• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Diskripsi Lokasi Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Diskripsi Lokasi Penelitian"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 72

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Kecamatan Purwantoro

a. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Purwantoro

Kecamatan Purwantoro merupakan salah satu dari 25 Kecamatan yang ada di Kabupaten Wonogiri yang terletak paling timur dan merupakan daerah perbatasan yang menghubungkan Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah dengan Kabupaten Ponorogo Propinsi Jawa Timur. Kecamatan Purwantoro mempunyai alam sedang dan tanahnya sebagian tanah merah serta terdiri dari perbukitan yang merupakan tanah kering dan beriklim sedang.

Letak geografis Kecamatan Purwantoro berada di paling timur Kabupaten Wonogiri dengan jarak ± 49 Km dari pusat Pemerintahan dan ±30 Km, dimana permukaan tanahnya merupakan dataran tinggi dengan tingkat ketinggian antara 600-700 m di atas permukaan laut, suhu rata-rata 28º C adapun suhu tertinggi 29º C dan suhu terendah 27º C dengan curah hujan rata-rata perhari 17 mm.

Berdasarkan letak geografis Kecamatan Purwantoro yang berada paling timur dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Ponorogo Jawa Timur tersebut, dengan kata lain dapat di katakan bahwa Kecamatan Purwantoro untuk akses menuju ke pusat kota relatif lebih jauh dan bahkan lebih jauh dari akses menuju Kabupaten Ponorogo yang hanya berjarak ± 30 Km sedangkan untuk menuju ke pusat kota Kabupaten Wonogiri sendiri ± 49 Km.

Adapun batas wilayah Kecamatan Purwantoro adalah sebagai berikut:

1) Sebelah Utara : Kecamatan Bulukerto dan Kecamatan Puhpelem Kabupaten Wonogiri

(2)

commit to user

2) Sebelah Selatan : Kecamatan Kismantoro Kabupaten Wonogiri 3) Sebelah Barat : Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri 4) Sebelah Timur : Kecamatan Badegan Kabupaten Ponorogo

Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian Kecamatan Purwantoro

Kecamatan Purwantoro terdiri dari 13 Desa, 2 Kelurahan 62 Dusun/Lingkungan, 101 RW, serta 354 RT yang luas wilayahnya 5.925,25 Ha yang berupa dataran tinggi dan tingkat kesuburan tanahnya berbeda-beda. Kebanyakan tanahnya di gunakan sebagai lahan pertanian dan sisanya merupakan tanah tegal, pekarangan, dengan perincian sebagai berikut: 1) Tanah sawah : 1.429.8900 Ha 2) Tanah tegalan : 843.8250 Ha 3) Tanah pekarangan : 3.319.0000 Ha 4) Hutan Negara : 919.0000 Ha 5) Padang Rumput : 6. 0200 Ha 6) Lain-lain : 173.6980 Ha

(3)

commit to user

Berdasarkan rincian luas tanah di Kecamatan Purwantoro tersebut dapat di ketahui bahwa luas tanah yang di gunakan sebagai lahan pertanian sangat luas yaitu sekitar 2.528.6080 Ha. Hal tersebut sesuai dengan mata pencaharian utama penduduk di Kecamatan Purwantoro yang kebanyakan yaitu bermata pencaharian sebagai petani.

Adapun Desa/Kelurahan yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Purwantoro yaitu antara lain:

1) Kelurahan Purwantoro yang terdiri dari 4 lingkungan meliputi: Lingkungan Blimbing, Dangkrang, Sambitileng, Pagersari

2) Kelurahan Tegalrejo yang meliputi 5 Lingkungan yang terdiri dari: Lingkungan Tegalrejo, Karanglo, Sanggrong, Sigereng, Biting

3) Desa Bakalan yang meliputi 4 Dusun yang terdiri dari: Dusun Bendo, Bakalan, Belik Jaten, Wot Galih

4) Desa Bangsri yang meliputi 4 Dusun yang terdiri dari: Dusun Jetak, Bangsri, Wates kulon, Wates wetan

5) Desa Biting yang meliputi 4 Dusun yang terdiri dari: Dusun Jatisari, Sigereng, Senayu, Sumber

6) Desa Gondang yang meliputi 5 Dusun yang terdiri dari: Dusun Karang, Pojok, Gondang, Tapel, Plosorejo

7) Desa Joho yang meliputi 4 Dusun yang terdiri dari: Dusun Kasihan, Lemah Duwur, Joho, Watingglang

8) Desa Kenteng yang meliputi 4 Dusun yang terdiri: Kenteng, Pulutan, Gelang, Ploso Jenar

9) Desa Kepyar yang meliputi 4 Dusun yang terdiri dari: Dusun Karangtengah, Ngandong, Sumber, Kepyar

10) Desa Miricinde yang meliputi 4 Dusun yang terdiri dari: Dusun Jatirejo, Jaten, Jorong, Stren

11) Desa Ploso yang meliputi 4 Dusun yang terdiri dari: Dusun Sidowayah, Gesing, Sawahan, Kepuh

(4)

commit to user

12) Desa Sendang yang meliputi 4 Dusun yang terdiri dari: Dusun Pagersari, jangkung, Sumber, Sendang

13) Desa Sukomangu yang meliputi 4 Dusun yang terdiri dari: Dusun Sumber, Nglogung, Sukomangu,Geluran

14) Desa Sumber yang meliputi 4 Dusun yang terdiri dari: Dusun Janggir, Galih, Jabing, Duren

15) Desa Talesan yang meliputi 4 Dusun yang terdiri dari: Dusun kengkeng, Jajar, Nadi, Talesan

b. Keadaan Penduduk Kecamatan Purwantoro

Kecamatan Purwantoro merupakan salah satu Kecamatan yang berada di dalam wilayah administrasi Kabupaten Wonogiri. Kecamatan Purwantoro tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dengan daerah - daerah lain yang berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Wonogiri. Karakteristik Kecamatan Purwantoro dibandingkan beberapa Kecamatan lain di Kabupaten Wonogiri yaitu letaknya yang berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur tepatnya yaitu perbatasan dengan Kabupaten Ponorogo. Hal tersebut seperti halnya Kecamatan Pracimantoro yang juga berbatasan langsung dengan Kabupaten Pacitan Jawa Timur.

Jumlah penduduk yang berada di wilayah Kecamatan Purwantoro yang di peroleh dari data tahunan jumlah penduduk Kecamatan Purwantoro pada tahun 2013 tercatat sebanyak 65.294 jiwa dengan perincian yaitu penduduk laki – laki sebanyak 32.935 jiwa atau sekitar 50, 44 % dari jumlah penduduk keseluruhan dan sebanyak 32.359 jiwa penduduk perempuan atau sekitar 49, 56 %. Dengan diketahui jumlah penduduk dan luas suatu wilayah, maka dapat dihitung angka kepadatan penduduk dengan rumus:

Kepadatan Penduduk = 台nƼ䮰b 唠argngn Ėnb̜n 걨 䮰b b

(5)

commit to user

Jumlah penduduk Kecamatan Purwantoro yaitu 65.294 jiwa dengan luas wilayahnya yaitu 5.925,25 Ha atau setara dengan 59,2525 km2. Dari data jumlah penduduk dan luas wilayah Kecamatan Purwantoro, maka jumlah kepadatan penduduk Kecamatan Purwantoro yaitu 1.102 jiwa/Km2. Hal tersebut berarti setiap 1 Km2 Kecamatan Purwantoro terdapat penduduk 1.102 jiwa. Berikut perincian jumlah penduduk per Desa/Kelurahan berdasarkan jenis kelamin yang di sajikan dalam tabel berikut di bawah ini:

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Rinci Menurut Desa/Kelurahan

No Desa/Kelurahan

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jumlah Pria Wanita 1. Bakalan 2305 2357 4662 2. Bangsri 2396 2318 4714 3. Biting 3044 2920 5964 4. Gondang 1913 1845 3758 5. Joho 2021 2021 4042 6. Kenteng 2269 2289 4558 7. Kepyar 2682 2630 5312 8. Miricinde 1857 1825 3682 9. Ploso 2440 2445 4895 10. Purwantoro 2298 2300 4598 11. Sendang 1707 1706 3413 12. Sukomangu 1525 1461 2986 13. Sumber 2083 1971 4054 14. Talesan 1811 1728 3539 15. Tegalrejo 2584 2533 5117 JUMLAH 32935 32349 65294

Sumber: Kantor Pelayanan Umum Kecamatan Purwantoro

Berdasarkan data mengenai jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin yang diperinci per Desa/Kelurahan yang di sajikan dalam tabel di atas, maka dapat di lihat bahwa penduduk laki – laki terbanyak yang tinggal di Kecamatan Purwantoro terletak di Desa Kepyar dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2682 jiwa. Berbeda dengan jumlah penduduk

(6)

commit to user

laki-laki yang berada di Desa Kepyar, di Desa Sukomangu jumlah penduduk laki-laki hanya 1525 jiwa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi penduduk laki-laki yang paling banyak adalah di Desa Sukomangu dan jumlah populasi penduduk laki-laki yang paling sedikit jumlahnya yaitu ada di Desa Sukomangu.

Berkaitan dengan jumlah penduduk perempuan yang ada di setiap Desa/Kelurahan di Kecamatan Purwantoro, dapat dianalisis bahwa jumlah populasi penduduk perempuan terbanyak ada di Desa Biting yang memiliki jumlah penduduk perempuan sejumlah 2920 jiwa. Sedangkan, Kelurahan di Kecamatan Sukoharjo yang memiliki jumlah penduduk perempuan paling sedikit adalah Desa Sukomangu yang memiliki populasi penduduk perempuan 1461 jiwa dari total jumlah penduduk perempuan keseluruhan 32349 jiwa.

