• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI STRATEGI COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MAHÃRAH QIRÃ AH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI STRATEGI COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MAHÃRAH QIRÃ AH"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Pada penelitian ini penulis menggunakan model Miles and Huberman sebagai teknik analisis data. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction/reduksi data, data display/penyajian data, dan conclusion drawing/verification. Adapun yang di analisis, sebagaimana yang tertuang pada bab sebelumnya.

Analisis digunakan untuk mendapatkan jawaban dari fokus penelitian yang ditujukan dengan cara mengelola data hasil observasi dan juga dengan melakukan wawancara kepada pendidik di SD Islam Simbangwetan Pekalongan yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian.

A. Implementasi Strategi Cooperative Learning dalam Pembelajaran

Mahãrah Qirã’ah

Adapun langkah-langkah implementasi strategi cooperative learning dalam pembelajaran mahãrah qirã’ah pada siswa kelas V di SD Islam Simbangwetan Pekalongan, sebagai berikut:

(2)

1. Pendahuluan dan persiapan

Tahap pendahuluan, dimana pendidik merumuskan metode dan menentukan materi yang akan disampaikan dengan memperhatikan alokasi waktu yang ada. Adapun yang dilakukan adalah dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Pada tahap persiapan, pendidik juga mempertimbangkan tentang beberapa hal dalam pembelajaran, seperti:

a. Menentukan media, media yang digunakan berupa kartu. Dengan membaca, seseorang pertama-tama berusaha untuk memahami informasi yang disampaikan orang lain dalam bentuk wacana tulis. Dalam hal ini, informasi dan pesan yang disampaikan, dan bagaimana informasi serta pesan-pesan itu telah tersampaikan pada seorang pembaca pada dasarnya

hanyalah bertindak sebagai penerima. 1 Adapun media

pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran keterampilan membaca, yaitu kartu pertanyaan dan jawaban, kartu penyempurna, kartu kosa kata, dan kartu tiruan.

b. Pengelolaan kelas, pada pengelolalaan ini pendidik melakukan penataan meja dengan bentuk tertentu seperti penataan meja

berbentuk U.2 Lingkungan fisik dalam kelas dapat mendukung

dan menghambat kegiatan belajar aktif. Tidak ada satu susunan

1

Abdul Wahab Rosyidi, Media Pembelajaran bahasa Arab, (Malang: UIN Malang Press, 2009), hlm. 69

2

(3)

yang mutlak ideal, namun terdapat beberapa pilihan yang ada.3 Oleh karena itu, seorang pendidik harus mampu memilih dan menerapkan formasi yang tepat.

c. Pemilihan buku dan bahan ajar, pemilihan buku dan bahan ajar ini disesuaikan dengan kurikulum yang dipakai dan buku penunjang dalam pembelajaran. Dalam pemilihan buku dan bahan ajar, seorang pendidik harus memperhatikan beberapa hal seperti karekteristik, persyaratan, bentuk, dan kebutuhan.4

Pendidik bertanggung jawab langsung dalam upaya

mewujudkan apa yang tertuang dalam perencanaan pembelajaran karena pendidik menyusun perencanaan pembelajaran dan langsung melaksanakan perencanaan pembelajaran tersebut di kelas.

Dengan demikian, perencanaan pembelajaran banyak

tergantung pada kemampuan pendidik mengembangkannya. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan, berpegang pada prinsip-prinsip psikologi sehingga

tercapai keefektifan pembelajaran yang dilaksanakan.5

2. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, aktivitas kegiatan belajar mengajar berpegang pada apa yang tertuang dalam perencanaan yaitu Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun langkah-langkah

3 Melvin L. Siberman, 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nuansa, 2012), hlm. 36 4

Daryanto dan Mulyo Rahardjo, Model Pembelajaran Inovatif, (Yogyakarta: Gava Media, 2012), hlm. 147

5

(4)

implementasi strategi cooperative learning dalam pembelajaran mahãrah qirã’ah, berdasarkan hasil observasi penulis, sebagai berikut:6

