HUBUNGAN ANTARA
BIAYA MUTU DENGAN PRODUKTIVITAS
Studi Kasus pada PT. Macanan Jaya Cemerlang Klaten
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh :
Anggrid Yanuarista
NIM: 061334015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
HUBUNGAN ANTARA
BIAYA MUTU DENGAN PRODUKTIVITAS
Studi Kasus pada PT Macanan Jaya Cemerlang Klaten
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh :
Anggrid Yanuarista
NIM: 061334015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO
• Manusia tidak masuk akal, tidak logis, dan egois. Bagaimanapun juga cintailah mereka.
• Bila Anda berbuat baik, orang menuduh Anda mempunyai maksud tersembunyi. Bagaimanapun juga berbuat baiklah.
• Bila Anda berhasil, Anda akan mendapat teman-teman yang palsu dan musuh-musuh yang sejati. Bagaimanapun juga raihlah keberhasilan.
• Kejujuran dan keterusterangan membuat Anda rentan. Bagaimanapun juga jujurlah dan terusteranglah.
• Kebaikan yang Anda lakukan hari ini besok akan dilupakan. Bagaimanapun juga berbuat baiklah.
• Orang terkemuka yang mempunyai gagasan-gagasan paling hebat dapat ditembak oleh orang yang paling kerdil yang mempunyai pikiran paling picik. Bagaimanapun juga pikirkanlah yang hebat.
• Orang bermurah hati kepada orang yang tertindas, tetapi hanya mengikuti para penindas. Bagaimanapun juga berjuanglah untuk orang-orang tertindas.
• Apa yang Anda bangun selama bertahun-tahun mungkin dapat hancur dalam semalam saja. Bagaimanapun juga membangunlah.
• Berikanlah milik Anda yang terbaik kepada dunia dan Anda akan disingkirkan. Bagaimanapun juga berikanlah milik Anda yang terbaik kepada dunia.
“Any Way”
Readers Digest, Des’ 82
v
PERSEMBAHAN
Dengan setulus hati skripsi ini kupersembahkan untuk:
• My Lord Jesus Crist, thanks God for all story, spiritual force and miracle in my life...
• My lovely Mom & Papa tersayang terimakasih untuk doa & dukungannya, luv u...
• Eyang kakung & Eyang putri, uncle & aunty, terimakasih untuk doa’nya...
• Dede’ kecilku tercinta (Frinsus, Valentine, Agnez, Akriz, Michelle, Nassa, Arell, Naell, Miranthie, Mirandha, Satria), aku yakin kalian adalah penerus bangsa, Cap: “The Best Quality”
• Special Just for my Numero Uno, I luv u not “Because..”, but I love u “Although..”
• For Street “Sweet Thirty Four Community” Chiyo (Akriz), Ndy (Nindya), Ibeth (Liza), Berry Piwit (Rurie), Orion (rien salabim), Vita, you’r my best friends, Luv u all...
• My Friend in the Klaberz City Galih, Adhie, Rucie, Danie, thanks for all...
• Mitha, Iwa Gede, Mz Adi, Mz Rudi, De’Deci, Rendy, makasih buat dukungannya..
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 11 Maret 2010
Penulis,
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi yang berjudul Hubungan Antara Biaya Mutu Dengan Produktivitas,
studi kasus pada PT. Macanan Jaya Cemerlang Klaten ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itulah penulis tidak lupa mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Drs. F.X. Muhadi, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah dengan
sabar dan bijaksana memberikan bimbingan dan pengarahan dari awal hingga
viii
5. Bapak S. Widanarto P, S.Pd., M.Si., selaku dosen penguji yang telah dengan
sabar dan bijaksana memberikan pertanyaan-pertanyaan hingga penulis dapat
dinyatakan lulus ujian sarjana.
6. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd., selaku dosen penguji yang telah dengan
sabar dan bijaksana memberikan pertanyaan-pertanyaan hingga penulis dapat
dinyatakan lulus ujian sarjana.
7. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Pendidikan dan Keguruan, yang telah
membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan proposal
penelitian ini.
8. Pimpinan PT. Macanan Jaya Cemerlang yang telah memberikan ijin untuk
penelitian kepada penulis.
9. Bapak R.A. Nugroho Septianto selaku HRD – GA Manager yang telah
memberikan ijin untuk penelitian kepada penulis.
10.Seluruh karyawan dan staf PT. Macanan Jaya Cemerlang Klaten yang telah
memberikan dukungannya kepada penulis.
11.Seluruh mahasiswa Universitas Sanata Dharma dan Politeknik LPP yang telah
memberikan masukan dan kerjasama yang baik selama ini.
Penulis
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Anggrid Yanuarista Nomor Mahasiswa : 061344015
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul:
Hubungan Antara Biaya Mutu Dengan Produktivitas, studi kasus pada PT. Macanan Jaya Cemerlang Klaten.
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 11 Maret 2010
Yang menyatakan
x
ABSTRAK
Hubungan Antara Biaya Mutu Dengan Produktivitas
Studi Kasus pada PT Macanan Jaya Cemerlang Klaten
Anggrid Yanuarista Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2010
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) komposisi masing-masing elemen biaya mutu, (2) produktivitas berkait laba, dan (3) hubungan antara biaya mutu dan produktivitas pada PT. Macanan Jaya Cemerlang Klaten. Penelitian ini dilakukan bulan September sampai dengan November 2009.
Langkah - langkah analisis data adalah sebagai berikut: (1) menghitung komposisi biaya mutu, (2) menghitung produktivitas berkait laba, (3) menentukan koefisien korelasi antara biaya mutu dengan produktivitas PT. Macanan Jaya Cemerlang Klaten dengan menggunakan analisis korelasi product moment dan uji signifikansi pada taraf 0,05.
xi
ABSTRACT
The Correlation Between Quality Cost and Productivity
A Case Study at Macanan Jaya Cemerlang Company Klaten
Anggrid Yanuarista University of Sanata Dharma
Yogyakarta 2010
The purpose of this research is to know: (1) the composition of elements of quality cost, (2) profit related to productivity, and (3) the correlation between quality cost and productivity in PT. Macanan Jaya Cemerlang Klaten. This research was conducted from September to November 2009.
The steps of data analysis are following: (1) calculating the composition of quality cost, (2) calculating the profit related to productivity, (3) determining the coefficient correlation between quality cost and productivity in PT. Macanan Jaya Cemerlang Klaten by using product moment correlation analysis and significant test at level of 0,05.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... ix
ABSTRAK ... x
ABSTRACT ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
xiii
Halaman
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 6
A. Tinjauan Teoritik... 6
1. Pengertian Mutu ... 6
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu ... 8
3. Pengertian dan Klasifikasi Biaya Mutu ... 11
4. Biaya Mutu Optimal ... 19
5. Manfaat Informasi Biaya Mutu ... 22
6. Produktivitas ... 22
7. Mutu dan Produktivitas ... 29
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 30
C. Kerangka Berpikir ... 31
D. Rumusan Hipotesis ... 33
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 34
A. Jenis Penelitian ... 34
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 34
D. Sampel ... 35
E. Variabel Penelitian ... 35
F. Pengumpulan Data ... 38
xiv
Halaman
BAB IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 44
A. Sejarah Berdirinya Perusahaan... 44
B. Lokasi Perusahaan ... 45
C. Tujuan didirikannya Perusahaan ... 47
D. Struktur Organisasi ... 49
E. Keuangan ... 57
F. Personalia ... 57
G. Produksi ... 60
H. Proses Produksi ... 60
I. Pemasaran ... 63
BAB V. DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN .. 64
A. Deskripsi Data ... 64
B. Analisis Data . ... 71
C. Pembahasan ... 90
BAB VI. PENUTUP ... 98
A. Kesimpulan ... 98
B. Keterbatasan ... 99
C. Saran ... 99
DAFTAR PUSTAKA ... 101
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Data Jumlah Produksi ... 64
Tabel 2 Data Jumlah Penjualan ... 65
Tabel 3 Data Jumlah Jam Kerja dan Tarif per Jam Tenaga Kerja Langsung ... 66
Tabel 4 Data Jumlah Pemakaian Bahan Baku ... 67
Tabel 5 Harga Bahan Baku per Kilogram ... 68
Tabel 6 Data Biaya Mutu ... 69
Tabel 7 Biaya Mutu ... 72
Tabel 8 Komposisi Biaya Mutu Terhadap Total Biaya Mutu ... 75
Tabel 9 Komposisi Biaya Mutu terhadap Total Penjualan ... 78
Tabel 10 Rasio Produktivitas Bahan dan Tenaga Kerja Langsung ... 79
Tabel 11 KNP Bahan dan Tenaga Kerja Langsung ... 81
Tabel 12 Biaya KNP Bahan dan Tenaga Kerja Langsung ... 82
Tabel 13 BKS Bahan dan Tenaga Kerja Langsung ... 84
Tabel 14 Dampak Produktivitas Berkait Laba ... 86
Tabel 15 Kenaikan Rasio ... 87
Tabel 16 Hubungan Antara Biaya Mutu dengan Produktivitas ... 89
Tabel 17 Data Jumlah Produksi tahun 2004-2008 ... 105
Tabel 18 Jumlah Penjualan tahun 2004-2008 ... 106
xvi
Tabel 21 Jumlah Pemakaian Bahan tahun 2004-2008 ... 108
Tabel 22 Biaya Mutu tahun 2004... 110
Tabel 23 Biaya Mutu tahun 2005... 111
Tabel 24 Biaya Mutu tahun 2006... 112
Tabel 25 Biaya Mutu tahun 2007... 113
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 102
Lampiran 2. Data Penelitian ... 105
Lampiran 3. Struktur Organisasi ... 115
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi membawa dampak yang besar bagi perkembangan dunia
industri. Pasar semakin luas, peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya
persaingan semakin ketat dan sulit. Pasar dibanjiri oleh berbagai macam
produk sejenis namun berlainan merk yang berusaha merebut posisi pasar.
