• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Profil dan Sejarah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Profil dan Sejarah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI)"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

39

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

4.1.1 Profil dan Sejarah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI)

Penyebaran penduduk di Indonesia tidak merata di setiap provinsi, hal ini menyebabkan adanya perbedaan suku, bahasa, agama, ras, adat istiadat, dan norma-norma yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Maka oleh sebab itu diperlukan adanya suatu landasan yang mencakup semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Saat ini bangsa Indonesia dilanda persoalan yang belum mendapatkan jalan keluarnya, seperti persoalan moralitas, nasionalisme, kenakalan remaja dan lain sebagainya. Maka dari itu penanaman empat pilar kebangsaan itu menjadi jalan keluarnya.

Bentangan geografis Indonesia yang sangat panjang memiliki perbedaan waktu, keragaman suku dan agama. Selain menjadi potensi sangat luar biasa demi kemajuan bangsa ini, tetapi juga harus dilihat menjadi potensi negatif secara geografis dan ekonomis, karena bisa kapan saja di intervensi kekuatan asing. Oleh karena itu, pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR) mencanangkan menanamkan empat pilar kebangsaan, agar negeri ini tidak seperti beberapa Negara yang terpecah belah setelah sekian lama menyatu.

Sosialisasi Empat pilar menjamin terwujudnya kebersamaan dalam hidup bernegara. Rakyat akan merasa aman terlindungi sehingga merasa tenteram dan bahagia. Empat pilar tersebut juga fondasi dasar dimana dapat dipahami bersama

(2)

kokohnya suatu bangunan sangat bergantung dari fondasi yang melandasinya. Dasar atau fondasi bersifat tetap, statis sedangkan pilar bersifat dinamis. Salah satu tugas dari MPR adalah Sosialisasi Empat Pilar bernegara yang diamanatkan dalam UU No. 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD Pasal 15 ayat (1) huruf E, yakni mengkoordinasikan anggota MPR untuk memasyarakatkan Undang-Undang Dasar.42

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) lahir seiring dengan berdirinya Negara Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Istilah Majelis Permusyawaratan Rakyat muncul pertama kalinya pada saat Sidang Kedua Badan Penyidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tanggal 11 Juli 1945 yang di pimpin oleh DR. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat dengan acara Persiapan Penyusunan Rancangan Undang-Undang Dasar Penyebutan MPR, merupakan usulan dari anggota BPUPKI Muhammad Yamin, yang dalam pembicaraannya menjelaskan mengenai usul konsep Undang-Undang Dasar yang telah diajukan tertulis pada tanggal 29 Mei 1945.

Pada Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945, selain mengesahkan Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945 yang di pimpin oleh Ir. Soekarno, pada siding tersebut MPR juga disetujui sebagai suatu badan Negara yang memegang kedaulatan rakyat, yang tidak terbatas kekuasaannya. MPR pertama kali di bentuk tahun 29 Agustus 1945 dimana saat itu lembaga yang menjalankan fungsi MPR telah memberikan

42

Sumber : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2009 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(3)

sumbangan yang besar bagi pembangunan bangsa dan Negara sebagai sebuah Lembaga Tertinggi Negara, sebagai pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat.

Bergulirnya reformasi yang menghasilkan reformasi konstitusi telah mendorong para pengambil keputusan untuk tidak menempatkan MPR dalam posisi sebagai lembaga tertinggi. Sebagai reformasi, MPR menjadi Lembaga Negara yang sejajar kedudukannya dengan lembaga-lembaga Negara lainnya, bukan lagi penjelmaan seluruh rakyat Indonesia yang melaksanakan kedaulatan rakyat. Perubahan Undang-Undang Dasar telah mendorong kewenangan MPR yang dianggap tidak selaras dengan pelaksanaan prinsip demokrasi dan kedaulatan rakyat sehingga system ketatanegaraan dapat berjalan optimal.

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia atau cukup disebut Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) adalah lembaga legislatif bikameral yang merupakan salah satu lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.Sebelum Reformasi, MPR merupakan lembaga tertinggi negara. MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota negara.

 Sejak 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia memulai sejarahnya sebagai sebuah bangsa yang masih muda dalam menyusun pemerintahan, politik, dan administrasi negaranya. Landasan berpijaknya adalah ideologi Pancasila yang diciptakan oleh bangsa Indonesia sendiri beberapa minggu sebelumnya dari penggalian serta perkembangan budaya masyarakat Indonesia dan sebuah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

(4)

Tahun 1945 pra Amandemen yang baru ditetapkan keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (pra Amandemen) tersebut mengatur berbagai macam lembaga negara dari Lembaga Tertinggi Negara hingga Lembaga Tinggi Negara. Konsepsi penyelenggaraan negara yang demokratis oleh lembaga-lembaga negara tersebut sebagai perwujudan dari sila keempat yang mengedepankan prinsip demokrasi perwakilan dituangkan secara utuh didalamnya. Kehendak untuk mengejawantahkan aspirasi rakyat dalam sistem perwakilan, untuk pertama kalinya dilontarkan oleh Bung Karno, pada pidatonya tanggal 01 Juni 1945. Muhammad Yamin juga mengemukakan perlunya prinsip kerakyatan dalam konsepsi penyelenggaraan negara. Begitu pula dengan Soepomo yang mengutarakan idenya akan Indonesia merdeka dengan prinsip musyawarah dengan istilah Badan Permusyawaratan. Ide ini didasari oleh prinsip kekeluargaan, dimana setiap anggota keluarga dapat memberikan pendapatnya.

 Dalam rapat Panitia Perancang Undang-Undang Dasar, Soepomo menyampaikan bahwa ‘’Badan Permusyawaratan’’ berubah menjadi ‘’Majelis Permusyawaratan Rakyat’’ dengan anggapan bahwa majelis ini merupakan penjelmaan seluruh rakyat Indonesia, yang mana anggotanya terdiri atas seluruh wakil rakyat, seluruh wakil daerah, dan seluruh wakil golongan. Konsepsi Majelis Permusyawaratan Rakyat inilah yang

(5)

akhirnya ditetapkan dalam Sidang PPKI pada acara pengesahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (pra Amandemen).

Masa Orde Lama (1945-1965)

 Pada awal masa Orde Lama, MPR belum dapat dibentuk secara utuh karena gentingnya situasi saat itu. Hal ini telah diantispasi oleh para pendiri bangsa dengan Pasal IV Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (pra Amandemen) menyebutkan, Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah Komite Nasional.

 Sejak diterbitkannya Maklumat Wakil Presiden Nomor X, terjadi perubahan-perubahan yang mendasar atas kedudukan, tugas, dan wewenang KNIP. Sejak saat itu mulailah lembaran baru dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, yakni KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara. Dengan demikian, pada awal berlakunya Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (pra Amandemen) dimulailah lembaran pertama sejarah MPR, yaitu terbentuknya KNIP sebagai embrio MPR.

 Pada masa berlakunya Konstitusi Republik Indonesia Serikat (1949-1950) dan Undang-Undang Dasar Sementara (1950-1959), lembaga MPR tidak dikenal dalam konfigurasi ketatanegaraan Republik Indonesia. Pada

(6)

tanggal 15 Desember 1955 diselenggarakan pemilihan umum untuk memilih anggota Konstituante yang diserahi tugas membuat Undang-Undang Dasar.

 Namun, Konstituante yang semula diharapkan dapat menetapkan Undang-Undang Dasar ternyata menemui jalan buntu. Di tengah perdebatan yang tak berujung pangkal, pada tanggal 22 April 1959 Pemerintah menganjurkan untuk kembali ke UUD 1945, tetapi anjuran ini pun tidak mencapai kesepakatan di antara anggota Konstituante.

 Dalam suasana yang tidak menguntungkan itu, tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang berisikan :

1. Pembubaran Konstituante,

2. Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUD Sementara 1950,

3. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS).

