• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. A. Deskripsi Wilayah Kabupaten Gunungkidul. 1. Sejarah Kabupaten Gunungkidul

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. A. Deskripsi Wilayah Kabupaten Gunungkidul. 1. Sejarah Kabupaten Gunungkidul"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

40

BAB II

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

A. Deskripsi Wilayah Kabupaten Gunungkidul

1. Sejarah Kabupaten Gunungkidul

Ketika Gunungkidul masih merupakan hutan belantara, ada suatu

desa yang digjadikan tempat tinggal beberapa orang pelarian dari

Majapahit. Desa tersebut adalah Pongangan, yang dipimpin oleh R.

Dewa Katong saudara raja Brawijaya. Setelah R Dewa Katong pindah

ke desa Katongan 10 km utara Pongangan, puteranya yang bernama R.

Suromejo membangun desa Pongangan, sehingga semakin lama

semakin rama. Beberapa waktu kemudian, R. Suromejo pindah ke

Karangmojo.

Perkembangan penduduk di daerah Gunungkidul itu didengar oleh

raja Mataram Sunan Amangkurat Amral yang berkedudukan di

Kartosuro. Kemudian ia mengutus Senopati Ki Tumenggung

Prawiropekso agar membuktikan kebenaran berita tersebut. Setelah

dinyatakan kebenarannya, Tumenggung Prawiropekso menasehati R.

Suromejo agar meminta ijin pada raja Mataram, karena daerah tersebut

masuk dalam wilayah kekuasaannya.

R. Suromejo tidak mau, dan akhirnya terjadilah peperangan yang

mengakibatkan dia tewas. Begitu juga 2 anak dan menantunya. Ki

Pontjodirjo yang merupakan anak R Suromejo akhirnya menyerahkan

(2)

41

Gunungkidul I. Namun Bupati Mas Tumenggung Pontjodirjo tidak

lama menjabat karena adanya penentuan batas-batas daerah

Gunungkidul antara Sultan dan Mangkunegaran II pada tanggal 13 Mei

1831. Gunungkidul (selain Ngawen sebagai daerah enclave

Mangkunegaran) menjadi kabupaten di bawah kekuasaan Kasultanan

Yogyakarta.

Mas Tumenggung Pontjodirjo diganti Mas Tumenggung

Prawirosetiko, yang mengalihkan kedudukan kota kabupaten dari

Ponjong ke Wonosari.Menurut Mr R.M Suryodiningrat dalam bukunya

”Peprentahan Praja Kejawen” yang dikuatkan buku de Vorstenlanden

terbitan 1931 tulisan G.P Rouffaer, dan pendapat B.M.Mr.A.K

Pringgodigdo dalam bukunya Onstaan En Groei van hetMangkoenegorosche Rijk, berdirinya Gunungkidul (daerah administrasi) tahun 1831 setahun seusai Perang Diponegoro, bersamaan

dengan terbentuknya kabupaten lain di Yogyakarta. Dan oleh upaya

yang dilakukan panitia untuk melacak Hari Jadi Kabupaten

Gunungkidul tahun 1984 baik yang terungkap melalui fakta sejarah,

penelitian, pengumpulan data dari tokoh masyarakat, pakar serta daftar

kepustakaan yang ada, akhirnya ditetapkan bahwa Kabupaten

Gunungkidul dengan Wonosari sebagai pusat pemerintahan lahir pada

hari Jumat Legi tanggal 27 Mei 1831 atau 15 Besar Je 1758 dan

dikuatkan dengan Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II

(3)

42

bulan dan tahun Hari Jadi Kabupaten Gunungkidul yang ditandatangani

oleh bupati saat itu Drs KRT Sosro Hadiningrat tanggal 14 Juni 1985.

