */pupui/ /pupui/ /pupui/ ‘sumpitan’ */turui/ /turui/ /turui/ ‘urat’

Kosakata seasal di atas menunjukkan bahwa pola derat vokal yang ditemukan dalam subkelompok PMdKr adalah */ia/, */ei/, */ea/, */eo/, */eu/, */ai/,

(40)

*/au/, */ao/, */oi/, */oa/, */ui/, */ua/. Selain itu, ada beberapa deret vokal yang tidak ditemukan (konstrain) dalam subkelompok PMdKr. Deret vokal yang dimaksud adalah /ie/, /iu/, /io/, /ae/, /oe/, /ou/, /ue/, /uo/.

Deret vokal dalam subkelompok PMdKr tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. (1) apabila vokal pertama /i/ dengan ciri distingtif depan, tinggi tak bulat maka vokal kedua adalah /a/ dengan ciri distingtif vokal tengah, rendah tidak bulat. Jadi dapat dikatakan bahwa jika vokal pertama tinggi tak bulat maka dapat dipastikan vokal kedua adalah vokal rendah. Jikalau vokal kedua bukan vokal rendah maka akan terjadi konstrain dalam subkelompok PMdKr, (2) (apabila vokal pertama /e/ sebagai bunyi distingtif dengan ciri-ciri vokal depan, tengah, tidak bulat maka vokal kedua adalah /e/ sebagai bunyi distingtif dengan ciri-ciri vokal depan, tengah, tidak bulat, i/ dengan ciri distingtif tinggi tak bulat, /o/ dengan ciri distingtif vokal belakang, tengah atas bulat, /u/ dengan ciri distingtif vokal belakang, tinggi, bulat, (3) apabila vokal pertama /e/ sebagai bunyi distingtif dengan ciri-ciri vokal depan, tengah, tidak bulat maka vokal kedua adalah /i/ dengan ciri distingtif vokal depan, tinggi atas tak bulat, /u/ dengan ciri distingtif vokal belakang, tinggi atas bulat, /o/ dengan ciri distingtif vokal belakang, tengah atas bulat. Jadi, dapat dikatakan bahwa jika vokal pertama rendah maka dapat dipastikan vokal kedua adalah tinggi tak bulat dan vokal bulat. Jikalau vokal kedua bukan vokal tinggi tak bulat dan vokal bulat maka akan terjadi konstrain dalam subkelompok PMdKr. (4) apabila vokal pertama adalah vokal /u/ dengan ciri distingtif vokal belakang, tinggi atas bulat dan /o/ dengan ciri distingtif vokal belakang, tengah atas bulat dengan ciri distingtif bulat maka

(41)

vokal kedua adalah vokal /a/ dengan ciri distingtif rendah dan vokal /i/ dengan ciri distingtif tinggi tak bulat. Jadi, dapat dikatakan bahwa jika vokal pertama bulat maka dapat dipastikan vokal kedua adalah vokal rendah dan vokal tinggi tak bulat. Jikalau vokal kedua bukan vokal rendah dan bukan vokal tinggi tak bulat maka akan terjadi konstrain dalam subkelompok PMdKr.

6.1.1.3 Penemuan dan Pembuktian Protofonem Konsonan PMdKr 8) PMdKr *b (b- -b- -b) > Md, Kr b

Posisi awal kata

PMdKr */b/ pada posisi awal kata dapat ditemukan pada perangkat kata seasal berikut.

PMdKr Md Kr

*/bati/ /bati/ /bati/ ‘jarum’ */buluŋ/ /buluŋ/ /buluŋ/ ‘langit’ */boχa/ /boχa/ /boχa/ ‘badan’

*/bere/ /bere/ /bere/ ‘kuburan’ */bedar/ /bedar/ /bedar/ ‘agas’

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /b/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat letup, bilabial, dan bersuara dalam posisi awal kata pada bahasa Md dan bahasa Kr berasal dari MdKr */b/. Artinya, fonem MdKr */b/ pada awal kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Md dan Kr. Karena dapat ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistematis, maka fonem-fonem konsonan tersebut direkonstruksi sebagai MdKr */b/#-.

(42)

Posisi tengah kata

PMdKr */b/ pada posisi tengah kata dapat ditemukan pada perangkat kata seasal berikut.

PMdKr Md Kr

*/gabar /gabar/ /gabar/ ‘membunuh’ */kubol/ /kubol/ /kubol/ ‘demam tinggi’ */haban/ /haban/ /haban/ ‘desa’

*/tobogul/ /tobogul/ /tobogul/ ‘gingsul’ */sibar/ /sibar/ /sibar/ ‘ikan hiu’

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /b/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat letup, bilabial, dan bersuara dalam posisi tengah kata pada bahasa Md dan bahasa Kr berasal dari MdKr */b/. Artinya, fonem MdKr */b/ pada tengah kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Md dan Kr. Karena dapat ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistematis, maka fonem-fonem konsonan tersebut direkonstruksi sebagai MdKr */b/V-V.

