NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAMTRADISISADRANAN DI GUNUNG BALAK
DESALOSARIKECAMATAN PAKIS
KABUPATENMAGELANG
SKRIPSI
Diajukanuntukmemperolehgelar
SarjanaPendidikan (S.Pd.)
Oleh:
IIK ZULAEKAH
111 12145
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
MOTTO
“If you can dream it, you can do it”
(Walt Disney)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat Allah yang Maha Kuasa,
penulisan skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Kedua orangtuaku, Bapak Supandi dan Ibu Nurtati S.Pd.i , yang telah
mendidik serta membesarkan penulis dan selalu memberikan doa tanpa
henti untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari .
Saudara-saudaraku tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan
motivasi.
Sahabat-sahabatku seperjuangan yang selalu saling memberikan dukungan
semangat dan doa: Ambar, Vika, Annisa, Ariyani, Dewi, Sayidatul dan
masih banyak lagi yang tidak bisa di sebutkan satu persatu.
Adek-adek kos : Anggun, Rani, Tesa, Fatin, Maya, Latifah, Hani, fifah,
Rahma, Bina, Eka yang selalu memberikan dukungan.
Keluarga besar PAI 2012 yang sedang berjuang bersama.
Dan semua pihak yang membantu dalam terselesaikannya skripsi ini serta
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum wr.wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua. Sehingga penulis bisa menjalani
kehidupan ini sesuai dengan ridho-Nya. Sholawat dan salam semoga tercurahkan
kepada nabi besar kita Nabi Muhammad SAW. Atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi hasil analisis ini yang berjudul
“Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sadranan di Gunung Balak Desa
Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang ” sesuai dengan rencana.
Selanjutnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu pembuatan skripsi ini, kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
IAIN Salatiga yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian dan
kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Rasimin S.Pd.I.,M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibuku tercinta yang telah mencurahkan kasih sayang, doa dan
dukungan demi keberhasilan penulis.
7. Teman-teman seperjuangan PAI 2012, yang telah berjuang bersama.
8. Sahabat-sahabat dan teman-temanku yang tidak bisa di sebutkan satu persatu.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Atas jasa mereka penulis hanya dapat memohon doa semoga amal mereka
mendapatkan balasan yang lebih serta mendapatkan kesuksesan baik di dunia dan
di akhirat.
Semoga skripsi ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas bagi kita
semua dan dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada para pembaca khususnya
para mahasiswa-mahasiswi IAIN Salatiga. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.
Wassalammu’alaikum wr.wb.
Salatiga,16 Maret 2017
Penulis
ABSTRAK
Zulaekah, Iik. 2017. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sadranan di
Gunung Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang.
Skripsi Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Rasimin, S.Pd.I., M.Pd.
Kata Kunci : Nilai-Nilai Pendidikan Islam, Tradisi Sadranan
Penelitian ini membahas tentang Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sadranan yang meliputi: 1) Bagaimana prosesi tradisi sadranan di Gunung Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang. 2) Bagaimana peran educatif tradisi sadranan dalam pendidikan Islam. 3) Apa saja nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi sadranan.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian Kualitatif, dengan pendekatan deskriptif. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, metode wawancara, metode dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu melakukan reduksi data, penyajian data dan verifikasi data serta menarik kesimpulan.