 Untuk melaksanakan Pembentukan MPRS sebagaimana diperintahkan oleh Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Presiden mengeluarkan Penetapan Presiden Nomor 2 Tahun 1959 yang mengatur Pembentukan MPRS sebagai berikut :

1. MPRS terdiri atas Anggota DPR Gotong Royong ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan.

2. Jumlah Anggota MPR ditetapkan oleh Presiden.

3. Yang dimaksud dengan daerah dan golongan-golongan ialah Daerah Swatantra Tingkat I dan Golongan Karya.

(7)

4. Anggota tambahan MPRS diangkat oleh Presiden dan mengangkat sumpah menurut agamanya di hadapan Presiden atau Ketua MPRS yang dikuasakan oleh Presiden.

5. MPRS mempunyai seorang Ketua dan beberapa Wakil Ketua yang diangkat oleh Presiden.

 Jumlah anggota MPRS pada waktu dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 199 Tahun 1960 berjumlah 616 orang yang terdiri dari 257 Anggota DPR-GR, 241 Utusan Golongan Karya, dan 118 Utusan Daerah.

 Pada tanggal 30 September 1965 terjadi peristiwa pemberontakan G-30-S/PKI. Sebagai akibat logis dari peristiwa pengkhianatan G-30-S/PKI, mutlak diperlukan adanya koreksi total atas seluruh kebijaksanaan yang telah diambil sebelumnya dalam kehidupan kenegaraan. MPRS yang pembentukannya didasarkan pada Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan selanjutnya diatur dengan Penetapan Presiden Nomor 2 Tahun 1959, setelah terjadi pemberontakan G-30-S/PKI, Penetapan Presiden tersebut dipandang tidak memadai lagi.

 Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka diadakan langkah pemurnian keanggotaan MPRS dari unsur PKI, dan ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1966 bahwa sebelum terbentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dipilih oleh rakyat, maka MPRS menjalankan tugas dan wewenangnya sesuai dengan UUD 1945 sampai MPR hasil Pemilihan Umum terbentuk.

(8)

 Rakyat yang merasa telah dikhianati oleh peristiwa pemberontakan G-30-S/PKI mengharapkan kejelasan pertangungjawaban Presiden Soekarno mengenai pemberontakan G-30-S/PKI berikut epilognya serta kemunduran ekonomi dan akhlak. Tetapi, pidato pertanggungjawaban Presiden Soerkarno yang diberi judul ”Nawaksara” ternyata tidak memuaskan MPRS sebagai pemberi mandat. Ketidakpuasan MPRS diwujudkan dalam Keputusan MPRS Nomor 5 Tahun 1966 yang meminta Presiden Soekarno melengkapi pidato pertanggungjawabannya.

 Walaupun kemudian Presiden Soekarno memenuhi permintaan MPRS dalam suratnya tertangal 10 januari 1967 yang diberi nama “Pelengkap Nawaksara”, tetapi ternyata tidak juga memenuhi harapan rakyat. Setalah membahas surat Presiden tersebut, Pimpinan MPRS berkesimpulan bahwa Presiden Soekarno telah alpa dalam memenuhi kewajiban Konstitusional. Sementara itu DPR-GR dalam Resolusi dan Memorandumnya tertanggal 9 Februari 1967 dalam menilai “Nawaksara” beserta pelengkapnya berpendapat bahwa “Kepemimpinan Presiden Soekarno secara konstitusional, politis/ideologis membahayakan keselamatan bangsa, negara, dan Pancasila”.

 Dalam kaitan itu, MPRS mengadakan Sidang Istimewa untuk memberhentikan Presiden Soekarno dari jabatan Presiden/Mandataris MPRS dan memilih/mengangkat Letnan Jenderal Soeharto sebagai Pejabat Presiden/Mandataris sesuai Pasal 3 Ketetapan MPRS Nomor IX/MPRS/1966, serta memerintahkan Badan Kehakiman yang berwenang

(9)

untuk mengadakan pengamatan, pemeriksaan, dan penuntutan secara hukum.

Masa Reformasi (1999-sekarang)

 Bergulirnya reformasi yang menghasilkan perubahan konstitusi telah mendorong para pengambil keputusan untuk tidak menempatkan MPR dalam posisi sebagai lembaga tertinggi. Setelah reformasi, MPR menjadi lembaga negara yang sejajar kedudukannya dengan lembaga-lembaga negara lainnya, bukan lagi penjelmaan seluruh rakyat Indonesia yang melaksanakan kedaulatan rakyat. Perubahan Undang-Undang Dasar telah mendorong penataan ulang posisi lembaga-lembaga negara terutama mengubah kedudukan, fungsi dan kewenangan MPR yang dianggap tidak selaras dengan pelaksanaan prinsip demokrasi dan kedaulatan rakyat sehingga sistem ketatanegaraan dapat berjalan optimal.

 Pasal 1 ayat (2) yang semula berbunyi: “Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.” , setelah perubahan Undang-Undang Dasar diubah menjadi “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.” Dengan demikian pelaksanaan kedaulatan rakyat tidak lagi dijalankan sepenuhnya oleh sebuah lembaga negara, yaitu MPR, tetapi melalui cara-cara dan oleh berbagai lembaga negara yang ditentukan oleh UUD 1945.

Tugas, dan wewenang MPR secara konstitusional diatur dalam Pasal 3 UUD 1945, yang sebelum maupun setelah perubahan salah satunya

(10)

mempunyai tugas mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar sebagai hukum dasar negara yang mengatur hal-hal penting dan mendasar. Oleh karena itu dalam perkembangan sejarahnya MPR dan konstitusi yaitu Undang-Undang Dasar mempunyai keterkaitan yang erat seiring dengan perkembangan ketatanegaraan Indonesia.43

4.1.2 Struktur Organisasi

43

(11)

4.1.3 Visi dan Misi 4.1.3.1 Visi MPR RI

“Profesional, Modern dan Akuntabel melayani MPR 2014”

4.1.3.2 Misi MPR RI

1. Melakukan tata kelola Pemerintahan yang baik dan bersih.

2. Melakukan Penataan Managemen Sumber daya manusia Aparatul. 3. Melakukan Penataan Sarana dan Prasarana Aparatur MPR

4. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kepada MPR dan Alat kelengkapannya.

4.1.4 Tugas dan Wewenang MPR

Berdasarkan ketentuan UUD NRI Tahun 1945, tugas dan wewenang MPR adalah :

1. Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar

2. Melantik Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan hasil pemilihan umum dalam Sidang Paripurna Majelis

3. Memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan dalam Sidang Paripurna Majelis

4. Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mengangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatan

(12)

5. Memilih dan melantik Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatan selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari

6. Memilih dan melantik Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa jabatannya, dari dua paket calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang paket calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya sampai habis masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu tiga puluh hari.

Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 dan Peraturan Tatat Tertib MPR, selain tugas dan wewenang tersebut diatas, MPR mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:

1. Menetapkan Peraturan Tata Tertib Majelis dan Kode Etik Anggota Majelis 2. Memilih dan Menetapkan Pimpinan Majelis

3. Membentuk alat kelengkapan Majelis.

4.1.5 Tujuan Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Tugas Pokok dan fungsi dalam memberikan pelayanan teknis dana administrasi kepada MPR, diantaranya ialah :

1. Pelayanan kegiatan persidangan, pembuatan risalah dan teknis yuridis penyusunan rancangan putusan MPR dan DPR.

(13)

3. Menjalankan Pemberitaan dan Hubungan Antar Lembaga, Keprotokolan, Penerbitan dan Pengolahan data sistem informasi, serta pelayanan perpustakaan dan informasi.

