• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI BUOL PROVINSI SULAWESI TENGAH. PERATURAN BUPATI NOMOR: Si.. TAHUN 2017 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI BUOL PROVINSI SULAWESI TENGAH. PERATURAN BUPATI NOMOR: Si.. TAHUN 2017 TENTANG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI BUOL

PROVINSI SULAWESI TENGAH

Menimbang

Mengingat

PERATURAN BUPATI NOMOR: Si.. TAHUN 2017

TENTANG

KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUOL,

: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 37 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa;

: 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;

2. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai Kepulauan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3900) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai Kepulauan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 179, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3966;

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

(2)

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);

6. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usui dan Kewenangan Lokal Berskala Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 158);

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2016 tentang Kewenangan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1037).

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENATAAN KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :

1. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggaran Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonomi.

3. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelen ggara Pemerintahan Desa.

(3)

6. Penataan kewenangan Desa adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan efektivitas dan akuntabilitas Desa.

7. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan berdasarkan hak asal usul, kewenangan lokal berskala desa, kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota serta kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

8. Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usui adalah hak yang merupakan warisan yang masih hidup dan prakarsa Desa atau prakarsa masyarakat Desa sesuai dengan perkembangan lcehidupan masyarakat.

9. Kewenangan Lokal Berskala Desa adalah kewenangan untuk mengurus dan mengatur kepentingan masyarakat Desa yang telah dijalankan oleh Desa atau mampu dan efektif dijalankan oleh Desa atau yang muncul karena perkembangan Desa dan prakarsa masyarakat Desa.

10. Badan Permusyawaratan Desa adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.

11. Musyawarah Desa adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.

12. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.

13. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besamya kesejahteraan masyarakat Desa.

14. Indeks Desa Membangun adalah Indeks komposit yang dibentuk dari Indeks Ketahanan Sosial (IKS), Indeks Ketahanan Ekonomi (IKE) dan Indeks Ketahanan Ekologi (IKE) yang bertujuan untuk menetapkan status kemajuan dan kemandirian Desa serta penyediaan data dan informasi dasar bagi pembangunan Desa.

15. Potensi Desa adalah daya, kekuatan, kesanggupan dan kemampuan yang dimiliki olah Desa yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Potensi desa dibedakan menjadi potensi fisik dan potensi non-fisik.

BAB II

PENATAAN KEWENANGAN DESA Pasal 2

Penataan kewenangan Desa m eliputi:

a. jenis kewenangan Desa dan perincian daftar kewenangan Desa; dan b. kriteria kewenangan Desa.

(4)

Bagian Kesatu

Jenis Kewenangan Desa dan Perincian Daftar Kewenangan Desa Paragraf Kesatu

Jenis Kewenangan Desa Pasal 3

Jenis kewenangan Desa sebagaimana dalam Pasal 4 huruf a, m eliputi: a. kewenangan berdasarkan hak asal usul;

b. kewenangan lokal berskala Desa;

c. kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupa ten/Kota; dan

d. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf Kedua

Perincian Daftar Kewenangan Desa P a sa l4

(1) perincian daftar kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, paling sedikit terdiri atas :

a. sistem organisasi masyarakat Desa; b. pembinaan kelembagaan masyarakat; c. pengelolaan tanah kas Desa;

d. pengelolaan tanah Desa atau tanah hak milik Desa yang menggunakan sebutan setempat;

e. pengembangan peran masyarakat Desa.

(2} selain daftar kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Desa dapat melakukan identifikasi dan inventarisasi daftar kewenangan berdasarkan hak asal usul lainnya dengan mengikut sertakan aparat Desa, masyarakat maupun BPD;

(3) berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi daftar kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah Desa menetapkan daftar kewenangan hak asal usul lainnya dengan memperhatikan situasi, kondisi dan kebutuhan;

(4) daftar kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dan diurus oleh Desa.

