• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini kita hidup pada abad 21 dimana segala tantangan zaman semakin meningkat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini kita hidup pada abad 21 dimana segala tantangan zaman semakin meningkat."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pada saat ini kita hidup pada abad 21 dimana segala tantangan zaman semakin meningkat. Beberapa tantangan yang akan dihadapi di masa depan adalah WTO, ASEAN community, APEC, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, ekonomi berbasis pengetahuan, kebangkitan industri kreatif dan budaya, pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains, mutu, investasi dan transformasi pada sektor pendidikan. Dengan adanya arus globalisasi semua informasi dapat masuk secara cepat dari seluruh penjuru dunia. Untuk itu agar Indonesia mampu menghadapi persaingan global, Indonesia harus dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Jika sumber daya manusianya dapat berkembang maka suatu modal besar dalam pembangunan, namun jika seandainya kualitas sumber daya manusiannya rendah maka sebagai hambatan dalam proses pembangunan. Salah satunya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan. Pendidikan yang membangun daya kreatifitas karena kemampuan manusia yang kreatiflah yang dibutuhkan di masa yang akan datang.

Sesuai dengan standar isi no 22 tahun 2006 yang mengatakan, ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia adalah matematika. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat dari sejak dini. Mata pelajaran ini perlu diberikan kepada siswa mulai dari sekolah dasar kerena matematika ini membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan untuk bekerja sama.

Melihat pentingnya matematika bagi kehidupan siswa dalam masa yang mendatang. Guru harus mampu membuat desain pembelajaran yang menuntut siswa untuk terlibat berpikir aktif dalam pengalaman belajar. Landasan pembelajaran yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa yaitu Permendiknas No.22 Tahun 2006 mengenai standar isi yang meliputi

(2)

Standar kompetensi dan kompetensi dasar. Model desain pembelajaran yang dapat melatih siswa berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif adalah model pebelajaran berbasis masalah. Model pebelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang melatih keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya. Hal ini yang mengubah cara pandang siswa yang awalnya sebagai objek pembelajaran berubah menjadi subjek pembelajaran. Ivor K.Davis dalam Rusman 2012 mengemukakan bahwa “Salah satu kecenderungan yang sering dilupakan adalah melupakan bahwa hakikat pembelajaran adalah belajarnya siswa dan bukan mengajarnya guru”. Sehingga tugas guru yang dulunya sebagai sumber belajar berubah menjadi fasilitator untuk mefasilitasi siswa menyelidiki setiap permasalahan yang diberikan guru. Permasalahan yang digunakan sebagai starting poin pembelajaran yaitu permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa atau sering disebut sebagai masalah kontekstual.

Tan dalam Rusman (2012:229) menjelaskan pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam pembelajaran berbasis masalah kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalkan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memperdayakan, mangasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikir secara berkesinambungan. Sehingga dalam model pembelajaran berbasis masalah ini lebih menekankan pada proses pembelajarannya bukan produk akhir.

Namun dalam model pembelajaran berbasis masalah terdapat beberapa kelemahan apabila diterapkan di Sekolah Dasar diantaranya kemampuan bekerja kelompok dalam menyelasaikan permasalahan karena mengingat karakteristik siswa sekolah dasar yang masih individualis serta memiliki tahap perkembangan oprasional kongkrit sehingga guru harus mampu menciptakan desain pembelajaran yang sesuai dengan taraf berpikir siswa dan memotivasi siswa dalam kerja kelompok. Hal ini dilakukan dengan harapan siswa dapat termotivasi dalam kerja kelompok untuk menyelesaikan permasalahan dan membangun pemahamannya sendiri. Selain itu harus disesuaikan dengan karakteristik siswa sekolah dasar yang masih suka mendengarkan dongeng. Pengertian Dongeng

(3)

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi. James Danandjaja dalam Agus DS (2008:11) menjelaskan bahwa dongeng adalah cerita rakyat lisan yang terdiri dari mite, legenda dan dongeng. Mendongeng bisa menjadi sarana efektif dalam menyampaikan materi pada siswa karena tercipatnya suasana pembelajaran yang menyenangkan. Siswa pun diposisikan sebagai subjek aktif yang ikut bermain peran atau melibatkan seluruh inderanya untuk larut dalam cerita. Dengan siswa mengalaminya langsung diharapan pembelajaran menjadi berkesan bagi siswa sehingga materi yang diajarkan mampu tertanam di long memory sehingga siswa tidak cepat lupa seperti halnya pembelajaran dengan cara menghafal.

Salah satu karakteristik model pembelajaran berbasis masalah adalah menggunakan masalah sebagai starting ponit pembelajaran. Masalah yang digunakan sebagai starting ponit pembelajaran merupakan permasalahan yang dapat dibayangkan, dialami, maupun dirasakan oleh siswa. Penggunaan model Problem Based Learning yang di desain dalam sebuah dongeng ini memiliki harapan dapat meningkatkan keantusiasan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang meningkat. Sehingga peneliti mecoba melihat pengaruh penerapan model Problem Based Learning dengan dongeng dan kegiatan pembelajaran seperti biasa (direct learning) sebagai pembanding.

