• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK FISIK DAN PERFORMA PRODUKSI INDUK DOMBA PRIANGAN DI KECAMATAN BANYURESMI KABUPATEN GARUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK FISIK DAN PERFORMA PRODUKSI INDUK DOMBA PRIANGAN DI KECAMATAN BANYURESMI KABUPATEN GARUT"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK FISIK DAN PERFORMA PRODUKSI INDUK

DOMBA PRIANGAN DI KECAMATAN BANYURESMI

KABUPATEN GARUT

PHYSICAL CHARACTERISTICS AND PRODUCTION

PERFORMANCE OF PRIANGAN EWES IN BANYURESMI

DISTRICT OF GARUT

Rahmatika Choiria*, Siti Nurachma**, Diky Ramdani**

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung-Sumedang Km 21 Sumedang 45363

*Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2016

** Staff Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

email: rahmatikac@yahoo.com ABSTRAK

Penelitian mengenai “Karakteristik Fisik dan Performa Produksi Induk Domba Priangan di Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut” telah dilaksanakan pada 24-30 April 2016. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik fisik (sifat kuantitatif) dan performa produksi induk (litter size dan mortality rate) Domba Priangan pada peternak tradisional di Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut. Metode penelitian yang digunakan adalah survey dan teknik pengambilan sampel yaitu sensus. Hasil penelitian karakteristik fisik diperoleh rataan bobot badan 30,83±5,06 kg, panjang badan 60,82 ± 6,26 cm, tinggi pundak 61,70±4,50 cm, lingkar dada 82,68±8,61 cm. Hasil penelitian performa produksi induk diperoleh rata-rata litter size 1,51 ekor dan mortality rate 18,18%.

Kata Kunci: Domba Priangan, karakteristik fisik, performa produksi induk ABSTRACT

Research on "Physical Characteristics and Production Performance of Priangan Ewes in Banyuresmi District of Garut" was held on 24-30 April 2016. The purpose of this study was to determine the physical characteristics (quantitative traits) and the production performance of the ewes (litter size and mortality rate) of Priangan Sheep at traditional farmers in Banyuresmi District of Garut. Survey was used as the method of this study while census was used as a sampling technique. The results showed that the average of physical characteristics as follows: weight 30.83 ± 5.06 kg, body length 60.82 ± 6.26 cm, shoulder height 61.70 ± 4.50 cm, chest circumference of 82.68 ± 8.61 cm. The results of production performance of the ewes were 1.51 heads for litter size and 18.18% for mortality rate.

Keywords: physical characteristics, Priangan Sheep, production performance of ewes

I. PENDAHULUAN

Kecamatan Banyuresmi adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Garut yang ditetapkan sebagai salah satu sentra peternakan domba oleh Pemda Kabupaten Garut. Pada tahun 2013, Kecamatan Banyuresmi memiliki populasi domba sebanyak 27.084 ekor (Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Garut, 2015). Pada tahun tersebut, jumlah domba di Kecamatan Banyuresmi menduduki sepuluh besar terbanyak di Kabupaten Garut, yaitu pada peringkat kedelapan.

(2)

Domba lokal merupakan domba asli Indonesia yang mempunyai daya adaptasi baik terhadap iklim, potensi penyakit, gangguan caplak, dan pakan berkualitas rendah. Domba lokal mempunyai sumber gen yang khas, produktif dipelihara dengan biaya rendah, serta dapat beranak sepanjang tahun. Domba lokal mempunyai posisi yang sangat strategis di masyarakat karena mempunyai fungsi sosial, ekonomi, dan budaya. Bangsa domba yang terdapat di Indonesia yaitu Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis. Salamena (2003) menyatakan bahwa domba lokal dikelompokkan menjadi Domba Ekor Tipis (Javanese thin

tailed), Domba Ekor Gemuk (Javanese fat tailed) dan domba dengan ekor segitiga terbalik

atau Domba Priangan.

