• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANYAMAN DAUN RONTAL DAN UKIR KAYU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANYAMAN DAUN RONTAL DAN UKIR KAYU"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

104

ANYAMAN DAUN RONTAL DAN UKIR KAYU

¹I Made Suparta, ²I Nyoman Suardina, ³Ni Made Rini Astuti ¹&²Program Studi Kriya Seni, FSRD Institut Seni Indonesia Denpasar

³Program Studi Desain Komunikasi Visual, FSRD Institut Seni Indonesia Denpasar Email: [email protected]

Ringkasan Eksekutif

Tulisan program pengabdian di Rumpin (Rumah Pintar) Munti Gunung tentang pemberdayaan potensi alam dan mitra perajin dalam upaya meningkatkan hasil produksi lewat pengolahan bahan dan pengembangan desain. Kegiatan yang melibatkan dua mitra perajin anyaman daun rontal dan ukir kayu ini menggunakan metode diskusi, pelatihan, dan pendampingan. Jenis produk dan desain ukiran yang semula dibuat secara monoton seperti: ingka, tempat tisu, dan ukiran kayu dengan ornamen motif pepatran dan keketusan. Pengabdian ini menitik beratkan pada peningkatan keterampilan teknik pengolahan bahan, produksi, pariasi bentuk, finishing, dan pengembangan desain ornamen wayang seperti: proporsi, komposisi, dan hiasan yang ada dalam tokoh pewayangan. Kuantitas dan kualitas produk dapat dilihat dari bahan anyaman (kerapian), bentuk relief (wayang). Media promosi yang mencerminkan jenis produk kedua mitra beserta proses pembuatannya.

Kata kunci : IbM, Anyaman Rontal, Ukir Kayu Executive Summary

Writing service programs in Rumpin (Smart House) Munti Gunung about empowering potential of natural and artisan partners in an effort to increase production through processing of material and design development. Activities that involve two partners rontal craftsmen woven leaves and wood carving using the method of discussion, training, and mentoring. Type of product and design engraving that was originally created as monotonous as: ingka, towels, and wood carvings with ornaments and motifs pepatran keketusan. This devotion focuses on improving the skills of engineering materials processing, production, pariasi shape, finishing, design and development puppet ornaments such as: the proportion, composition, and decoration in the puppet characters. The quantity and quality of the products can be seen from plaiting materials (neatness), forms of relief (puppet). Media promotion reflects both product types and their partners making process.

Keywords: IbM, Woven rontal, Wood Carving A. PENDAHULUAN

Munti Gunung adalah salah dusun di Kecamatan Kubu yang terletak di lerengsebelah timur laut Gunung Agung. Desa Munti Gunung banyak ditumbuhi pohon jenis palma seperti lontar dan pandan perahu. Kedua jenis tanaman ini berpotensi untuk diolah untuk dikembangkan sebagai bahan baku kerajinan. Bagi masyarakat Munti Gunung, daun lontar adalah sumber penghasilan

mayoritas untuk menunjang ekonomi keluarga. Potensi daun rontal milik masyarakat lebih banyak dipasarkan ke beberapa daerah lain di Bali untuk berbagai macam keperluan seperti sarana upacara dan kerajinan.

Kecamatan Kubu merupakan kecamatan paling utara yang berbatasan dengan kabupaten Buleleng dengan luas wilayah 234,72 Km2 adalah kecamatan yang paling luas di kabupaten

(2)

105 Karangasem,namun mempunyai potensi paling sedikit dibidang kerajinannya. (Karangasem Dalam Angka, 2008: 33). Kecamatan Kubu adalah penghasil rontal paling potensial di kabupaten Karangasem yang belum dimanfaatkan secara optimal. Selain potensi sumber daya alam seperti daun lontar, kecamatan Kubu juga memiliki jenis tanaman lainnya yaitu Pandan perahu atau bagu. Pandan perahu atau bagu adalah sejenis pandan berduri berwarna hijau yang panjang daunnya mencapai 150 cm. Dua jenis tanaman ini dengan mudah ditemui karena tumbuh subur di kebun penduduk maupun di sepanjang jalan dan selalu berdampingan, dimana ada pohon lontar di bawah/disampingnya ada tanaman pandan perahu atau bagu. Pandan perahu atau bagu ini kerap dicari oleh orang-orang dari Sukawati Gianyar untukdiolah dijadikan bulu/rambut barong dan rangda.