Pasal 5

(1) perincian daftar kewenangan lokal berskala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b, paling sedikit terdiri atas :

a. pengelolaan tambatan perahu; b. pengelolaan pasar Desa;

c. pengelolaan tempat pemandian umum; d. pengelolaan jaringan irigasi;

e. pengelolaan lingkungan pemukiman masyarakat Desa;

f. pembinaan kesehatan masyarakat dan pengelolaan pos pelayanan terpadu; g. pengembangan dan pembinaan sanggar seni dan belajar;

h. pengelolaan perpustakaan Desa dan taman bacaan; i. pengelolaan embimg Desa;

(5)

k. pembuatan jalan Desa antar pemukiman ke wilayan pertanian dan perkebunan; l. pengelolaan sarana dan prasarana olahraga Desa;

m. pengelolaan produk unggulan Desa. n. pengelolaan BUMDesa;

o. pemutakhiran data Indeks Desa Membangun; p. intensifikasi dan ekstensifikasi lahan tanah Desa.

(2) selain daftar kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Desa dapat melakukan identifikasi dan inventarisasi daftar kewenangan lokal berskala Desa lainnya dengan mengikutsertakan masyarakat, aparat Desa maupun BPD; (3) berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi daftar kewenangan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), Pemerintah Desa menetapkan daftar kewenangan lokal berskala Desa lainnya dengan memperhatikan situasi, kondisi dan kebutuhan; (4) daftar kewenangan lokal berskala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) diatur dan diurus oleh Desa.

Pasal 6

(1) perincian daftar kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten dan kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c dan huruf d m eliputi:

a. bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa; b. bidang pelaksanaan pembangunan Desa; c. bidang pembinaan kemasyarakatan Desa; dan d. bidangpemberdayaan masyarakat Desa.

(2) kewenangan penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diurus oleh Desa sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

(3) Penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai biaya. Paragraf Kesatu

Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Pasal 7

Perincian daftar kewenangan bidang penyelenggaraan pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf a antara lain, m eliputi:

a. penetapan dan penegasan batas Desa; b. pendataan Desa;

c. penyusunan Tata Ruang Desa; d. penyelenggaraan Musyawarah Desa; e. pengelolaan Informasi Desa;

f. penataan Peraturan Perundang-Undangan Desa:

g. penataan Struktur Organisasi Tata Kelola Pemerintah Desa; h. pengelolaan Keuangan Desa;

i. pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa; j. penetapan Perangkat Desa;

k. penetapan Badan Permusyawaratan Desa; l. penyelenggaraan Perencanaan Desa; m. penetapan BUM Desa;

n. penetapan APB Desa;

o. penyelenggaraan Evaluasi Tingkat Perkembangan Pemerintahan Desa; p. pembangunan sarana dan prasarana kantor Desa;

(6)

q. penetapan Kerjasama Antar Desa;

r. peningkatan Kesadaran Wajib Pajak dan Retribusi di Desa; s. kegiatan lainnya sesuai dengan kondisi Desa.

Paragraf Kedua

Bidang Peiaksanaan Pembangunan Desa Pasal 8

Perincian daftar kewenangan bidang peiaksanaan Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b dikelompokkan ke dalam jenis kewenangan an tar a lain:

a. pembangunan pemenuhan kebutuhan dasar, m eliputi: 1. pengembangan pos kesehatan Desa dan polindes; 2. pengembangan tenaga kesehatan;

3. pengelolaan dan pembinaan posyandu, antara lain : (a) pelayanan gizi untuk balita;

(b) pemeriksaan ibu hamil;

(c) pemberian makanan tambahan; (d) penyuluhan kesehatan;

(e) gerakan hidup bersih dan sehat; (f) penimbangan bayi;

(g) gerakan sehat lanjut usia.

4. pembinaan dan Pengawasan Upaya Kesehatan Tradisional;

5. pemantauan dan Pencegahaan Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif di Desa;

6. pembinaan dan pengelolaan pendidikan anak usia dini (PAUD); 7. pembangunan dan pemeliharaan sanitasi lingkungan;

8. pembangunan dan pengelolaan air bersih berskala Desa; 9. taman bacaan masyarakat;

10. balai pelatihan/kegiatan belajar masyarakat; 11. pengembangan dan pembinaan sanggar seni;

12. sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan lainnya. b. pembangunan sarana dan prasarana Desa, meliputi :

1. pembangunan dan pemeliharaan jalan Desa; 2. pembangunan dan pemeliharaan jalan usaha tani; 3. pembangunan dan pemeliharaan embung Desa;

