• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN DENGAN TEMA PENGEMBANGAN SENI DAN BUDAYA PADA KOMUNITAS SUKU BANJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN DENGAN TEMA PENGEMBANGAN SENI DAN BUDAYA PADA KOMUNITAS SUKU BANJAR"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

MULTIKEAKSARAAN DENGAN TEMA

PENGEMBANGAN SENI DAN BUDAYA

PADA KOMUNITAS SUKU BANJAR

Oleh : Nunung Nurazizah, Rusmilawati, Wulan Surandika

ABSTRAK

Tema pengembangan seni dan budaya didasari oleh kondisi lingkungan masyarakat tempat pembelajaran agar membantu masyarakat dalam melestarikan budaya lokal setempat. Panduan pembelajaran mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator penilaian, alokasi waktu, sistem penilaian dan sumber/bahan/alat belajar yang didesain berkontek lokal dan bahan ajar sesuai permasalahan dan potensi setempat yang ditulis dalam dua bahasa yaitu Bahasa Banjar dan Bahasa Indonesia. Penyusunan bahan ajar, panduan pembelajara dan panduan penilaian ini menggunakan metode penelitian pengembangan (reseach and development). Ujicoba dalam penelitian pengembangan ini dilakukan di SPNF SKB Balangan (sebagai kelompok treatment) dan PKBM Serumpun Kabupaten Hulu Sungai Selatan (sebagai kelompok control) dari Agustus sampai Oktober 2017. Uji validitas konseptual produk bahan ajar pendidikan multikeaksaraan tema seni dan budaya sub tema kearifan budaya lokal diperoleh dengan perhitungan rata-rata (mean) 73% , tingkat validitas tinggi. Uji kemenarikan dan keterbacaan konseptual diperoleh dengan perhitungan rata-rata (mean) 69,89% , tingkat kemenarikan dalam kategori cukup. Dampak dari penerapan bahan ajar ini agar peserta didik dapat meningkatkan kemampuan keberaksaraannya dan adanya perubahan perilaku menjaga dan melestarikan budaya local

(2)

A. Pendahuluan

Berdasarkan data BPS Kalimantan Selatan pada tahun 2013 penduduk aksarawan baru sebanyak 0,75%. Kabupaten Hulu Sungai Selatan angka melek aksara tahun 2014 adalah 98,14% dan tahun 2015 adalah 98,83 sehingga jumlah aksarawan baru pada tahun 2015 sekitar 0,69% dan menurut data dinas pendidikan kabupaten Hulu Sungai Selatan pada tahun 2016 penduduk aksarawan baru te realisasi sebanyak 1050 orang. Angka melek aksara tahun 2013 menurut BPS pa da kabupaten lainnya adalah Kabupaten Banjar pada sebanyak 96,73 %, Kabupaten Batola sebanyak 94,19%, Banjarmasin sebanyak 98,91%, Balangan sebanyak 96,73%, Hulu Sungai Utara sebanyak 96,73%. Kabupaten Tabalong angka melek aksara tahun 2015 sebanyak 98,41% tahun 2014 sebanyak 98,71%. Hal ini menunjukkan adanya penduduk usia diatas 15 tahun yang buta aksara kembali. Ditambahkan data dari Dinas Pendidikan Balangan pada tahun 2017 terdapat aksarawan baru sebanyak 1050 orang. Data dari SKB Banjar tahun 2015 telah dilaksanakan program keaksaraan dasar sebanyak 264 peserta.

Berdasarkan data BPS dan data dari dinas pendidikan serta dari penyelenggara program pendidikan keaksaraan di Kalimantan Selatan menunjukkan adanya aksarawan baru dan adanya penduduk yang buta aksara kembali karena kemampuan keberaksaraannya tidak dipelihara atau ditingkatkan. Oleh karena itu perlu adanya kegiatan pendidikan keaksaraan lanjutan di Kalimantan Selatan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 42 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan, yang menyatakan bahwa Pendidikan Keaksaraan Lanjutan yang dimaksud adalah layanan pendidikan keaksaraan yang menyelenggarakan pembelajaran ba-gi peserta didik yang telah selesai melaksanakan pendidikan keaksaraan da-sar dalam rangka mengembangkan kompetensi bagi warga masyarakat pas-ca pendidikan keaksaraan dasar. Adanya pendidikan keaksaraan lanjutan di-ha rapkan peserta didik yang sudah memiliki SUKMA pasca keaksaraan dasar te tap terpelihara keberaksaraannya. Pendidikan Keaksaraan Lanjutan terdiri atas pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri dan Pendidikan Multikeaksaraan. Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri merupakan peningkatan keberaksaraan dan pengenalan berusaha. Sedangkan Pendidikan Multikeaksaraan merupakan pen didikan keaksaraan yang menekankan peningkatan keberagaman dalam segala aspek kehidupan. Dilihat dari segi pengertiannya materi dalam pendidikan multikeaksaraan lebih luas dan disesuaikan dengan minat peserta didik.

(3)

Berdasarkan hasil studi ekplorasi yang dilakukan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Balangan, Kabupaten Banjar dan Kabupaten Barito Kuala diperoleh informasi kesulitan yang dihadapi dalam menyelenggarakan program multikeaksaraan adalah belum dipahaminya pendidikan multikeaksaraan dan belum adanya bahan ajar sehingga dalam penyelenggaraannya sama seperti program KUM yaitu peserta diberi materi keterampilan fungsional. Selain itu Pendidik kesulitan dalam menyiapkan perangkat pembelajaran sendiri seperti bahan ajar, sebelumnya setiap program pendidikan keaksaraan bahan ajar dari provinsi dengan kurikulum lama dan penilaian dengan kurikulum yang baru sehingga kurang relevan antara bahan ajar dan penilaian. Sedangkan berdasarkan wawancara terhadap beberapa penduduk aksarawan baru yang memungkinkan sebagai calon peserta pendidikan keaksaraan lanjutan diperoleh hasil bahwa beberapa tema yang diajukan yang diminati mayoritas adalah seni dan budaya, kesehatan dan profesi.