Potensi domba lokal dapat dioptimalkan melalui perbaikan mutu bibit, diantaranya dengan mengidentifikasi karakteristik fisik berupa sifat kuantitatif dan dengan menghitung performa produksi induk, sehingga diperoleh bibit yang berkualitas. Karakteristik fisik berupa ukuran tubuh ternak merupakan sifat-sifat yang berkaitan erat dengan kemampuan produksi, terutama dalam menghasilkan bibit yang baik. Karakteristik fisik seperti bobot badan, panjang badan, tinggi pundak, dan lingkar dada sering digunakan sebagai dasar seleksi ternak. Seleksi tersebut merupakan tahap awal dalam proses pemuliaan ternak untuk dijadikan acuan dalam sistem perkawinan. Performa produksi induk seperti litter size dan mortality rate sering digunakan sebagai dasar untuk memilih ternak. Ternak yang memiliki performa produksi induk yang baik akan menghasilkan anak dengan produktivitas yang tinggi.

Karakteristik seekor domba merupakan suatu gambaran dari domba itu sendiri, dengan demikian tiap individu domba dapat dibedakan dengan yang lainnya. Untuk mendapatkan gambaran karakteristik fisik Domba Priangan dapat dilakukan melalui penimbangan dan pengukuran ukuran-ukuran tubuh. Sedangkan untuk mengetahui performa produksi induk dapat dilakukan berdasarkan jumlah anak yang dilahirkan, bobot lahir, bobot sapih, dan tingkat kematian.

Popularitas Domba Priangan di kalangan peternak di Kabupaten Garut cenderung menurun seiring naiknya popularitas Domba Garut. Banyak peternak domba beralih dari memelihara Domba Priangan ke Domba Darut. Naiknya popularitas Domba Garut dikarenakan adanya kontes Seni Ketangkasan Domba Garut yang rutin diselenggarakan oleh Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) Jawa Barat dan HPDKI Kabupaten/Kota menjadikan popularitas dan harga Domba Garut meningkat. Meskipun demikian, keberadaan Domba Priangan sebagai domba pedaging perlu untuk dikembangkan, salah satunya melalui penelitian.

(3)

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai karakteristik fisik dan performa produksi induk Domba Priangan di Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik fisik (sifat kuantitatif) dan performa produksi (litter size dan mortality rate) induk Domba Priangan pada peternak tradisional di Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut.

II. BAHAN DAN METODE

2.1 Bahan Penelitian 2.1.1 Objek Penelitian

Ternak yang digunakan untuk penelitian ini adalah Domba Priangan betina dewasa yang memiliki panjang telinga lebih dari 8 cm, ekor segitiga terbalik dan telah beranak. Domba yang diteliti adalah induk Domba Priangan tidak dalam keadaan bunting yang dipelihara oleh peternak tradisional di Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut.

2.1.2 Alat

1. Pita ukur dengan ketelitian 0,10 cm digunakan untuk mengukur lingkar dada dan panjang badan, satuan cm.

2. Kaliper digunakan untuk mengukur tinggi pundak yang diamati, satuan cm.

3. Timbangan ternak digital dengan ketelitian 0,05 kg untuk menimbang bobot badan, satuan kg.

4. Wabing digunakan untuk mengangkat domba ketika ditimbang.

5. Kamera digunakan untuk mendokumentasikan gambar dari domba lokal betina dewasa yang diamati.

6. Alat tulis kerja (ATK). 2.2 Metode Penelitian 2.2.1 Prosedur Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah survey. Cara pengambilan data dilakukan dengan metode sensus, yaitu dengan mengambil seluruh populasi yang ada pada enam desa di Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut, yaitu Desa Bagendit, Desa Banyuresmi, Desa Cipicung, Desa Sukakarya, Desa Sukalaksana, dan Desa Sukaraja. Penentuan performa produksi induk domba berupa litter size dan mortality rate diperoleh berdasarkan wawancara langsung dengan masing-masing pemilik ternak.