MasyarakatMunti Gunung kesehariannya disibukkan dengan berbagai aktifitas seperti: menganyam, buruh, beternak, dan berkebun. Suasana desa kelihatan sangat sepi kecuali pada sore hari. Menurut penuturan I Nengah Paum Arsana pimpinan pelaksana di Rumah Pintar (Rumpin) sekaligus koordinator kegiatan pengabdian ini; masyarakat Banjar Munti Gunung akan sangat ramai ketika menjelang hari raya Galungan dan Kuningan atau ada upacara keagamaan di Desa. Hari-hari biasa penduduk Munti Gunung lebih banyak berada di luar desa seperti di Denpasar atau tersebar dikabupaten atau kota lainnya di Bali.

Dikenalnya Munti Gunung sebagai penghasil daun rontal terbesar di Bali tidak dibarengi dengan keberadaan Rumpin Munti Gunung Kubu Karangasem. Kegiatan menganyam maupun mengukir bagi mitra perajin

Rumpin Munti Gunung dilakukan sebagai kerja tambahan walaupun telah memiliki fasilitas cukup memadai. Malahan di kalangan masyarakat Bali, nama Munti Gunung lebih dikenal dengan “kantongnya” gepeng/pengemis.

Kegiatan pengabdian yang kami lakukan merupakan tindaklanjut pemdampingan desain anyaman daun lontar yang diselenggarakan Direktorat Perisdustrian dan Perdagangan Industri Kecil Menengah Kabupaten Karangasem bekerjasama dengan Pusat Pengembangan Desain Kerajinan Bali/Design

Development Organization (DDO) Bali

tahun 2014. Begitu pula untuk mewujudkana kebijakan Renstra ISI Denpasar 2010-2014 halaman 4 dalam bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berbunyi “Pemanfaatan hasil karya seni, ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memberdayakan masyarakat serta mendukung pembangunan nasional dan daerah”.

Sebagaipendidik dibidang kekriyaansekaligus selaku instruktur dalam pendampingan desain, berkewajiban mengimplementasikan ilmu dan pengetahuan (Tri Dharma Perguruan Tinggi) bagi masyarakat perajin. Waktu tiga bulan atau dua belas kali pertemuan belumlah cukup untuk memberi pendampingan di Rumpin Munti Gunung mulai cara membelah daun runtal, mendesain/merancang pengembangan produk belum menjamin hasil secara maksimal.

Pelatihan dan pendampingan menganyam daun lontar di Rumah Pintar Munti Gunung memberikan pengetahuan proses pengolahan bahan daun lontar untuk mendapatkan produk yang berkualitas, baik varianbentuk, ukuran dan pewarnaannya. Hal tersebut dikarenakan

(3)

106 ukuran tebal maupun lebar daun lontar tidak rata, sangat berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Jenis produk yang dibuat juga sangat terbatas untuk kebutuhan pembungkus gula (gula ental), craken/craki, dan ingka dengan memanfaatkan lidi dari daun lontar. Dari diskusi-diskusi selama pendampingan, kelompok perajin juga sangat tertarik memanfaatkan pelapah lontar sebagai barang kerajinan.

Kami tim pengabdi dibidang kekriyaan berkewajiban mengimplementasikan ilmu dan pengetahuan (Tri Dharma Perguruan Tinggi) bagi masyarakat perajin. Waktu tiga bulan atau dua belas kali pertemuan belumlah cukup untuk memberi pendampingan di Rumpin Munti Gunung mulai dari caramenggilas daun runtal, mendesain/merancang pengembangan produk sampai pada tahap finishing.

Permasalahan yang berkaitan dengan manajemen usaha misalnya mereka belum memahami manajemen pemasaran dengan baik dan pengalaman pemasaran yang masih kurang misalnya melalui pameran atau bentuk-bentuk lainnya sehingga masyarakat luas mengenal potensi perajin anyaman lontar dan ukir kayu yang ada di Rumah Pintar Munti Gunung. Semua permasalahan di atas merupakan permasalahan pokok kelompok anyaman daun rontar dan Ukir Kayu pada Rumah Pintar yang membutuhkan penanganan dari berbagai pihak dalam upaya meningkatkan kesejahteraanperajin. Sejak berdirinya rumah pintar, kelompok mitra ukir kayu belum pernah mendapat pendampingan maupun pelatihan dari instansi terkait.

