• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia jumlah pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia jumlah pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Di Indonesia jumlah pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk juga mempengaruhi pembangunan infrastruktur dan fasilitas publik guna memenuhi kebutuhan penduduk. Dengan diberikannya fasilitas publik yang semakin berkembang bertujuan untuk memudahkan aksesibilitas masyarakat tanpa terkecuali. Namun hal ini membuat semakin terabaikannya hak penyandang disabilitas untuk memperoleh kemandirian dalam menggunakan fasilitas publik salah satunya transportasi kereta api.

Transportasi adalah sarana pengangkutan pemindahan barang maupun orang dari tempat pemberangkatan ke tempat tujuan salah satu jenis transportasi di Indonesia adalah kereta api. Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api1. Kereta api sendiri adalah salah satu transportasi yang banyak diminati oleh masyarakat karena harga tiket yang murah dan efisiensi waktu pada saat menggunakan transportasi tersebut. Pengelolah jasa transportasi adalah pemerintah dan pihak swasta yang dikelolah oleh PT.KAI.

PT Kereta Api Indonesia adalah badan usaha milik Negara (BUMN) yang menyelenggarakan usaha perkeretaapian di Indonesia. Kereta api didirikan

(2)

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1998 Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Menjadi Persero. Menurut H.M.N Purwosutjipto mengatakan pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim yang dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan dengan selamat2.

Perlindungan hukum menurut Soetjipto Raharjo bahwa perlindungan hukum adalah adanya upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan kekuasaan untuk bertindak dalam kepentingan tersebut. Selanjutnya dikemukakan bahwa salah satu sifat dan sekaligus merupakan tujuan dari hukum adalah memberikan pengayoman kepada masyarakat. Perlindungan hukum terhadap masyara kat tersebut harus diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum3.

Seiring dengan perkembangan teknologi kereta api saat ini sudah dilengkapi dengan beberapa fasilitas yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi setiap penumpangnya. Namun dengan bertambahnya fasilitas yang diberikan oleh kereta api tentunya fasilitas tersebut harus seimbang dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh pengguna jasa transportasi tersebut. Akan tetapi hal tersebut belum berarti bagi kaum disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api pasalnya di dalam transportasi kereta api belum tersedia fasilitas untuk memenuhi kebutuhan kaum disabilitas tersebut misalnya tangga yang landai pada saat naik dan turun penumpang, belum adanya papan informasi untuk penyandang disabilitas.

2 Purwosutjipto.1995.Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia.Jakarta.Penerbit Djambatan.Hal.2

(3)

Dalam merumuskan prinsip perlindungan hukum di Indonesia, landasannya adalah Pancasila sebagai ideologi konsepsi Negara. Konsepsi bersumber pada konsep rule of law. Dengan menggunakan konsepsi barat sebagai kerangka berfikir dengan landasan hukum pancasila, prinsip perlindungan hukum di Indonesia adalah prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia4.

Di dalam Pasal 131 ayat 1 Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian telah dijelaskan bahwa perkeretaapian wajib memberikan fasilitas khusus bagi disabilitas bunyi pasal tersebut adalah sebagai berikut :

“penyelenggara sarana perkeretaapian wajib memberikan failitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah lima tahun, orang sakit dan orang lanjut usia”. Walaupun sudah menjadi aturan baku yang tertulis bukan berarti aturan ini berhasil dalam hal dilaksanakannya dari suatu aturan tersebut. Hal ini terbukti dari pengalaman pribadi yang pada saat itu menggunakan jasa transportasi kereta api dari Surabaya menuju Malang dimana fasilitas yang ada dalam kereta maupun stasiun belum nampak adanya fasilitas khusus untuk memenuhi hak disabilitas.

Contoh seperti ini merupakan suatu bentuk kurangnya keefektifan aturan yang dibuat sehingga dalam pelaksanaannya masih banyak pengabaian yang terjadi. Menurut Soerjono Soekamto adalah bahwa efektif atau tidaknya suatu hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor yaitu :

4 Philipus M Hadjon.1987.Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia.Surabaya.Penerbit Bina Ilmu.Hal.38

(4)

Faktor hukumnya sendiri, Faktor penegak hukum pihak yang membuat dan yang menerapkan hukum, Faktor sasaran atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum, Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan, Faktor kebudayaan , Sebagai hasil karya, Cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia dalam pergaulan5.