Banyaknya produk yang memasuki pasar menjadikan konsumen selektif
dalam memilih produk. Produk yang bermutu tinggi dengan harga yang
relatif murah tentunya lebih mudah memperoleh posisi pasar. Dengan kata
lain, produk yang memiliki daya saing tinggi akan mampu menguasai
pasar. Hal ini mendorong perusahaan untuk meningkatkan kemampuannya agar
dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, perusahaan harus dapat
bersaing dengan perusahaan lainnya. Untuk itu perusahaan harus mampu
menentukan strategi bersaing apa yang mesti dilakukan agar dapat menang dalam
persaingan tersebut.
Perusahaan akan semakin meningkat dengan adanya
perusahaan-perusahaan yang mampu berproduksi secara lebih efisien dan menghasilkan
produk dengan daya saing yang tinggi.
Perusahaan harus mampu bersaing agar dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Kemampuan perusahaan dalam persaingan ditentukan oleh mutu dan
harga produk yang dihasilkan. Perusahaan yang memperhatikan mutu produknya
dapat menghasilkan penghematan yang besar sehingga dapat meningkatkan laba.
Tetapi tujuan perusahaan dalam menghasilkan produk atau jasa tidak hanya
diarahkan untuk memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi melainkan juga
harus memperhatikan tingkat mutu produk yang dihasilkan.
Mutu produk dapat diukur berdasarkan biayanya yang sering disebut
biaya mutu. Biaya mutu adalah biaya yang terjadi atau mungkin terjadi karena
mutu yang buruk. Biaya mutu berkaitan dengan penciptaan, pengidentifikasian,
perbaikan, dan pencegahan kerusakan. Kegiatan biaya mutu dilaksanakan untuk
mencegah atau mendeteksi mutu yang tidak sama. Jika biaya pencegahan dan
penilaian naik lebih dulu dibanding biaya kegagalan eksternal dan internal maka
biaya mutu akan naik, dan produktivitas akan turun. Begitu juga sebaliknya, maka
dengan kata lain antara biaya mutu dengan produktivitas terdapat hubungan
negatif. Dalam suatu usaha menghadapi persaingan yang ketat sedapat mungkin
diusahakan peningkatan mutu sehingga biaya mutu dapat dikurangi untuk
menghasilkan produk dengan mutu tinggi.
Penyempurnaan mutu menawarkan manfaat ekonomik yang signifikan.
Jika penyempurnaan mutu tersebut secara serempak dapat diikuti oleh
penyempurnaan produktivitas sifatnya berhubungan, dan kenyataannya kedua hal
maju. Perusahaan harus berusaha secara berkesinambungan untuk
menyempurnakan mutu dan produktivitas. Perbaikan mutu dapat meningkatkan
produktivitas maupun sebaliknya. Sebagai contoh, apabila pengulangan kerja
berkurang karena berkurangnya unit produk cacat, maka sedikit tenaga kerja
dan bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan output yang sama.
PT Macanan Jaya Cemerlang merupakan perusahaan penerbit dan
percetakan barang, yang berupa buku pelajaran dan majalah. Perusahaan ini
menyadari pentingnya mengadakan pengawasan terhadap mutu. Mutu
merupakan salah satu faktor utama dalam proses percetakan karena dalam proses
tersebut tidak diperkenankan untuk membuat kesalahan yang berakibat pada
rendahnya mutu produk dan menurunnya produktivitas. Untuk itu sebelum
kesalahan-kesalahan itu terjadi harus diperlukan upaya pengendalian biaya mutu.
Mutu dan produktivitas merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi
persaingan yang semakin ketat. Dengan memusatkan diri pada mutu dan
produktivitas perusahaan akan tetap bersaing dalam pasar dunia, karena
perusahaan yang menekankan mutu akan dapat meningkatkan mutu dalam suatu
masa hal itu telah menghasilkan peningkatan produktivitas. Oleh karena itu
penyempurnaan mutu dan peningkatan produktivitas harus selalu berjalan
beriringan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merasa tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan judul: ”Hubungan Antara Biaya Mutu
B. Batasan Masalah
Dalam penulisan ini, penulis membatasi masalah sebagai berikut:
1. Data yang diambil dalam penelitian adalah data bulanan tahun 2004-2008
tepatnya 60 bulan dengan pertimbangan bahwa data tersebut adalah data
paling akhir yang dikeluarkan perusahaan untuk penelitian dan rentang
waktunya tidak terlalu lama sehingga lebih akurat.
2. Produktivitas tenaga kerja langsung, penulis membatasi pada tenaga kerja
yang terlibat langsung dalam proses produksi yaitu tenaga kerja bagian
produksi.
3. Produktivitas yang akan dibahas adalah produktivitas berkait laba.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana komposisi masing – masing biaya mutu di PT. Macanan Jaya
Cemerlang Klaten periode 2004 – 2008?
2. Bagaimana produktivitas berkait laba pada PT Macanan Jaya Cemerlang
Klaten periode 2004 – 2008?
3. Bagaimana hubungan biaya mutu dengan produktivitas berkait laba pada PT.
D. Tujuan penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) komposisi masing –
masing elemen biaya mutu, (2) produktivitas berkait laba, dan (3) hubungan
antara biaya mutu dan produktivitas berkait laba pada PT. Macanan Jaya
Cemerlang Klaten.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumbangan
pemikiran dan masukan bagi manajemen perusahaan dalam menentukan
kebijakan biaya mutu, khususnya dalam hubungannya dengan produktivitas.
2. Bagi Penulis
Menerapkan teori-teori yang diterima selama kuliah ke dalam
praktek yang sebenarnya, dan menambah pengetahuan dalam bidang
akuntansi manajemen, khususnya biaya mutu.
3. Bagi Universitas
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
informasi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian
ini, memberi gambaran pada penelitian yang berhubungan serta dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritik 1. Pengertian Mutu
Dewasa ini persaingan dalam dunia usaha semakin ketat, para pelaku
usaha semakin dihadapkan pada berbagai masalah yang harus ditangani
secara cermat dan tepat. Seringkali permasalahan yang ada dapat
ditimbulkan dari dalam maupun luar perusahaan, dan keduanya
mempunyai pengaruh yang besar bagi keberhasilan perusahaan dalam
pencapaian keputusannya. Salah satu tujuan perusahaan pada umumnya
yaitu pencapaian laba yang maksimal, selain itu perusahaan juga harus
menjaga kelangsungan hidupnya pada masa sekarang dan masa yang
akan datang. Agar perusahaan semakin maju, mutu produk yang
dihasilkan menjadi hal yang terpenting karena produk yang mutunya
baik akan memberikan kepuasan kepada konsumen. Pada perusahaan yang
menekankan produk bermutu tidak terlepas adanya biaya yang berkaitan
dengan mutu, yaitu biaya mutu. Biaya mutu berhubungan dengan sub
kategori dari kegiatan terkait mutu yaitu kegiatan pengendalian dan kegiatan
produk gagal (kegiatan kegagalan). Kegiatan biaya mutu dilaksanakan untuk
mencegah atau mendeteksi mutu yang tidak sama.
