• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Soil Transmitted Helminths

2.1.1. Definisi soil transmitted helminthes

Soil Transited Helminths (STH) adalah sekelompok cacing parasit (kelas

Nematoda) yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia melalui kontak dengan telur ataupun larva parasit itu sendiri yang berkembang di tanah yang lembab yang terdapat di negara yang beriklim tropis maupun subtropis.15 Berikut spesies

STH yang paling sering menyebabkan infeksi kecacingan; Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Berikut ini

adalah tabel taksonomi Soil Transmitted Helminths :

Tabel 2.1.1 Taksonomi Soil Transmitted Helminths

Taksonomi A. lumbricoides T. trichiura Cacing Tambang

Sub Metazoa Metazoa Metazoa

Kingdom

Phylum Nemathelminthes Nemathelminthes Nemathelminthes

Kelas Nematoda Nematoda Nematoda

Sub Kelas Phasmidia Aphasmidia Phasmidia

Ordo Ascaria Enoplida Rhabtidia

Super Ascaridoidea Trichinellidae Rhabtitoidae dan

Famili Ancylostomatidae

Famili Ascaridea Trichuridae Necator dan Ancylostomatidae

Genus Ascaris Trichuris Necator dan

Ancylostoma Spesies A.lumbricoides T.trichiura N.americanus dan

(2)

2.1.2. Jenis jenis Soil Transmitted Helminths A Ascaris lumbricoides

a) Morfologi

Ascaris lumbricoides merupakan cacing terbesar diantara Nematoda

lainnya. Cacing betina memiliki ukuran besar dan panjang. Manusia merupakan satu-satunya hospes cacing ini. Cacing jantan berukuran 10-30 cm, sedangkan cacing betina 22-35 cm, kadang-kadang sampai 39 cm dengan diameter 3-6 mm. Pada stadium dewasa hidup di rongga usus halus, cacing betina dapat bertelur sampai 100.000-200.000 butir sehari, terdiri dari telur yang dibuahi dan telur yang tidak dibuahi. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Ascaris

lumbricoides memiliki 4 macam telur yang dapat dijumpai dalam feses

yaitu telur fertil (telur yang dibuahi), infertil (telur yang tidak dibuahi), decorticated (telur yang sudah dibuahi tetapi kehilangan lapisan albuminnya) dan telur infektif (telur yang megandung larva).16

Siklus Hidup

1. Cacing dewasa hidup di saluran usus halus, seekor cacing betina mampu menghasilkan telur sampai 240.000 perhari yang akan keluar bersama feses.

2. Telur yang sudah dibuahi mengandung embrio dan menjadi infective setelah18 hari sampai beberpa minggu di tanah.

3. Tergantung pada kondisi lingkungan (kondisi optimum, lembab, hangat, tempat teduh).

4. Telur infektif tertelan.

5. Masuk ke usus halus dan menetas mengeluarkan larva yang kemudian menembus mucosa usus, masuk kelemjar getah bening dan aliran darah dan terbawa sampai ke paru-paru.

6. Larva mengalami pendewasaan di dalam paru-paru, menembus dinding alveoli, naik ke saluran pernafasan dan akhirnya terlelan kembali. Ketika mencapai usus halus, larva tumbuh menjadi cacing dewasa.

(3)

Waktu yang diperlukan mulai tertelan telur infeksi sampai menjadi cacing dewasa sekitar 2-3 bulan. Cacing dewasa dapat hidup 1 sampai 2 tahun dalam tubuh.17

b) Patogenesis

Patogenesis berkaitan dengan jumlah organisme yang menginvasi, sensitifitas individu, bentuk perkembangan cacing, migrasi larva dan status nutrisi individu. Migrasi larva dapat menyebabkan eosinophilia dan kadang-kadang reaksi alergi. Bentuk dewasa dapat menyebabkan kerusakan pada organ akibat invasinya dan mengakibatkan patogenesis yang lebih berat.18

c) Manifestasi Klinis

Gejala klinis yang dapat muncul akibat infeksi dari cacing Ascaris

lumbricoides antara lain rasa tidak enak pada perut, diare, nausea,

vomiting, berat badan menurun dan malnutrisi. Bolus yang dihasilkan oleh cacing dapat menyebabkan obstruksi intestinal, sedangkan larva yang migrasi dapat menyebabkan pneumonia dan eosinophilia.18

