40
BAB II
DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
A. Deskripsi Wilayah Kabupaten Gunungkidul
1. Sejarah Kabupaten Gunungkidul
Ketika Gunungkidul masih merupakan hutan belantara, ada suatu
desa yang digjadikan tempat tinggal beberapa orang pelarian dari
Majapahit. Desa tersebut adalah Pongangan, yang dipimpin oleh R.
Dewa Katong saudara raja Brawijaya. Setelah R Dewa Katong pindah
ke desa Katongan 10 km utara Pongangan, puteranya yang bernama R.
Suromejo membangun desa Pongangan, sehingga semakin lama
semakin rama. Beberapa waktu kemudian, R. Suromejo pindah ke
Karangmojo.
Perkembangan penduduk di daerah Gunungkidul itu didengar oleh
raja Mataram Sunan Amangkurat Amral yang berkedudukan di
Kartosuro. Kemudian ia mengutus Senopati Ki Tumenggung
Prawiropekso agar membuktikan kebenaran berita tersebut. Setelah
dinyatakan kebenarannya, Tumenggung Prawiropekso menasehati R.
Suromejo agar meminta ijin pada raja Mataram, karena daerah tersebut
masuk dalam wilayah kekuasaannya.
R. Suromejo tidak mau, dan akhirnya terjadilah peperangan yang
mengakibatkan dia tewas. Begitu juga 2 anak dan menantunya. Ki
Pontjodirjo yang merupakan anak R Suromejo akhirnya menyerahkan
41
Gunungkidul I. Namun Bupati Mas Tumenggung Pontjodirjo tidak
lama menjabat karena adanya penentuan batas-batas daerah
Gunungkidul antara Sultan dan Mangkunegaran II pada tanggal 13 Mei
1831. Gunungkidul (selain Ngawen sebagai daerah enclave
Mangkunegaran) menjadi kabupaten di bawah kekuasaan Kasultanan
Yogyakarta.
Mas Tumenggung Pontjodirjo diganti Mas Tumenggung
Prawirosetiko, yang mengalihkan kedudukan kota kabupaten dari
Ponjong ke Wonosari.Menurut Mr R.M Suryodiningrat dalam bukunya
”Peprentahan Praja Kejawen” yang dikuatkan buku de Vorstenlanden
terbitan 1931 tulisan G.P Rouffaer, dan pendapat B.M.Mr.A.K
Pringgodigdo dalam bukunya Onstaan En Groei van hetMangkoenegorosche Rijk, berdirinya Gunungkidul (daerah administrasi) tahun 1831 setahun seusai Perang Diponegoro, bersamaan
dengan terbentuknya kabupaten lain di Yogyakarta. Dan oleh upaya
yang dilakukan panitia untuk melacak Hari Jadi Kabupaten
Gunungkidul tahun 1984 baik yang terungkap melalui fakta sejarah,
penelitian, pengumpulan data dari tokoh masyarakat, pakar serta daftar
kepustakaan yang ada, akhirnya ditetapkan bahwa Kabupaten
Gunungkidul dengan Wonosari sebagai pusat pemerintahan lahir pada
hari Jumat Legi tanggal 27 Mei 1831 atau 15 Besar Je 1758 dan
dikuatkan dengan Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II
42
bulan dan tahun Hari Jadi Kabupaten Gunungkidul yang ditandatangani
oleh bupati saat itu Drs KRT Sosro Hadiningrat tanggal 14 Juni 1985.
Sedangkan secara yuridis, status Kabupaten Gunungkidul sebagai
salah satu daerah kabupaten kabupaten yang berhak mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri dalam lingkungan Daerah Istimewa
Yogyakarta dan berkedudukan di Wonosari sebagai ibukota kabupaten,
ditetapkan pada tanggal 15 Agustus 1950 dengan UU no 15 Tahun 1950
jo Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1950 pada saat Gunungkidul
dipimpin oleh KRT Labaningrat.
Guna mengabadikan Hari Jadi Kabupaten Gunungkidul dibangun
prasasti berupa tugu di makam bupati pertama Mas Tumenggung
Pontjodirjo dengan bertuliskan Suryo sangkala dan Condro sangkala
berbunyi : NYATA WIGNYA MANGGALANING NATA ”
HANYIPTA TUMATANING SWAPROJO” Menuruut Suryo sangkala tahun 1831 dibalik 1381, sedang Condro sangkala 1758 dibalik 8571.
