5 A. Kajian Teori
1. Tipe-tipe kesalahan
Penyebab kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika menurut Suhertin (dalam Lisca, 2012) dikarenakan siswa tidak menguasai bahasa, contohnya siswa tidak paham dengan pertanyaan dalam soal matematika, siswa tidak memahami arti kata, siswa tidak menguasai konsep dan kurang menguasai teknik berhitung.
Lerner (1988) mengemukakan berbagai kesalahan umum yang dilakukan oleh siswa dalam mengerjakan tugas-tugas matematika, yaitu kurangnya pengetahuan tentang simbol, kurangnya pemahaman tentang nilai tempat, penggunaan proses yang keliru, kesalahan perhitungan, dan tulisan yang tidak dapat dibaca sehingga siswa melakukan kekeliruan karena tidak mampu lagi membaca tulisannya sendiri.
Kesamaan Pendapat menurut Subanji dan Mulyoto (2000:13-14) tentang jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika antara lain : Kesalahan interpretasi bahasa yaitu Kesalahan menyatakan bahasa sehari-hari ke dalam bahasa matematika dan kesalahan dalam menginterpretasikan simbol, grafik dan tabel kedalam bahasa matematika; Kesalahan teknis yaitu Kesalahan perhitungan atau komputasi dalam mengerjakan soal-soal; Kesalahan konsep yaitu Kesalahan dalam menentukan atau menerapkan rumus untuk menjawab suatu masalah. Siswa sering melakukan kesalahan penggunaan teorema atau rumus yang tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya rumus tersebut atau tidak menuliskan teorema.
Tipe-tipe kesalahan dibagi ke dalam indikator agar penggolongan kesalahan lebih spesifik. Tabel tipe kesalahan berdasarkan indikator menurut Subanji dan Mulyoto (Restuningtyas, 2012) dapat dilihat dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1 Tipe Kesalahan
No Tipe Kesalahan Indikator
1 Kesalahan
Interpretasi Bahasa
Kesalahan menyatakan bahasa sehari-hari ke dalam bahasa matematika
Kesalahan dalam menginterpretasikan simbol, grafik dan tabel kedalam bahasa matematika
2 Kesalahan Teknis Kesalahan perhitungan atau komputasi dalam mengerjakan soal-soal
3 Kesalahan Konsep Kesalahan dalam menentukan atau menerapkan rumus untuk menjawab suatu masalah
Jenis-jenis kesalahan lain menurut Subanji dan Mulyoto, jenis kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika dikelompokan menjadi 5 jenis, yaitu :
Kesalahan menggunakan data yaitu siswa tidak menggunakan data yang seharusnya dipakai dalam menjawab pertanyaan yang ada. Siswa juga melakukan kesalahan dalam memasukan data ke variabel dan menambah data yang tidak diperlukan dalam menjawab suatu masalah; Kesalahan menarik kesimpulan yaitu kesalahan dalam melakukan penyimpulan tanpa alasan pendukung yang benar juga kerap dilakukan oleh siswa. Kesalahan siswa dalam melakukan penyimpulan pernyataan yang tidak sesuai dengan penalaran logis; Kesalahan imaginasi yaitu kesalahan imaginasi merupakan kesulitan dan kekeliruan siswa dalam imajinasi ruang (spasial) dalam dimensi-dimensi tiga yang berakibat salah dalam mengerjakan soal-soal matematika; Kesalahan Prasyarat yaitu kesalahan prasyarat merupakan kesalahan dan kekeliruan siswa dalam mengerjakan soal matematika karena bahan pelajaran yang sedang dipelajari siswa belum dikuasai; Kesalahan Tanggapan yaitu kesalahan tanggapan merupakan kekeliruan dalam penafsiran atau tanggapan siswa terhadap konsepsi, rumus-rumus dan dalil-dalil matematika dalam mengerjakan soal matematika.