Jika biaya pencegahan dan penilaian naik lebih dulu dibanding biaya
kegagalan eksternal dan internal maka biaya mutu akan naik, dan
produktivitas akan turun. Begitu juga sebaliknya, maka dengan kata lain
antara biaya mutu dengan produktivitas terdapat hubungan. Karena mutu
merupakan elemen yang terpenting dalam bersaing, oleh karena itu
perusahaan akan terus berusaha meningkatkan mutu secara terus menerus
atau rutin.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mutu didefinisikan sebagai
baik atau buruknya sesuatu. Mutu adalah sesuatu yang diputuskan oleh
pelanggan, mutu didasarkan pada pengalaman aktual pelanggan terhadap
produk dan jasa. Mutu didefinisikan sebagai tingkat keunggulan dan
dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu (R.A. Supriyono, 1994 : 377):
a. Mutu Rancangan (quality of design)
Mutu rancangan adalah suatu fungsi sebagai spesifikasi produk.
Sebagai contoh mobil merk BMW dan Suzuki mempunyai fungsi yang
sama yaitu sebagai alat transportasi namun keduanya mempunyai mutu
rancangan yang berbeda. Mutu rancangan yang lebih tinggi biasanya
ditunjukkan oleh 2 (dua) hal, yaitu: (1) tingginya biaya pemanufakturan,
dan (2) tingginya harga jual.
b. Mutu Kesesuaian (quality of conformance)
Mutu kesesuaian adalah suatu ukuran bagaimana suatu produk
spesifikasi rancangan produk tersebut cocok untuk dipergunakan. Sebagai
contoh seorang pelanggan yang membeli jam tangan berlapis baja,
mengharapkan bahwa jam tersebut berfungsi dengan baik dalam
jangka waktu tertentu, namun ketika pertama kali dia memutar
kunci jam tangan tersebut gagang putarannya patah, jenis penilaian
mutu apa yang dibuat oleh pelanggan.
Dari kedua jenis mutu tersebut di atas, mutu kesesuaian harus
menerima tekanan yang lebih besar. Ketidaksesuaian untuk memenuhi
persyaratan biasanya menimbulkan masalah besar bagi perusahaan.
Jika para ahli mutu berbicara mengenai peningkatan mutu, mereka
mengartikannya sebagai pengurangan kejadian ketidaksesuaian dengan
harapan para pelanggan. Jadi untuk para ahli mutu, istilah mutu sinonim
dengan kesesuaian untuk memenuhi persyaratan-persyaratan
mengerjakannya secara benar saat pertama. Produk harus diproduksi sesuai
dengan spesifikasi rancangannya. Persyaratan-persyaratan harus dipenuhi,
jika produk ini tidak baik maka rancangannya harus dirubah.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu
Mutu produk dan jasa secara langsung dipengaruhi oleh sembilan
a. Market (Pasar)
Jumlah produk baru yang ditawarkan dipasar terus tumbuh dan bertambah dengan hasil pengolahan teknologi - teknologi baru.
Sehingga setiap perusahaan bisnis harus lebih fleksibel dan mampu
berubah arah dengan cepat karena keadaan tersebut mengakibatkan
konsumen cenderung untuk meminta dan lebih selektif dalam memilih
produk untuk memenuhi kebutuhannya.
b. Money (uang)
Biaya-biaya kualitas yang dikaitkan dengan biaya pemeliharaan
dan perbaikan kualitas telah mencapai ketinggian yang tak terduga yang
belum pernah terjadi sebelumnya. Kenyataan ini telah memfokuskan
perhatian para manajer pada bidang biaya kualitas sebagai salah satu dari
titik lunak tempat biaya operasi dan kerugian dapat diturunkan untuk
memperbaiki laba.
c. Management (manajemen)
Tanggungjawab kualitas dapat didistribusikan menjadi beberapa
kelompok khusus. Hal ini telah menambah beban manajemen puncak
khususnya dipandang dari bertambahnya kesulitan dalam mengalokasikan
tanggungjawab yang tepat untuk mengkoreksi penyimpangan dari
d. Men (manusia)
Spesialisasi bidang-bidang pengetahuan yang bertambah
menciptakan suatu permintaan akan ahli teknik sistem pada semua bidang
spesialisasi. Untuk bersama merencanakan, mencipta dan mengoperasikan
berbagai sistem yang akan menjamin suatu hasil yang diinginkan.
e. Motivation (motivasi)
Motivasi akan tambahan hadiah uang para pekerja, memperkuat
rasa keberhasilan di dalam pekerjaan mereka dan pengakuan yang positif
bahwa mereka secara pribadi turut memberikan sumbangan atas
tercapainya tujuan perusahaan. Hal ini membimbing ke arah kebutuhan
yang tidak pernah ada sebelumnya yaitu pendidikan kualitas dan
komunikasi yang lebih baik tentang kesadaran kualitas.
f. Materials (bahan)
Perlunya batasan yang ketat dan jelas dalam memilih bahan baku
disebabkan biaya produksi yang harus ditekan dan persyaratan mutu harus
dicapai perusahaan.
g. Machines and mechanism (mesin dan mekanisasi)
Semakin besar perusahaan melakukan mekanisasi dan otomatisasi
h. Modern information methods (metode informasi modern).
Metode informasi dengan menggunakan informasi teknologi komputer
adalah cara untuk mengendalikan mesin dan proses produksi sehingga
sesuai dengan persyaratan mutu.
i. Mounting product requirement (persyaratan proses produksi).
Keamanan penting untuk meningkatkan mutu karena persyaratan
yang harus dicapai menyebabkan perhatian harus konstan sehingga tidak
ada faktor yang masuk dan menurunkan kehandalan proses atau sistem.
3. Pengertian dan Klasifikasi Biaya Mutu
Menurut R.A. Supriyono (1994: 379), biaya mutu adalah biaya yang
terjadi atau mungkin akan terjadi karena mutu yang buruk. Sedangkan
menurut Hansen and Mowen (1997: 7), biaya mutu adalah biaya yang timbul
karena mungkin atau telah dihasilkan produk yang jelek mutunya. Dari kedua
definisi tersebut penulis menyimpulkan bahwa biaya mutu adalah dasar untuk
mengevaluasi investasi dalam program mutu yang dinyatakan dalam
pengertian perbaikan biaya, peningkatan laba dan lainya, yang intinya biaya
mutu adalah landasan ekonomi untuk sistem mutu. Definisi ini
mengimplikasikan bahwa biaya mutu berhubungan sub kategori dari kegiatan
terkait dengan mutu: kegiatan pengendalian dan kegiatan produk gagal
Kegiatan pengendalian dilaksanakan oleh suatu organisasi untuk mencegah
atau mendeteksi mutu yang jelek (karena mutu yang jelek mungkin terjadi).
Sedangkan kegiatan produk gagal dilaksanakan oleh suatu organisasi atau
oleh pelanggannya untuk merespon mutu yang jelek (mutu yang jelek
memang sudah terjadi). Biaya mutu harus dikendalikan dengan tepat oleh
suatu perusahaan, karena:
a. Dengan meningkatnya biaya mutu maka hasil produksi akan semakin
rumit.
b. Meningkatnya kesadaran akan biaya daur hidup produk termasuk di
dalamnya biaya pemeliharaan, tenaga kerja dan suku cadang.
c. Adanya kebutuhan akan insinyur dan pengelola mutu yang secara efektif
dapat membeberkan biaya produksi dalam bahasa manajemen umum,
yaitu uang.
Biaya mutu yang terlalu tinggi menyebabkan harga pokok produk tinggi,
sehingga produk menjadi tidak kompetitif. Kalau hal ini terjadi dalam jangka
panjang dapat menurunkan produktivitas dan kemampuan kompetitif perusahaan.
Biaya mutu yang terlalu tinggi juga menunjukkan ketidakefisienan manajemen
dalam mengelola perusahaan. Pengendalian biaya mutu dapat memotivasi
departemen yang mampu bertanggungjawab terhadap program perbaikan
Jadi dapat disimpulkan bahwa biaya mutu merupakan alat bantu manajemen
sebagai berikut:
1. Metode penilaian efektivitas program mutu secara menyeluruh.
2. Salah satu cara penentuan jumlah usaha optimal di antara berbagai
tindakan yang berhubungan dengan mutu.
3. Metode penentuan lingkup permasalahan dan prioritas tindakan.
Agar biaya mutu dapat direncanakan, diukur dan dikendalikan maka
diperlukan sistem akuntansi biaya mutu yang kemudian disajikan dalam laporan
biaya mutu. Laporan biaya mutu dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan jangka pendek dan jangka panjang serta untuk mengevaluasi usaha
yang telah dilakukan manajemen dalam rangka menjaga mutu produk.