No. Aspek yang diamati Dilaksanakan Keterangan

Ya Tidak

1. Pendahuluan

a. Salam dan do’a ✔

b. Memberikan apersepsi, motivasi dan pengkondisian kelas ✔ c. Menyampaikan tujuan pembelajaran ✔ 2. Pelaksanaan Strategi Cooperative learning dalam Pembelajaran Keterampilan Membaca a. Pemberian motivasi ✔ b. Penyampaian materi ✔ c. Pembagian kelompok ✔ d. Pelaksanaan tugas kelompok ✔ e. Pemberian evaluasi ✔ 3. Penutup Reward

Berdasarkan observasi di atas, menunjukkan bahwa pada kegiatan belajar mengajar dengan strategi cooperative learning dapat dibedakan pada tiga tahap, yaitu :

6

(5)

a. Kegiatan awal

Pendidik memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan do’a. Kemudian pendidik memberikan appersepsi dan motivasi, penyampaiaan motivasi berupa belajar wawasan agar semangat belajar bahasa Arab dan berkaitan dengan tema yang akan diajarkan seperti gunakanlah waktu luangmu di rumah untuk membaca, karena dengan membaca akan menambah pengetahuanmu.

Pengelolaan kelas, pendidik menginstruksi para siswa untuk menempatkan dirinya pada tempat duduk sebagaimana yang telah di instruksikan pendidik.

Pada tujuan pembelajaran, pendidik menyampaikan indikator yang harus dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan strategi cooperative learning ini.

b. Kegiatan inti

Pendidik menyampaikan materi pembelajaran, seperti menjelaskan tentang materi pelajaran dan para siswa mendengarkan apa yang disampaikan oleh pendidik.

Pendidik membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dimana tiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang. Pembagian kelompok ini, dilakukan dengan berbagai cara seperti melalui

(6)

nomor absen ganjil dan genap, dipilih oleh pendidik sendiri,

dan dipilih oleh pendidik bersama ketua kelas.7

Pelaksanaan kerja tim kelompok, dapat di lihat pada tabel berikut8:

No. Aspek yang diamati Dilaksanakan Keterangan Ya Tidak

1 Kedisiplinan

a. Jumlah peserta

didik yang hadir

b. Jumlah peserta didik yang terlambat masuk kelas 2 Antusias dalam pembelajaran Saling ketergantungan positif ✔ Akuntabilitas

individual ✔ ✔ Tidak pasti

Interaksi tatap muka ✔

Keterampilan menjalin hubungan interpersonal ✔

Berdasarkan observasi di atas, menunjukkan bahwa pada aktivitas belajar telah melaksanakan unsur-unsur dalam strategi cooperative learning, seperti:

1. Saling ketergantungan positif, untuk mencapai suasana saling ketergantungan positif dapat diciptakan melalui saling ketergantungan positif dalam pencapaiaan tujuan, dalam menyelesaikan tugas, bahan atau sumber belajar,

7

Moh. Jamil, Guru Bahasa Arab, Wawancara, Pekalongan, 5 Oktober 2015

8

Observasi di SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan, tanggal 5 dan 12 Oktober 2015

(7)

peran dan hadiah. 9 Para peserta didik memiliki hubungan saling membutuhkan dalam proses kerja tim atau kelompok, hal ini ditandai dengan adanya saling kebersamaan, dan berdiskusi antar teman mereka untuk memperoleh skor terbaik.

2. Akuntabilitas individual, penilaian ditujukan untuk mengetahui hasil penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, meskipun model pembelajaran ini berwujud belajar kelompok. Hasil penilaian atas tiap anggota kelompok ini, kemudian dikomunikasikan kepada kelompok. Setiap anggota kelompok harus

memberikan sumbangan demi tujuan kelompok.10 Rasa

tanggung jawab pada individu dalam memperjuangkan tim kelompok agar menjadi tim terbaik kurang maksimal, hal ini ditandai dengan adanya beberapa kelompok yang tidak memberikan kontribusi atau pasif dalam kelompoknya.