Tanpa adanya pemenuhan hak sama saja dengan melakukan diskriminasi terhadap penyandang disabilitas karena tidak terpenuhinya kebutuhan yang khusus untuk disediakan kepada penyandang disabilitas pada ruang publik seperti stasiun dan kereta api. Di stasiun Kota Baru Malang sendiri terlihat tidak ada fasilitas yang seharusnya diberikan kepada penumpang disabilitas. Tentunya hal ini tidak sesuai dengan Pancasila sila ke lima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Perlindungan hukum terhadap penyandang disabilitas Di Kota Malang masih terlihat kurang untuk infrastruktur yang memenuhi kebutuhan penyandang disabilitas itu sendiri. Penyandang disabilitas juga termasuk warga Negara Indonesia yang berhak memperoleh kesetaraan tanpa ada pembeda dengan yang lainnya hal ini juga tertuang dalam pasal 28H butir 2 Undang – Undang Dasar Republik Indonesia 1945 yang berbunyi ”setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan”. Undang Undang Dasar sudah menuliskan apa yang menjadi hak asasi manusia itu sendiri.

5

Soerjono Soekamto.2008.Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.Jakarta.Penerbit PT Raja Grafindo Persada.Hal.8

(5)

Dalam Undang–Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan

Convention on the rights of Person With Disabilities ( konvensi mengenai hak

disabilitas) konvensi tersebut bertujuan untuk memajukan, melindungi, dan menjamin kesamaan hak dan kebebasan yang mendasar bagi semua penyandang disabilitas serta penghormatan terhadap martabat penyandang disabilitas sebagai bagian yang tidak terpisahkan. Konvensi ini menegaskan bahwa Negara mempunyai kewajiban merealisasikan hak yang termuat dalam konvensi antara lain menjamin partisipasi penyandang disabilitas dalam segala aspek kehidupan.

Semakin pesat perkembangan pembangunan fasilitas yang diberikan juga memberikan dampak semakin terabaikannya hak hak khusus bagi penyandang disabilitas karena yang terfikirkan untuk dipenuhi haknya hanya penumpang yang lain saja. Dalam hal ini pemerintah dan perusahaan pengelolah perkeretaapian harus memperhatikan apa saja yang menjadi kepentingan sosial untuk melayani masyarakat dengan memberikan hak masyarakat tidak terkecuali hak penyandang disabilitas.

Dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Disabilitas telah dijelaskan bahwa “hak keadilan dan perlindungan hukum untuk disabilitas meliputi hak: atas perlakuan yang sama di hadapan hukum, diakui sebagai subjek hukum, memiliki dan mewarisi harta bergerak atau tidak bergerak, mengendalikan masalah keuangan atau menunjuk orang untuk mewakili kepentingannya dalam urusan keuangan, memperoleh akses terhadap pelayanan jasa perbankan dan non perbankan, memperoleh aksesibilitas dalam pelayanan peradilan, atas segala perlindungan dari tekanan, kekerasan, penganiayaan, diskriminasi, dan atau

(6)

perampasan hak milik, memilih dan menunjuk orang untuk mewakili segala kepentingan dalam hal keperdataan di dalam dan luar pengadilan, dilindungi hak kekayaan intelektualnya”.

Dalam Pasal 87 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 Tentang Penyelenggara Kereta Api telah memberikan penjelasan bahwa “stasiun penumpang sebagaimana dimaksud dalam pasal 86 ayat (1) huruf a paling sedikit dilengkapi dengan fasilitas keselamatan, keamanan, kenyamanan, naik turun penumpang, penyandang cacat, kesehatan, fasilitas umum, pembuangan sampah, fasilitas informasi”.Hal ini merupakan tujuan dari perkereta apian dalam penyelenggaraannya. Akan tetapi yang ditujukan belum terlaksana secara maksimal.

Dalam butir penjelasan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 48 tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Kereta Api menyebutkan bahwa fasilitas pada penumpang disabilitas berfungsi untuk memudahkan para penumpang disabilitas yang meliputi penyandang disabilitas, wanita hamil, orang sakit dan lansia untuk menggunakan angkutan kereta api. Sedikitnya untuk kereta api antar kota minimal 4 tempat duduk dalam 1 kereta, untuk kereta api perkotaan minimal 12 tempat duduk dalam 1 kereta. Yang diatur hanya mengenai tempat duduknya saja dalam kereta api sedangkan untuk toilet, tangga landai belum tersedia untuk memenuhi standart pelayanan tersebut guna memberikan perlindungan hukum bagi penyandang disabilitas.