Pembelajaran langsung bertujuan agar siswa mendapatkan pengalaman langsung dari obyek yang dilihat, dan mampu menghayati tugas pekerjaan yang diberikan dengan penuh tanggung jawab. Pembelajaran langsung juga merupakan cara yang efektif untuk mengajarkan konsep dan ketrampilan-ketrampilan kepada siswa baik yang memiliki prestasi tinggi maupun rendah. Model pembelajaran langsung ini menekankan kegiatan mendengarkan dan kegiatan mengamati, sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara ini. Didukung dengan penelitian yang telah dilakukan Budiyono (2013) menyatakan bahwa pembelajaran langsung mampu meningkat hasil belajar matematika siswa kelas III SD N Ngagel Rejo/III 398 Surabaya.

(4)

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah-masalah yang dihadapi kelas 3 dalam pembelajaran Matematika antara lain:

a. Guru cenderung sumber utama belajar bagi siswa.

b. Kondisi kelas cenderung pasif karena proses pembelajaran masih teacher-center.

c. Materi yang dipelajari cenderung parsial dengan dunia nyata yang dihadapi siswa

d. Kurang tumbuhnya rasa keingin tahuan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga banyak siswa merasa bosan dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar.

e. Pembelajaran hanya interaksi satu arah yaitu guru ke siswa tanpa ada timbal balik sehingga siswa belum terlihat aktif dalam proses pembelajaran.

f. Proses pembelajaran yang kurang mefasilitasi peserta didik untuk aktif. g. Matematika masih parsial artinya kurang pemahaman siswa tentang

penggunaan matematika dalam dunia nyata siswa. 1.3 Batasan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, penulis membatasi masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu :

1. Hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pada ranah kognitif setelah mengikuti proses pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning dengan dongeng.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh penerapan model Problem Based Learning dengan dongeng terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas III SD Salatiga 03 semester II tahun pelajaran 2015/2016?

(5)

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan penulis adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan model Problem Based Learning dengan dongeng terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas III SD N Salatiga 03 semester II tahun pelajaran 2015/2016.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis dalam pendidikan. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1) Manfaat Teoritis

Dapat memberikan kajian pustaka yang terkait penerapan model Problem Based Learning dengan dongeng sehingga dapat menambah wawasan pembaca dan dapat menginspirasi pembaca untuk menerapkan model Problem Based Learning dengan dongeng dalam setiap pembelajaran.

2) Manfaat Praktis a) Bagi Siswa

Menciptakan suasana belajar yang menantang dan menyenangkan sehingga siswa lebih termotivasi untuk aktif selama proses belajar mengajar dengan harapan pembelajaran membiasakan siswa trampil dalam memecahkan permasalahan kontektual.

b) Bagi Guru

Menambah wawasan guru tentang model Problem-Besed Learning dengan dongeng sehingga guru dapat menerapkan model pembelajaran ini.

c) Bagi Sekolah

Dapat memberikan informasi terkait model Problem-Besed Learning dengan dongeng, sehingga dapat dijadikan dasar kebijakan dalam memotivasi guru untuk menerapkan model Problem Based Learning dalam setiap pembelajaran pada materi yang sesuai.

Referensi

Dokumen terkait

Trenggiling jawa yang berasal dari Kalimantan Tengah (Pangkalan Bun) memiliki ukuran bagian tubuh (morfometrik) seperti bobot badan, panjang total, panjang ekor,

Keterampilan Berbicara adalah salah satu kemampuan yang harus dikuasai dalam mempelajari bahasa asing. Siswa dapat disebut pandai dalam mempelajari bahasa asing

Tabel 4.3 Hubungan Antara Kadar Ureum Dengan Kadar Hemoglobin Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Di RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga tahun 2016

Posisi tubuh yang tidak alamiah dan cara kerja yang tidak ergonomis selama melakukan pekerjaan dalam kurun waktu yang cukup lama dan dilakukan terus menerus

Hubungan antara jarak tempat pembuangan limbah cair tapioka dengan kadar sianida air sumur gali di Desa Ngemplak Kidul Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Santi

berbasis rumah sakit mendapatkan kesimpulan bahwa insidens demam tifoid pada anak < 5 tahun sangat bervariasi berkisar antara 11 – 46 %, meskipun sebagian besar menunjukkan

Penelitian skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana latar belakang berdirinya Laskar Hizbullah, bagaimana perjuangan Laskar Hizbullah dalam memperjuangkan

3.1 Proses perumusan konsep didasari dengan latar belakang kota Surakarta yang dijadikan pusat dari pengembangan pariwisata Solo Raya karena memiliki potensi