Berdasarkan tabel di atas juga dapat di simpulkan bahwa, jumlah penduduk terbanyak secara keseluruhan per Desa/Kelurahan yaitu di temukan di Desa Biting yaitu total jumlah penduduk sebanyak 5964 jiwa atau 9, 13 %. Berbeda dengan Desa Biting, Desa Sukomangu hanya memiliki total penduduk sejumlah 2986 jiwa atau 4, 57%. Dengan kata lain jumlah penduduk yang tinggal di Desa Sukomangu hanya setengah dari jumlah penduduk yang tinggal di Desa Biting. Hal tersebut sesuai dengan jumlah penduduk perempuan dan laki-laki yang berada di angka terendah di bandingkan dengan Desa/Kelurahan lainnya yang berada di wilayah Kecamatan Purwantoro.

Kecamatan Purwantoro tersebut memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 16372 KK. Senada dengan jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Purwantoro yang di setiap Desa/Kelurahannya memiliki jumlah penduduk perempuan dan laki-laki yang berbeda-beda, di masing-masing daerah tersebut juga memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) yang berbeda-beda pula. Berikut tabel jumlah KK per Desa/Kelurahan:

(7)

commit to user

Tabel 4.2 Jumlah Kepala Keluarga (KK) Per Desa/Kelurahan Tahun 2013

No Desa/Kelurahan Jumlah KK Jumlah

1. Bakalan 1105 4662 2. Bangsri 1116 4714 3. Biting 1440 5964 4. Gondang 950 3758 5. Joho 1078 4042 6. Kenteng 1147 4558 7. Kepyar 1285 5312 8. Miricinde 933 3682 9. Ploso 1283 4895 10. Purwantoro 1176 4598 11. Sendang 842 3413 12. Sukomangu 757 2986 13. Sumber 978 4054 14. Talesan 917 3539 15. Tegalrejo 1365 5117 JUMLAH 16372 65294

Sumber: Kantor Pelayanan Umum Kecamatan Purwantoro

Berdasarkan tabel jumlah Kepala Keluarga (KK) di masing-masing Desa/Kelurahan yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Purwantoro tersebut di atas, maka dapat di lihat bahwa jumlah Kepala Keluarga terbanyak yaitu di temukan di Desa Biting, di mana Desa Biting memiliki jumlah Kepala Keluarga sebanyak 1440 KK, sedangkan daerah yang memiliki jumlah KK paling sedikit di bandingakan dengan daerah lain di Kecamatan Purwantoro yaitu di temukan di Desa Sukomangu dengan jumlah KK hanya sebanyak 757 KK. Hal tersebut sesuai dengan jumlah penduduknya yang paling sedikit di bandingkan daerah lainnya yaitu hanya 2986 jiwa atau 4, 57% dari jumlah penduduk keseluruhan di Kecamatan Purwantoro.

(8)

commit to user

Adapun pengelompokan penduduk di Kecamatan Purwantoro adalah sebagai berikut:

1) Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

a) Petani sendiri : 12.154 jiwa

b) Buruh tani : 5.095 jiwa

c) Pengusaha sedang/besar : 85 jiwa d) Pengusaha kecil : 1.288 jiwa e) Buruh bangunan : 3.829 jiwa f) Buruh industri : 1.437 jiwa

g) Pedagang : 1823 jiwa

h) Pengusaha angkutan : 692 jiwa i) Pegawai Negeri Sipil : 715 jiwa

j) TNI/POLRI : 51 jiwa

k) Pensiunan :217 jiwa

l) Lain-lain : 32.863 jiwa

2) Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

a) Tamat Akademi/Perguruan Tinggi : 494 jiwa b) Tamat Sekolah Menengah Atas : 2.983 jiwa c) Tamat Sekolah Menengah Pertama : 6.242 jiwa d) Tamat Sekolah Dasar (SD) : 18.081 jiwa e) Belum tamat SD : 8.333 jiwa f) Tidak tamat SD : 5.655 jiwa g) Tidak sekolah : 9.676 jiwa 3) Jumlah Penduduk Berdasarkan Kemampuan

a) Keluarga miskin sekali : 1.863 KK b) Keluarga miskin : 3.119 KK c) Keluarga mampu : 11.390 KK 4) Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

a) Islam : 59.679 jiwa

(9)

commit to user

c) Katolik : 82 jiwa

d) Hindu : 1 jiwa

Berdasarkan pengelompokan jumlah penduduk di Kecamatan Purwantoro yang di peroleh dari kantor umum Kecamatan Purwantoro tersebut di atas maka dapat di lihat bahwa, mata pencaharian penduduk Kecamatan Purwantoro sangat beranekaragam mulai dari petani, pengusaha, pedagang, buruh, TNI/POLRI, PNS, dan lain sebagainya. Dari beragamnya jenis pekerjaan yang ada, pekerjaan penduduk Kecamatan Purwantoro yang paling banyak yaitu masuk dalam kategori lain-lain yaitu sejumlah 32.863 jiwa. Dalam kategori lain-lain tersebut yaitu antara lain mencakup pekerjaan seperti pembantu rumah tangga, tukang parkir, tukang kayu, penjual jasa, sebagian banyak yaitu merantau ke kota dan sebagian lagi tidak memiliki pekerjaan atau pengangguran. Kemudian jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan paling banyak kedua yaitu sebagai tani. Penduduk Kecamatan Purwantoro yang bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 17.249 jiwa yang terdiri dari petani sendiri yaitu sebanyak 12.154 jiwa dan buruh tani yaitu sebanyak 5.095 jiwa, sedangkan jumlah penduduk menurut pekerjaan paling sedikit yaitu TNI/POLRI yang hanya sebanyak 51 jiwa.

Selanjutnya, berdasarkan jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan dapat di ketahui bahwa, penduduk di Kecamatan Purwantoro paling banyak yaitu lulusan Sekolah Dasar atau tamat SD. Penduduk Kecamatan Purwantoro yang merupakan tamatan SD yaitu sebanyak 18.081 jiwa, angka tersebut kemudian di susul oleh jumlah penduduk yang sama sekali tidak mengecam pendidikan yaitu sebanyak 9.676 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan tingkatan pendidikan paling sedikit yaitu jumlah tamatan akademi atau Perguruan Tinggi yang hanya sebanyak 494 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan kemampuan paling banyak yaitu kelompok keluarga mampu yang terdiri dari 11.390 KK sedangkan untuk keluarga miskin terdiri dari 4.982 KK.

(10)

commit to user

Berdasarkan hal tersebut dapat di katakan bahwa, tingkatan pendidikan penduduk memiliki pengaruh terhadap kemampuan yang di miliki oleh penduduk tersebut dan sebaliknya, tingkat kemampuan ekonomi juga berpengaruh terhadap pendidikan. Hal tersebut terlihat dari data di atas tentang angka yang cukup tinggi mengenai jumlah penduduk yang sangat sedikit dengan latar belakang sarjana dan data mengenai masih tingginya pengangguran yang di latar belakangi oleh rendahnya tingkat pendidikan dan menyebabkan kemiskinan.

2. Gambaran Umum Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

Pembangunan dibidang kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional yang ditata dalam Sistem Kesehatan Nasional diarahkan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dan produktif sebagai perwujudan dari kesejahteraan umum seperti yang dimaksud dala Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang-Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap penduduk, pelayanan kesehatan harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu dalam pelayanan kesehatan perorangan, pelayanan kesehatan keluarga maupun pelayanan kesehatan masyarakat. Salah satu sasaran dari 4 sasaran pembangunan kesehatan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 adalah menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi 15 % dan menurunkan prevalensi pendek menjadi 32%. Pendekatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui upaya penanggulangan gizi kurang ataupun gizi buruk yaitu dengan menerapkan program pemberian makanan tambahan (PMT) pada balita gizi kurang ataupun gizi buruk, di mana program pemberian makanan tersebut ditujukan khususnya kepada keluarga miskin yang rawan gizi.

Pemberian makanan tambahan merupakan program intervensi bagi balita yang menderita kurang gizi ataupun gizi buruk dimana tujuannya yaitu untuk meningkatkan status gizi anak serta untuk mencukupi kebutuhan zat gizi anak agar tercapainya status gizi yang baik sesuai dengan umur anak tersebut.

(11)

commit to user

Makanan tambahan yang diberikan tersebut merupakan makanan yang mengandung zat gizi makro dan protein, lemak, vitamin dan mineral untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, kognitif maupun emosional balita. Dengan kata lain makanan tambahan yang di berikan tersebut merupakan formula yang diberikan kepada anak mulai usia 6 bulan ke atas yang mempunyai sifat tidak memberatkan fungsi pencernaan serta memiliki zat – zat gizi yang disesuaikan dengan kebutuhan anak untuk pertumbuhan dan kesehatan yang optimal. Bagi bayi usia 6 bulan tersebut meskipun telah mendapat makanan tambahan dia tetap harus di berikan ASI sampai paling tidak berusia 24 bulan. Karena makanan tambahan bagi bayi tersebut hanya sebagai pelengkap supaya dapat memenuhi kebutuhan bayi. Jadi makanan tambahan bagi bayi tersebut berguna untuk menutupi kekurangan zat gizi yang terkandung didalam ASI sehingga status gizinya berada pada tingkatan normal.