Penelitian ini mengacu pada pendapat Subanji dan Mulyoto (Restuningtyas, 2012), dimana pengklasifikasian kesalahan
berdasarkan indikatornya. Pengklasifikasian tipe-tipe kesalahan jawaban siswa dalam penelitian ini berdasarkan Pedoman Pengklasifikasian Kesalahan Pada Materi Sistem Persamaan dan Pertidaksamaan Linear, dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2
Pedoman Pengklasifikasian Kesalahan Pada Materi Sistem Persamaan dan Pertidaksamaan Linear No Indikator kesalahan Kesalahan yang dilakukan siswa
1 Kesalahan menyatakan bahasa sehari-hari ke dalam bahasa matematika
Kesalahan dalam menyatakan suatu bentuk permasalahan soal cerita ke dalam bentuk sistem persamaan dan pertidaksamaan linear
Kesalahan dalam
menginterpretasikan simbol, grafik dan tabel kedalam bahasa matematika
Kesalahan dalam menyatakan suatu bentuk simbol, grafik dan tabel ke dalam bentuk sistem persamaan dan pertidaksamaan linear
2 Kesalahan perhitungan atau komputasi dalam
mengerjakan soal-soal
Kesalahan dalam melakukan perhitungan
(perkalian,pembagian, penjumlahan, pengurangan) pada sistem persamaan dan pertidaksamaan linear Kesalahan dalam menuliskan tanda negatif/positif 3 Kesalahan dalam menentukan
atau menerapkan rumus untuk menjawab suatu masalah
Kesalahan dalam menentukan dan menggunakan rumus terkait dalam menyelesaiakan soal sistem persamaan dan pertidaksamaan linear Kesalahan dalam menuliskan, mengubah tanda persamaan dan pertidaksaman linear
2. Remediasi a. Pengertian
Remediasi merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajar sehingga mencapai standar minimal ketuntasan yang diterapkan. Sudrajat (2007) menyatakan bahwa untuk memahami konsep penyelenggaraan metode remediasi,
terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan yang diberlakukan berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22, 23 dan 24 tahun 2006 dan peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 6 tahun 2007 dengan menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik.
Ischak dan Warji (1982), remediasi adalah kegiatan perbaikan yang bertujuan untuk memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Remediasi adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk membetulkan kekeliruan yang dilakukan siswa (Kartono, 2007).
b. Tujuan Remediasi
Tujuan guru melaksanakan kegiatan remediasi adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Secara umum tujuan kegiatan remediasi adalah memperbaiki kesalahan siswa. secara khusus kegiatan remediasi bertujuan membantu siswa menuntaskan penguasaan kompetensi yang telah ditetapkan (Kartono, 2007).
c. Fungsi Remediasi
Pengajaran remediasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam keseluruhan proses belajar mengajar (Kartono, 2007). Ada enam fungsi pengajaran remediasi yaitu :
i. Fungsi Korektif
Fungsi korektif ini berarti bahwa melalui pengajaran remedial dapat diadakan pembetulan atau perbaikan terhadap sesuatu yang dipandang masih belum mencapai apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses belajar mengajar.
ii. Fungsi Pemahaman
Dengan pengajaran remedial memungkinkan guru, siswa, atau pihak-pihak lainnya akan dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik dan komprehensif mengenai pribadi siswa.
iii. Fungsi Penyesuaian
Pengajaran remedial dapat membentuk siswa untuk bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya (proses belajarnya). Artinya, siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuannya sehingga peluang untuk mencapai hasil yang lebih baik semakin besar. iv. Fungsi Pengayaan
Pengajaran remedial akan dapat memperkaya proses pembelajaran, sehingga materi yang tidak disampaikan dalam pengajaran regular, akan dapat diperoleh melalui pengajaran remedial.
v. Fungsi Akselerasi
Dengan pengajaran remedial akan dapat diperoleh hasil belajar yang lebih baik dengan menggunakan waktu yang efektif dan efisien.
vi. Fungsi Terapeutik
Bahwa secara langsung atau tidak, pengajaran remedial akan dapat membantu menyembuhkan atau memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian siswa yang diperkirakan menunjukkan adanya penyimpangan.