Menurut R. A. Supriyono (1994: 379), biaya mutu dapat diklasifikasikan
menjadi 4 (empat) jenis biaya, yaitu:
1. Biaya pencegahan
Biaya pencegahan adalah biaya yang terjadi untuk mencegah mutu
yang jelek pada produk atau jasa yang akan dihasilkan. Contoh: perencanaan
mutu, pelaporan mutu, peninjauan desain, pemilihan dan evaluasi pemasok.
2. Biaya penilaian
Biaya yang terjadi untuk menentukan apakah produk dan jasa
telah sesuai dengan persyaratan dan kebutuhan pelanggan.
Contoh: biaya pemeriksaan bahan baku, pengawasan, penilaian proses, dan
3. Biaya produk gagal internal
Adalah biaya yang terjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan
tidak sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan pelanggan dan dideteksi
sebelum dikirim pihak luar. Contoh : pengerjaan ulang, penghentian mesin,
pengujian ulang, dan perubahan desain.
4. Biaya produk gagal eksternal
Biaya produk gagal eksternal adalah biaya yang terjadi karena produk
yang dihasilkan gagal memenuhi persyaratan dan kebutuhan pelanggan
setelah barang dikirim kepelanggan. Contoh: kehilangan pelanggan karena
produk jelek, biaya jaminan, dan perbaikan.
Pada dasarnya biaya mutu dapat dibedakan menjadi 2 (dua) golongan
berdasarkan sifat terjadinya, yaitu: (a) biaya pengendalian yang meliputi: biaya
pencegahan serta biaya penilaian, (b) biaya kegagalan yang meliputi: biaya
kegagalan internal dan eksternal.
Berikut ini akan diuraikan unsur-unsur dari masing - masing kelompok
biaya mutu di atas (A.V. Feigenbaum, 1989:105):
1. Biaya pencegahan.
a. Perencanaan mutu.
Perencanaan mutu merupakan biaya yang berkaitan dengan
menerjemahkan rancangan produk, persyaratan mutu konsumen yang
dalam kendali pembuatan yang spesifik dalam mutu bahan, dan produk
b. Kendali proses.
Merupakan biaya yang berkaitan dengan waktu yang digunakan
oleh semua karyawan untuk menelaah dan menganalisis proses
pembuatan produk.
c. Perancangan dan pengembangan peralatan informasi mutu.
Merupakan biaya yang dikaitkan dengan waktu, yang digunakan
oleh karyawan untuk merancang dan mengembangkan pengukuran mutu
produk dan proses, data, kendali, dan perlengkapan yang berkaitan.
d. Pelatihan mutu dan pengembangan tenaga kerja.
Pelatihan mutu merupakan biaya pengembangan dan
pengoperasian program formal pelatihan mutu pada seluruh operasi
perusahaan, yang dirancang untuk melatih karyawan dalam hal
pemahaman dan penggunaan program-program dan teknik-teknik untuk
kendali mutu dan keterandalan dan keamanan.
e. Telaah rancangan produk.
Telaah rancangan produk merupakan biaya pengevaluasian
produk pra produksi untuk keperluan evaluasi mutu, keterandalan dan
f. Pengembangan manajemen dan sistem kualitas.
Pengembangan dan manajemen sistem merupakan biaya
keseluruhan rekayasa sistem kualitas dan manajemen dan dukungan untuk
pengembangan sistem kualitas.
2. Biaya penilaian
a. Pengujian dan pemeriksaan terhadap bahan.
Pengujian dan pemeriksaan bahan-bahan yang dibeli merupakan
biaya yang dikaitkan dengan waktu yang digunakan untuk mengevaluasi
kualitas bahan, juga menyertakan biaya pemeriksaan keliling ke
pabrik-pabrik penjual untuk mengevaluasi bahan-bahan yang dibeli.
b. Pengujian penerimaan laboratorium.
Pengujian penerimaan laboratorium merupakan biaya semua
pengujian yang dilakukan untuk mengevaluasi kualitas bahan yang
dibeli.
c. Penyiapan pengujian atau pemeriksaan.
Menyiapkan pengujian atau pemeriksaan merupakan biaya yang
dikaitkan dengan waktu yang dipakai untuk menyiapkan produk dan
peralatan yang berkaitan dengan pengujian.
d. Audit kualitas
Audit kualitas merupakan biaya yang dikaitkan dengan waktu
e. Peninjauan rekayasa produk dan penyerahan pengiriman
Pengiriman merupakan biaya yang dikaitkan dengan waktu yang
dipakai untuk meninjau kembali data pengujian dan pemeriksaan sebelum
penyerahan produk untuk dikirimkan.
f. Pengujian lapangan
Pengujian lapangan merupakan biaya yang dipergunakan pada
waktu diadakan pengujian lapangan terhadap produk ditempat pelanggan
sebelum penyerahan akhir. Biaya-biaya ini dapat termasuk biaya
bepergian dan beban.
3. Biaya kegagalan internal
a. Afkiran (scarp)
Afkiran merupakan biaya bahan sisa atau tidak dipergunakan
karena tidak mencapai tingkat kualitas yang diisyaratkan.
b. Pengerjaan ulang
Biaya pengerjaan ulang merupakan biaya yang dikeluarkan karena
adanya produk cacat sehingga perlu dilakukan pengerjaan ulang agar
produk tersebut mencapai kualitas yang diisyaratkan.
c. Perubahan rancangan produk
Biaya yang dikaitkan dengan waktu yang menyangkut perubahan
rancangan produk agar sesuai dengan yang diharapkan. Biaya ini
juga menyangkut bahan-bahan yang digunakan dalam rancangan
d. Downtime
Downtime merupakan biaya karena ada kerusakan mesin ataupun terjadinya produk cacat sehingga mengakibatkan adanya waktu
yang hilang.
4. Biaya Kegagalan Eksternal
a. Keluhan dalam jaminan
Keluhan dalam jaminan merupakan semua biaya untuk mengatasi
keluhan lapangan yang spesifik dalam masa jaminan untuk penyelidikan,
perbaikan atau penggantian.
b. Keluhan di luar jaminan
Biaya yang dapat dikategorikan dalam biaya yang tidak dapat
diukur (hidden cost) karena dapat mengakibatkan hilangnya konsumen sehingga penjualan menjadi berkurang.
c. Pelayanan produk
Pelayanan produk merupakan semua biaya pelayanan produk yang
diterima secara langsung yang diakibatkan oleh pengoreksian
ketidaksempurnaan atau pengujian khusus atau pengoreksian terhadap
kecacatan.
d. Penarikan produk
Penarikan produk merupakan biaya - biaya yang berkaitan dengan
kerugian karena penarikan produk seperti biaya transportasi saat menarik
e. Retur penjualan
Perusahaan memberikan kesempatan kepada pelanggan yang
mendapatkan produk rusak atau tidak sesuai dengan pesanan untuk
melakukan retur atas barang yang dikirim. Perusahaan akan mengganti
barang yang tidak sesuai dengan pesanan.
Biaya yang timbul karena penarikan barang dari pelanggan, biaya
pengiriman produk kembali ke pelanggan dan gaji karyawan yang
menangani retur dimasukkan kedalam retur penjualan.
Pengembalian barang karena kerusakan produk, yang dihitung
sebesar harga jual yang digunakan oleh perusahaan, tidak termasuk dalam
aktivitas mutu sehingga harus dipisahkan dari biaya retur penjualan.
4. Biaya Mutu Optimal
Menurut R. A. Supriyono (1994: 382), para manajer bertanggungjawab
untuk menilai tingkat optimal mutu dan untuk menentukkan jumlah relatif yang
harus dikeluarkan untuk setiap kelompok tersebut. Dalam hal ini terdapat dua
pandangan mengenai biaya mutu yang optimal, yaitu: (1) tingkat mutu yang
dapat diterima (acceptable quality level), tingkat mutu ini didasarkan atas pandangan tradisional, (2) pengendalian secara total (total quality control), tingkat mutu ini didasarkan atas pandangan yang diadopsi dari
Setiap pandangan menawarkan kepada para manajer mengenai informasi tentang
bagaimana biaya-biaya mutu harus dimanajemenkan.