2. Kondisi Geografi
Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari.
Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63
% dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa YogyAkarta. Kota
Wonosari terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta (Ibukota
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta), dengan jarak ± 39 km. Wilayah
43
Letak geografi Gunungkidul terletak pada 110O 21' sampai 110O 50' BUJUR TIMUR dan 7O 46'sampai 8O 09' LINTANG SELATAN
Gambar 2.1
Letak Geografis Kabupaten Gunungkidul
S
sumber : Pemkab Gunungkidul, 2015
Berdasarkan keadaan Topologi Gunungkidul dibagi menjadi 3
(tiga) zona pengembangan, yaitu :
1. Zona Utara disebut wilayah Batur Agung dengan ketinggian 200 m
- 700 m di atas permukaan laut. Keadaannya berbukit-bukit,
terdapat sumber-sumber air tanah kedalaman 6m-12m dari
permukaan tanah. Jenis tanah didominasi latosol dengan bataun
induk vulkanik dan sedimen taufan. Wilayah ini meliputi
Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin, dan
44
2. Zona Tengah disebut wilayah pengembangan Ledok Wonosari,
dengan ketinggian 150 m - 200 mdpl. Jenis tanah didominasi oleh
asosiasi mediteran merah dan grumosol hitam dengan bahan induk
batu kapur. Sehingga meskipun musim kemarau panjang,
partikel-partikel air masih mampu bertahan. Terdapat sungai di atas tanah,
tetapi dimusim kemarau kering. Kedalaman air tanah berkisar
antara 60 m - 120 m dibawah permukaan tanah. Wilayah ini
meliputi Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong
bagian tengah dan Kecamatan Semanu bagian utara.
3. Zona Selatan disebut wilayah pengembangan Gunung Seribu
(Duizon gebergton atau Zuider gebergton), dengan ketinggian 0 m
- 300 mdpl. Batuan dasar pembentuknya adalah batu kapur dengan
ciri khas bukit-bukit kerucut (Conical limestone) dan merupakan
kawasan karst. Pada wilayah ini banyak dijumpai sungai bawah
tanah. Zone Selatan ini meliputi Kecamatan Saptosari, Paliyan,
Girisubo, Tanjungsari, Tepus, Rongkop, Purwosari, Panggang,
Ponjong bagian selatan, dan Kecamatan Semanu bagian selatan
Dilihat dari bentang alamnya, wilayah Kabupaten Gunungkidul
terdiri dari daerah dataran yang terletak pada bagian tengah dan daerah
perbukitan yang terletak pada bagian timur dan barat, serta kawasan
pantai di sebelah selatan. Luas wilayah Kabupaten Bantul adalah 1
485,36 Km2 dan secara administratif terdiri dari 18 kecamatan yang
45
mempunyai wilayah paling luas, yaitu 108,39 km2 sementara
Kecamatan Ngawen adalah kecamatan dengan wilayah paling sempit,
yaitu 46,59 Km2.
Tabel 2.1
Luas Wilayah dan banyaknya desa menurut Kecamatan di Kabupaten Bantul tahun 2015
Sumber : Kabupaten Gunungkidul dalam angka, 2015
No Kecamatan Banyaknya Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Desa Dusun 1 Panggang 6 44 99.8 26689 267 2 Purwosari 5 32 71.76 19618 273 3 Paliyan 7 50 58.07 29216 503 4 Saptosari 7 60 87.83 34427 392 5 Tepus 5 83 104.91 32035 305 6 Tanjung sari 5 72 71.63 25815 360 7 Rongkop 8 100 83.46 27024 324 8 Girisubo 8 82 94.57 22290 236 9 Semanu 5 106 108.39 51972 479 10 Ponjong 11 119 104.49 50030 479 11 Karangmojo 9 104 80.12 48989 611 12 Wonosari 14 103 75.51 79950 1059 13 Playen 13 101 105.26 55084 523 14 Patuk 11 72 72.04 30855 428 15 Gedangsari 7 67 68.14 35426 520 16 Nglipar 7 53 73.87 29865 404 17 Ngawen 6 67 46.59 31871 684 18 Semin 10 116 78.92 49250 624 Jumlah 144 1431 1485.36 680406 8471
46
Dari Data tabel diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan panggang
terdiri dari 6 desa dan 44 dusun, dengan luas wilayah mencapai 99,8
km2, dan terdiri dari 26689 ribu penduduk. Sementara untuk daerah
terpadat ditempati oleh Kecamatan Playen dengan jumlah penduduk
mencapai 55084 walaupun Kecamatan ini bukan merupakan Kecamatan
dengan luas wilayah terbesar di Kabupaten Gunungkidul tetapi dari
Tabel yang ada menyatakan bahwa wilayah ini justru mempunyai
jumlah penduduk terbesar .
