IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Umum Perusahaan
Coca Cola masuk ke Indonesia pada tahun 1927 dan pertama kali dibuat di Jakarta pada tahun 1932 dengan produksi pertama 10.000 cs dengan dibantu 3 truk dan 25 karyawan. Para pemegang saham lokal dan Jepang kemudian mendirikan PT. Djaya Beverage Bottling Company (DBBC) pada tahun 1970 yang melayani wilayah Jakarta dan Jawa Barat. Coca Cola Amatil (CCA) membeli PT. Coca-Cola Tirtalina Bottling Company dan PT. Coca-Cola Pan Java Bottling Company dengan share 49% pada tahun 1991 kemudian pada tahun 1992 membeli PT. Djaya Beverage Bottling Company (DBBC) dengan share 90%. CCA berhasil mendapatkan 90% share untuk Pan Java Group pada tahun 1996.
Pabrik Coca Cola terbesar di Indonesia didirikan di Cibitung dengan nama National Plant Cibitung kemudian pada tahun 2002 perusahaan berganti nama dari PT. CCAI menjadi PT. Coca Cola Distribution Indonesia kemudian dari PT. CCAIB menjadi PT. Coca Cola Bottling Indonesia.
The Coca Cola Company sebagai perusahaan minuman ringan terbesar di dunia memiliki dan memasarkan lebih dari 400 merek. Coca Cola juga memasarkan sari buah, minuman isotonik, air minum dalam kemasan, kopi dan teh. Pabrik Coca Cola di Indonesia memiliki 11 plants yaitu 10 CCBI dan 1 independent bottler. PT. Coca Cola Bottling Indonesia Jakarta berlokasi di Cibitung terletak di area seluas 22 ha dan merupakan pabrik terbesar di Indonesia dengan kantor pusat di Pondok Indah Jakarta.
Struktur organisasi PT. Coca Cola Bottling Indonesia National Plant Cibitung Jawa Barat dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan
Visi dan misi perusahaan adalah menjadi perusahaan produsen minuman terbaik di Asia Tenggara dan memberikan kesegaran kepada pelanggan dan konsumen dengan rasa bangga dengan semangat sepanjang hari, setiap hari.
4.1.3. Proses Produksi
Untuk proses produksi di PT. Coca Cola Bottling Indonesia pabrik Cibitung adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi minuman ringan dan terdiri dari beberapa proses, yaitu proses pengolahan air, pembuatan sirup, proses pencampuran dan proses pengisian.
a) Bahan Baku
PT. Coca Cola Bottling Indonesia hanya menggunakan bahan baku yang berkualitas tinggi, untuk menjaga keunggulan produk. Bahan berkualitas terbaik terdiri dari gula standar industri yang tidak mudah meleleh pada suhu rendah, air yang dimurnikan, soda berkarbonasi dan formula concentrate. b) Bahan Baku Air
1. UPA (Unit Pengolahan Air)
Bahan baku air diolah oleh Unit Pengolahan Air (UPA). Tujuan utama pengolahan air UPA ini adalah untuk menjaga dan menjamin kualitas air sesuai yang telah diisyaratkan untuk air produk. Karena air dari hasil pengoolahan UPA digunakan sebagai salah satu bahan baku utama produk yaitu air yang digunakan untuk proses pencampuran. Air tersebut diambil dari air bawah tanah (deep well) dengan 13 pipa utama dengan kedalaman antara 110-140 meter. Kedalaman tersebut dimaksudkan agar konsumsi air masyarakat sekitar tidak terganggu.
Kemudian dilakukan proses awal yaitu dengan mengalirkan air ke menara pendingin (cooling tower) untuk menurunkan temperatur air baku (menjadi 30ºC), degasifier (menghilangkan gas) dan nerasi (penambahan oksigen) setelah melewati pemrosesan tersebut kemudian air ditampung ke tangki besar (raw water) untuk dilakukan pre-chlorin bertujuan untuk mereduksi ion ferro yang akan mengendap menjadi ferri chloride sekaligus untuk membunuh mikroorganisme yang terkandung di dalamnya, setelah itu air diberi koagulan untuk menghilangkan kotoran air yang berupa suspended solid, kemudian barulah air dipompa ke dalam depth/dual media filter sebagai penyaring sehingga air yang dihasilkan lebih berkualitas, selanjutnya air ditampung ke dalam tangki filtered water (tangki Fanta), di dalam tangki tersebut dilakukan penambahan sodium meta bisulfit untuk
menghilangkan chlorine bebas sehingga demineralisasi dapat berjalan dengan sempurna.
Kemudian air tersebut dibagi menjadi dua, sebagian ke dealkasier sedangkan sebagian lagi langsung (by pass). Setelah itu air kembali mengalami proses diklorinasi untuk membunuh bakteri dalam air dan dialirkan ke blended water (tangki Sprite dan Diet Coke), kemudian air dipompa ke carbon filter untuk sisa chlorine dan memperbaiki kualitas warna, rasa dan bau, kemudian air dialirkan ke polishing filter untuk menyaring partikel-partikel halus dan jasad renik/mikroorganisme, setelah melewati pemrosesan tersebut air ditampung di dalam tangki treated water (tangki Coca Cola) dan sudah siap untuk didistribusikan ke seluruh jalur produksi, proses di atas dilakukan secara otomatis.
