Vol
.
X
I.
No
.
19
,
NOPEMBER
20
1
3
Penasehat
: Direktur Politeknik Kementerian Kesehatan Makassar
Penanggung Jawab
: Ketua Jurusan Farmasi Poltekkes Kementerian
Kesehatan Makassar
Dewan Redaksi
Ketua
: Drs. Jumain, M.Kes, Apt
Anggota
: Muhammad Saud, SH, S.Farm, M.Kes
Drs. H. Tahir Ahmad, Apt
Drs. Ismail Ibrahim, Apt
Drs. Rusli, Sp.FRS.,Apt
Redaksi Pelaksana
Ketua
: Rusdiaman, S.Si., M.Si.,Apt
Wakil Ketua
: Drs. H. Asyhari Asyikin, S. Farm, M.Kes
Sekretaris
: Dra. Hj. Nurisyah, M.Si.,Apt
Bendahara
: Tajuddin Abdullah, ST, M.Kes
Anggota
: Dra. Hiany Salim, M.MKes, Apt
Dra. Hasnah Ibrahim, M.Mkes
Djuniasti Kari, S.Si, M.Si, Apt
Sesilia R. Pakadang, S.SI, M.Si, Apt
Sultan, S.Farm, M.Mkes
Harbiah, ST, M.Si
Humas
: Mispari, SH, S.Farm, M.Kes
Rusdiaman, S.SI, M.Si, Apt
Raimundus Chaliks, S.Si
Arisanty, S.Si, Apt
Sirkulasi
: Ahmad Murad, S.Sos
Hendra Stevani, S.Si, Apt
Alamat Redaksi
: Jurusan Farmasi Politeknik Kementerian
Kesehatan RI Makassar
Jl. Baji Gau No. 10 Makassar
Telp. 0411-854021
Fax. 0411-830883
e-mail : [email protected]
www.farmasi.poltekkes-mks.ac.id
ISSN No. 0216-2083MEDIA FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
Media Farmasi Vol XI, No. 19 Nopember 2013 ii
DAFTAR ISI
________________________________________________________________________
MEDIA FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MAKASSAR ...
ii
EDITORIAL ...
iii
DAFTAR ISI ...
iv
1.
UJI KERUSAKAN DINDING SEL BAKTERI Staphylococcus aureus OLEH
EKSTRAK DAUN JARAK CINA (Jatropha multifida L) DENGAN MENGGUNA
KAN SPEKTROFOTOMETRI UV DAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
Oleh Agnes Lidjaja, Dewi Isnaeni...
1
2.
AKTIVITAS ANTIBAKTERI BUNGA ROSELLA, RIMPANG KUNYIT PUTIH,
RIMPANG JERINGAU TERHADAP Staphylococcus aureus, Salmonella thypi dan
Escherichia coli. Oleh Sesilia R Pakadang, Sisilia TR Dewi...
15
3.
UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI PASTA GIGI DARI BUAH ASAM JAWA
(Tamarindus indica L) TERHADAP Streptococcus mutans PENYEBAB KARIES
GIGI. Oleh Ariyani Buang, Amrin...
21
4.
UJI EFEKTIVITAS DAYA HAMBAT REBUSAN PELEPAH DAUN TALAS
(Colocasia esculenta) TERHADAP PERTUMBUHAN Escherichia coli. Oleh H.Sultan
30
5. UJI KESTABILAN REAKSI SUKROSA DENGAN PEREAKSI SELIWANOFF BER
DASARKAN PERBEDAAN KONSENTRASI ASAM KLORIDA DAN WAKTU
REAKSI DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK.
Oleh Nurisya, Alfrida Monica Salasa...
35
6.
PERBEDAAN PROFIL LIPID (KOLESTEROL, HDL,LDL, TRIGLISERIDA) DAN
KUALITAS HIDUP USIA LANJUT DI DATARAN TINGGIMONCONG KABUPA
TEN GOWA DAN DATARAN RENDAH KECAMATAN GALESONG UTARA
KABUPATEN TAKALAR. Oleh M. Nuralamsyah, Asikin, Syamsir...
40
7.
EFEKTIVITAS REBUSAN KAYU SECANG DAN DAUN SAMBILOTO SEBAGAI
ANTIDIARE Oleh Djuniasti Karim, Hiany Salim, Hasnah Ibrahim...