3. Interaksi tatap muka, pada kegiatan interaksi ini akan membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Oleh karena itu, peran pendidik sangat penting

9 Made Wina, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara,

2013), hlm. 2013), hlm. 191

10

Abiyu Mifzal, Strategi Pembelajaran untuk Anak Kurang Berprestasi, (Yogyakarta: Javalitera, 2012), hlm. 35

(8)

dalam menciptakan komunikasi antar anggota dalam keompoknya.

4. Keterampilan menjalin hubungan interpersonal,

keterampilan ini dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi

harus dipandang penting dalam keberhasilan

menyelesaikan tugas kelompok. Keterampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa. Peran tersebut bermacam-macam seperti peran pencatat, pembuat kesimpulan, pengatur materi, fasilitator, dan peran guru

sebagai pemonitor dan pembimbing.11 Keterampilan

bagaimana menjalin komunikasi dengan temannya, seperti kerjasama, tenggang rasa, menghargai pendapat. Setelah menyelasaikan tugas-tugas yang diberikan oleh pendidik. Pendidik meminta perwakilan siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja tim kelompoknya. Kemudian pendidik menanggapi hasil presentasi siswa dan memberikan informasi yang sebenarnya.

Tahap selanjutnya, pendidik memberikan kuis yang dikerjakan secara individu seperti tebak kata, team kuis. Pendidik membahas pertanyaan kuis dan meminta siswa untuk mengoreksi jawaban kuis dari teman mereka.

11

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), hlm. 69

(9)

Pendidik bersama siswa menghitung perolehan skor kuis yang diperoleh teman mereka. Pendidik menyuruh ketua kelas untuk menuliskan skor yang diperoleh. Skor dari kuis ini dapat menambah dari skor kelompok.

Pendidik memberikan penghargaan pada kelompok dengan skor yang terbaik. Penghargaannya, berupa tepuk tangan dan nilai.

Berdasarkan data implementasi strategi cooperative learning dalam pembelajaran mahãrah qirã’ah di atas menunjukkan bahwa pendekatan yang dipakai adalah pendekatan Student Team Achievement Divisions (STAD) hal ini ditandai dengan langkah-langkah pembelajarannya, seperti12:

1. Fase presentasi kelas, seperti pendidik memberikan appersepsi dan motivasi, penyampaiaan motivasi berupa belajar wawasan agar semangat belajar bahasa Arab dan berkaitan dengan tema yang akan diajarkan seperti gunakanlah waktu luangmu di rumah untuk membaca, karena dengan membaca akan menambah pengetahuanmu. Kemudian pendidik menyampaikan materi pembelajaran, seperti menjelaskan tentang materi pelajaran dan indikator yang harus dicapai.

12

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik

dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.

(10)

2. Fase kerja kelompok, seperti pendidik membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dimana tiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang. Pembagian kelompok ini, dilakukan dengan berbagai cara seperti melalui nomor absen ganjil dan genap, dipilih oleh pendidik sendiri, dan dipilih oleh pendidik bersama ketua kelas. Tiap kelompok mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh pendidik melalui bimbingan pendidik juga. Kemudian pendidik meminta

perwakilan tiap masing-masing kelompok untuk

mempresentasikan. Selanjutnya pendidik menanggapi hasil presentasi siswa dan memberikan informasi yang sebenarnya.

3. Fase kuis, pendidik memberikan kuis yang dikerjakan secara individu seperti tebak kata, team kuis.

4. Fase penghitungan skor, seperti pendidik bersama siswa menghitung perolehan skor kuis yang diperoleh teman mereka. Skor dari kuis ini dapat menambah dari skor kelompok.

5. Fase penghargaan, seperti pendidik memberikan

penghargaan pada kelompok dengan skor yang terbaik. Penghargaannya, berupa tepuk tangan dan nilai.