Ada dua pandangan mengenai biaya mutu optimal yaitu pandangan
tradisional dan pandangan kelas dunia (R.A. Supriyono, 1994: 382):
a. Distribusi optimal biaya mutu: pandangan tradisional
Menurut pandangan tradisional, distribusi optimal biaya mutu adalah
keseimbangan optimal antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan. Jika
biaya pengendalian naik, biaya kegagalan akan turun. Selama penurunan
biaya kegagalan lebih besar daripada kenaikan biaya pencegahan dan
penilaian, maka perusahaan harus secara kontinyu meningkatkan
usaha-usahanya untuk mencegah atau mendeteksi ketidaksesuaian unit-unit
produk yang dihasilkan dengan persyaratan-persyaratannya. Pada
akhirnya suatu titik akan dicapai, yang menunjukkan keseimbangan
antara peningkatan biaya pencegahan dan penilaian dengan biaya kegagalan.
Setelah titik tersebut, peningkatan usaha pencegahan dan penilaian
mengakibatkan biaya yang lebih besar dari pada biaya penurunan kegagalan.
Tanpa adanya perubahan dalam teknologi, titik tersebut mencerminkan
tingkat minimum biaya mutu total. Standar mutu yang dianggap tepat dalam
pendekatan tradisional adalah tingkat mutu yang dapat diterima (Acceptable Quality level, AQL). AQL merupakan standar mutu yang sederhana yang mentolerir kemungkinan terjadinya sejumlah tertentu produk rusak yang
b. Distribusi optimal biaya mutu: pandangan kelas dunia.
Menurut pandangan kelas dunia, standar mutu yang dianggap tepat
yaitu konsep kerusakan nol (zero defect). Kerusakan nol adalah standar kinerja yang mengharuskan produk dan jasa yang diproduksi dan dijual
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Sedangkan tingkat biaya
mutu optimal tercapai jika tidak ada produk rusak. Inti pandangan ini adalah:
1. Semula perusahaan meningkatkan biaya pengendalian agar dapat
mengurangi biaya kegagalanya sehingga tercapai trade-off.
2. Selanjutnya perusahaan dapat memotong kembali biaya pengendalian.
3. Akhirnya, perusahaan dapat mengurangi semua biaya mutu secara
permanen.
Ada 3 perbedaan penting biaya mutu kontemporer dengan biaya mutu
tradisional yaitu:
a. Biaya pengendalian tidak mengikat tanpa batas ketika mendekati kondisi
tanpa cacat nol.
b. Biaya pengendalian dapat naik kemudian turun ketika mendekati kondisi
untuk cacat nol.
5. Manfaat Informasi Biaya Mutu
Menurut R.A. Supriyono (1994 : 380 - 413) informasi biaya mutu dapat
memberikan berbagai manfaat, antara lain dapat digunakan untuk:
a. Mengidentifikasikan peluang laba atau penghematan biaya dapat
meningkatkan laba.
b. Mengambil keputusan capital budgeting dan keputusan investasi c. Menekan biaya pembelian dan biaya yang berkaitan dengan pemasok.
d. Pengidentifikasian pemborosan dalam aktivitas yang tidak dikehendaki
pelanggan.
e. Pengidentifikasian sistem yang berlebihan
f. Menentukan apakah biaya-biaya mutu telah didistribusikan secara
tepat.
g. Menentukan tujuan dalam anggaran dan perencanaan laba
h. Mengidentifikasi masalah-masalah mutu.
i. Dijadikan sebagai alat manajerial untuk ukuran perbedaan tentang hubungan
masukan dan keluaran.
j. Dijadikan sebagai ukuran penilaian kinerja yang objektif.
6. Produktivitas
Produktivitas berhubungan dengan memproduksi keluaran (output) secara efisien, dengan menggunakan kuantitas masukan sesedikit mungkin (Supriyono,
a. Penentuan pengukur produktivitas
Produktivitas berkaitan dengan memproduksi keluaran secara efisien
dan khususnya ditujukan pada hubungan keluaran dengan masukan yang
digunakan untuk memproduksi keluaran tersebut.
Biasanya perbedaan kombinasi atau bauran masukan dapat digunakan
untuk menghasilkan tingkat keluaran tertentu. Efisiensi produktif total
adalah titik yang memenuhi dua kondisi yang memuaskan, yaitu:
1. Untuk setiap bauran masukan tertentu dapat menghasilkan keluaran
dalam jumlah tertentu, dalam arti tidak ada kelebihan pemakaian
masukan untuk menghasilkan keluaran tersebut, meskipun mungkin
hanya satu unit.
2. Dengan menggunakan bauran masukan tertentu yang memuaskan
sebagaimana kondisi pertama, bauran yang memiliki biaya paling rendah
yang dipilih.
Kondisi pertama disebabkan oleh hubungan teknis, oleh sebab itu
dinamakan efisiensi teknis. Kondisi kedua disebabkan oleh hubungan relatif
harga masukan dan oleh karena itu disebut efisiensi harga.
Program peningkatan produktivitas berkaitan dengan gerakan ke
arah produktif total. Sebagai contoh peningkatan produktivitas dapat
dicapai dengan:
1. Menggunakan semua masukan dalam jumlah yang lebih sedikit untuk
2. Menghasilkan keluaran yang lebih banyak dengan menggunakan
masukan yang sama.
Pengukuran produktivitas berhubungan dengan pengukuran
perubahan produktivitas, sehingga usaha-usaha untuk meningkatkan
produktivitas dapat dievaluasi. Pengukuran dapat juga bersifat prospektif
dan sebagai masukan untuk pembuatan keputusan strategik. Ukuran-ukuran
produktivitas dapat dikembangkan untuk satu masukan secara terpisah atau
untuk semua masukan secara bersama-sama.
b. Pengukuran produktivitas parsial
Pembahasan mengenai pengukuran produktivitas parsial mencakup:
(1) penentuan produktivitas parsial, (2) ukuran-ukuran parsial dan pengukuran
perubahan produktivitas, (3) keunggulan ukuran-ukuran parsial, dan (4)
kelemahan ukuran-ukuran parsial.
1. Penentuan ukuran produktivitas parsial
Produktivitas masukan tunggal biasanya diukur dengan menghitung
rasio keluaran terhadap masukan. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Rasio produktivitas = Keluaran : Masukan
Karena yang diukur hanya produktivitas satu masukan, maka ukuran tersebut dinamakan ukuran produktivitas parsial. Jika masukan dan
keluaran tersebut keduanya diukur dalam kuantitas fisik maka ukuran ini
dinyatakan dalam nilai uang, misalnya rupiah maka ukuran ini dinamakan
ukuran produktivitas finansial. Sebagai contoh, misalnya dalam tahun 1993
PT. Teknikatama memproduksi produk A sebanyak 55.000 unit dengan
menggunakan 11.000 jam kerja karyawan maka rasio produktivitas tenaga
kerja adalah sebanyak: 55.000 : 11.000 = 5.
Unit setiap jam kerja, karena unit-unit tersebut dinyatakan dalam ukuran fisik, maka ukuran tersebut dinamakan ukuran operasional.
2. Ukuran-ukuran parsial dan ukuran perubahan
Rasio produktivitas tenaga kerja pada contoh PT. Teknikatama untuk
tahun 1993 sebesar 5 unit untuk satu jam kerja tersebut adalah
produktivitas yang dialami oleh perusahaan tersebut.
Jika rasio tersebut berdiri sendiri-sendiri tanpa berhubungan dengan
yang lain, rasio tersebut hanya memberikan informasi yang sedikit
mengenai efisiensi produktif atau informasi mengenai apakah perusahaan
mengalami peningkatan atau penurunan produktivitas. Namun mungkin
saja perusahaan menyusun laporan mengenai peningkatan atau penurunan
efisiensi produktivitas dengan mengukur perubahan dalam produktivitas
periode sebelumnya, sehingga ukuran produktivitas saat ini harus
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Dalam hal ini produktivitas
periode sebelumnya tersebut dinamakan periode dasar dan berfungsi
sebagai kriteria atau standar untuk mengukur perubahan dalam efisiensi
dapat dipilih sesuai periode yang diinginkan, misalnya tahun sebelumnya
atau periode yang diperlukan untuk memproduksi batch produk yang terakhir. Untuk evaluasi strategik periode dasar biasanya dipilih pada awal
tahun.
Sebagai contoh, jika PT. Teknikatama menggunakan tahun 1993
sebagai periode dasar maka standar produktivitas tenaga kerja adalah 5 unit
produk A dalam satu jam kerja. Pada akhir tahun 1993 manajemen
perusahaan tersebut memutuskan untuk mencoba prosedur baru dalam
merakit produk dalam tahun 1994 dengan harapan prosedur baru tersebut
dapat menggunakan tenaga kerja lebih efisien. Dalam tahun 1994, produk
A diproduksi 550.000 dengan menggunakan jam kerja 100.000 jam, maka:
a. Besarnya rasio produktivitas dalam tahun 1994 adalah:
550.000 : 100.000 = 5,5 unit produk per jam
b. Perubahan produktivitas tenaga kerja dari tahun dasar 1993 ke 1994
adalah sebesar: 5,5 – 5 = 0,5 unit per jam. Perubahan tersebut
merupakan peningkatan yang signifikan dalam produktivitas tenaga
kerja dan merupakan bukti pendukung keunggulan proses perakitan
baru.