2. Unit Pengolahan Air Jatiluhur (UPAR)
UPAR menggunakan air dari sungai Citarum Barat untuk diproses. Pengolahan air di unit ini dimaksudkan untuk keperluan-keperluan seperti washer, bottle, masjid, taman, rinse, boiler, toilet, kantin dan lain-lain. Proses penjernihan air dimulai dari intake pit lalu dialirkan ke kolam dan kemudian dipompa dan ditambahkan zat kimia seperti soda ash, kaporit, dan PAC, setelah itu masuk ke stanic mixer, flocculator (pengaduk lambat), selanjutnya masuk ke tube settler sehingga air yang didapat jernih dan tanpa lumpur. Kemudian air bersih tersebut kembali diolah ke sand filter, masuk ke portable water reservoir dan siap didistribusikan untuk keperluan cleaning machine, lubricant, kantin, masjid, toilet dan lain-lain.
c) Bahan Baku Gula
Untuk gula PT. CCBI memesan dari Lampung dengan gula standar industri, dan tidak mudah meleleh pada suhu-suhu tertentu. Namun jika pemenuhan permintaan tidak mencukupi, PT. CCBI mengimpor gula dari Thailand.
d) Bahan Baku Konsentrat
Untuk konsentrat PT. Coca Cola Bottling Indonesia langsung mendatangkannya dari Atlanta.
e) Aliran Proses Produksi
PT. Coca Cola Bottling Indonesia khususnya Cibitung memiliki suatu aliran proses produksi. Setiap prosesnya dilakukan pengamatan dan pembelajaran lebih lanjut untuk mempertahankan mutu dan memperoleh hasil produksi yang berkualitas. Aliran proses tersebut antara lain : raw material storage, pencampuran, pengisian dan penutupan, pengkodean, pemeriksaan, pengemasan, pengangkutan dan pengiriman.
1. Gudang bahan dasar/raw material storage
Gudang bahan dasar adalah awal pertama bagaimana kualitas dapat tercipta, maka dari itu PT. Coca Cola Bottling Indonesia Cibitung sangat memperhatikan kenyamanan gudang bahan baku. Dengan melakukan inspeksi setiap harinya diharapkan agar kualitas bahan baku seperti gula dan konsentrat tetap terjaga. Bagian gudang bertugas untuk memenuhi order berupa gula dan konsentrat dari divisi sirup. Gula dan konsentrat yang akan dikirim sebelumnya dilakukan pengecekan terlebih dahulu mengenai kualitasnya, dan pengecekan tanggal kedatangan gula dan konsentrat, jika gula dan konsentrat berkualitas baik maka siap untuk dikirimkan ke divisi sirup untuk diproses lebih lanjut.
2. Pencampuran/mixing
Mixing dilakukan oleh divisi sirup. Proses dilakukan dengan mencampur antara lain murni dengan gula dan konsentrat untuk menghasilkan sirup kemudian proses selanjutnya adalah dengan menambahkan karbondioksida murni dalam campuran tadi untuk mendapatkan kesegaran rasa. Kemudian dilakukan pencampuran antara gula dengan treated water pada temperatur 80º C sehingga diperoleh emulsi gula dengan kadar (brix) kurang lebih 62. Setelah itu dilakukan proses pemurnian (filtrasi) terhadap campuran ini untuk menghilangkan kadar karbon. Kemudian didinginkan sehingga diperoleh simple syrup.
Kemudian simple syrup tersebut dicampur dengan konsentrat dan treated water dengan perbandingan yang telah ditetapkan. Hasil dari proses tersebut dinamakan final syrup. Proses selanjutnya adalah mencampur treated water dari product water treatment serta final syrup dari syrup room
agar dihasilkan beverage. Kemudian beverage dialirkan ke dalam cool carbonator untuk didinginkan dan diisi dengan CO2 kemudian sirup siap
untuk dialirkan ke lantai produksi. Untuk pembuatan sirup sendiri langkah pertama adalah menunggu order dari DOP untuk mengetahui berapa liter yang harus diproduksi hari ini dan flavour yang diinginkan.
3. Pencucian (washing)
Untuk memastikan konsistensi kualitas produk botol-botol kosong yang segera diisi harus dibersihkan dahulu dengan cara dicuci, dibilas dan disterilkan dengan menggunakan bottle washer dan air pencuci softener water caustic kemudian dilakukan inspeksi untuk memastikan botol telah steril dan layak pakai. Untuk mencuci botol menggunakan air yang berasal dari UPAR.
4. Pengisian dan penutupan (filling and capping)
Setelah melalui proses pencucian, mesin pengisi melakukan pencampuran sirup yang sudah siap lalu langsung diikuti dengan menutup kemasan tersebut untuk menjamin higienitasnya. Untuk pengisian botol mesin yang digunakan berbeda-beda.
a) Untuk pengisian botol reguler
Langkah pertama adalah menyiapkan botol-botol kosong yang layak isi, kemudian memasukkannya ke krat. Bagian loading berfungsi untuk menerima botol-botol kosong tersebut, lalu botol berada di dalam krat tersebut diletakkan ke konveyor yang berjalan melalui mesin iuncaser yaitu berfungsi untuk memisahkan botol-botol dengan kratnya. Kemudian masuk ke mesin washer yang berfungsi untuk mencuci dan membersihkan botol supaya bersih dan higienis, botol melewati bagian inspector yang berfungsi memisahkan botol yang terdapat benda-benda asing atau kotoran, setelah lolos dari pengamatan secara manual kemudian botol kembali diinspeksi dengan mesin EBI (elektronic bottle inspection) yang bekerja secara otomatis.
Kemudian masuk ke bagian pengisian botol yang mana pengisian botol dapat diatur ketinggian vent tube di dalam filler dan langsung diberi tutup oleh crowner. Kemudian botol-botol tersebut lewat ke bagian
cording dimana botol-botol tersebut mengalami proses penanggalan produksi dan setelah itu masuk ke bagian filling height detector (FHD) berfungsi untuk mendeteksi ketinggian volume pengisian produk ke botol. Bila tingginya tidak memenuhi standar maka akan segera dipisah. Proses selanjutnya adalah memasukkan kembali botol ke dalam krat yang sudah disiapkan dengan mesin case packer dan terakhir yaitu menyusun krat-krat tersebut dengan rapi dan efisien.