Salah satu pendukung agar pelaksanaan pendidikan multikeaksaraan sesuai de-ngan kurikulum adalah ketersediaan perangkat pembelajaran yang mengacu pa da kurikulum pendidikan multikeaksaraan. Dengan adanya perangkat pem belajaran yang sesuai diharapkan mampu memberikan pengetahuan, ke te rampilan sesuai dengan standar kompetensi yang diharapkan. Karena pen di dikan multikeaksaraan dirancang untuk keberaksaraan yang beragam maka ke be ragaman masyarakat sasaran program pendidikan multikeaksaraan sebaiknya terdapat dalam perangkat pembelajaranyang digunakan. Desain berkonteks lo kal selain memberi kemudahan, agar pembelajaran tidak lepas dari keseharian ma syarakat yang menjadi sasaran. Pada tahun 2016 sudah dikembangkan model si labus dan bahan ajar pendidikan multikeaksaraan pada komunitas suku Dayak dengan tema kesehatan dan olahraga. Sehubungan silabus dan bahan ajar yang dikembangkan tersebut dalam untuk suku Dayak sehingga dalam bahasa dayak, ma ka untuk suku Banjar yang dominan di Kalimantan Selatan sulit digunakan ka rena berbeda bahasa sehingga perlu pengembangan yang sesuai untuk komunitas su ku Banjar.

Masyarakat suku Banjar memiliki keragaman seni dan budaya yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan masyarakatnya. Berdasarkan faktor pendukung yang ada yaitu adanya sanggar seni budaya, namun peserta pada sanggar tersebut berdasarkan data dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Pelaku-pelaku seni dan budaya mayoritas orang tua. Kegiatan seni dan budaya di masyarakatpun mulai jarang ditemui, hanya sebatas adanya pagelaran. Seperti upacara ba’ayun anak sekarang dijadikan kolektif, permainan badaku juga jarang dimainkan

(4)

bahkan di kalangan anak-anak. Oleh karena itu perlu adanya penguatan seni dan budaya melalui pendidikan agar seni dan budaya Banjar yang beragam dapat terus dilestarikan dan diwariskan.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas perlu adanya pengembangan model pembelajaran pendidikan multikeaksaraan yang didesain lokal dan berupa kontek lokal sebagai upaya peningkatan keberaksaraan warga masyarakat sesuai kebutuhan, kondisi, permasalahan, budaya dan karakteristik masyarakat sasaran program pendidikan multikeaksaraan. Tema yang perlu dikembangkan sesuai dengan minat masyarakat sesuai hasil eksplorasi adalah Seni dan Budaya. Dengan tema pengembangan seni dan budaya diharapkan pendidikan multikeaksaraan dapat membantu memelihara keragaman budaya, khususnya yang menggunakan bahasa ibu dan memanfaatkan budaya dan seni masyarakat setempat dalam bahan ajarnya dapat meningkatkan kemampuan keberaksaraan individu dan berpartisipasi melestarikan seni dan budaya setempat.

B. Kajian Pustaka

1. Konsep Pembelajaran Pendidikan Multikeaksaraan

Pendidikan multikeaksaraan adalah pendidikan yang menekankan pada peningkatan keragaman keberaksaraan dalam segala aspek kehidupan. Program pendidikan multikeaksaraan merupakan program keaksaraan dengan menggunakan berbagai pendekatan (seni, budaya, lingkungan, teknologi, ras, etnis, gender dan lainnya) yang relevan dengan kondisi peserta didik untuk mencapai dan atau mengembangkan kompetensi keberaksaraan serta meningkatkan penghasilan dan kualitas hidup peserta didik. Tujuan Pendidikan Multikeaksaraan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 42 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan, Pasal 2 “Penyelenggaraan pendidikan keaksaraan lanjutan bertujuan untuk mengembangkan potensi keaksaraan bagi warga masyarakat pasca pendidikan keaksaraan dasar”. Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Multikeaksaraan Dasar sesuai Permendikbud nomor 42 tahun 2015 tentang penyelenggaraan pendidikan ke aksaraan lanjutan pasal 4 meliputi kompetensi sikap, pengetahuan dan ke-terampilan berupa:

a) Memiliki perilaku dan etika yang mencerminkan sikap orang beriman dan bertanggung jawab menjalankan peran dan fungsi dalam kemandirian berkarya di masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup.

(5)

b) Menguasai pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tentang pe-ngembangan peran dan fungsi dalam kehidupan di masyarakat dengan ca ra berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dan berhitung untuk me-ningkatkan kualitas hidup.

c) Memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dan keterampilan berhitung secara efektif dalam melakukan pengembangan peran dan fungsi untuk kemandirian berkarya di masyarakat serta meningkatkan kua litas hidup.

Kurikulum pendidikan multikeaksaraan terdiri atas kompetensi inti dan kom-petensi dasar yang mencakup ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan. De ngan jumlah jam pelajaran minimal 86 Jam Pelajaran @ 60 menit. Kompetensi da sar pendidikan multikeaksaraan pada dimensi sikap meliputi: a) Meningkatkan rasa syukur dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas po tensi diri yang dimiliki.

b) Menunjukkan sikap jujur sebagai dasar dalam membangun hubungan sosial.

c) Menunjukkan komitmen untuk membangun kebersamaan dalam me-ngem bangkan peran dan fungsi dalam kehidupan di masyarakat.

Kompetensi dasar pendidikan multikeaksaraan pada dimensi pengetahuan meliputi:

a) Menggali informasi dari teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan tek nologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya atau politik dan kebangsaan se suai dengan yang diminati minimal 7 kalimat sederhana. b) Menggali informasi dari teks penjelasan tentang profesi, atau kemahiran

yang dimiliki dan diminati dalam 7 kalimat sederhana.

c) Menggali informasi dari teks khusus yang berbentuk brosur atau leafl et se-derhana tentang teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik, dan kebangsaan tertentu yang diminati berkaitan dengan pekerjaan atau pro fesinya.

d) Mengenal penggunaan operasi bilangan tentang produk teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya atau jasa, dan uang yang disesuaikan dengan ke butuhan.

e) Menggunakan konsep pecahan sederhana dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan pada kehidupan sehari-hari.

(6)

f ) Menggali informasi dari teks tabel atau diagram sederhana yang berkaitan de ngan kajian ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati.

g) Mengidentifi kasi penggetahuan keruangan (geometri) sederhana yang dite rapkan dalam kajian keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, bu daya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

h) Menggali informasi dan teks petunjuk atau arahan yang berkaitan dengan pe kerjaan, profesi atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal 7 ka limat sederhana.

i) Menggali informasi dari teks narasi yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal 7 kalimat sederhana.

j) Menggali informasi dari teks laporan yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal 7 kalimat sederhana.

Kompetensi dasar pendidikan multikeaksaraan pada dimensi keterampilan me liputi:

a) Mengolah informasi dari teks penjelasan tentang pekerjaan, profesi, atau ke mahiran yang dimiliki dan diminati dalam bahasa Indonesia minimal 5 kalimat sederhana secara lisan dan tertulis.

b) Mengolah teks penjelasan tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu da lam bahasa Indonesia minimal 5 kalimat sederhana.

c) Mengolah teks khusus yang berbentuk brosur atau leafl et sederhana ten-tang ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati berkaitan dengan pekerjaan atau pro fesinya.

d) Mempraktikkan pengetahuan dan kreativitas yang dimiliki dan diminati menjadi produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni dan bu daya yang inovatif dengan memanfaatkan peluang dan sumber daya yang ada di sekitarnya.

e) Menggunakan sifat operasi hitung dalam menyederhanakan atau menentukan ha sil penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan.