d) Epidemiologi

Di Indonesia kejadian Ascariasis tinggi, frekuensinya antara 60% sampai 90% terutama terjadi pada anak-anak. A. lumbricoides banyak terjadi pada daerah iklim tropis dan subtropis khususnya negara-negara berkembang seperti Asia dan Afrika.18

e) Diagnosis

Diagonsis dapat ditegakkan dengan mengidentifikasi adanya telur pada feses dan kadang dapat dijumpai cacing dewasa keluar bersama feses, muntahan ataupun melalui pemeriksaan radiologi dengan kontras barium.18

f) Pencegahan

Pencegahan dilakukan dengan memperbaiki cara dan sarana pembuangan feses, mencegah kontaminasi tangan dan juga makanan dengan tanah yaitu dengan cara cuci bersih tangan sebelum makan dan sesudah makan, mencuci sayur-sayuran dan buah-buahan yang ingin dimakan, menghindari pemakaian feses sebagai pupuk dan mengobati penderita .18

(4)

B.Trichuris trichiura

a) Morfologi

Manusia adalah hospes utama cacing Trichuris trichiura. Cacing dewasa berbentuk cambuk dengan 2/5 bagian posterior tubuhnya tebal dan 3/5 bagian anterior lebih kecil. Cacing jantan memiliki ukuran lebih pendek (3-4cm) daripada betina dengan ujung posterior yang melengkung ke ventral. Cacing betina memiliki ukuran 4-5 cm dengan ujung posterior yang membulat. Memiliki bentuk oesophagus yang khas (Schistosoma oesophagus). Telur berukuran 30-54 x 23 mikron dengan bentukan yang khas lonjong seperti tong (barrel shape) dengan dua mucoid plug pada kedua ujung yang berwarna transparan.16

Cara infeksi adalah telur yang berisi embrio tertelan manusia, larva aktif akan keluar di usus halus masuk ke usus besar dan menjadi dewasa dan menetap. Telur yang infektif akan menjadi larva di usus halus pada manusia. Larva menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limpa kemudian terbawa oleh darah sampai ke jantung menuju paru-paru.19

b) Patogenesis

Cacing dewasa lebih banyak ditemukan di caecum tetapi dapat juga berkoloni di dalam usus besar. Cacing ini dapat menyebabkan inflamasi, infiltrasi dan kehilangan darah (anemia). Pada infeksi yang parah dapat menyebabkan rectal prolapse dan defisiensi nutrisi.18

c) Manifestasi Klinis

Kelainan patologis yang disebabkan oleh cacing dewasa terutama terjadi karena kerusakan mekanik di bagian mukosa usus dan respons alergi. Keadaan ini erat hubungannya dengan jumlah cacing, lama infeksi, umur dan status kesehatan umum dari hospes (penderita). Gejala yang ditimbulkan oleh cacing cambuk pada infeksi ringan berupa gugup, gelisah dan nafsu makan menurun. Pada infeksi berat dapat menimbulkan anemia, diare, sakit perut, mual dan berat badan turun.19

(5)

d) Epidemiologi

Penyebaran geografis T. trichuira dan A. lumbricoides sehingga seringkali kedua cacing ini ditemukan bersama-sama dalam satu hospes. Frekuensinya di Indonesia tinggi, terutama di daerah pedesaan, frekuensinya antara 30%-90%. Angka infeksi tertinggi ditemukan pada anak–anak. Faktor terpenting dalam penyebaran trikuriasis adalah kontaminasi tanah dengan tinja yang mengandung telur. Telur berkembang baik pada tanah liat, lembab dan teduh. 19

e) Pencegahan

Pencegahan dilakukan dengan memperbaiki cara dan sarana pembuangan feses, mencegah kontaminasi tangan dan juga makanan dengan tanah yaitu dengan cara cuci bersih tangan sebelum makan dan sesudah makan, mencuci sayur-sayuran dan buah-buahan yang ingin dimakan, menghindari pemakaian feses sebagai pupuk dan mengobati penderita.18