42
8.
ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN OBAT RUTIN PUSKESMAS DI
GUDANG FARMASI KOTA MAKASSAR Oleh Hiany Salim...
48
Media Farmasi Vol XI, No. 19 Nopember 2013 iv
PENDAHULUAN
Streptococcus mutans diketahui sebagai mikroorganisme utama yang berperan dalam proses terjadinya karies gigi. Streptococcus mutans serotip E banyak ditemukan pada plak gigi manusia. Beberapa jenis karbohidrat seperti sukrosa dan glukosa dapat difermentasikan oleh Streptococcus mutans dan membentuk asam sehingga dapat menurunkan pH plak gigi. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan terjadinya demineralisasi email sehingga proses karies dimulai (Fejerskov O.K.E., 2003).
Masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di masyarakat ialah karies gigi. Di Indonesia, karies gigi adalah penyakit endemik dengan derajat keparahan yang cukup tinggi. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. Oleh karena itu upaya pencegahan terhadap karies gigi
sangat diperlukan. Salah satu caranya ialah dengan menggosok gigi menggunakan sikat gigi dan pasta gigi yang baik secara teratur dua kali sehari (Resti, dkk., 2008).
Pasta gigi yang digunakan pada saat menyikat gigi berfungsi untuk mengurangi pembentukan plak, memperkuat gigi terhadap karies, membersihkan dan memoles permukaan gigi, menghilangkan atau mengurangi bau mulut, memberikan rasa segar pada mulut serta memelihara kesehatan gusi (Sasmita I.S, dkk., 2010).
Pasta gigi antara lain mengandung bahan antimikroba seperti triklosan dan klorheksidin sebagai bahan aktif yang dapat memberikan efek inhibisi secara langsung pada pembentukan plak. Penambahan herbal pada pasta gigi diharapkan dapat menghambat pertumbuhan plak. Hal tersebut berkaitan dengan kemampuan beberapa jenis herbal yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba. Selain itu, karena herbal berasal dari tumbuh-tumbuhan, maka bahan tersebut aman dan alami (Pannuti CM, dkk., 2003).
Metode ekstraksi (penyarian) adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengeluarkan at au menarik zat aktif yang terdapat di dalam sel bahan alam dengan menggunakan metode ekstraksi dan pelarut pengekstraksi yang sesuai. Bahan alam
UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI PASTA GIGI DARI BUAH ASAM JAWA
( Tamarindus Indica L) TERHADAP Streptococcus mutans PENYEBAB
KARIES GIGI
Ariyani Buang*, Amrin**
*Program Studi Farmasi FMIPA Univ Pancasakti Makassar **Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Timur
Telah dilakukan penelitian mengenai Uji Efektifitas anti bakteri pasta gigi dari biji buah asam jawa (Tamarindus indica L) terhadap Streptococcus mutans. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pasta gigi dari biji buah asam jawa terhadap Streptococcus mutans penyebab karies gigi. Bahan yang digunakan dalam pembuatan pasta gigi adalah biji buah asam jawa yang disangrai dan ekstrak etanol dari biji buah asam jawa yang diekstraksi secara refluks menggunakan etanol 96 %. Selanjutnya diformulasikan menjadi pasta gigi dengan variasi konsentrasi 1%, 2% dan 4%, kontrol negatif tanpa menggunakan zat aktif dan Pepsodent sebagai kontrol positif. Uji efektivitas antimikroba dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar untuk menentukan diameter hambatan dengan menggunakan paperdics pada Medium Muller Hilton agar (MHA), setelah di inkubasi 24 jam. Hasil uji efektivitas pasta gigi ekstrak biji buah asam jawa memiliki daya hambat rata-rata terhadap Streptococcus mutans yaitu konsentrasi 1%, 2%, dan 4% masing-masing 8.33 mm, 10.33 mm, dan 13,5 mm, kemudian sangrai memiliki daya hambat rata-rata yaitu konsentrasi 1%, 2%, dan 4% masing masing : 8 mm, 9.33 mm, dan 12.17 mm, sedangkan
Pepsodent herbal 15 mm, dan untuk kontrol negatif didapatkan zona hambatan sebesar 7 mm. Berdasarkan
analisis statistik dengan menggunakan metode Anova dilanjutkan uji rentang Newman-Keuls didapatkan hasil ada perbedaan yang nyata pada konsentrasi yang digunakan.
dapat berupa tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral dan biota laut adalah merupakan sumber bahan baku obat khususnya obat tradisional. Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi zat yang terlarut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut. Secara umum metode ekstraksi dapat dibedakan menjadi infudasi, maserasi, perkolasi, soxlethasi, refluks dan destilasi uap air.
Tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat mempunyai kelebihan yaitu memiliki efek samping yang kecil dibandingkan dengan pengobatan kimiawi (Kardinan, A., dkk., 2003). Salah satu tumbuhan obat yang digunakan sebagai obat tradisional adalah biji asam jawa.
Asam jawa dikenal masyarakat selain sebagai bumbu masak juga sebagai obat tradisional . Berbagai penyakit yang dapat disembuhkan oleh biji asam jawa adalah karang gigi, remtik, antiseptik, dan borok karena luka. Kandungan kimia yang terdapat dalam biji asam jawa adalah albuminoid, dan phlobatannin (Suriana, N., dkk., 2013 dan Hariana, H.A., 2013). Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah pasta gigi sangrai dan ekstrak biji asam jawa memiliki efektifitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans yang optimal dan pada konsentrasi berapa pasta gigi sangrai dan ekstrak biji buah asam jawa yang paling berefek.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas antibakteri pasta gigi sangrai dan ekstrak biji buah asam jawa terhadap Streptococcus mutans, dan untuk mengetahui konsentrasi optimal pada pasta gigi sangrai dan ekstrak biji buah asam jawa terhadap Streptococcus mutans.
Manfaat penelitian ini adalah untuk mendapatkan data ilmiah tentang bahan alam yang dapat dijadikan sebagai pasta gigi dan sebagai bahan pertimbangan bagi industri kosmetik, atau obat tradisional dalam pembuatan pasta gigi dengan menggunakan bahan alam sangrai dan ekstrak biji asam jawa.
METODE PENELITIAN Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah autoklaf, batang pengaduk, Bunsen, botol, cawan petri, corong, erlenmeyer, gelas ukur, gelas piala, inkubator, jangka sorong, kain flannel, lampu spiritus, ose bulat/lurus, oven, penangas air, paperdisc, pinset
pipet volume, rak tabung,sendok tanduk, tabung reaksi, tube, kapas, kertas perkamen, kertas saring, alumunium foil, dan timbangan analitik. Bahan
Bahan yang digunakan adalah aquadest, biakan Streptococcus mutans, sangrai biji buah asam jawa dan ekstrak biji buah asam jawa, etanol 96%, glyserin, kalsium karbonat, medium Nutrien Agar (NA), minyak permen, medium Muller Hinton Agar (MHA), mentol, natrium laurel sulfat, natirum CMC, natrium benzoat, NaCl 0,9%, dan sakarin.
Metode Kerja
Pengambilan dan pengolahan sampel biji buah asam jawa (Tamarindus Induca L).
Pengambilan sampel
Sampel yang digunakan adalah biji buah asam jawa, yang diperoleh dari kabupaten Bima. Pengolahan sampel
Sampel penelitian berupa biji buah asam jawa, dicuci bersih digerus-gerus kemudian dikeringkan.
Pembuatan Sangrai
Biji buah asam jawa di cuci bersih lalu di angin anginkan kemudian di timbang sebayak 500 gram, di masukkan kedalam bejana (wajan), dan di sangrai, di keluarkan dan di dinginkan lalu di blender halus kemudian di ayak, dengan menggunakan nomor mesh 100. Pembuatan Ekstrak
Biji buah asam jawa, di timbang sebanyak 500g, kemudian direfluks dengan cairan penyari etanol 96%, pengerjaan ini dilakukan sebanyak 3-4 kali selama 3-4 jam hingga tidak memberikan filtrat yang berwarna.
Sterilisasi
Alat-alat yang digunakan dicuci dengan deterjen dan dibilas dengan air. Untuk peralatan gelas disterilkan dalam oven pada suhu 180 0C selama 2 jam, sedangkan peralatan yang dapat rusak oleh panas dan bahan-bahan yang akan digunakan disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121 0C selama 15 menit (Pratiwi, 2008).