Sedangkan secara yuridis, status Kabupaten Gunungkidul sebagai

salah satu daerah kabupaten kabupaten yang berhak mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri dalam lingkungan Daerah Istimewa

Yogyakarta dan berkedudukan di Wonosari sebagai ibukota kabupaten,

ditetapkan pada tanggal 15 Agustus 1950 dengan UU no 15 Tahun 1950

jo Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1950 pada saat Gunungkidul

dipimpin oleh KRT Labaningrat.

Guna mengabadikan Hari Jadi Kabupaten Gunungkidul dibangun

prasasti berupa tugu di makam bupati pertama Mas Tumenggung

Pontjodirjo dengan bertuliskan Suryo sangkala dan Condro sangkala

berbunyi : NYATA WIGNYA MANGGALANING NATA ”

HANYIPTA TUMATANING SWAPROJO” Menuruut Suryo sangkala tahun 1831 dibalik 1381, sedang Condro sangkala 1758 dibalik 8571.

2. Kondisi Geografi

Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari.

Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63

% dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa YogyAkarta. Kota

Wonosari terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta (Ibukota

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta), dengan jarak ± 39 km. Wilayah

(4)

43

Letak geografi Gunungkidul terletak pada 110O 21' sampai 110O 50' BUJUR TIMUR dan 7O 46'sampai 8O 09' LINTANG SELATAN

Gambar 2.1

Letak Geografis Kabupaten Gunungkidul

S

sumber : Pemkab Gunungkidul, 2015

Berdasarkan keadaan Topologi Gunungkidul dibagi menjadi 3

(tiga) zona pengembangan, yaitu :

1. Zona Utara disebut wilayah Batur Agung dengan ketinggian 200 m

- 700 m di atas permukaan laut. Keadaannya berbukit-bukit,

terdapat sumber-sumber air tanah kedalaman 6m-12m dari

permukaan tanah. Jenis tanah didominasi latosol dengan bataun

induk vulkanik dan sedimen taufan. Wilayah ini meliputi

Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin, dan

(5)

44

2. Zona Tengah disebut wilayah pengembangan Ledok Wonosari,

dengan ketinggian 150 m - 200 mdpl. Jenis tanah didominasi oleh

asosiasi mediteran merah dan grumosol hitam dengan bahan induk

batu kapur. Sehingga meskipun musim kemarau panjang,

partikel-partikel air masih mampu bertahan. Terdapat sungai di atas tanah,

tetapi dimusim kemarau kering. Kedalaman air tanah berkisar

antara 60 m - 120 m dibawah permukaan tanah. Wilayah ini

meliputi Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong

bagian tengah dan Kecamatan Semanu bagian utara.

3. Zona Selatan disebut wilayah pengembangan Gunung Seribu

(Duizon gebergton atau Zuider gebergton), dengan ketinggian 0 m

- 300 mdpl. Batuan dasar pembentuknya adalah batu kapur dengan

ciri khas bukit-bukit kerucut (Conical limestone) dan merupakan

kawasan karst. Pada wilayah ini banyak dijumpai sungai bawah

tanah. Zone Selatan ini meliputi Kecamatan Saptosari, Paliyan,

Girisubo, Tanjungsari, Tepus, Rongkop, Purwosari, Panggang,

Ponjong bagian selatan, dan Kecamatan Semanu bagian selatan

Dilihat dari bentang alamnya, wilayah Kabupaten Gunungkidul

terdiri dari daerah dataran yang terletak pada bagian tengah dan daerah

perbukitan yang terletak pada bagian timur dan barat, serta kawasan

pantai di sebelah selatan. Luas wilayah Kabupaten Bantul adalah 1

485,36 Km2 dan secara administratif terdiri dari 18 kecamatan yang

(6)

45

mempunyai wilayah paling luas, yaitu 108,39 km2 sementara

Kecamatan Ngawen adalah kecamatan dengan wilayah paling sempit,

yaitu 46,59 Km2.