B. Deskripsi Wilayah Kecamatan Panggang
a. Kondisi Geografis Kecamatan Panggang
Kecamatan Panggang merupakan salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten Gunungkidul. Secara geografis, wilayah Kecamatan
Panggang berbatasan langsung dengan kecamatan lain yang berada di
lingkungan Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Bantul. Sebelah
utara berbatasan dengan Kecamatan Playen, sebelah timur berbatasan
dengan Kecamatan Paliyan, sebelah selatan berbatasan dengan
Kecamatan Saptosari sedangkan bagian barat berbatasan dengan
Kabupaten Bantul. Kecamatan Panggang mempunyai luas wilayah
99,8 km2. Kecamatan panggang berada di dataran tinggi, ibukota
Kecamatannya berada pada ketinggian 1400 meter diatas permukaan
laut. Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan (Ibukota)
47
Kecamatan Panggang sendiri terdiri dari 6 desa yang terdiri dari
Giriharjo, Giriwungu, Girimulyo, Girikarto, Girisekar, dan Girisuko
dengan desa terluas berada diwilayah desa Girisuko dengan luas
wilayah mencapai 2 583,5 ha2, dan luas wilayah tersempit berada di
Desa Giriwungu dengan luas wilayah 1 123 ha2 . Pada Kecamatan ini
sebagaina besar wilayahnya terdiri dari tanah kering diaman sangat
sedikit tanah yang bisa diperutukan untuk kegiatan bercocok tanam.
Dari data yang didapatkan di publikasi Kecamatan Panggang dalam
angka terlihat bahwa 6 786, 53 ha2 tanah merupakan tanah kering dan
hanya 30 ha2 merupakan tah sawah. Hal ini dapat dilihat dalam tabel
2.2
Tabel 2.2
Luas Desa Dirinci menurut Penggunaan LahanDi Kecamatan Panggang (Ha) Tahun 2015
48
Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa Desa Girisuko
sebagian besar wilayahnya digunakan sebagai hutan Negara yang
luasnya mencapai 1403,24 ha dari total hutan Negara yang ada di
Kecamatan Panggang yang berjumlah 1896,13 ha, luas wilayah itu
hampir 80% dari luas hutan Negara berada di Desa Girisuko. Sementara
baik itu Girikarto, Girisekar, dan Girisuko tidak mempunyai lahan
sawah.
Letak dari Kecamatan Panggang yang berada di pegunungan
membuat semua Desa yang ada menggunakan sistem pengairan tadah
hujan baik itu di Desa Giriharjo, Giriwungu, Girimulyo, Girikarto,
Girisekar, dan Girisuko. Akibatnya Kecamatan ini sangat bergantung
dengan adanya hujan yang turun, dengan kata lain apabila tidak ada
hujan akan menjadi permasalahan yang serius.
Tabel 2.3
Sistem Pengairan Yang digunakan di Kecamatan panggang
49
b. Kondisi Demografi
1. Kondisi Penduduk Secara Umum
Kecamatan Panggang sendiri terdiri dari 6 desa yang terdiri dari
Giriharjo, Giriwungu, Girimulyo, Girikarto, Girisekar, dan Girisuko
dengan desa terluas berada diwilayah desa Girisuko dengan luas
wilayah mencapai 2 583,5 ha2, dan luas wilayah tersempit berada di
Desa Giriwungu dengan luas wilayah 1 123 ha2 . Dari 6 Desa yang
ada di Kecamatan panggang dibagi lagi menjadi 44 dusun
Tabel 2.4
Jumlah Dusun, RW, RT di Kecamatan Panggang Tahun 2015
Sumber : Kecamatan Panggang Dalam Angka 2015
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa Desa Girisekar
mempunyai jumlah RT terbanyak dengan 75 Rt yang dibagi dalam 9
pedusunan, sementara Desa Giriwungu mempunyai jumlah dusun
50
Totalnya adalah di Kecamatan Panggang mempunyai 271 RT yang
dibagi dalam 44 Pedusunan, dan 6 Desa.