Tahap-tahap penelitian adalah sebagai berikut:

1. Survey ke lokasi penelitian, yaitu Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut. Mewawancarai para tokoh peternak guna menentukan desa dengan populasi Domba Priangan terbanyak untuk kemudian dilakukan sensus.

(4)

2. Pengukuran dan pengumpulan data untuk mengetahui karakteristik fisik Domba Priangan betina yang telah melahirkan anak di Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut.

3. Melakukan wawancara sesuai dengan kuisioner yang telah ditentukan untuk mengetahui performa produksi induk diantaranya litter size dan mortality rate Domba Priangan betina di Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut.

4. Pengolahan data yang telah didapatkan. 2.2.2 Peubah Yang Diamati

Peubah yang diamati pada penelitian karakteristik fisik adalah sifat kuantitatif. Adapun variabel yang diamati dalam pengukuran sifat kuantitatif menurut Heriyadi (2012) adalah:

1. Bobot Badan (BB), ditimbang menggunakan timbangan gantung digital dalam satuan kg.

2. Panjang Badan (PB), merupakan jarak garis lurus dari tepi tulang processus spinosus bagian vertebrae thoracalis tertinggi sampai benjolan tulang tapis (tulang duduk atau

os ischium), diukur menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm.

3. Tinggi Pundak (TP), merupakan jarak tertinggi pundak sampai tanah, diukur menggunakan tongkat dalam satuan cm.

4. Lingkar Dada (LiD) adalah ukuran lingkaran rongga dada Os scapula, diukur melingkar menggunakan pita ukur ukur dalam satuan cm.

Ilustrasi 1. Cara Pengukuran Tubuh Induk Domba Priangan

Peubah yang diamati untuk performa produksi induk domba adalah: 1. Litter size, menggambarkan jumlah anak sekelahiran dari seekor induk.

2. Mortality rate, menggambarkan jumlah anak yang mati sebelum disapih. Cara menghitungnya dengan membagi jumlah anak yang mati sebelum disapih dengan jumlah total anak yang dilahirkan.

P

Li

(5)

2.3 Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk mendapatkan karakteristik fisik adalah analisis data statistika deskriptif (Sudjana, 2005), meliputi:

1. Rata-rata (Mean)

Rata-rata (Mean) yaitu untuk mengetahui penyebaran titik pusat dari data.

´x =

NX i

Keterangan : N = Total sampel

��= Bilangan dari suatu peubah 2. Ragam

Ragam adalah ukuran penyebaran data yang menyatakan derajat kuadrat derajat data, maka satuannya kuadrat.

σ =

Σ

(

Xi−´xN

)

²

Keterangan : N = Total sampel

�� = Bilangan dari suatu peubah 3. Simpangan Baku

Simpangan baku merupakan derajat penyebaran data dari rata-ratanya, dihitung dengan cara mengakarkan ragam.

σ

2

=

Σ

(

Xi−´x

)

²

N

Keterangan : N = Total sampel

�� = Bilangan dari suatu peubah 4. Koefisien Variasi

Koefisien variasi merupakan perbandingan antara simpangan baku dengan rata-rata data, dinyatakan dalam %.

KV ¿´x x 100%s

Keterangan : s= Simpangan baku �̅= Rata-rata

(6)

Nilai minimum yaitu untuk mengetahui nilai data terkecil dari suatu populasi atau sampel.

6. Nilai Maksimum

Nilai maksimum yaitu untuk mengetahui nilai data terbesar dari suatu populasi atau sampel.