B. PEMBAHASAN

Pengolahan bahan daun rontaldan teknik mengukir motif wayang sebelum adanya pelatihan dan pendampingan menganyam dan mengukir kayu di Rumah Pintar Munti Gunung dilakukan secara sederhana. Perajijn tidak memperhatikan serat maupun ketebalan bahan sehingga agak sulit mendapatkan besar-kecil, tebal-tipisnya ukuran sesuai kebutuhan bahan anyaman. Daun rontal yang memiliki serat dan bentuk yang mengerucut tidak mudah mendapatkan ukuran lebar yang sama, karena hasil torehan selalu mengecil ke atas (ujungnya).Ini adalah sifat alami daun rontal pada bagian pangkal lebih tebal dari pada ujungnya.

Selama ini mitra perajin daun lontar maupun ukir kayu mengolah bahan untuk membuat bahan kerajinan berdasarkan pengalaman yang sangat terbatas baik dari segi teknik, ukuran, dan bentuk disainnya. Mereka juga memiliki kemampuan terbatastentang proporsi, komposisi, standarisasi bentuk, fungsi, keamanan, kenyamanan (ergonomis) terhadap produk yang dihasilkan.

Gambar 1. Cara mengoperasikan mesin penggilas

Untuk mendapatkan hasil yang berkualitas seperti: pariasi warna, jenis

(4)

107 ukuran, bentuk torehan dan ketebalan yang merata, kami beserta tim melakukan beberapa pembaharuan dengan memberi pelatihan cara-cara mendesain, mewarna dan mengoperasikan mesin penggilas untuk mendapatkan daun rontal dengan ketebalan yang sama rata. Khusus untuk mendesain, kami dan perajin sejak awal telah sepakat memberikan contoh berupa gambar atau foto-foto desain produk yang menggunakan daun rontal sebagai bahan dasar.

Produksi

Keterampilan menganyam dan semangat yang dimiliki perajin dapat mengembangkan beberapa bentuk dan fungsi baru dari produk sebelumnya seperti: tas belanja, tempat minuman gelas,keben, dan ingka, dengan menggunakan bahan dasar daun lontar. Indikator capaiannya seperti tas belanjadengan ukuran yang ideal yaituantara lebar,panjang dan tinggi. Begitu juga proporsi antara ketinggian tali dengan tas. Lebar dan ratanya ketebalan bahan daun lontar untuk rapi dan mudah dalam menganyam. Dan untuk perajin ukir kayu juga mampu membuat dan paham dengan proporsi wayang yang ideal. Pembuatan pola, komposisi dan teknik mengukir relief,memberi hiasan dan cara-carafinishing.Perajin mampu menguasai teknik menganyam daun lontar dan ukir kayu dengan baik dan benar. Hal ini ditunjukkan dengan hasil karya berupa desain produk tempat minuman gelas dan ingka.

Gambar 2. Tempat minuman gelas, produk sebelum IBM

Perajin memiliki kemampuan meniru desain baru berupa produk anyaman tempat tisu, tempat minuman gelas, botol dari daun lontar dan anyaman ingka dari lidinya. Kemampuan tersebut terwujud pada sebuah bentuk baru berupa produk anyaman daun lontar yang sesuai standar. Indikator capaiannya seperti tas belanja dengan ukuran yang ideal yaitu: 16 x 26 x 12 cm. dengan ketinggian tali dari dasr 30 cm. (11 (sebelas) lobang atau 10 (sepuluh) anyaman dengan lebar daun lontar 7 (tujuh) mm. 12 x 25 x 30 cm. 12 x 30 x 12 cm. produk kemasan minuman gelas dan botol, ingka, yang terbuat dari daun lontar sesuai standar seperti: tempat minuman gelas ukurannya 7 x 12 cm.