Hasil Penelitian ini adalah:1) Prosesi tradisi sadranan di Gunung Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang yaitu: Rapat, pengajian,
1. JenisdanPendekatanPenelitian ... 7
4. Sarana dan Prasarana Desa ... 35
5. Kesehatan Masyarakat ... 37
6. Kelembagaan Desa ... 37
7. Sosial Budaya ... 39
B. Temuan Penelitian ... 41
1. Prosesi Sadranan ... 41
2. Peran Educatif Tradisi Sadranan ... 46
3. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sadranan ... 47
BAB IV PEMBAHASAN ... 47
A. Prosesi Tradisi Sadranan ... 47
B. Peran Educatif Tradisi Sadranan dalam Pendidikan Islam ... 51
C. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sadranan ... 52
BAB V PENUTUP... 55
A. Kesimpulan ... 55
B. Saran-saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1JumlahPendudukLosariBerdasarkanDusun ... 30
Tabel 3.2JumlahPendudukLosariBerdasarkan Tingkat pendidikan... 31
Tabel 3.3JumlahPendudukLosariBerdasarkan Mata Pencaharian ... 32
Tabel 3.4 JumlahpendudukLosariBerdasarkan Agama ... 33
Tabel 3.5 JumlahpendudukLosariBerdasarkanRtdanRw ... 34
Tabel 3.6 PenggunaanLahanDesaLosari ... 34
Tabel 3.7 JumlahTempatIbadah di DesaLosari ... 35
Tabel 3.8 JumlahSaranaPendidikan di Losari ... 36
Tabel 3.9 JumlahOrganisaniBidangPertanian ... 37
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai
suku bangsa tentunya kaya akan tradisi dan budaya yang berbeda satu
dengan yang lainya. Situasi dan kondisi lingkungan tempat dimana mereka
tinggal mempunyai andil yang cukup besar di dalam melahirkan ide-ide
dalam proses penciptaan suatu kebudayaan dan tradisi.
Suatu tradisi biasanya mengandung unsur serangkaian kebiasaan dan
nilai-nilai yang dapat kita jadikan sebagai pembelajaran dan pengetahuan.
Sedangkan nilai merupakan rujukan dan keyakinan dalam menentukan
pilihan. Hakikat makna nilai adalah berupa norma, etika, peraturan,
undang-undang, adat kebiasaan, aturan agama dan rujukan lainya yang
memiliki harga dan dirasakan berharga bagi seseorang dalam menjalani
kehidupanya (Bayu, 2015:1).
Tradisi juga dapat memberikan efek kbiasaan yang baik dan
biasanya berlangsung dari satu generasi ke generasi berikutnya. Nilai-nilai
yang diwariskan biasanya berupa nilai-nilai yang oleh masyarakat masih
dianggap baik dan relevan dengan kebutuhan kelompok atau masyarakat.
Dalam suatu tradisi selalu ada hubunganya dengann upacara tradisional
semacam itu dipandang sebagian masyarakat sebagai usaha untuk
mengenang atau menghormati arwah para leluhur yang sudah mewariskan
sebuah tradisi kepadanya, namun sekarang ini banyak yang salah
mengartikan upacara atau rangkaian acara dalam sebuah tradisi dengan
berpendapat bahwa hal-hal tersebut tidak perlu dilakukan. Akan tetapi,
masih banyak yang mempertahankanya karena mereka berpendapat bahwa
hal tersebut mengandung maksud arti pendidikan, karena pendidikan
merupakan latihan mental, moral dan fisik yang menghasilkan manusia
berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung
jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah, maka pendidikan berarti
menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan tanggung
jawab (Bayu, 2015:1).
Seperti halnya dalam masyarakat jawa masih banyak
mempertahankan berbagai tradisi. Dari serangkaian tradisi itu terdapat
banyak tradisi yang erat kaitanya dengan ritual-ritual keagamaan, terutama
pada agama islam. Karena agama islam sudah menjadi mayoritas di tanah
Jawa dan apabila dilihat dari segi sejarah memang proses penyebaran
agama islam tidak lepas dari pendekatan melalui tradisi yang ada,
sehingga agama islam lebih mudah diterima oleh masyarakat Jawa, oleh
sebab itu kebanyakan dari masyarakat Islam jawa masih memegang teguh
tradisi peninggalan dari nenek moyangnya yang dianggap tidak
Di Jawa Tengah khususnya di Gunung Balak Kecamatan Pakis
Kabupaten Magelang terdapat beragam tradisi, salah satunya adalah
Tradisi Sadranan atau Nyadran. Sadranan menjadi rutinitas sebagian besar
masyarakat setiap tahun pada bulan dan hari yang telah ditentukan.