C. Necator americanus dan Ancylostoma duodenale

Terdapat dua spesies hookworm yang sangat sering menginfeksi manusia yaitu: “The Old World Hookworm” yaitu Ancylostoma duodenale dan “The New World Hookworm” yaitu Necator americanus.20

a) Morfologi

Cacing dewasa hidup di dalam usus halus manusia, cacing melekat pada mukosa usus dengan bagian mulutnya yang berkembang dengan baik. Cacing ini berbentuk silindris dan berwarna putih keabuan. Cacing dewasa jantan berukuran 8 sampai 11 mm sedangkan betina berukuran 10 sampai 13 mm. Cacing N.americanus betina dapat bertelur ±9000 butir/hari sedangkan cacing A.duodenale betina dapat bertelur ±10.000 butir/hari. Bentuk badan N.americanus biasanya menyerupai huruf S sedangkan A.duodenale menyerupai huruf C. Rongga mulut kedua jenis cacing ini besar. N.americanus mempunyai benda kitin, sedangkan pada A.duodenale terdapat dua pasang gigi.21

(6)

Telur cacing tambang sulit dibedakan, karena itu apabila ditemukan dalam tinja disebut sebagai telur hookworm atau telur cacing tambang. Telur cacing tambang besarnya ±60 x 40 mikron, berbentuk oval, dinding tipis dan rata, warna putih. Di dalam telur terdapat 4-8 sel. Dalam waktu 1-1,5 hari setelah dikeluarkan melalui tinja maka keluarlah larva rhabditiform. Larva pada stadium rhabditiform dari cacing tambang sulit dibedakan. Panjangnya 250 mikron, ekor runcing dan mulut terbuka. Larva pada stadium filariform (Infective larvae) panjangnya 600-700 mikron, mulut tertutup ekor runcing dan panjang oesophagus 1/3 dari panjang badan.22

Infeksi pada manusia dapat terjadi melalui penetrasi kulit oleh larva filariorm yang ada di tanah. Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti hurup S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang dimulai dari keluarnya telur cacing bersama feses, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rhabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah.21 Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paru paru. Di paru-paru menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan larynk. Dari larynk, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan.22

b) Patogenesis

Larva cacing menembus kulit akan menyebabkan reaksi erythematous. Larva di paru-paru akan menyebabkan perdarahan, eosinophilia, dan pneumonia. Kehilangan banyak darah dapat menyebabkan anemia.18

c) Manifestasi Klinis

Gambaran klinis walaupun tidak khas, tidak cukup mendukung untuk memastikan untuk dapat membedakan dengan anemia karena defisiensi makanan atau karena infeksi cacing lainnya. Secara praktis,

(7)

telur cacing Ancylostoma duodenale tidak dapat dibedakan dengan telur

Necator americanus. Untuk membedakan kedua spesies ini biasanya

dilakukan tekhnik pembiakan larva.19 z. Larva cacing tambang kemudian bermigrasi ke bagian kerongkongan dan kemudian tertelan. Larva kemudian menuju usus halus dan menjadi dewasa dengan menghisap darah penderita. Cacing tambang bertelur di usus halus yang kemudian dikeluarkan bersama dengan feses ke alam dan akan menyebar kemana mana. Gejala klinik yang timbul bervariasi bergantung pada beratnya infeksi, gejala yang sering muncul adalah lemah, lesu, pucat, sesak bila bekerja berat, tidak enak perut, perut buncit, anemia, dan malnutrisi. Tiap cacing Necator americanus menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005 – 0,1 cc sehari, sedangkan A. duodenale 0,08 – 0,34 cc. 23

d) Epidemiologi

Hookworm menyebabkan infeksi pada lebih dari 900 juta orang dan

mengakibatkan hilangnya darah sebanyak 7 Liter. Cacing ini ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Kondisi yang optimal untuk daya tahan larva adalah kelembaban sedang dengan suhu berkisar 23°-33°C. Kejadian infeksi cacing ini terjadi pada anak-anak.18

e) Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan memutus rantai lingkaran hidup cacing sehingga dapat mencegah perkembangannya menjadi larva infektif, mengobati penderita, memperbaiki cara dan sarana pembuangan feses dan memakai alas kaki.18

2.1.3. Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya infeksi STH

Faktor-faktor risiko (risk factor) yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit Soil Transmitted Helminths antara lain 24 :

1. Lingkungan

Penyakit cacingan biasanya terjadi dilingkungan yang kumuh terutama di daerah kota atau daerah pinggiran. Jumlah prevalensi Ascaris

(8)

lumbricoides banyak ditemukan di daerah perkotaan, dan jumlah

prevalensi tertinggi ditemukan didaerah pinggiran atau pedesaan yang masyarakatnya sebagian besar masih hidup dalam kekurangan. 25

