• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tradisi Pindah Rumah di Desa Sucen Jurutengah Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo (Kajian Folklor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tradisi Pindah Rumah di Desa Sucen Jurutengah Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo (Kajian Folklor)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 148

Tradisi Pindah Rumah di Desa Sucen Jurutengah Kecamatan Bayan

Kabupaten Purworejo (Kajian Folklor)

Oleh : Dwi Cahya Ratnaningsih

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Ratna7faynz@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendiskripsikan prosesi pindah rumah di Desa

Sucen Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, (2) Mendriskripsikan makna simbolis yang digunakan dalam tradisi pindah rumah di Desa Sucen Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo. Jenis penelitian ini mengunakan deskriptif kualitatif. Subyek penelitian adalah sesepuh desa dan warga desa Sucen Jurutengah. Objek penelitian adalah tradisi Pindah Rumah di desa Sucen Jurutengah Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo. Lokasi penelitian berada di Desa Sucen Jurutengah Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, teknik wawancara, teknik catatan lapangan, dan teknik dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif berpola etnografi. Hasil penelitan dapat disimpulkan yaitu (1) Prosesi tradisi pindah rumah di Desa Sucen Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo antara lain, tahap pra pelaksanakan meliputi : Syarat-syarat untuk pindah rumah atau boyongan antara lain: (a) Menentukan hari yang baik, (b) Persiapan sesaji yang akan digunakan ketika pindah rumah, (c) Persiapan barang-barang yang akan dibawa ketika pindah rumah. Tahap pelaksanaan yaitu, tradisi pindah rumah antara lain: (a) Sudah punya rumah baru yang akan ditempati, (b) ziarah ke makam leluhur atau simbah yang sudah meninggal, (c) Setelah ziarah pada malamnya di lakukan kendhuren dilanjutkan potong tumpeng dan makan tumpeng bersama. (2) umbarampe yang mempunyai makna sebagai berikut: (a) nasi tumpeng dan lauk pauk, (b) nasi golong, (c) ingkung ayam, (d) jajan pasar, (e) rujak dhegan, (f) gedhang raja, (g) jenang abang, (h) jenang putih, (i) godhong dadap srep (daun dadap srep), (j) kembang telon, (k) sekar setaman, (l) wedang kopi dan wedang teh, (m) kinang, (n) kendhi, (o) genuk, (p) tikar mendhong, (q) beras kapurata (beras kuning), (r) Telur ayam kampung, (s) Sapu regel, (t) rokok, (u) daun pandan.

Kata kunci : tradisi pindah rumah, boyongan Pendahuluan

Kebudayaan memiliki keanekaragaman dan ciri khas. Kebudayaan sering dilakukan dalam suatu kelompok masyarakat yang dapat mempengaruhi banyak orang karena kebudayaan sering dilakukan maka disebut dengan tradisi. Tradisi merupakan suatu kebiasaan sosial yang sering dilakukan pada suatu daerah atau kelompok tertentu. Tradisi biasanya rutin dilakukan dan waktunya sudah jelas atau pasti. Terkadang waktunya sudah ditentukan sebelum-sebelumnya. Tradisi ada dari masa lalu sampai sekarang yang diturunkan ke generasi secara turun temurun. Masyarakat Jawa mempercayai bahwa melestarikan tradisi itu perlu dan dengan cara ritual-ritual keagamaan agar nilai kearifan lokal daerah tetap ada. Kebudayaan Jawa pada dasarnya

(2)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 149

merupakan kebudayaan yang heterogen, maka kebiasaan dan tabiatnya juga beragam. Berbagai bentuk, ragam, corak dan jenis kebudayaan menjadi suatu fakta beragamnya kebudayaan Jawa. Segala macam kebudayaan yang berkembang di masyarakat sangatlah bervariasi, baik itu berupa benda, dongeng, ataupun takhayul-takhayul, dan semua itu adalah peninggalan dari nenek moyang. Kebudayaan menjadi ciri dan identitas dari segenap manusia yang berkumpul dan membentuk suatu komunitas yang dinamakan masyarakat. Berpijak dari sebuah identitas, maka akan membentuk suatu kebiasaan yang terbawa dan berkembang hingga saat ini juga.

