• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Depresi

1. Pengertian Depresi

Depresi merupakan keadaan terjadinya perubahan perilaku mendadak dan ditandai dengan banyak keluhan fisik, lesu, letih, lelah berlebihan sakit kepala, sedih yang kemudian berakibat susah tidur, nafsu makan berkurang, sedih, menangis, kehilangan minat, aktifitas dan pembicaraan lamban. Gangguan depresi merupakan gangguan sakit yang menyangkut keluhan badaniyah, perasaan dan pikiran. Bila tidak diobati depresi dapat menetap berbulan-bulan atau bertahun- tahun dan depresi dapat meningkatkan rasio penyakit fisik dan resiko bunuh diri (Irianto, 2004).

Depresi dapat dikatakan sebagai gangguan kesehatan jiwa umum dimana seseorang mengalami perasaan kehilangan minat, penurunan energi, perasaan bersalah atau rasa rendah diri, gangguan tidur,penurunan nafsu makan, dan tidak bisa konsentrasi. Selain itu, depresi sering disertai dengan gejala kecemasan. Masalah-masalah ini dapat menjadi kronis atau berulang dan menyebabkan gangguan secara serius dalam kemampuan individu untuk mengurus tanggung jawab sehari-hari (Depkes RI, 1991).

Depresi yang dikelola dalam perawatan primer. Intervensi dengan pengobatan generik obat antidepresan dan psikoterapi singkat. Analisis ekonomi telah menunjukkan bahwa mengobati depresi dalam perawatan primer adalah layak, terjangkau dan hemat biaya. Depresi dikategorikan dalam depresi ringan, sedang,dan berat. Seseorang dengan depresi ringan akan memiliki beberapa kesulitan dalam pekerjaan sehari hari dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya. Pada depresi sedang menghadapi kesulitan yang nyata dalam meneruskan kegiatan sosial dan rumah tangga. Pada depresi yang

(2)

berat, individu tidak mampu melaksanakan kehidupan sehari hari, pekerjaan, atau kegiatan lain (Maslim, 2002).

2. Penyebab Depresi

Penyebab depresi adalah terganggunya keseimbangan antara neurotransmitter di otak, Disamping neurotrasnsmitter, faktor keturunan juga pemeran penting terjadinya depresi. Pasien gangguan kesehatan mental salah satunya gangguan depresi ditandai gejala yang berhubungan dengan gizi yaitu terjadinya anoreksia dan apatis terhadap makanan, sehingga nafsu makan menurun dan mengakibatkan asupan makan energi protein berkurang (Raharja, 2007).

Gejala pada gangguan depresi antara lain gangguan proses pikir, gangguan emosi, gangguan kemauan waham, halusinasi, dan gangguan psikomotorik lainnya diperlukan zat gizi yang berkualitas untuk mengurangi stress karena gizi mempengaruhi kemampuan individu dalam mengatasi stres baik fisik dan mental. Sebaliknya gizi yang buruk akan memperberat stress. Stress atau gangguan emosi meningkatkan kebutuhan gizi. Pertahanan terbaik untuk tubuh dalam kondisi stres, depresi, gangguan emosional adalah tubuh yang sehat dengan jaringan yang mengandung gizi secara optimal. Kebutuhan energi, protein, lemak, karbohidrat meningkat sehingga jika tidak terpenuhi akan menurunkan kekebalan tubuh (Swarth, 2003).

3. Episode Depresi

Menurut Maslim (2002), gejala utama (pada tingkat ringan, sedang, berat) adalah :

a. Efek depresif

b. kehilangan minat dan kegembiraan

c. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya situasi cepat lelah dan menurunnya aktivitas.

(3)

a. Konsentrasi dan perhatian

b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang c. Gagasan rasa bersalah dan tidak berguna d. Pandangan masa depan dan pesimistis

e. Gagasan atau perbuatan yang membahayakan dirinya f. Tidur terganggu

g. Nafsu makan berkurang

Depresi dapat dikategorikan sebagai berikut : a. F32.0 Episode Depresi Ringan

Dapat dikategorikan sebagai depresi ringan apabila dalam pedoman diagnostik terdapat sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi

1). Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya a – g. 2). Tidak boleh ada gejala berat diantaranya.

3). Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu

4). Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.

b. F32.1 Episode Depresi Sedang

Dapat dikategorikan sebagai depresi sedang apabila dalm pedoman diagnostik terdapat

1). Sekurang-kurangnya ada 3 dan sebaiknya ada 4 dari gejala. 2). Lamanya seluruh episode berlangsung minimal 2 minggu. 3). Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjan dan urusan rumah tangga.

c. F32.2 Episode Depresi Berat

Dapat dikategorikan sebagai depresi berat apabila dalm pedoman diagnostik terdapat

1). Semua gejala utama depresi harus ada.

2). Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat.

(4)

3). Bila ada gejala penting yang menyolok maka pasien tidak mampu untuk melaporkan gejalanya secara rinci.

Episode depresi biasanya berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu. Pengukuran intensitas depresi menggunakan suatu alat pengukur yang biasa digunakan untuk semua gangguan psikiatrik. Salah satu alat pengukur yang digunakan adalah Hamilton Rating Scale For Depression (HRSD).

HAMILTON RATING SCALE FOR DEPRESSION 1. Keadaaan perasaan depresi

2. Perasaan bersalah 3. Bunuh diri

4. Insomnia (intial) 5. Insomnia (middle) 6. Insomnia (late)

7. Kerja dan kegiatan-kegiatannya

8. Kelambanan (lamban dalam berpikir dan berbicara, gagal berkonsentrasi, aktivitas motorik menurun).

9. Kegelisahan dan agitasi 10. Anxietas psikis

11. Anxietas somatic

12. Gejala somatik gastroinstinal 13. Gejala somatik umum

14. Gejala genital (gejala pada genital dan lipida) 15. Hypochondrisiasis

16. Kehilangan berat badan 17. Insight

18. Variasi harian

19. Depersonalisasi dan derealisasi 20. Gejala paranoid

(5)

Item 1-17 untuk kuantifikasi, 18-21 untuk bentuk atau tipe depresi (untuk diagnostic). Pada HRSD untuk item 1, 2, 3, 7, 8, 9, 10, 11, 15, dari setiap item ada 5 pilihan yang sesuai dengan keadaan pasien, sedangkan item 4, 5, 6, 12, 13, 14, 16, 17 hanya ada 3 pilihan yang sesuai. Nilai total dari HRSD adalah penjumlahan dari skore masing-masing item. Adapaun nil;ai skore depresi adalah

1= ada bila ditanya

2= dinyatakan secara verbal spontan 3= nyata tanpa komunikasi verbal

4= pasien menyatakan dalam komunikasi non verbal secara spontan.

Dari HRSD dapat dilihat berat ringannya penyakit, secara empiris diketahui bahwa :

Nilai 0-6, tidak ada depresi Nila 7-17, depresi ringan Nilai 18-24, depresi sedang Nilai >24, depresi berat

HRSD bukan untuk diagnosa tetapi untuk intensitas dan pengukuran, dapat dipakai untuk diagnostik dengan syarat

1. Intensitas atau skore melebihi 17 2. Nilai skore item

a). Perasaan depresi b). Perasaan bersalah

c). Bunuh diri jumlah lebih dari 6 dan tidak ada angka 0 untuk item tersebut.

3. Tidak ada halusinasi dan delusi

Bila memenuhi 3 syarat tersebut maka dengan HRSD dapat ditegakkan diagnostik depresi (Iskandar, 1998).

(6)

1. Pengertian Asupan Energi Protein

Asupan makanan merupakan sejumlah zat gizi yang masuk dalam tubuh, sehingga dapat menjaga kesehatan sekaligus mempertahankan kelangsungan hidup, karena manusia memerlukan pemeliharaan dan pengganti jaringan yang rusak. Asupan makanan yang rendah dan tidak seimbang mengakibatkan kekurangan zat gizi (Almatsier, 2009).

a. Energi

Kebutuhan energi seseorang menurut WHO/FAO berasal dari makanan yang digunakan untuk mencukupi pengeluaran energi. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada berapa banyak otot bergerak, lama dan beratnya suatu pekerjaan. Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber lemak. Sumber energi lainnya berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian, sedangkan dari karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula murni, serta semua makanan hasil olahannya. Keseimbangan energi dicapai bila energi yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan sama dengan energi yang dikeluarkan. Kelebihan dan kekurangan energi menyebabkan efek bagi tubuh manusia. Kekurangan terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Tubuh mengalami keseimbangan energi negative akibatnya berat badan akan berkurang dari berat badan ideal. Sedangkan kelebihan energi dapat terjadi bila konsumsi energi melalui makanan melebihi energi yang dikeluarkan. Akibatnya terjadi berat badan lebih atau obesitas (Almatsier, 2009).

Asupan zat gizi yang baik merupakan salah satu cara untuk mengatasi stress dalam kehidupan, karena

1) Gizi mempengaruhi kemampuan individu mengatasi stress fisik dan mental.

2) Gizi yang buruk menyebabkan stress pada tubuh dan pikiran. 3) Stress meningkatkan kebutuhan akan zat-zat gizi

(7)

(Swarth, 2001).

b. Protein

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar dari tubuh setelah air. Protein didefinisikan sebagai protein makro yang mempunyai berat molekul antara lima ribu hingga beberapa juta yang terdiri dari rantai panjang asam amino yang terkait satu sama lain dalam ikatan peptide. Menurut WHO/FAO (1990), asupan protein yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan tubuh adalah 10-15% dari total kebutuhan energi (Almatsier, 2009).