(7)

f) Menggunakan uang atau jenis transaksi lainnya dalam kehidupan sehari-hari. g) Memperkirakan kebutuhan komponen produk teknologi, kesehatan dan

olahraga, seni, budaya yang inovatif yang sedang dikerjakan, dimiliki dan diminati untuk menentukan biaya yang diperlukan.

h) Menerapkan pecahan sederhana ke bentuk pecahan desimal dan persen pada hitungan yang berkaitan dengan uang dan produk teknologi sederhana, ke sehatan dan olahraga, seni dan budaya yang inovatif dan diminati.

i) Menggunakan satuan penggukuran, panjang, waktu, berat, atau satuan lainnya yang diperlukan pada kegiatan menciptakan produk teknologi se-derhana, kesehatan dan olahraga, seni dan budaya yang inovatif.

j) Menggunakan hasil pengolahan dan penafsiran data dalam bentuk tabel, dia gram dan grafi k sederhana mengenai kajian ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu yang diminati.

k) Mengolah informasi dari tek narasi yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati dalam 5 kalimat sederhana secara lisan dan tertulis.

l) Mempraktikkan kemitraan dalam mengembangkan produk teknologi se der hana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, secara inovatif yang diminati di wilayahnya.

m) Mengolah informasi teks laporan yang berkaitan dengan hasil produk tek-nologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, secara inovatif yang diminati.

n) Mengkomunikasikan ide dan produk inovatif berkaitan dengan ilmu dan tek nologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, yang diminati.

2. Konsep Pengembangan Bahan ajar

Bahan ajar merupakan media agar peserta didik dapat mengalami, meng-hayati, mengolah, mengungkapkan, menyimpulkan dan menerapkan materi-materi yang telah diajarkan dalam kehidupan sehari-hari, juga segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu tutor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan belajar yang baik dalam pendidikan keaksaraan perlu memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) Membangkit motivasi belajar peserta didik.

(8)

c) Fungsional dan langsung bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

Secara umum jenis bahan ajar biasanya terdiri atas handout, buku, modul, dan belajar terprogram. Dalam pendidikan multikeaksaraan yang dimaksud dengan bahan ajar adalah isi pesan yang menjadi materi belajar baik tulisan atau gambar yang dituangkan dalam media tertentu misalnya dalam bentuk buku, poster, leafl et dan sebagainya yang dapat digunakan oleh peserta didik. Kegunaan bahan ajar dalam pendidikan multikeaksaraan adalah :

a) Sebagai alat bantu bagi tutor untuk membelajarkan materi pendidikan mul tikeaksaraan yang sesuai dengan kurikulum.

b) Sebagai alat bantu bagi peserta didik untuk menguasai pesan/materi pem belajaran yang disampaikan oleh tutor

Bahan ajar pendidikan multikeaksaraan dikembangkan dengan maksud : 1. Memperkuat kemampuan keaksaraan peserta didik;

2. Memberikan akses/kemudahan peserta didik dalam memperoleh infor masi; 3. Mengembangkan kesadaran kritis peserta didik;

4. Membentuk sikap mental rasional/logis, dan ilmiah peserta didik; 5. Berorientasi pada nilai, sikap mental, dan keterampilan yang diinginkan; 6. Memberikan hiburan pada peserta didik.

Jadi bahan ajar multikeaksaraan dalam penelitian ini adalah media yang digunakan oleh tutor dan peserta didik dalam pembelajaran multikeaksaraan yang disesuaikan dengan budaya lokal masyarakat adat terpencil dengan menggunakan pendekatan bahasa ibu (bahasa Banjar).

3. Komunitas Suku Banjar

Komunitas adalah kelompok sosial yang berasal dari beberapa organisme yang saling berinteraksi di dalam daerah tertentu dan saling berbagi lingkungan, biasanya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Komunitas diartikan juga sebagai kelompok orang yang menunjukkan adanya kesamaan kriteria sosial sebagai ciri khas keanggotaannya, misalnya seperti kesamaan profesi, kesamaan tempat tinggal, kesamaan kegemaran dan lain sebagainya.

Komunitas Suku Banjar adalah penduduk asli Kalimantan Selatan. Menurut Wi kipedia berdasarkan sensus tahun 2010 sebaran suku Banjar di Kalimantan se latan sebesar 74,34% atau sekitar 2.686.627. Kata Banjar sendiri berasal

(9)

dari kata Banjarmasin. Banjarmasin adalah nama suatu kampung. Lambat laun kata Banjar tidak lagi berarti kampung tetapi menyatakan identitas sua tu negeri, bahasa, kerajaan, suku, orang dan sebagainya yang mula-mula ter dapat di daerah ini. Menurut Sumarsonohadi (2017:19.) Suku bangsa Ban jar adalah penduduk asli dari sebagian wilayah provinsi Kalimantan Se-latan, selain kabupaten Kotabaru. Masyarakat Banjar setidaknya memiliki ti-ga subsuku utama yaitu Banjar Pahuluan, Banjar Batang Banyu dan Banjar Kuala. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Banjar, yang pada dasarnya ba-hasa melayu. Dalam baba-hasa Banjar terdapat kosakata baba-hasa Dayak dan Jawa. Nama Banjar sebagai identitas masyarakat diperoleh karena mereka da hulu adalah warga kesultanan Banjarmasin atau disebut kesultanan Banjar. Is tilah kesultanan dihapus oleh belanda tahun 1860 dan selanjutnya disebut Ban jar.

4. Sosial dan Budaya Suku Banjar

Salah satu ciri masyarakat Banjar adalah islam. Islam menjadi identitas diri ma syarakat Banjar yang membedakannya dengan kelompok disekitarnya yang disebut komunitas dayak. Kepercayaan suku Banjar terdapat kombinasi antara kepercayaan islam, kepercayaan bubuhan dan lingkungan. Kombinasi ke tiga kepecayaan itu yang membentuk system kepercayaan islam Banjar. Ke percayaan lingkungan merujuk pada pola-pola agama pribumi pra hindu. Ke percayaan lingkungan tampak pada upaya-upaya modifi kasi ketika di hubungkan dengan kepercayaan Islam. Pada dasarnya budaya Banjar berakar pa da adat budaya kaharingan yang karena kombinasi kepercayaan itu, maka di sesuaikan atau dimodifi kasi dengan Islam. Contohnya pada upacara adat ba’ayun anak jaman dahulu adalah pemberkatan anak sebagai tolak bala de ngan dibacakan mantra oleh Balian dan sekarang menjadi ba’ayun maulud dengan dibacakan ayat suci dan sholawat Nabi Muhammad S.A.W oleh tuan guru.