Posisi akhir kata

PMdKr */b/ pada posisi akhir kata dapat ditemukan pada perangkat kata seasal berikut.

PMdKr Md Kr

*/teleb/ /teleb/ /teleb/ ‘lidah’ */keb/ /keb/ /keb/ ‘dinding’ */bob/ /bob/ /bob/ ‘gelombang’

*/ab/ /ab/ /ab/ ‘ikan’

*/bab/ /bab/ /bab/ ‘kalung’

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /b sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat letup, bilabial, dan bersuara dalam posisi akhir kata pada bahasa Md dan bahasa Kr berasal dari MdKr */b/. Artinya,

(43)

fonem MdKr */b/ pada akhir kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Md dan Kr. Karena dapat ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistematis, maka fonem-fonem konsonan tersebut direkonstruksi sebagai MdKr */b/-#.

Kosakata seasal di atas membuktikan bahwa PMdKr */b/ pada posisi awal, tengah, dan akhir kata dapat ditentukan. Penentuan itu didasarkan atas temuan Md dan Kr /b/ serta korespondensinya pada posisi yang sama.

9) PMdKr *p (p- -p- -p) > Md Kr p Posisi awal kata

PMdKr */p/ pada posisi awal kata dapat ditemukan pada perangkat kata seasal berikut.

PMdKr Md Kr

*/pai/ /pai/ /pai/ ‘potong */polu/ /polu/ /polu/ ‘botak’

*/puraŋ/ /puraŋ/ /purang/ ‘buang ludah’ */per/ /per/ /per/ ‘ikan pari’

Data di atas memperlihatkan bahwa konsonan /p sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat letup, bilabial, dan tidak bersuara dalam posisi awal kata pada bahasa Md dan bahasa Kr berasal dari MdKr */p/. Artinya, fonem MdKr */p/ pada awal kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Md dan Kr. Karena dapat ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistematis, maka fonem-fonem konsonan tersebut direkonstruksi sebagai MdKr */p/#-.

(44)

Posisi tengah kata

PMdKr */p/ pada posisi tengah kata dapat ditemukan pada perangkat kata seasal berikut.

PMdKr Md Kr

*/jipar/ /jipar/ /jipar/ ‘mimpi’ */χapi/ /χapis/ /χapis/ ‘benang’ */depil/ /depil/ /depil/ ‘sungai

*/χelepes/ /χelepes/ /χelepes/ ‘gepeng’ */lapaχ/ /lapaχ/ /lapaχ/ ‘kandang’

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /p/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat letup, bilabial, dan tidak bersuara dalam posisi tengah kata pada bahasa Md dan bahasa Kr berasal dari MdKr */p/. Artinya, fonem MdKr */p/ pada tengah kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Md dan Kr. Karena dapat ditemukan dalam subkelompok Bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistematis, maka fonem-fonem konsonan tersebut direkonstruksi sebagai MdKr */p/V-V.

Posisi akhir kata

PMdKr */p/ pada posisi akhir kata dapat ditemukan pada perangkat kata seasal berikut.

PMdKr Md Kr

*/ap/ /ap/ /ap/ ‘depa’

*/χalup/ /χalup/ /χalup/ ‘burung gagak’ */kup/ /kup/ /kup/ ‘permainan kasti’

*/χep/ /χep/ /χep/ ‘tanah liat’ */merap/ /merap/ /merap/ ‘gula’

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /p/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat letup, bilabial, dan tidak bersuara

(45)

dalam posisi akhir kata pada bahasa Md dan bahasa Kr berasal dari MdKr */p/. Artinya, fonem MdKr */p/ pada akhir kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Md dan Kr. Karena dapat ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistematis, maka fonem-fonem konsonan tersebut direkonstruksi sebagai MdKr */p/-#.

Kosakata seasal di atas membuktikan bahwa PMdKr */p/ pada posisi awal, tengah, dan akhir kata dapat ditentukan. Penentuan itu didasarkan atas temuan Md, dan Kr /p/ serta korespondensinya pada posisi yang sama.

11) PMdKr *m (m- -m- -m ) > Md, Kr m Posisi awal kata

PMdKr */m/ pada posisi awal kata dapat ditemukan pada perangkat kata seasal berikut.

PMdKr Md Kr

*/moso/ /moso/ /moso/‘kelewang’ */miag/ /miag/ /miag/ ‘kemarin’

*/matilak/ /matilak/ /matilak/‘kotoran pada rambut’ */moleŋ/ /moleŋ/ /moleŋ/ ‘lemah’

*/molos/ /molos/ /molos/ ‘luas’

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /m sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan nasal, bilabial, dan bersuara dalam posisi awal kata pada bahasa Md dan bahasa Kr berasal dari MdKr */m/. Artinya, fonem MdKr */m/ pada awal kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Md dan Kr. Karena dapat ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistematis, maka fonem-fonem konsonan tersebut direkonstruksi sebagai MdKr */m/#-.