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dalam Pasal 2 disebutkan bahwa “Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan yang tercantum dalam deklarasi

(7)

ini dengan tidak ada pengecualian apa pun seperti pembedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik, atau pandangan lain, asal usul kebangsaan atau kemasyarakatan , hak milik, kelahiran maupun kedudukan lain”.

Dalam pasal 89 Peraturan Daerah Kota Malang nomor 2 tahun 2014 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Disabilitas disebutkan bahwa setiap pengadaan sarana dan prasarana umum yang diselenggarakan pemerintah daerah atau masyarakat wajib menyediakan aksesibilitas. Walaupun sudah ada Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Penyandang Disabilitas yang mengatur secara khusus penyandang disabilitas di Kota Malang, tetapi belum ada ketegasan dalam hal penerapan dari aturan tersebut. Hal ini menjadi penyebab masih kurangnya terpenuhi hak penyandang disabilitas dalam hal fasilitas yang ada di ruang publik yang tersedia. Hak hak penyandang disabilitas merupakan hak yang harus dipenuhi kebutuhannya secara khusus untuk menjamin bahwa tidak ada rasa driskiminasi terhadap penyandang disabilitas karena ada fasilitas yang memudahkan untuk melakukan aktifitas yang sama dengan yang lain. Berdasarkan paparan diatas, penulis tertarik untuk membahas hal tersebut dalam bentuk karya ilmiah skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Hak Penyandang Disabilitas Sebagai Pengguna Jasa Transportasi Kereta Api”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana aksesibilitas untuk penyandang disabilitas pada transportasi kereta api Di Kota Malang ditinjau dari Pasal 131 ayat 1 Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian ?

(8)

2. Bagaimana bentuk tanggung jawab penyelenggara kereta api Di Kota Malang dalam memberikan perlindungan hukum terhadap hak penyandang disabilitas pada transportasi kereta api ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui, menjelaskan, mendeskripsikan aksesibilitas penyandang disabilitas pada transportasi kereta api.

2. Untuk mengetahui, menjelaskan, mendeskripsikan bentuk tanggung jawab

penyelenggara kereta api dalam memberikan perlindungan hukum terhadap hak penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa transportasi kereta api.

D. Manfaat penelitian

1. Memberikan pengetahuan mengenai perlindungan hukum terhadap hak penyandang disabbilitas sebagai pengguna jasa kereta api.

2. Memberikan pengetahuan terhadap pemenuhan hak penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api untuk memperoleh kesetaraan dalam bermasyarakat

3. Mengetahui aturan hukum yang baku untuk melindungi penyandang disabilitas dalam transportasi kereta api.

E. Kegunaan penelitian

1. Mengetahui akan kewajiban penyedia jasa transportasi kereta api terhadap pemenuhan hak penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa transportasi kereta api.

(9)

2. Untuk memberikan pengetahuan masyarakat terhadap kesetaraan hak bagi kaum penyandang disabilitas.

3. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum terhadap hak penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa transportasi kereta api

F. Metode penelitian a). Metode Pendekatan

Jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis sosiologis. Penelitian yuridis sosiologis yaitu melihat hukum sebagai perilaku manusia dalam masyarakat. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian tentang perlindungan hukum terhadap hak penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api. Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian.

b) . Lokasi penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah DAOPS VIII wilayah Jatim. Lokasi tersebut dipilih karena dari lokasi tersebut akan mendapatkan informasi mengenai penelitian terhadap penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api. Namun dalam hal ini lokasi penelitian tidak ke seluruh stasiun kereta api di wilayah DAOPS 8 Jatim, tetapi sebagai sampel dipilih stasiun Kota Baru di Kota Malang.

c) . Jenis data a. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian yaitu DAOP VIII WIL JATIM. Teknik pengambilan data yang dilakukan adalah dengan cara

(10)

observasi,wawancara atau pendapat dari sumber informasi dari stasiun Kota Baru di Kota malang sebagai lokasi penelitian tersebut serta dokumen yang mendukung kelengkapan data penelitian lainnya.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari website ilmiah, jurnal ilmiah hukum, hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian mengenai perlindungan hukum terhadap hak penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa transportasi kereta api.

c. Data tersier

Jenis data mengenai pengertian baku atau istilah yang digunakan dalam penelitian tersebut yang diperoleh dari kamus, ensiklopedia dan lain-lain.