4. pembangunan energi baru dan terbarukan (PLTMH, PLTS, Kincir Angin); 5. pembangunan dan pemeliharaan irigasi tersier;

6. pembangunan dan pemeliharaan serta pengelolaan saluran untuk budidaya perikanan;

7. pengembangan sarana dan prasarana produksi di Desa;

8. pembangunan, dan pemeliharaan prasarana lingkungan permukiman masyarakat Desa.

c. pengembangan potensi ekonomi lokal, meliputi : 1. pendirian dan pengembangan BUM Desa;

2. pembangunan dan pengelolaan pasar Desa dan kios Desa;

3. pembangunan dan pengelolaan tempat pelelangan ikan milik Desa; 4. pembangunan dan pengelolaan keramba jaring apung dan bagan ikan; 5. pembangunan dan pengelolaan lumbung pangan Desa;

6. pembuatan pupuk dan pakan organik untuk pertanian dan perikanan; 7. pengembangan benih lokal;

(7)

8. pengembangan ternak secara kolektif;

9. pembangunan dan pengelolaan energi mandiri; 10. pembangunan dan pengelolaan tambatan perahu; 11. pengelolaan padang gembala;

12. pengembangan Desa Wisata;

13. pengembangan teknologi tepat guna pengolahan hasil pertanian dan perikanan;

14. penguatan permodalan BUM Desa; 15. penggilingan padi;

16. pembukaan lahan pertanian; 17. pengelolaan usaha hutan Desa; 18. kolam ikan dan pembenihan ikan; 19. kapal penangkap ikan;

20. cold storage (gudang pendingin);

21. galangan/ tempat perbaikan kapal nelayan; 22. tambak garam;

23. kandang ternak; 24. instalasi biogas; 25. mesin pakan ternak;

26. sarana dan prasarana ekonomi lainnya.

d. pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan, m eliputi: 1. komoditas tambang mineral bukan logam;

2. komoditas tambang batuan; 3. rumput laut;

4. hutan milik Desa; 5. pengelolaan sampah; 6. penghijauan;

7. pembuatan terasering; 8. pemeliharaan hutan bakau; 9. perlindungan mata air;

10. pembersihan daerah aliran sungai; 11. perlindungan terumbu karang.

Paragraf Ketiga

Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa Pasal 9

Perincian daftar kewenangan bidang pembinaan kemasy arakatan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ay at (1) huruf c antara lain, m eliputi:

a. pembinaan lembaga kemasyarakatan;

b. penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban; c. pembinaan kerukunan umat beragama;

d. pengadaan sarana dan prasarana olah raga; e. pembinaan lembaga adat;

(8)

Paragraf Keempat

Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa Pasal 10

Perincian daftar kewenangan bidang pemberdayaan masyarakat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf d antara lain, meliputi :

a. peningkatan kualitas proses perencanaan Desa;

b. kegiatan pendukung kegiatan ekonomi baik yang dikembangkan oleh BUM Desa maupun oleh kelompok usaha masyarakat Desa lainnya;

c. pembentukan dan peningkatan kapasitas Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa; d. kegiatan pengorganisasian melalui pembentukan dan fasilitasi paralegal untuk

memberikan bantuan hukum kepada warga masyarakat Desa;

e. penyelenggaraan promosi kesehatan dan gerakan hidup bersih dan sehat;

f. kegiatan dukungan terhadap kegiatan desa dan masyarakat pengelolaan Hutan Desa dan Hutan Kemasyarakatan;

g. kegiatan peningkatan kapasitas kelompok masyarakat, antara lain : 1. peningkatan kapasitas kelompok usaha ekonomi produktif; 2. peningkatan kapasitas kelompok perempuan;

3. peningkatan kapasitas kelompok tani;

4. peningkatan kapasitas kelompok masyarakat miskin; 5. peningkatan kapasitas kelompok nelayan;

6. peningkatan kapasitas kelompok pengrajin;

7. peningkatan kapasitas kelompok pemerhati dan perlindungan anak; 8. peningkatan kapasitas kelompok pemuda;

9. peningkatan kapasitas kelompok lainnya. h. pelatihan teknologi tepat guna;

i. pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan bagi kepala Desa, perangkat Desa, dan Badan Pemusyawaratan Desa.