Perajin ukir kayu juga mampu memahami proporsi wayang yang ideal ; 40 x 40 x 3 cm. 40 x 60 x 3 cm. komposisi dan teknik mengukir panel/relief dengan obyek wayang. Kemampuan perajin dalam menganyam menjadi lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan dengan karya-karya sebelumnya. Penguasaan yang lebih baik dapat dilihat dari perbandingan dengan karya-karya sebelum pelaksanaan IbM. Sedangkan untuk ukir kayu masih memerlukan weaktu pelatihan lebih banyak, karena secara teknik dan kualitas bentuk ukiran yang dihasilkan belum maksimal.

(5)

108 Terlaksananya kegiatan pengabdian kami di Rumah Pintar Munti Gunung ini nantinya dapat memberikan solusi terkait dengan desain, peralatan, fungsi dan kualitas produk, dapat memotifasi para perajin untuk memproduksi barang kerajinannya sesuai dengan peruntukannya. Yang lebih penting lagi, adalah warga munti gunung merasa lebih percaya diri bisa menjadi perajin. Bukan meminta-minta atau mengemis.

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan kegiatan IbM ini mengacu pada prioritas permasalahan mitra yang disepakati bersama untuk diselesaikan. Dalam menentukan permasalahan prioritas ini, kami melakukan diskusi intensif dengan mitra untuk menentukan permasalahan-permasalahan yang memang betul-betul urgen untuk diselesaikan baik aspek produksi maupun aspek manajemen. Dari diskusi intensif tersebut kami menguraikan seluruh permasalahan kedua mitra, menimbang, kemudian memilah dan memilah, mengklasifikasikan secara sistematis, menentukan metode pelaksanaannya secara tepat, yaitu pelatihan dan pendampingan baik untuk kerajinan anyaman daun rontal maupun ukir kayu.

Dalam menentukan permasalahan yang penting tersebut, kami sangat berpatokan pada waktu, kesadaran Sumberdaya manusia untuk mendukung kelancaran pelaksanaannya, pendanaan dan kesanggupan mitra melaksanakan kegiatan. Mitra diberikan kebebasan dalam mengemukakan permasalahannya sehingga kami bersama mitra dapat menganalis permasalahan dengan baik dan menentukan solusi beserta metode pelaksanaannya. Kami bersama mitra

akhirnya memutuskan permasalahan-permasalahan prioritas dengan metode pelatihan dan pendampingan.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan kedua aspek tersebut adalah langkah pertama akan diselesaikan permasahan yang berkaitan dengan aspek kualias bahan daun lontar sebagai bahan anyaman dan untuk ukir kayu yaitu cara menggambar ornamen wayang, kemudian dilanjutkan dengan aspek manajemen usaha. Partisipasi mitra dalam pelaksanaan pelatihan proaktif dalam mengikuti setiap tahapan pelaksanaan program kegiatan yang disepakati, aktif dalam menyediakan tempat pelatihan, diskusi bebas aktif, interaktif, ketika bekerja sesuai dengan arahan tenaga ahli dalam pelatihan.

Pengembangan Desain

Kegiatan yang dilakukan adalah mengembangkan desain produk kerajinan anyaman daun lontar dan ukir kayu kedalam produk desain baru yang memiliki fungsi secara praktis. Adapun desain yang dikembangkan salah satunya adalah desain tas dan Keben dengan bahan daun lontar yang berwarna merah dan biru. Sedangkan pada kegiatan Ukir kayu diberikan cara-cara menggambar wayang secara benar. Kegiatan mendesain khususnya pada anyaman dilakukan secara bertahap sesuai kesepakatan dan melihat kemampuan mitra untuk membuat desain. Mitra rata - rata belum memahami gambar desain dan cara membuatanya. Mitra lebih tertarik dan “meminta” untuk diberi contoh-contoh desain dan Produk-produk atau karya-karya yang sudah jadi. Dari kedua jenis desain yang diberikan dalam tahap ini yaitu desain tas dan keben (tempat sesajen).Desain yang dikembangkan meliputi ukuran, pariasi warna dan fungsi.