Ada cara-cara atau mekanisme tertentu dalam tiap masyarakat untuk memaksa tiap warganya mempelajari kebudayaan yang didalamnya terkandung norma-norma serta nilai-nilai kehidupan yang berlaku dalam tata pergaulan masyarakat yang bersangkutan. Mematuhi norma serta menjunjung nilai-nilai itu penting bagi masyarakat demi kelestarian hidup bermasyarakat. Kebudayaan di suatu daerah memiliki ciri khas tersendiri sehingga dapat membedakanya dengan daerah lainnya. Hal ini mendorong setiap pendukungnya melestarikan dan mengembangkan tradisi yang ada didaerahnya, sehingga mewujudkan budaya yang beraneka ragam.

Upacara dan tata cara mengagungkan Tuhan dan roh leluhur banyak ragamnya, kesemuanya itu berhubungan dengan peristiwa kematian, pernikahan, sunatan, membangun rumah, pindah rumah sampai pada selamatan yang berhubungan dengan hasil bumi. Tradisi selamatan ini terus dilestarikan khusunya dipulau Jawa yang di kenal adanya slametan yang pindah rumah atau yang disebut

boyongan atau misah. Menurut Purwadi (2005: 22) Slametan adalah upacara sedekah

makanan dan doa bersama yang bertujuan untuk memohon keselamatan dan ketentraman untuk ahli keluarga yang menyelenggarakan.

Peneliti tertarik mengambil judul ” Pindah Rumah di Desa Sucen Jurutengah

Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo (Kajian Folklor)”. Penelitian ini dimaksudkan

untuk mendeskripsikan prosesi dan makna-makna simbolis yang terkandung dalam

ubarampe yang digunakan dalam upacara tradisi pindah rumah. Warga Desa Sucen

jurutengah masih melaksanakan tradisi ini sampai sekarang karena tradisi ini merupakan warisan dari leluhur yang harus dilestarikan. Apabila warga Desa Sucen

(3)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 150

Jurutengah yang akan melakukan pindah rumah meninggalkan tradisi ini, mereka takut akan datang bencana yang melanda. Bagi masyarakat Desa Sucen juru tengah, pindah

rumah dimaksudkan sebagai ucapan terima kasih kepada leluhur atau nenek moyang

yang selalu menjaga kelestarian lingkungan desa. Selain itu juga dimaksudkan sebagai

slametan atau ungkapan rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberi keselamatan.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2011: 5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dalam metode penelitian kualitatif metode yang biasanya dimaanfatkan adalah wawancara, catatan lapangan, dan pemanfaatan dokumen. Setting penelitian Desa Sucen Jurutengah. Pemilihan setting, paling tidak menggunakan dua kriteria, yaitu menguntungkan atau tidak tempat yang dipilih untuk pengambilan data yang lengkap dan apakah orang-orang yang ada di tempat itu benar-benar siap dan respek dijadiakan subyek penelitian, Endraswara (2012: 204). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dan data primer, Siswantoro (2014:70). Data dalam penelitian ini meliputi kata-kata atau tindakan, dokumentasi, hasil catatan observasi dan catatan lapangan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini berupa metode observasi, metode wawancara, metode catatan, dan metode penggunaan dokumen. Teknik pemeriksaan keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi dengan sumber, penelitian membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melaui waktu dan alat yang berbeda. Teknik analisi data yang digunakan adalah analisi kualitatif dengan pola etnografi. Etnografi adalah penelitian uantuk mendriskripsikan kebudayaan sebagaimana adanya Endraswara (2010: 50).

(4)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 151

Hasil Penelitian

Hasil penelitian dalam Tradisi Pindah Rumah di Desa Sucen Jurutengah Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo berupa Prosesi Upacara Tradisi Pindah Rumah di Desa Sucen Jurutengah Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo dan Makna Simbolis yang terkandung dalam Umbarampe Tradisi Pindah Rumah di Desa Sucen Jurutengah Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo.