Tabel 2.1

Luas Wilayah dan banyaknya desa menurut Kecamatan di Kabupaten Bantul tahun 2015

Sumber : Kabupaten Gunungkidul dalam angka, 2015

No Kecamatan Banyaknya Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Desa Dusun 1 Panggang 6 44 99.8 26689 267 2 Purwosari 5 32 71.76 19618 273 3 Paliyan 7 50 58.07 29216 503 4 Saptosari 7 60 87.83 34427 392 5 Tepus 5 83 104.91 32035 305 6 Tanjung sari 5 72 71.63 25815 360 7 Rongkop 8 100 83.46 27024 324 8 Girisubo 8 82 94.57 22290 236 9 Semanu 5 106 108.39 51972 479 10 Ponjong 11 119 104.49 50030 479 11 Karangmojo 9 104 80.12 48989 611 12 Wonosari 14 103 75.51 79950 1059 13 Playen 13 101 105.26 55084 523 14 Patuk 11 72 72.04 30855 428 15 Gedangsari 7 67 68.14 35426 520 16 Nglipar 7 53 73.87 29865 404 17 Ngawen 6 67 46.59 31871 684 18 Semin 10 116 78.92 49250 624 Jumlah 144 1431 1485.36 680406 8471

(7)

46

Dari Data tabel diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan panggang

terdiri dari 6 desa dan 44 dusun, dengan luas wilayah mencapai 99,8

km2, dan terdiri dari 26689 ribu penduduk. Sementara untuk daerah

terpadat ditempati oleh Kecamatan Playen dengan jumlah penduduk

mencapai 55084 walaupun Kecamatan ini bukan merupakan Kecamatan

dengan luas wilayah terbesar di Kabupaten Gunungkidul tetapi dari

Tabel yang ada menyatakan bahwa wilayah ini justru mempunyai

jumlah penduduk terbesar .

B. Deskripsi Wilayah Kecamatan Panggang

a. Kondisi Geografis Kecamatan Panggang

Kecamatan Panggang merupakan salah satu kecamatan yang ada di

Kabupaten Gunungkidul. Secara geografis, wilayah Kecamatan

Panggang berbatasan langsung dengan kecamatan lain yang berada di

lingkungan Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Bantul. Sebelah

utara berbatasan dengan Kecamatan Playen, sebelah timur berbatasan

dengan Kecamatan Paliyan, sebelah selatan berbatasan dengan

Kecamatan Saptosari sedangkan bagian barat berbatasan dengan

Kabupaten Bantul. Kecamatan Panggang mempunyai luas wilayah

99,8 km2. Kecamatan panggang berada di dataran tinggi, ibukota

Kecamatannya berada pada ketinggian 1400 meter diatas permukaan

laut. Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan (Ibukota)

(8)

47

Kecamatan Panggang sendiri terdiri dari 6 desa yang terdiri dari

Giriharjo, Giriwungu, Girimulyo, Girikarto, Girisekar, dan Girisuko

dengan desa terluas berada diwilayah desa Girisuko dengan luas

wilayah mencapai 2 583,5 ha2, dan luas wilayah tersempit berada di

Desa Giriwungu dengan luas wilayah 1 123 ha2 . Pada Kecamatan ini

sebagaina besar wilayahnya terdiri dari tanah kering diaman sangat

sedikit tanah yang bisa diperutukan untuk kegiatan bercocok tanam.

Dari data yang didapatkan di publikasi Kecamatan Panggang dalam

angka terlihat bahwa 6 786, 53 ha2 tanah merupakan tanah kering dan

hanya 30 ha2 merupakan tah sawah. Hal ini dapat dilihat dalam tabel

2.2

Tabel 2.2

Luas Desa Dirinci menurut Penggunaan LahanDi Kecamatan Panggang (Ha) Tahun 2015

(9)

48

Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa Desa Girisuko

sebagian besar wilayahnya digunakan sebagai hutan Negara yang

luasnya mencapai 1403,24 ha dari total hutan Negara yang ada di

Kecamatan Panggang yang berjumlah 1896,13 ha, luas wilayah itu

hampir 80% dari luas hutan Negara berada di Desa Girisuko. Sementara

baik itu Girikarto, Girisekar, dan Girisuko tidak mempunyai lahan

sawah.

