• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Matematika

Proses pembelajaran merupaan inti dari proses pendidikan di sekolah dengan melibatkan guru sebagai fasilitator dan siswa sebagi subjek belajar, sehingga aktifitas dalam proses pembelajaran meliputi belajar mengajar. Sukmadinata & Syaodih (2012) menyatakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang diciptakan oleh guru di dalam kelas agar siswa belajar. Sebelum kegiatan pembelajaran guru memiliki peran penting untuk membuat perencanaan, mempersiapkan bahan, sumber, media, dan faktor yang mendukung pembelajaran dikelas. Disamping guru, siswa juga memiliki peran penting, karena pada dasarnya pembelajaran adalah proses untuk membelajarkan siswa.

Sedangkan pengertian matematika adalah suatu bidang ilmu yang bersifat abstrak, aksiomatik, deduktif dan dapat digunakan sebagai alat untuk memecahkan berbagai persoalan paraktis (Uno & Kuadrat, 2010).

Berdasarkan pengertian pembelajaran dan matematika di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan guru dan siswa secara aktif untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang matematika. Pembelajaran matematika juga betujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam berfikir kritis, aksiomatik, logis, dan mampu memecahkan masalah secara praktis dan sistematis.

(2)

8 2.2 Metode Tutor Sebaya

Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu (Slameto, 2015). Ada beberapa macam metode pembelajaran salah satunya adalah tutor sebaya. Tutor sebaya adalah siswa sebaya yang ditunjuk atau ditugaskan membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan teman umumnya lebih dekat dibandingkan hubungan guru dengan siswa (Ahmadi & Supriyono, 2013). Dengan petunjuk-petunjuk dari guru, tutor ini membantu temannya yang mengalami kesulitan. Pemilihan tutor ini didasarkan atas prestasi belajar siswa dan hubungan sosial yang baik. Tutor berperan sebagi pemimpin dalam kegiatan kelompok sebagi pengganti guru.

Teori perkembangan Piaget memperkuat pendapat di atas yakni perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya beragumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu lebih logis (Trianto, 2009). Selanjutnya untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dianjurkan agar pendidik membiasakan diri menggunakan komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi, yakni tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara pendidik dengan siswa melainkan juga melibatkan interaksi antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode tutor sebaya adalah metode pembelajaran secara berkelompok dimana salah satu siswa membantu temanya menggantikan peran guru dalam menyampaikan materi

(3)

9 pelajaran. Karena arah pemikiranya cenderung searah sehingga penjelasnya lebih mudah dipahami. Pada penggunaan metode tutor sebaya diharapkan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, dapat dijadikan salah satu alternative pengelolahan belajar yang dapat membuat partisipasi dan hasil belajar siswa menjadi optimal.

2.2.1 Langkah-langkah pembelajaran tutor sebaya

Menurut Sani (2013) langkah-langkah pembelajaran tutor sebaya sebagai berikut :

a. Guru menyusun kelompok belajar. Setiap kelompok beranggotakan 3 atau 4 orang yang memiliki kemampuan beragam. Setiap kelompok minimal memiliki satu siswa yang memiliki kemampuan tinggi untuk menjadi tutor.

b. Guru menjelaskan tentang cara menyelesaikan tugas melalui belajar kelompok dengan metode tutor sebaya dan tugas masing-masing anggota kelompok dan memberikan penjelasan tentang penilaian tugas dan penilaian sikap.

c. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada semua peserta didik dan memberi kesempatan bertanya apabila terdapat materi yang belum jelas.

d. Guru memberikan tugas dengan catatan peserta didik yang kesulitan dalam mengerjakan tugas dapat meminta bimbingan kepada teman yang ditunjuk sebagi tutor/guru.

e. Guru mengamati aktivitas belajar siswa dan memberikan penilaian.

f. Guru,tutor dan siswa memberikan evaluasi proses belajar mengajar untuk menetapkan tindak lanjut kegiatan putaran berikutnya.

Sedangkan menurut Silberman (2009), langkah-langkah dalam metode tutor sebaya adalah sebagai berikut:

(4)

10 a. Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Setiap

kelompok ada yang bertindak sebagai tutor.

b. Siswa diberikan materi ajar dan lembar kegiatan untuk didiskusikan setiap kelompok yang dibantu tutor.

c. Beri waktu yang cukup untuk mendiskusikan materi yang sudah ditentukan. Setiap kelompok menuliskan hasil diskusi.

d. Selesai diskusi setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan hasil diskusi di depan kelas.

e. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusi, siswa diberi post test untuk mengetahui pemahaman dari hasil diskusi.

f. Guru beri kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan.