7. Standar Error

Besarnya penyimpangan rata-rata sampel terhadap populasi. 2 , n−1 ∝/¿ ¿ 2 n−1,∝/¿ ¿ ¿ ¿ Se= ´x−t¿

Keterangan: ´x = Rata-rata sampel

2 , n−1 ∝/¿ ¿ ¿ t¿

= Nilai t (dari tabel t-student)

s = standar deviasi sampel

N = total sampel

Analisis data deskriptif dilakukan untuk mendapatkan karakteristik fisik induk Domba Priangan. Pada pelaksanaannya, analisis rata-rata, ragam, simpangan baku, koefisien variasi, nilai minimum, nilai maksimum, dan standar error dihitung menggunakan bantuan software Minitab 15.

III. Hasil dan Pembahasan

3.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut yang memiliki luasan wilayah 7.288.000 ha. Kecamatan Banyuresmi memiliki 15 Desa. Penelitian ini dilakukan di 6 desa di Kecamatan Banyuresmi, yaitu di Desa Banyuresmi, Desa Bagendit, Desa Cipicung, Desa Sukakarya, Desa Sukalaksana, dan Desa Sukaraja.

Kecamatan Banyuresmi terletak di daerah berbukit yang memiliki topografi bergelombang dengan sudut kemiringan antara 30% hingga 70%. Ketinggian tempat 1700

(7)

meter di atas permukaan laut (dpl). Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim dari Kecamatan Banyuresmi termasuk tipe iklim C dengan curah hujan rata-rata 2473 mm per tahun (Pemerintah Kabupaten Garut, 2016).

Peternakan domba merupakan salah satu kegiatan perekonomian yang terkenal di Kabupaten Garut. Usaha ternak domba telah dilakukan sejak lama oleh petani ternak di pedesaan yang hampir tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Garut, baik sebagai usaha pokok maupun sebagai usaha sampingan yang dipadukan dengan usaha tani. Usaha ternak yang ada di Kabupaten Garut, dapat memberikan kontribusi nyata terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya alam.

Domba di Kabupaten Garut umumnya dipelihara secara tradisional yang berfungsi sebagai tabungan warga, sumber pupuk, sumber pendapatan sehari-hari, dan sebagai hewan kesayangan. Luas lahan yang begitu besar dan banyaknya ladang-ladang pertanian dan persawahan, membuat sistem pemeliharaan domba dilakukan secara intensif dengan cara dikandangkan (cut and carry).

Garut sering mendapat sebutan sebagai kota domba, karena produk unggulan peternakan dari Kabupaten Garut adalah domba. Populasi domba di Kabupaten Garut pada tahun 2015 menduduki peringkat pertama daripada ternak lain dengan jumlah 1.126.633 ekor (Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Garut, 2015). Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Garut menjadikan ternak domba sebagai komoditas unggulan serta menjadi kebanggaan nasional.

3.2 Induk Domba Priangan di Kecamatan Banyuresmi 3.2.1 Bobot Badan Induk Domba Priangan

Bobot badan dapat menunjukkan produktivitas ternak, karena bobot badan berhubungan erat dengan persentase karkas. Bertambahnya bobot badan diikuti dengan pertumbuhan lemak dan otot (Suharto dkk., 2005). Semakin besar bobot badan domba, lemak dan ototnya akan semakin banyak, sehingga persentase karkas akan semakin tinggi. Bobot badan induk Domba Priangan di Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut memiliki bobot badan rata-rata 30,83±5,06 kg.

Rata-rata bobot badan induk Domba Priangan di Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut sesuai dengan pendapat Yayan (2010) bahwa bobot badan Domba Priangan betina dewasa yaitu 30-40 kg. Namun untuk bobot badan tiap domba pada penelitian ini, terdapat domba dengan bobot badan 20 kg. Hal ini diduga disebabkan oleh perbedaan manajemen pemeliharaan oleh peternak pada penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yayan (2010).

(8)

Data hasil perhitungan statistik induk Domba Priangan dapat dilihat pada Tabel 2. Perhitungan didapatkan dari Desa Banyuresmi 5 ekor domba, Desa Bagendit 3 ekor domba, Desa Cipicung 2 ekor domba, Desa Sukakarya 6 ekor domba, Desa Sukaraja dan Desa Sukalaksana masing-masing 2 ekor domba.