Dari 6 Desa tersebut penduduk Kecamatan Panggang berjumlah
27635 , dari total penduduk tersebut jumlah penduduk paling banyak
terdapat di Desa Girisekar dengan jumlah penduduk mencapai 7269
orang penduduk. Sementara itu Desa Giriwungu menjadi Desa
dengan jumlah penduduk paling sedikit yaitu hanya 2372 orang
penduduk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di gambar grafik
dibawah ini :
Gambar 2.2
Banyaknya Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
S
sumber : Kecamatan Panggang Dalam Angka , 2016 1796 1130 2571 1819 3580 2368 1955 1251 2820 1984 3689 2672 3751 2372 5391 3803 7269 5040 Laki-laki Perempuan Jumlah
51
2. Jumlah KK Miskin Berdasarkan Desa di kecamatan Panggang
Jumlah keluarga miskin di Kecamatan Panggang berjumlah 3522 KK, dimana jumlah tertinggi keluarga miskin berada di Desa Girisekar yang mencapai 896 KK, sedangkan untuk Desa dengan angka keluarga miskin terkecil berada di Desa Giriwungu dengan jumlah keluarga 345 keluarga. Untuk lebih jelas dapat dilihat didiagram berikut ini :
Gambar 2.3
Jumlah Keluarga Miskin di Kecamatan Panggang
Sumber : Kecamatan Panggang Dalam Angka 2016
C. Deskripsi Wilayah Desa Girisuko
1. Sejarah Desa Girisuko Girisuko,
Girisuko berasal dari kata Giri = Gunung dan Suko =
Kebahagiaan, kesenangan, kemakmuran. Jika diartikan keseluruhan
maka Girisuko berarti Gunung Kebahagiaan yang dapat pula
diterjemahkan sebagai daerah atau wilayah yang berbukit-bukit
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 603 345 632 425 869 621 KK Miskin
52
dimana penduduknya selalu dilimpahi dengan kebahagiaan,
kemuliaan, kesejahteraaan. Sesuai dengan cerita yang didapatkan
dari para Narasumber, awal mula Desa Girisuko bernama Kalurahan
Temuireng yang berada dibawah kepemimpinan para Bekel.
Diantaranya adalah Bekel Onggo Drono, Bekel Kromo Menggolo
daan Bekel Pawiro Sukarto.
Berdasarkan catatan sejarah yang ada, pada tahun 1944 Kalurahan
Temuireng berubah menjadi Kalurahan Girisuko. Saat itu Lurah
Desa dijabat oleh Bapak Pawiro Sukarto. Beberapa Lurah yang
menjabat setelah Itu diantaranya adalah Harjo Disastro. Kalurahan
Girisuko pada waktu itu terdiri dari 8 (delapan) Padukuhan, yaitu
Padukuhan Sumber, Padukuhan Turunan, Padukuhan Temuireng I,
Padukuhan Temuireng II, Padukuhan Sanglor I, Padukuhan Sanglor
II dan Padukuhan Pacar hingga Lurah Desa di jabat oleh Lurah Sosro
Werdoyo pada tahun 1962-1965. Tahun 1965-1969 di jabat oleh
Lurah Minto Diharjo. Pada Tahun 1978, yang mana Lurah desa
dijabat oleh Drs. Kalam, Padukuhan Pacar mengalami pemekaran
yang kemudian menjadi Padukuhan Pacar I dan Pacar II sehingga
total jumlah Padukuhan di Kalurahan Girisuko sampai dengan saat
ini ada 9 (Sembilan) Padukuhan. Seiring dengan perubahan
peraturan perundang-undangan, nama Kalurahan berubah menjadi
53
Pada hari Sabtu, 26 Desember 2015 dilakukan Musyawarah Desa
penetapan Hari Jadi Desa Girisuko. Hal ini dimaksudkan untuk
menggali sejarah hari jadi Desa Girisuko. Bertindak sebagai
Pemimpin Musdes adalah Ketua BPD Girisuko, Suhadi. Adapun
peserta yang hadir terdiri dari Tokoh Adat, Tokoh Agama, Tokoh
Masyarakat, Tokoh Pendidik, Perwakilan Kelompok Tani, Lembaga
Desa, Perangkat Desa, dan Tokoh Perempuan. Dan akhirnya
didapatkan hasil bahwa Pemerintahan Girisuko muncul pada 15
Agustus 1944.