b) Untuk pengisian kaleng (can)
Kaleng atau can berasal dari supplier, langkah pertama adalah menyusun kaleng ke dalam depalletizer yang kemudian kaleng-kaleng tersebut dicuci dan disterilkan dengan mesin rinser, kemudian proses pengisian can yang dilakukan menggunakan mesin filler, dan setelah dilakukan pengisian langkah selanjutnya adalah mendeteksi volume hasil pengisian menggunakan FHD apabila volume terlalu rendah maka can secara otomatis langsung dipisahkan dan dianggap reject. Kemudian masuk ke dalam warmer yaitu penghangatan can pada suhu tertentu (25ºC). Setelah itu dilakukan penanggalan produksi dengan istilah date cording. Dan proses selanjutnya adalah pengemasan produk pada box kardus (wrap arround pack) dan dilanjutkan dengan palletizer.
c) Untuk pengisian botol 500 liter dan botol PET
Botol kosong atau botol PET masuk depalletizer kemudian masuk rinse untuk dicuci dan disterilkan. Lalu dilakukan pengisian dengan mesin filler sekaligus capper, dan diteruskan dengan penanggalan produksi dengan date cording dan setelah itu dilakukan FHD yaitu pengecekan dengan cara mendeteksi ketinggian volume pengisian apabila volume botol tidak sesuai dengan ketentuan maka secara otomatis langsung dipisahkan sebagai produk reject. Kemudian dilakukan warmer yaitu penghangatan botol pada suhu 25ºC kemudian untuk botol PET dilakukan pelabelan dengan mesin labeler, setelah selesai proses terakhir adalah case packer dan depalletizer. PT. Coca Cola Cibitung juga membuat botol PET sendiri, namun untuk memenuhi target produksi botol PET juga memesan dari supplier.
f) Lantai Produksi
PT. CCBI Cibitung mempunyai 12 lantai produksi yang siap untuk dioperasikan yaitu :
1. Line 1 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman berkarbonasi ke dalam tabung post mix. Dimana biasanya pesanan diperoleh dari coffee shop dan fast food.
2. Line 2 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman berkarbonasi untuk kaleng jenis slim can.
3. Line 3 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman berkarbonasi jenis kaleng biasa.
4. Line 4 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman berkarbonasi dengan ukuran botol liter dan botol PET.
5. Line 5,6,7 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman berkarbonasi dengan ukuran botol kecil.
6. Line 8 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman non karbonasi jenis botol biasa.L
7. Line 9 berfungsi untuk memproduksi botol PET.
8. Line 10 berfungsi untuk melakukan pengisian minuman non karbonasi dengan jenis TWA (kotak).
9. Line 11 berfungsi untuk pengisian produk non karbonasi dengan jenis TBA. 10. Line 12 berfungsi untuk pengisian produk non-CSD hotfill botol PET. g) Pengkodean (coding)
Masing-masing botol yang diproduksi memiliki kode khusus yang meliputi kode khusus yang meliputi best before, jam pengisian dan line yang memproduksi serta kode pabrik.
h) Pemeriksaan (inspection)
Proses pengontrolan dilakukan secara cermat mulai botol dibawa ke pabrik, dicuci sampai selesai pengisian. Pengontrolan dilakukan secara manual dan mekanis bertujuan untuk memastikan keunggulan kualitas minuman yang diproduksi.
i) Pengemasan (packaging)
Setelah pengontrolan terakhir botol yang telah diisi siap untuk dikemas dan dikirimkan. Bentuk botol, kaleng, label, dan kemasan yang digunakan merupakan hasil teknologi mutakhir dan inovasi yang berkelanjutan jadi seiring berjalannya waktu selalu ada pengusahaan perbaikan proses produksi. j) Loading-delivery
Setelah proses packaging selesai dilanjutkan dengan proses depalletizer yang dilakukan dengan menggunakan lift truck yang menggunakan bahan LPG. Hal ini dilakukan untuk menghindari kontaminasi dan tercemarnya produk oleh polusi. Kemudian produk diangkut ke gudang full good untuk persediaan produk. Kemudian bila ada permintaan produk dikeluarkan dari gudang full good dan siap untuk dipasarkan. Proses pengiriman yang efisien merupakan jaminan bahwa rasa terbaik dari produk ini dapat dinikmati oleh semua konsumen.
4.2. Analisis Data Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Kuisioner 4.2.1. Hasil Uji Validitas Kuesioner
Uji validitas dilakukan untuk melihat apakah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat memberikan jawaban yang sesuai dan dapat mengukur aspek-aspek yang ingin diukur. Uji validitas menggunakan rumus korelasi Product Moment dan hasilnya akan dibandingkan dengan nilai angka kritik tabel korelasi nilai r. Uji validitas dilakukan dengan cara uji coba kuisioner yang disebarkan kepada 30 orang responden. Setelah dilakukan uji validitas terdapat 40 pertanyaan yang valid, artinya seluruh pertanyaan tersebut memenuhi syarat sah untuk diolah lebih lanjut (r hitung > r tabel, dimana r tabel = 0,361 untuk n = 30 pada selang kepercayaan 95%).
4.2.2. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran suatu instrumen relatif konsisten apabila instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek penelitian. Pengujian reliabilitas menggunakan metode Alpha Cronbach. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik
0 5 10 15 20 25 30 Pria Wanita J u m la h (o ra n g ) Jenis Kelamin
Alpha Cronbach didapatkan r = (r alpha > r tabel, dimana r tabel = 0,361 untuk n = 30 pada selang kepercayaan 95%). Nilai ini jauh lebih besar dari r tabel pada selang kepercayaan 95%, maka kuisioner yang disebarkan dapat diandalkan untuk dijadikan alat ukur pada penelitian ini. Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala alpha 0 sampai 1.
4.3. Karakteristik Responden 4.3.1. Jenis Kelamin
Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 orang yang merupakan karyawan bagian produksi. Sebagian besar reponden di bagian produksi adalah pria 26 orang (87%) karena pekerjaan di bagian produksi menuntut kekuatan fisik dan secara fisik pria lebih unggul daripada wanita. Sisanya wanita sebanyak 4 orang (13%). Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 4.3.2. Usia
Usia responden paling banyak diantara 20-30 tahun yang merupakan usia produktif yaitu sebanyak 23 orang (77%). Hal ini disebabkan karyawan yang berusia 20-30 tahun memiliki tenaga yang paling kuat dibandingkan pekerja berusia 30 tahun lebih. Kemudian diikuti oleh usia responden diantara 41-50 tahun yaitu sebanyak 4 orang (13%) dan usia diantara 31-40 tahun sebanyak 3 orang (10%). Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar 2.