3. Keunggulan ukuran-ukuran parsial
Ukuran-ukuran parsial sebagai ukuran produktivitas mempunyai
a. Memungkinkan manajer untuk memusatkan pada penggunaan masukan
tertentu.
b. Ukuran operasional parsial lebih mudah digunakan untuk menilai
kinerja produktivitas karyawan operasional. Misalnya para karyawan
dihubungkan dengan jumlah unit produk yang dihasilkan per jam atau
jumlah produk yang dihasilkan per satuan baret. Jadi ukuran-ukuran
operasional parsial dapat menyediakan umpan balik yang dapat dengan
mudah dihubungkan dan dimengerti oleh karyawan operasional karena
menggunakan ukuran-ukuran yang berkaitan dengan masukan yang
dapat dikendalikannya.
c. Untuk kepentingan operasional seringkali standar kinerja digunakan
bersifat jangka pendek. Sebagai contoh standar yang digunakan dapat
berupa rasio-rasio batch produksi sebelumnya.
d. Dengan menggunakan standar parsial, produktivitas dalam satu tahun itu
sendiri dapat ditelusuri.
4. Kelemahan-kelemahan ukuran parsial
Meskipun ukuran-ukuran parsial sebagai ukuran produktivitas
mempunyai beberapa keunggulan, namun ukuran-ukuran ini sekaligus
mempunyai beberapa kelemahan sebagai berikut: (1) Ukuran parsial dapat
digunakan secara terpisah, atau tidak dihubungkan dengan ukuran-ukuran
lainya dapat menyesatkan, (2) Penurunan produktivitas merupakan salah
lainnya. Perubahan tingkat produktivitas masukan ini mungkin memang
diharapkan oleh manajemen jika keseluruhan biaya menurun, namun akibat
yang bersifat menyeluruh ini tidak dapat tercermin dalam pengukuran
produktivitas parsial.
c. Pengukuran produktivitas total
Pengukuran produktivitas total adalah pengukuran produktivitas berkait
laba, karena perubahan laba dari periode dasar ke periode selanjutnya
sebagian disebabkan oleh perubahan produktivitas. Pengukuran
produktivitas berkait laba adalah alat ukur untuk menilai jumlah perubahan
laba yang disebabkan oleh perubahan produktivitas. Pengkaitan
produktivitas berkait laba dijelaskan oleh aturan sebagai berikut:
Perubahan laba karena perubahan produktivitas = (biaya masukan yang
akan digunakan periode ini dalam kondisi tidak ada perubahan
produktivitas) – (biaya masukan kini yang sesungguhnya digunakan).
Adapun tahap – tahap yang digunakan untuk menerapkan aturan berkait
laba tersebut sebagai berikut:
1. Menghitung masukan yang akan digunakan untuk periode ini tanpa
memperhitungkan (netral) terhadap perubahan produktivitas.
KNP = Keluaran Kini : Rasio produktivitas periode dasar
2. Menghitung biaya KNP total
Biaya KNP total = ∑ (KNP x H)
3. Menghitung biaya kini sesungguhnya (BKS)
BKS = ∑ (KS x H)
4. Menghitung dampak produktivitas terhadap laba (DPBL)
DPBL = Biaya KNP total – BKS
7. Mutu dan Produktivitas
Menurut R.A.Supriyono (1994 : 429), peningkatan mutu mungkin
meningkatkan produktivitas dan mungkin sebaliknya. Sebagai contoh, jika
pengerjaan kembali produk rusak dapat dikurangi dengan cara memproduksi
produk rusak lebih sedikit, maka biaya bahan dan tenaga kerja yang digunakan
untuk memproduksi produk yang sama lebih sedikit. Pengurangan jumlah produk
rusak berarti meningkatkan mutu, pengurangan jumlah masukan yang digunakan
berarti meningkatkan produktivitas.
Karena sebagian besar peningkatan mutu dapat mengurangi jumlah
sumber-sumber yang digunakan untuk memproduksi dan menjual keluaran
organisasi, maka sebagian besar peningkatan mutu dapat meningkatkan
produktivitas. Jadi peningkatan mutu umumnya dapat tercermin dalam
ukuran-ukuran produktivitas. Namun ada cara lain untuk meningkatkan produktivitas
barang dengan kerusakan kecil atau nol, namun masih mempunyai proses yang
tidak efisien.
Peningkatan mutu memungkinkan pengurangan biaya mutu dan
peningkatan produktivitas peningkatan mutu ditandai dengan semakin
berkurangnya pengerjaan ulang, penggunaan bahan baku, tenaga kerja, inspeksi
produk jadi, sehingga biaya mutu yang dikeluarkan juga semakin berkurang.
Berkurangnya penggunaan bahan baku, tenaga kerja atau masukan lain
yang digunakan untuk memproduksi output dalam jumlah yang sama besar atau
lebih besar menunjukkan adanya suatu peningkatan produktivitas. Sebagai
contoh, jika pengerjaan kembali produk rusak dapat dikurangi dengan cara
memproduksi produk yang rusak lebih sedikit, atau jika memungkinkan
meniadakan produk rusak, maka biaya bahan dan tenaga kerja yang digunakan
untuk memproduksi produk yang sama dapat lebih sedikit. Pengurangan produk
yang rusak berarti meningkatkan produktivitas. Hal ini akan mengakibatkan
penghematan biaya yang besar disertai dengan peningkatan produktivitas.
Produktivitas yang semakin meningkat dan biaya yang semakin sedikit akan
memberikan peluang pasar yang lebih baik dan perusahaan akan dapat
mempertahankan usahanya.
B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan tentang hubungan antara
Vincentia Nora Laksminingrum (1997) dimana objeknya adalah PT. SARI
HUSADA Yogyakarta, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa PT. SARI
HUSADA pada tahun 1991-1996 biaya mutu mempengaruhi secara signifikan
terhadap produktivitas. Dimana semakin minimal biaya mutu, produktivitas akan
semakin naik, yang artinya ada hubungan negatif dan nyata antara biaya mutu
dengan produktivitas. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Pamuji (2001)
di mana objeknya pada PT. PRIMISSIMA Sleman, hasil penelitiannya
meunjukan bahwa PT. PRIMISSIMA pada tahun 1999 – 2001, biaya mutu
mempengaruhi secara signifikan terhadap produktivitas. Dimana pada saat biaya
pengendalian naik maka produktivitas ikut naik. Kemudian penelitian yang
dilakukan oleh Ani Rukmiwati (2007) di mana objeknya pada PT. Macanan Jaya
Cemerlang Klaten, hasil penelitiannya meunjukan bahwa PT. Macanan Jaya
Cemerlang pada tahun 2004 – 2005, berdasarkan hasil analisis regresi linier,
maka terdapat hubungan positif antara biaya mutu dan produktivitas. Masing –
masing biaya mutu mempunyai perilaku yang sama terhadap produktivitas. Biaya
mutu mempengaruhi secara signifikan terhadap produktivitas.
C. Kerangka Berfikir
Mutu dan produktivitas merupakan kunci keberhasilan perusahaan di
dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Karena itu, suatu perusahaan
harus dapat melaksanakan pengukuran mutu dan produktivitas. Pengendalian
sedangkan pengendalian mutu yang maju menggunakan pengendalian mutu
secara total (TQC) yang berusaha agar kerusakan nol. Produktivitas dan
penyempurnaan mutu keduanya saling berhubungan. Dalam suatu usaha yang
mengahadapi persaingan ketat, perusahaan-perusahaan tersebut harus
memberikan perhatian yang lebih besar pada mutu dan produktivitas, khususnya
karena adanya potensi untuk menurunkan biaya dan meningkatkan mutu produk.
Bagi perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan pemanufakturan maju,
persaingan yang ada sangat intensif dan mutu dapat menawarkan suatu
keunggulan daya saing yang penting. Jika pandangan konvensional mengenai
mutu dinilai salah, maka perusahaan yang mengetahui kesalahan ini dapat
memanfaatkan pengetahuannya dengan mengurangi produk rusak dan sekaligus
menurunkan biaya mutu total mereka.