3. Jenis-jenis Kegiatan Remediasi
Dalam melakukan kegiatan remedial untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, guru dapat melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut (Kartono, 2007):
a. Melaksanakan pembelajaran kembali
Melalui bentuk kegiatan ini seorang guru dapat melaksanakan pembelajaran kembali materi yang belum dikuasai oleh siswa dengan berorientasi pada kesulitan yang dihadapi siswa tersebut. Bagi siswa yang kurang memahami konsep, sebaiknya guru memberikan banyak contoh dalam pembelajaran dan berorientasi pada kehidupan siswa serta banyak memberikan contoh penerapan sehari-hari. misalnya pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear.
b. Melakukan aktivitas fisik, misal Think Pair Share
Dalam matematika ada konsep-konsep yang mudah dipahami apabila dijelaskan atau diperagakan melalui aktifitas fisik seperti demonstrasi, praktek dan menggunakan media dalam pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat memahami dengan baik konsep tersebut. Kegiatan remediasi ini yaitu dengan melakukan praktek atau dengan metode Think Pair Share misalnya pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear.
c. Kegiatan kelompok
Diskusi kelompok dapat digunakan guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kegiatan kelompok dapat efektif dalam membantu siswa, jika di antara anggota kelompok ada siswa yang benar-benar menguasai materi dan mampu memberikan penjelasan pada siswa lainnya.
d. Tutorial
Kegiatan tutorial dapat dipilih sebagai kegiatan remediasi. Dalam kegiatan tutorial, seorang guru meminta bantuan kepada siswa yang lebih pandai untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Guru dapat menjadikan tutor siswa yang berasal dari kelas yang sama ataupun dari kelas yang lebih tinggi.
e. Menggunakan sumber belajar lain.
Penggunaan sumber belajar yang lain yang relevan dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran. Misalnya, guru meminta siswa untuk mengunjungi ahli atau praktisi yang berkaitan dengan materi yang dibahas. Selain itu, guru juga dapat meminta siswa membaca sumber lain dan bahkan kalau mungkin mendatangkan anggota masyarakat yang mempunyai keahlian sesuatu yang sesuai dengan materi yang dipelajari.
Dalam penelitian ini, dilakukan kegiatan remediasi dengan mengajar kembali (re-teaching) dengan menggunakan metode Think Pair Share. Metode ini juga dapat digunakan untuk
membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, karena dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain siswa lebih dapat memahami suatu materi khususnya pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear.
4. Metode Think Pair Share a. Pengertian
Think Pair Share adalah suatu metode pembelajaran kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Metode ini memperkenalkan ide “waktu berfikir atau waktu tunggu” yang menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan. Pembelajaran Kooperatif metode Think Pair Share ini relatif lebih sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mangatur tempat duduk ataupun mengelompokkan siswa. Pembelajaran ini melatih siswa untuk berani berpendapat dan menghargai pendapat teman.
Metode Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-rekannya dari Universitas Maryland. Think Pair Share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain Ibrahim (2007) dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Lie (2002) menyatakan bahwa, Think Pair Share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain.
b. Karateristik
Ibrahim (2000) Ciri utama pada metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran, yaitu :
i. Think (berpikir secara individual)
Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini, siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa sehingga melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan di akhir pembelajaran. Dalam menentukan batasan waktu untuk tahap ini, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jenis dan bentuk pertanyaan yang diberikan, serta jadwal pembelajaran untuk setiap kali pertemuan.
Kelebihan dari tahap ini adalah adanya “think time” atau waktu berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri.
ii. Pair (berpasangan dengan teman sebangku)
Langkah kedua adalah agar siswa berpasangan dengan teman sebangkunya sehingga dapat saling bertukar pikiran. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat menjadi setingkat lebih baik, karena siswa mendapat tambahan informasi dan metodologi pemecahan masalah yang lain.
Pada tahap ini, tidaklah diharuskan bahwa ada dua orang siswa untuk setiap pasangan. Langkah ini dapat berkembang dengan meminta pasangan lain untuk membentuk kelompok berempat dengan tujuan memperkaya pemikiran mereka sebelum berbagi dengan kelompok yang lebih besar (kelas).
iii. Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)
Dalam tahap ini, setiap pasangan berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas. langkah ini merupakan penyempurnaan langkah-langkah sebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini menolong agar semua kelompok berakhir pada titik yang sama. Kelompok yang belum menyelesaikan permasalahannya diharapkan menjadi lebih memahami pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga agar siswa benar-benar mengerti ketika guru memberikan koreksi maupun penguatan diakhir pembelajaran.
c. Tahap pembelajaran (sintaks) metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
Metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terdiri dari lima langkah, dalam tiga langkah utama sebagai ciri khas yaitu : think, pair dan share. Langkah-langkah pembelajaran dalam metode kooperatif tipe Think Pair Share dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut :
Tabel 2.3
Sintaks metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Tahap 1 pendahuluan
1. Guru menjelaskan aturan main dan batas waktu untuk setiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
2. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa
Tahap 2 Think
1. Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstrasi 2. Guru memberikan Lembar Kerja Siswa
(LKS) kepada seluruh siswa
3. Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu
Tahap 3 Pair
1. Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya
mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan
Tahp 4 Share
1. Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada seluruh siswa dikelas dengan dipandu oleh guru.