1. Prosesi pelaksanaan tradisi Pindah Rumah di Desa Sucen Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo antara lain:

a. Tahap pra pelaksanakan meliputi :

Syarat-syarat untuk pindah rumah atau boyongan.

Sebelum melaksanakan pindah rumah menurut tradisi adat istiadat di Desa Sucen Jurutengah, yang sudah diyakini secara turun temurun sampai sekarang. Bahwa tradisi pindah rumah tersebut sudah menjadi budaya yang tidak bisa ditinggalkan di Desa Sucen Jurutengah. Tradisi adat istiadat tradisi

pindah rumah di Desa Sucen Jurutengah harus memenuhi syarat-syarat yang

harus dilakukan. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk pindah rumah atau boyongan yaitu menentukan hari dan bulan yang baik, supaya selamat dan diberikan kemurahan rejeki. Pada hari dan bulan yang telah dipilih yakni dina

ahad (hari minggu) dan bulan Syawal (sasi sawal) dalam penanggalan

Jawa-Islam. Untuk menghindari naga bumi dan hitungan naga dina, atau bertepatan dengan tanggal 12 November 2015. Karena di bulan syawal hari ahad naga

bumi disebelah utara, sedangkan pelaksanakan pindah rumah yang di tuju

kearah timur maka akan terhindar dari mara bahaya. Persiapan sesaji yang digunakan ketika pindah rumah atau boyongan yaitu tumpeng, jajan pasar, ayam ingkung dan sebagainya sesuai adat istiadat yang ada di Desa Sucen Jurutengah.

b. Tahap pelaksanaan yaitu,

Tradisi Pindah Rumah atau Boyongan a) Rumah baru yang siap ditempati

(5)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 152

Sebelum prosesi pindah rumah di Desa Sucen Jurutengah, rumah yang akan ditempati harus sudah disiapkan terlebih dahulu. Tradisi ini dilaksanakan pada siang hari, tradisi pindah rumah dilaksanakan dirumah orang yang akan melakukan pindah rumah atau boyongan.

b) Ziarah ke makam leluhur atau simbah yang sudah meninggal

Ziarah merupakan salah satu bentuk permohonan kepada Allah Swt

agar semua keluarga yang akan melakukan pindah rumah senantiasa diberi keselamatan, kemurahan rejeki, keberkahan dalam hidup, serta untuk membuat keluarga senantiasa selalu ingat kepada Allah SWT. Selain itu juga untuk mendoakan orang yang sudah meninggal dan mengingatkan kepada kita manusia yang masih hidup bahwa kematian pasti akan datang.

c) Kendhuren

Pembukaan dari rangkaian prosesi upacara tradisi pindah rumah di desa Sucen Jurutengah dimulai dengan Kendhuren. Kendhuren merupakan tahap ke tiga dari pelaksanaan tradisi pindah rumah. Tradisi ini dilakukan pada malam hari setelah Shalat Isya’ dan dilaksanakan sebelum pelaksanaan tradisi pindah rumah tesebut dilaksanakan. Selesai kendhuren dialnjutkan makan tumpeng bersama.

(6)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 153

2. Makna simbolik sesaji dalam upacara Tradisi Pindah Rumah di Desa Sucen Jurutengah Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo.

Media di atas umberanpe dalam tradisi pindah rumah di Desa Sucen Jurutengah

a. Nasi Tumpeng Melambangkan hubungan manusia dengan

Tuhan.

b. Ingkung ayam Simbol tunduk, bakti dan kepasrahan kepada Allah Swt.

c. Jenang abang dan jenang putih

Jenang abang memiliki makna bahwa manusia

lahir pasti memilki ibu yang harus dihormati dan hargai. Sedangkan jenang putih memiliki makna bahwa kita lahir kedua pasti memiliki ayah yang kita hormati dan hargai.

d. Kembang Telon Melambangkan tiga makna menjadi satu atau

tri tunggal dalam arti rasa, jiwa dan karsa.

e. Jajan pasar a. Memberi bekti (bakti) 4 arah : barat, timur, p a b c d e f g h i j k l m n o q r t s u