0 5 10 15 20 25 20-30 31-40 41-50 JU M LAH (O R ANG ) USIA (TAHUN) 0 5 10 15 SD SLTP SLTA D3 Sarjana JU M LA H (O R A N G ) Tingkat Pendidikan
Gambar 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 4.3.3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan karyawan paling banyak adalah lulusan SMA/sederajat yaitu sebanyak 15 orang (50%). Lulusan sarjana dan D3 masing-masing sebanyak 7 orang (23,3%) dan paling sedikit yaitu lulusan SMP/sederajat sebanyak 1 orang (3,3%). Lulusan SMA/sederajat dan SMP/sederajat mendapat posisi pekerjaan sebagai buruh dan lulusan sarjana dan D3 mendapat posisi sebagai supervisor pabrik. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
4.4.4. Masa Kerja
Karyawan dengan masa kerja 1-5 tahun menempati posisi tertinggi dengan jumlah 19 orang (63,3 %) diikuti karyawan dengan masa kerja lebih dari 15 tahun yaitu sebanyak 6 orang (20%) kemudian karyawan dengan masa kerja 6-10 tahun sebanyak 4 orang (13,3%) dan karyawan dengan masa kerja 11-15 tahun yang
0 5 10 15 20 1-5 th 6-10 th 11-15 th >15 th JU M LA H (O R A N G )
Masa Kerja (Tahun)
berjumlah 1 orang (3,3%). Hal ini berarti regenerasi karyawan di bagian produksi cukup cepat melihat banyaknya jumlah karyawan dengan masa kerja 1-5 tahun dibandingkan jumlah karyawan dengan masa kerja diatas 5 tahun. Karakteristik responden berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
4.4. Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja 4.4.1. Pelatihan Keselamatan
Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hal yang seharusnya menjadi perhatian utama bagi perusahaan. Adanya sistem K3 yang baik akan menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, tenaga kerja yang sehat dan produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian, dalam penelitian ini perlu diadakan analisis untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap pelaksanaan K3 dan persepsi karyawan terhadap produktivitas kerja. Faktor-faktor K3 yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi pelatihan keselamatan, publikasi keselamatan kerja, kontrol lingkungan kerja, pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran K3. PT. Coca Cola Bottling Indonesia Cibitung sendiri memiliki dan telah menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat dilihat pada Lampiran 3.
Tabel 4. Hasil Jawaban Responden Mengenai Pelatihan Keselamatan Keterangan : SS : Sangat Setuju S : Setuju CS : Cukup Setuju TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Rataan skor 4,30 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan mengetahui adanya pelatihan khusus untuk ahli K3. Pelatihan khusus bagi ahli K3 dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan sistem manajemen K3 di perusahaan. Rataan skor sebesar 4,37 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan telah mendapatkan pelatihan penggunaan alat-alat keselamatan kerja yaitu penggunaan alat pemadam api ringan (APAR), penggunaan alat pelindung diri (APD) dan tombol bahaya (alarm) yang berfungsi untuk memberitahukan apabila terjadi suatu kejadian yang membahayakan karyawan.
Pelatihan penggunaan alat-alat keselamatan kerja diberikan agar karyawan dapat menggunakan alat-alat tersebut jika terjadi kecelakaan di lingkungan pabrik. Rataan skor sebesar 4,27 menunjukkan bahwa karyawan telah mengikuti pelatihan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran. Pelatihan ini berupa simulasi dimana seolah-olah terjadi kebakaran diberi pengarahan untuk mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran. Pengarahan meliputi tata letak alat pemadam
No Pernyataan SS (5) S (4) CS (3) TS (2) STS (1) Rataan Skor 1 Perusahaan mengadakan pelatihan khusus untuk
ahli K3 15 11 2 2 0 4,30 2 Perusahaan memberikan pelatihan penggunaan alat-alat keselamatan kerja 16 10 3 1 0 4,37 3 Perusahaaan memberikan pelatihan pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran 15 10 4 0 1 4,27
4
Anda merasakan manfaat dari pelatihan yang
diadakan perusahaan 5 18 6 1 0 3,90 5
Pelatihan memberikan banyak informasi tentang
pekerjaan Anda 6 17 4 3 0 3,87
Total
api ringan (APAR) dan tombol bahaya (alarm) serta cara penggunaannya dan jalur evakuasi menuju pintu darurat dan area evakuasi apabila terjadi kebakaran. Pelatihan diikuti oleh seluruh karyawan pabrik produksi jadi semua karyawan berperan dalam pelatihan ini. Pelatihan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran diberikan agar karyawan dapat menyelamatkan diri apabila terjadi kebakaran. PT. CCBI Cibitung juga menerapkan Job Safety Analysis Training Guide sebagai bagian dari pelaksanakan pelatihan keselamatan kerja di lingkungan PT. CCBI Cibitung yang dapat dilihat pada Lampiran 4.
Karyawan merasakan manfaat dari pelatihan yang diberikan oleh perusahaan, dapat dilihat dari rataan skor sebesar 3,90. Manfaat yang diperoleh yaitu karyawan merasa aman dan nyaman saat bekerja sehingga karyawan dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Rataan sebesar 3,87 menunjukkan bahwa pelatihan yang karyawan ikuti memberikan banyak informasi tentang pekerjaan karyawan. Adanya pelatihan keselamatan membuat karyawan mengetahui tingkat resiko dari pekerjaan yang dilakukannya dan mengetahui potensi kecelakaan yang mungkin terjadi di lingkungan kerja.
Hal ini sangat penting karena dengan semakin banyaknya informasi yang didapatkan mengenai pekerjaannya karyawan akan mendapatkan gambaran tentang pekerjaan yang akan dilakukan sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja adalah kecil. Total rataan skor dari semua pernyataan mengenai pelatihan keselamatan sebesar 4,14. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelatihan keselamatan yang diadakan oleh perusahaan sudah dilaksanakan dengan baik.