4. Penyelenggaraan perencanaan,Organisasi dan Evaluasi, Administrasi Keanggotaan dan Kepegawaian, Ketatausahaan serta Pelayanan.

5. Pelayanan kegiatan perlengkapan dan inventaris, pemeliharaan, Akomodasi angkutan serta pengaman.

6. Penyelenggaraan administrasi gaji dan tunjangan anggota dan pegawai, perbendaharaan dan perjalanan dinas, serta pembukuan dan verifikasi. 7. Pelayanan kegiatan pengkajian.44

4.1.6 Biro Hubungan Masyarakat MPR RI

Biro Hubungan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan penyebarluasan informasi dan pelayanan informasi publik, penyusunan kegiatan hubungan antarlembaga, pengembangan sarana jaringan, pengolahan data internal dan eksternal, penyajian informasi MPR dan pelayanan perpustakaan serta tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh Sekretaris Jenderal MPR. Dalam menjalankan tugasnya Biro Hubungan Masyarakat melaksanakan fungsi sebagai berikut:

1. Penyebarluasan informasi dan pelayanan informasi publik, penyusunan kegiatan hubungan antarlembaga dan delegasi masyarakat, pelayanan informasi kepada masyarakat tentang fungsi, tugas dan kedudukan lembaga MPR;

44

(14)

2. Perencanaan kebutuhan pengembangan dan sarana jaringan, pengolahan data internal dan eksternal, menyajikan informasi secara elektronik terkait MPR dan Sekretariat Jenderal MPR;

3. Pendokumentasian media visual kegiatan MPR dan Sekretariat Jenderal MPR;

4. Perencanaan dan pemeliharaan bahan pustaka serta pelayanan perpustakaan; dan

5. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh Kepala Biro Hubungan Masyarakat.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Biro Hubungan Masyarakat didukung oleh unit kerja setingkat Eselon III. Unit kerja Biro Sekretariat Pimpinan terdiri atas:

1. Bagian Pemberitaan, Hubungan Antarlembaga, dan Layanan Informasi;

2. Bagian Pengolahan Data dan Sistem Informasi;

3. Bagian Media Visual; dan

4. Bagian Perpustakaan.

4.1.7 Sosialisasi Empat Pilar MPR RI

Sosialisasi empat pilar kebangsaan Indonesia (Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika) merupakan upaya agar rakyat Indonesia memahami nilai-nilai dan jati diri bangsa

(15)

sehingga dapat memperkuat kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam pelaksanaannya, sosialisasi dilakukan dengan metode dan memanfaatkan berbagai media. Salah satu metode yang digunakan adalah metode berbasis workshop. Sasaran peserta sosialisasi cukup luas, meliputi penyelenggara negara hingga pelajar. Pemilihan pelajar sebagai peserta sosialisasi dirasa cukup mendasar, karena pelajar sebagai Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal MPR RI Tahun 2015 32 calon pemimpin bangsa hendaknya perlu memahami dasar-dasar negara Republik Indonesia.

Empat Pilar MPR RI adalah Program sosialisasi yang diadakan oleh Humas MPR yang sudah ada sejak tahun 2006. Empat pilar MPR RI tersebut terdiri dari Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Untuk melaksanakan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, humas MPR mempunyai berbagai bentuk penyampaian kepada masyarakat, diantaranya seperti Seminar Nasional, Focus Group Discussion (FGD), Training of Trainers (TOT) yang berati melatih para pelatih, Lomba Cerdas Cermat (LCC) dan juga melalui pagelaran seni dan budaya berupa Pewayangan.

Kegiatan sosialisasi yang dilakukan dalam penelitian ini berupa Sosialisasi Empat Pilar MPR RI pada tahun 2015. Sosialisai empat pilar sudah ada sejak 2006. Untuk melaksanakan kegiatan Sosialisasi empat pilar ini, MPR membuat metodologi yaitu cara penyampaiannya kepada masyarakat, seperti Seminar Nasional, Focus Group Discussion (FGD), Training of Trainers (TOT) yang berarti melatih untuk para pelatih, Lomba Cerdas Cermat dan juga melalui pagelaran seni dan budaya berupa Pewayangan.

(16)

Dahulu sosialisasi ini dinamakan “sosialisasi UUD 1945” dan masih berlangsung sampai saat ini. Nama Empat Pilar sendiri merupakan gabungan dari : UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, Pancasila, memngingat akan pentingnya meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pemaparan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara akan dasar identitas Negara kita serta mengembalikan rasa nasionalisme yang sudah mulai memudar disebagian Negara Indonesia yang mengakibatkan masyarakat saat ini menjadi anarkis, terjadinya perpecahan antar suku dan budaya seperti fakta yang dilihat dari pemberitaan di televisi, hal-hal seperti itu yang membuat dasar program sosialisasi empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara karena sangat penting untuk dikomunikasikan secara berkesinambungan dengan target khalayak yaitu seluruh masyarakat di seluruh Indonesia dari berbagai segmentasi, dengan tujuan untuk mempertahankan kehidupan berbangsa dan bernegara yang berpedoman pada nilai-nilai dalam pancasila dalam hidup bermsyarakat.

Peneliti bermaksud ingin meneliti bagaimana strategi yang dilakukan humas MPR terhadap sosilalisasi ini, sehingga program sosialisasi empat pilar ini tetap ada sampai tahun 2015. Melihat dari setiap evaluasi yang dilakukan oleh Tim sosialisasi empat pilar disetiap tahunnya yang mendapatkan kelemahan dan kekurangan, sehingga perlu disempurnakan agar sesuai dengan maksud dan tujuan program yang dikelola oleh MPR itu sendiri.

4.2 Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan dan menginterpretasikan

(17)

data yang diperoleh dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh narasumber utama dan para narasumber lainnya untuk mengetahui sejauh mana “Proses Perencanaan Strategi Komunikasi Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) dalam Mensosialisasikan Empat Pilar MPR RI Tahun 2015”.

Hasil penelitian diperoleh berdasarkan wawancara mendalam (indepth

interview) dengan narasumber yaitu Kepala Biro Humas, selain itu juga data-data

dari pihak yang membantu Sosialisasi Empat Pilar MPR RI diantaranya Kepala Subbagian Pemberitaan, Wakil Ketua MPR, Wartawan, serta masyarakat umum yang telah mengikuti Sosialisasi Empat Pilar MPR RI.

Pemilihan narasumber tersebut merupakan orang-orang yang berkaitan langsung dengan program Sosialisasi Empat Pilar serta mempunyai peranan penting dan berkompeten dengan topik penelitian. Adapun hasil yang dipaparkan ialah mengenai Strategi Humas Majelis Permusyawaratan Rakyat dalam Mensosialisasikan Empat Pilar MPR RI.

4.2.1 Proses Perencanaan Strategi Komunikasi Majelis Permusyawaratan Rakyat

Strategi humas adalah rencana jangka panjang untuk menyusun berbagai teknis dan langkah komunikasi yang akan diambil dalam kegiatan kehumasan. Untuk dapat bertindak secara strategis, maka kegiatan humas harus menyatu dengan visi dan misi organisasi atau perusahaan tersebut.

Majelis permusyawarata rakyat merupakan lembaga Negara yang memiliki peran yang spesifik, yang merupakan percampuran representasi baik secara politik (melalui pengisian keanggotaannya yang berasal dari anggota Dewan Perwakilan

(18)

Rakyat), maupun secara kedaerahan (melalui pengisian keanggotaannya yang berasal dari Dewan Perwakilan Daerah).

I. Ulasan Visi dan Misi

Langkah pertama ini meliputi kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau instansi pemerintah yang harus memiliki visi dan misi dari kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Sehingga dapat terciptanya hasil yang maksimal.