2. Tanah

Penyebaran penyakit cacingan dapat melalui terkontaminasinya tanah dengan tinja yang mengandung telur Trichuris trichiura, telur tumbuh dalam tanah liat yang lembab dan tanah dengan suhu optimal ± 30 C. Tanah liat dengan kelembaban tinggi dan suhu yang berkisar antara 25 C-30 C sangat baik untuk berkembangnya telur Ascaris lumbricoides sampai menjadi bentuk infektif . Untuk pertumbuhan larva Necator americanus memerlukan suhu optimum 28 C-32 C dan tanah gembur seperti pasir atau humus, dan untuk Ancylostoma duodenale lebih rendah yaitu 23 C-25 C.24 3. Iklim

Penyebaran Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura yaitu didaerah tropis karena tingkat kelembabannya cukup tinggi. Sedangkan untuk

Necator americanus dan Ancylostoma duodenale penyebarannya paling

banyak didaerah panas dan lembab. Lingkungan yang paling cocok sebagai habitat dengan suhu dan kelembaban yang tinggi terutama didaerah perkebunan dan pertambangan.26

4. Perilaku

Perilaku mempengaruhi terjadinya infeksi cacingan yaitu ditularkan lewat tanah. Anak-anak paling sering terserang penyakit cacingan karena biasanya jari-jari tangan mereka dimasukkan kedalam mulut, atau makan nasi tanpa cuci tangan.27

5. Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi mempengaruhi terjadinya cacingan yaitu faktor sanitasi yang buruk berhubungan dengan sosial ekonomi yang rendah .28

(9)

2.2. Gizi

2.2.1. Pengertian gizi

Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ organ, serta menghasilkan energi.29 Zat gizi adalah bahan dasar yang menyusun bahan makanan. Zat gizi yang dikenal ada 5 yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.30

2.2.2. Komponen zat gizi

Ada beberapa komponen zat gizi yang dibutuhkan pada nutrisi bayi dan anak yang jumlahnya sangat berbeda untuk setiap umur. Secara umum zat gizi dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan makro dan golongan mikro:untuk zat gizi golongan makro terdiri dari kalori dan H2O (air), untuk kalori berasal dari karbohidrat, protein dan lemak, sedangkan kelompok zat gizi mikro terdiri dari vitamin dan mineral.31

A. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah disetiap makanan, karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada maka dapat menyebabkan terjadi kelaparan dana berat badan menurun demikian sebaliknya apabila jumlah kalori yang tersedia atau berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang tinggi dapat menyebabkan terjadi peningkatan berat badan (obesitas). Dalam mendapatkan jumlah karbohidrat yang cukup maka dapat diperoleh dari susu, padi-padian, buahbuahan, sirup, sukrosa, tepung, dan sayu-sayuran.31

B. Protein

Merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan protoplasmasel, selain itu tersedianya protein dalam jumlah yang cukup penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan untuk keseimbangan osmotik.32

(10)

C. Lemak

Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A, D, E, K yang larut dalam lemak. Menurut sumbernya lemak berasal dari nabati dan hewani. Lemak nabati mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh seperti terdapat pada kacang-kacangan, kelapa dan lain-lainnya. Sedangkan Lemak hewani banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai panjang seperti pada daging sapi, kambing dan lainnya.31

D. Vitamin

Vitamin merupakan senyawa organik yang digunakan untuk mengkatalisator metabolisme sel yang dapat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta dapat mempertahankan organisme, vitamin yang dibutuhkan antara lain:

a. Vitamin A (Retinol) yang harus tersedia dalam jumlah yang cukup yang mempunyai pengaruh dalam kemampuan fungsi mata serta pertumbuhan tulang dan gigi dan dalam pembentukan maturasi epitel.

b. Vitamin B kompleks (Thiamin) jika seseorang kekurangan vitamin ini maka dapat menyebabkan penyakit beri-beri, kelelahan, anoreksia, konstipasi, nyeri kepala, insomnia, takikardi, edema dan peningkatan kadar asam piruvat dalam darah.

c. Vitamin B2 (Riboflavin) vitamin ini harus tersedia dalam jumlah yang cukup, apabila kurang dapat menyebabkan fotophobia, penglihatan kabur, gagal dalam pertumbuhan.

d. Vitamin B12 (Sianokobalamin) vitamin ini sangat baik untuk maturasi sel darah merah dalam sumsum tulang, pengaruh kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan anemia.

e. Vitamin C (Asam ascorbat) kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan lamanya proses penyembuhan luka.

f. Vitamin D vitamin ini berguna dalam pengatur penyerapan dan pengendapan kalsium dan fosfor dengan mempengaruhi permeabilitas membran usus.