Pelaksanaan program pemberian makanan tambahan tersebut di bedakan menjadi dua yaitu antara lain:

1) Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-Pemulihan)

PMT–Pemulihan tersebut di prioritaskan bagi balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk yang di maksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi nya sekaligus sebagai proses pembelajaran dan sarana komunikasi antar ibu dari balita yang mengalami gizi kurang atau gizi buruk. PMT-Pemulihan tersebut di berikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan lokal dan tidak di berikan dalam bentuk uang. Makanan yang di berikan tersebut hanya sebagai tambahan terhadap makanan yang di konsumsi oleh balita sehari-hari di samping makanan pokoknya. Atau dengan kata lain makanan tambahan tersebut bukan merupakan pengganti makanan utama. Setiap balita yang menderita gizi kurang maupun gizi buruk yang telah terjaring memperoleh makanan tambahan setiap bulan sekali di puskesmas.

(12)

commit to user

Selain di berikan makanan tambahan, dalam PMT-Pemulihan ini bagi balita gizi buruk akan di berikan perawatan intensif selama 90 hari di puskesmas dan apabila puskesmas tidak bisa mengatasi maka pihak puskesmas akan membuat rujukan untuk di bawa ke rumah sakit umum daerah. Selain itu, bagi keluarga balita yang mengalami kurang gizi dan gizi buruk tersebut juga di berikan PMT-penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat oleh tenaga kesehatan dan kader gizi.

2) Pemberian Makanan Tambahan Penyuluhan (PMT-Penyuluhan)

PMT-Penyuluhan merupakan bagian dari program pemberian makanan tambahan yang di berlakukan untuk balita yang berstatus kurang gizi maupun gizi buruk. PMT-Penyuluhan ini merupakan semacam pendidikan gizi yang di lakukan di Posyandu di setiap desa melaui bidan desa / petugas gizi puskesmas / kader gizi. Pesan penyuluhan tidak saja mengenai pencegahan dan penanggulangan masalah gizi kurang tetapi juga menekankan pola makanan seimbang untuk mencegah timbulnya penyakit akibat gizi.

Kegiatan penyuluhan dilakukan secara rutin setiap bulan yang bersamaan dengan waktu posyandu, ataupun minimal dilakukan dua bulan sekali dengan kata lain enam kali dalam satu tahun. PMT-Penyuluhan ini mempunyai tujuan fokus utama yaitu meningkatkan pengetahuan dan sikap sadar gizi, yang berujung pada perubahan perilaku masyarakat. Setelah keluarga sasaran di berikan pengetahuan dasar mengenai gizi dan pentingnya gizi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak maka selanjutnya yaitu dengan mengadakan demo memasak sehat secara bersama-sama, ada beberapa alternatif mengenai penyelenggaraan kegiatan tersebut yaitu antara lain:

(13)

commit to user a) Masak bersama setiap hari :

(1) Makanan tambahan pemulihan disiapkan dan dimasak oleh kader bersama ibu sasaran di rumah kader atau tempat lain sesuai kesepakatan.

(2) Makanan tambahan pemulihan yang dihidangkan dapat berupa 1 porsi makanan lauk atau makanan selingan dan buah.

(3) Setiap hari kader bersama ibu sasaran memasak makanan sesuai kebutuhan di tempat yang disepakati bersama. Masing-masing 1 anak balita dan ibu hamil sasaran mendapat makanan tambahan yang sudah dimasak tersebut ditambah 1 porsi buah, seperti pisang, papaya, semangka atau melon.

(4) Pada waktu sasaran sedang makan, kader memberikan penyuluhan tentang makanan dan manfaatnya.

(5) Kegiatan serupa berlangsung selama 7 hari dalam seminggu berturut-turut.

b) Masak bersama 2 kali seminggu :

(1) Penyelenggaraan masak bersama dapat dilakukan 2 kali seminggu dalam bentuk makanan lokal.

(2) Setiap 2 kali seminggu kader bersama sasaran memasak makanan sesuai kebutuhan di tempat yang disepakati bersama. Masing-masing 1 anak balita dan ibu hamil sasaran mendapat makanan tambahan yang sudah dimasak tersebut ditambah 1 porsi buah.

(3) Hari-hari lainnya dapat diberikan bahan makanan yang kering seperti : telur, abon, peyek kacang, teri kering, biskuit, susu, buah-buahan, dan lainnya untuk dibawa pulang selama 2 hari berikutnya.

(4) Pada waktu sasaran makan, kader memberikan penyuluhan tentang makanan dan manfaatnya.

(5) Kegiatan serupa berlangsung selama 2 kali dalam seminggu. c) Masak bersama 1 kali seminggu :

(1) PMT Pemulihan berbasis bahan makanan lokal disiapkan dan dimasak oleh ibu sasaran secara berkelompok bersama para kader.

(14)

commit to user

(2) Penyelenggaraan masak bersama dapat dilakukan sekali seminggu dalam bentuk makanan lokal.

(3) Setiap awal minggu atau hari yang disepakati, kader bersama para sasaran memasak hidangan makanan lengkap berupa bubur, nasi, lauk pauk, sayur dan buah untuk dimakan bersama-sama sebagai sarana pembelajaran. Makanan dimasak sesuai menu yang direncanakan semula, kemudian dibagikan hanya kepada sasaran. Masing-masing sasaran mendapat makanan tambahan yang sudah dimasak oleh kader bersama ibu sasaran.

(4) Hari-hari lainnya dapat diberikan bahan makanan yang kering untuk dibawa pulang, seperti : telur, abon, peyek kacang, teri kering, biskuit, susu UHT, buah-buahan, dan lainnya

(5) Pada waktu sasaran makan, kader memberikan penyuluhan tentang makanan dan manfaatnya.

(6) Kegiatan serupa berlangsung selama 1 kali dalam seminggu selama 90 hari.

Biaya pelaksanaan program pemberian makanan tambahan baik untuk PMT-Pemulihan maupun PMT-Penyuluhan berasal dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Khusus dalam pelaksanaan PMT-Penyuluhan mengingat dana yang dianggarkan untuk bagian program tersebut tidak mencukupi, oleh karena itu di perlukan adanya tambahan biaya swadaya dari warga yang lebih mampu untuk menolong warga yang menderita kurang gizi maupun gizi buruk. Pemberian makanan tambahan ini di bedakan menjadi 2 (dua) kategori yaitu, pertama Pemulihan dan ke dua yaitu PMT-Penyuluhan, penentuan kategori ini berdasarkan pada tingkat kemampuan keluarga yang menderita gizi buruk maupun gizi kurang. Adapun besaran alokasi dana BOK untuk PMT-Pemulihan yaitu setiap harinya per anak memperoleh makanan tambahan seharga Rp.6000; selama 90 (sembilan puluh) hari. Dan dana untuk PMT-Penyuluhan yaitu sebesar Rp. 50.000 untuk setiap posyandu.

(15)

commit to user

Berdasarkan penjelasan mengenai Program Pemberian Makanan Tambahan di atas, maka dapat di ketahui bahwa mulai dari ketentuan penerimaan program (sasaran) dan juga rincian biaya yang di keluarkan telah di atur secara pasti. Selain itu dalam pelaksanaan penjaringan gizi kurang atau gizi buruk tersebut puskesmas bekerjasama dengan bidan desa yang di nilai lebih tahu keadaan balita di posyandu di setiap desa. Apabila di temukan balita gizi kurang atau gizi buruk, maka bidan desa melakukan pendataan yang kemudian di serahkan ke petugas gizi puskesmas dan selanjutnya petugas puskesmas melakukan peninjauan dan memberikan tindak lanjut. Hal ini di pertegas oleh pernyataan Darmini, selaku petugas gizi di Puskesmas Purwantoro 1, yaitu sebagai berikut:

“Dalam pelaksanaanya pihak puskesmas bekerjasama dengan bidan desa. Apabila ditemukan balita berstatus gizi kurang atau gizi buruk pertama-tama yaitu melakukan pendataan balita yang mengalami gizi buruk setelah itu di berikan sosialisasi mengenai program pemberian makanan tambahan tersebut. Selanjutnya pihak Puskesmas mengajukan dana, sebelumnya program PMT tersebut di biayai oleh APBD namun sekarang dananya di peroleh dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Setelah dana yng di ajukan turun selanjutnya di lakukan konfirmasi kepada keluarga yang mengalami gizi buruk terkait kebiasaan makan dan makanan balita menurut selera. Kemudian yang terakhir yaitu balita yang mengalami gizi buruk tersebut di berikan makanan tambahan sesuai dengan kebutuhannya.” (Wawancara: Selasa, 29 April 2014)

Bentuk koordinasi yang di lakukan oleh pihak puskesmas dengan bidan desa merupakan langkah yang tepat. Karena, bidan desa merupakan seseorang yang berinteraksi secara langsung dengan masyarakat melalui kegiatannya dalam posyandu setiap bulannya, sehingga bidan desa lebih mengetahui kondisi balita termasuk status gizinya melalui catatan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang di miliki oleh setiap balita. Dengan begitu program pemberian makanan tambahan ini akan tepat pada sasaran yang telah di maksudkan.