Tabel 1. Bobot Badan Induk Domba Priangan

Nilai Kecamatan Banyuresmi

Jumlah sampel (ekor) 20

Maksimum (kg) 40,05 Minimum (kg) 20,15 Ragam (kg) 37,21 Rata-rata (kg) 30,83 Simpangan Baku (kg) 5,06 Koefisien Variasi (%) 16,40 Standar Error (%) 1,13

3.2.2 Panjang Badan Induk Domba Priangan

Induk Domba Priangan yang ditemukan pada saat penelitian dilakukan berjumlah 20 ekor. Panjang badan induk Domba Priangan di Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Panjang Badan Induk Domba Priangan

Nilai Kecamatan Banyuresmi

Jumlah sampel (ekor) 20

Maksimum (cm) 79,70 Minimum (cm) 54,80 Ragam (cm) 24,90 Rata-rata (cm) 60,82 Simpangan Baku (cm) 6,26 Koefisien Variasi (%) 10,29 Standar Error (%) 1,40

Rata-rata panjang badan induk Domba Priangan di Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut adalah 60,82 ± 6,26 cm. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini lebih tinggi daripada penelitian Heriyadi, dkk. (2015) yang mendapatkan panjang badan Domba Priangan betina usia >2-4 tahun di Kabupaten Garut yaitu 53,76±2,83 cm. Hal ini diduga disebabkan oleh perbedaan umur domba yang diteliti. Semakin dewasa umur domba, maka pertumbuhan tubuhnya akan semakin besar.

Domba Priangan merupakan domba yang digunakan sebagai penghasil daging. Panjang badan Domba Priangan sangat berpengaruh terhadap produksi daging domba. Sesuai dengan pendapat Sutiyono dkk. (2014) bahwa, peternak banyak menggunakan ukuran panjang

(9)

badan untuk menentukan produksi daging dari domba. Semakin besar panjang badan, maka jumlah dagingnya akan semakin banyak. Hal ini disebabkan karena terdapat otot-otot tempat menempelnya daging pada ukuran tubuh panjang badan.

3.2.3 Tinggi Pundak Induk Domba Priangan

Tinggi pundak induk domba Priangan di Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut dapat dilhat di Tabel 3.

Tabel 3. Tinggi Pundak Induk Domba Priangan

Nilai Kecamatan Banyuresmi

Jumlah Sampel (ekor) 20

Maksimum (cm) 71,30 Minimum (cm) 55,40 Ragam (cm) 19,23 Rata-rata (cm) 61,70 Simpangan Baku (cm) 4,50 Koefisien Variasi (%) 7,29 Standar Error (%) 1,01

Rata-rata tinggi pundak induk Domba Priangan di Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut adalah 61,70±4,50 cm. Hasil penelitian ini lebih rendah daripada hasil yang didapatkan oleh Heriyadi, dkk. (2015) bahwa tinggi pundak Domba Priangan usia >2-4 tahun di Kabupaten Garut yaitu 63,10 ± 3,45 cm. Hal ini diduga karena perbedaan umur domba yang diteliti. Semakin dewasa umur domba, maka pertumbuhannya akan semakin besar.

Tinggi pundak merupakan salah satu ukuran yang sering digunakan untuk menduga bobot badan. Tinggi pundak dan ukuran tubuh lain memberikan korelasi yang erat terhadap bobot badan. Sesuai dengan pendapat Younas dkk. (2013) bahwa pada umur 0-18 bulan tinggi pundak dan lingkar dada berkorelasi dengan bobot badan, sedangkan pada umur 19-24 bulan bobot badan berkorelasi dengan tinggi pundak dan panjang badan, begitu pula pada umur diatas 24 bulan.