Upacara ini merupakan bentuk penghormatan kepada para leluhur dan bisa
juga menjadi bentuk syukuran masal. Di beberapa wilayah Jawa Tengah,
sadranan biasanya dilakukan saat menjelang puasa (Sya‟ban), sedangkan
di Pakis Magelang, sadranan dilaksanakan di Gunung Balak pada bulan
Suro. Dengan dilestarikanya tradisi ini dapat dijadikan sebagai wadah
untuk lebih mempererat tali persaudaraan antar warga.
Berkaitan uraian diatas, penulis sangat tertarik untuk melakukan
penelitian tentang: Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sadranan di
Gunung Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang.
B. Rumusan Masalah
Tradisi merupakan peninggalan nenek moyang yang harus kita
lestarikan, akan tetapi tentunya sebagai umat beragama islam kita wajib
melestarikan tradisi tersebut dengan tidak bertentangan pada Al-Qur‟an
dan Hadist. Beberapa permasalahan dapat dirinci dari problem pokok
tersebut yaitu:
1. Bagaimana prosesi tradisi sadranan di Gunung Balak, Desa Losari,
2. Bagaimana peran educatif tradisi sadranan dalam pendidikan Islam di
Gunung Balak, Desa Losari, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang?
3. Apa saja nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam tradisi
sadranan di Gunung Balak, Desa Losari, Kecamatan Pakis, Kabupaten
Magelang?
C. Tujuan Penelitian
Didalam suatu penelitian selalu memiliki tujuan, adapun tujuan
dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui prosesi tradisi sadranan di Gunung Balak, Desa
Losari Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang.
2. Untuk mengetahui peran educatif yang terdapat dalam tradisi sadranan
di Gunung Balak, Desa Losari, Kecamatan Pakis, Kabupaten
Magelang.
3. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam
tradisi sadranan di Gunung Balak, Desa Losari, Kecamatan Pakis,
Kabupaten Magelang.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberi informasi yang jelas
tentang ada tidaknya nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam
tradisi sadranan di Gunung Balak. Dari informasi tersebut dapat
1. Manfaat Teoritis, diharapkan dapat memberikan pemikiran bagi
masyarakat agar dapat memperkaya hasanah pendidikan yang
diperoleh dari penelitian lapangan ini.
2. Manfaat Praktis, diharapkan masyarakat dapat memperoleh
pemahaman tentang arti atau makna yang terkandung dalam setiap
prosesi tradisi sadranan sehingga dapat membangkitkan sikap atau
perilaku positif dari nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung
dalam tradisi sadranan tersebut.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari adanya salah pengertian dalam memahami judul
penelitian diatas, maka penulis akan menjelaskan arti istilah-istilah
tersebut sebagai berikit:
1. Nilai
Nilai menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu
konsep abstrak mengenai masalah dasar yang sangat penting dan
bernilai di kehidupan manusia atau sebuah konsep mengenai
penghargaan tinggi yang diberikan oleh warga masyarakat kepada
beberapa masalah pokok dikehidupan keagamaan yang bersifat suci
sehingga menjadi pedoman bagi tingkah laku keagamaan warga
masyarakat bersangkutan (TPKBBI,2008:615).
Menurut Sulaeman (1995:19) nilai adalah sesuatu yang
yang baik atau buruk sebagai abstraksi, pandangan, atau maksud dari
berbagai pengalaman dengan seleksi perilaku yang ketat.
2. Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan
mengembangkan fitroh manusia serta sumber daya insani yang ada
padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai
dengan norma dan ajaran islam (Materi Ujian Komprehensif Lisan:9).
Definisi pendidikan islam yang diungkapkan oleh Ahmad Tafsir
(2007:24) yaitu, “secara sederhana kata Islam dalam pendidikan Islam
menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang
berwarna Islam, pendidikan yang Islami yaitu pendidikan yang
berdasarkan Islam”.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpukan bahwa
nilai-nilai pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat
dalam pendidikan Islam yang digunakan manusia sebagai dasar untuk
mengabdi pada Allah SWT
3. Tradisi Sadranan
Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun dari nenek moyang
yang masih dijalankan dalam masyarakat (TPKBBI, 2008:959)
Tradisi adalah peristiwa budaya yang merupakan warisan dari
para pendahulu kita yang telah mewariskan nilai budaya yang tinggii
sehingga menjadikan identitas yang kuat serta mengakar dikalangan
Sadranan berasal dari bahasa sansekerta, sraddha yang artinya
keyakinan. Sadranan merupakan suatu rangkaian budaya yang berupa
pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan puncaknya berupa
kenduri selamatan (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Nyadran diakses
pada Rabu, 2 november2016, pukul 13:45 WIB).