Program pemberian makanan tambahan ini merupakan stau-satunya program untuk membantu meningkatkan status gizi balita yang awalnya gizi buruk kemudian supaya meningkat menjadi gizi kurang dan selanjutnya gizi normal melalui pemberian makanan tambahan secara gratis. Makanan

(16)

commit to user

tambahan yang di berikan tersebut merupakan makanan yang mengandung gizi atau energi protein. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Yeria selaku Kepala bagian Gizi Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri, sebagai berikut:

makanan yang di berikan harus makanan yang mengandung nilai gizi tinggi. Bisa berupa makanan mentah atau makanan matang siap saji, seperti roti, susu, dan sebagainya yang memiliki kandungan protein tinggi sehingga mampu membantu memperbaiki status gizi balita. (Wawancara: Selasa, 20 Mei 2014)

Pelaksanaan Program Pemberian Makanan Tambahan, memberikan dampak secara langsung bagi masyarakat, yaitu dampak bagi tercukupinya kebutuhan akan pemenuhan gizi dan dampak bagi masyarakat yang semakin sadar akan perilaku sadar gizi. Penerapan Program Pemberian Makanan Tambahan di Kecamatan Purwantoro memberikan dampak yang nyata, yang di buktikan dari adanya data yang menunjukkan penurunan jumlah penjaringan gizi buruk di Kecamatan Purwantoro.

Adanya penurunan jumlah penjaringan gizi buruk dan gizi kurang di Kecamatan Purwantoro khususnya yaitu yang berada di bawah tanggungjawab Puskesmas Purwantoro 1 antara tahun 2012 dan 2013, menunjukkan bahwa program ini telah memberikan manfaat bagi masyarakat, meskipun penurunan jumlah balita gizi buruk tersebut tidak banyak karena mengingat faktor penyebab gizi buruk dan gizi kurang di Kecamatan Purwantoro tidak hanya karena di sebabkan oleh kurangnya zat makanan tertentu namun juga karena faktor ekonomi, rendahnya pengetahuan orang tua, serta pola asuh orang tua yang salah. Jumlah balita penerima Program Pemberian Makanan Tambahan pada tahun 2012 yaitu berjumlah 116 balita, sedangkan pada tahun 2013 hanya berjumlah 100 balita yang terdiri dari balita gizi kurang dan gizi buruk.

Data tersebut sesuai dengan pernyataan yang di sampaikan oleh Darmini selaku petugas gizi Puskesmas Purwantoro 1, yaitu sebagai berikut:

(17)

commit to user

Dalam bidang kesehatan Program PMT sudah berjalan efektif dan sesuai sasaran yang di tetapkan, hal tersebut terbukti dari adanya penurunan jumlah balita gizi buruk, Namun mengingat penyebab gizi buruk tersebut tidak hanya di latarbelakangi oleh kurangnya zat makanan melainkan juga karena faktor ekonomi dan rendahnya SDM masyarakat. Oleh karena masalah gizi buruk itu sifatnya lintas sektor jadi harus ada kerjasama dari pihak lain untuk mengatasinya, tidak hanya bidang kesehatan sendiri. (Wawancara: Selasa, 29 April 2014) Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa Program Pemberian Makanan Tambahan di Kecamatan Purwantoro dalam pelaksanaannya terutama dalam bidang kesehatan telah menunjukkan keberhasilannya yaitu meningkatkan status gizi pada anak penderita gizi buruk yang di tunjukkan dari adanya penurunan angka gizi buruk. pada tahun 2012 yaitu berjumlah 116 balita, sedangkan pada tahun 2013 hanya berjumlah 100 balita yang terdiri dari balita gizi kurang dan gizi buruk.

B. DISKRIPSI TEMUAN PENELITIAN

Penelitian yang di kaji oleh penulis dalam penelitian ini adalah Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dalam mengatasi gizi buruk pada anak dan dampaknya terhadap pemenuhan hak warga atas kecukupan gizi di Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri. Hal tersebut mengingat Hak atas Kecukupan gizi telah di akui dalam hukum tertulis di Indonesia. Di Indonesia dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat 1 diatur mengenai Hak atas jaminan kesehatan yang berbunyi, “ setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Ketentuan lebih lanjut mengenai jaminan atas kesehatan tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental setiap warga.

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, hak atas kesehatan merupakan suatu kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Karena itu kesehatan merupakan dasar dari diakuinya derajad kemanusiaan.

(18)

commit to user

Tanpa kesehatan manusia tidak akan mampu menikmati sepenuhnya kehidupan sebagai manusia. Adanya jaminan atas kesehatan tersebut sangat penting sebagai kondisi yang diperlukan untuk terpenuhinya hak-hak lain baik haknya sebagai warganegara maupun haknya sebagai individu.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, hak atas kesehatan meliputi antara lain hak untuk mendapatkan kehidupan dan pekerjaan yang sehat, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, dan perhatian khusus terhadap kesehatan ibu dan anak. Termasuk di dalamnya yaitu hak untuk memperoleh kecukupan gizi bagi ibu dan anak pada khususnya. Hak atas kecukupan gizi juga diatur secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 yaitu pada pasal 142 ayat (3) yang menyatakan bahwa, “ Pemerintah bertanggung jawab atas pemenuhan kecukupan gizi pada keluarga miskin dan dalam situasi darurat”. Di dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Pasal 25 disebutkan bahwa, ”Setiap orang berhak atas standar hidup yang layak untuk kesehatannya yakni sekurang-kurangnya makanan dan minuman, pakaian, dan tempat tinggal atau “pangan”, “sandang”, “papan”, dan kesehatan. Selain itu, jaminan kesehatan juga menjadi salah satu bidang yang di utamakan dalam kesepakatan global yang terdiri dari 189 negara termasuk Indonesia bertekad untuk menghapuskan kemiskinan, keterbelakangan, dan ketertinggalan di dunia dalam era millenium. Menurut Biran Affandi (2006) kesepakatan global tersebut merumuskan target-target yang akan dicapai sampai dengan tahun 2015, yang dirumuskan dalam 8 “Tujuan pembangunan millenium” atau “Millenium Development Goals (MDG’s)”. Dari 8 (delapan) sasaran yang telah ditetapkan 4 (empat) diantaranya yaitu tentang perbaikan kesehatan (Notoatmodjo dkk, 2013:4).

Terkait hak atas kecukupan gizi, di Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri masih banyak ditemukan anak balita yang menderita status gizi kurang dan bahkan gizi buruk. Hal tersebut sesuai dengan yang di ungkapkan oleh Darmini, selaku Petugas Gizi Puskesmas Purwantoro 1 yaitu sebagai berikut:

“Di sini masih banyak balita yang mengalami gizi kurang dan bahkan gizi buruk. Pada tahu 2013 kemarin terdapat 100 balita yang mengalami gizi

(19)

commit to user

buruk. hal tersebut disebabkan oleh faktor kemiskinan dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai pentingnya pemenuhan asupan gizi bagi anaknya terutama saat usia balita, sehingga mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh anak-anak mereka yang dalam kehidupan sehari-hari makanan yang bergizi tersebut dikenal dengan empat sehat lima sempurna. “ (Wawancara: Selasa, 29April2014)

Hak atas kecukupan gizi telah di atur dalam Undang-Undang Dasar 1945 yaitu pasal 28 H ayat 1 yang kemudian di perinci dan di perjelas dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 142 ayat (3). Hak atas kecukupan gizi juga di atur dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Pasal 25. Selain itu kecukupan gizi tersebut juga menjadi salah satu dalam tujuan pembangunan millenium atau Millenium Development Goals (MDG’S). Sehingga setiap individu berhak memperoleh perlindungan atau jaminan terhadap kesehatannya, termasuk di dalamnya yaitu kecukupan gizinya dan selain itu negara bertanggungjawab agar hak hidup sehat masyarakat terpenuhi, termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam rangka guna memenuhi hak warga atas kecukupan gizi tersebut di perlukan suatu kebijakan dari Pemerintah. Program Pemberian Makanan Tambahan merupakan bentuk kebijakan dari Pemerintah untuk memenuhi hak warga atas kecukupan gizi khususnya yaitu untuk kelompok rentan gizi yaitu dalam hal ini adalah anak.

Gizi buruk pada anak akan berdampak pada tumbuh kembangnya serta dapat mempengaruhi otak dan kecerdasan si anak. terkait dampak gizi buruk pada anak tersebut Darmini mengungkapkan sebagai berikut:

“Otak balita mengalami perkembangan yang pesat pada trisemester pertama, atau 18 bulan setelah dilahirkan. Masa ini adalah masa yang paling menentukan pada fase perkembangan otak balita, yang juga disebut sebagai “brain growth spurt” atau masa emas pertumbuhan otak. Itu sebabnya masa ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kecerdasan balita. Apabila tidak segera ada penanganan, hal tersebut dapat mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan anak dan bahkan dapat menyebabkan kematian. “(Wawancara: Selasa, 29April2014)

(20)

commit to user

Berdasarkan masalah tersebut di atas maka peneliti ingin membahas lebih mendalam mengenai Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dalam mengatasi gizi buruk pada anak dan dampakya terhadap pemenuhan hak warga atas kecukupan gizi. Maka dari itu untuk mempermudah pengkajian permasalahan, maka penulis memilih data yang benar-benar dapat dipakai dalam memecahkan permasalahan, sehingga data-data tersebut dapat menjawab rumusan masalah yang ditentukan. Rumusan permasalahan dalam penelitian ini membahas tentang beberapa aspek diantaranya:

1. Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dalam mengatasi gizi buruk di Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri.

2. Dampak Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) terhadap pemenuhan hak warga atas kecukupan gizi di Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri.

1. Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dalam Mengatasi Gizi Buruk pada Anakdi Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri

Gizi buruk pada anak merupakan masalah yang sangat disayangkan karena kita ketahui anak merupakan calon generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Berkaitan dengan hal tersebut maka anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan diasuh secara bertanggung jawab sehingga memungkinkan anak tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak tersebut menjadi tanggung jawab dan kewajiban bersama bagi orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan pemerintah daerah. Akan tetapi di Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri masih banyak di temukan masalah gizi buruk pada anak usia balita. Gizi buruk tersebut di sebabkan oleh

(21)

commit to user

beberapa faktor mulai dari faktor rendahnya pengetahuan orang tua, hingga faktor ekonomi. Hal tersebut seperti yang di jelaskan oleh Darmini selaku Pegawai Gizi Puskesmas Purwantoro 1, yaitu sebagai berikut:

“Banyak sekali orang tua di sini yang merantau dan anaknya hanya di asuh oleh neneknya, dan tidak sedikit dari para ibu disini yang hanya lulusan Sekolah Dasar dan tidak mengetahui tentang pentingnya gizi bagi tumbuh kembang anak sehingga mereka hanya menyepelekan kecukupan asupan gizi yang di perlukan anak. Selain itu juga karena faktor ekonomi dimana orang tua tidak mampu menyukupi kebutuhan gizi anaknya sehingga akibatnya si anak akan menderita kurang gizi dan apabila terus berlanjut akan menyebabkan gizi buruk. “ (Wawancara: Selasa, 29April2014)

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas gizi di Kecamatan Purwantoro tersebut maka dapat di katakan bahwa penyebab gizi buruk yang terjadi di wilayah Kecamatan Purwantoro tersebut terdiri dari beberapa faktor yaitu antara lain karena pola asuh orang tua yang salah, rendahnya pengetahuan orang tua mengenai gizi, dan kemiskinan. Sehingga dapat di simpulkan bahwa masalah gizi buruk tersebut sifatnya lintas sektor. Sehingga dalam menyelesaikan masalah gizi buruk tersebut harus ada kerjasama dengan sektor lain di luar kesehatan. Hal tersebut juga di dukung dengan adanya pernyataan dari Yeria, selaku Kepala Bagian Upaya Gizi Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri

“Penyebab dari gizi kurang dan gizi buruk tidak hanya karena faktor kurang zat makanan tertentu tetapi juga karena faktor ekonomi yang rendah, penyakit yang di alami si balita, juga karena faktor tingkat pemahanan orang tua balita, pola asuh yang salah juga menjadi penyebab gizi buruk dan kurang gizi di sini. Sehingga untuk mengatasi masalah gizi buruk tersebut tidak hanya di lakukan dari segi kesehatan saja tapi juga dari segi ekonomi warga”. (Wawancara: Selasa, 20 Mei 2014)

Masalah kurang gizi dan gizi buruk yang terjadi di Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri tersebut juga merupakan masalah yang terkait dengan hak warganegara, mengingat setiap warganegara telah memiliki hak atas kecukupan gizi yang telah diatur secara jelas dalam Undang-Undang

(22)

commit to user

nomor 36 tahun 2009 Pasal 142 ayat (3), maupun dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Pasal 25. Oleh karena itu masalah gizi buruk tersebut menjadi tanggungjawab pemerintah. Maka dalam rangka memenuhi hak warganegara kaitannya dengan hak atas kecukupan gizi pemerintah membuat suatu program guna menekan angka gizi buruk dan kurang gizi yang terjadi di kabupaten Wonogiri. Program tersebut dinamakan dengan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT).

Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) tersebut merupakan cara atau langkah yang di ambil oleh Pemerintah untuk mengatasi masalah gizi buruk yang ada di masyarakat. Hal tersebut mengingat bahwa setiap warga atau masyarakat berhak untuk memperoleh perlindungan atau jaminan terhadap kesehatannya, termasuk di dalamnya yaitu kecukupan gizinya dan selain itu negara bertanggungjawab agar hak hidup sehat masyarakat terpenuhi, termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Dengan adanya Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) tersebut menunjukkan bahwa pemerintah telah berupaya meningkatkan kualitas atau mutu kesejahteraan kesehatan warga karena kesehatan warganegara menjadi salah satu hal yang harus diprioritaskan pemerintah, mengingat kesehatan merupakan hal yang paling pokok bagi masyarakat untuk dapat melaksanakan kegiatannya sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tanpa kesehatan akan mustahil seseorang dapat melakukan kegiatannya tersebut dengan baik.

Program Pemberian Makanan Tambahan yang di laksanakan di Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri di laksanakan di masyarakat dengan tujuan yaitu untuk mengatasi kurang gizi dan gizi buruk pada anak balita yaitu dengan cara menaikkan status gizi anak melalui pemberian makanan tambahan dan sosialisasi gizi. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Khamid Wijaya, selaku camat Purwantoro yaitu sebagai berikut:

(23)

commit to user

“PMT itu merupakan program yang di buat oleh Pemerintah guna meningkatkan status gizi pada anak balita melalui pemberian makanan tambahan yang berupa makanan siap saji maupun makanan mentah yang mengandung nilai gizi tinggi”. (Wawancara: Jumat, 16 Mei 2014) Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat di ketahui bahwa tujuan utama yang ingin di capai oleh Program PMT yaitu mengatasi kurang gizi dan gizi buruk pada anak, seperti yang telah di jelaskan di atas bahwa anak merupakan calon generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak.

Dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan terkait Program PMT tersebut yaitu Puskesmas bekerjasama dengan bidan Desa dan kader gizi yang terlibat langsung dalam kegiatan Posyandu di setiap Desa atau Kelurahan di Kecamatan Purwantoro. Berkaitan dengan hal tersebut, Darmini selaku petugas gizi Puskesmas Purwantoro 1 mengatakan bahwa:

“Dalam pelaksanaanya pihak puskesmas bekerjasama dengan bidan desa dan kader gizi untuk membantu kinerja bidan desa. Apabila ditemukan balita berstatus gizi kurang atau gizi buruk pertama-tama yaitu melakukan pendataan balita yang mengalami gizi buruk setelah itu di berikan sosialisasi mengenai program pemberian makanan tambahan tersebut. Selanjutnya pihak Puskesmas mengajukan dana, sebelumnya program PMT tersebut di biayai oleh APBD namun sekarang dananya di peroleh dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Setelah dana yng di ajukan turun selanjutnya di lakukan konfirmasi kepada keluarga yang mengalami gizi buruk terkait kebiasaan makan dan makanan balita menurut selera. Kemudian yang terakhir yaitu balita yang mengalami gizi buruk tersebut di berikan makanan tambahan sesuai dengan kebutuhannya”. (Wawancara: Selasa, 29 April 2014)

Pelaksanaan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) tidak di dasarkan pada aturan tertentu, hal tersebut senada dengan yang di ungkapkan oleh Yeria, selaku Kepala bagian Upaya Gizi Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri yang mengatakan bahwa, “tidak ada aturan khusus mengenai pelaksanaan PMT, masing-masing Puskesmas di beri kepercayaan

(24)

commit to user

untuk bertanggungjawab penuh terhadap daerahnya masing-masing dan program tersebut di laksanakan hanya berdasarkan pada Petunjuk Pelaksanaan atau Planing Of Action yang di tentukan pusat(POA)”. (Wawancara: 20 Mei 2014)

Berdasarkan hal tersebut dapat di ketahui bahwa pelaksanaan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) hanya di berpedoman pada Petunjuk Pelaksanaan Program Pemberian Makanan Tambahan atau Planing Of Action PMT yang di buat oleh Pemerintah. Dan masing-masing Puskesmas di beri kepercayaan sendiri oleh Pemerintah Daerah untuk mengatur pelaksanaannya di daerah masing-masing. Dengan kata lain, dalam pelaksanaannya tidak berdasarkan pada aturan tertentu dan masing-masing Puskesmas di beri wewenang untuk mengatur pelaksanaannya dengan menyesuaikan keadaan daerah masing-masing.

Terkait pelaksanaan Program PMT, Khamid Wijaya selaku camat Purwantoro mengatakan bahwa:

“Dalam pelaksanaannya PMT di bedakan menjadi dua jenis yaitu PMT penyuluhan dan PMT pemulihan. Dalam PMT Penyuluhan itu keluarga yang menderita gizi buruk maupun kurang gizi di berikan penyuluhan atau sosialisasi dan demo mengenai makanan yang bergizi, cara menyajikan dan cara mengolah makanan supaya tidak kehilangan kandungan gizinya. Dalam hal ini di harapkan para ibu memiliki pengetahuan terkait pentingnya gizi bagi tumbuh kembang anak sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi anak masing-masing. PMT penyuluhan tersebut di lakukan oleh Posyandu- Posyandu setiap bulan sekali. Kemudian untuk PMT Pemulihan di berlakukan kepada anak balita yang mengalami kurang gizi maupun gizi buruk. PMT pemulihan tersebut di lakukan oleh Puskesmas di setiap wilayahnya. PMT pemulihan ini di lakukan selama 90 hari.” (Wawancara: Jumat, 16 Mei 2014)

Selanjutnya, terkait makanan tambahan yang di berikan oleh program PMT, Yeria juga mengungkapkan bahwa:

“Makanan yang di berikan harus makanan yang mengandung nilai gizi tinggi. Bisa berupa makanan mentah atau makanan matang siap saji, seperti roti, susu, dan sebagainya yang memiliki kandungan protein

(25)

commit to user

tinggi sehingga mampu membantu memperbaiki status gizi balita”. (Wawancara: Selasa, 20 Mei 2014)

Lebih lanjut lagi Darmini, petugas gizi Puskesmas Purwantoro1 menjelaskan bahwa, “makanan tambahan yang di berikan kepada setiap balita yang menderita gizi buruk per harinya di hitung seharga Rp. 6000; namun di berikan setiap satu bulan sekali”.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas dapat di ketahui bahwa Pemberian Makanan Tambahan memiliki aspek-aspek antara lain yaitu tujuan, kegiatan yang di lakukan untuk mencapai tujuan, aturan yang harus di pegang, perkiraan anggaran, dan strategi pelaksanaan. Sehingga dengan begitu segala bentuk rencana atau tujuan yang ingin di capai oleh Program Pemberian Makanan Tambahan di Kecamatan Purwantoro lebih terorganisir dan lebih mudah untuk di operasionalkan.