3.2.4 Lingkar Dada Induk Domba Priangan

Lingkar dada merupakan ukuran yang memiliki hubungan paling erat dengan bobot badan. Semakin besar lingkar dada, maka bobot badan domba juga semakin besar. Sesuai dengan pendapat Doho (1994), bahwa lingkar dada yang besar diikuti dengan ukuran tubuh lainnya dapat digunakan pada program seleksi berdasarkan sifat kuantitatif. Lingkar dada induk Domba Priangan di Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut dapat dilihat pada Tabel 4.

(10)

Tabel 4. Lingkar Dada Induk Domba Priangan

Nilai Kecamatan Banyuresmi

Jumlah Sampel (ekor) 20

Maksimum (cm) 100,70 Minimum (cm) 72,00 Ragam (cm) 70,45 Rata-rata (cm) 82,68 Simpangan Baku (cm) 8,61 Koefisien Variasi (%) 10,42 Standar Error (%) 1,93

Rata-rata lingkar dada domba Priangan induk di Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut adalah 82,68±8,61 cm. Lingkar dada pada penelitian yang dilakukan lebih rendah daripada lingkar dada yang didapatkan oleh Handirawan dkk. (2011) yaitu 88,49±0,69 cm. Induk domba Priangan yang diukur pada penelitian Handirawan dkk. (2011) adalah induk domba yang melahirkan anak lebih dari satu ekor. Semakin banyak jumlah anak yang dilahirkan, menandakan lingkar dada semakin besar. Hal ini dikarenakan lingkar dada merupakan tempat menempelnya tulang rusuk. Sesuai dengan pendapat Atmaja dkk. (2012) bahwa tulang rusuk yang lebar memungkinkan ruangan yang cukup besar untuk fetus dua ekor atau lebih. Sementara pada penelitian ini, tidak semua induk domba melahirkan anak lebih dari satu ekor.

3.3 Performa Produksi Induk Domba Priangan 3.3.1 Litter Size

Berdasarkan hasil penelitian, jumlah anak yang dilahirkan dari satu ekor domba dalam sekali melahirkan adalah 1-3 ekor. Domba lokal merupakan domba prolifik, dimana dapat menghasilkan anak 2-3 ekor dalam sekali melahirkan. Kelahiran tunggal terdapat pada 3 ekor induk yang diteliti. Hal ini diduga karena induk mengalami kekurangan nutrisi saat kebuntingan.

Asupan nutrisi pada induk harus diperhatikan, karena akan mempengaruhi performa produksi induk dan anak yang dilahirkan. Induk yang mendapatkan pakan dengan nutrisi yang tinggi, akan memiliki laju ovulasi yang tinggi yang akan mempengaruhi jumlah anak yang dilahirkan. Kebutuhan nutrisi saat kebuntingan selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan

(11)

gizi induk, juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak pada saat fase embrio dan fetus. Semakin baik pakan yang diberikan, kemampuan hidup dari fetus akan semakin tinggi. Sesuai dengan pendapat Wasmen dkk. (1997), bahwa litter size sangat dipengaruhi oleh laju ovulasi, daya hidup anak prenatal, dan tingkat gizi pakan induk.

Rata-rata litter size pada penelitian ini adalah 1,51. Artinya seekor induk mampu menghasilkan anak 1,51 ekor setiap kelahiran. Rata-rata litter size pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Inounu (1996), bahwa domba lokal memiliki litter

size 1,77 ekor per kelahiran. Hal ini diduga karena asupan pakan yang kurang pada saat

domba mengalami kebuntingan sehingga menyebabkan rendahnya laju ovulasi dan daya hidup anak prenatal.