(11)

c. Kegiatan akhir

Pendidik menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari atau menyampaikan intisarinya. Kemudian pendidik menutup pelajaran dengan mengucapkan salam penutup.

Tahap pelaksanaan merupakan langkah merealisasikan konsep pembelajaran dalam bentuk perbuatan. Dalam pendidikan berdasarkan kompetensi pelaksanaan pembelajaran merupakan serangkaian pembelajaran yang dilakukan secara berkesinambungan, seperti:

a. Tahap persiapan yang meliputi mempersiapkan ruang belajar, alat dan bahan, media dan sumber belajar, mengkondisikan lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga peserta didik siap belajar.

b. Penyajian, yang meliputi guru menyajikan informasi.

c. Aplikasi, dimana peserta didik diberi kesempatan melakukan kegiatan pembelajaran yang ditugaskan oleh guru.

d. Evaluasi, dimana guru memeriksa hasil kerja dengan

menyertakan peserta didik untuk menilai kualitas kerja.13

3. Evaluasi

Evaluasi merupakan proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh peserta didik. Adapun teknik evaluasi yang digunakan dalam strategi cooperative learning adalah tes dan non tes.

13

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm.99

(12)

Adapun bentuk penilaiaan yang dilakukan dalam penggunaan strategi cooperative learning, sebagai berikut:

a. Penilaiaan unjuk kinerja

Penilaiaan yang dilakukan dengan jawaban perbuatan, tindakan, atau unjuk kerja. Penilaiaan ini untuk mengetahui kemampuan melakukan sesuatu perbuatan.

b. Penilaiaan tertulis

Penilaiaan tertulis merupakan teknik penilaiaan yang menuntut jawaban secara tertulis. Penilaiaan ini berupa jawaban isian singkat atau uraian.

c. Penilaiaan lisan

Tes lisan dilakukan dengan komunikasi langsung antara pendidik dan peserta didik, seperti melalui permainan tebak kata, dan kuis.

d. Penilaiaan individual

Penilaiaan individu dilakukan melalui observasi, dan penilaiaan kelompok melalui kerjasama dalam kelompok cooperative yaitu skor yang diperoleh.

Berdasarkan penjelasan di atas menunjukkan bahwa

pembelajaran strategi cooperative learning merefleksikan pengetahuan dan keterampilan esensial setiap disiplin ilmu yang harus dipelajari oleh seluruh peserta didik dan bentuk proses hasil kegiatan.14 Artinya

14

(13)

sistem penilaiaan tidak hanya menekankan pada aspek intelektual saja, tetapi juga pada perkembangan seluruh aspek.

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Strategi Cooperative

Learning dalam Pembelajaran Mahãrah Qirã’ah

Keberhasilan suatu proses atau penerapan suatu metode pembelajaran sangat didukung oleh faktor-faktor penunjang yang berada di sekitar lingkungan proses, demikian juga sebaliknya lingkungan sekitar proses juga dapat menganggu proses itu bekerja maksimal. Faktor metode yang digunakan, penyediaan waktu, pengaturan ruangan, dan pemilihan sumber.

Adapun faktor pendukung implementasi strategi cooperative learning dalam pembelajaran mahãrah qirã’ah, sebagai berikut:

1. Kemampuan pendidik, seperti dalam pengelolaan kelas pendidik menyiapkan dekorasi atau penataan meja di dalam kelas dengan bentuk tertentu. Kemampuan pedagogik merupakan kemampuan dalam mengelola proses belajar mengajar, termasuk didalamnya perencanaan, pelaksanaan, evaluasi hasil belajar mengajar dan pengembangan siswa sebagai individu-individu. Kemampuan ini dapat terlihat dalam merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan

kemampuan melakukan penilaiaan.15 Agar hasil pembelajaran dapat

optimal, seorang guru dituntut untuk mengubah peran dan fungsinya

15

(14)

seperti dengan menjadi fasilitator, mediator, mitra belajar peserta didik, dan evaluator. Ini berarti, pendidik harus menciptakan interaksi pembelajaran yang demokratis dan dialogis antara pendidik dengan peserta didik, dan anak didik dengan peserta didik.