Namun, pelaksanaan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Kecamatan Purwantoro masih mengalami beberapa kendala. Sehingga pelaksanaan dari program tersebut belum bisa di laksanakan secara maksimal. Hal tersebut sesuai dengan yang di utarakan oleh Darmini yang mengatakan sebagai berikut:

“kadang-kadang kita mengalami hambatan. Hambatan tersebut berasal dari atas dan dari pihak keluarga yang mengalami gizi buruk itu sendiri. Dari atas itu terkait pencairan dana, kadang kita telah mengambil tindakan cepat tetapi justru malah dananya tidak segera turun. Keterlambatan turunnya dana tersebut menyebabkan pelaksanaannya pemberian makanan kepada balita gizi buruk tersebut menjadi tertunda padahal bagi balita gizi buruk jika tidak segera mendapat penanganan dapat berakibat kematian. Kemudian dari pihak keluarga balita yang mengalami gizi buruk, kebanyakan mereka kurang telaten dalam memberikan pengasuhan pada anak. akibatnya anak yang sudah lulus dari Program PMT karena faktor tersebut dapat kembali lagi mengalami gizi buruk”. (Wawancara: 29 April 2014)

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah penulis lakukan di lapangan, Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Kecamatan Purwantoro belum dapat terlaksana secara maksimal karena masih adanya

(26)

commit to user

hambatan atau kendala dalam proses pelaksanaannya. Dengan kata lain, Program tersebut belum sepenuhnya mampu menjaring keseluruhan warga yang menderita kurang gizi atau bahkan gizi buruk. Dan selain itu berdasarkan data penjaringan kasus gizi buruk di Puskesmas Purwantoro1 tahun 2013, setelah peneliti melakukan pengecekan ternyata di temukan salah seorang warga Kelurahan Tegalrejo, dimana nama anaknya yaitu Arista dan orang tuanya Lestariono dan Sutarsi, telah tercantum dalam penjaringan kasus gizi buruk tahun 2013 namun, pada kenyataannya dia belum pernah mendapat makanan tambahan padahal sebelumnya dia sudah di data dan di berikan pengenalan oleh bidan desa mengenai Program Pemberian Makanan Tambahan tersebut akan tetapi hingga kemarin bulan Mei 2014 dia masih belum mendapat konfirmasi atau perintah dari bidan desa untuk mengambil makanan tambahan ke Puskesmas.

Hal tersebut juga di rasakan oleh salah satu seorang warga penerima Program Pemberian Makanan Tambahan yaitu Parwanti warga Desa Bangsri Kecamatan Purwantoro mengatakan bahwa, “Belum sepenuhnya mendapat. Kemarin waktu pertemuan di Posyandu. Ada teman saya yang anaknya juga mengalami keterlambatan pertumbuhan, usianya 3,5 tahun dan berat badannya hanya 5,4 Kg tapi dia belum mendapat padahal sudah di data oleh bidan”. (Wawancara: sabtu, 17 Mei 2014)

Menurut keterangan di atas, dapat di peroleh keterangan bahwa pelaksanaan Program Pemberian Makanan Tambahan yang sedang penulis bahas ini, dalam pelaksanaannya di Kecamatan Purwantoro masih belum berjalan maksimal mengingat masih adanya hambatan-hambatan. Dan selain itu, hal tersebut di perkuat dengan masih di temukannya sebagian balita yang sudah terjaring Program Pemberian Makanan Tambahan tersebut namun hingga saat ini masih belum menerima bantuan makanan tambahan apapun.

Berdasarkan penjabaran yang telah di jelaskan di atas, melalui wawancara dan juga observasi, peneliti dapat menjelaskan mengenai Program

(27)

commit to user

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dalam mengatasi gizi buruk pada anak di Kecamatan Purwantoro. Pelaksanaan Program PMT dalam mengatasi gizi buruk pada anak di Kecamatan Purwantoro berjalan kurang efektif. Hal tersebut di tunjukkan dari adanya balita yang namanya sudah terdaftar dalam data penjaringan gizi buruk tahun 2013, namun hingga bulan Mei 2014 kemarin balita tersebut belum pernah mendapatkan bantuan makanan tambahan apapun dari pihak Puskesmas. Padahal apabila masalah gizi buruk pada anak tersebut terlambat penanganannya maka dapat berakibat sangat fatal yaitu dapat mengakibatkan cacat fisik maupun mental dan bahkan selain itu, gizi buruk tersebut apabila tidak segera di tangani dapat menyebabkan kematian.

Pihak Puskesmas Purwantoro 1 sendiri menyadari bahwa pelaksanaan dari Program PMT dalam mengatasi gizi kurang dan gizi buruk pada anak kurang dapat berjalan dengan lancar. Hal tersebut di karenakan adanya keterlambatan pencairan dana dari Pemerintah. Padahal dana anggaran pelaksanaan Program PMT tersebut hanya berasal dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) saja, sehingga apabila pencairan dana dari BOK tersebut mengalami keterlambatan pihak Puskesmas tidak dapat berbuat apa-apa. Jadi dapat di katakan bahwa dalam hal ini Program Pemberian Makanan Tambahan di Kecamatan Purwantoro belum sepenuhnya terlaksana dengan baik, hal tersebut di sebabkan karena adanya hambatan atau kendala yang di alami oleh pihak Puskesmas dalam melaksanakan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) tersebut.

2. Dampak Program Pemberian Makanan Tambahan terhadap Pemenuhan Hak Warga Atas Kecukupan Gizi Di Kecamatan Purwantoro

Kabupaten Wonogiri

Memperoleh pelayanan kesehatan merupakan hak setiap warga negara seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1). Hak memperoleh kesehatan tersebut kemudian di perjelas dengan

(28)

commit to user

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dimana dalam Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa kesehatan merupakan hak fundamental setiap warga. Terkait hak warga atas kecukupan gizi, dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 142 ayat (3) menyatakan dengan jelas bahwa, “Pemerintah bertanggung jawab atas pemenuhan kecukupan gizi pada keluarga miskin dan dalam situasi darurat”. Melalui Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) tersebut di harapkan mampu memenuhi hak warga atas kecukupan gizi dengan cara memberikan bantuan berupa makanan tambahan yang mengandung gizi tinggi. Menurut Rutiana Dwi Wahyuningsih, Rima Vien PH, dan Sri Hastjarjo (2012:55) menjelaskan dalam pembangunan sosial, kebijakan publik merupakan instrumen pemerintah untuk mengatur alokasi sumber daya, termasuk sumber daya alam, finansial, dan sumber daya manusia bagi pencapaian tujuan. Tujuan disini secara normatif adalah tujuan untuk mengatasi permasalahan publik”.

Salah satu tujuan penting yang di harapkan dari pelaksanaan adalah peningkatan status gizi pada anak yang menderita kurang gizi dan gizi buruk serta bertujuan pada perubahan perilaku masyarakat menjadi perilaku sadar gizi, karena itulah yang terpenting adalah memberi manfaat kepada masyarakat berupa perubahan perilaku dan sikap sadar akan pentingnya pemenuhan kecukupan gizi terutama bagi kelompok rawan gizi yaitu anak usia balita. Dengan demikian pelaksanaan Program Pemberian Makanan Tambahan di harapkan mampu memberikan dampak positif bagi warga negara terutama dalam pemenuhan kecukupan gizi seperti yang telah tercantum dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 142 ayat (3).

Begitu pula dalam pelaksanaan Program Pemberian Makanan Tambahan di Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri di harapkan mampu memberikan dampak yang positif bagi perubahan perilaku sadar gizi serta meningkatkan status gizi anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah di laksanakan Program Pemberian Makanan Tambahan di Kecamatan Purwantoro sedikit demi sedikit mampu memperbaiki status gizi pada anak balita. Hal itu di sebabkan karena dengan adanya Program Pemberian

(29)

commit to user

Makanan tersebut selain masyarakat mendapatkan makanan tambahan secara gratis, masyarakat juga mendapatkan pengetahuan mengenai pentingnya gizi serta cara memasak dengan tanpa menghilangkan kandungan gizi makanan dan juga masyarakat dapat berkonsultasi terkait gizi secara gratis.