(6)

109 Gambar 3. Memberikan Arahan

Menganyam

Gambar4. Kegiatan:KegiatanMengukir Pengembangan fungsi yang dilakukan adalah dengan membuat bentuk dan ukuran yang disesuaikan dengan peruntukannya. Produk anyaman tas yang dibuat mitra sebelumny dipakai untuk tempat botol minuman brem dikembangkan menjadi tempat stop map dan tas belanja. Bentuk dan cara pemakaian tas ini adalah dijinjing. Yang menjadi pertimbangan pada desain ini terletak pada kekuatan konstruksi tas dengan tali pengkaitnya untuk mendapat kekuatan maksimal. Penempatan posisi tali dengan perbandingan atau Rasio 1: 2: 1 (satu dua satu) untuk tas yang berukuran 30x30x10 secara visual terlihat seimbang. Keseimbangan secara visual juga didapat dengan menempatkan variasi warna merah sebanyak tiga baris diantara warna putih. Jalinan tali dengan memadukan warna merah dan putih.Kami pelaksanakegiatan bersama mitra juga membuat berbagai ukuran produktas sebagai alternatif pilihan.

Peralatan seperti mesin penggilas dan bahan yang ada sekarang sangat memungkinkan untuk mendapatkan kualitas produk lebih baik dari sebelumnya. Alat penggilas yang berfungsi untuk meratakan dan melenturkan daun lontar, sehingga secara teknis daun lontarlebih mudah dan tidak mudah sobek kalau dianyam. Ukuran lebar yang sama/rata pada setiap lembar daun lontarmenjadi anyaman lebih rapat dan rapi.Pada rencana awal mesin penggilas yang kami sebut mesin pengepres sedianya untuk kebutuhan perajin lontar yang berfungsi meratakan ketebalan daun lontar. Karena mesin penggilas telah ada dirumpin, kami melengkapi peralatan tersebut dengan memberikan landasan secara permanen di tempat yang telah disediakan oleh pihak mitra yaitu rumpin Munti Gunung. Dengan kata lain mitra/perajin diberdayakan supaya dapat menggunakan/memanfaatkan peralatan yang telah tersedia.

Dukungan alat pengolahan bahan yang ada saat ini menjadikan mitra perajin lebih cepat dan senang melakukan pekerjaan. Ini dapat dilihat dari salah satu hasil produk dari dua produk yang direncanakan telah dapat diselesaikan yaitu berupa tas tempat stop map atau tas belanja. Hasil kerajinan anyaman daun lontar ini oleh panitia pameran Pembangunan ISI Denpasar dipilih sebagai salah satu materi pameran hasil pemenang hibah Pengabdian dalam rangka HUT. RI ke 71 tahun 2016 yang bertempat di Taman Budaya Bali.Rancangan tas yang dikembangkan seperti fungsi dan bentuk menjadi tas belanjaan ke pasar dengan ukuran yang lebih besar dan lebih tinggi.Selain mengembangkan tas belanja, kami juga meneruskan program membuat keben dan mengukir kayu berupa relief

(7)

110 wayang.Ukiran relief yang menggunakan motif wayang Bali dengan latar belakang

pepatranyang berfungsi sebagai dinding

ruangan tempat suci Kemulan sekaligus sebagai hiasan simbolis.

Gambar5. Kegiatan Ukiran relief motif wayang

Kami bersama tenaga ahli melihat minat dan kemampuan kedua mitra baik mitra anyaman daun lontar maupun ukir kayu pada tahap mendesain masih memerlukan pembiasaan secara berkelanjutan. Sebenarnyakedua mitra sangat antosias mengikuti kegiatan yang kami lakukan. Kegiatan pendampingan dan pelatihan yang kami lakukan secara kekeluargaan untuk mengurangi rasa jenuh dan membosankan. Berbagi cerita tentang sejarah dan seluk beluk dusun/banjar Munti Gunung memberikan pengalaman dan pengetahuan baru untuk dijadikan referensi pembelajaran pada Program Studi Kriya ISI Denpasar. Disadari pula, kedua mitra adalah bagian dari masyarakat yang tidak dapat sepenuhnya memporsikan waktunya untuk mengikuti kegiatan karena jarak tempuh antara Rumah Pintar yang dijadikan tempat melakukan kegiatan dengan rumah peserta berjarak sekitar 3-5 km. dengan jalan yang belum diaspal

(jalan tanah) Selain kendala jarak tempuh masih ada kendala lainnya yaitu tingkat pendidikan dan keluarga (perajin anyaman daun lontar). Untuk peserta menganyam rata-rata mengenyam pendidikan sampai tingkat Sekolah Dasar. Secara tidak langsung program mendesain dilakukan dengan metode mencontoh. Kendala serupa juga kami alami dengan mitra ukir kayu, walaupun dari lima peserta ada dua orang S1, dua orang SMA dan hanya seorang yang tidak berpendidikan.