Dalam menentukan rumusan masalah/riset tersebut terhadap Apa Sosialisasi Empat Pilar itu, Bapak Ma’ruf Cahyono selaku Kepala Biro Humas MPR memberikan penjelasan:

“Sosialisasi Empat Pilar merupakan tugas dari MPR yang diamanatkan oleh undang nomor 17 tahun 2014, yang telah di ubah dengan Undang-undang nomor 42 tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD, jadi diamanatkan kepada MPR untuk memasyarakatkan ketetapan MPR, Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, kemudian oleh MPR di beri nama “Empat Pilar” dan dengan diharapkan dengan tugas itu nilai-nilai MPR bisa diketahui, bisa dipahami, dan tentu bisa dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat.”45

Selain itu juga Sosialisasi Empat Pilar menurut pandangan Mas Eco selaku Wartawan Eksternal MPR, beliau menjawab:

“menurut saya Sosalisasi empat pilar itu penting, karena didalamnya menjelaskan dasar-dasar Negara dan menjelaskan bagaiamana falsafah hidup bernegara yang baik, itu bisa memupuk rasa nasionalisme warga Negara Indonesia yang selama ini mulai luntur, oleh karena itu empat pilar itu penting untuk membentengi Negara kita dari ajaran-ajaran atau ideology-ideologi yang bisa memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.”46

45

Wawancara Narasumber Bapak Ma’ruf Cahyono (Kepala Biro Humas MPR RI)

46

(19)

Selain itu Bapak Ma’ruf Cahyono juga menjelaskan visi dan misi yang dilakukan oleh humas MPR dalam Mensosialisasikan Empat Pilar yaitu sebagai berikut:

“Fungsi utama humas yaitu bagaimana unit humas itu bisa mempublikasikan seluruh kegiatan MPR yang cukup luas, tidak hanya kegiatan yang dilakukan oleh MPR secara kelembagaan, tetapi juga dilakukan oleh pimpinan MPR, badan-badan MPR, dan juga fraksi-fraksi. Untuk mendukung publikasi dari MPR secara kelembagaan, maupun yang dilakukan oleh badan pengkajian, badan penganggaran, badan sosialisasi, dan juga ada kegiatan fraksi-fraksi, termasuk juga publikasi kegiatan anggota MPR perindividu seperti sosialisasi dapil yang dilakukan, oleh karena itu tugas kehumasan MPR sangat luas untuk mempublikasikan kegiatan-kegiatan tersebut, termasuk juga kegiatan Sekretariat Jendral MPR yang mempunyai kegiatan-kegiatan yang harus disampaikan kepada publik dalam rangka agar masyarakat tau dan faham, tentu dengan adanya manfaat dari itu semua agar respon masyarakat terhadap kelembagaan MPR juga menjadi baik dan pada akhirnya ada kepercayaan dari masyarakat.”47

Disisi lain, Wakil Ketua MPR RI menjelaskan tentang visi dan misi diadakannya Sosialisasi Empat Pilar, Bapak Mahyudin menjawab:

“Visi misinya adalah pertama kita ingin visinya semua rakyat Indonesia itu paham dan memahami empat pilar yang dimana pancasila sebagai dasar dan ideology Negara, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 sebagai konstitusi Negara, NKRI sebagai bentuk Negara dan Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan Negara, misinya adalah kita melakukan sosialisasi lebih intensif, massif, terstruktur sampai ke tingkat paling bawah, kemudian membangun rasa nasionalisme daripada rakyat Indonesia untuk mencintai tanah airnya, kemudian memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa NKRI itu merupakan harga mati untuk bangsa kita.”48

Mengenai pertanyaan tentang Sosialisasi Empat Pilar itu apa, Mas Ervan selaku masyarakat yang pernah mengikuti kegiatan Sosialisasi Empat Pilar memberikan pendapat mengenai informasi yang diberikan oleh MPR tentang Sosialisasi tersebut, beliau menjawab:

47

Wawancara Narasumber Bapak Ma’ruf Cahyono (Kepala Biro Humas MPR RI)

48

(20)

“Sosialisasi Empat Pilar itu kan terdiri dari Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, jadi seputar masalah kebangsaan itulah yang sekarang makin menurun rasa kebangsaannya, jadi dengan adanya informasi yang diberikan, masyarakat bisa tau tentang fungsi dari Empat Pilar.”49

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh narasumber dapat diberikan kesimpulan bahwa visi dan misi diadakannya Sosialisasi Empat Pilar MPR RI untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat akan Dasar-Dasar Negara Republik Indonesia yang selama ini sudah mulai hilang. Dengan diadakannya sosialisasi ini maka rakyat Indonesia memahami nilai-nilai dan jati diri bangsa sehingga dapat memperkuat kehidupan berbangsa dan bernegara.

II. Analisis Situasi

Langkah kedua ini dilakukan dalam menentukan bagaimana peran humas dan kewenangannya dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar serta seberapa sering humas melakukan kegiatan Sosialisasi Empat Pilar.

Mengenai pernyataan tersebut tentang peran dan kewenangan humas dalam kegiatan sosialisasi, Bapak Ma’ruf Cahyono menjawab:

“Peran humas sangat penting, karena tidak ada suatu kegiatan yang memiliki dampak yang luas ke masyarakat kalo humasnya tidak ikut mengambil peran, oleh karena itu suatu kegiatan akan bernilai publikasi kepada masyarakat apabila peran humas ada di dalamnya, oleh karena itu saya katakan peran humas itu sangat penting.”50

Selain itu, pertanyaan mengenai seberapa sering humas melakukan kegiatan Sosialisasi Empat Pilar, Bapak Ma’ruf cahyono menjawab :

“Kegiatan sosialisasi setiap tahunnya banyak dan terprogram, humas MPR pasti megikuti, setiap ada kegiatan pasti humas MPR dilibatkan untuk mempublikasikan, jadi artinya intensitasnya sangat banyak, bahkan lebih dari

49

Wawancara Narasumber Mas Ervan (Masyarakat yang mengikuti Sosialisasi Empat Pilar)

50

(21)

kegiatan yang sedang dilakukan, satu kali kegiatan bisa kita lihat dari sudut pandang kehumasan yang berbeda-beda untuk mempublikasikannya cukup banyak.” 51

Dengan adanya pernyataan yang disebutkan oleh Bapak Ma’ruf mengenai publikasi itu sangat penting, unit Humas Pemberitaan yang merupakan unit di bawah naungan Biro Humas yang memiliki fungsi dalam bertanggung jawab untuk mengurus pempublikasian kegiatan yang dilakukan oleh MPR, salah satunya adalah kegiatan Sosialisasi Empat Pilar.

Mengenai pernyataan tersebut, Kepala Subbagian Pemberitaan Ibu Rharas Esthining Palupi memberikan penjelasan mengenai kegiatan yang dilakukan oleh unitnya dalam Kegiatan Sosialisasi, beliau menjawab:

“Di pemberitaan dalam rangka Sosialisasi Empat Pilar ada banyak kegiatannya salah satunya adalah meliput kegiatan pimpinan baik di dalam kota maupun di luar kota terkait kegiatan sosialisasi empat pilar meliputi secara globalnya seminar, FGD, TOT, ada diskusi kebangsaan, di humas itu dukungannya adalah satu kami meliput kegiatan MPR itu baik luar kota maupun dalam kota dengan membawa sejumlah media dan redaksi internal kami, serta dokumentasi foto dan video, kemudian di humas juga melakukan conferensi pers atau doorstop pimpinan MPR, dengan adanya doorstop itulah akan diangkat banyak isu-isu pokok di luar acara inti sosialisasi, selain itu juga kami melakukan pencetakan majalah majelis, majalahnya rutin dibuat setiap bulannya, ada juga namanya diskusi kemajelisan yang dimana pesertanya wartawan itu sendiri, memang sasarannya itu penyebar luasan lewat media”52

Dari pernyataan yang dipaparkan oleh Kepala Biro Humas dan Kepala Subbagian Pemberitaan dapat ditarik kesimpulan bahwa peran humas sangatlah penting untuk kelangsungan suatu kegiatan yang dilakukan oleh MPR, salah satunya adalah kegiatan Sosialisasi Empat Pilar yang mengharuskan bentuk kegiatannya harus di publikasikan kepada masyarakat.