Tahap 5 Penghargaan
1. Siswa dinilai secara individu dan kelompok
Penjelasan dari setiap langkah adalah sebagai berikut : i. Tahap pendahuluan
Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran. Pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan.
ii. Tahap think (berpikir secara individual)
Proses think pair share dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu (think time) oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan. Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.
iii. Tahap pair (berpasangan dengan teman sebangku)
Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak pindah mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman sebangkunya. Kemudian, siswa mulai bekerja dengan pasangannya untuk mendiskusikan mengenai jawaban atas permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersama.
iv. Tahap share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)
Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban secara perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok. Setiap anggota dari kelompok dapat memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka.
v. Tahap penghargaan
Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair dan share, terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan terhadap seluruh kelas.
d. Kelebihan dan Kelemahan
Kelebihan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah :
i. Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
ii. Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas. iii. Dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan
menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil iv. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran
(teacher oriented), tetapi justru siswa dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru (student oriented).
Kelemahan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah :
i. Metode pembelajaran Think Pair Share belum banyak diterapkan di sekolah
ii. Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal
iii. Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak dan mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.
5. Langkah Pemecahan Masalah Matematika
Sumardiyono (Supinah, 2010) mengungkapkan bahwa pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 mengemukakan, bahwa pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian.
Menurut Polya (Nuralam, 2009), pemecahan masalah merupakan suatu usaha untuk menemukan jalan keluar dari suatu kesulitan dan mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai dengan segera. Langkah-langkah dalam pemecahan masalahnya yakni memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah, dan melakukan pengecekan kembali semua langkah yang telah dikerjakan. Pada fase memahami masalah siswa tidak mungkin menyelesaikan masalah dengan benar tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, selanjutnya siswa harus mampu menyusun rencana atau strategi. Penyelesaian masalah dalam fase ini sangat tergantung pada pengalaman siswa yang kreatif dalam menyusun penyelesaian suatu masalah. Langkah selanjutnya adalah siswa mampu menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana yang telah disusun dan dianggap tepat. Langkah terakhir dari proses penyelesaian masalah adalah melakukan pengecekan atas apa yang dilakukan, mulai dari fase
pertama hingga hingga fase ketiga. Kesalahan yang tidak perlu terjadi dapat dikoreksi kembali dengan model seperti ini, sehingga siswa dapat menemukan jawaban yang benar-benar sesuai dengan masalah yang diberikan.
Secara garis besar langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya
Penelitian ini menggunakan pendapat yang dikemukakan oleh Polya (Nuralam, 2009), secara garis besar indikator kemampuan pemecahan masalah adalah sebagai berikut :
Memahami Masalah (Understanding)
Merencanakan Penyelesaian (Planning)
Menyelesaikan Masalah (Solving)
Tabel 2.4
Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Polya Berdasarkan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah No Langkah Pemecahan
Masalah
Indikator
1 Memahami soal (Understanding)
Siswa harus memahami kondisi soal atau masalah yang ada pada soal sistem persamaan dan pertidaksamaan linear tersebut, seperti :
a. Data atau informasi apa yang dapat diketahui dari soal?
b. Apa inti permasalahan dari soal yang memerlukan pemecahan?
c. Adakah dalam soal itu rumus-rumus, gambar, grafik, tabel atau tanda-tanda khusus?
d. Adakah syarat-syarat penting yang perlu diperhatikan dalam soal?