Hal tersebut di jelaskan oleh Darmini, selaku Petugas Gizi Puskesmas Purwantoro 1 sebagai berikut:

“Dalam bidang kesehatan Program PMT ini sudah berjalan efektif. Artinya adanya Program Pemberian Makanan Tambahan ini sudah sedikit banyak membantu memperbaiki status gizi anak. Dari yang awalnya gizi buruk menjadi gizi kurang dan kemudian normal”. (Wawancara, Selasa 29 april 2014)

Pernyataan tersebut di benarkan oleh Ibu Parwanti salah seorang warga Desa Bangsri, Kecamatan Purwantoro yang merupakan salah satu penerima Program Pemberian Makanan Tambahan yaitu mengatakan sebagai berikut:

“Program Pemberian Makanan Tambahan membantu meningkatkan status gizi anak meskipun hanya sedikit-sedikit penaikannya. Secara fisik meningkatkan berat badan walaupun hanya 10-20 ons per bulannya tapi itu lebih baik dari pada tidak sama sekali”. (Wawancara, 17 Mei 2014)

Hal tersebut di atas hampir sama dengan yang di utarakan oleh Ibu Sutarsi warga Kelurahan Tegalrejo yang juga merupakan warga penerima Program Pemberian Makanan Tambahan, beliau mengatakan bahwa:

“Dengan program itu secara ekonomi sudah membantu saya meringankan kebutuhan untuk mencukupi makanan bergizi anak saya, walau kondisi anak saya masih terus mengalami naik turun berat badannya tapi dulunya anak saya gizi buruk dan sekarang setelah ada Program PMT itu sekarang tinggal menjadi gizi kurang” (Wawancara, Sabtu 24 Mei 2014)

(30)

commit to user

Hal yang sama juga di utarakan oleh Ibu Wijayanti selaku warga Desa Sendang Kecamatan Purwantoro yang juga merupakan penerima Program Pemberian Makanan Tambahan yang mengatakan sebagai berikut:

“Program itu cukup membantu, karena mampu meningkatkan pertumbuhan anak yang tadinya sulit sekali, terutama dengan adanya pendidikan gizi itu saya jadi tau caranya mengolah dan memberikan makanan bergizi pada anak. Yang tadinya tidak tahu sekarang jadi tahu dan makanan yang bergizi tidak harus makanan yang mahal.” (Wawancara, Sabtu 24 Mei 2014)

Dari hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa dengan adanya pelaksanaan Program Pemberian Makanan Tambahan di Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri telah dapat meningkatkan status gizi anak dan selain itu mampu mengubah perilaku masyarakat sekitar menjadi perilaku sadar gizi dengan cara memberikan makanan tambahan untuk balita gizi kurang dan gizi buruk dan selain itu juga dengan memberikan pendidikan terkait gizi dan dengan menyediakan konsultasi secara gratis.

Namun disisi lain, berdasarkan observasi dan wawancara yang telah di lakukan oleh peneliti terkait pelaksanaan Program Pemberian Makanan Tambahan di peroleh fakta bahwa:

a. Terdapat sebagian warga dimana namanya sudah tercantum dalam data Penjaringan Program Pemberian Makanan Tambahan Tahun 2013, namun sampai bulan Mei 2014 kemarin ternyata belum pernah mendapat bantuan makanan tambahan.

b. Makanan tambahan yang berasal dari Program PMT oleh pihak keluarga tidak seluruhnya di berikan kepada balita yang mengalami gizi buruk atau kurang gizi yang telah terdaftar, melainkan justru di bagi dengan kakak atau adik dari balita yang menderita status gizi tersebut.

c. Makanan tambahan yang di berikan tidak sesuai dengan porsi yang telah di tentukan dalam Petunjuk Pelaksanaan atau Planing Of Action (POA) Program Pemberian Makanan Tambahan. Seharusnya perhari memperoleh makanan tambahan seharga Rp. 6000; jika di akumulasikan

(31)

commit to user

dalam satu bulan karena makanan tambahan tersebut di berikan setiap bulan sekali apabila 1 (satu) bulan di hitung 28 hari maka seharusnya per anak memperoleh makanan tambahan seharga Rp. 168.000; sedangkan pada kenyataannya rata-rata per anak hanya memperoleh 1 kotak susu 150 graman, 2 kotak roti susu, dan multivitamin atau penambah nafsu makan, dimana apabila di akumulasikan hanya sebesar Rp. 60.000; setiap anak.

Mengenai Petunjuk Pelaksanaan atau Planing Of Action (POA) Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri dapat di lihat dalam lampiran 10.

Temuan ketiga tersebut di dukung dengan adanya pernyataan dari warga penerima Program Pemberian Makanan Tambahan yaitu Ibu Parwanti yang mengatakan sebagai berikut:

“Dulu di beri roti, susu dan multivitamin, tapi sekarang akhir-akhir ini rotinya diganti dengan kecap dan susu Dancow coklat 150 gram selain itu dulu multivitaminnya taburia sekarang di ganti dengan Recovit”. (Wawancara, Sabtu 17 Mei 2014)

Selanjutnya Ibu Tri Sutarmi warga Desa Sendang, Kecamatan Purwantoro juga mengatakan hal sebagai berikut:

“Makanan yang diberikan berubah-ubah. Kadang di berikan roti 2 kotak, susu formula SGM 150 gram dan sirup penambah napsu makan, tetapi kadang rotinya di ganti dengan kecap atau telur”. (Wawancara, Sabtu 24 Mei 2014)

Senada dengan pernyataan tersebut di atas Ibu Tarni seorang warga Desa Ploso, Kecamatan Purwantoro yang juga merupakan warga penerima Program Pemberian Makanan Tambahan juga mengutarakan hal yang sama yaitu bahwa, “setiap bulan sekali, di berikan roti susu 2 (dua) kotak, susu SGM 150 gram, 1 (satu) botol 50 ml penambah nafsu makan. Itupun di

(32)

commit to user

berikan jika kita berkunjung ke Puskesmas jika tidak ya tidak mendapat. Padahal ongkos sekarang juga mahal.” (Wawancara, Minggu 25 Mei 2014)

Dari hasil wawancara dan hasil observasi beserta data-data yang telah di peroleh oleh peneliti dalam penelitian seperti yang telah di sebutkan di atas, maka dapat di simpulkan bahwa:

a. Pelaksanaan Program Pemberian Makanan Tambahan di Kecamatan Purwantoro, Kabupaten wonogiri memberikan dampak positif terhadap peningkatan status gizi anak dan perilaku hidup sadar gizi.

b. Dengan adanya pelaksanaan Program PMT di Kecamatan Purwantoro telah memberikan pemahaman terkait pentingnya kebutuhan gizi bagi anak, makanan apa saja yang mengandung gizi serta cara mengolah bahan makanan supaya tidak kehilangan kandungan gizinya.

c. Untuk dalam hal penyebaran makanan tambahan, pelaksanaan Program Pemberian Makanan Tambahan di Kecamatan Purwantoro belum berjalan efektif, karena masih ditemukan ketidaksesuaian antara data yang di peroleh di Puskesmas Purwantoro 1 dengan kenyataan di lapangan. Hal ini di karenakan terdapat warga yang namanya sudah masuk dalam penjaringan Program Pemberian Makanan Tambahan di Puskesmas 1 Purwantoro tahun 2013 namun ternyata hingga Mei 2014 pihak yang bersangkutan belum memperoleh bantuan makanan tambahan dan hanya mendapat sosialisasi terkait gizi. Selain itu juga di karenakan oleh adanya ketidaksesuaian anggaran makanan tambahan yang seharusnya di berikan dengan yang di berikan di lapangan.

d. Penyimpangan atau ketidaksesuaian yang terjadi dalam pelaksanaan Program Pemberian Makanan Tambahan di sebabkan karena adanya keterlambatan pencairan dana anggaran untuk makanan tambahan itu sendiri, karena anggarannya hanya berasal dari dana Bantuan Kesehatan Operasional (BOK) sehingga dengan adanya keterlamatan tersebut pihak Puskesmas berusaha untuk mengantisipasi terjadinya pemberhentian dalam penyaluran makanan tambahan tersebut dengan cara membaginya secara rata, yang seharusnya untuk anggaran 1 (satu) anak di bagi rata

(33)

commit to user

untuk 3 (tiga) anak sehingga akibatnya dalam penyebaran makanan tambahan tersebut mengalami keterlambatan dan selain itu juga mengakibatkan adanya ketidaksesuaian jumlah makanan tambahan yang seharusnya di terima setiap anak dengan yang di terima di lapangan.

C. Pembahasan/Temuan Studi

Peneliti dalam sub bab ini, menganalisis informasi yang berhasil di kumpulkan di lapangan sesuai dengan rumusan masalah dan selanjutnya di kaitkan dengan teori yang ada. Berdasarkan hasil penelitian yang telah di jelaskan di atas, maka dalam penelitian ini ditemukan beberapa pembahasan sebagai berikut:

1. Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

dalam Mengatasi Gizi Buruk pada Anak di Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri

Pelaksanaan Program Pemberian Makanan Tambahan di Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri di harapkan mampu memberikan dampak positif bagi peningkatan status gizi pada anak balita yang mengalami kurang gizi maupun gizi buruk dalam artian pemenuhan kecukupan gizinya, serta mampu mengubah pola perilaku warga Kecamatan Purwantoro menjadi keluarga yang sadar akan pentingnya gizi.