51

Wawancara Narasumber Bapak Ma’ruf Cahyono (Kepala Biro Humas MPR RI)

52

(22)

III. Identifikasi Khalayak

Langkah ketiga yaitu menentukan khalayak yang menjadi priotitas utama dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar.

Mengenai Identifikasi Khalayak, Bapak Ma’ruf Cahyono menjelaskan target khalayak dari kegiatan Sosialisasi Empat Pilar, beliau menjawab:

“Target khalayak dari kegiatan ini adalah seluruh lapisan masyarakat, dari masyarakat pada umumnya, maupun penyelenggara Negara, dari penyelenggara juga bisa dibagi-bagi ada di telataran eksekutif, legislatif, yudikatif, pemerintahan sampai kepada segmentasi masyarakat awam, sampai tingkat paut, TK, sd sampai perguruan tinggi, dan juga kelompok-kelompok masyarakat, seperti kelompok agama, generasi muda, organisasi sosial, termasuk organisasi Lembaga Sosial Masyarakat (LSM).”53

Selain menentukan target khalayak agar terciptanya pengetahuan yang di dapat oleh masyarakat tersebut, kegiatan Sosialisasi Empat Pilar ini sudah menjadi kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat atau belum, Mas Eco, selaku Wartawan Eksternal MPR RI memberikan jawaban:

“Menurut saya sudah sangat bermanfaat, karena balik lagi di era masyarakat ekonomi ASEAN maupun di era globalisasi ini, empat pilar itu penting untuk menangkal paham-paham asing yang bisa menggerus idealisme dan menggerus sifat-sifat kebangsaan kita, sehingga empat pilar itu penting untuk membentengi masyarakat Indonesia dari pengaruh-pengaruh budaya asing yang bisa memecah belah bangsa ini.”54

Jadi, khalayak sasaran yang dituju yaitu semua masyarakat secara umum dan khalayak yang memiliki peran khusus dimasyarakat agar pesan dapat disampaikan secara berkelanjutan.

53

Wawancara Narasumber Bapak Ma’ruf Cahyono (Kepala Biro Humas MPR RI)

54

(23)

IV. Mengembangkan Pesan

Langkah keempat ini merupakan langkah yang dimana MPR melakukan bagaimana pesan dari kegiatan sosialisasi tersebut bisa di terima oleh masyarakat.

Mengenai hal tersebut, Bapak Ma’ruf Cahyono selaku Kepala Biro Humas MPR RI memberikan penjelasan mengenai cara humas mengembangkan pesan mengenai kegiatan sosialisasi, beliau menjawab:

“Kami punya strategi agar pesan-pesan itu sampai kepada masyarakat, tentu tidak bersifat monoton, tidak membosankan, oleh karena itu dikemas dalam berbagai macam bentuk advertising seperti acara dialog, iklan masyarakat, melalui kegiatan seni dan budaya, wayang, melalui film-film pendek dan itu cara humas untuk menyampaikan yang nantinya dipublikasikan lewat media sosial dan itu pasti lebih cepat penyampaiannya kepada masyarakat.”55

Selain itu juga proses Sosialisasi Empat Pilar yang dilakukan oleh MPR, menurut Mas Eco selaku Wartawan Eksternal MPR menjawab:

“Tergantung media yang digunakan, apakah itu diskusi, seminar, wayang, jadi sangat variatif mengenai bagaimana prosesnya, itupun juga berbalik lagi kepada pematerinya, sejauh mana kreatifitas pemateri dalam menyampaikan pesan, ada dari beberapa mereka lebih memilih komunikasi interaktif atau dua arah tidak hanya sekedar pidato ataupun menyampaikan pesan lewat buku-buku atau bahan-bahan yang sudah di print, jadi balik lagi tergantung pada pemateri bagaimana merekamenyampaikan isi pesannya.56

Tetapi dilain sisi, ada yang menyebutkan beberapa kekurangan dari kegiatan Sosialisasi Empat Pilar berlangsung, Mas Ervan selaku Masyarakat yang pernah mengikuti Sosialisasi Empat Pilar menyatakan:

“Kekurangannya adalah kegiatannya monoton seperti text book udah ada “contekannya”, jadi kurang inovasi.”57

55

Wawancara Narasumber Bapak Ma’ruf Cahyono (Kepala Biro Humas MPR RI)

56

Wawancara Narasumber Mas Eco (Wartawan Eksternal MPR RI)

57

(24)

Jadi, apa yang disampaikan dari beberapa narasumber di atas mengenai kegiatan Sosialisasi Empat Pilar perlu dilakukannya kegiatan yang lebih menarik lagi untuk dilakukannya sosialisasi tersebut. Bukan hanya melalui kegiatan yang sudah ada bertahun-tahun, tetapi di setiap tahunnya harus diberikan inovasi baru dari kegiatan tersbut.

Dalam ukuran waktu bulan Agustus 2015, agenda kegiatan pimpinan MPR yang telah terdokumentasi oleh tim kegiatan peliputan pimpinan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Agenda Peliputan Acara Sosialisasi Empat Pilar Bulan Agustus 201558

Tanggal Kegiatan Program Kegiatan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan

3 Agustus 2015 Kegiatan Sosialisasi Empat Pilar melalui Lomba Cerdas

Cermat (LCC)

Gedung Nusantara IV Kompleks Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta 4 Agustus 2015 Kegiatan Sosialisasi Empat

Pilar melibatkan Band Debu

Ruang Kerja Wakil Ketua MPR

10 Agustus 2015 Pembukaan Kegiatan Grand Final Lomba Cerdas Cermat

Gedung Nusantara V Kompleks Gedung MPR/DPR/DPD , Jakarta 15 Agustus 2015 Kegiatan Peserta LCC Ikuti

Outbond

Taman Buah Mekarsari , Cibubur, Bogor Jawa

Barat 17 Agustus 2015 Peserta LCC Ikuti Upacara Di

istana Negara

Istana Negara 19 Agustus 2015 Pengumuman Juara Lomba

Cerdas Cermat

Gedung Nusantara IV Kompleks Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta 20 Agustus 2015 Sosialisasi empat Pilar MPR RI Ruang Bung Tomo,

58

(25)

di Jombang kompleks Gedung Pemkab Jombang, Jawa

Timur. 21 Agustus 2015 Sosialisasi Empat Pilar

Membumikan Sila Keadilan Sosial

Hotel Ijen Suite Kota Malang 22 Agustus 2015 Kegiatan Wakil Ketua MPR

segarkan nilai 4 Pilar MPR RI

Alexandria Islamic School Rawa Lumbu

Kota Bekasi 22 Agustus 2015 Peran guru sangat penting

dalam Mensosialisasikan Empat Pilar MPR RI

Aula Balaikota Pariaman, Sumatera Barat 24 Agustus 2015 3 Tempat Sosialisasi Empat

Pilar MPR RI

Bandarlampung, di dua desa di Kecamatan Kayu

Agung, Lampung Selatan. 27 Agustus 2015 Kegiatan Sosialisasi Empat

Pilar melalui Seminar Nasional

Islamic Centre Sukadana, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung 27 Agustus 2015 Kegiatan Sosialisasi Empat

Pilar melalui TOT yang diikuti oleh TNI dan Polri

TNI dan Polri di Bandung, Jawa Barat 27 Agustus 2015 Sosialisasi Empat Pilar MPR RI Pondok Pesantren Al