Pasal 11

Ketentuan perincian daftar kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, sebagaimana yang telah dijabarkan dalam Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 dan Pasal 12, selanjutnya akan diatur dan ditetapkan kembali melalui Peraturan Bupati tentang Struktur Anggaran Pendapatan Belanja Desa sesuai ketentuan perundang-undangan.

Bagian Kedua Kriteria Kewenangan Desa

Pasal 12

Kriteria kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, antara lain ;

a. merupakan warisan sepanjang masih hidup; b. sesuai perkembangan masyarakat;

(9)

Kriteria kewenangan lokal berskala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b, antara lain :

a. sesuai kepentingan masyarakat Desa; b. telah dijalankan oleh Desa;

c. mampu dan efektif dijalankan oleh Desa;

d. muncul karena perkembangan Desa dan prakarsa masyarakat Desa; dan e. program atau kegiatan sektor yang telah diserahkan ke Desa.

Pasal 14

Kriteria kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c, antara lain :

a. sesuai kebutuhan dan kemampuan sumber daya manusia di Desa; b. memperhatikan prinsip efisiensi dan peningkatan akuntabilitas; c. pelayanan publik bagi masyarakat;

d. meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan Pemerintahan Desa; e. mendorong prakarsa dan partisipasi masyarakat; dan

f. meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat. Pasal 15

Kriteria kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten sesuai dengan ketentuan perundang- undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d, antara lain :

a. urusan pemerintahan umum dan tugas pembantuan; b. sesuai dengan prinsip efisiensi;

c. mempercepat penyelenggaraan pemerintahan; dan

d. kepentingan nasional yang bersifat khusus dan strategis. BAB III

MEKANISME PELAKSANAAN KEWENANGAN DESA Pasal 16

Mekanisme pelaksanaan kewenangan Desa m eliputi:

(1) Desa melakukan identifikasi terhadap kegiatan yang sudah ditangani dan kegiatan yang mampu ditangani tetapi belum dilaksanakan.

(2) Kepala Desa bersama sama BPD harus melibatkan masyarakat Desa melakukan musyawarah untuk memilih kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa dari daftar yang telah ditetapkan dalam Peraturan Bupati ini;

(3) kewenangan desa sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) dipilih sesuai dengan situasi, kondisi, kebutuhan dan kemampuan lokal Desa;

(4) Kepala Desa bersama-sama BPD dapat menambah jenis kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa lainnya sesuai dengan prakarsa masyarakat, kebutuhan dan kondisi lokal Desa.

Pasal 17

Hasil identifikasi kewenangan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, selanjutnya dibahas bersama dengan BPD dan ditetapkan oleh Pemerintah Desa dengan mengu ndangkan pada Peraturan Desa tentang Daftar Kewenangan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa.

(10)

URUSAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN YANG DILAKSANAKAN DESA

Bagian Kesatu

Urusan Pemerintahan Konkuren yang Ditugaskan kepada Desa

Pasal 18

(1) urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi dapat ditugaskan sebagian pelaksanaannya kepada Desa;

(2) penugasan oleh Pemerintah Daerah Provinsi kepada Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Gubemur.

Pasal 19

(1) untuk melaksanakan identifikasi dan inventarisasi kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi yang sebagian pelaksanaan urusannya akan ditugaskan kepada Desa, Gubernur membentuk kelompok kerja;

(2) kelompok kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

BAB IV

Pasal 20

(1) urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten dapat ditugaskan sebagian pelaksanaannya kepada Desa;

(2) penugasan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten kepada Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 21

(1) untuk melaksanakan identifikasi dan inventarisasi kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten yang sebagian pelaksanaan urusannya akan ditugaskan kepada Desa, Bupati membentuk kelompok kerja;

(2) kelompok kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Bagian Kedua

Urusan Pemerintahan Umum dan Tugas Pembantuan yang Ditugaskan kepada Desa

Pasal 22

(1) urusan pemerintahan umum dan tugas pembantuan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten dapat ditugaskan sebagian pelaksanaan urusannya kepada Desa;

(2) tatacara pelaksanaan penugasan, pembentukan kelompok kerja dan pendanaan untuk melaksanakan sebagian pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud pada Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22 dan Pasal 23 yang ditugaskan oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten kepada Desa berlaku mutatis mutandis bagi urusan pemerintahan umum dan tugas pembantuan yang sebagian pelaksanaannya tugaskan oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten kepada Desa.