Langkah-langkah metode tutor sebaya yang digunakan pada penelitian ini adalah adaptasi dari pendapat Sani (2013) dan Silberman (2009). Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

a. Guru mengidentifikasi beberapa siswa yang memiliki kemampuan yang lebih baik untuk dijadikan tutor.

b. Guru memberikan bimbingan kepada tutor mengenai materi yang akan diajarkan, menjelaskan tugas serta evalusi yang akan dilakukan.

c. Guru membentuk kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 orang yang heterogen dan memiliki satu tutor yang telah ditentukan oleh guru.

d. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

e. Guru menjelaskan tentang mekanisme penyelesaian tugas dan penilaian pembelajaran dengan metode tutor sebaya.

(5)

11 f. Tutor menerangkan materi kepada anggota kelompoknya serta memahami

tugas LKK yang diberikan guru secara bersama-sama.

g. Tutor memberikan bantuan kepada anggota kelompok yang menanyakan tentang kesulitan dalam menyelesaikan tugas serta menjelaskan materi yang belum dipahmi oleh anggota kelompoknya.

h. Guru memonitor tutor pada setiap kelompok dan memberikan bimbingan apabila mengalami kesulitan.

i. Tutor dan anggota kelompok menganalisis, menalar, menyimpulkan informasi yang telah diperoleh.

j. Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara bergantian.

k. Guru melakukan tanya jawab mengenai hasil diskusi kelompok yang belum dipahami siswa.

l. Guru bersama siswa membuat kesimpulan terkait materi yang telah dipelajari. m. Guru memberikan evalusi disetiap akhir pembelajaran untuk mengetahui

sejauh mana pemahaman siswa.

Yang menjadi bagian terpenting dalam penerapan metode tutor sebaya ini adalah guru harus memberikan intruksi yang jelas kepada kelompok akan tugas-tugasnya terutama tugas bagi tutor dalam kelompok.

2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan

Penggunaan pendekatan dalam pembelajaran terkadang guru harus menyesuaikan dengan kondisi, keadaan siswa dan suasana kelas. Dalam mengajar, guru jarang sekali menggunakan satu motode pembelajaran, karena mereka

(6)

12 menyadari bahwa semua motode pembelajaran ada kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan tutor sebaya menurut Ahmadi & Supriyono (2013) yaitu:

1) Adanya hubungan yang lebih dekat dan akrab.

2) Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri.

3) Tutor sendiri kegiatannya merupakan pengayaan dan menambah motivasi belajar.

Selain itu kelebihan tutor sebaya menurut Nurmala (2013), yaitu dapat melatih siswa dalam memecahkan masalah, mengatasi kesulitananya sendiri, selain itu karena tutor berasal dari teman sekelasnya siswa cenderung aktif bertanya apabila ada hal-hal yang kurang dimengerti dalam proses belajar mengajar, dan mempererat hubungan antar siswa.

Sedangkan kekurangan penggunaan tutor sebaya menurut Djamarah & Zain (2010) antara lain guru sukar menemukan tutor yang tepat dan guru harus meluangkan waktunya untuk melakukan bimbingan kepada tutor. Selain itu tidak semua siswa yang pandai dapat mengajarkan kembali apa yang sudah diajarkan guru kepada teman-temanya. Untuk mengatasi kekurangan tersebut maka yang perlu dilakukan sebelum menggunakan metode tutor sebaya adalah tutor dibimbing dan dilatih untuk mengajar berdasarkan materi yang telah ditentukan oleh guru, agar tutor terbiasa untuk menyampaikan materi kepada teman-temannya, guru juga harus pandai dalam mengatur dan bersedia meluangkan waktunya lebih banyak untuk membimbing tutor.

2.2.3 Syarat menjadi Tutor

Djamarah & Zain (2010) mengemukakan bahwa yang terpenting untuk menjadi seorang Tutor Sebaya adalah sebagai berikut:

(7)

13 a. Dapat diterima (disetujui) oleh siswa yang mendapatkan program perbaikan sehingga siswa tidak mempunya rasa takut atau enggan untuk bertanya kepadanya.

b. Tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan.

c. Mempunyai daya kreatif yang cukup untuk memberikan bimbingan yang dapat menerangkan pembelajaran kepada temannya.

Untuk memperoleh siswa yang memenuhi persyaratan tersebut memang sulit, akan tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan jalan guru memberikan petunjuk sejelas- jelasnya tentang apa yang harus dilakukan. Dengan adanya persyaratan-persyaratan tersebut maka guru tidak sembarangan dalam menentukan tutor.