2. Visi dan Misi Desa Girisuko
Visi Desa Girisuko adalah “MEWUJUDKAN
MASYARAKAT DESA GIRISUKO SEJAHTERA DAN
MANDIRI, DIDUKUNG PEMERINTAHAN DESA YANG
BAIK DAN BERSIH”.
Mandiri adalah perwujudan kondisi masyarakat yang berbudaya,
memppunyai semangat membangun yang tinggi, dan mempunyai
kemampuan dan kekuatan mengembangkan potensinya, serta
mampu menjaga kelangsungan proses dan hasil pembangunan.
Pemerintahan desa yang baik adalah perwujudan tata
pemerintahan yang berpedoman pada prinsip pemerintahan yang
baik(good governance) yaitu partisipasi menegakkan hukum,
transparasi,kesetaraan, daya tangkap, wawasan kedepan,
54
Pemerintah Desa yang bersih adalah perwujudan pemerintahan
yang diarahkan untuk menuntaskan penanggulangan
penyalahgunaan wewenang dalam bentuk KKN (Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme).
Untuk mewujudkan Visi tersebut maka, ditetapkan 4(empat)
misi pembangunan desa tahun 2015-2018.
1. mewujudkan peningkatan infrastruktur dan sumber daya
manusia (SDM) Masyarakat.
2. mewujudkan peningkatan dan pemanfaatan sumber daya
alam (SDA)
3. Mewujudkan pengembangan usaha dan koperasi
4. Mewujudkan Reformasi Birokrasi Desa
3. Kondisi Geografis Desa Girisuko
Desa Girisuko adalah salah satu desa yang ada di Kabupaten
Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas wilayah
2.554.3450 Ha, terletak 1.400 m diatas permukaan laut dengan
kemiringan lahan yang berfariasi. Curah hujan rata-rata 1.382 mm
dengan jumlah hari hujan rata-rata 89 hari. Bulan basah 4-5 bulan,
sedangkan bulan kering berkisar antara 7-8 bulan. Batas wilayah
Desa Girisuko: Sebelah utara berbatasan langsung dengan Desa Selo
55
dengan Desa Karang Duwet, Kecamatan Paliyan, Sebelah Selatan
berbatasan dengan Desa Girisekar dan Desa Girimulyo serta Sebelah
Barat berbatasan dengan Desa Giriharjo
4. Kondisi Demografi Desa Girisuko
a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah Penduduk di Desa Girisuko mencapai 5905 jiwa dengan
3034 berjenis kelamin perempuan, sementara 2843 berjenis kelamin
laki-laki. Dari jumlah itulah terlihat bahwa di Desa ini perempuan
lebih mendominasi dengan presentase mencapai 52% warganya
merupakan perempuan dan hanya 48 % laki-laki. Lebih jelasnya
dapat dilihat di gambar dibawah ini :
Gambar 2.4
Jumlah Penduduk berdasarkan jenis Kelamin
Sumber : Sistem Informasi Desa Girisuko, 2017
b. Kondisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan yang sedang ditempuh
Secara umum kondisi masyarakat Desa Girisuko tidak pernah
sekolah yang angkanya mencapai 1936 atau 32,79%, hal ini
Laki-Laki 48% Perempuan 52% 0% 0%
Jumlah Penduduk Berdasarkan
Jenis Kelamin
56
menunjukkan bahwa masih banyak penduduk yang belum mendapat
pendidikan yang layak yang seharusnya ada kebijkan wajib belajar 9
tahun tetapi di Desa Girisuko masih tinggi angka yang mengenal