4.4.2. Publikasi Keselamatan Kerja
Publikasi dalam penelitian ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan pemberian informasi-informasi dan pesan-pesan mengenai keselamatan kerja karyawan yang berupa spanduk dan poster. Publikasi dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada karyawan mengenai pentingnya K3. Hasil jawaban responden mengenai publikasi keselamatan kerja dapat dilihat pada Tabel 3. PT. CCBI Cibitung merupakan industri yang memiliki tingkat resiko kecelakaan yang relatif tinggi. Adanya tanda-tanda peringatan di lingkungan kerja
dimaksudkan untuk melindungi karyawan agar terhindar dari kecelakaan dan cedera akibat kerja.
Rataan skor sebesar 4,63 menunjukkan bahwa sebagian karyawan mengetahui adanya tanda peringatan yang dipasang oleh perusahaan. Responden menyatakan bahwa terdapat pesan-pesan keselamatan kerja di lingkungan perusahaan dengan rataan skor sebesar 4,20.
Pesan-pesan keselamatan kerja ini merupakan salah satu usaha perusahaan untuk mengingatkan karyawan akan pentingnya keselamatan kerja. Perusahaan memberikan informasi tentang tingkat bahaya pekerjaan dan potensi terjadinya kecelakaan akibat kerja pada waktu pertama kali karyawan masuk kerja. Karyawan berhak untuk mengetahui tingkat resiko dari pekerjaan yang dilakukannya. Hal ini sangat penting karena dengan semakin banyak informasi yang diperoleh karyawan tentang tingkat resiko dari pekerjaan yang dilakukannya, maka karyawan mempunyai gambaran tentang cara mencegah dan mengantisipasi apabila terjadi kecelakaan kerja. Rataan skor sebesar 4,03 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan mengetahui tingkat bahaya dari pekerjaan yang dilakukannya.
Salah satu usaha pencegahan kecelakaan adalah dengan memotivasi karyawan untuk selalu menjaga keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja. Pimpinan sangat berperan untuk selalu mengingatkan bawahannya agar bekerja dengan hati-hati. Rataan skor sebesar 3,87 menunjukkan sebagian besar karyawan menyatakan bahwa atasan memberikan contoh yang baik tentang cara-cara bekerja yang aman dan sehat. Berdasarkan tabel total rataan skor dari seluruh pernyataan mengenai publikasi keselamatan kerja sebesar 4,18. Hal ini menunjukkan publikasi keselamatan kerja di lingkungan pabrik PT. CCBI Cibitung adalah baik.
Tabel 5. Hasil Jawaban Responden Mengenai Publikasi Keselamatan No Pernyataan SS (5) S (4) CS (3) TS (2) STS (1) Rataan Skor 1
Pemasangan tanda peringatan di tempat yang berpotensi bahaya
19 11 0 0 0 4,63
2
Di lingkungan perusahaan terdapat pesan-pesan tentang keselamatan kerja
10 17 2 1 0 4,20
3
Perusahaan memberikan informasi tentang tingkat bahaya pekerjaan
9 14 6 1 0 4,03
4
Atasan Anda memberikan contoh yang baik tentang cara-cara bekerja yang aman dan sehat 8 15 4 1 2 3,87 Total 4,18 Keterangan : SS : Sangat Setuju S : Setuju CS : Cukup Setuju TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
4.4.3. Kontrol Lingkungan Kerja
Kontrol lingkungan kerja dalam penelitian ini adalah pemeriksaan atau pengendalian yang berhubungan dengan kondisi lingkungan kerja diantaranya yaitu suhu ruangan kerja, penerangan, kebersihan tempat kerja, ketersediaan perlengkapan keamanan dan keselamatan kerja serta fasilitas P3K di lingkungan kerja. Pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan memakai alat pelindung diri (APD) sewaktu bekerja. Alat-alat pelindung diri yang dipakai harus disesuaikan dengan tempat kerja dan tingkat resiko pekerjaan masing-masing karyawan. Rataan skor sebesar 4,57 menunjukkan sebagian besar karyawan menyatakan bahwa perusahaan menyediakan alat pelindung diri untuk bekerja. Kondisi fisik lingkungan kerja meliputi suhu ruangan, penerangan dan
kebersihan lingkungan kerja. Rataan skor sebesar 3,37 menunjukkan bahwa suhu ruangan di tempat kerja karyawan cukup baik. Adanya pengatur suhu ruangan di setiap ruangan dimaksudkan agar kelembaban udara tetap terjaga. Penerangan yang baik dapat menghindarkan karyawan dari kesalahan dalam bekerja dan kecelakaan kerja serta memberikan rasa nyaman dalam melakukan pekerjaan. Rataan skor sebesar 3,60 menunjukkan bahwa penerangan di tempat kerja adalah baik.
Tabel 6. Hasil Jawaban Responden Mengenai Kontrol Lingkungan
Keterangan :
SS : Sangat Setuju S : Setuju
CS : Cukup Setuju TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
PT. CCBI Cibitung sangat memperhatikan kebersihan lingkungan karena kebersihan lingkungan kerja sangat mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan. Kebersihan lingkungan kerja harus selalu dijaga karena merupakan tanggung jawab seluruh karyawan. PT. CCBI Cibitung memiliki petugas kebersihan khusus yang setiap hari membersihkan peralatan, mesin dan tempat kerja yang dilakukan
No Pernyataan SS (5) S (4) CS (3) TS (2) STS (1) Rataan Skor
1 Perusahaan menyediakan alat
pelindung diri untuk bekerja 19 9 2 0 0 4,57
2 Suhu ruangan di tempat kerja
Anda cukup baik 2 15 6 6 1 3,37
3 Penerangan di tempat kerja
Anda cukup memuaskan 3 17 6 3 1 3,60 4 Ruangan tempat kerja Anda
cukup bersih 3 16 8 2 1 3,60
5 Perlengkapan keamanan dan keselamatan kerja tersedia di lingkungan kerja Anda
6 11 9 3 1 3,60
6 Perusahaan mempunyai
fasilitas P3K di tempat kerja 6 12 9 3 0 3,70
sebelum dan sesudah produksi. Adanya tempat sampah dan wastafel yang disediakan perusahaan di setiap ruangan dimaksudkan agar kebersihan lingkungan kerja tetap terjaga. Rataan skor sebesar 3,60 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan menyatakan lingkungan kerja karyawan bersih.