(46)

Posisi tengah kata

PMdKr */m/ pada posisi tengah kata dapat ditemukan pada perangkat kata seasal berikut.

PMdKr Md Kr

*/kamau/ /kamau/ /kamau/ ‘kucing’

*/temiŋ/ /temiŋ/ /temiŋ/ ‘kotoran pada hidung’ */numul/ /numul/ /numul/ ‘perkasa’

*/dumuri/ /dumuri/ /dumuri/ ‘pinggan’ */jama/ /jama/ /jama/ ‘tendang

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /m/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan nasal, bilabial, dan bersuara dalam posisi tengah kata pada bahasa Md dan bahasa Kr berasal dari MdKr */m/. Artinya, fonem MdKr */m/ pada tengah kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Md dan Kr. Karena dapat ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistematis, maka fonem-fonem konsonan tersebut direkonstruksi sebagai MdKr */m/V-V.

Posisi akhir kata

PMdKr */m/ pada posisi akhir kata dapat ditemukan pada perangkat kata seasal berikut.

PMdKr Md Kr

*/timim/ /timim/ /timim/ ‘lubang hidung’ */neilam/ /neilam/ /neilam/ ‘menantu lk

*/bram/ /bram/ /bram/ ‘abu’ */χom/ /χom/ /χom/ ‘hati’

*/gagolem/ /gagolem/ /gagolem/ ‘sekeliling’

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /m/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan nasal, bilabial, dan bersuara dalam posisi akhir kata pada bahasa Md dan bahasa Kr berasal dari MdKr */m/. Artinya, fonem

(47)

MdKr */m/ pada akhir kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Md dan Kr. Karena dapat ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistematis, maka fonem-fonem konsonan tersebut direkonstruksi sebagai MdKr */m/-#.

Kosakata seasal di atas membuktikan bahwa PMdKr *m pada posisi awal dan tengah kata dapat ditentukan. Penentuan itu didasarkan atas temuan Md dan Kr /m/ serta korespondensinya pada posisi yang sama.

12) PMdKr *w (w- -w- ) > Md w Kr w Posisi awal kata

PMdKr */w/ pada posisi awal kata dapat ditemukan pada perangkat kata seasal berikut.

PMdKr Md Kr

*/wado/ /wado/ /wado/ ‘besar’

*/we/ /we/ /we/ ‘darah’

*/walo/ /walo/ /walo/ ‘membeli’

*/welinŋ/ /weliŋ/ /weliŋ/ ‘panjang’

*/wiliŋ/ /wiliŋ/ /wiliŋ/ ‘kemudi

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan //w/ sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan semi vokal, labiodental dalam posisi awal kata pada bahasa Md dan bahasa Kr berasal dari MdKr */w/. Artinya, fonem MdKr */w/ pada awal kata tetap bertahan atau mengalami retensi bersama pada bahasa Md dan Kr. Karena dapat ditemukan dalam subkelompok bahasa tersebut dan korespondensinya dapat dijelaskan secara sistematis, maka fonem-fonem konsonan tersebut direkonstruksi sebagai MdKr */w/#-.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengukur tingkat kesesuaian model regresi yang digunakan adalah dengan melihat R Square (R 2 ) hasil permodelan dengan harga pendekatan R 2 adalah skala

Demikian juga pada umur 16 bulan perlakuan pupuk kandang 2 kg dan bokashi 2 kg tidak berbeda nyata terhadap persentase tumbuh tanaman, tetapi kedua perlakuan tersebut berbeda

Melalui MDS ini maka posisi titik keberlanjutan tersebut dapat divisualisasikan dalam dua dimensi (sumbu horizontal dan vertikal). Untuk memproyeksikan titik-titik

Melihat masalah yang demikian, maka masalah trauma sangat efektif bila menggunakan terapi rasional emotif menggunakan beberapa teknik yang sesuai dengan apa yang dialami

 Peserta adalah perwakilan dari setiap TK/RA/BA dengan jumlah tim yang tidak ditentukan;..  1 tim yang terdiri 1 model dan 1 guru

Urutan sintesa protein yang benar adalah ... Di antara proses berikut ini yang bukan melalui mekanisme. meiosis adalah ... pembentukan

Untuk menganalisis tingkat keberdayaan UKM Batik Semarang digunakan analisis deskriptif. Tingkat keberdayaan UKM Batik Semarang dilihat dari akses terhadap produksi,

Selain itu, perhitungan harga pokok produksinya pun masih belum tepat karena biaya bahan baku langsung belum dihitung berdasarkan standar yang spesifik dan