3.3.2 Mortality Rate

Mortality rate menunjukkan seberapa besar kemampuan anak untuk bertahan hidup

setelah dilahirkan. Rata-rata jumlah kematian anak yang tinggi terjadi pada tipe kelahiran kembar tiga. Semua anak domba yang mati pada tipe kelahiran ini yaitu 5 ekor dari 21 anak yang dilahirkan (23,80%). Hasil ini lebih rendah daripada hasil yang didapatkan oleh Purbowati (2009) bahwa tingkat kematian anak pada kelahiran kembar tiga adalah 30%. Hal ini diduga karena, peternak merawat anak domba dengan baik, sehingga kematian dapat ditekan.

Pada penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa tingkat kematian anak keseluruhan adalah 18,18% (8 dari 44 ekor anak yang dilahirkan). Tingkat kematian ini lebih banyak daripada tingkat kematian anak pada penelitian Somanjaya, dkk. (2015) yaitu 13,24% (9 dari 68 ekor anak yang yang dilahirkan). Tingginya tingkat kematian anak pada penelitian ini diduga karena anak mengalami kekurangan susu dari induk karena induk tidak bisa menyusui atau terjadi persaingan untuk mendapatkan air susu. Hal ini sesuai dengan pendapat Setiadi, dkk. (2001) bahwa mortality rate dipengaruhi oleh litter size, produksi susu, serta kemampuan induk merawat anaknya saat periode menyusui.

IV. Simpulan 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa karakteristik fisik dan performa produksi induk domba lokal di Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut menunjukkan hasil sebagai berikut:

1. Rata-rata bobot badan induk Domba Priangan adalah 30,83±5,06 kg, rata-rata panjang badan induk Domba Priangan adalah 60,82±6,26 cm, rata-rata tinggi pundak induk

(12)

Domba Priangan adalah 61,70±4,50 cm, rata-rata lingkar dada induk Domba Priangan adalah 82,68±8,61 cm.

2. Rata-rata litter size induk Domba Priangan adalah 1,51 ekor dengan mortality rate 18,18%.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disarankan:

1. Data karakteristik fisik hasil penelitian dapat dijadikan data acuan dalam memilih domba untuk dijadikan sebagai bibit unggul.

2. Perlu adanya perbaikan pakan terutama pada saat domba mengalami kebuntingan. Agar performa produksi induk dapat mendapatkan hasil yang lebih tinggi.

V. Ucapan Terimakasih

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ir. Siti Nurachma, M.S. selaku pembimbing utama, Diky Ramdani, S.Pt., M.Anim.St., Ph.D. selaku pembimbing kedua, yang telah memberikan masukan dalam pelaksanaan penelitian, pembuatan skripsi, dan pembuatan artikel ini. Terimakasih untuk orang tua dan keluarga penulis, yang telah memberikan doa-doa dan semangat kepada penulis.

VI. Daftar Pustaka

Atmaja D.S., E. Kurnianto, B. Sutiyono. 2012. Ukuran-Ukuran Tubuh Domba Betina

Beranak Tunggal dan Kembar di Kecamatan Bawen dan Jambu Kabupaten Semarang. Animal Agricultural Journal Vol 1 (1): 123-133.

Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut. 2015. Jumlah Populasi Ternak

Besar Menurut Jenis di Kab. Garut Tahun 2012. [Online] Pemerintah Kabupaten

Garut. Available at: http:// www.garutkab.go.id/galleries/pdf_link/sda/Peternakan_ 2013.pdf (diakses pada 20 Desember 2015, jam 21.30 WIB)

______.2015. Peternakan. [Online] Pemerintah Kabupaten Garut. Available at : http://www.garutkab.go.id/pub/static_menu/detail/sda_peternakan (diakses pada 12 Mei 2016, jam 8.10 WIB)

Doho, S.R. 1994. Parameter fenotipik beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif pada Domba

Ekor Gemuk. Thesis. Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Handirawan E., R.R. Noor, C. Sumantri, and Subandriyo. 2011. The Differentiation of Sheep

Breed Based on the Body Measurements. J. Indonesian Trop.Anim.Agric. 36 (1): 1-8.