Sebagian besar karyawan menyatakan perusahaan menyediakan perlengkapan keamanan dan keselamatan kerja dapat dilihat dari rataan skor sebesar 3,60. Alat-alat keamanan dan keselamatan kerja yang disediakan berupa pemadam api dan fasilitas P3K. Kecelakaan ringan seperti tergores benda-benda tajam atau alat-alat di sekitar pabrik, terjatuh, tertimpa barang dan cedera kecil lainnya sangat besar kemungkinannya terjadi di lingkungan pabrik oleh karena itu tersedianya fasilitas P3K di lingkungan pabrik sangat diperlukan. Sebagian besar karyawan menyatakan bahwa perusahaan memiliki fasilitas P3K tersedia di lingkungan pabrik, dengan rataan skor sebesar 3,70. Berdasarkan hasil jawaban responden dari pernyataan pada tabel diperoleh total rataan skor sebesar 3,74 ini berarti kontrol lingkungan kerja di PT. CCBI Cibitung dilaksanakan dengan baik.
PT. CCBI Cibitung dalam mengontrol lingkungan kerja untuk menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja melakukan penilaian dan pengendalian resiko K3 yang dapat dilihat pada Lampiran 7.
4.4.4. Pengawasan dan disiplin
Adanya pengawasan terhadap lingkungan kerja dan perilaku kerja karyawan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Hasil jawaban responden mengenai pengawasan dan disiplin dapat dilihat pada Tabel 5. Sebelum proses produksi dimulai terlebih dahulu dilakukan pengecekan mesin-mesin dan peralatan kerja yang bertujuan agar mesin dan peralatan kerja yang akan digunakan layak pakai. Rataan skor sebesar 3,90 menunjukkan bahwa pengecekan mesin-n kerja telah dilakukan dengan baik. Perusahaan selalu memperhatikan kondisi mesin dan peralatan kerja yang akan digunakan karena hal itu mempengaruhi proses produksi. Rataan skor sebesar 3,97 menunjukkan bahwa pengecekan alat-alat keselamatan dilakukan dengan baik.
Alat Pelindung Diri (APD) wajib dipakai ketika bekerja terutama di tempat-tempat yang memiliki resiko kecelakaan kerja tinggi. APD dapat
melindungi diri dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja, setidaknya dengan menggunakan APD dapat memperkecil resiko yang timbul akibat dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Tabel 7. Hasil Jawaban Responden Mengenai Pengawasan dan Disiplin
Keterangan :
SS : Sangat Setuju S : Setuju
CS : Cukup Setuju TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Rataan skor sebesar 4,37 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan menyatakan bahwa perusahaan mewajibkan penggunaan APD saat bekerja. Penggunaan bahan kimia beracun dan berbahaya dapat mengancam kesehatan karyawan. PT. CCBI Cibitung melakukan pengawasan terhadap penggunaan
No Pernyataan SS (5) S (4) CS (3) TS (2) STS (1) Rataan Skor
1 Sebelum peralatan kerja dan mesin-mesin digunakan dilakukan pengecekan terlebih dahulu
5 19 4 2 0 3,90
2 Perusahaan melakukan pengecekan alat-alat keselamatan kerja secara rutin
11 10 6 3 0 3,97
3 Perusahaan mewajibkan penggunaan alat pelindung diri (APD) saat bekerja
14 14 1 1 0 4,37
4 Perusahaan memberikan pengawasan terhadap bahan-bahan beracun dan berbahaya
13 12 3 2 0 4,20
5 Perusahaan mengadakan pemeriksaan kesehatan karyawan secara rutin
9 15 4 1 1 4,00
6 Perusahaan mempunyai
peraturan-peraturan keselamatan kerja 11 16 3 0 0 4,27
bahan-bahan beracun dan berbahaya dapat dilihat dari rataan skor sebesar 4,20 yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengetahui perusahaan telah melakukan pengawasan terhadap bahan-bahan beracun dan berbahaya dengan baik.
Rataan skor sebesar 4,00 menunjukkan bahwa perusahaan mengadakan pemeriksaan kesehatan karyawan secara rutin. Peraturan-peraturan keselamatan kerja merupakan dasar penerapan K3 di lingkungan pabrik PT. CCBI Cibitung. Peraturan ini dibuat dengan tujuan untuk menghindarkan karyawan dari kecelakaan kerja, selain itu juga untuk melindungi aset-aset perusahaan dari kemungkinan terjadinya kerusakan. Pengawasan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. CCBI Cibitung dilakukan oleh Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT. CCBI Cibitung. Struktur organisasi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT. CCBI Cibitung dapat dilihat pada Lampiran 2.
Rataan skor sebesar 4,27 menunjukkan bahwa karyawan mengetahui dan melaksanakan peraturan keselamatan kerja dengan baik. Berdasarkan hasil jawaban responden dari pernyataan-pernyataan pada tabel diperoleh total rataan skor sebesar 4,12, ini berarti pengawasan dan disiplin karyawan pabrik PT. CCBI Cibitung tergolong baik.
4.4.5. Peningkatan kesadaran K3
Komitmen yang kuat dan perhatian yang besar dari manajemen perusahaan mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja dapat memotivasi karyawan untuk memperhatikan keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja. Rataan skor sebesar 4,30 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengetahui perusahaan memberikan perhatian yang besar terhadap masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Perusahaan menempatkan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai prioritas utama dalam bekerja, artinya setiap karyawan harus mengutamakan keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja. Rataan skor sebesar 4,00 menunjukkan sebagian besar karyawan mengetahui bahwa perusahaan mengutamakan keselamatan dan kesehatan para karyawan.