Media Farmasi Vol XI, No. 19 Nopember 2013 22
Penyiapan dan pembuatan sediaan pasta gigi
Tabel I. Formulasi sediaan pasta gigi
Bahan F1%b/v F2%b/v F3%b/v F4%b/v F5%b/v F6 %b/v F7 %b/v F8%b/v Sangrai - 1 2 4 - - - p e p s o d e n h e r b a l Ekstrak - - - - 1 2 4 Kalsium karbonat 30 30 30 30 30 30 30 Gliserin 25 25 25 25 25 25 25 Na-CMC 2 2 2 2 2 2 2 Menthol 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 Na Benzoat 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 Minyak permen 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Na. Lauryl sulfat 2 2 2 2 2 2 2
Sakarin 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Aquadest ad 50 g ad 50 g ad 50 g ad 50 g ad 50 g ad 50 g ad 50 g
Keterangan:
F1 = kontrol negatif tanpa ekstrak dan sangrai
F2 = Obat pasta gigi sangrai asam jawa konsentrasi 1% F3 = Obat pasta gigi sangrai asam jawa konsentrasi 2% F4 = Obat pasta gigi sangrai asam jawa konsentrasi 4% F5 = Obat pasta gigi ekstrak asam jawa konsentrasi 1% F6 = Obat pasta gigi ekstrak asam jawa konsentrasi 2% F7 = Obat pasta gigi ekstrak asam jawa konsentrasi 4%
a.Pembuatan pasta gigi ekstrak dan sangrai biji buah asam jawa
Natrium CMC dikembangkan terlebih dahulu dalam air panas dengan cara menaburkan diatas air, lalu didiamkan selama kurang lebih 15 menit agar memudahkan proses pembuatan, setelah itu diaduk kuat-kuat secara konstant sehingga basis pasta berhasil dibuat homogen. Setelah, itu kalsium carbonat dimasukan kedalam basis pasta tersebut, diaduk hingga homogen bersama basis pasta (campuran 1). Dalam lumpang yang terpisah gliserin dicampur bersama dengan ekstrak biji asam jawa, (campuran 2). Natrium lauril sulfat dilarutkan dalam air terlebih dahulu sebelum dicampurkan dengan bahan-bahan lainnya (Campuran 3). Campuran 2 (ekstrak+gliserin) dicampurkan kedalam campuran 1 (Na. CMC + CaCO3), diaduk hingga homogen. Setelah itu, ditambahkan campuran 3 (Na. Lauril sulfat + air), diaduk hingga homogen. Natrium benzoate, mentol, sakarin, dan minyak permen ditambahkan setelah semua masa (campuran 1 + campuran 2 + campuran 3) tercampur homogen, diaduk perlahan-lahan hingga semua bahan, tercampur homogen . Natrium CMC dikembangkan terlebih dahulu dalam air panas dengan cara menaburkan diatas air, lalu didiamkan selama kurang lebih 15 menit agar memudahkan proses pembuatan, setelah itu diaduk kuat-kuat secara konstant sehingga basis pasta berhasil dibuat homogen. Setelah, itu kalsium carbonat dimasukan kedalam basis pasta tersebut, diaduk hingga homogen bersama basis pasta (campuran 1). Dalam lumpang yang terpisah gliserin dicampur bersama dengan sangrai biji buah asam jawa (Tamarindus Indica L), (campuran 2). Natrium lauril sulfat dilarutkan dalam air terlebih dahulu sebelum dicampurkan dengan bahan-bahan lainnya (Campuran 3). Campuran 2 (sangrai+gliserin) dicampurkan kedalam campuran 1 (Na. CMC + CaCO3), diaduk hingga homogeny. Setelah itu, ditambahkan campuran 3 (Na. Lauril sulfat + air), diaduk hingga homogen. Natrium benzoate, mentol, sakarin, dan minyak permen ditambahkan setelah semua masa (campuran 1 + campuran 2 + campuran 3) tercampur homogen, diaduk perlahan-lahan hingga semua bahan, tercampur homogen dan begitu pula formula III, IV, V, VI, VII. Kontrol negatif tanpa ekstrak dan sangrai.
Evaluasi pasta gigi ekstrak dan sangrai biji asam jawa (Tamarindus indica L).