(11)

g. Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan tidak stabil terhadap sinar ultraviolet yang dapat berfungsi dalam meminimalkan oksidasi karoten, vitamin A dan asam linoleat serta menstabilkan membran apabla terjadi kekurangan dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah pada bayi prematur dan akan menyebabkan kehilangan keutuhan saraf. h. Vitamin K berfungsi sebagai pembentukan protombin, faktor koagulasi yang harus tersedia dalam tubuh yang cukup apabila terjadi kekurangan dapat menyebabkan perdarahan dan metabolisme tulang yang tidak stabil.32 Kekurangan vitamin dalam tubuh lambat laun akan menampakkan gejala-gejala berupa terhentinya pertumbuhan dan gangguan kesehatan. Gejala ini tergantung pada jenis vitamin yang mengalami kekurangan beberapa macam vitamin secara bersamaan.33

E. Mineral

Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok mikro yang terdiri dari kalsium, klorida, chromium, kobalt, tembaga, flourin, iodium, besi, magnesium,mangan,fosfor, kalium, natriun, sulfur, dan seng. Semuanya harus tersedia dalam jumlah yang cukup.31

2.2.3. Pengertian status gizi

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih.34

Status gizi kurang merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan individu.35

Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu. Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainnya.36

(12)

2.2.4. Faktor sosial-ekonomi yang mempengaruhi status gizi anak

Faktor sosial-ekonomi yang mempengaruhi status gizi anak antara lain 37: 1. Pendidikan Orangtua

Pendidikan orang tua member pengaruh terhadap perilaku kepercayaan diri dari tanggung jawab dalam memilih makanan. Seseorang yang berpendidikan tinggi tidak memperhatikan pantangan atau makanan tabu terhadap konsumsi bahan makanan yang ada. Tingkat pendidikan yang rendah akan mempengaruhi penerimaan informasi, sehingga pengetahuan akan terbatas. Pada masyarakat dengan pengetahuan rendah akan lebih kuat mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan masyarakat, sehingga sulit untuk menerima pembaharuan di bidang gizi. 2. Pendapatan Orangtua

Tingkat pendapatan keluarga menentukan bahan makanan yang dikonsumsi oleh keluarga tersebut. Semakin rendah pendapatan semakin besar persentase yang akan digunakan untuk membeli bahan makanan, dan semakin tinggi bahan makanan maka semakin kecil persentase yang digunakan untuk membeli bahan makanan. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Keluarga yang tergolong mampu mempunyai persediaan pangan yang cukup bahkan berlebih sepanjang tahun, sedangkan pada keluarga yang kurang mampu pada masa-masa tertentu sering mengalami kurang pangan.

3. Pekerjaan Orangtua

Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

(13)

2.2.5. Penilaian status gizi

Status gizi dapat ditentukan dengan cara penilaian secara langsung dan tidak langsung. Cara langsung meliputi pemeriksaan klinik, antropometri, laboratorium, biokimia, biofisik. Sedangkan secara tidak langsung antara lain pemeriksaan konsumsi, statistic vital, faktor-faktor ekologi.37 Antropometri sebagai salah satu cara menilai statusgizi mempunyai keunggulan dan keterbatasan. Keunggulan metode ini adalah prosedurnya sederhana, sedangkan kelemahan antropometri yaitu tidak sensitif pada saat pengukuran.38

Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan menurut umur (BB/U), Tinggi Badan menurut umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB).Penilaian antropometris yang penting dilakukan adalah penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan, lingkar lengan, dan lipatan kulit triseps. Pemeriksaan ini penting, terutama pada anak prasekolah yang berkelas ekonomi dan sosial rendah. Pengamatan anak usia sekolah dipusatkan terutama pada percepatan tumbuh. Uji pertumbuhan pada golongan usia ini setidaknya diselenggarakan setahun sekali, karena laju pertumbuhan pada fase ini termasuk relative lambat. Untuk menginterpretasikan hasil pengukuran diperlukan baku rujukan, adapun baku rujukan yang digunakan menurut Keputusan WHO 2005 dengan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U), indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), indeks massa tubuh menurut Umur (IMT/U).38

Rumus perhitungan IMT / BMI :

Status gizi penduduk umur 6-18 tahun dapat dinilai berdasarkan IMT yang dibedakan menurut umur dan jenis kelamin. Sebagai rujukan untuk menentukan kurus, apabila nilai IMT kurang dari 2 standar deviasi (SD) dari nilai rata rata, dan berat badan (BB) lebih jika nilai IMT lebih dari 2 SD nilai rerata standar WHO 2007 (Tabel: 2.2).