2.3 Partisipasi Belajar 2.3.1 Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) partisipasi adalah perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan, peran serta. Dusseldor dalam bukunya Tukiran dkk (2013) menyatakan bahwa partisipasi adalah suatu kegiatan atau keadaan mengambil bagian dalam suatu aktifitas untuk mencapai kemanfaat secara optimal. Sementara Keith Davis dalam bukunya B. Suryosubroto (2002) mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Krathwohl dan Blomm dalam bukunya Dimyati & Mudjiono ( 2009) mengemukakan salah satu ranah afektif siswa dalam belajar adalah partisipasi yaitu mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan, misalnya mematuhi aturan.

(8)

14 Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah keterlibatan seseorang baik pikiran maupun tenaga dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang sedang dilakukan guna mencapai tujuan bersama.

Sedangkan menurut Slameto (2015), belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan Witherington dalam bukunya Thobroni & Mustofa (2013) mengukapkan belajar adalah suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.

Dengan demikian belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku pada siswa sebagai akibat dari pengalaman atau interaksi dengan lingkungan disekitarnya. Perubahan tingkah laku sendiri dapat dilihat dari sejumlah aspek meliputi afektif, kognitif dan psikomotorik.

Dari pengertian partisipasi dan belajar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi belajar merupakan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang ditunjukan dengan adanya perilaku fisik dan psikisnya. Hal ini diperkuat oleh pendapatnya Mulyasa (2004) bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran sering juga diartikan sebagai keterlibatan siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Partisipasi belajar akan menuntut siswa untuk ikut serta bertanggung jawab terhadap keberhasilan pencapaian tujuan belajar.

2.3.2 Aspek Partisipasi Belajar

Partisipasi siswa dalam pembelajaran menurut Sukidin dkk (2008) dibagi menjadi dua yaitu partisipasi kontributif dan partisipasi inisiatif.

(9)

15 1) Partisipasi kontributif meliputi keberanian menyampaikan refleksi kepada guru baik dalam bentuk menyampaikan pertanyaan, pendapat, usulan, sanggahan atau jawaban, termasuk partisipasi mengikuti pembelajaran dengan baik dan mengerjakan tugas terstruktur dengan baik.

2) Partisipasi inisiatif yaitu partisipasi siswa secara spontan dalam mengerjakan tugas mandiri tanpa terstruktur, inisiatif mempelajari dan mengerjakan materi pelajaran yang belum dan akan diajarkan dengan membuat catatan ringkas.

Dengan demikian partisipasi kontributif maupun inisiatif akan membentuk siswa untuk selalu aktif dan kreatif sehingga mereka sadar bahwa ilmu itu dapat diperoleh melalui usaha keras sekaligus menyadari makna dan arti penting belajar (Sukidin dkk, 2008). Aspek partisipasi belajar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah partisipasi kontributif dan partisipasi inisiatif.

Tabel 2.1 Aspek Partisipasi Kontributif dan Inisiatif Aspek

Partisipasi

Bentuk Partisipasi

Partisipasi Kontributif Mengajukan pertanyaan kepada tutor/guru. Menjawab pertanyaan dari tutor/guru.

Mengajukan pendapat saat diskusi kelompok.  Memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi

kelompok lain

Mengerjakan tugas terstruktur dalam bentuk LKK.  Mengikuti pembelajaran dengan baik yang

ditunjukan dengan mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari tutor/guru,

meminta bimbingan,arahan dan bantuan tutor/guru apabila mengalami kesulitan, tutor mempunyai kesadaran untuk membantu teman yang mengalami kesulitan

Partisipasi Inisiatif  Inisiatif mempelajari dan mengerjakan materi pelajaran yang belum dan akan diajarkan dengan membuat catatan ringkasan.

 Inisiatif mengerjakan tugas tanpa terstruktur dengan menyelesaikan latihan soal secara mandiri.

(10)

16 2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Belajar Siswa

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, menurut Abimayu dalam bukunya Sukidin dkk (2008), yaitu:

a. Faktor Internal

Faktor internal yang mempengaruhi partisipasi siswa dalam belajar adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa misalnya :

1) Siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri. 2) Siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada

orang lain.

3) Siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman lain.

b. Faktor Eksternal

Tingkat partisipasi belajar siswa juga dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari lingkungan, misalnya:

1) Guru

Tingkat partisipasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh sikap guru yang otoriter dalam mengajar, menganggap siswanya pasif, menyampaikan materi secara searah, dan rendahnya umpan balik selama proses pembelajaran.

2) Metode Pembelajaran

Menurunya partisipasi siswa dalam belajar disebabkan tidak tepatnya pemilihan metode pembelajaran, banyak guru yang menggunkan metode pengajaran klasikal dan ceramah, tanpa pernah mencoba menggunakan metode yang lebih menantang. Sementara pemilihan metode berpengaruh

(11)

17 terhadap keterlibatan dan hasil belajar siswa. Semakin baik suatu metode yang digunakan, maka dapat membuat partisipasi dan hasil belajar siswa menjadi optimal.