Internalisasi nilai budaya dalam kehidupan masyarakat suku Banjar lebih berkaitan dengan religi melalui proses adaptasi, alkulturasi dan asimilasi. Masyarakat Banjar lebih menjujung tinggi tuan guru dalam internalisasi nilai budayanya.

Kebudayaan Banjar sebagai kebudayaan kelompok adalah manifest cara berfi kir dan atau merasa segolongan manusia di Kalimantan Selatan dan dalam kurun waktu tertentu. Masyarakat Banjar memiliki warisan budaya yang berasal dari para pendahulunya. Budaya Banjar meliputi:

(10)

a) Bahasa

Bahasa yang digunakan masyarakat suku Banjar adalah bahas Banjar. Dalam bahasa Banjar untuk kata ganti orang ada tingkatannya yaitu halus, netral/sepadan, dan agak kasar.

b) Makanan

Makanan khas Banjar yang terkenal adalah soto Banjar, bingka kentang, amparan tatak dan lainnya.

c) Upacara adat

Upacara adat pada masyarakat Banjar diantaranya Ba’ayun Mauled, upacara perkawinan. Pada upacara perkawinan meliputi serangkaian acara yaitu Basasuluh, Badatang, Nikah, Batimun, Mandi-mandi, Batapung Tawar, Batamat Al-Qur’an, Walimah, Petataian, Batataian dan kelambu pengantin.

d) Seni budaya

Seni budaya meliputi:

* Tradisi lisan yang akhirnya menjadi seni sastra Banjar diantaranya syair, Madihin dan lamut.

* Alat musik, ada alat musik panting, gamelan dan lain-lain.

* Seni tari, ada tari baksa kembang, kuda gepang, tarian topeng dan lainnya

* Permainan tradisional, seperti bermain logo, basimpar, badangkrak, dan lainnya.

* Seni kriya, seperti anyaman rotan, anyaman bambu.

* Seni teater rakyat, seperti mamanda, wayang gong, dan wayang kulit. Respon masyarakat suku Banjar terhadap pendidikan sangat tinggi ter-uta ma pada pendidikan islam. Oleh karena itu banyak pondok-pondok pe santren dan banyak majlis-majlis taklim di Kalimantan Selatan. C. Metode Kajian

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar pada pembelajaran pendidikan multikeaksaraan dengan sasaran komunitas adat Suku Banjar. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian pengembangan (reseach and development). Metode penelitian pengembangan/ research and development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji

(11)

keefektifan produk. Sehingga sesuai dengan tujuan pengembangan model ini adalah untuk menghasilkan produk berupa bahan ajar maka metode yang gu nakan adalah metode penelitian pengembangan yang mengacu pada yang di-kem bangkan oleh Borg and Gall.

Menurut Borg dan Gall (1979:626) prosedur pengembangan disesuaikan dengan kebutuhan secara konseptual, dalam penelitian ini mengikuti langkah berikut: 1) Identifi kasi kebutuhan pengembangan, dilakukan melalui studi lapangan dan

studi kepustakaan.

2) Pengembangan model konseptual, meliputi : * Penyusunan draft model,

* FGD Draft model untuk menyeminarkan draft model agar mendapatkan masukan perbaikan, revisi dan validasi draf model oleh akademisi atau teman sejawat dan peserta FGD.

* Ujicoba Konseptual, dilakukan dengan melibatkan pakar, praktisi, pro-fessional pada bidang yang sesuai dengan model yang sedang dikem bang-kan serta kepada calon penguna model (tutor program pendidibang-kan mul-tikeaksaraan).

* Review Model Konseptual, dilakukan dengan melibatkan tim pengembang, aka demisi/ pakar/praktisi yang membidangi untuk memperoleh perbaikan model konseptual.

3) Ujicoba model operasional

Tahap ini digunakan untuk menguji keefektifan hasil pengembangan model tersebut serta mengetahui kelebihan dan kelemahannya. Adapun langkah ujicoba meliputi:

a) Menetapkan rancangan ujicoba pada dua kelompok yaitu kelas kontrol dan kelas treatmen yang keduanya berada pada di wilayah/kabupaten yang berbeda yaitu untuk kelas treatment pada Kabupaten Balangan dan kelas kontrol pada Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan jumlah kelompok

treatment 2 kelompok masing-masing 20 warga belajar.

b) Kegiatan orientasi calon sasaran ujicoba pengembangan model guna me-nya makan persepsi dan pemahaman calon sasaran ujicoba terhadap model yang akan diujicobanya di lapangan.

c) Melaksanakan ujicoba, selama pelaksanaan ujicoba juga dilakukan moni-to ring pelaksanaan ujicoba dan analisis hasil ujicoba. Instrumen yang digunakan dalam ujicoba berupa tes, wawancara dan observasi.

(12)

d) Review/FGD hasil ujicoba pengembangan model, untuk menyeminarkan hasil ujicoba guna mendapat masukan-masukan untuk perbaikan model sehingga menjadi satu naskah model fi nal yang siap dibakukan dan selanjutnya digandakan.

4) Pembakuan Model Hasil Pengembangan

Pembakuan model hasil pengembangan dilakukan melalui kegiatan diskusi dengan melibatkan unsur direktorat terkait untuk memperoleh masukan perbaikan dan pengesahan.