d. Teknik pengumpulan data

a. Observasi

Mengamati secara langsung bagaimana ketersediaan fasilitas yang diterapkan dalam menjamin hak penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api. Dengan melihat secara langsung maka penulis akan mengetahui bagaimana bentuk perlindungan hukum yang diberikan terhadap hak penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api.

b. Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data berupa Tanya jawab kepada pihak dari narasumber terkait yaitu dari pihak DAOPS VIII dan Penyandang Disabilitas. Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi lebih

(11)

mendalam secara langsung dari pihak yang dinilai berkompeten dalam memberikan penjelasan mengenai pemenuhan hak penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api dan juga dari pihak penyandang disabilitas mengenai hak yang diberikan untuk menjamin kemudahan aktifitas yang dilakukan sebagai pengguna jasa transportasi kereta api.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara pengambilan foto, struktur organisasi dan profil mengenai objek peneltian yang diperoleh untuk menunjang penelitian tersebut.

d. Studi pustaka

Teknik pengumpulan data yang diperoleh dari bahan penulisan melalui buku,literatur yang menunjang penelitian tersebut.

d). Teknik analisa data

Setelah data hasil penelitian terkumpul maka yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan analisa terhadap data penelitian tersebut. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu metode analisis data yang dikelompokkan data yang diperoleh dari penelitian lapangan menurut kualitasnya lalu dihubungkan dengan teori hukum, asas dan kaidah hukum yang diperoleh dari studi pustaka. Penulis tidak menggunakan angka dan tidak dilakukan pengukuran sehingga data yang diperoleh bersifat deskriptif.

(12)

G. Rencana sistematika penulisan

Penelitian ini terdiri dari empat bab dimana dalam setiap bab terdapat pembahasan dari penelitian ini. Sistematika penulisannya adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis memberikan gambaran awal penelitian yang berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan tentang perlindungan hukum terhadap hak penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa transportasi kereta api ditinjau dari Pasal 131 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menjelaskan mengenai bahan dari penelitian yaitu teori efektifitas hukum, perlindungan hukum, keadilan sosial, doktrin, pendapat ahli,dan kajian keilmuan hukum lainnya untuk memberikan dasar dari bahasan penelitian tersebut. Tinjauan dari bab ini adalah yuridis sosiologis dimana penulis melihat secara langsung di masyarakat mengenai perlindungan hukum yang diberikan terhadap hak penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa transportasi kereta api. BAB III PEMBAHASAN

Dalam bab ini menjelaskan mengenai hasil penelitian yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data yang dilakukan berkaitan dengan hasil penelitian tersebut. Dalam bab ini dijelaskan hasil penelitian yang memberikan hasil dari penelitian mengenai perlindungan hukum terhadap hak penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa transportasi kereta api.

(13)

BAB IV PENUTUP

Dalam bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran untuk instansi yang berwenang dalam memberikan perlindungan hukum dan memenuhi fasilitas terhadap penyandang disabilitas untuk memudahkana kemandirian dari aktifitasnya. Saran juga ditujukan untuk masyarakat agar lebih mengutamakan hak penyandang disabilitas pada saat menggunakan jasa transportasi kereta api.

Referensi

Dokumen terkait

Pembangunan ekonomi di Kawasan Istana Basa Pagaruyung sudah menunjukkan pengembangan dari ekonomi berbasis kearifan lokal. Dari ketiga indikator pembangunan ekonomi, faktanya

bahwa dengan telah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler

(2) Dalam pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara tindak pidana penghinaan dan pencemaran nama baik dalam kasus tersebut adalah dengan mengkaji kualifikasi tindak pidana,

disampaikan guru, dan diskusi, siswa dapat mempraktikkan gerak spesifik menahan (menggunakan kaki bagian dalam, dan kaki bagian luar) pada permainan sepak bola

Jarak antara terminal penumpang dan landasan parkir dari garis landasan pacu untuk berbagai variasi tinggi bangunan, 1 : 7 = permukaan imajinatif yang sebaiknya tidak tertutup

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menentukan kriteria yang menjadi prioritas perusahaan dalam mencari kandidat untuk program Management Trainee dan (2)

Kesepakatan bersama yang dibuat antara PT Pelindo II Cabang Cirebon dengan perusahaan Bongkar Muat batu Bara atau pelaku usaha lainnya akan penulis dalami dari