Letak dari Kecamatan Panggang yang berada di pegunungan

membuat semua Desa yang ada menggunakan sistem pengairan tadah

hujan baik itu di Desa Giriharjo, Giriwungu, Girimulyo, Girikarto,

Girisekar, dan Girisuko. Akibatnya Kecamatan ini sangat bergantung

dengan adanya hujan yang turun, dengan kata lain apabila tidak ada

hujan akan menjadi permasalahan yang serius.

Tabel 2.3

Sistem Pengairan Yang digunakan di Kecamatan panggang

(10)

49

b. Kondisi Demografi

1. Kondisi Penduduk Secara Umum

Kecamatan Panggang sendiri terdiri dari 6 desa yang terdiri dari

Giriharjo, Giriwungu, Girimulyo, Girikarto, Girisekar, dan Girisuko

dengan desa terluas berada diwilayah desa Girisuko dengan luas

wilayah mencapai 2 583,5 ha2, dan luas wilayah tersempit berada di

Desa Giriwungu dengan luas wilayah 1 123 ha2 . Dari 6 Desa yang

ada di Kecamatan panggang dibagi lagi menjadi 44 dusun

Tabel 2.4

Jumlah Dusun, RW, RT di Kecamatan Panggang Tahun 2015

Sumber : Kecamatan Panggang Dalam Angka 2015

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa Desa Girisekar

mempunyai jumlah RT terbanyak dengan 75 Rt yang dibagi dalam 9

pedusunan, sementara Desa Giriwungu mempunyai jumlah dusun

(11)

50

Totalnya adalah di Kecamatan Panggang mempunyai 271 RT yang

dibagi dalam 44 Pedusunan, dan 6 Desa.

Dari 6 Desa tersebut penduduk Kecamatan Panggang berjumlah

27635 , dari total penduduk tersebut jumlah penduduk paling banyak

terdapat di Desa Girisekar dengan jumlah penduduk mencapai 7269

orang penduduk. Sementara itu Desa Giriwungu menjadi Desa

dengan jumlah penduduk paling sedikit yaitu hanya 2372 orang

penduduk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di gambar grafik

dibawah ini :

Gambar 2.2

Banyaknya Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

S

sumber : Kecamatan Panggang Dalam Angka , 2016 1796 1130 2571 1819 3580 2368 1955 1251 2820 1984 3689 2672 3751 2372 5391 3803 7269 5040 Laki-laki Perempuan Jumlah

(12)

51

2. Jumlah KK Miskin Berdasarkan Desa di kecamatan Panggang

Jumlah keluarga miskin di Kecamatan Panggang berjumlah 3522 KK, dimana jumlah tertinggi keluarga miskin berada di Desa Girisekar yang mencapai 896 KK, sedangkan untuk Desa dengan angka keluarga miskin terkecil berada di Desa Giriwungu dengan jumlah keluarga 345 keluarga. Untuk lebih jelas dapat dilihat didiagram berikut ini :

Gambar 2.3

Jumlah Keluarga Miskin di Kecamatan Panggang

Sumber : Kecamatan Panggang Dalam Angka 2016

C. Deskripsi Wilayah Desa Girisuko

1. Sejarah Desa Girisuko Girisuko,

Girisuko berasal dari kata Giri = Gunung dan Suko =

Kebahagiaan, kesenangan, kemakmuran. Jika diartikan keseluruhan

maka Girisuko berarti Gunung Kebahagiaan yang dapat pula

diterjemahkan sebagai daerah atau wilayah yang berbukit-bukit

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 603 345 632 425 869 621 KK Miskin

(13)

52

dimana penduduknya selalu dilimpahi dengan kebahagiaan,

kemuliaan, kesejahteraaan. Sesuai dengan cerita yang didapatkan

dari para Narasumber, awal mula Desa Girisuko bernama Kalurahan

Temuireng yang berada dibawah kepemimpinan para Bekel.