Ujicoba dalam penelitian pengembangan ini dilakukan di SPNF SKB Balangan (sebagai kelompok treatment) dan PKBM Serumpun Kabupaten Hulu Sungai Selatan (sebagai kelompok control). Subjek ujicoba dalam penelitian ini adalah tutor dan peserta didik sebanyak 40 orang peserta didik pendidikan multikeaksaraan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini berupa tes, wawancara, observasi, angket dan dokumentasi. Teknik dokumentasi digunakan saat tahap studi pendahuluan. Teknik angket digunakan saat ujicoba konseptual model untuk mengetahui tingkat keterbacaan dan kemenarikan naskah model yang selanjutnya dianalisis menggunakan rata-rata(mean). Teknik tes digunakan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran menggunakan naskah model pengembangan yang selanjutnya dianalisis menggunakan t-test untuk mengetahui tingkat efektifi tas produk. teknik wawancara untuk memperoleh informai mendalam terkait penggunaan produk yang dikembangkan dan observasi untuk melihat keterpakaian model dan dampak model yang selanjutnya dianalisis secara induktif kualitatif. Selanjutnya hasil analisis dan pembahasan digunakan sebagai bahan menyusun kesimpulan dan merumuskan saran penelitian. Skema pengembangan silabus dan bahan ajar pendidikan multikeaksaraan pada komunitas suku Dayak tema kesehatan dan olahraga sub tema kesehatan lingkungan, meliputi langkah berikut ini;

(13)

Diagram 1 Langkah Pengembangan Bahan Ajar Perencanaan: • Penyusunan perangkat pembelajaran • Motivasi dan perencanaan proyek Pelaksanaan: • Pendekatan • Stategi • Metode • Teknik pembelajaran • Belajar menyenangkan (menggunakan seni Madihin, bermain badaku) Evaluasi:

• Penilaian awal, proses, penilaian akhir OUT PUT: WB mencapai SKL Raw Input: Peserta Didik Enviromental Input: Lingkungan sekitar Instrumental Input: • SDM (Pendidik, Tokoh seni dan budaya sebagai NST)

• Bahan ajar, alat/benda

berkonteks lokal Berpartisipasi OUT COME: melestarikan

budaya

D. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar pendidikan multikeaksaraan, tema pembelajaran yang di kembangkan adalah seni dan budaya dengan sub tema kearifan budaya lokal. Pemilihan tema dan subtema tersebut berdasarkan kondisi di daerah sa-saran pengembangan program yang memerlukan pembinaan terkait menjaga ke lestaruian budaya lokal.

Berdasarkan tema dan subtema yang dipilih dan mengacu pada standar kom-petensi, kompetensi dasar pendidikan multikeaksaraan sesuai Permendikbud no 42 tahun 2015, struktur kurikulum dan materi pembelajarannya sebagai be rikut:

Tabel 1. Struktur Kurikulum

No Materi AlokasiWaktu (JP)

T P JML

1 Teks Penjelasan 6 10 16 2 Teks khusus berbentuk brosur 2 4 6 3 Pecahan sederhana 6 8 14 4 Sifat Operasi Hitung 4 6 10

(14)

5 Operasi hitung bilangan 2 4 6 6 Bangun ruang dan satuan pengukuran 2 4 6 7 Praktik mencipatakan kreatifi tas - 4 4 8 Teks Narasi 2 4 6 9 Teks laporan 2 4 6 10 Teks petunjuk 4 8 12

30 56 86 jam

Keterangan:

T= Jumlah Jam Pelajaran Teori P= Jumlah Jam Pelajaran Praktik

Catatan: 1 jam pelajaran setara dengan 60 menit.

Dari struktur kurikulum tersebut dikembangkan silabus yang didesain berkontek lokal suku Banjar yaitu dalam silabus menggunakan 2 bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Banjar. Berdasarkan struktur kurikulum, silabus dan materi selanjutnya bahan ajar disusun dalam 3 seri bahan ajar yaitu: 1) Seri Keragaman Seni dan Budaya Banjar

2) Seri Terampil Menghitung 3) Seri Membangun Banua

Uji validitas konseptual produk silabus dan bahan ajar pendidikan multi-keaksaraan tema seni dan budaya sub tema kearifan budaya lokal dioleh dengan perhitungan rata-rata (mean) dalam bentuk prosen. Hasil per-hi tungan tingkat validitas model konseptual diperoleh 83,8% yang berarti ting kat validitas sangat tinggi. Uji kemenarikan dan keterbacaan konseptual diperoleh dengan perhitungan rata-rata (mean) dan diperoleh hasil 77,4% yang berarti tingkat kemenarikan model dalam kategori tinggi.

Bahan ajar diterapkan pada dua kelompok sasaran pada wilayah yang berbeda, namun memiliki karakteristik yang sama yaitu menggunakan bahasa sehari-hari yang sama bahasa Banjar dan memiliki kondisi lingkungan dan budaya yang sama yaitu masyarakat agamis. Penerapan bahan ajar diawali dengan ke giatan pre test atau penilaian awal dan dilanjutkan dengan kegiatan pem-belajaran serta diakhiri dengan ujian dengan soal yang sama antara kedua kelompok. Proses pembelajaran pada pendidikan multikeakaraan di se-leng garakan secara interaktif, partisipatif, inspiratif dan menyenangkan, me nantang dan dapat memotivasi peserta didik dalam membentuk sikap, mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan keterampilan.

(15)

Proses pembelajaran menggunakan pendekatan, stategi dan metode yang menyenangkan diantaranya dengan memanfaatkan seni dan budaya dalam pembelajaran seperti bersyair Madihin dan bermain badaku sebagai teknik pem belajarannya.

Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan multikeaksaraan adalah pembelajaran berbasis karya yang diadopsi dari istilah Projecct Based

Learning (PBL). Pembelajaran berbasis karya adalah suatu pendekatan

pem-belajaran yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk me-rencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif yang pa da akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat dipersentasikan. Keunggulan dari penggunaan pendekatan pembelajaran berbasis karya dalam pen didikan multikeaksaraaan (Kemdikbud: 2017:20) antara lain:

a) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong ke mampuan mereka melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu un-tuk dihargai,

b) Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah,

c) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan masalah-masalah yang komplek,

d) Meningkatkan kolaborasi,

e) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan ke terampilan komunikasi,

f ) Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas,

g) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara komplek dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.

h) Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan me nunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata

Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran. Selain pendekatan pem-belajaran berbasis karya, dalam pempem-belajaran pendidikan multikeaksaraan pada komunitas suku Banjar ini menggunakan pendekatan andragogi/ pembelajaran orang dewasa dan pendekatan etnopedagogy. Etnopedagogi diartikan sebagai praktik pendidikan berbasis kearifan lokal terkait bagaimana pengetahuan dihasilkan, disimpan dan diterapkan, dikelola dan diwariskan

(16)

oleh suatu entitas budaya. Menggunakan pendekatan etnopedagogi dalam pembelajaran multikeaksaraan ini karena menggunakan metode serta bahan ajar yang diadopsi dari kearifan lokal suku Banjar.

Strategi pembelajaran berbasis karya pada model pembelajaran pendidikan multikeaksaraan ini dilakukan melalui tahapan:

• Penentuan pertanyaan mendasar

• Menyusun perencanaan karya sebagai bentuk penugasan, perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dan peserta didik

• Menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan karya,

• Kegiatan pada tahap ini meliputi membuat rencana alokasi waktu, membuat batas waktu penyelesaian proyek, mengajak peserta didik agar merencanakan karya, meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu karya.

• Pendampingan, pendidik bertanggung jawab melakukan pendampingan terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan karya.