pendidikan. Selanjutnya ada penduduk yang belum masuk sekolah
atau kelompok bermain yang jumlahnya mencapai 1419 atau
mencapai 24,03%, disusul dengan sedang SD/Sederajat yang
jumlahnya 1012, selanjutnya ada penduduk yang tidak tamat SD
yang jumlahnya 617 orang, untuk yang sedang Tk 473, sedang D-1
berjumlah 61 orang, untuk secara lengkapnya dapat dilihat ditabel
berikut :
Tabel 2.5
Data Demografi Berdasarkan Pendidikan Yang sedang Ditempuh
No Kelompok Jumlah Laki-laki Perempuan
n % N % N %
1 TIDAK PERNAH SEKOLAH 1936 32.79% 944 15.99% 992 16.80% 2 BELUM MASUK TK/KELOMPOK
BERMAIN 1419 24.03% 557 9.43% 862 14.60% 3 SEDANG SD/SEDERAJAT 1012 17.14% 559 9.47% 453 7.67% 4 TIDAK TAMAT SD/SEDERAJAT 617 10.45% 345 5.84% 272 4.61% 5 SEDANG TK/KELOMPOK BERMAIN 473 8.01% 245 4.15% 228 3.86% 6 SEDANG D-1/SEDERAJAT 61 1.03% 34 0.58% 27 0.46% 7 SEDANG SLTP/SEDERAJAT 38 0.64% 17 0.29% 21 0.36% 8 SEDANG SLTA/SEDERAJAT 27 0.46% 17 0.29% 10 0.17% 9 TIDAK SEDANG SEKOLAH 8 0.14% 4 0.07% 4 0.07% 10 SEDANG D-2/SEDERAJAT 2 0.03% 2 0.03% 0 0.00% 11 SEDANG D-3/SEDERAJAT 1 0.02% 1 0.02% 0 0.00% 12 SEDANG SLB B/SEDERAJAT 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 13 SEDANG S-1/SEDERAJAT 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 14 SEDANG SLB A/SEDERAJAT 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 15 TIDAK DAPAT MEMBACA DAN
MENULIS HURUF LATIN/ARAB 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 16 SEDANG S-3/SEDERAJAT 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 17 SEDANG SLB C/SEDERAJAT 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 18 SEDANG S-2/SEDERAJAT 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% TOTAL 5905 100% 2843 48.15% 3034 51.38%
57
c. Kondisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 2.6
Kondisi Penduduk Girisuko Berdasarkan Pekerjaan
Sumber : Sistem Informasi Desa Girisuko, 2016
No Kelompok Jumlah Laki-laki Perempuan n % n % N %
1 PETANI/PERKEBUNAN 2409 40.80% 1123 19.02% 1286 21.78% 2 BELUM/TIDAK BEKERJA 879 14.89% 429 7.27% 450 7.62% 3 PELAJAR/MAHASISWA 782 13.24% 402 6.81% 380 6.44% 4 MENGURUS RUMAH TANGGA 429 7.27% 0 0.00% 429 7.27%
5 WIRASWASTA 400 6.77% 286 4.84% 114 1.93%
6 KARYAWAN SWASTA 345 5.84% 214 3.62% 131 2.22% 7 BURUH HARIAN LEPAS 198 3.35% 147 2.49% 51 0.86% 8 BURUH TANI/PERKEBUNAN 59 1.00% 29 0.49% 30 0.51% 9 PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) 44 0.75% 31 0.52% 13 0.22%
10 PENSIUNAN 44 0.75% 37 0.63% 7 0.12% 11 KARYAWAN HONORER 23 0.39% 9 0.15% 14 0.24% 12 SOPIR 22 0.37% 22 0.37% 0 0.00% 13 PERANGKAT DESA 17 0.29% 12 0.20% 5 0.08% 14 PERDAGANGAN 16 0.27% 11 0.19% 5 0.08% 15 GURU 14 0.24% 3 0.05% 11 0.19% 16 PEDAGANG 5 0.08% 2 0.03% 3 0.05% 17 KEPOLISIAN RI (POLRI) 4 0.07% 4 0.07% 0 0.00% 18 TUKANG KAYU 3 0.05% 3 0.05% 0 0.00% 19 KEPALA DESA 2 0.03% 1 0.02% 1 0.02% 20 TUKANG BATU 2 0.03% 2 0.03% 0 0.00% 21 KONSTRUKSI 2 0.03% 2 0.03% 0 0.00% 22 DOSEN 2 0.03% 2 0.03% 0 0.00%