Falah, Bandung 30 Agustus 2015 Metoda Kegiatan Sosialisasi

Empat Pilar

Hotel Grand Pasundan Bandung

Total 15

Dalam ukuran waktu bulan September 2015, agenda kegiatan pimpinan MPR yang telah terdokumentasi oleh tim kegiatan peliputan pimpinan adalah sebagai berikut:

(26)

Tabel 4.2

Agenda Peliputan Acara Sosialisasi Empat Pilar Bulan September 201559

Tanggal Kegiatan Program Kegiatan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan

1 September 2015 Sosialisasi Empat Pilar MPR RI kepada Siswa/I SMA Kelas XII

Gedung Nusantara V, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta. 1 September 2015 Sosialisasi Empat Pilar Di

KNPI Sumatera Barat

Padang 4 September 2015 Kegiatan Sosialisasi Empat

Pilar melalui Outbond

Ternate, Maluku Utara 4 September 2015 Kegiatan Sosialisasi Empat

Pilar melalui Outbond

Universitas Khairun, Ternate, Maluku Utara 5 September 2015 Kegiatan Sosialisasi Empat

Pilar melalui Pagelaran Seni dan Budaya

Taman Budaya Pemprov Lampung

10 September 2015 Sosialisasi Empat Pilar MPR RI Mataram, Lombok 10 September 2015 Sosialisasi Empat Pilar MPR RI Balai Dusun Simbaringin,

Desa Sidosari, Kabupaten Lampung

Selatan, Provinsi Lampung

10 September 2015 Grandfinal LCC Manado, Sulawesi Utara 12 September 2015 Kegiatan Sosialisasi Empat pilar

melalui TOT

Makassar 17 September 2015 Pelantikan Anggota MPR harus

Senantiasa Mensosialisasikan Empat Pilar

Ruang delegasi MPR RI, Senayan, Jakarta 21 September 2015 Pemahaman Sosialisasi Empat

Pilar kepada Para Pastur

Gereja Kristen Protestan Simalungun ( HKPS ) Batam Total 11 59 http://mpr.go.id/

(27)

V. Rencana untuk Sarana Komunikasi

Sebelum melaksanakan kegiatan Sosialisasi, humas MPR memperhatikan beberapa faktor, agar program yang akan dilaksanakan dapat terlaksana secara efektif.

Disini, Kepala Biro Humas MPR RI Bapak Ma’ruf Cahyono menjelaskan strategi yang dilakukan humas dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar, beliau menjawab:

“Strategi yang dilakukan yaitu kita ingin mempublikasikan secara terstruktur, sistematis dan juga massif, meliputi seluruh jangkauan masyarakat, yang tentu melalui instrumen yang bersifat soft dan hard, yang bersifat soft misalnya melalui media-media online, elektronik, dan juga melalui media cetak yang bersifat hard, dan juga media sosial yang ada di mpr maupun media sosial yang sengaja kita hayer untuk mendukung publikasi kita, kita memiliki sejumlah online yang sengaja kita sewa untuk membantu publikasi kita, dan juga adanya website mpr.go.id, selain itu kami juga memiliki media sosial lainnya dan itu semua untuk mempublikasikan kegiatan secara terstruktur yang dalam arti, dalam suatu organisasi yang memiliki struktur-struktur sehingga diharapkan publikasi itu juga betul-betul ada kerangka struktur yang jelas.”60

Selain itu juga Mas Eco selaku Wartawan Eksternal MPR menjelaskan bentuk berita yang biasanya di muat untuk kegiatan Sosialisasi Empat Pilar, beliau menjawab:

“Macam-macam, karna ada semua platformnya dia di parlemen, otomatis ada media online, media cetak dan media elektronik, saya kira semua platformnya selalu dilibatkan oleh humas untuk membantu mensosialisasikan empat pilar.” 61

60

Wawancara Narasumber Bapak Ma’ruf Cahyono (Kepala Biro Humas MPR RI)

61

(28)

Mengenai pertanyaan MPR melakukan aktivitas media relations, Mas Eco menjawab:

“Dengan adanya strategi-strategi itu tadi itu sudah otomatis mereka sudah berhubungan langsung dengan media, mereka gapernah lepas dan gapernah yang eksklusif dalam menjalankan tugasnya dan selalu mengajak rekan-rekan wartawan untuk meliput, dan seperti yang tadi saya bilang mereka menyediakan press release untuk bantu garap dan mereka sudah menjalankan media relation secara otomatis.”62

Selain itu mengenai pertanyaan seberapa sering humas melakukan aktivitas media relations, Bapak Ma’ruf menjawab:

“Kegiatan sosialisasi setiap tahunnya banyak dan terprogram, humas MPR pasti megikuti, setiap ada kegiatan pasti humas MPR dilibatkan untuk mempublikasikan, jadi artinya intensitasnya sangat banyak, bahkan lebih dari kegiatan yang sedang dilakukan, satu kali kegiatan bisa kita lihat dari sudut pandang kehumasan yang berbeda-beda, untuk mempublikasikannya cukup banyak.”63

Selain itu juga seberapa sering MPR melakukan kegiatan media relations tersebut, Mas Eco menjawab:

“Seberapa seringnya tergantung ada atau tidak adanya agenda, tapi selama ini sangat sering agenda yang dijalankan dan mereka langsung menghubungi wartawan, jadi saya kira dengan adanya intensitas yang cukup tinggi terutama musim diadakannya sosialisasi empat pilar itu juga mempengaruhi intensitas hubungan komunikasi humas dengan wartawan.”64

Selain itu juga humas MPR terutama humas pemberitaan yang selama ini merupakan humas yang bertanggung jawab untuk berhubungan langsung dengan media massa, Ibu Rharas menjawab :

“Berproses, kami disini MPR DPR dan DPD sangat diuntungkan dengan adanya ruang pressroom parlemen, pressroom parlemen itu adalah wadah

62

Wawancara Narasumber Mas Eco (Wartawan Eksternal MPR RI)

63

Wawancara Narasumber Bapak Ma’ruf Cahyono (Kepala Biro Humas MPR RI)

64

(29)

tempatnya para wartawan berkumpul untuk meliput di suatu kegiatan yang ada di parlemen, baik MPR, DPR dan DPD, di pressroom itu terdapat pengurus pressroom yang secara mekanismenya harus melalui 7 orang yang tergabung di pengurus pressroom, lepas dari pressroom kami juga punya media partner, media partner itu adalah wadah kumpulannya media-media online, cetak dan tv yang kerjasana dengan MPR, dan kami juga berhubungan dengan para media partner melalui wa group yang dimana dapat mewadahi kami dalam berkomunikasi.65

Mengenai pertanyaan seberapa banyak media yang terjalin hubungan dengan humas MPR, Ibu Rharas menjawab:

“Untuk seberapa banyaknya media, kalo untuk media online kami ada 10 media, media cetak juga ada 10, hampir semua media nasional dan majalah nasional menjalin hubungan, untuk tv hampir semua tv, intinya kami menjangkau semua media untuk menjalin hubungan.”66

Mengenai pertanyaan bagaimana sistem ketentuan saat mengajak wartawan untuk meliput kegiatan yang berada di daerah-daerah, Ibu Rharas menjawab:

“Salah satu jalan meliput empat pilar dengan liputan di daerah, sebetulnya tidak ada ketentuan formal, hanya saja kami merolling, ssatu adalah dengan cara merotasi, tidak mungkin kami dalam sekali perjalanan membawa banyak media, dengan anggaran terbatas dan kuota juga terbatas, yang kedua kami menyesuaikan dengan permintaan pimpinan yang mengharuskan mengajak beberapa wartawan yang diinginkan.”67

Selain kegiatan sosialisasi yang di lakukan di luar daerah, kegiatan tersebut juga dilakukan di dalam daerah, dan cara dari humas MPR untuk mengundang media untuk meliput acara MPR, Mas Eco menjawab:

“Variatif, bagaimana mereka mengundang, kadang ada yang langsung mereka ke pressroom kalo memang acaranya mendadak, tetapi ada juga kadang mereka mengundang ke kantor dengan undangan resmi, ya walaupun tidak dengan undangan resmi tapi biasanya langsung menghubungi kantor untuk meminta perwakilan wartawan dalam meliput kegiatan sosialisasi empat pilar,

65

Wawancara Narasumber Ibu Rharas Esthining Palupi (Kepala Subbagian Pemberitan MPR RI)

66

Wawancara Narasumber Ibu Rharas Esthining Palupi (Kepala Subbagian Pemberitaan MPR RI)

67

(30)

bahkan kadang kalo sudah ada yang dekat biasanya sudah langsung tau dimana dan kapan sosialisasi empat pilar itu dilaksanakan.”68

Selain itu, mengenai pertanyaan humas MPR sudah menjembatani program Sosialisasi Empat Pilar dengan baik terhadap media, Mas Eco selaku Wartawan Eksternal Humas MPR, menjawab :

“Humas MPR selama ini sudah cukup baik memberikan info-info terbaru mengenai acara-acara sosialisasi empat pilar baik itu dijakarta maupun di luar kota bahkan sampai ada yang keluar negeri, kalaupun kita gabisa ikut hadir mereka pun juga menyediakan press release untuk disebarkan ke teman-teman wartawan dan itu sangat membantu untuk kita karena dengan intensitas kegiatan Sosialisasi Empat Pilar yang cukup banyak kita gabisa mengcover seluruh agenda-agenda tersebut.”69

Mengenai pertanyaan, mengenai kendala yang di hadapi oleh Humas MPR dalam menjalin hubungan dengan media, Ibu Rharas Esthining Palupi selaku Kepala Subbagian Pemberitaan, memberikan jawaban:

“Banyak, dalam waktu yang cepat dan mendadak kami harus di push untuk menentukan media yang diharuskan ikut untuk meliput acara tersebut, kendalanya itu satu untuk penentuan media itu harus melalui mekanisme redaksi masing-masing media, setiap media punya kebijakan sendiri-sendiri yang MPR tidak bisa interfensi dan membutuhkan waktu, karena MPR tidak bisa mencampuri kebijakan dari masing-masing redaksi media dalam mengirimkan reporternya, kecuali media partner yang sudah kerjasama dengan MPR itu beda, kemudian kendala kedua adalah ketika kita mengajak wartawan tetapi acaranya monoton, ekspektasi wartawan dengan keadaan yang terjadi dilapangan berbeda, dan itu harus pinter-pinternya staf humas pemberitaan yang jalan untuk mengcreate isu, membantu mengkondisikan wartawan agar bisa meliput semuanya agar beritanya tercover dengan baik.”70

Melihat dari pernyataan yang diungkapkan oleh Kepala Subbagian Pemberitaan MPR dan Wartawan Eksternal MPR maka peneliti menyimpulkan bahwa humas MPR dalam hal mempublikasikan kegiatan Sosialisasi Empat Pilar

68

Wawancara Narasumber Mas Eco (Wartawan Eksternal MPR RI)

69

Wawancara Narasumber Mas Eco (Wartawan Eksternal MPR RI)

70

(31)

sudah cukup baik, melihat akan banyaknya kegiatan sosialisasi tersebut, tetapi humas pemberitaan MPR sudah bisa menjalankan tugasnya dalam membangun relasi dengan media.

Tetapi dilain sisi, mengenai kualitas kerja humas MPR dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar, Bapak Mahyudin selaku Wakil Ketua MPR RI, memaparkan:

“Humas MPR dalam hal Sosialisasi Empat Pilar sekarang sudah cukup berjalan dengan baik karena juga di tunjang dengan anggaran yang sangat besar untuk kegiatan humas, tetapi memang masih banyak yang harus ditingkatkan karena humas MPR itu dari PNS, kadang-kadang mereka bekerja kurang kreatif, artinya semua pekerjaan itu dikerjakan sesuai standart kerja saja, dan tidak ada tujuan kreatifitas untuk mengoptimalkan Sosialisasi Empat Pilar itu, harusnya Sosialisasi Empat Pilar itu bisa lebih massal, dan bisa di terima oleh seluruh lapisan masyarakat termasuk masyarakat yang paling bawah, karena masyarakat paling bawah itu belum tentu baca media, di ambil contoh misalnya sosialisasi dilaksanakan di daerah terpencil, kebanyakan humas itu tidak mau repot, jangkauan dari pemberitaannya tidak bisa di ukur, kemudian humas menurut saya kurang melibatkan wartawan lokal, mungkin jaringannya kurang untuk melibatkan wartawan lokal, sebetulnya tujuan dalam sosialisasi ke daerah itu selain menjangkau orang daerah situ tetapi juga penting untuk di baca oleh masyarakat lokal daerah, karena itulah kita perlu menggandeng wartawan-wartawan lokal, karena biasanya orang daerah itu baca media daerah juga, sehingga humas perlu meningkatkan jaringan kepada wartawan-wartawan lokal di seluruh Indonesia.”71

Selanjutnya, mengenai strategi yang dilakukan oleh humas MPR dalam memberikan informasi mengenai kegiatan Sosialisasi Empat Pilar kepada media, Mas Eco selaku Wartawan Eksternal MPR, menjawab :

“Selama ini mereka sudah menerapkan strategi yang cukup baik dalam memberikan informasi, yaitu dengan masuk kedalam setiap kelompok-kelompok wartawan terutama di pressroom parlemen, mereka selalu mengajak temen-temen wartawan untuk ikut dalam kegiatan-kegiatan sosialisasi empat pilar, selain itu juga mereka mengajak temen-temen wartawan yang ingin meliput kegiatan soslialisasi itu secara langsung baik di dalam kota maupun diluar kota bahkan

71

(32)

didaera-daerah terpencil sekalipun sehingga itu bisa menfasilitasi kita untuk tau bagaimana kegiatan sosialisasi itu berjalan.“72

VI. Waktu dan Anggaran

Dilihat dari banyaknya kegiatan Sosialisasi Empat Pilar yang dilakukan oleh Humas MPR RI, maka harus di dukung dengan anggaran yang cukup besar, dilihat juga dari Sumber Daya Manusia yang menjadi target khalayak dalam sosialisasi ini.

Dari pernyataan tersebut, Bapak Ma’ruf Cahyono memberikan pendapat sebagai berikut:

“Anggaran kehumasan cukup bagus, anggaran itu intinya mendukung tugas-tugas yang ada dan cukup memadai, kalo soal kuantitas pasti berubah setiap tahun, gabisa di patok untuk anggarannya, tetapi yang jelas untuk melakukan standar kehumasan sudah bisa di jalankan, hanya karena ingin lebih massif dan lebih banyak pasti harus ada dukungan anggaran yang lebih”73

VII. Pemantauan dan Evaluasi

Dari hasil kegiatan Sosialisasi Empat Pilar yang dilakukan oleh humas MPR RI, maka Bapak Mahyudin selaku Wakil Ketua MPR RI memberikan penjelasan mengenai harapan terhadap humas untuk mengefektifkan Sosialisasi Empat Pilar, beliau menjawab:

“Harapan saya humas harus lebih kreatif dalam efektifitas mensosialisasikan empat pilar, lebih bisa bertanggung jawab, tidak hanya asal menjalankan tugas sebagai humas, tetapi juga berfikir tujuan dari pelaksanaan sosialisasi tersebut.”74

72

Wawancara Narasumber Mas Eco (Wartawan Eksternal MPR RI)

73

Wawancara Narasumber Bapak Ma’ruf Cahyono (Kepala Biro Humas MPR RI)