• Mengevaluasi hasil dan pengalaman belajar • Menampilkan karya

Saat menampilkan karya terutama karya yang berupa tulisan, peserta didik membacakan tulisannya dengan cara bersyair seperti berMadihin. Pola pembelajaran dalam pendidikan multikeaksaraan meliputi pola pem-belajaran tatap muka, tutorial dan mandiri.

Metode yang digunakan dalam model pembelajaran pendidikan multi ke ak-saraan ini adalah meliputi metode pembelajaran yang umum dan metode yang berbasis kearifan lokal. Metode pembelajaran pendidikan keaksaraan yang umum digunakan adalah metode pendekatan pengalaman berbahasa (PPB), kata kunci, bermain peran, drill serta pembelajaran berbasis teks. Teknik pembelajaran pendidikan multikeaksaraan yang digunakan meliputi: • Membaca dan menulis

Teknik pembelajaran dalam membaca dan menulis meliputi menulis kongkrit, menulis pesan pendek, menuliskan pengalaman atau kegiatan sehari-hari yang dilakukan. Teknik peta dan garis waktu atau kalender kegiatan untuk membelajarkan penggunaan waktu dan membuat rencana kerja dalam kehidupan sehari-hari. Teknik membuat tabel

(17)

digunakan untuk membuat bahan belajar sendiri, serta mengumpulkan dan membandingkan informasi dari pengetahuan dan pengalaman, serta membantu peserta didik menulis tanggal untuk kegiatan.

Teknik pembelajaran yang berbasis kearifan lokal meliputi Madihin. Madihin berasal dari bahasa Banjar papadahan atau mamadahi yang artinya memberi nasehat. Nasehat yang diberikan berisi materi-materi pembelajaran.

• Berhitung

Teknik yang digunakan dalam pembelajaran berhitung meliputi survey kegiatan berhitung di masyarakat, bermain klasifi kasi (dapat un tuk membelajarkan uang), bermain statistika (untuk membelajarkan peng-olahan dan penafsiran data tabel), bermain geometri, bermain estimasi un tuk memperkirakan biaya. Selain itu menggunakan permainan badaku un tuk mengajarkan operasi hitung.

Teknik pembelajaran yang berbasis kearifan lokal dalam pembelajaran berhitung adalah dan permainan tradisional badaku. Bermain badaku di gunakan dalam metode pembelajaran bermain peran dalam berhitung. • Membuat proyek

Teknik pembelajaran dalam membuat proyek adalah dengan demonstrasi, eksperimen dan jalan-jalan keaksaraan.

Implementasi dalam pembelajaran

Implementasi seni Madihin sebagai teknik pembelajaran dapat dilakukan saat pendahuluan, inti maupun penutup. Contoh syair Madihin saat pen-dahuluan:

“Selamat batamu selamat bajumpa dengan diri ulun orang banua Urang nang bungas ngini satu-satunya

Sambil balajar kita basyair jua Hari ini balajar tema seni budaya

Supaya semangat batapuk tangan samua”

Saat pembelajaran inti peserta unjuk kerja membaca hasil tulisannya dapat dengan cara bermadihin.

(18)

Keunggulan dan kelemahan

Keunggulan seni Madihin sebagai teknik pembelajaran adalah membuat suasana pembelajaran jadi santai, peserta didik tidak merasa digurui, dapat memberikan semangat belajar bagi warga belajar, mencapai tujuan didaktis yaitu tujuan pembelajaran dengan cara menyampaikan kisah-kisah.

Kelemahan

Syair dalam Madihin bersajak sama, sehingga materi yang disampaikan perlu dipersiapkan dari awal disesuikan sajaknya.

Perancangan kegiatan atau aksi dalam pembelajaran melibatkan peserta di-dik berdasarkan minat dan kebutuhan peserta didi-dik dengan memanfaatkan potensi setempat yang ada.

1) Analisis kelas/uji normalitas

Menggunakan uji normalitas kormogorov smirnov, dengan memban-dingkan distribusi data yang akan diuji normalitasnya.

Distribusi data tes diperoleh signifi kan diatas 0,05 berarti data yang diuji normal

2) Uji efektifi tas produk

Dilakukan melalui uji t paired sample test. Uji ini digunakan untuk mem bandingkan selisih dua mean dari dua sampel berpasangan dengan asumsi distribusi normal.

Menurut hipotesis dalam uji t paired sample test, jika sig. < 0,05 berarti ada perbedaan. Dari uji t paired sample test, hasil signifi kan 0,000. Ber-arti angka signifi kan kurang dari 0,05. Hasil tersbut menunjukkan ada perbedaan antara kedua kelas yang diuji.

Dilanjutkan dengan uji t Independent t-test diperoleh hasil 0,047 yang berarti ada perbedaan yang signifi kan antara kelas treatment yang pembelajarannya menggunakan silabus dan bahan ajar hasil pe-ngembangan dengan kelas control. Sehingga silabus dan bahan ajar pen-didikan multikeaksaraan yang bertema kesehatan dan olah raga, sub tema kesehatan lingkungan yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan multikeaksaraan berpengaruh terhadap efektifi tas keberhasilan pem be-lajaran.

(19)

Pembahasan Penelitian

Program pendidikan multikeaksaraan pada ranah pendidikan keaksaraan adalah program yang baru bagi sebagian masyarakat. Masyarakat lebih mengenal program pendidikan keaksaraan dasar/fungsional dan keaksaraan usaha mandiri. Adanya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no-mor 42 tahun 2015 tentang pedoman penyelenggaraan pendidikan keaksaraan lanjutan, memberikan landasan operasional dan penjelasan adanya program pendidikan multikeaksaraan dalam ranah pendidikan Sebagai program yang baru dalam masyarakat, program pendidikan multikeaksaraan belum banyak dilaksanakan terutama pada komunitas suku Banjar. Guna mendukung ter laksananya program pendidikan multikeaksaraan, maka per lu adanya kelengkapan sarana pembelajaran berupa bahan ajar yang dapat memberikan kemudahan bagi para penyelenggara dan pendidik program pendidikan multikeaksaraan yang didesain berkonteks lokal.

Pembahasan hasil kajian Pembelajaran pendidikan multikeaksaraan dengan tema seni dan budaya pada komunitas suku Banjar ini difokuskan pada: • Produk pengembangan, yaitu bahan ajar pendidikan multikeaksaraan

pada komunitas suku Banjar

• Penggunaan produk bahan ajar dalam pembelajaran pendidikan multi-keaksaraan

• Efektivitas produk

Produk pengembangan

Produk pengembangan yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini adalah berupa bahan ajar pendidikan multikeaksaraan dengan tema seni dan budaya, sub tema kearifan budaya lokal. Sesuai dengan tujuan dalam pe-nelitian pengembangan ini melengkapi sarana pendukung penyelenggaraan pro gram pendidikan multikeaksaraan dalam bentuk bahan ajar yang didesain ber kontek lokal suku Banjar.