2. Antusias peserta didik, peserta didik merasa senang, dan aktif dalam proses pembelajaran. Peran aktif seorang peserta didik sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu

menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.16

Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidaklah efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai oleh peserta didik setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif maka pembelajaran tersebut tidak ubahnya seperti bermain saja.

3. Kepala sekolah, sebagai kepala sekolah ia memberikan penilaiaan terhadap metode-metode atau pun media yang digunakan oleh pendidik, sehingga menjadi penyempurna pembelajaran yang akan datang. Dalam meningkatkan kualitas pendidikan, membutuhkan sebuah perencanaan dan pelaksanaan. Semua pelaksana pendidikan,

baik tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan harus

melaksanakan kegiatan pelaksanaan sebagaimana dalam

16

Jamal Ma’mur Asmani, 7 Tips Aplikasi PAKEM, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), hlm. 60

(15)

perencanaannya. Oleh karena itu, peran kepala sekolah sebagai pendidik tentunya untuk mengembangkan potensi sekolah agar terselenggaranya kegiatan pendidikan yang berkualitas.

4. Adanya bahan pelajaran atau sumber belajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Oleh karena itu, pendidik yang akan mengajar harus menguasai bahan pelajaran yang akan

disampaikan kepada peserta didik.17 Kepustakaan termasuk sumber

belajar dalam menunjang keberhasilan pembelajaran, hendaknya diisi dengan berbagai buku yang relevan sebagai upaya untuk pengayaan terhadap pengetahuan dan pengalaman peserta didik dalam menambah wawasan melalui membaca. Semakin banyak peserta didik membaca buku maka akan semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki dalam menambah wawasan peserta didik terhadap materi pelajaran akan bertambah, dan pada akhirnya tujuan pembelajaran akan mudah tercapai secara efektif dan efesien.

5. Adanya media pembelajaran, seperti media kartu. Dalam keegiatan belajar mengajar media sangat diperlukan untuk menunjang tujuan pendidikan. Media ini, harus diupayakan seoptimal mungkin agar segala kativitas mengajar dapat dibantu dengan media tersebut. Penggunaan media kartu, akan memungkinkan para siswa untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performen mereka sesuai

17

Zaenal Mustakim, Strategi & Metode Pembelajaran, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2011), hlm. 51

(16)

dengan tujuan yang ingin dicapai.18Sehingga pendidik tidak terlalu banyak mengeluarkan tenaga dalam penyampaiaan materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan. Selain itu, akan menumbuhkan minat belajar para siswa terhadap mata pelajaran.

Adapun faktor penghambat implementasi strategi cooperative learning dalam pembelajaran mahãrah qirã’ah, sebagai berikut:

1. Antusias peserta didik, seperti dalam proses belajar kelompok terdapat perbedaan yang siginifikan, yaitu peserta didik yang aktif selalu tampil, sedangkan yang pasif tidak memberikan kontribusi. Peserta didik yang tidak aktif dilatarbelakangi karena tidak mengikuti sekolah sore atau TPQ, sehingga kemampuan dalam mengucapkan ujaran huruf belum bisa, akhirnya sulit untuk mengikuti kegiatan belajar mahãrah qirã’ah. Penentuan pengelompokan peserta didik harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran dan dipertimbangkan dengan gaya, cara atau kebiasaan belajar peserta didik yang sesuaikan menurut mereka. Di antara peserta didik ada yang suka belajar secara berkelompok dan ada

juga yang suka belajar individual. 19 Oleh karena itu, pendidik

sebaiknya tidak terlalu terikat pada perbedaan individu peserta didik tetapi harus melihat peserta didik dalam kesamaannya secara klasikal. 2. Sarana dan prasarana, seperti tidak adanya LCD. Pendidik

membutuhkan sarana pembelajaran dalam menunjang kegiatan pembelajaran. Peserta didik akan lebih terbantu dengan adanya