(7)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 154

selatan dan utara dengan tujuan agar

memberikan perlindungan atau

keselamatan kepada kita.

b. Memberikan bekti kepada upacara : tahun, sasi, windu supaya diminta untuk perlindungannya.

f. Kendhi Kesucian yang ada di dalam air melambangkan supaya hatinya suci, serta dalam rumah tangganya adhem, dan ayem.

g. Lampu teplok Melambangkan setiap ada permasalahan selalu mudah untuk mencari jalan keluar.

h. Klasa mendhong (tikar mendhong)

Maknanya agar nyaman saat tidur atau beristirahat.

i. Sekar setaman (bunga setaman)

Bunga memiliki aroma yakni, keharuman diri manusia artinya manusia harus menjaga keharuman namanya agar tidak tercemar hal-hal negatif.

j. Gedhang raja (pisang Raja) Maknanya untuk menghormati para Nabi atau Rosul yang diutus oleh Allah Swt.

k. Wedang kopi dan wedang teh

Memiliki makna elemen air merupakan salah satu kebutuhan manusia dan menjadi lambang persaudaraan bila ada perkumpulan atau pertemuan.

l. Genuk Maknanya untuk menampung beras agar tidak

kekurangan rejeki.

(8)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 155

n. Beras Kapurata (beras kapurata)

Melambangkan keheningan hati biar hati dan pikiran tentrem.

o. Nasi golong (sega golong) Melambangkan kebulatan tekad yang manungal atau gilig.

p. Rujak dhegan Diberikan kepada yang menjaga sumber air yang ada di dalam laut suapaya air itu bisa memberikan kehidupan kepada manusia.

q. Godhong dhadhap Srep (daun dhadhap Srep)

Mempunyai makna apabila manusia selalu bersikap dan berfikiran dengan baik dan senantiasa diberi kemurahan pintu rejeki. r. Kinang Terdiri dari gambir dan godhong suruh (daun

sirih), gambir maknanya agar sejahtera sedangkan daun suruh maknanya dalam sesuatu hal dapat terwujud.

s. Telur ayam kampung Lambang dari wiji jadi (benih) terjadinya manusia.

t Rokok menyan Asap rokok melambangkan untuk

menyampaikan satu permintaan kepada Allah. u. Daun pandhan Melambangkan keharuman rumah tangga.

Berdasarkan media pada umberampe tradisi pindah rumah memiliki makna yang ada dalam masing- masing umberampe tersebut. Setiap umberampe memiliki makna yang berbeda-beda.

Simpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap Tradisi

Pindah Rumah di Desa Sucen Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo,

(9)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 156

1. Prosesi pelaksanaan tradisi Pindah Rumah di Desa Sucen Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo antara lain:

a. Tahap pra pelaksanakan meliputi :

Syarat-syarat untuk pindah rumah atau boyongan

1) Menentukan hari yang baik, supaya selamat dan diberikan kemurahan rejeki.

2) Persiapan sesaji yang akan digunakan ketika pindah rumah.

3) Persiapan barang-barang yang akan dibawa ketika pindah rumah atau boyongan

b. Tahap pelaksanaan yaitu,

Tradisi Pindah Rumah atau Boyongan

1) Sudah punya rumah baru yang akan ditempati

2) Sebelum memasuki rumah dilakukan ziarah ke makam leluhur atau simbah yang sudah meninggal.

3) Setelah ziarah pada malamnya di lakukan kendhuren dengan tujuan meminta keselamatan sekeluarga dan dilanjutkan makan tumpeng bersama.

2. Makna simbolik sesaji dalam upacara Tradisi Pindah Rumah di Desa Sucen Jurutengah Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo

a. Nasi Tumpeng Melambangkan hubungan manusia dengan Tuhan

b. Nasi golong (sega golong) Melambangkan kebulatan tekad yang manungal atau gilig.

c. Ingkung ayam melambangkan Simbol tunduk, bakti dan kepasrahan kepada Allah Swt

d. Jajan pasar melambangkan memberi bekti (bakti) 4 arah : barat, timur, selatan dan utara dengan tujuan agar memberikan perlindungan atau keselamatan kepada kita.

e. Rujak dhegan melambangkan diberikan kepada yang menjaga sumber air yang ada di dalam laut suapaya air itu bisa memberikan kehidupan kepada manusia.