Uji organoleptik
Pengujian organoleptik dilakukan dengan mengamati pasta gigi dari bentuk, bau, dan warna sediaan.
Uji pH pasta
Sebanyak 0,5 g pasta gigi ektrak dan sangrai biji asam jawa diencerkan dengan 5 ml aquades, kemudian pH stik dicelupkan selama 1 menit. Perubahan warna yang terjadi pada pH
stik menunjukkan nilai pH dari pasta. 3. Uji homogenitas
Sediaan pasta pada bagian atas, tengah, dan bawah diambil kemudian diletakkan pada plat kaca lalu digosok dan diraba.
4. Uji daya sebar
Sebanyak 0,5 g pasta diletakkan diatas kaca bulat yang berdiameter 15 cm, kaca lainnya diletakkan diatasnya dan dibiarkan selama 1 menit. Diameter sebar pasta diukur. Setelahnya, ditambahkan 100 g beban tambahan dan di diamkan selama 1 menit lalu diukur diameter yang konstan (Astuti et al., 2010) Pengujian efektifitas sediaan pasta gigi
Pembuatan medium (FI IV hal.855).
a. Medium Nutrien Agar (NA)
b. Komposisi :
c. Ekstrak daging : 3 gram
d. Pepton : 5 gram
e. Agar : 15 gram
f. Air suling : ad 1000 ml
g. Cara membuat
trak daging Bahan ditimbang sebanyak 5.75 gram dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml lalu dilarutkan ke dalam air suling agar larut sempurna. Dipanaskan di atas waterbath, di atur pada pH 7±2 dan dicukupkan volumenya dengan air suling hingga 250 ml disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
Media Farmasi Vol XI, No. 19 Nopember 2013 24
Medium Muller Hilton Agar (MHA) Komposisi :
Kaldu daging : 2 gram Kasein hidrolisa : 17,5 gram
Pati : 1,5 gram
Agar : 13 gram
Air suling : ad 1000 ml
Cara membuat :
Bahan ditimbang sebanyak 8.5 gram dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml lalu dilarutkan ke dalam air suling agar larut sempurna. Dipanaskan di atas waterbath, di atur pada pH 7±2 dan dicukupkan volumenya dengan air suling hingga 250 ml disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
Penyiapan bakteri uji Peremajaan bakteri uji
Bakteri uji yang digunakan adalah Streptococcus mutans. Dari stok murni diambil 1 ose dan diinokulasi dengan cara digoreskan secara steril kedalam medium NA miring, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37oC selama 24 jam.
Pembuatan suspensi bakteri
Bakteri uji hasil peremajaan yang telah diinkubasi dibuat suspensi bakteri dengan larutan NaCl 0,9%.
Pembuatan larutan pasta gigi
Dibuat pengenceran uji pasta gigi formula kontrol dengan cara, 1 g pasta gigi kemudian di tambahkan larutan Na CMC sebanyak 10 ml kedalam wadah, di aduk hingga homogen atau terdispersi sempurna. Cara yang sama di lakukan untuk pembuatan pengenceran uji pasta gigi sangrai dan ekstrak pada konsentrasi 1%, 2%, 4%, dan kontrol positif (epsoden herbal).
a. Pengujian Pasta Gigi
Medium Muller Hilton Agar dituang secara aseptik kedalam cawan petri steril sebanyak 10 ml kemudian ditambahkan 0,2 ml biakan suspensi bakteri dicampur dengan baik supaya bakteri terdistribusi secara merata. Kemudian paperdisc dicelupkan kedalam masing-masing sampel uji pasta gigi dengan konsentrasi ekstrak dan sangrai biji buah asam jawa kontrol negatif dan kontrol positif pasta gigi herbal. Paperdisc yang telah dicelupkan
kedalam masing masing sampel uji diletakkan pada permukaan media yang telah memadat secara aseptis dengan menggunakan pinset steril, dengan jarak 2-3 cm dari pinggir cawan petri, diinkubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 jam. Daerah hambatan yang terbentuk diukur dengan mistar geser. Perlakuan ini dilakukan sebanyak 3 kali dan diambil rata-ratanya. Pengamatan dan pengukuran zona hambatan
Pengamatan dan pengukuran diameter hambatan dilakukan setelah masa inkubasi 24 jam. Zona hambatan yang terbentuk diukur dengan menggunakan jangka sorong.