Protein berfungsi membentuk jaringan baru dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tubuh, memelihara jaringan tubuh, memperbaiki serta mengganti jaringan yang rusak, menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan metabolisme serta antibodi, mengatur keseimbangan air yang terdapat dalam tiga kompartemen yaitu intraseluler, ekstraseluler, dan intravaskuler serta mempertahankan kenetralan (asam basa) tubuh (Yuniastuti, 2008).

Asupan protein yang tidak adekut jarang terjadi sendiri, tetapi umumnya menjadi bagian dari kondisi gizi kurang. Sehingga menyebabkan protein digunakan sebagai sumber energi akibatnya protein tidak tersedia untuk pemeliharaan jaringan dan pertumbuhan (Barasi, 2007)

Menurut Barasi (2007), pada sindrom malnutrisi di rumah sakit kebutuhan gizi pasien dapat meningkat karena trauma, perbaikan jaringan, pasien tidak mampu mengkonsumsi cukup gizi. Terdapat sejumlah keterlibatan sindrom malnutrisi di rumah sakit yang mempengaruhi kesembuhan pasien, termasuk

1). Status imun yang kurang baik dan resiko terkena infeksi. 2). Penurunan kekuatan otot, ketidakmampuan untuk menelan.

(8)

3). Apatis, depresi, menurunnya kualitas hidup.

2. Penilaian Asupan Energi dan Protein

Penilaian asupan energi dan potein dilakukan dengan cara menelaah jumlah makanan yang dikonsumsi kemudian membandingkan dengan angka kecukupan, sehingga diketahui kecukupan gizi yang dapat dipenuhi. Zat makanan yang terkandung dalam bahan dihitung memakai daftar komposisi bahan makanan (Supariasa, dkk 2002).

Menurut Gibson (2005), pengkajian asupan makanan bila dibandingkan dengan kebutuhan dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Baik, apabila tingkat asupan > 80% b. Sedang apabila tingkat asupan 51% - 79% c. Kurang apabila tingkat asupan< 51%

3. Faktor yang mempengaruhi asupan energi dan protein

Adapun faktor yang dapat mempengaruhi asupan energi dan protein menurut Raharja ( 2007), antara lain

a. Obat

Pengobatan melalui obat-obatan merupakan bagian dari pengobatan sebagian besar penyakit. Obat mempengaruhi status gizi seseorang dengan makanan yang masuk, metabolisme, dan ekskresi dari zat-zat gizi. Sebaliknya, makanan yang masuk dapat mempengaruhi absorbsi, metabolisme, dan ekskresi obat-obatan. Kewaspadaan akan potensi terjadinya interaksi ini dapat membantu mencegah kekurangan zat-zat gizi dan memperkuat efek obat. Beberapa efek khusus obat-obatan pada status gizi antara lain

1) Perubahan makanan yang masuk akibat dari perubahan nafsu makan, perubahan indera pengecap, dan penciuman atau mual, dan muntah.

2) Perubahan absorbsi zat-zat gizi akibat perubahan saluran pencernaan, penurunan aktivitas asam empedu, pembentuk

(9)

komplek obat-obatan dan makanan yang membuat tidak aktifnya zat gizi pada usus, atau kerusakan mukosa pada saluran pencernaan.

3) Iritasi saluan pencernaan dengan kehilangan darah. 4) Perubahan metabolisme dan ekskresi zat gizi.

Berbagai variasi pengobatan dapat digunakan pada gangguan mental, termasuk psikoanalisis, terapi perilaku, terapi keluarga. Beberapa obat dapat memberikan efek terhadap nafsu makan dan kebutuhan gizi (Courtney,1997).

Antidepresan atau obat anti murung adalah obat-obatan yang mampu memperbaiki suasana jiwa (mood) dengan menghilangkan atau meringankan gejala keadaan murung, yang tidak disebabkan oleh kesulitan sosial ekonomi obat-obatan atau penyakit (Raharja, 2007).