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode kualitatif
dipandang sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku ini dapat diamati terhadap fakta-fakta yang ada saat sekarang
dan melaporkanya seperti apa yang akan terjadi. Menurut sifatnya data
kualitatif adalah data yang tak berbentuk bilangan (Hasan, 2003:32),
data kualitatif yaitu semua bahan, keterangan, dan fakta-fakta yang
tidak dapat dihitung dan diukur secara sistematis karena berwujud
keterangan verbal (kalimat dan kata) serta lebih bersifat proses.
2. Kehadiran Peneliti
Sesuai dengan pendekatan kualitatif, maka semua fakta berupa
kata-kata maupun tulisan dari sumber data manusia yang telah diamati
dan dokumen yang terkait disajikan dan digambarkan apa adanya
kehadiran peneliti di lapangan sangat penting sekali untuk bertindak
langsung sebagai instrument dan sebagai pengumpul data dari hasil
observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian.
3. Objek penelitian
kualitatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dokumen yang
berisi nilai-nilai pendidikan islam dan tradisi sadranan. Penulisan ini
menggunakan metode bercerita secara nyata tentang keadaan yang
diteliti. Penulis juga mengemukakan landasan-landasan atau teori-teori
secara literatur yang ada hubunganya dengan obyek yang diteliti dalam
laporan penelitian ini. Berbagai informasi dari tokoh masyarakat dan
hasil laporan penelitian dapat berupa kutipan-kutipan atau gambar
merupakan data yang dikumpulkan dan dianalisis. Oleh sebab itu, data
yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Sumber data
primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara. Data
sekunder yaitu data yang diperoleh melalui pihak kedua, baik berupa
5. Metode Pengumpulan Data
Kebenaran dalam penelitian ini dapat diterima apabila ada
bukti-bukti yang nyata dengan prosedur-prosedur yang jelas dan sistematis
serta dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Adapun penelitian
ini menggunakan beberapa metode antara lain:
a. Metode Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke dalam
objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang telah
dilakukan. (Sudaryono, 2013:38)Metode ini digunakan untuk
menemukan hasil dari pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek, yakni dengan
menyaksikan dan terlibat secara langsung dalam prosesi upacara
tradisi sadranan di Gunung Balak Kecamatan pakis Kabupaten
Magelang.
b. Metode Wawancara
Wawancara adalah suatu alat pengumpulan data yang
digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya
(Sudaryono, 2013:35).Metode ini digunakan untuk mengumpulkan
data yang penulis tanya jawabkan kepada tokoh masyarakat dan
untuk mengetahui bagaimana tata cara tradisi sadranan dilakukan
serta tujuan dari nilai-nilai pendidikan islam tersebut.
Dalam memperluas pengumpulan data metode dokumentasi
sangat dibutuhkan. Jadi,metode ini adalah cara pengumpulan data
langsung dari tempat penelitian, buku-buku yang relevan, laporan
kegiatan, foto-foto, film documenter dan data yang relevan
(Sudaryono,2013:41).
Metode tersebut digunakan untuk mengumpulkan data-data
yang diperlukan melalui dokumen-dokumen yang berupa foto,
gambar, dan bukti-bukti tertulis lainya, yang dapat mendukung
dan membantu penelitian tersebut agar lebih valid.