23 TENTARA NASIONAL INDONESIA
(TNI) 2 0.03% 1 0.02% 1 0.02% 24 PERAWAT 2 0.03% 0 0.00% 2 0.03% 25 KARYAWAN BUMN 1 0.02% 0 0.00% 1 0.02% 26 MEKANIK 1 0.02% 1 0.02% 0 0.00% 27 BIDAN 1 0.02% 0 0.00% 1 0.02% 28 APOTEKER 1 0.02% 0 0.00% 1 0.02% 29 PELAUT 1 0.02% 1 0.02% 0 0.00% 30 KARYAWAN BUMD 1 0.02% 1 0.02% 0 0.00%
31 PEMBANTU RUMAH TANGGA 1 0.02% 0 0.00% 1 0.02%
32 PENDETA 1 0.02% 1 0.02% 0 0.00%
58
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar warga
masyarakat Girisuko bekerja sebagai petani dengan jumlahnya
mencapai 2409 masyarakat atau mencapai 40,80 % dari total
penduduk Girisuko, selanjutnya ada 879 orang yang belum memiliki
pekerjaan , dan ada 782 orang yang masih menjadi
pelajar/mahasiswa, ada 429 orang yang sebagai ibu rumah tangga,
selain itu ada 400 orang yang bekerja sebagai wiraswasta, serta ada
345 orang bekerja sebagai karyawan swasta, 198 bekerja sebagai
pekerja harian lepas ,
d. Kondisi Penduduk berdasarkan umur
Berdasarkan kondisi umur dapat dilihat bahwa sebagian besar
penduduk Girisuko berada dalam usia tua yaitu berada diumur >45
tahun yang berjumlah 2128 orang, diikuti penduduk dewasa yang
berumur 25 > 44 berjumlah 1350, selanjutnya berada pada usia
remaja berjumlah 868, serta ada usia anak-anak yang berjumlah 704
orang, lansia ada 399 orang, serta usia balita 194 orang dan terakhir
59
Gambar 2.5
Kondisi Penduduk Berdasarkan Umur
Sumber : Sistem Informasi Desa Girisuko, 2016
5. Kondisi Keuangan Desa Girisuko
Kondisi keuangan Desa Girisuko di anggaran pendapatan dan
belanja desa Girisuko disebutkan bahwa jumlah pendapatan desa
baik itu dari pendapatan asli desa, transfer, dan pendapatan lainnya
yang sah berjumlah Rp. 1.605,930.410, sedangkan total jumlah
belanja Desa yang ditetapkan juga menunjukkan jumlah yang sama
dengan jumlah pendapatan desa Girisuko yaitu Rp. 1.605,930.410.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat ditabel dibawah ini :
Bayi < 1, 72 Balita 2 > 4, 194 Anak-Anak 5 > 14, 704 Remaja 15 > 24, 868 Dewasa 25 > 44, 1350 Tua 45 > 74, 2182 Lansia >75, 399
60
Tabel 2.6
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Girisuko Tahun 2016
1. Pendapatan Desa 1. Pendapatan Asli Desa Rp 19.110.000 1. Transfer Rp 1.563.132.770 1. Pendapatan Lainnya +
Jumlah Pendapatan Desa Rp 1.605,930.410
2. Belanja Desa 1. Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Rp 720.063.300 1. Bidang Pembangunan Desa Rp 541.454.370 1. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa Rp 173.901.000 1. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa Rp 135.714.100 1. Belanja Tidak Terduga Rp 11.110.000 + Jumlah Rp 1.605,930.410 Surplus / Defisit 3. Pembiayaan Desa 1. Penerimaan Pembayaan Rp 23.687.640 1. Pengeluaran Pembiayaan Rp 23.687.640 - Surplus/Defisit Pembiayaan Rp 0