PT. CCBI Cibitung sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja para karyawannya. Hal itu terbukti dari rataan skor sebesar 4,17 yang menunjukkan sebagian besar karyawan setuju dengan pernyataan tersebut. Kesadaran akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja harus ada dalam diri karyawan itu sendiri misalnya dengan penggunaan APD saat bekerja terutama apabila bekerja di tempat yang berbahaya. Rataan skor sebesar 4,20 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan menggunakan APD saat bekerja terutama di tempat yang berbahaya, artinya karyawan menyadari akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dapat terlaksana dengan baik apabila ada dua arah antara pihak perusahaan dengan karyawan. Rataan skor sebesar 3,77 yang menunjukkan bahwa masukan-masukan yang disampaikan karyawan mengenai masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja sangat dibutuhkan oleh perusahaan. Rataan skor sebesar 3,80 menunjukkan bahwa keikutsertaan karyawan dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja sangat diharapkan oleh perusahaan. Berdasarkan hasil jawaban responden dari seluruh pernyataan pada tabel diperoleh total rataan skor sebesar 4,04 yang menunjukkan bahwa peningkatan kesadaran keselamatan dan kesehatan kerja di PT. CCBI Cibitung adalah baik.
Tabel 8. Hasil Jawaban Responden Mengenai Peningkatan Kesadaran K3 No Pernyataan SS (5) S (4) CS (3) TS (2) STS (1) Rataan Skor
1 Perusahaan memberikan perhatian yang besar terhadap masalah K3
16 9 3 2 0 4,30
2 Perusahaan menempatkan K3 sebagai prioritas utama dalam bekerja
8 17 2 3 0 4,00
3 Perusahaan sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja Anda
11 14 4 1 0 4,17
4 Penggunaan alat pelindung diri saat bekerja di tempat yang berbahaya
11 17 0 1 1 4,20
5 Perusahaan menginginkan masukan-masukan dari Anda terkait dengan masalah K3
9 11 5 4 1 3,77
6 Perusahaan menginginkan Anda ikut aktif dalam penerapan program K3 6 15 6 3 0 3,80 Total 4,04 Keterangan : SS : Sangat Setuju S : Setuju CS : Cukup Setuju TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
4.4.6. Gambaran Umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Secara umum keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di PT. CCBI Cibitung dikategorikan baik. Hal ini menunjukkan bahwa program keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan perusahaan dilaksanakan dengan baik oleh karyawan. Sebagian besar karyawan telah mengetahui pelatihan-pelatihan yang diadakan perusahaan dan merasakan manfaat dari pelatihan tersebut. Pelaksanaan publikasi keselamatan kerja dinilai cukup baik oleh karyawan. Pelaksanaan kontrol lingkungan kerja dinilai baik oleh karyawan, begitu pula dengan pelaksanaan pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran keselamatan
dan kesehatan kerja. Adanya program keselamatan dan kesehatan kerja membuat karyawan merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya.
4.5. Analisis Produktivitas Kerja
Produktivitas perusahaan ditentukan oleh produktivitas kerja karyawan. Apabila produktivitas kerja karyawan meningkat maka produktivitas perusahaan juga ikut meningkat. Produktivitas kerja karyawan dapat dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan yang meliputi enam faktor yaitu : kemauan kerja, kemampuan kerja, lingkungan kerja, kompensasi, jaminan sosial dan hubungan kerja.
4.5.1. Kemauan kerja
Kemauan kerja adalah dorongan yang ada dalam diri tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas kerjanya. Kemauan kerja dari seorang karyawan dapat dilihat dari besarnya kontribusi yang diberikan kepada perusahaan yaitu dengan bekerja sungguh-sungguh, adanya kesadaran dari dalam diri karyawan untuk mengikuti peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan mengikuti setiap kegiatan yang diadakan perusahaan. Rataan skor 4,11 menunjukkan bahwa kemauan kerja karyawan cukup besar. Artinya karyawan tidak akan bekerja tanpa adanya kemauan kerja yang kuat.
4.5.2. Kemampuan kerja
Pekerjaan yang dilakukan harus sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki karyawan. Produktivitas akan meningkat, bila karyawan mampu menjalankan pekerjaan dengan baik. Hal ini juga harus didukung oleh keterampilan kerja karyawan. Kemampuan kerja karyawan dapat dilihat dari datang ke tempat kerja tepat waktu dan menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu. Rataan skor sebesar 4,19 menunjukkan bahwa kemampuan kerja karyawan bagian produksi PT. CCBI Cibitung adalah baik.
4.5.3. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja mendukung pekerjaan yang dilakukan karyawan. Adanya tanda peringatan dan tanda bahaya di tempat kerja membuat karyawan bekerja dengan lebih berhati-hati karena lingkungan kerja yang aman dan sehat akan meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga produktivitas kerja karyawan meningkat. Rataan skor sebesar 4,30 menunjukkan bahwa lingkungan tempat karyawan bekerja cukup aman dan bersih.
4.5.4. Kompensasi
Kompensasi adalah sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa karyawan pada perusahaan. Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan perusahaan baik secara langsung (finansial) maupun tidak langsung (non-finansial). Gaji yang diterima sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan karyawan dan bonus yang diterima karyawan sebagai imbalan atas prestasi kerjanya akan meningkatkan motivasi karyawan untuk bekerja sehingga produktivitas kerja karyawan meningkat. Rataan skor sebesar 3,47 menunjukkan bahwa kompensasi yang diberikan perusahaan sudah baik dan memuaskan.
4.5.5. Jaminan sosial
Adanya jaminan sosial yang diberikan perusahaan membuat karyawan bekerja lebih produktif karena karyawan merasa perusahaan sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja. Seluruh karyawan bagian produksi PT. CCBI Cibitung mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja. Rataan skor sebesar 4,35 menunjukkan bahwa karyawan merasa puas atas jaminan sosial yang diberikan perusahaan.