6. Analisis Data
Tahap analisis data meliputi analisis data baik yang diperoleh
melalui observasi, dokumentasi, maupun wawancara mendalam
dengan masyarakat desa Pakis. Kemudian dilakukan penafsiran data
sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya
melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber
data yang didapat dari metode perolehan datasehingga data
benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data
yang merupakan proses penentuandalam memahami konteks penelitian
yang sedang diteliti. Sehingga “ proses analisis dapat dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari
wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan
sebagainya” (Moelong, 2002:190).Kegiatan-kegiatan analisis selama
penulis mengumpulkan data meliputi:
a. Menetapkan fokus penelitian
b. Penyusunan temuan-temuan sementara berdasarkan data yang
telah terkumpul
c. Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan
temuan-temuan data sebelumnya
d. Pengembangan pertanyaan-pertanyaan dalam rangka
pengumpulan data berikutnya.
e. Penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data berikutnya
Setelah data terkumpul maka selanjutnya adalah tahap
mengenalisis data, sebagai tahap akhir suatu penelitian maka penulis
menggunakan metode deskriptif yaitu dengan cara data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, hal ini
disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Teknik analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model reduksi
data, penyajian data serta menarik kesimpulan (Milles, 1992:16).
G. Sistematika Penulisan
Bab IPendahuluan. Pada bab I memuat tentang pembahasan yang
terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
Kegunaan Penelitian, penegasan Istilah, Selain itu peneliti juga
Subyek penelitian, Metode Pengumpulan Data, Metode Analisis Data serta
Sistematika Penulisan.
Bab IIKajian Pustaka. Pada bab ini berisikan kajian pustaka, yang
memuat teori-teori yang berkaitan dengan judul skripsi yang meliputi,
pengertiantradisi, tradisi Jawa dan perkembangan, Islam dan tradisi
sadranan, akulturasinilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi sadranan
serta nilai-nilai pendidikan Islam.
Bab III Paparan Data dan Temuan Penelitian. Pada bab ini berisi
tentanggambaran umum Desa Losari yang meliputi kondisi
geografis,demografis kependudukan, pola penggunaan tanah, sarana dan
prasarana desa, kesehatan masyarakat, kelembagaan desa, sosial
budaya,temuan penelitian yang meliputi, sejarah tradisi sadranan, waktu
dan tempat upacara sadranan, pelaksanaan sadranan, makna yang
terkandung dalam tradisi sadranan, nilai-nilai pendidikan Islam dalam
tradisi sadranan dan upaya pelestarian sadranan.
Bab IV Pembahasan. Pada bab ini menguraikan tentangprosesi
tradisi sadranan, peran educatif tradisi sadranan dalam pendidikan Islam,
dannilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi sadranan.
Bab VPenutup. Pada bab ini akan disampaikan tentang Kesimpulan
dan saran. Diakhiri dengan daftar pustaka, serta lampiran-lampiran yang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tradisi Sadranan
1. Pengertian Tradisi Sadranan
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita mendengar istilah
“Tradisi” seperti ungkapan tradisi jawa, tradisi kraton, tradisi
pesantren dan lain-lain. Tetapi istilah tradisi biasanya secara umum
dimaksudkan untuk menunjuk kepada suatu nilai, norma, dan adat
kebiasaan yang berbau lama, dan yang lama tersebut hingga kini masih
diterima, diikuti bahkan dipertahankan oleh masyarakat tertentu.(Imam
Bawani, 1993:23).Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun dari
nenek moyang yang masih dijalankan dalam masyarakat (TPKBBI,
2008:959)
Tradisi adalah peristiwa budaya yang merupakan warisan dari
para pendahulu kita yang telah mewariskan nilai budaya yang tinggii
sehingga menjadikan identitas yang kuat serta mengakar dikalangan
masyarakat (Purwadi,2007:546)
Tradisi rupanya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan, bahkan ia
dapat menjadi demikian penting bagi masyarakat karena memberikan
banyak makna bagi mereka. Sebuah masyarakat tidak akan
mempertahankan dan mewariskan tradisi kecuali mereka meyakini
makna bagi mereka. Masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Islam
hingga sekarang ada yang masih belum bisa meninggalkan tradisi dan
budaya jawanya.