Menggambar Wayang

Program mendesain atau menggambar wayang ini dilaksanakan dengan memberi pelatihan dan pendampingan. Kegiatan pendampingan yang dilakukan pada mitra adalah untuk mengetahui cara dan jenis tokoh yang ada dalam dunia pewayangan seperti: tokoh para Dewa, Pendeta, Raja, Kesatria, Raksasa, dan Parekan atau rakyat. Begitu juga tokoh wayang perempuan dan laki. Pengetahuan ceritera pewayangan seperti: Ramayana dan Mahabharata atau ceritera mitologi lainnya khususnya di Bali masih tetap dibutuhkan dan dilestarikan. Ceritera pewayangan ini dapat kita lihat di berbagai tempat suci maupun rumah tempat tinggal dengan berbagai fungsinya.

(8)

111 Gambar6 dan 7Kegiatanmenggambar dan cara finishing

Gambar 8 dan 9 Suasana pameran di Taman Budaya Bali

Penguasaan bentuk, proporsi, karakter, dan hiasan yang dikenakan dapat dijadikan identitas setiap tokoh. Motif wayang adalah suatu bentuk motif yang diciptakan berdasarkan khayalan tentang makhluk-makhluk kayangan dan dewa-dewa dengan berbagai statusnya serta totem-totem yang diyakini kebenarannya. Motif wayang sering dijadikan hiasan dinding-dinding candi, tempat ibadah (Hindu) dan dalam bentuk panil/relief.

Proporsi dan cara pandang yang dijadikan sebagai bentuk dasar ukuran

pembuatan sebuah motif hias wayang, khususnya seni wayang klasik Kamasan mempunyai disiplin aturan yang ketat. Pembuatan motif untuk tokoh, jenis, gerak, dan karakter tertentu mempunyai ukuran yang sama walaupun oleh orang dan pada tempat yang berbeda. Dalam seni yang bersifat tradisi, ukuran-ukuran baku khususnya proporsi klasik digunakan sebagai polanya saja, sedangkan cara pandang dilakukan dengan mengakumulasikan segala esensi manusia secara dinamis.Proforsi wayang klasik, untuk menggambarkan tentang tokoh Dewa dan tokoh wayang raksasa, menggunakan ukuran 6 atau 5 ½ (enam atau lima setengah) dari tinggi kepala.

Untuk mendukung kegiatan menggambar ornamen wayang yang merupakan bagian dari kriya membutuhkan beberapa bahan dan peralatan seperti: Buku atau kertas Gambar, pensil, penghapus, dan alat penggaris.Alat peraga dengan referensi pewayangan serta media penerapannya, mitra ukir kayu lebih cepat mengerti tentang bentuk dan teknik mengukirnya. Karena membuat gambar atau desain wayang yang dijadikan relief (2/3 dimensi) dengan yang dijadikan lukisan (dua dimensi) mempunyai perbedaan. Pengenalan contoh-contoh relief dengan motif wayang lewat program power point sangat menarik minat mitra dan dapat menangkap perbedaan cara mendesain untuk kebutuhan relief/pandil. Kriya telah dapat memenuhi kebutuhan hidup secara jasmani dan rohani dengan pruduk-produknya yang praktis, ekonomis, efesien, aman dan nyaman. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. (SP. Gustami, 2007: 8) Program pengenalan dan pembelajaran lewat pendampingan dengan

(9)

112 media elektronik ini dapat mengetahui atau melihat hiasan-hiasan yang ada pada setiap tokoh secara mendetail. Model pendampingan yang diberikan oleh DR. Drs. I Ketut Muka, M.Si. dosen Program Studi Kriya FSRD ISI Denpasar ini mengurai satu persatu bagian-bagian wayang dan jenis hiasan yang digunakannya. Penjelasan yang diawali dari bagian kelapa, badan dan kaki. Pada bagian kepala, pertama dibuat adalah pola berbentuk opal/bulat lonjong, kemudian dibagi menjadi tiga. Pada bagian atas untuk mata, bagian dua untuk hidung dan yang bagian ketiga untuk mulut dan dagu. Pada bagian kepala dihiasi dengan gelungan dengan unsur-unsurnya seperti: petitis, garuda mungkur, ron-ron, sekarure/taji dan anting-anting.