2 Merencanakan penyelesaian (Planning)
a. Siswa harus dapat memikirkan langkah-langkah apa saja yang penting dan saling menunjang untuk dapat memecahkan masalah soal sistem persamaan dan pertidaksamaan linear
b. Siswa harus mencari konsep-konsep atau teori-teori yang saling menunjang dan mencari rumus-rumus yang diperlukan dalam soal sistem persamaan dan pertidaksamaan linear
3 Menyelesaikan Masalah (Solving)
a. Siswa telah siap melakukan perhitungan dengan segala macam data yang diperlukan termasuk konsep dan rumus atau persamaan yang sesuai
b. Siswa harus dapat membentuk sistematika soal yang lebih baku
c. Siswa mulai memasukkan data-data hingga menjurus ke rencana pemecahannya
d. Siswa melaksanakan langkah-langkah rencana
4 Melakukan
Pengecekan Kembali (Checking)
Siswa harus berusaha mengecek ulang dan menelaah kembali dengan teliti setiap langkah pemecahan yang dilakukannya
6. Belajar Tuntas
Belajar tuntas berdasarkan bebrapa ahli pendidikan, sebagaimana dikemukakan oleh Nasution (2000) bahwa belajar tuntas artinya penguasaan penuh. Penguasaan penuh ini dapat dicapai apabila siswa mampu menguasai materi tertentu secara menyeluruh yang dibuktikan dengan hasil belajar yang baik pada materi tersebut.
Belajar tuntas merupakan pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas, dengan asumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal terhadap seluruh bahan yang dipelajari (Ramayulis, 2005).
Basuki (2012) belajar tuntas (mastery Learning) merupakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan sistematis dan terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan pembelajaran pada siswa kelompok besar (pengajaran klasikal), membantu mengatasi perbedaan-perbedaan yang terdapat pada siswa, dan berguna untuk menciptakan kecepatan belajar (rate of program). Belajar tuntas diharapkan mampu mengatasi kelemahan-kelemahan yang melekat pada pembelajaran klasikal.
Benyamin S Bloom (dalam Yamin, 2008) menyebutkan tiga strategi dalam belajar tuntas yaitu mengidentifikasi prakondisi, mengembangkan prosedur operasional dan hasil belajar, dan mengimplementasikan dalam pembelajaran klasikal dengan memberi bumbu untuk menyesuaikan dengan kemampuan individual yang meliputi : 1) corrective technique, pengajaran remedial yang dilakukan dengan memberikan pengajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai oleh siswa, dengan prosedur dan metode yang berbeda dari sebelumnya; 2) memberikan tambahan waktu kepada siswa yang membutuhkan (belum menguasai bahan secara tuntas).
B. Tinjauan Materi
1. Materi Sistem Persamaan dan Pertidaksamaan Linear
SK : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel KD : 1. Menyelesaikan sistem persamaan linear dan
sistem persamaan campuran linear dan kuadrat dalam dua variabel
2. Merancang model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear
3. Menyelesaikan pertidaksamaan satu variabel yang melibatkan bentuk pecahan aljabar
4. Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan pertidaksamaan satu variabel dan penafsirannya
Indikator : 1. Menentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linear
2. Menentukan penyelesaian model matematika dari masalah yang berhubungan dengan sistem persamaan linear
3. Menyelesaikan pertidaksamaan linear satu variabel dan Menentukan Daerah Penyelesaian pertidaksamaan linear satu variabel dengan menggunakan grafik
4. Menentukan penyelesaian model matematika dari masalah yang berkaitan dengan pertidaksamaan satu variabel.
2. Peta konsep
Gambar 2.2 Peta Konsep
Persamaan dan Pertidaksamaan
Persamaan Pertidaksamaan Linear Kuadrat Mencari Himpunan Penyelesaian Menyusun Persamaan dari Akar-akar Dua Variabel Satu Variabel SPL Mencari Himpunan Penyelesai an Mencari Himpunan Penyelesaian dengan Menggunakan Garis Bilangan Mencari Himpunan Penyelesai an Kuadrat Linear
C. Kerangka Berpikir
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir
Tes kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal tentang sistem persamaan dan pertidaksamaan linear
Banyak Kesalahan
Kesalahan siswa dapat diperbaiki dengan cara remediasi dengan menggunakan metode Think Pair share
Reduksi Data Penyajian Data Kesalahan Interpretasi Bahasa Tipe-tipe kesalahan yang dilakukan siswa
Think Pair Share akan menunjukkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta
saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan. Kesimpulan Data
Pembelajaran Remediasi dengan menggunakan metode Think Pair Share
Kesalahan Teknis Kesalahan Konsep
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah remediasi menggunakan metode Think Pair Share dapat memperbaiki kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal sistem persamaan dan pertidaksamaan linear kelas X SMK Negeri 1 Salatiga tahun ajaran 2012/2013.