Berdasarkan Permendikbud no 42 tahun 2015 pasal 9 diperoleh ketentuan kurikulum pada pendidikan keaksaraan lanjutan berupa program pembe-lajaran dengan pendekatan tematik terpadu yang fungsional yaitu terintegrasi dengan kehidupan keseharian peserta didik, meliputi agama, social, budaya, ekonomi, kesehatan dan lingkungan. Oleh karena itu ditetapkan tema seni dan budaya dan sub tema kearifan budaya lokal karena kelompok sasaran

(20)

lebih memerlukan pembinaan dan peningkatan bidang kelestarian seni dan budaya Banjar.

Bahan ajar yang didesain konteks lokal dengan mengunakan pendekatan bahasa ibu yaitu dalam bahasa Banjar dan bahasa Indonesia dengan materi pembelajaran dari permasalahan seni dan budaya di kelompok sasaran komunitas suku Banjar, khususnya di Kabupaten Balangan dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Bahan ajar yang dikembangkan sesuai dengan struktur kurikulum yang dikembangkan yaitu diperuntukkan 86 jam pelajaran. Materi dalam bahan ajar mengacu pada Permendikbud nomor 42 tahun 2015 dan disesuaikan dengan kebutuhan kelompok sasaran, meliputi: a) Teks Penjelasan tentang kesehatan lingkungan seperti ciri-ciri rumah

se-hat dan pemanfaatan lingkungannya, penjelasan tentang pencemaran sungai dan udara yang terjadi di sekitar.

b) Teks penjelasan tentang profesi pekerjaan atau kemahiran di bidang ke-sehatan lingkungan seperti pengelola sampah, pengolah dan penjual makanan dan minuman kesehatan.

c) Teks khusus berbentuk brosur tentang penyakit berbasis lingkungan dan promosi produk kesehatan lingkungan.

d) Operasi hitung bilangan berkaitan dengan kesehatan lingkungan e) Pecahan sederhana yang digunakan dalam bidang kesehatan lingkungan f ) Teks table/diagram/grafi k tentang produk atau masalh kesehatan

ling-kung an

g) Uang dan transaksi

h) Pengenalan geometri sederhana serta pengukuran panjang ,waktu, berat atau satuan lainnya yang diterapkan dalam pekerjaan bidang kesehatan lingkungan

i) Teks narasi tentang pekerjaan, profesi atau kemahiran yang dimilki atau diminati terkait kesehatan lingkungan

j) Teks laporan tentang program atau usaha menjaga kesehatan lingkungan k) Teks petunjuk tentang rancangan ide inovatif program atau produk

me-ningkatkan kesehatan masyarakat

l) Kemitraan dalam mengembangkan produk inovatif program kesehatan masyarakat

(21)

Materi tersebut disusun dalam 3 seri bahan ajar. Materi disajikan dengan stra tegi transliterasi yaitu disajikan dalam dua bahasa, meliputi:

a. Teks berwarna merah menggunakan bahasa Banjar yaitu bahasa asli masayarakat Banjar yang digunakan dalam lingkup lebih luas se provinsi Kalimantan Selatan.

b. Teks berwarna hitam menggunakan bahasa Indonesia. Sesuai dengan standar kompetensi lulusan yaitu bisa berkomunikasi dalam bahasa In-donesia.

Penggunaan produk dalam pembelajaran

Penggunaan produk bahan ajar dipermudah dengan adanya panduan peng gu-naan pembelajaran dan bahan ajar yang didalamnya memberikan kiat me nyusun RPP dengan menggunakan bahan ajar yang sudah dikembangkan serta langkah-langkah pembelajarannya pada setiap pertemuan sesuai dalam ba han ajar. Adanya bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan mul ti-ke aksaraan, maka tujuan penelitian pengembangan yaitu melengkapi sarana pembelajaran berupa bahan ajar agar memudahkan pengelola dan pendidik pro gram pendidikan multikeaksaraan mencapai tujuan pembelajaran multi-ke ak saraan. Pendidik khususnya memperoleh multi-kemudahan dalam menyusun RPP yang ada pada panduan dan bahan ajar. Media pembelajaran digam-barkan pa da bahan ajar sehingga pendidik lebih mudah dalam mempraktikkan pem belajarannya.

Penggunaan bahan ajar dapat dilakukan dalam pembelajaran baik tatap muka, tutorial dan pendampingan. Karena keterbatasan penyusunan bahan ajar, maka dalam pembelajaran materi dapat berkembang atau bertambah dari hasil pembelajaran dengan strategi belajar dan Belajar Dari Pengalaman Sendiri (BDPS).

Respon peserta didik dapat diketahui dari wawancara dan pengamatan. Adanya bahan ajar, peserta didik dapat membaca dan mengulang kembali materi pembelajaran di rumah. Pengulangan dapat dilakukan bersama pen didik maupun orang lain (yang kita kenal dengan sebutan tutor se-baya). Peserta didik dapat memanfaatkan meteri dalam bahan ajar untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.

(22)

Efektifi tas produk dalam pembelajaran

Efektifi tas produk dalam pembelajaran diketahui dengan membandingkan selisih dua mean dari sampel kelas eksperimen dan kelas control. Uji efektifi tas ini mengunakan nilai hasil pre test dan post test kedua kelompok. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh angka signifi kan 0,047 yang menurut hipotesis jika angka signifi kan < 0,05 sehingga hipotesis nol ditolak. Artinya terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang dibelajarkan menggunakan bahan ajar pendidikan multikeaksaraan tema seni dan budaya dengan peserta didik yang tidak menggunakan bahan ajar yang dikembangkan. Hasil pengujian tersebut memberikan pengertian bahwa adanya produk penelitian pengembangan yang berupa bahan ajar pendidikan multikeaksaraan tema seni dan budaya yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan multi ke-aksaraan pada komunitas suku Banjar ada pengaruhnya terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik.

Dengan pengujian tersebut maka bahan ajar pendidikan multikeaksaraan te ma seni dan budaya, sub tema kearifan budaya lokal telah berhasil dan berguna sebagai alat bantu bagi tutor untuk membelajarkan materi pen di-dikan multikeaksaraan yang sesuai dengan kurikulum, dan sebagai alat bantu bagi peserta didik untuk menguasai pesan/ materi pembelajaran yang di-sampaikan oleh tutor.