Selain bagian-bagian tubuh, yang lebih penting diperhatikan dalam menggambar/mendesain wayang adalah sikat anggota badan dan hiasan yang digunakan, karena hiasan dapat membedakan antara tokoh dewa, pendeta, kesatria, raksasa dan punakawan. Untuk membedakan antara tokoh perempuan dengan laki dapat dilihat dari sikap anggota badan, bentuk mata, mulut dan busananya.Gerak sebagai salah satu ciri kehidupan (hidupnya) wayang dalam kondisi tertentu dibuat sesuai dengan sikapnya, seperti sedang terbang, berperang, bicara, dan yang lainnya. Karakter adalah sifat-sifat yang digunakan untuk membedakan antara tokoh yang satu dengan yang lainnya, seperti manis, keras, bengis, dan yang lainnya. Atribut yang dikenakan oleh setiap tokoh tertentu pun digunakan sebagai tanda untuk membedakan jenis tokoh yang ada, seperti seorang raja, ratu, Dewa, raksasa, kesatria maupun parekan/prajurit.

Secara teknis, sebelum desain dituangkan dalam media kayu jati, terlebih dahulu desain dibuat di atas kertas roti. Tahap berikutnya adalah menempelkan desain dengan menggunakan perekat lem kayu di permukaan kayu yang akan dijadikan ukiran/relief. Setelah lem perekat kering, barulah kegiatan mengukir bisa dilakukan.

Sistem pemdampingan dilakukan dengan metode diskusi dan model work shop yaitu menjelaskan secara teoritis yang disertai praktek langsung dengan mendapingi mitra satu demi satu. Kegiatan yang awalnya disepakati setiap hari rabu dan jumat mulai dari jam 13.00- 17.00 Wita. ini tidak bisa berjalan sesuai perencanaan. Hal ini disebabkan adanya kegiatan lain yang sipatnya tidak bisa ditinggalkan baik oleh fihak mitra maupun dari kami sendiri.

Manajemen Usaha

Rumah Pintar Munti Gunung secara administrasi telah memiliki manajeman secara terstruktur. Mitra secara berkelompok atau individu nantinya wajib memiliki media promosi yang berupa brosur tentang usaha kerajinan anyaman daun lontar/ukir kayu. Dan produk kerajinan mitra dapat dipromosikan agar lebih dikenal oleh masyarakat secara luas. Secara teknis promosi ini dapat dilakukan dengan cara berpameran seperti pada pameran pembangunan Pembangunan propinsi bali yang dimulai dari tanggal 14 sampai dengan 23 Agustus 2016, di Taman Budaya Bali. Pesta Kesenian Bali, Inacraff dan Exspo yang dilakukan setiap tahun, baik ditingkat daerah maupun Nasional. Laporan hasil akhir kegiatan ini di publikasikan berupa artikel yang dimuat pada jurnal “Ngayah” Majalah Aplikasi Ipteks yang diterbitkan oleh Forum

(10)

113 Layanan Masyarakat Perguruan Tinggi di Bali. Program pembuatan Poster/brosur, dan pameran tetap yang bertempat di sentra kriya Rumah Pintar Munti Gunung. Media maupun kegiatan ini nantinya sebagai alat ukur untuk melakukan evaluasi program selama kami mengabdikan diri di tengah-tengah masyarakat yang notabene masyarakat “pengemis”.