Analisis data
Data yang diperoleh dari pengukuran diameter hambatan, di analisis statistic menggunakan anava.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pas Ta
UJI ORGANOLEPTIK Pasta gigi dari ekstrak biji buah asam jawa
Pasta gigi dari sangrai biji buah asam jawa
Bentuk Warna Bau Bentuk Warna Bau 1 ½ padat putih Mins ½ padat putih Mins 2 ½ padat Hijau Mins ½ padat hijau Mins 3
½ padat Coklat Mins ½ padat Coklat muda Mins 4 ½ padat Coklat
muda
Mins ½ padat Coklat tua
Mins
5 ½ padat Coklat tua
Mins ½ padat Coklat kemera han
Mins
Sumber data primer Keterangan : Kontrol negatif Kontrol positif
Pasta gigi dari ekstrak dan sangrai biji buah asam jawa 1%
Pasta gigi dari ekstrak dan sangrai biji buah asam jawa 2%
Pasta gigi dari ekstrak dan sangrai biji buah asam jawa 4%
Hasil Penelitian
Tabel 2. Data hasil uji organoleptis Pasta gigi dari ekstrak dan sangrai biji buah asam jawa (Tamarindus indica L)
25
51
Tabel 4. Data hasil uji homogenitas Pasta gigi dari ekstrak dan sangrai biji buah asam jawa (Tamarindus indica L)
Pasta gigi ekstrak biji buah asam jawa sangrai biji buah asam jawa Kontrol Negatif Tidak terjadi pemisahan Tidak terjadi pemisahan
Kontrol Positif Tidak terjadi pemisahan Tidak terjadi pemisahan 1% Tidak terjadi pemisahan Tidak terjadi pemisahan 2% Tidak terjadi pemisahan Tidak terjadi pemisahan 4% Tidak terjadi pemisahan Tidak terjadi pemisahan
Tabel 5. Data hasil uji daya sebar Pasta gigi dari ekstrak dan sangrai biji buah asam jawa (Tamarindus indica L)
Pasta Daya sebar Pasta gigi (cm)
ekstrak biji buah asam jawa sangrai biji buah asam jawa
Kontrol Negatif 2 cm 2 cm
Kontrol Positif 2.5 cm 2.5 cm
1% 2.5 cm 3 cm
2% 2.5 cm 3 cm
4% 2.5 cm 3 cm
Tabel 3. Data hasil pengukuran pH Pasta gigi dari ekstrak dan sangrai biji buah asam jawa (Tamarindus indica L.)
Pasta gigi
pH Pasta gigi ekstrak biji buah asam
jawa sangrai biji buah asam jawa
Kontrol Negatif 7,0 7,0
Kontrol Positif 7,6 7,6
1% 7,0 7,5
2% 7,0 6,9
4% 7,3 7,0
Media Farmasi Vol XI, No. 19 Nopember 2013 26 6
Tabel 6. Hasil Pengamatan diameter daerah zona hambatan Pasta gigi dari ekstrak biji buah asam jawa (Tamarindus indica L) dan uji efektivitas terhadap bakteri Streptococcus mutans
Replikasi
Diameter zona hambatan (mm)
Total Pasta gigi ekstrak biji buah asam jawa
1 2 3 4 5 1 7 8 10 13.5 16 54.5 2 7 8.5 10 13.5 16 55 3 7 8.5 11 13.5 16 56 Jumlah (∑) 21 25 31 40.5 48 165.5 Rata – rata 7 8.33 10.33 13.5 16 - Keterangan:
1,2,3,4,5 : Kontrol negatif, pasta gigi ekstrak buah asam jawa 1%;2%;4%, Pepsodent herbal
Tabel 7. Hasil Pengamatan diameter daerah zona hambatan Pasta gigi dari sangrai biji buah asam jawa (Tamarindus indica L) dan uji efektivitas terhadap bakteri Streptococcus mutans
Replikasi
Diameter zona hambatan (mm)
Total
Pasta gigi sangrai biji buah asam jawa
1 2 3 4 5 1 7 8 9 11.5 16 49 2 7 8 9.5 12.5 16 50.5 3 7 8 9.5 12.5 16.5 51 Jumlah (∑) 21 24 28 36.5 48.5 150.5 Rata – rata 7 8 9.33 12.17 16.17 - Keterangan:
1,2,3,4,5 : Kontrol negatif, pasta gigi ekstrak buah asam jawa 1%;2%;4%, Pepsodent herbal
27
56
Pembahasan
Penelitian ini menggunakan Pasta gigi dari ekstrak biji buah asam jawa yang telah dikumpulkan, dibersihkan kemudian digerus, lalu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung, kemudian diekstraksi dengan cara refluks selanjutnya filtrat dikumpulkan kemudian diuapkan dengan menggunakan rotavapor hingga diperoleh ekstrak etanol kental, sedangkan pasta gigi dari sangrai biji buah asam jawa yang dikumpulkan, dibersihkan kemudian di sangrai menggunakan wajan hingga terjadi kehitaman, dikeluarkan lalu di dinginkan kemudian di gerus hingga halus dan di ayak dengan menggunakan
ayakan mes 100. Sangrai dan ekstrak biji buah
asam jawa diformulasikan sebagai bahan aktif dalam sediaan pasta gigi dengan penambahan zat– zat tambahan untuk membentuk massa pasta gigi kemudian
diuji efektivitasnya terhadap Streptococcus mutans.