(10)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 157

f. Gedhang raja (pisang Raja) Maknanya untuk menghormati para Nabi atau Rosul yang diutus oleh Allah Swt

g. Jenang abang dan jenang putih maknanya Jenang abang memiliki makna bahwa manusia lahir pasti memilki ibu yang harus dihormati dan hargai. Sedangkan jenang putih memiliki makna bahwa kita lahir kedua pasti memiliki ayah yang kita hormati dan harga.

h. Godhong dhadhap Srep (daun dhadhap Srep) Mempunyai makna apabila manusia selalu bersikap dan berfikiran dengan baik dan senantiasa diberi kemurahan pintu rejeki.

i. Kembang Telon Melambangkan tiga makna menjadi satu atau tri tunggal dalam arti rasa, jiwa dan karsa.

j. Sekar setaman (bunga setaman) terdiri dari rangkaian bunga antara lain mawar dan kenanga kemudian bunga ini di taruh di atas piring. Bunga memiliki aroma wangi yakni, keharuman diri manusia. Artinya manusia harus menjaga keharuman namanya agar tidak terpengaruh oleh hal-hal negatif.

k. Wedang atau minuman sebagai alat vital dalam interaksi di semua belahan masyarakat. Wedang atau minuman merupakan simbol keakraban, keluwesan, dan keharmonisan.

l. Kinang terdiri dari tembakau, gambir, daun sirih lan enjet. Tembakau dan gambir maknanya agar sejahtera hidupnya ayem tentrem sedangkan daun sirih maknanya dalam sesuatu hal dapat terwujud. Dalam sebuah keluarga harus ada kesejahteraan dan apa yang diimpikan dalam keluarga tersebut dapat terwujud.

m. Kendhi terbuat dari tanah liat yang dibentuk sedemikian rupa lalu dibakar menggunakn kayu agar menghasilkan warna kecoklatan. Kendhi biasanya diletakkan di atas piring dan di dalamnya diberi air.

(11)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 158

Daftar Pustaka

Endrasawara, Suwardi. 2010. Folklor Jawa Macam Bentuk dan Nilainya. Yogyakarta: Penaku.

Endraswara, Suwardi. 2012. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Purwadi, 2005. Upacara Tradisional Jawa, Yogyakarta: Pura Pustaka. Siswantoro. 2014. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Tradisi Jumat Pahing yang dilaksanakan di Desa Purworejo Kecamatan Suruh merupakan tradisi yang diadakan setiap 35 hari sekali yang merupakan upaya tolak balak agar terhindar

(b)fungsi ritual yang ada dalam tradisi nglamar mayit adalah masyarakat masih bisa mengungkapkan harapan-harapan mereka melalui penyelenggaraan tradisi ini, (d)

Berikut simpulan mengenai upacara nyadran di Desa Semagung, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo: 1) Asal- usul upacara nyadran di Desa Semagung dahulunya

Besarnya rata-rata biaya total yang digunakan oleh 72 responden pemilik usaha industri rumah tangga gula semut organik di desa Hargorojo kecamatan Bagelen kabupaten Purworejo,

Seperti halnya dikalangan masyarakat Islam bugis kecamatan balusu kabupaten barru terdapat beberapa tradisi dalam prosesi pernikahan salah satunya tradisi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Prosesi-presi pelaksanaan tradisi Pamose ini terdiri dari tiga proses tradisi, yaitu Magora’, Magane’ dan Pamose dalam

Skripsi yang ditulis oleh Chatma Fauyiyan Rohma dengan judul “Peran Jaringan Sosial Dalam Pelaksanaan Tradisi Jolenan Pada Masyarakat Desa Somongari Kecamatan

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah Tingkat Persentase instalasi listrik rumah tangga di Desa Purworejo Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya di atas