(14)

Tabel 2.2.Standar Penilaian Status Gizi Lebih Menurut Nilai Rata-Rata IMT, Umur dan Jenis Kelamin, WHO 2007

2.3. Hubungan Infeksi STH terhadap Status Gizi

Soetjiningsih menyebutkan bahwa perkembangan anak meliputi perkembangan fisik, kognitif, emosi, bahasa, motorik (kasar dan halus), personal sosial dan adaptif. Untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal dibutuhkan zat-zat gizi yang adekuat melalui pemberian makanan yang sesuai dengan tingkat kemampuan konsumsi anak, tepat dalam jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas), oleh karena kekurangan maupun kelebihan zat gizi, akan menimbulkan gangguan kesehatan, status gizi maupun tumbuh kembang. Hal lain yang tak kalah pentingnya untuk diperhatikan adalah penyakit infeksi yang dapat mengancam kesehatan anak yang dapat berdampak pada kecerdasannya.39

Status gizi ialah suatu status kesehatan yang di hasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Hal yang penting dalam kehidupan manusia yakni meningkatkan perhatian terhadap kesehatan untuk mencegah

(15)

terjadinya malnutrisi (gizi kurang) dan resiko untuk menjadi malnutrisi. Status gizi menjadi penting karena merupakan faktor resiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik pada seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan.40

Anak yang kurang mendapat asupan makanan akan berakibat menurunnya kekebalan tubuh, sehingga mudah terserang penyakit infeksi, kurang nafsu makan dan akhirnya mudah terjadi gizi kurang. Salah satu penyakit infeksi yang dapat mempengaruhi status gizi yaitu kecacingan. Kecacingan juga dapat menghambat perkembangan fisik dan kecerdasan pada anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Kecacingan pada anak juga menurunkan ketahanan tubuh sehingga mudah terkena penyakit lainnya.41

Pada anak-anak sekolah dasar kecacingan akan menghambat dalam mengikuti pelajaran dikarenakan anak akan merasa cepat lelah, menurunnya daya konsentrasi, malas belajar dan pusing.Infeksi dan demam dapat menyebabkan merosotnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan.41

Parasit dalam usus seperti cacing gelang dan sebagainya bersaing dengan tubuh dalam untuk memperoleh makanan dan dengan demikian menghalangi zat gizi ke dalam arus darah, keadaan yang demikian membantu terjadinya kurang gizi .42 Akibat penghisapan zat – zat makanan dan darah oleh cacing , tubuh semakin lama akan kekurangan zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh sehingga menyebabkan tubuh penderita menjadi kurus dan status gizinya menurun.43

Gambar

Tabel 2.2. Standar Penilaian Status Gizi Lebih Menurut Nilai Rata-Rata IMT,  Umur dan Jenis Kelamin, WHO 2007

Referensi

Dokumen terkait

Request masuk pada web server 1 Ketika ip load balancer di akses sebuah static page seperti pada gambar 5 akan muncul, dan seperti disebutkan request tersebut

Pada pagelaran angklung badud ini selain menampilkan kemampuan para permainan musik terdapat pula atraksi peran yang diperankan oleh penari yang menggunakan dengan kostum

Kekayaan jenis burung tertinggi terdapat pada habitat tepian sungai yaitu 27, diikuti sekitar jalan hutan 21 jenis, tepian rumah memiliki 26 jenis, sedangkan daerah interior

KETIGA : Pencadangan Wilayah Izin Pertambangan Rakyat yang telah disetujui sebagaimana dimaksud dalam DIKTUM KESATU Keputusan Kepala Dinas Koperasi, Industri,

Digester berasal dari kata “digest” yang berarti mencabik, jadi yang dimaksud dengan mesin digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mencabik dan mengantarkan bahan

Able to solve the partial integration and trigonometry function integration Teknik Integrasi Integration technique Ceramah dan Latihan Lecture and Exercises 3x50’ Dapat

11 Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. 11.1 Pengembangan data dan informasi lingkungan

Setelah dilaksanakaan program pengabdian masyarakat dapat disimpulkan (a) guru- guru SMP Muhammadiyah 14 Pondok Pesantren Karangasem Lamongan yang dilatih mendesain