Tingkat optimal biaya mutu terjadi jika tidak ada produk rusak. Sebagai
contoh perusahaan memutuskan untuk meningkatkan mutu masukan bahan
mentahnya melalui implementasi program pemilihan pemasok. Tujuan keputusan
tersebut adalah untuk mengidentifikasikan dan menggunakan para pemasok yang
dapat memenuhi standar mutu tertentu. Seiring dengan penerapan program ini,
terjadi peningkatan biaya dalam perusahaan tersebut, misalnya untuk menelaah
pemasok, negosiasi kontrak dan sebagainya. Pada awal mulanya, biaya
pencegahan dan penilaian lainya mungkin besarnya masih tetap sebesar tingkat
saat ini. Namun, pada saat program pemilihan pemasok telah dapat diterapkan
pengerjaan kembali yang semakin berkurang, keluhan pelanggan yang semakin
sedikit, dan perbaikan kembali yang semakin sedikit, selanjutnya perusahaan
mungkin dapat memutuskan untuk memotong kembali biaya inspeksi
penerimaan bahan, mengurangi tingkat aktivitas keterterimaan produk, dan
sebagainya. Pada akhirnya, perusahaan dapat mengurangi biaya untuk semua
kelompok biaya mutu, dan mutu dapat ditingkatkan. Dari contoh tersebut dapat
disimpulkan bahwa jika biaya mutu semakin rendah maka produktivitas semakin
tinggi.
Oleh karena itu, sejalan dengan kerangka berfikir tersebut dapat diduga
semakin rendah biaya mutu semakin tinggi produktivitas, dengan kata lain ada
hubungan negatif antara biaya mutu dengan produktivitas.
D. Rumusan Hipotesis
Hipotesis adalah merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan
yang diajukan dalam perumusan masalah, yang harus diajukan dan dibuktikan
kebenarannya melalui suatu penelitian. Adapun hipotesis dalam penelitian ini
adalah: jika biaya mutu semakin rendah maka produktivitas semakin tinggi,
dengan kata lain bahwa antara biaya mutu dengan produktivitas terdapat
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian studi
kasus, yaitu penelitian yang menggambarkan suatu keadaaan atau mengungkap
permasalahan sesuai dengan waktu, dan tempat tertentu. Studi kasus pada
penelitian ini adalah hubungan antara biaya mutu dengan produktivitas.
Kesimpulan yang diberikan dari hasil penelitian ini hanya dapat berlaku terhadap
objek yang diteliti.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian akan dilakukan di PT. Macanan Jaya Cemerlang
Klaten. Sedangkan waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan September
hingga bulan November tahun 2009.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah pimpinan perusahaan, kepala bagian
personalia, kepala bagian produksi, kepala bagian pemasaran, dan kepala bagian
keuangan (staf yang mewakili) PT. Macanan Jaya Cemerlang yang beralamat di
Jl. Ki Hajar Dewantoro, Klaten Utara.
Adapun objek dari penelitian ini adalah gambaran umum perusahaan, struktur
organisasi, personalia, produksi, pemasaran, dan biaya mutu.
D. Sampel
Menurut Dr. Sugiyono (1999 : 73) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Menurut Dr. Sugiyono (1999 : 72)
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah biaya mutu tahun 2004-2008, pada PT Macanan Jaya
Cemerlang yang beralamat di Jl. Ki Hajar Dewantoro, Klaten Utara.
E. Variabel Penelitian 1. Jenis variabel penelitian
Dalam penelitian ini ada 2 (dua) jenis variabel yang akan diteliti dan
dibahas, yaitu variabel biaya mutu menjadi independent variable, dan variabel produktivitas menjadi dependent variable.
a. Variabel bebas (independent variable)
Menurut Dr. Sugiyono (1999 : 33) variabel independen sering
disebut variabel bebas, yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
b. Variabel terikat (dependent variable).
Menurut Dr. Sugiyono (1999 : 33) variabel dependen sering disebut
sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia
sering disebut variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Pada kasus ini yang
menjadi variabel terikat adalah: produktivitas yang berkaitan dengan
memproduksi keluaran secara efisien dan khususnya ditujukan pada
hubungan keluaran dengan masukan yang digunakan untuk memproduksi
keluaran tersebut. Produktivitas tersebut dapat diukur dengan melakukan
perbandingan antara kualitas output dibagi dengan kualitas input.
2. Pengukuran variabel
a. Variabel bebas (independent variable).
Pada variabel bebas pengukuran biaya mutu dapat diukur dengan
menggunakan skala interval (skala yang menggunakan angka sebenarnya),
oleh karena itu korelasi termasuk dalam kategori uji statistik parametrik.
Menurut J. Sarwono (2006 : 149) besarnya korelasi adalah 0 s/d 1, korelasi
dapat positif, yang artinya searah: jika variabel pertama besar, maka
variabel kedua semakin besar juga. Korelasi negatif, yang artinya
berlawanan arah: jika variabel pertama besar, maka variabel kedua semakin
< 0,20 hubungan dapat dianggap tidak ada
0,20 – 0,40 hubungan ada tetapi rendah
> 0,40 – 0,70 hubungan cukup
> 0,70 – 0,90 hubungan tinggi
> 0,90 – 1,00 hubungan sangat tinggi
Rumus yang digunakan adalah sebagi berikut:
r =
n
∑
xy−(∑
x)(∑
y){n
∑
x2−(∑
x)2}{n∑
y2 −(∑
y)2}Keterangan:
r : Koefisien korelasi
X : Biaya mutu
Y : Produktivitas berkait laba
n : Jumlah sampel (tahun)
b. Variabel terikat (dependent variable).
Pada variabel terikat pengukuran produktivitas dapat diukur dengan
melakukan perbandingan antara kualitas jumlah produk yang
F. Pengumpulan Data 1. Data yang diperlukan
Data yang diperlukan untuk biaya mutu adalah: biaya perencanaan
mutu tahun 2004-2008, biaya pelatihan mutu tahun 2004-2008, biaya sanitasi
tahun 2004-2008, biaya reparasi dan pemeliharaan tahun 2004-2008, biaya
inspeksi bahan tahun 2004-2008, biaya penerimaan proses tahun 2004-2008,
biaya penerimaan produk tahun 2004-2008, sisa bahan tahun 2004-2008,
Downtime tahun 2004-2008, biaya untuk pengerjaan ulang tahun 2004-2008, serta penyesuaian keluhan tahun 2004-2008, dan ganti rugi atau garansi tahun
2004-2008.
Data yang diperlukan untuk biaya produktivitas berkait laba adalah:
data produksi tahun 2004-2008, data penjualan tahun 2004-2008, data jumlah
jam kerja dan tarif per jam tenaga kerja langsung tahun 2004-2008, data
jumlah pemakaian bahan baku tahun 2004-2008, data harga bahan baku tahun
2004-2008, pada PT Macanan Jaya Cemerlang yang beralamat di Jl. Ki Hajar
Dewantara, Klaten Utara.
2. Teknik pengumpulan data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data guna mendukung
a). Metode Wawancara
Metode wawancara adalah cara observasi yang bersifat langsung.
Penulis mengajukan pertanyaan secara langsung tentang data-data yang
dibutuhkan penulis kepada pengurus atau pengelola perusahaan untuk
memperoleh informasi yang berkaitan dengan penelitian. Wawancara ini
akan dilakukan kepada pimpinan perusahaan atau staf yang mewakili,
guna mendapatkan informasi berupa gambaran umum perusahaan,
diantaranya adalah: sejarah berdirinya perusahaan, lokasi perusahaan, visi
misi dan tujuan didirikanya perusahaan, faktor yang mendukung
tercapainya tujuan perusahaan, termasuk didalamnya berupa hal-hal yang
berkaitan dengan biaya mutu dan produktivitas.
b). Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara
mempelajari, mengutip atau menyalin data-data yang ada di perusahaan.
Teknik ini untuk memperoleh data, catatan, serta arsip yang dapat
mendukung analisis data. Data tersebut antara lain data struktur organisasi,
data personalia perusahaan, data produksi tahun 2004-2008, data
pemasaran, dan data biaya mutu tahun 2004-2008.
G. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah yang digunakan untuk menganalisis data dalam
1. Untuk menjawab masalah pertama dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
a. Menghitung total biaya mutu
Menghitung total biaya mutu dengan rumus sebagai berikut (Indriyo Gito
Sudarmo, 1984: 188):
TQC = QCC + QAC
Keterangan:
TQC = Total Quality Control
QCC = Quality Control Cost (Biaya Pencegahan dan Biaya Penilaian) QAC = Quality Assurance Cost (Biaya Kegagalan Internal dan Biaya
Kegagalan eksternal).
b. Menghitung komposisi biaya mutu
Menghitung presentase biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan
internal, dan biaya kegagalan eksternal terhadap total biaya mutu dan total
penjualan.