Diantaranya adalah Bekel Onggo Drono, Bekel Kromo Menggolo

daan Bekel Pawiro Sukarto.

Berdasarkan catatan sejarah yang ada, pada tahun 1944 Kalurahan

Temuireng berubah menjadi Kalurahan Girisuko. Saat itu Lurah

Desa dijabat oleh Bapak Pawiro Sukarto. Beberapa Lurah yang

menjabat setelah Itu diantaranya adalah Harjo Disastro. Kalurahan

Girisuko pada waktu itu terdiri dari 8 (delapan) Padukuhan, yaitu

Padukuhan Sumber, Padukuhan Turunan, Padukuhan Temuireng I,

Padukuhan Temuireng II, Padukuhan Sanglor I, Padukuhan Sanglor

II dan Padukuhan Pacar hingga Lurah Desa di jabat oleh Lurah Sosro

Werdoyo pada tahun 1962-1965. Tahun 1965-1969 di jabat oleh

Lurah Minto Diharjo. Pada Tahun 1978, yang mana Lurah desa

dijabat oleh Drs. Kalam, Padukuhan Pacar mengalami pemekaran

yang kemudian menjadi Padukuhan Pacar I dan Pacar II sehingga

total jumlah Padukuhan di Kalurahan Girisuko sampai dengan saat

ini ada 9 (Sembilan) Padukuhan. Seiring dengan perubahan

peraturan perundang-undangan, nama Kalurahan berubah menjadi

(14)

53

Pada hari Sabtu, 26 Desember 2015 dilakukan Musyawarah Desa

penetapan Hari Jadi Desa Girisuko. Hal ini dimaksudkan untuk

menggali sejarah hari jadi Desa Girisuko. Bertindak sebagai

Pemimpin Musdes adalah Ketua BPD Girisuko, Suhadi. Adapun

peserta yang hadir terdiri dari Tokoh Adat, Tokoh Agama, Tokoh

Masyarakat, Tokoh Pendidik, Perwakilan Kelompok Tani, Lembaga

Desa, Perangkat Desa, dan Tokoh Perempuan. Dan akhirnya

didapatkan hasil bahwa Pemerintahan Girisuko muncul pada 15

Agustus 1944.

2. Visi dan Misi Desa Girisuko

Visi Desa Girisuko adalah “MEWUJUDKAN

MASYARAKAT DESA GIRISUKO SEJAHTERA DAN

MANDIRI, DIDUKUNG PEMERINTAHAN DESA YANG

BAIK DAN BERSIH”.

Mandiri adalah perwujudan kondisi masyarakat yang berbudaya,

memppunyai semangat membangun yang tinggi, dan mempunyai

kemampuan dan kekuatan mengembangkan potensinya, serta

mampu menjaga kelangsungan proses dan hasil pembangunan.

Pemerintahan desa yang baik adalah perwujudan tata

pemerintahan yang berpedoman pada prinsip pemerintahan yang

baik(good governance) yaitu partisipasi menegakkan hukum,

transparasi,kesetaraan, daya tangkap, wawasan kedepan,

(15)

54

Pemerintah Desa yang bersih adalah perwujudan pemerintahan

yang diarahkan untuk menuntaskan penanggulangan

penyalahgunaan wewenang dalam bentuk KKN (Korupsi, Kolusi,

dan Nepotisme).

Untuk mewujudkan Visi tersebut maka, ditetapkan 4(empat)

misi pembangunan desa tahun 2015-2018.

1. mewujudkan peningkatan infrastruktur dan sumber daya

manusia (SDM) Masyarakat.