Pembuatan Pasta gigi dari biji buah asam jawa yang di sangrai dan ekstrak dibuat sebanyak 8 formula yaitu formula kontrol negatif, pasta gigi herbal sebagai kontrol positif, dan formula sediaan pasta gigi dari biji buah asam jawa yang di sangrai dan ekstrak dengan konsentrasi 1%, 2% dan 4%.
Fungsi bahan yang digunakan dalam
pembuatan pasta gigi adalah aquadest berfungsi sebagai zat tambahan dan pelarut, gliserin berfungsi sebagai pelembab dan mencegah melekat sediaan pada wadah, kalsium karbonat berfungsi sebagai bahan abrasif atau pegatur kekentalan pasta gigi, mentol berfungsi sebagai perasa, natrium laurel sulfat berfungsi sebagai detergen/surfaktan dan menurunkan tegangan permukaan, minyak permen sebagai pengaroma dan perasa, natrium benzoate sebagai pengawet dan antimikroba, dan Natrium carboxyl metil selulosa sebagai pelekat dan memebentuk krim
pada pasta, sangrai dan ekstrak sebagai zat aktif
pada pasta, selanjutnya dilakukan pemeriksaan organoleptis, uji pH, uji homogenitas, uji daya sebar, dan analisis statistik daya hambat pasta gigi dari sangrai dan ekstrak biji buah asam jawa (Tamarindus Indica L) terhadap Streptococcus mutans.
Pengujian efektivitas anti bakteri pasta gigi
dari biji buah asam jawa (Tamarindus Indica L) yang di sangrai dan ekstrak menggunakan metode difusi agar untuk mengetahui diameter zona
hambatannya yang terbentuk terhadap
Streptococcus mutans penyebab karies gigi.
Berdasarkan hasil pengukuran diameter zona
hambatan memperlihatkan bahwa pasta gigi dari
biji buah asam jawa (Tamarindus Indica L) yang di sangrai dan ekstrak dimana dengan konsentrasi 1%, 2% dan 4% dengan masa inkubasi 1x24 jam
menunjukkan bahwa di sekitar paperdics pasta
gigi dari biji buah asam jawa yang di sangrai dan ekstrak dapat menghambat pertumbuhan
Streptococcus mutans yang ditandai adanya zona
keruh disekitar paperdisc. Pada formula kontrol negatif memberikan zona hambatan 7 mm, sedangkan formula kontrol positif digunakan sebagai parameter hambatan maksimal dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus
mutans penyebab karies gigi. selain dari itu ada
juga natrium benzoat yang memberikan zona hambat 1 mm terhadap streptococcus mutans. Dari ketiga konsentrasi yang digunakan dari pasta gigi sangrai dan ekstrak biji buah asam jawa
memperlihatkan terjadinya kenaikan zona
hambatan seiring dengan kenaikan konsentrasi yang digunakan. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya zat aktif yang terkandung dalam
pasta gigi dari biji buah asam jawa yang di sangrai
dan ekstrak dalam manghambat pertumbuhan Streptococcus mutans penyebab
karies gigi, pada konsentrasi 4% yang efektif menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans.