Pelaksanaan Program Pemberian Makanan Tambahan di kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri dilaksanakan dengan berfokuskan pada beberapa aspek, yaitu antara lain: tujuan dari kegiatan yang akan dicapai, kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan, dalam hal ini mencakup strategi pelaksanaan dan macam-macam dari program PMT, aturan yang harus dipegang

(34)

commit to user

dan prosedur yang harus dilalui, serta perkiraan anggaran yang dibutuhkan yang dipaparkan sebagai berikut:

1) Tujuan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan

Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ini merupakan program intervensi bagi anak terutama usia rawan gizi yaitu usia bawah lima tahun (balita) dimana tujuan yang akan dicapai dalam Program Pemberian Makanan Tambahan tersebut yaitu untuk meningkatkan status gizi pada anak gizi buruk dan penderita gizi kurang sehingga status gizinya naik menjadi gizi normal dilakukan dengan melalui pemberian makanan tambahan, dimana makanan tambahan yang diberikan tersebut merupakan makanan yang mengandung protein, karbohidrat dan zat besi. Makanan tambahan tersebut diberikan kepada balita gizi buruk dan balita gizi kurang setiap satu bulan sekali di Puskesmas Purwantoro 1. Selain itu, juga dengan memberikan pendidikan terkait gizi kepada masyarakat untuk menciptakan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Pendidikan gizi tersebut dilakukan setiap bulan sekali dalam pertemuan Posyandu yang disampaikan oleh Bidan Desa.

Pendidikan gizi yang diberikan kepada masyarakat tersebut dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai gizi, mulai dari makanan apa saja yang mengandung gizi, serta bagaimana cara mengolah makanan supaya tidak kehilangan kandungan gizinya. Pemberian pendidikan gizi ini dapat membantu meningkatkan pemahaman orang tua mengenai gizi yang kemudian akan menciptakan kesadaran akan pentingnya gizi bagi orang tua. Sehingga pendidikan gizi ini merupakan faktor penting dalam usaha meningkatkan status gizi pada anak.

2) Jenis atau macam Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

Pelaksanaan program pemberian makanan tambahan tersebut di bedakan menjadi dua yaitu antara lain:

(35)

commit to user

PMT–Pemulihan tersebut di prioritaskan bagi balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk yang di maksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi nya sekaligus sebagai proses pembelajaran dan sarana komunikasi antar ibu dari balita yang mengalami gizi kurang atau gizi buruk. PMT-Pemulihan tersebut di berikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan lokal dan tidak di berikan dalam bentuk uang. Makanan yang di berikan tersebut hanya sebagai tambahan terhadap makanan yang di konsumsi oleh balita sehari-hari di samping makanan pokoknya, dengan kata lain makanan tambahan tersebut bukan merupakan pengganti makanan utama. Setiap balita yang menderita gizi kurang maupun gizi buruk yang telah terjaring memperoleh makanan tambahan setiap bulan sekali di puskesmas.

Selain di berikan makanan tambahan, dalam PMT-Pemulihan ini bagi balita gizi buruk akan di berikan perawatan intensif selama 90 hari di puskesmas dan apabila puskesmas tidak bisa mengatasi maka pihak puskesmas akan membuat rujukan untuk di bawa ke rumah sakit umum daerah. Selain itu, bagi keluarga balita yang mengalami kurang gizi dan gizi buruk tersebut juga di berikan PMT-penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat oleh tenaga kesehatan dan kader gizi.

b) Pemberian Makanan Tambahan Penyuluhan (PMT-Penyuluhan)

PMT-Penyuluhan merupakan bagian dari program pemberian makanan tambahan yang di berlakukan untuk balita yang berstatus kurang gizi maupun gizi buruk. PMT-Penyuluhan ini merupakan semacam pendidikan gizi yang di lakukan di Posyandu di setiap desa melaui bidan desa / petugas gizi puskesmas / kader gizi. Pesan penyuluhan tidak saja mengenai pencegahan dan penanggulangan masalah gizi kurang tetapi juga menekankan pola makanan seimbang untuk mencegah timbulnya penyakit akibat gizi.

(36)

commit to user

Kegiatan penyuluhan dilakukan secara rutin setiap bulan yang bersamaan dengan waktu posyandu, ataupun minimal dilakukan dua bulan sekali dengan kata lain enam kali dalam satu tahun. PMT-Penyuluhan ini mempunyai tujuan fokus utama yaitu meningkatkan pengetahuan dan sikap sadar gizi, yang berujung pada perubahan perilaku masyarakat. Setelah keluarga sasaran di berikan pengetahuan dasar mengenai gizi dan pentingnya gizi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak maka selanjutnya yaitu dengan mengadakan demo memasak sehat secara bersama-sama.

3) Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui

Dalam pelaksanaan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri tidak di dasarkan pada suatu peraturan khusus tertentu, melainkan pelaksanaannya hanya berdasarkan pada Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) atau Planing Of Action (POA) yang telah di tentukan oleh Pemerintah Pusat.

4) Perkiraan anggaran yang dibutuhkan

Dalam usaha mencapai tujuan yang di harapkan yaitu untuk meningkatkan status gizi pada anak yang menderita kurang gizi dan gizi buruk melalui pemberian makanan tambahan, perkiraan anggaran juga di laksanakan sesuai yang tercantum dalam Petunjuk Pelaksanaan atau planing Of action (POA) yaitu biaya pelaksanaan program pemberian makanan tambahan baik untuk PMT-Pemulihan maupun PMT-Penyuluhan berasal dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Khusus dalam pelaksanaan PMT-Penyuluhan mengingat dana yang dianggarkan untuk bagian program tersebut tidak mencukupi, oleh karena itu di perlukan adanya tambahan biaya swadaya dari warga yang lebih mampu untuk menolong warga yang menderita kurang gizi maupun gizi buruk.

Pemberian makanan tambahan ini di bedakan menjadi 2 (dua) kategori yaitu, pertama PMT-Pemulihan dan ke dua yaitu PMT-Penyuluhan, penentuan

(37)

commit to user

kategori ini berdasarkan pada tingkat kemampuan keluarga yang menderita gizi buruk maupun gizi kurang. Adapun besaran alokasi dana BOK untuk PMT-Pemulihan yaitu setiap harinya per anak memperoleh makanan tambahan seharga Rp.6000. Dan dana untuk PMT-Penyuluhan yaitu sebesar Rp. 50.000 untuk setiap posyandu dan di berikan sebulan sekali.

5) Strategi pelaksanaan

Dalam melaksanakan Program Pemberian Makanan Tambahan di Kecamatan Purwantoro, supaya program tersebut dapat tepat sasaran Puskesmas Purwantoro 1 mengambil langkah strategi yaitu dengan melakukan kerjasama dengan Bidan Desa dan para Kader Gizi yang terlibat langsung dengan kegiatan Posyandu. Hal tersebut di lakukan dengan pertimbangan bahwa Bidan Desa di anggap lebih tau keadaan status gizi seorang anak yang terdaftar di Posyandu di daerahnya. Karena dalam kegiatan Posyandu tersebut setiap anak memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) dimana dalam kartu tersebut tertera data berat badan, tinggi badan, serta usia sehingga Bidan Desa atau Kader Gizi yang terlibat langsung dapat dengan mudah mengenali status gizi seorang anak.

Berdasarkan Kartu Menuju Sehat (KMS), akan diketahui berat badan dan tinggi badan anak, sehingga dari situ akan diketahui pula status gizi anak dan apabila di temukan anak dengan status gizi kurang atau buruk maka Bidan Desa atau Kader Gizi melakukan pendataan untuk diserahkan ke Petugas Gizi Puskesmas Purwantoro1, setelah itu Petugas Gizi akan menyurvei lokasi dan memberi pengenalan tentang Program Pemberian Makanan Tambahan. Dan setelah itu Petugas gizi memperhitungkan anggaran untuk diserahkan kepada Kepala Puskesmas. Apabila disetujui maka selanjutnya yaitu menunggu pencairan dana dan apabila dana sudah cair maka makanan tambahan tersebut akan di berikan.

Pelaksanaan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri tersebut sesuai dengan pendapat

Gambar

Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian Kecamatan Purwantoro
Tabel  4.1  Jumlah  Penduduk  Menurut  Jenis  Kelamin  di  Rinci  Menurut  Desa/Kelurahan
Tabel 4.3 Data Formulir Penjaringan Kasus Gizi Buruk Puskesmas purwantoro 1  Tahun 2012
Tabel 4.5 Data Pengukuran Berat Badan Balita Gizi Buruk Bulan Juli 2013 –  Desember 2013

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung jumlah hama lalat buah (Bactrocera dorsalis) yang tertangkap pada dosis Metil Eugenol yang berbeda di pertanaman cabai (Capsicum

Setiap karyawan di dalam perusahaan diwajibkan untuk menggunakan alat pelindung diri dalam menjaga keselamatannya pada setiap melakukan pekerjaan, dengan adanya

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan di siklus 1 mengenai proses kegiatan pembelajaran menggunakan metode bermain kartu kata bergambar, untuk meningkatkan kemampuan

BENTUK SURAT PENAWARAN PESERTA PERORANGAN Tetap Cukup Jelas.. BENTUK SURAT KUASA Tetap

Hasil yang diperoleh memperlihatkan prevalensi infeksi STH pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Ittihadiyah Kecamatan Gandus Kota palembang adalah sebesar 29,3%.. Kata

Quraish Shihab tentang mukjizat, ia mengatakan bahwa mukjizat sebagaimana yang didefinisikan oleh para ulama, ialah peristiwa “luar biasa” yang terjadi dari

ICT yang bersifat sejagat ini walaupun teknologi asasnya adalah sama bagi sesebuah masyarakat dan Negara namun oleh kerana terdapat perbezaan latar belakang budaya

Siswa mengikuti pembelajaran di kelas sedang diamati oleh observer Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi dari observer terhadap guru dalam melaksanakan LS antara lain