2. mewujudkan peningkatan dan pemanfaatan sumber daya

alam (SDA)

3. Mewujudkan pengembangan usaha dan koperasi

4. Mewujudkan Reformasi Birokrasi Desa

3. Kondisi Geografis Desa Girisuko

Desa Girisuko adalah salah satu desa yang ada di Kabupaten

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas wilayah

2.554.3450 Ha, terletak 1.400 m diatas permukaan laut dengan

kemiringan lahan yang berfariasi. Curah hujan rata-rata 1.382 mm

dengan jumlah hari hujan rata-rata 89 hari. Bulan basah 4-5 bulan,

sedangkan bulan kering berkisar antara 7-8 bulan. Batas wilayah

Desa Girisuko: Sebelah utara berbatasan langsung dengan Desa Selo

(16)

55

dengan Desa Karang Duwet, Kecamatan Paliyan, Sebelah Selatan

berbatasan dengan Desa Girisekar dan Desa Girimulyo serta Sebelah

Barat berbatasan dengan Desa Giriharjo

4. Kondisi Demografi Desa Girisuko

a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah Penduduk di Desa Girisuko mencapai 5905 jiwa dengan

3034 berjenis kelamin perempuan, sementara 2843 berjenis kelamin

laki-laki. Dari jumlah itulah terlihat bahwa di Desa ini perempuan

lebih mendominasi dengan presentase mencapai 52% warganya

merupakan perempuan dan hanya 48 % laki-laki. Lebih jelasnya

dapat dilihat di gambar dibawah ini :

Gambar 2.4

Jumlah Penduduk berdasarkan jenis Kelamin

Sumber : Sistem Informasi Desa Girisuko, 2017

b. Kondisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan yang sedang ditempuh

Secara umum kondisi masyarakat Desa Girisuko tidak pernah

sekolah yang angkanya mencapai 1936 atau 32,79%, hal ini

Laki-Laki 48% Perempuan 52% 0% 0%

Jumlah Penduduk Berdasarkan

Jenis Kelamin

(17)

56

menunjukkan bahwa masih banyak penduduk yang belum mendapat

pendidikan yang layak yang seharusnya ada kebijkan wajib belajar 9

tahun tetapi di Desa Girisuko masih tinggi angka yang mengenal

pendidikan. Selanjutnya ada penduduk yang belum masuk sekolah

atau kelompok bermain yang jumlahnya mencapai 1419 atau

mencapai 24,03%, disusul dengan sedang SD/Sederajat yang

jumlahnya 1012, selanjutnya ada penduduk yang tidak tamat SD

yang jumlahnya 617 orang, untuk yang sedang Tk 473, sedang D-1

berjumlah 61 orang, untuk secara lengkapnya dapat dilihat ditabel

berikut :

Tabel 2.5

Data Demografi Berdasarkan Pendidikan Yang sedang Ditempuh

No Kelompok Jumlah Laki-laki Perempuan

n % N % N %

1 TIDAK PERNAH SEKOLAH 1936 32.79% 944 15.99% 992 16.80% 2 BELUM MASUK TK/KELOMPOK

BERMAIN 1419 24.03% 557 9.43% 862 14.60% 3 SEDANG SD/SEDERAJAT 1012 17.14% 559 9.47% 453 7.67% 4 TIDAK TAMAT SD/SEDERAJAT 617 10.45% 345 5.84% 272 4.61% 5 SEDANG TK/KELOMPOK BERMAIN 473 8.01% 245 4.15% 228 3.86% 6 SEDANG D-1/SEDERAJAT 61 1.03% 34 0.58% 27 0.46% 7 SEDANG SLTP/SEDERAJAT 38 0.64% 17 0.29% 21 0.36% 8 SEDANG SLTA/SEDERAJAT 27 0.46% 17 0.29% 10 0.17% 9 TIDAK SEDANG SEKOLAH 8 0.14% 4 0.07% 4 0.07% 10 SEDANG D-2/SEDERAJAT 2 0.03% 2 0.03% 0 0.00% 11 SEDANG D-3/SEDERAJAT 1 0.02% 1 0.02% 0 0.00% 12 SEDANG SLB B/SEDERAJAT 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 13 SEDANG S-1/SEDERAJAT 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 14 SEDANG SLB A/SEDERAJAT 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 15 TIDAK DAPAT MEMBACA DAN