2.4 Hasil Belajar

Suprijono (2013) menyatakan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang berupa perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan ketrampilan yang ada pada siswa. Hal ini sesuai dengan Bloom (Suprijono, 2013) yang mendefinisikan bahwa hasil belajar mencangkup tiga ranah yakni ranah kognitif, afektif, psikomotorik. Domain kognitif adalah pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Domain afektif adalah sikap menerima, memberikan respon, nilai dan karakterisasi. Dalam masyarakat pada umumnya berkembang asumsi bahwa ranah afektif tidak dapat diukur, namun beberapa ahli menyatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasan kognitif tingkat tinggi.Sedangkan psikomotorik mencangkup ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial, menejerial dan intelektual. Sedangkan menurut Thobroni & Mustofa (2013) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan tidak terlihat secara fragmentaris atau terpisah , tetapi secara komprehensif.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada siswa yang perubahannya relatif menetap pada bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik yang diperoleh setelah mengikuti

(12)

18 proses pembelajaran. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar afektif dan kognitif.

Hasil belajar kognitif mengacu pada KI-3 kurikulum 2013 jenjang SMP/MTs, adapun aspek penilainya sebagai berikut:

Tabel 2.2 Penilaian hasil belajar kognitif

kompetensi inti Kompetensi Dasar Indikator 3. Memahami dan

menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

3.1 Menerapkan operasi aljabar yang melibatkan bilangan rasional. 3.1.1 mengenal dan menyusun bentuk aljabar 3.1.2 Mengidentifikasi unsur -unsur bentuk aljabar: suku, variabel, koefisien dan konstanta. (Permendikbud No. 68 Th 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMP/MTs)

Hasil belajar afektif mengacu pada KI-1 dan KI-2 kurikulum 2013 jenjang SMP/MTs, adapun aspek penilainya sebagai berikut:

Tabel 2.3 Penilaian hasil belajar afektif Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator 1. Menghargai dan

menghayati ajaran agama yang dianutnya

1.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

 Menjawab salam

 Berdoa sebelum dan sesuadah pelajaran. 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya 2.1 Menunjukkan sikap logis, kritis, analitik, konsisten dan teliti, bertanggung jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah. Tanggung jawab  Melaksanakan tugas individu/kelompok dengan baik

(13)

19 Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator

2.2 Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika serta memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika, yang terbentuk melalui pengalaman belajar. Percaya diri

 Tidak mudah putus asa dalam mengerjakan soal.

 Berani presentasi didepan kelas. 2.3 Memiliki sikap terbuka, santun, objektif, menghargai pendapat dan karya teman dalam interaksi kelompok maupun aktivitas sehari-hari. Terbuka

 Tidak menyontek dalam mengerjakan tugas maupun ulangan.

 Melaporkan data atau

informasi hasil diskusi dengan apa adanya.

Santun

 Mengajukan pendapat/ tanggapan dengan bahasa dan sikap yang baik.

(Permendikbud No. 68 Th 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMP/MTs)

Gambar

Tabel 2.1 Aspek Partisipasi Kontributif dan Inisiatif  Aspek
Tabel 2.2 Penilaian hasil belajar kognitif

Referensi

Dokumen terkait

siswa kelas X terhadap seluruh sub indikator keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan pada materi pembelajaran larutan elektrolit dan non elektrolit

Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui proses identifikasi masalah lingkungan hidup yang dapat dilakukan mahasiswa pada matakuliah Ekologi Manusia,

Fisika Edisi kelima (diterjemahkan oleh Yuhilza Hanum).. Melalui pembelajaran problem based learning ini menjadikan siswa lebih berpartisipasi aktif memecahkan

Strategi yang masuk ke dalam kelompok ini adalah: (1) peningkatan produksi, kualitas dan mutu hasil panen, (2) pengembangan usaha dengan pemanfaatan bantuan modal, (3)

Bahan perisai lainnya yang dibutuhkan dalam komponen PGNAA adalah plat LiF sebagai penyekat ruang pencacahan sampel PGNAA yang mempunyai sifat dapat menangkap

Proses Pengolahan Madu Sampai Proses Pengemasan IRT Indah Madu Kendala yang dialami oleh peternak lebah madu adalah hasil madu yang diperoleh ketika tidak ada musim

menggambarkan bahwa setiap penurunan 1 satuan unit variabel Capital Adequacy Ratio maka akan menaikkan variabel Non Performing Financing sebesar 0,053 satu

Definisi gadai juga disebutkan dalam Pasal 1 Angka 10 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 /POJK.05/2016 Tentang Usaha Pegadaian yaitu bahwa “gadai adalah suatu hak