Dengan demikian pembelajaran pendidikan multikeaksaraan tema seni dan budaya dan sub tema kearifan budaya lokal pada komunitas suku Banjar telah efektif meningkatkan hasil belajar peserta didik baik ranah sikap, pengetahuan maupun keterampilan.

Dampak lain pembelajaran pendidikan multikeaksaraan tema seni dan budaya dan sub tema kearifan budaya lokal pada komunitas suku Banjar selain pada ketercapaian kompetensi juga munculnya perubahan perilaku masyarakat dalam menjaga dan melestarikan budaya lokal.

E. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Pendidikan multikeaksaraan adalah program pendidikan keaksaraan lanjutan yang menekankan peningkatan keragaman keberaksaraan dalam segala aspek kehidupan, meliputi keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan. Sasaran program pendidikan

(23)

multikeaksaraan pada komunitas suku banjar ini adalah warga masyarakat pasca pendidikan keaksaraan dasar terutama suku banjar.

Menyiapkan perangkat pembelajaran pada pendidikan multikeaksaraan yang didesain lokal sesuai kelompok sasaran merupakan salah satu yang harus disiapkan dapat menyelenggarakan program pendidikan multikeaksaraan. Namun dilapangan perangkat pembelajaran tersebut belum ada. Oleh karena itu diharapkan dengan adanya pengembangan model ini diharapkan memudahkan penyelenggara dan tutor dalam menyiapkan program pendidikan multikeaksaraan serta sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran dan penilaiannya serta menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Selain meningkatkan kemampuan keberaksaraan masyarakat diharap turut melestarikan seni dan budaya Banjar. Berdasarkan hasil tes diketahui 19 peserta dari 20 peserta dari kelompok treatment dinyatakan lulus pendidikan multik

eaksaraan karena nilainya diatas 56, dan untuk kelas control diketahui lulus 7 orang dari 20 orang. Hal ini menunjukkan kemampuan keberaksaraan mereka meningkat.

Berdasarkan observasi terhadap perilaku keseharian peserta didik diketahui materi dalam pembelajaran pendidikan multikeaksaraan tema seni dan budaya memberi dampak terhadap perubahan perilaku menjaga dan melestarikan budaya lokal. Berdasarkan hasil wawancara dengan tutor, dinyatakan mereka memperoleh kemudahan dalam menyelenggarakan pendidikan multikeaksaraan.

Saran

Bahan ajar merupakan bagian penting yang harus disiapkan sebelum me nye-lenggarakan suatu program pendidikan. Silabus memudahkan tutor dalam merancang pembelajaran. Bahan ajar memudahkan tutor dalam membelajarkan isi suatu program. Dengan bahan ajar yang sesuai dengan standar kurikulum akan menghantarkan peserta didik untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Menyiapkan bahan ajar pada pendidikan multikeaksaraan merupakan salah satu kesulitan pengelola atau tutor pendidikan multikeaksaraan. Oleh karena itu adanya pengembangan model bahan ajar pendidikan multikeaksaraan pada komunitas suku Banjar diharapkan memudahkan pengelola, dan tutor dalam menyelengarakan program pendidikan multikeaksaraan.

(24)

Penyusunan bahan ajar ini sebagai upaya;

1) Dalam rangka pengembangan keilmuan dalam proses pelayanan kebutuhan belajar khususnya pada program pendidikan multikeaksaraan dengan tema seni dan budaya dapat dikembangkan sub tema lain untuk mendukung pelestarian budaya lokal.

2) Sasaran pendidikan multikeaksaraan berasal dari lulusan keaksaraan dasar yang belum terstandar maka pendidik hendaknya meningkatkan layanan tutorial agar pencapaian hasil belajar meningkat.

3) Bagi para pengambil kebijakan agar dapat memfasilitasi aksi pemberdayaan dalam pembelajaran multikeaksaraan sehingga tidak sebatas pencapaian kompetensi namun pada perbaikan dan peningkatan kualitas hidup masya-rakat.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Andi Prastowo,S.Pd.I, M.Pd.I (2014) Pengembangan Bahan Ajar Tematik, Jakarta:

Kencana Prenadamedia Group

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta.

David W. Johson dkk. (2010). Colaborative Learning. Strategi Pembelajaran Untuk Sukses Bersama, Bandung : Nusa Media.

Depdiknas, 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas); Beserta Penjelasannya. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Direktorat Pendidikan Masyarakat. 2010. Pendidikan Keaksaraan Mem berdayakan Masyarakat Marjinal.

Dr.Kokom Komalasari, M.Pd. 2010. Pembelajaran Konstektual (Konsep dan Aplikasi).

Bandung:Refi ka Aditama.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan republik Indonesia Nomor 42 tahun 2015 Tentang penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016, Naskah Akademik Pendidikan Multikeaksaraan, Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017, Panduan penyelenggaraan dan pembelajaran Pendidikan Multikeaksaraan, Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017, Pedoman Penilaian Pembelajaran dan Sertifi kasi Pendidikan Multikeaksaraan, Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan.

Gambar

Diagram 1 Langkah Pengembangan  Bahan Ajar Perencanaan: • Penyusunan  perangkat  pembelajaran • Motivasi  dan  perencanaan proyek Pelaksanaan: • Pendekatan • Stategi • Metode • Teknik  pembelajaran • Belajar  menyenangkan  (menggunakan seni  Madihin, berma

Referensi

Dokumen terkait

Data beban listrik dari kota Berabai sebagai data prediksi dengan model prediksi berdasarkan rentet waktu yang pendekatannya dengan menggunakan metode

PT Asuransi Jiwa Mega Life Unit Syariah akan memberikan masa asuransi selama peserta mengikuti ibadah haji yaitu sekitar 76 hari kalender, sejak calon Jemaah

CAPAIAN PROGRAM Presentase anak usia pendidikan dasar yang mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar 100 %. Ketersediaan jenis obat esensial

Sedangkan faktor usia ber- pengaruh terhadap lama hari rawat dengan nilai (p=0.00), dan faktor usia dapat mem- prediksi kejadian lama hari rawat pada ibu post SC

dan terpentin rejowinangun dapat mengambil kebijakan untuk menerapkan sistem keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik supaya potensi bahaya dapat dikurangi maupun dapat

1) Kekuatan fisik secara menyeluruh dirasakan berkurang, merasa cepat lelah dan stamina menurun.. 2) Sikap badan yang semula tegap menjadi membungkuk, otot-otot mengecil,

5/1999 tersebut harus dimaknai secara imperatif dan dipedomani serta dilaksanakan yang terimplementasi ke dalam pasal-pasal lain yang bersifat teknis operasional agar tidak

[r]