b. Psikologis

Rasa sakit pada lambung dan usus halus bisa dicetuskan oleh faktor psikologis seperti perasaan tegang atau stress. Selera dan kepuasan makan kita dikendalikan oleh pusat syaraf pada otak yang disebut hipotalamus. Melihat, mencium dan bahkan baru memikirkan tentang makanan saja akan merangsang hipotalamus untuk mengirim sinyal ke sistim pencernaan sehingga fungsi pencernaan menjadi aktif. Jika kita memaksakan diri untuk makan pada saat sedang tidak ingin makan, sistem pencernaan tidak meningkatkan aktivitasnya karena tidak memperoleh sinyal untuk makan. Akibatnya makanan tidak akan tercerna sempurna dan akan menimbulkan gangguan pencernaan. Pencernaan juga bisa terganggu apabila kepuasan makan kita tidak terpantau oleh saraf. Karena tubuh merasa belum kenyang kita akan terus mengisinya dengan makanan sampai tidak terasa bahwa perut telah penuh. Psikologis atau stress, tegang, emosi, atau kejenuhan dapat menyebabkan hilangnya selera makan atau nafsu makan sehingga menyebabkan asupan zat gizi berkurang (Gunawan, 1999).

(10)

c. Depresi

Depresi merupakan keadaan murung karena mengalami suatu kekecewaan hebat (kematian, perceraian, kepailitan) atau kehilangan pribadi (kematian kekasih) dengan sendirinya menjadi murung. Jiwanya tertekan dengan gejala perasaan sangat sedih, putus asa, kehilangan kegembiraan, lelah, letih, tidak nafsu makan sehingga mengakibatkan berat badan menurun sulit tidur, mental terganggu, sering termenung dengan pikiran khayal, konsentrasi berkurang, bimbang dan sulit mengambil keputusan (Raharja, 2007).

Harris (2004) menyatakan bahwa depresi dapat mempengaruhi nafsu makan, asupan makanan, berat badan dan kesejahteraan secara keseluruhan mengakibatkan asupan energi dan protein menurun. Tingkat depresi merupakan derajat kondisi emosional berkepanjangan yang mempengaruhi proses berpikir, berperasaan, dan berperilaku seseorang yang cenderung lupa akan pemenuhan kebutuhan dasar, seperti kebutuhan akan makanan, kebersihan diri dan istirahat.

d. Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang merupakan hubungan timbal balik yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi demikian pula apabila keadaan gizi yang buruk dapat mempermudah terkena infeksi. Infeksi juga dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan dan menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan. Parasit dalam usus seperti cacing gelang dan cacing pita bersaing dengan tubuh dalam memperoleh makanan sehingga dapat menghambat penyerapan asupan energi dan protein dalam tubuh (Supariasa, 2002).

(11)

Salah satu metode yang digunakan untuk meilai asupan makanan adalah dengan metode penimbangan makanan (food weighing). Pada metode ini petugas menimbang, mengamati dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama proses penelitian.

Langkah-langkah pelaksanaan penimbangan makanan adalah:

a. Peneliti menimbang, mengamati dan mencatat bahan makanan yang dikonsumsi dalam gram.

b. Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sehari, kemudian dianalisis dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).

c. Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sehari, kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan Angka Kebutuhan Gizi (AKG), (Supariasa, dkk 2002).

(12)

Ttingkat

Gambar 1. Kerangka Teori

D. Kerangka Konsep

\

Gambar 2. Kerangka Konsep

E. Hipotesis Obat Asupan Energi Tingkat Depresi Asupan Protein Psikologis Asupan Energi Protein

(13)

1. Ada hubungan tingkat depresi dengan asupan energi pasien depresi rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang.

2. Ada hubungan tingkat depresi dengan asupan protein pasien depresi rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

SEHRSNYA NYATANYA Diketahui Kepala Pusat Bahan Ajar

Validiteetti tarkoittaa sitä, mittaako mittari oikeasti sitä asiaa mitä halutaan mitata (Mooi &amp; Sarstedt 2011: 34). Tämän tutkimuksen validiteettia vahvistaa se, että

Prosesi Semana Santa di Larantuka, Nusa Tenggara Timur telah mengalami inkulturasi antara kepercayaan masyarakat lokal, ajaran gereja, dan tradisi yang dibawa oleh

Namun bila dalam 5 menit tim yang bersangkutan tidak mendapat kostum yang warnanya sesuai dengan yang sebagaimana terdapat dalam jadwal, maka tim tersebut

g) Bila anda ingin mempunyai ilmu dan hikmah serta pikiran yang bersih, maka bacalah tiap- tiap hari 70 kali selama 7 hari, kemudian tiupkanlah kedalam satu gelas air dan minulah air

Pada siswa laki-laki SMP “X” Bandung yang melibatkan kategori mekanisme Minimizing agency dalam perilaku agresifnya akan melemparkan tanggungjawab dan menghindari

Oksida Aurivillius hasil sentesis pada semua parameter sifat feroelektrik menunjukkan bahwa semakin bertambah jumlah lapis oktahedral senyawa oksida Aurivillius dalam

Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan bimbingan teknis di bidang inventarisasi potensi, penataan, pemolaan, evaluasi kesesuaian fungsi,