Kriteria penarikan kesimpulan dari hasil perhitungan adalah:
Komposisi biaya mutu di perusahaan dikatakan baik jika kenaikan biaya
pencegahan dan biaya penilaian mengakibatkan penurunan biaya kegagalan
internal dan biaya kegagalan eksternal.
2. Untuk menjawab masalah kedua dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
a. Menghitung rasio produktivitas bahan dan tenaga kerja
Jumlah produk yang dihasilkan Rasio Produktivitas Tenaga Kerja = --- Jumlah jam yang digunakan
b. Menghitung produktivitas berkait laba
1). Menghitung kuantitas masukan netral produktivitas (KNP)
Keluaran Kini
KNP = --- Rasio produktivitas periode dasar
Keluaran kini yang dimaksud adalah jumlah produksi tahun 2005,
2006, 2007, dan 2008, sedangkan rasio produktivitas periode dasar
yang digunakan adalah rasio produktivitas tahun 2004.
2). Menghitung biaya KNP total
Biaya KNP total = ∑ (KNP x H)
3). Menghitung Biaya Kini Sesungguhnya (BKS)
BKS = ∑ (KS x H)
4). Menghitung dampak produktivitas terhadap laba (DPBL)
DPBL = biaya KNP total – BKS
Kriteria penarikan kesimpulan dari hasil perhitungan adalah:
Produktivitas perusahaan dikatakan baik jika dari tahun ke tahun
produktivitas bahan dan produktivitas tenaga kerja langsung mengalami
peningkatan. Peningkatan produktivitas ini menaikkan laba total
3. Untuk menjawab masalah ketiga dilakukan pengujian hipotesis sebagai
berikut:
a. Menghitung Analisis Koefisien Korelasi Product Moment
Menghitung analisis koefisien korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut (J. Supranto, 1985 : 197 – 198):
r =
∑
∑
∑
∑
∑
∑ ∑
− − − } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY nX = Biaya mutu
Y = Produktivitas berkait laba
n = Jumlah sampel (tahun)
Bila r = 1, hubungan x dan y sempurna dan positif
Bila r = -1, hubungan x dan y sempurna dan negatif
Bila r = 0, hubungan x dan y lemah sekali atau tidak ada
b. Menguji apakah benar – benar ada hubungan antara biaya mutu dengan
produktivitas dengan menggunakan analisis t test dengan taraf signifikasi
5 %, dengan alasan bila penulis menerima hipotesis tersebut adalah:
1. Hipotesis nol (Ho) menunjukkan tidak ada hubungan antara biaya mutu
dengan produktivitas.
2. Hipotesis Alternatif (Ha) menunjukkan ada hubungan negatif antara
3. Dengan kriteria pengujian:
Ha ditolak dan Ho diterima bila tο< = tα, n-2, yang berarti tidak ada
hubungan antara biaya mutu dengan produktivitas.
Ha diterima dan Ho ditolak bila tο > - tα, n-2, yang berarti ada
hubungan negatif antara biaya mutu dan produktivitas.
tα dicari berdasarkan tabel.
r n−2 tο = ---
1−r2
Keterangan:
tο = t-test
r = koefisien korelasi antara biaya mutu dengan produktivitas
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Berdirinya Perusahaan
Perusahaan penerbit dan percetakan PT. Macanan Jaya Cemerlang
merupakan salah satu anak perusahaan PT. Intan Pariwara, yang berdiri pada
tanggal 20 Juli 1978. PT. Intan Pariwara merupakan badan hukum dengan
nomor akte 12/78 dengan notaris H. Subekti, SH. Pada awalnya PT. Intan
Pariwara berbentuk CV, kemudian pada tanggal 8 November 1982 bentuk
Penerbit Intan Pariwara berubah menjadi bentuk perseroan terbatas dengan
nama PT. Intan Pariwara Penerbit dan Percetakan.
Sejak berdirinya PT. Intan Pariwara mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Kemudian untuk mengembangkan karyawan agar menjadi lebih
professional maka PT. Intan Pariwara dipecah menjadi Intan Group, pada
tanggal 1 Februari 1992, adapun Intan Group terdiri dari:
1. PT. Intan Pariwara
2. PT. Sinar Dahana Inti Boga
3. PT. Balarajasa Bakti Satya
4. PT. Macanan Jaya Cemerlang
5. PT. Karanganom Laksanto
PT. Macanan Jaya Cemerlang resmi berdiri pada tanggal 1 Februari 1992
bersama dengan pecahnya PT. Intan Pariwara menjadi Intan Group.
B. Lokasi Perusahaan
PT. Macanan Jaya Cemerlang menempati area seluas 8.000 m2,
dengan lokasi di Desa Macanan, yang beralamat di Jl. Ki Hajar Dewantoro,
Klaten Utara, Kabupaten Klaten. Pemilihan Lokasi pabrik PT. Macanan Jaya
Cemerlang sudah tepat karena terletak hampir di ujung timur kota dan
lokasinya terletak di dekat jalan raya selain itu juga satu lokasi dengan PT.
Intan Pariwara yang merupakan Induk PT. Macanan Jaya Cemerlang. Hal ini
memudahkan komuniksi dan hubungan antar perusahaan tersebut.
Penempatan ini sudah ditinjau dari faktor – faktor yang mendukung proses
produksi dan telah memikirkan sejauh mana pengembangan perusahaan di
masa yang akan datang.
Didalam pemilihan lokasi pabrik di Klaten, PT. Macanan Jaya
Cemerlang memiliki beberapa alasan diantaranya sebagai berikut:
1. Penempatan pabrik didekat perbatasan kota, memungkinkan perusahaan
memperoleh fasilitas – fasilitas produksi dengan cepat dan lancar, karena
kemudahan dalam hal transportasi, selain itu juga memungkinkan
2. Dekat dengan sumber tenaga kerja
Tersedianya tenaga kerja yang cukup memadai di sekitar lokasi
perusahaan baik dari segi kualitas memudahkan perusahaan mendapatkan
tenaga kerja yang murah.
3. Dekat dengan pasar
Yang dimaksud dengan pasar di sini adalah konsumen, salah satu yang
termasuk dalam konsumen tersebut yaitu instansi – instansi pendidikan
seperti sekolah mulai dari SD, SLTP, SMU hingga Perguruan Tinggi, dan
orang – orang yang membutuhkan barang hasil produksinya. Karena
cukup strategis maka dengan seikitnya perusahaan akan lebih mudah
dalam menjalankan pemasarannya.
4. Dekat dengan jalan raya
PT. Macanan Jaya Cemerlang Klaten terletak di pinggir jalan raya
sehingga memudahkan transportasi dan komunikasi yaitu yang
menghubungkan pabrik dengan pasar, bahan baku, dan tenaga kerja baik
yang ada di dalam kota maupun di luar kota Klaten, sehingga
memperlancar usaha perusahaan.
Selain pertimbangan-pertimbangan strategis di atas masih ada
pertimbangan yang lain yaitu faktor sosial diantaranya:
1. Membuka lapangan pekerjaan bagi orang-orang yang bekerja di
Gambar
Dokumen terkait
Dengan Objective Matrix dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas, adanya penetapan bobot yang mencerminkan pengaruh masing-masing
Macanan Jaya Cemerlang adalah perusahaan penerbit dan percetakaan yang berlokasi di Jalan Ki Hajar Dewantoro, Klaten Utara yang telah menjalankan SMK3 selama kurang lebih
Perusahaan memiliki lima (5) buah mesin Hot Binding/ Guing sehingga dapat merealisasi hasil produk dengan cepat dan kuat, dengan kualitas yang menjadi prioritas. Macanan
Hasil penelitian yang dilakukan pada karyawan PT Macanan Jaya Cemerlang memberikan bukti yang nyata bahwa budaya pelayanan, dukungan manajemen, upaya kerja, dan kepuasan kerja
management (proksi produk cacat) berpengaruh positif terhadap biaya kualitas, 2).. Apakah biaya kualitas berpengaruh negatif
Berdasarkan hasil penelitian pada permasalahan pertama dapat dikatakan bahwa pemberian kompensasi finansial langsung tidak berkorelasi positif dengan produktivitas karyawan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) pengaruh program keselamatan dan kesehatan kerja pada motivasi, 2) pengaruh motivasi pada produktivitas kerja karyawan. Jenis
Dengan Objective Matrix dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas, adanya penetapan bobot yang mencerminkan pengaruh masing-masing