Beberapa kandungan kimia dari biji buah asam jawa yang berkhasiat sebagai antibakteri yaitu saponin, flavanoid, plobatanin, albuminoid dan tanin. Tanin bekerja dengan menggandakan
kompleks hidrofobik dengan protein,
menginaktivasi adesin, enzim dan protein
transport dinding sel sehingga menganggu pertumbuhan mikroorganisme.
Berdasarkan dari hasil analisa statistik dengan menggunakan analisis varians terhadap data hasil penghitungan uji efektivitas anti bakteri
pasta gigi dari biji buah asam jawa yang di sangrai dan ekstrak terhadap streptococcus mutans menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata antara sediaan tersebut dari konsentrasi yang digunakan terhadap streptococcus mutans. Hal ini dapat
dilihat pada pasta gigi dari sangrai nilai Fhitung
sebesar (410.58) lebih besar dari Ftabel 5% (3,48)
pada taraf kepercayaan 95%, dan dilihat pada
pasta gigi dari ekstrak nilai Fhitung sebesar (493.21)
lebih besar dari Ftabel 5% (3,48) pada taraf
kepercayaan 95%. Berdasarkan hal tersebut diatas,
pasta gigi dari sangrai dan ekstrak biji buah asam
jawa dapat memberikan efek terhadap bakteri
Streptococcus mutans. Dari hasil analisis Varian (ANAVA) menunjukkan ada perbedaan efek.
Media Farmasi Vol XI, No. 19 Nopember 2013 28
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.Pasta gigi dari biji buah asam jawa (Tamarindus Indica L)yang di sangrai dan ekstrak pada konsentrasi 1%, 2%, dan 4% dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans penyebab karies gigi.
2. Pasta gigi dari biji buah asam jawa (Tamarindus Indica L)yang di ekstraksi lebih efektif menghambat Streptococcus mutans dibanding yang disangrai dan konsentrasi yang paling efektif untuk menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans yaitu konsentrasi 4%.
B. Saran
Untuk dilakukan penelitian lebih lanjut
dalam menentukan konsentrasi maksimum
sebagai daya hambat dari pasta gigi dari biji buah
asam jawa yang disangrai dan yang diekstraksi dengan menggunakan bakteri lain.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti I. Y., D. Hartanti, dan A. Aminiati. 2010. Peningkatan Aktivitas Antijamur Candida albicans Salep Minyak Atsiri Daun Sirih (Piper bettle LINN.) melalui Pembentukan Kompleks Inklusi dengan β-siklodekstrin.MajalahObat Tradisional. 15: 94-99
Aisyah S., 2011. perbedaan daya hambat pasta gigi yang mengandung propolis dan bunga cengkeh terhadap Streptococcus mutans (In Vitro). Skripsi. Fakultas Kedokteran. USU. Medan.
Anief, M. 2007. Farmasetika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Arthur, dkk., 2000, Pharmaceutical Excipient, American pharmaceutical association, Washington DC
Brooks, dkk., 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Terjemahan Edi Nugroho dan RF Maulany. Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan R.I. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan R.I, Jakarta.
Departemen Kesehatan R.I. 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan R.I, Jakarta.
Dwijasaputro, 2005, Dasar- dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.
Fejerskov O.K.E., 2003. Dental Caries The Disease and Its Clinical Management. Oxford: Blackwell Publishing Company. Hariana, H.A., 2013. 262 Tumbuhan Obat dan
Khasiatnya. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 39-41.
Kardinan, A., dkk., 2003. Tanaman Obat Penggempur Kanker. Agromedia Pustaka. Depok.
Marsh PD, dkk., 2009. The resident oral microflora and metobolism of the oral microflora. Oral Microbiology Fifth Edition
Pannuti CM, dkk., 2003. Clinical effect of a herbal dentifrice on the control of plaque and gingivitis: a double-blind study. Pesqui Odontol Bras.
Resti, dkk., 2008. Pengaruh Pasta Gigi Mengandung Xylitol Terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans serotipe E (In Vitro). Indonesia Jurnal of dentistry. Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Indonesia. Jakarta.
Suriana, N., dkk., 2013. Ensiklopedia Tanaman Obat. Rumah Ide. Malang. Hal 20-24.