MENULIS HURUF LATIN/ARAB 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 16 SEDANG S-3/SEDERAJAT 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 17 SEDANG SLB C/SEDERAJAT 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 18 SEDANG S-2/SEDERAJAT 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% TOTAL 5905 100% 2843 48.15% 3034 51.38%

(18)

57

c. Kondisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 2.6

Kondisi Penduduk Girisuko Berdasarkan Pekerjaan

Sumber : Sistem Informasi Desa Girisuko, 2016

No Kelompok Jumlah Laki-laki Perempuan n % n % N %

1 PETANI/PERKEBUNAN 2409 40.80% 1123 19.02% 1286 21.78% 2 BELUM/TIDAK BEKERJA 879 14.89% 429 7.27% 450 7.62% 3 PELAJAR/MAHASISWA 782 13.24% 402 6.81% 380 6.44% 4 MENGURUS RUMAH TANGGA 429 7.27% 0 0.00% 429 7.27%

5 WIRASWASTA 400 6.77% 286 4.84% 114 1.93%

6 KARYAWAN SWASTA 345 5.84% 214 3.62% 131 2.22% 7 BURUH HARIAN LEPAS 198 3.35% 147 2.49% 51 0.86% 8 BURUH TANI/PERKEBUNAN 59 1.00% 29 0.49% 30 0.51% 9 PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) 44 0.75% 31 0.52% 13 0.22%

10 PENSIUNAN 44 0.75% 37 0.63% 7 0.12% 11 KARYAWAN HONORER 23 0.39% 9 0.15% 14 0.24% 12 SOPIR 22 0.37% 22 0.37% 0 0.00% 13 PERANGKAT DESA 17 0.29% 12 0.20% 5 0.08% 14 PERDAGANGAN 16 0.27% 11 0.19% 5 0.08% 15 GURU 14 0.24% 3 0.05% 11 0.19% 16 PEDAGANG 5 0.08% 2 0.03% 3 0.05% 17 KEPOLISIAN RI (POLRI) 4 0.07% 4 0.07% 0 0.00% 18 TUKANG KAYU 3 0.05% 3 0.05% 0 0.00% 19 KEPALA DESA 2 0.03% 1 0.02% 1 0.02% 20 TUKANG BATU 2 0.03% 2 0.03% 0 0.00% 21 KONSTRUKSI 2 0.03% 2 0.03% 0 0.00% 22 DOSEN 2 0.03% 2 0.03% 0 0.00%

23 TENTARA NASIONAL INDONESIA

(TNI) 2 0.03% 1 0.02% 1 0.02% 24 PERAWAT 2 0.03% 0 0.00% 2 0.03% 25 KARYAWAN BUMN 1 0.02% 0 0.00% 1 0.02% 26 MEKANIK 1 0.02% 1 0.02% 0 0.00% 27 BIDAN 1 0.02% 0 0.00% 1 0.02% 28 APOTEKER 1 0.02% 0 0.00% 1 0.02% 29 PELAUT 1 0.02% 1 0.02% 0 0.00% 30 KARYAWAN BUMD 1 0.02% 1 0.02% 0 0.00%

31 PEMBANTU RUMAH TANGGA 1 0.02% 0 0.00% 1 0.02%

32 PENDETA 1 0.02% 1 0.02% 0 0.00%

(19)

58

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar warga

masyarakat Girisuko bekerja sebagai petani dengan jumlahnya

mencapai 2409 masyarakat atau mencapai 40,80 % dari total

penduduk Girisuko, selanjutnya ada 879 orang yang belum memiliki

pekerjaan , dan ada 782 orang yang masih menjadi

pelajar/mahasiswa, ada 429 orang yang sebagai ibu rumah tangga,

selain itu ada 400 orang yang bekerja sebagai wiraswasta, serta ada

345 orang bekerja sebagai karyawan swasta, 198 bekerja sebagai

pekerja harian lepas ,

d. Kondisi Penduduk berdasarkan umur

Berdasarkan kondisi umur dapat dilihat bahwa sebagian besar

penduduk Girisuko berada dalam usia tua yaitu berada diumur >45

tahun yang berjumlah 2128 orang, diikuti penduduk dewasa yang

berumur 25 > 44 berjumlah 1350, selanjutnya berada pada usia

remaja berjumlah 868, serta ada usia anak-anak yang berjumlah 704

orang, lansia ada 399 orang, serta usia balita 194 orang dan terakhir

(20)