4.5.6. Hubungan kerja
Hubungan kerja yang terjalin baik antara atasan, bawahan dan rekan kerja sangat penting untuk menciptakan situasi kerja yang nyaman. Hubungan kerja yang harmonis dapat dilihat dari kemampuan karyawan untuk bekerjasama dengan orang lain dan kemauan untuk bertanya serta meminta bantuan kepada rekan kerja. Rataan skor sebesar 4,30 menunjukkan hubungan yang terjalin antara
karyawan adalah baik. Hubungan yang terjalin baik tersebut membuat karyawan betah bekerja di perusahaan.
4.6. Analisis Hubungan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Produktivitas Kerja
Analisis hubungan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan produktivitas kerja karyawan dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Nilai korelasi positif (+) menunjukkan hubungan yang positif antara faktor-faktor K3 dengan produktivitas kerja karyawan sedangkan nilai korelasi negatif (-) menunjukkan hubungan yang berlawanan antara faktor-faktor K3 dengan produktivitas kerja karyawan. Pengujian dilakukan dengan tingkat signifikansi 0,01 (taraf kepercayaan 99%). Nilai peluang (P) merupakan nilai kesalahan yang mungkin terjadi. Nilai peluang yang semakin kecil dibandingkan nilai
α
(P <α
) menunjukkan hubungan yang semakin nyata antara faktor-faktor yang diuji. Apabila nilai probabilitas atau peluang <α
(P < 0,01) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata antara faktor-faktor K3 dengan produktivitas kerja karyawan. Sedangkan apabila nilai peluang >α
(P > 0,01) menunjukkan bahwa faktor yang diuji tidak memiliki hubungan yang signifikan pada taraf kepercayaan 99%. Apabila rs > tabel maka berdasarkan hipotesis penelitian H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya terdapat hubungan antara K3dengan produktivitas kerja karyawan. Sedangkan apabila rs < r tabel maka berdasarkan hipotesis penelitian H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak ada
hubungan antara K3 dengan produktivitas kerja karyawan.
Berdasarkan hasil uji korelasi tersebut, diketahui bahwa semua faktor K3 memiliki hubungan yang positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja karyawan dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif dengan tingkat kepercayaan 99%, db= 73, r tabel = 0,425. Dapat dilihat bahwa rs > r tabel maka berdasarkan hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya terdapat hubungan antara K3
dengan produktivitas kerja karyawan. Hubungan yang sangat nyata dapat dilihat dari nilai peluang <
α
(P < 0,01) dengan derajat keeratan hubungan berada pada kategori kuat (0,60<α
<0,80).Pelatihan keselamatan memiliki hubungan positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja karyawan, dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif yaitu sebesar 0,592. Hubungan yang sangat nyata dapat dilihat dari nilai peluang <
α
(P < 0,01) dengan derajat keeratan berada pada kategori kuat (0,50<α
<0,60). Pelatihan keselamatan yang diadakan perusahaan bertujuan untuk melatih karyawan dalam menghindari terjadinya kecelakaan kerja dan melindungi diri apabila terjadi kecelakaan kerja. Adanya pelatihan keselamatan membuat karyawan menjadi semakin terlatih dan terampil serta lebih berhati-hati dalam melakukan pekerjaannya.Publikasi keselamatan kerja merupakan ajakan untuk melaksanakan K3 melalui pemberian informasi-informasi dan pesan-pesan keselamatan kerja. Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman, publikasi keselamatan kerja memiliki hubungan positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja karyawan, dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif sebesar 0,755. Hubungan yang sangat nyata dapat dilihat dari nilai peluang <
α
(P < 0,01) dengan derajat keeratan hubungan kuat yaitu pada rentang (0,60<α<
0,80).Publikasi keselamatan kerja memiliki nilai korelasi yang paling rendah dari keempat faktor lainnya, hal ini dikarenakan publikasi yang dilakukan oleh perusahaan tidak efektif dapat dilihat dari gambar dan pesan-pesan keselamatan kerja yang kurang menarik dan penempatannya tidak strategis. Padahal adanya informasi-informasi dan pesan-pesan tentang keselamatan kerja di lingkungan kerja akan memotivasi karyawan untuk bekerja dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatannya.
Kontrol lingkungan kerja merupakan usaha perusahaan agar kondisi tempat kerja sesuai dengan standar keselamatan dan kesehatan karyawan. Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman, kontrol lingkungan kerja memiliki hubungan positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja karyawan, dapat dilihat dari nilai korelasi yang diperoleh positif sebesar 0,691. Hubungan yang sangat nyata dapat dilihat dari nilai peluang <
α
(P < 0,01) dan derajat keeratan hubungannya kuat (0,60<α
<0,80). Hal ini menunjukkan kontrol lingkungan kerja dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Lingkungan kerja yang aman,nyaman dan memadai akan mendukung pelaksanaan kerja karyawan serta menciptakan suasana kerja yang menyenangkan sehingga karyawan akan bekerja semakin produktif.
Pengawasan dan disiplin merupakan usaha untuk mengetahui seberapa besar ketaatan karyawan dalam mematuhi peraturan K3. Hubungan positif dan sangat nyata antara pengawasan dan disiplin dengan produktivitas kerja karyawan, dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif sebesar 0,872. Hubungan yang nyata dapat dilihat dari nilai peluang <
α
(P < 0,01) dan derajat keeratan hubungannya sangat kuat (0,80<α
<1,00). Pengawasan dan disiplin memiliki nilai korelasi yang paling tinggi dari keempat faktor yang lainnya, karena pada umumnya karyawan akan bekerja dengan baik atau dapat bekerja lebih baik lagi apabila diawasi.Kesadaran akan K3 merupakan hal yang harus dikembangkan dalam suatu perusahaan. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya. Peningkatan kesadaran K3 mempunyai hubungan yang positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja karyawan, ditunjukkan dengan nilai korelasi yang positif sebesar 0,700. Hubungan yang nyata dapat dilihat dari nilai peluang <