18

M. Khalilullah, Media Pembelajaran bahasa Arab, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012), hlm. 16

19

(17)

dukungan sarana prasarana dalam pembelajaran. Tidak semua peserta didik mempunyai tingkat kecerdasan yang bagus sehingga penggunaan sarana prasarana pembelajaran akan membantu peserta didik, khususnya yang memiliki kelemahan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Bagi pendidik dengan adanya sarana prasarana maka akan beremangat dan menikmati kegiatan pembelajaran serta lebih bervariatif, menarik, dan bermakna.20

3. Alokasi waktu, dalam kegiatan belajar mengajar ada batas waktu untuk

mencapai tujuan tujuan tertentu.21 Namun, alokasi waktu yang tersedia

kadang-kadang kelebihan waktu atau kekurangan waktu dari yang tersedia sehingga dapat menyebabkan kegagalan dalam melaksanakan rencana-rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini dapat teratasi apabila seorang pendidik telah berpengalaman dalam mengajar.

Berdasarkan uraiaan yang telah penulis kemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Implementasi strategi cooperative learning dalam pembelajaran mahãrah qirã’ah di SD Islam Simbangwetan Pekalongan telah dilaksanakan melalui tiga kegiatan, seperti a) pendahuluan dan persiapan yang meliputi membuat perencanaan, menentukan media, pengelolaan kelas, dan pemilihan bahan ajar, b) kegiatan inti, implementasi strategi cooperative learning dilaksanakan melalui pendekatan Student Teams Achievement Division (STAD), hal ini

20

Jamal Ma’mur Asmani, Op. Cit., hlm. 196

21

(18)

ditandai dengan langkah-langkah pembelajarannya, seperti fase presentasi kelas, pembagian tim kelompok, fase kuis, fase penghitungan skor, dan fase penghargaan, c) evaluasi, penilaiaan yang digunakan adalah tes dan non tes..

2. Faktor pendukung implementasi strategi cooperative learning, seperti kemampuan pendidik, antusias peserta didik, peran kepala sekolah, adanya sumber belajar dan media. Sedangkan faktor penghambat implementasi strategi cooperative learning, seperti karekteristik peserta didik, sarana prasarana, dan alokasi waktu.

Referensi

Dokumen terkait

Suatu graf fuzzy intuitionistic terdiri dari pasangan himpunan titik V dan himpunan sisi E dimana jumlah derajat keanggotaan dan bukan keanggotaan setiap titik dan setiap sisi

Administrator melakukan proses input data Kurikulum, SAP, dan Silabus yang nantinya akan tersimpan ke dalam tabel Kurikulum. i.) Proses 8 (Data Kurikulum, SAP, dan SIlabus)..

Selanjutnya, praktikan membuat jurnal terkait dengan pengeluaran dan pemasukan kas kecil dan meng-input pengeluaran dan pemasukan kas kecil tersebut ke dalam

Pondok Bahrul Ulum Sahlaniyah didirikan pada tahun 1935 oleh Kiai Sahlan Thohib yang merupakan salah satu santri dari Pondok Al-Hamdaniyah yang kemudian dikenal

Dari sini dapat disimpulkan bahwa ukuran KAP yang besar memiliki jumlah klien yang lebih banyak dibanding ukuran KAP yang lebih kecil yang dapat dilihat dari

Laporan ini mencakup hasil pengukuran-pengukuran komponen mesin diesel L300 antara lain, kepala silinder, blok silinder, silinder liner, torak, batang torak, ring kompresi, ring oli,

Ratna Kartikawati (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pertumbuhan Penduduk Terhadap Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Sosial Ekonomi di Kecamatan

Tim melakukan pembimbingan ke pengrajin mulai dari pembuatan akun digital marketing, pengemasan yang dapat menambah nilai jual dari kerajinan, dan pemasaran yang