Heriyadi, D., dan A. Nurmeidiansyah. 2015. Standardisasi Mutu Bibit Domba Priangan. Kerjasama antara Fakultas Peternakan Unpad dengan UPTD BPPTD Margawati Garut. Bandung.

Inounu I. 1996. Keragaman Produksi Ternak Domba Prolifik. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

(13)

Pemerintah Kabupaten Garut. 2016. Lingkungan Hidup. [Online] Available at: http://www.garutkab.go.id/pub/static_menu/detail/sda_lingkungan_hidup (diakses pada 19 Juli 2016 jam 3.37 WIB).

Purbowati E. 2009. Usaha Penggemukan Domba. Penebar Swadaya. Bogor.

Setiadi, B. Subandriyo, M. Martawidjaja, D. Priyanto, D. Yulistiani, T. Sartika, B. Tiesnamurti,K. Diwyanto Dan L. Praharani. 2001. Karakterisasi Kambing Lokal. Kumpulan Hasil- Hasil Penelitian Peternakan APBN Tahun Anggaran 1999/2000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. hal. 157–178.

Somanjaya R., Denie Heriyadi, Iman Hernaman. 2015. Performa Domba Lokal Betina

Dewasa pada Berbagai Variasi Lamanya Penggembalaan di Daerah Irigasi Rentang Kabupaten Majalengka. Jurnal IlmuTernak Vol 41 (1): 41-49.

Suharto dan Layla Z. 2005. Perbandingan Karkas Domba Betina dan Jantan Pada Umur

Potong Tujuh Bulan Di Pemotongan Tradisional. Prosiding Temu Teknis Nasional

Tenaga Fungsional Pertanian. 131-134.

Sutiyono, B., S. Johari, E. Kurnianto, Y.S. Odho, Sutopo, Y. Adrian, A. Kusmuhernanda, Darmawan. 2014. Hubungan Penampilan Induk Anak Domba dari Berbagai Tipe

Kelahiran. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 20 (2): 24-30

Wasmen, M., M. Y. Sumaryadi, Sudjatmogo, dan Aryani. 1997. Pemanfaatan Kelimpahan

Folikel Melalui Teknik Superovulasi Untuk Meningkatkan Sekresi Endogen Hormon Kebuntingan dan Hormon Mamogenik Dalam Upaya Peningkatan Efisensi Reproduksi dan Produksi Domba. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1997:

55-68.

Yayan Rismayanti. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Domba. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. Bandung.

Younas, U., M. Abdullah, J. A. Bhatti, T.N. Pasha, N. Ahmad, M. Nasir and A. Hussain. 2013. Inter-relationship of body weight with linear body measurements in Hissardale

Gambar

Ilustrasi 1. Cara Pengukuran Tubuh Induk Domba       Priangan
Tabel 1. Bobot Badan Induk Domba Priangan
Tabel 3. Tinggi Pundak Induk Domba Priangan
Tabel 4. Lingkar Dada Induk Domba Priangan

Referensi

Dokumen terkait

skills, I was performing the function of process designer and manager, which required relationship building, needs assessment, involvement of students in planning, linking students

Sekali waktu tataplah langit di malam hari. Bayangkan jika dapat terbang menembus langit dan melewati bintang-bintang. Di atas ketinggian kita juga menatap bumi yang kita

Apabila jumlah aset yang dimiliki perusahaan meningkat maka informasi yang diungkapkan perusahaan akan semakin banyak dan lengkap sehingga mampu meyakinkan investor

Hasil dari analisis menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi non pertanian di Kecamatan Ungaran Barat seluas -6,8055 km², daerah dengan kelas perubahan

F{IJI,TA,S

PRO{:RAM STUDI D3 TEKNISI XOM?UTf,R

soae i

Jika toko buku memiliki 46 buah pensil dan 24 buah pensil patah, pensil di toko buku yang masih utuh sebanyak....