59

Gambar 2.5

Kondisi Penduduk Berdasarkan Umur

Sumber : Sistem Informasi Desa Girisuko, 2016

5. Kondisi Keuangan Desa Girisuko

Kondisi keuangan Desa Girisuko di anggaran pendapatan dan

belanja desa Girisuko disebutkan bahwa jumlah pendapatan desa

baik itu dari pendapatan asli desa, transfer, dan pendapatan lainnya

yang sah berjumlah Rp. 1.605,930.410, sedangkan total jumlah

belanja Desa yang ditetapkan juga menunjukkan jumlah yang sama

dengan jumlah pendapatan desa Girisuko yaitu Rp. 1.605,930.410.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat ditabel dibawah ini :

Bayi < 1, 72 Balita 2 > 4, 194 Anak-Anak 5 > 14, 704 Remaja 15 > 24, 868 Dewasa 25 > 44, 1350 Tua 45 > 74, 2182 Lansia >75, 399

(21)

60

Tabel 2.6

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Girisuko Tahun 2016

1. Pendapatan Desa 1. Pendapatan Asli Desa Rp 19.110.000 1. Transfer Rp 1.563.132.770 1. Pendapatan Lainnya +

Jumlah Pendapatan Desa Rp 1.605,930.410

2. Belanja Desa 1. Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Rp 720.063.300 1. Bidang Pembangunan Desa Rp 541.454.370 1. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa Rp 173.901.000 1. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa Rp 135.714.100 1. Belanja Tidak Terduga Rp 11.110.000 + Jumlah Rp 1.605,930.410 Surplus / Defisit 3. Pembiayaan Desa 1. Penerimaan Pembayaan Rp 23.687.640 1. Pengeluaran Pembiayaan Rp 23.687.640 - Surplus/Defisit Pembiayaan Rp 0

Referensi

Dokumen terkait

Jamilatun (2011) menjelaskan bahwa kualitas jasa yang diberikan oleh OPZ merupakan salah satu kunci utama dari kepuasan dan kepercayaan dari para muzakki. Apabila lembaga

Berdasarkan analisis spasial yang ditunjukkan oleh Gambar 6, terlihat pada dengan menggunakan konfigurasi Skema 2, model WRF-ARW memprakirakan curah hujan

Sebagai balasan terhadap premium tambahan yang Anda telah bayar kepada Kami bagi endorsmen ini, Kami bersetuju melindungi Karavan, Bagasi atau Treler Bot yang butirannya

kegiatan workshop untuk menentukan siapa yang akan tampil pada kegiatan lesson study, menentukan topik apa yang dipilih, merancang rencana pembelajaran, merancang

44 Secara umum, dalam masalah ‘keadilan’ di sini menunjukkan bahwa poligini (baik untuk yang merdeka maupun hamba) dalam pandangan ulama Malikiyah tak berbeda

Pada umumnya, proyeksi penerimaan PKB dan BBNKB selain dipengaruhi oleh variabel yang menjadi tax base itu sendiri, seperti jumlah kendaraan untuk PKB dan pengalihan

Studi kasus dilakukan dengan melakukan telaah secara mendalam terhadap kasus yang diteliti dalam hal ini konsep fisika dalam teknik penyimpanan makanan yang

• Jika pada tahap tertentu penarikan contoh, banyaknya item/unit yang cacat sama dengan atau lebih dari bilangan penolakan maka lot ditolak. • Prosedur ini bekerja paling banyak