Kendala

Kendala yang kami alami dalam memberi pelatihan membuat desain wayang yang rencananya diterapkan pada kelompok ukir kayu adalah: 1. Mitra perajin kayu belum pernah membuat desain/gambar ornamen wayang sendiri disamping belum mempunyai kemampun teknik mengukir jenis relief/pandil. Selama ini, jenis ukiran yang biasa dibuat mitra baru jenis pepatran. Ukiran jenis wayang yang diberikan Tenaga Aahli sebelumnya sudah mencapai 40% terpaksa tidak dilanjutkan karena mitra masih memiliki rasa takut dengan target waktu yang disepakati yaitu pertengahan Nopember. Untuk itulah kami sepakat dengan mitra kelompok ukir kayu memberikan pendampingan dari mengukir jenis relief wayang menjadi jenis pepatran.

Kesimpulan

Setelah melaksanakan kegiatan pengabdian bersama mitra Anyaman daun lontar dan ukir kayu di Rumah Pintar Munti Gunung dapat kami simpulkan sebagai berikut:

1. Semua rencana kegiatan beserta permasalahan yang dihadapi seperti waktu, jenis produksi dan teknik pengerjaan selalu didahului dengan diskusi dan kesepakatan.

2. Hampir semua kegiatan dapat dilaksanakan dan diikuti peserta

secara kekeluargaan, walaupun efektifitas pemanfaatan waktu perlu ditingkatkan.

3. Pemasaran selalu menjadi harapan bagi mitra walaupun secara kuantitas maupun kualitasnya hasil produksinya telah mengalami peningkatan.

4. Mitra perajin dapat berproduksi secara berkelanjutan kalau instansi terkait atau para pemodal mempunyai nurani untuk mendukung profesi mereka sebagai perajin.

Saran

Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini secara umum berjalan dengan baik. Keseriusan para mitra maupun dari pengelola Rumah Pintar secara rutin mendampingi kami dalam melaksanakan kegiatan. Antosiasnyan mitra kelompok ukir kayu yang pertama kali mendapatkan pelatihan dan pendampingan, perlu mendapat perhatian lebih dari pihak Rumpin Munti Gunung maupun instansi terkait khususnya dibidang ukir-mengukir.

DAFTAR PUSTAKA

DDO Bali.(2014).Laporan Kegiatan

Pengembangan Desain

KerajinanBali. Denpasar.

Gustami, SP. (2007).Butir-Butir Mutiara

Estetika Timur, Ide Dasar

Penciptaan Seni Kriya Indonesia.

Yogyakarta: Prasista.

Pemerintah Daerah Tingkat II Karangasem.2014. Karangasem Dalam Angka, Amlapura.

Suparta I Made.(1988).Macan dan

Jenis-Jenis Kerajinan Kabupaten

Karangasem. Hasil Penelitian I-MHERE. Denpasar: PS Kriya Seni

(11)

114 Suwaji Bastomi. (2003).Seni Kriya

Seni.Semarang: UPT. UNNES

Press.

Tim. 2014. Renstra Institut Seni Indonesia

Gambar

Gambar  1.  Cara  mengoperasikan  mesin  penggilas
Gambar 2. Tempat minuman gelas, produk  sebelum IBM
Gambar 8 dan 9 Suasana pameran di  Taman Budaya Bali

Referensi

Dokumen terkait

Tutkielmani teoreetti- sena viitekehyksenä ovat muun muassa siirtymäregiimit (Walther 2006).. 2 Tutkielman lähtökohtana on maahanmuuttajien koulutussiirtymissä havaittu haasteellisuus

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan terhadap pengaruh suhu dan lama pengeringan terhadap pati kentang, maka dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa: faktor suhu

Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut (RSKGM) Kota Bandung yang mengkhususkan diri pada pelayanan gigi dan mulut merupakan Rumah Sakit Khusus tipe C, rumah sakit ini

Setelah mempelajari modul ini diharapkan saudara dapat 1) melakukan deteksi dini pertumbuhan, perkembangan dan mental emosional, 2) melaksanakan dan mengelola

diberikan. 2) Akomodasi : Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Pasien yang mandiri harus dilibatkan

1. Ingin menggambarkan proses masuk dan berkembangnya Katolik di Tanah Karo. Ingin menggambarkan dan menjelaskan kehidupan masyarakat Karo setelah proses penyebaran

dapat dilihat pada lampiran 3 tabel 2, yang menunjukkan adanya pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim protease dari Trichoderma sp.. hal tersebut ditunjukkan adaya

Manajemen Perusahaan bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan konsolidasian untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2007