74

(33)

Selain itu, Bapak Ma’ruf Cahyono memberikan penjelasan mengenai hasil yang telah di capai oleh Humas dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar, beliau menjawab:

“Dari berbagai kegiatan kehumasan antara lain Sosialisasi empat pilar pada umumnya pasti di terima baik oleh masyarakat, dan tentu respon masyarakat termasuk mengenali lembaga MPR juga semakin baik dan kemudian kualitas pemahaman misalnya sebagai contoh sosialisasi melalui kegiatan cerdas cermat yang merupakan suatu wadah bagi generasi muda untuk mengenali Pancasila dan Undang-undang dasar, dan kegiatan tersebut kita bisa melihat keterampilan dan kemampuan dari para peserta tentang Sosialisasi Empat Pilar yang nantinya akan terus dipelajari di sekolah, seperti lomba debat yang diadakan dan pasti kegiatan itu akan terus dilakukan mengingat keterampilan mereka dalam memberikan argumennya, menurut saya semua dari hasil kegiatan yang telah di capai sudah cukup baik dan diterima oleh masyarakat.”75

Selain itu, dari setiap kegiatan pasti adanya masukan dan saran dari berbagai pihak, menurut pandangan Mas Eco selaku Wartawan Eksternal MPRmengenai kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, beliau menjawab:

“saran saya adalah sosialisasi empat pilar jangan hanya dijadikan alat politik ataupun hanya dijadikan sebagai pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan popularitas, sosialisasi empat pilar harus benar-benar dari hati nurani para anggota MPR agar benar-benar memberikan kesan postif terhadap masyarakat, caranya pun juga harus terus di perbaharui dan harus mengikuti perkembangan zaman,jangan hanya menggunakan cara-cara yang sudah ada tanpa melihat kebutuhan dan pola hidup masyarakat terus berubah, jadi saran saya terus bertranformasi demi sosialisasi yang lebih efektif.”76

75

Wawancara Narasumber Bapak Ma’ruf Cahyono (Kepala Biro Humas MPR RI)

76

(34)

4.3 Pembahasan

Dalam penelitian strategi komunikasi MPR RI dalam Mensosialisasikan Empat Pilar, peneliti menemukan beberapa hasil temuan mengenai bagaimana strategi yang dilakukan oleh humas MPR, yaitu :

1. Mengenai bentuk kegiatan dari Sosialisasi Empat Pilat tersebut melalui berbagai kegiatan yang diantaranya LCC (Lomba Cerdas Cermat), TOT (Training of Trainers), FGD (Focus Group Discussion), Pagelaran Seni dan Budaya, Wayang.

2. Mengenai bagaimana cara mempublikasikan kegiatan yang berada di MPR, ada yang melalui media cetak, media online, media televisi, bahkan ada lewat penyiaran di radio dan adanya majalah majelis dan website mpr.go.id memudahkan masyarakat untuk melihat kegiatan Sosialisasi.

3. Mengenai bagaimana cara berhubungan baik dengan media, yaitu dengan adanya ruang pressroom, memudahkan humas MPR untuk berinteraksi langsung dengan para wartawan, selain itu juga adanya kerjasama dengan media partner.

4. Selain itu adanya menjalin hubungan baik dengan media partner, media partner merupakan suatu wadah kumpulnya media-media online, cetak, dan tv yang bekerjasama dengan MPR.

5. Memberikan informasi kepada media massa tentang Sosialisasi Empat Pilar MPR RI.

(35)

Informasi yang disampaikan di media massa pada umumnya dinilai masyarakat memiliki kredibilitas yang tinggi, sehingga apa yang diungkapkan dianggap suatu kebenaran yang ada di masyarakat. Informasi tersebut juga mampu mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku manusia. Karena itu media massa dianggap dapat dimanfaatkan untuk sarana menyalurkan pesan atau aspirasi dari berbagai pihak. Informasi yang disebarkan melalui media dinilai lebih objektif karena informasi yang dapat dipublikasikan harus memenuhi sejumlah persyaratan tertentu yang cukup ketat. Informasi yang disebarkan harus mampu menarik perhatian khalayak luas, khususnya untuk media itu sendiri. Informasi yang menarik perhatian khalayak biasanya karena informasinya baru diketahui, karena keunikan, atau keluarbiasaan karena penting bagi mereka dan memiliki sejumlah daya tarik lainnya.77

Suatu lembaga atau organisasi menjadi bahan pemberitaan karena organisasi tersebut sudah menjadi bagian dari public dan kepentingan publik. Publik ingin mengetahui apa yang terjadi pada organisasi, apa saja kebijakan yang dibuat, ataupun produk yang ada baik barang maupun jasa.

Mempublikasikan informasi organisasi dibutuhkan kerjasama dan hubungan yang baik dengan media, dan dalam menjalin hubungan yang baik antara media dan organisasi dibutuhkan suatu teknis keterampilan dalam berkomunikasi yang biasanya disuatu organisasi atau lembaga dilakukan oleh bagian humas.

77

Diah Wardhani, Media Relations : Sarana Membangun Reputasi Organisasi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2008, hal 8

(36)

Strategi humas yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) dan mensosialisasikan Empat Pilar MPR RI, berdasarkan dari tujuh tahap perencaan kerja humas yang dilakukan yaitu bagaimana membagun image bahwa Sosialisasi Empat Pilar kebangsaan Indonesia (Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika) merupakan upaya agar masyarakat Indonesia memahami nilai-nilai dan jati diri bangsa, sehingga dapat memperkuat kehidupan berbangsan dan bernegara. Dalam pelaksanaannya, sosialisasi dilakukan dengan metode dan memanfaatkan media massa. Penggunaan media dalam sosialisasi dengan memanfaatkan media massa, seperti media online, media cetak, media elektronik, bahkan sekarang melalui penyiaran lewat radio.

(37)

Struktur Organisasi Biro Hubungan Masyarakat MPR78

78

Hasil Wawancara dengan Ibu Rharas Esthining Palupi (Kepala Subbagian Pemberitaan)

KEPALA BIRO HUBUNGAN

MASYARAKAT

KEPALA BAGIAN PEMBERITAAN DAN LAYANAN INFORMASI DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA KEPALA BAGIAN MEDIA VISUAL KEPALA BAGIAN PENGELOLAAN DATA DAN SISTEM INFORMASI KEPALA BAGIAN PERPUSTAKAAN KEPALA SUB.BAGIAN PEMBERITAAN DAN LAYANAN INFORMASI KEPALA SUB.BAGIAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA

Referensi

Dokumen terkait

1) Apa yang dimaksud dengan analisis siklus pembelajaran pada PTK? 2) Bagaimana langkah-langkah analisis data dengan teknik triangulasi data? 3) Bagaimana cara membandingkan

Hipotesa penelitian untuk menguji hipotesa keempat adalah sebagai berikut: berdasrkan hasil analisis diperoleh nilai untuk variabel efikasi diri sebesar 4,528

Marcellin dkk juga meneliti akurasi FibroScan pada 173 pasien hepatitis B kronis yang dilakukan biopsi hati dan didapatkan hasil adanya korelasi yang baik antara pengukuran

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian di kota Magelang tahun 1990-2010 yang dilakukan putro dan setiawan (2013) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang

Penelitian tentang Gambaran Histologis Hepar Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW Setelah Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Selama

disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat hipertensi dengan kejadian demensia pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha

Kendala menghasilkan karya tulis ilmiah banyak dihadapi guru karena sejak awal guru kurang melakukan pembiasaan untuk menuangkan ide atau gagasan mereka dalam

Oleh karena itu, pada penelitian ini dapat diperoleh fraksi alkaloid daun dan fraksi antosianin umbi ubi jalar ungu sebagai inhibitor enzim α-glukosidase.. Bagian daun