(11)

EVALUASI DAN PELAPORAN PELAKSANAANKEWENANGAN DESA Pasal 23

(1) Bupati melaporkan kepada Gubemur pelaksanaan penataan kewenangan Desa diwilayahnya;

(2) Gubemur melaporkan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal Bina Pemerintahan Desa terhadap pelaksanaan penataan kewenangan Desa di Kabupaten.

(3) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan secara tertulis dan disampaikan paling sedikit satu kali dalam setahun atau sesuai kebutuhan;

(4) Hasil pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dijadikan bahan Menteri untuk menyusun kebijakan terkait pelaksanaan penataan kewenangan Desa.

BAB VI PEMBIAYAAN

Pasal 24

Pembiayaan untuk pelaksanaan penataan kewenangan Desa dibebankan kepada: a. anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

b. anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi; dan c. anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten d. anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; dan

e. sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan perundang- undangan.

BAB V

BAB VII PUNGUTAN DESA

Pasal 25

(1) Desa dapat melaksanakan pungutan dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Desa sesuai dengan kewenangan Desa berdasarkan peraturan perundang undangan;

(2) Desa berwenang melakukan pungutan atas jasa usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) seperti pemandian umum, wisata Desa, pasar Desa, tambatan perahu, karamba ikan, pelelangan ikan, dan lain-lain;

(3) Desa dapat mengembangkan dan memperoleh bagi hasil dari usaha bersama antara pemerintah Desa dengan masyarakat Desa;

Pasal 26

(1) Desa dilarang melakukan pungutan atas jasa layanan administrasi yang diberikan kepada masyarakat Desa;

(2) jasa layanan administrasi sebagimana dimaksud pada ayat (2) meliputi : a. surat pengantar;

b. surat rekomendasi; dan c. surat keterangan.

(12)

BAB v r a

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 27

(1) Gubemur melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan kewenangan Desa di Kabupaten;

(2) Bupati melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan kewenangan Desa;

(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), avat (2), m elalui: a. fasilitasi dan koordinasi;

b. peningkatan kapasitas Aparatur Pemerintah Desa; c. monitoring dan evaluasi; dan

d. dukungan teknis administrasi.

Pasal 28

Dalam pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan kewenangan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2), Bupati dapat melimpahkan sebagian tugasnyakepada Camat.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP Pasal 31

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Buol.

Diundangkan di Buol

pada tarjgga^,j7£5e|H?3ef'- 2017 SE1WETARIS AERAH

k abWj p a t e n i JOL,

Ditetapkan di : Buol

pada tanggal : %\\ QrSe/H|35l720 17

/

f

BUPATI BUOL, AMIR PA R A F KOOROIWASJ

' P E J A B A T | PA R A F

. B A 8 I A

*1

I

} H U

H

K

>

9 ^

ABD. HAMID LAKUNTU

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini menggunakan Algorithma C4.5 untuk memprediksi Indek Pembangunan Manusia di Kabupaten Kampar Riau dan hasilnya dapat digunakan sebagai salah satu alat

30 Tahun 1999 Pasal 1 angka 1 dinyatakan bahwa “Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian

Laporan ini bertujuan sebagai salah satu persyaratan bagi mahasisa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana untuk dapat mengikuti program akhir di jenjang

Kes indeks kepada kluster ini adalah kes ke- 25,744 yang merupakan seorang perempuan warga tempatan (Sarawak) berumur 22 tahun yang dikesan melalui saringan

ABDUL AZIZ BIN HASSAN BEBAS LAYAK BERTANDING. KHAIRY JAMALUDDIN ABU BAKAR BN

Hasil pengujian daya hambat mikroba dari ekstrak jahe menunjukkan bahwa semua konsentrasi ekstrak jahe (50%, 60% dan 70%) mampu menghambat pertumbuhan mikroba yang terdapat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan transaksi pembiayaan mudharabah di PT BNI (Persero) Kantor Cabang Syariah Jember dan mitranya telah

Permasalahan yang dihadapi kelompok mitra antara lain Anggota Musyawarah Guru Mata Pelajaran Kimia (MGMP) masih mengalami kesulitan dalam: a)