Salah satu tradisi Jawa yang berkembang pada saat itu adalah
tradisi nyadran. Tradisi nyadran atau sadranan merupakan kegiatan
tahunan yang dilakukan masyarakat jawa. Pada mulanya sadranan
berasal dari tradisi Hindu-Budha. Sejak abad ke -15 para walisongo
dalam menyebarkan agama Islam menggunakan pendekatan tasawuf
(mistik Islam) dengan menggabungkan tradisi tersebut dengan
dakwahnya agar agama Islam dengan mudah diterima oleh
masyarakat. Pada awalnya para wali berusaha meluruskan
kepercayaan yang ada pada masyarakat jawa saat itu tentang
pemujaan roh yang dalam agama islam dinilai musyrik. Agar tidak
berbenturan dengan tradisi Jawa saat itu maka para wali tidak
menghapuskan tradisi tersebut, melainkan menyelaraskan dan
mengisinya dengan ajaran Islam, yaitu dengan pembacaan ayat
Al-Qur‟an, tahlil, dan do‟a. Sadranan dipahami sebagai bentuk hubungan
antara leluhur dengan sesama manusia dengan Tuhan.
(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Nyadran diakses pada selasa, 20
Desember pukul 16:42 WIB).
Sadranan secara umum merupakan bentuk ritual melalui do‟a
dan sedekahan (ube rampe makanan), yang dimaksudkan untuk
pelaksanaan sadranan bervariasi tiap daerah. Ada yang bulan
Muharram (Suro), Safar, dan yang paling banyak dilakukan adalah
bulan Sya‟ban (Ruwah). Dengan mendo‟akan mereka yang sudah
meninggal, maka yang melakukan do‟a akan mendapatkan efek balik
energi positif bagi kehidupanya (Solikhin, 2009:152).
Pelaksanaan tradisi sadranan dinilai untuk menjaga hubungan
serasi dan harmonis baik vertikal maupun horizontal, manusia
melakukan upacara ritual sebagai kelakuan baku. Dimana pelaksanaan
ritualnya berorientasi pada tokoh mitos yang diangkat dan diyakini
karena karismanya dianggap mampu melindungi dan memberikan
kesejahteraan serta ketentraman hidup bagi kehidupan masyarakatnya
Budhi Santosa dalam (Siti, 2010:22).
2. Tradisi Jawa dan Perkembanganya
Perkembangan agama Islam di tanah Jawa tidak dapat
dipisahkan dari pengaruh kebudayaan Jawa yang ada didalam
kehidupan masyarakat, karena dengan perpaduan antara kedua
kebudayaan tersebut agama Islam sampai saat ini masih mampu eksis
dan membentuk suatu kekuatan yang besar. Perkembangan agama
Islam ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang
mempunyai penduduk muslim terbesar di dunia. Banyak orang yang
berpendapat bahwa ajaran agama Islam dan nilai-nilai dalam
kebudayaan Jawa mempunyai kesamaan dalam penyampaianya,
juga sejalan dengan ajaran agama Islam dalam kehidupan
bermasyarakat. (Hermawan, 2014:48)
Perkembangan tradisi Jawa sejalan dengan fase perkembangan
budaya Jawa. Menurut Simuh (1996:110) Ada tiga karakteristik
kebudayaan Jawa yang terkait dengan hal ini, yaitu:
a) Kebudayaan Jawa Pra Hindu-Budha
Kebudayaan masyarakat Indonesia, khususnya Jawa Pra
Hindu-budha dipengaruhi oleh animisme dan dinamisme. Tradisi
yang menyertai antara lain: Seni pewayangan dan gamelan yang
digunakan sebagai ritual untuk mendatangkan roh nenek moyang.
b) Kebudayaan Jawa Masa Hindu-Budha
Pengaruh kuat budaya India (Hindu-Budha) mulai tampak
pada penyisipan tata karma feodal pada cerita pewayangan dengan
tujuan agar rakyat royal terhadap kekuasaan raja.
c) Kebudayaan Jawa Masa Kerajaan Islam
Sejak runtuhnya kerajaan Jawa hindu Majapahit (1518 M)
dan berdirinya kerajaan Islam Demak, maka dimulailah Islam
sebagai bagian dari kekuatan politik. Bahkan dalam penilaian para
pujangga, berdirinya kerajaan Demak dipandang sebagai jaman
peralihan yakni peralihan dari jaman “kabudhan” (tradisi Hindu
-Budha) ke jaman “Kawalen” (wali). Peralihan ini bukan berarti
pembuangan budaya adiluhung jaman Hindu-Budha, namun
Peralihan ini melahirkan bentuk peralihan yang berupa
“sinkretisme” antarawarisan budaya animisme-dinamisme dan
unsur-unsur Islam.
3. AkulturasiNilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sadranan
Penyebaran Islam di Nusantara, khususnya di tanah Jawa tidak
terlepas dari Walisongo, karena Walisongolah yang mempelopori
dakwah Islam di Jawa. Walisongo mengIslamkan nusantara dengan
memodifikasi budaya yang tidak sesuai dengan Islam agar sejalan
dengan Islam dan mempunyai nilai yang positif.Masuknya islam ke
Jawa membawa banyak perubahan tradisi dan budaya. Dalam bidang
keagaman, banyak ritual-ritual khas Jawa yang telah diakulturasikan
dengan nilai-nilai pendidikan Islam, sehingga yang terlihat secara
lahir adalah ritual Jawa, tetapi Isi Ritualnya merupakan nilai-nilai
pendidikan Islam(Titin, 2010:87)
Salah satu tradisi yang berkembang pada saat itu adalah tradisi
sadranan.Sadranan mempunyai kemiripan dengan sradda pada masa
Majapahit. Kemiripan itu terlihat pada kegiatan “interaksi” manusia
dengan leluhur yang telah meninggal, seperti pengorbanan, sesaji,dan
ritus sesembahan yang hakikatnya bentuk penghormatan terhadap
yang sudah meninggal. Para wali diyakini mentransformasikan tradisi
pra-Islam itu menjadi sarat dengan unsur Islam demi kemudahan
dengan budaya Hindu-Budha dan anismisme yang diakulturasikan
dengan nilai-nilai Islam.(Kastolani, 2016:66)
B. Nilai Pendidikan Islam
1. Pengertian Nilai
Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan (Purwadarminta, 1999:677). Sesuatu itu bernilai berarti
sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Pada
hakikatnya nilai akan memberikan pengaruh dalam kehidupan sosial
manusia sehari-hari.
Nilai bersifat ideal, abstrak dan tidak dapat disentuh oleh panca
indera, sedangkan yang dapat ditangkap hanya barang atau tingkah
laku yang mengandung nilai tersebut. Nilai juga bukan fakta yang
berbentuk kenyataan dan konkret. Oleh karena itu masalah nilai bukan
soal benar dan salah, tetapi juga soal dikehendaki atau tidak, disenangi
atau tidak, sehingga bersifat subjektif. Adapun dalam masyarakat yang
dibahas adalah nilai inti (scoe value), nilai inti ini diikuti oleh setiap
individu atau kelompok yang jumlahnya cukup besar, orang-orang itu
benar-benar menjunjung tinggi nilai itu sehingga menjadi salah satu
faktor penentu untuk berperilaku (Munandar, 1995:25).
Dilihat dari segi kebutuhan hidup manusia, nilai menurut
sjarkawi (2009:29) adalah:
2) Nilai sosial
3) Nilai undang-undang
4) Nilai agama
Keempat nilai tersebut berkembang sesuai dengan tuntutan
kebutuhan.Dari kebutuhan yang paling sederhana yakni kebutuhan
fisik biologis, keamanan, harga diri dan kebutuhan jati diri.
Menurut Muhaimin (1991:111) sumber nilai dalam kehidupan
manusia yaitu:
a. Nilai Ilahi
Nilai Ilahi adalah nilai yang bersumber dari Al-Qur‟an dan
hadits. Nilai Ilahi dalam aspek teologi (kaidah keimanan) tidak
akan pernah mengalami perubahan, dan tidak berkecenderungan
untuk berubah atau mengikuti selera hawa nafsu manusia.
Sedangkan aspek amaliyahnta dapat mengalami perubahanan
sesuai dengan perkembangan zaman dan lingkunganya.
b. Nilai Insani
Nilai insani adalah nilai yang tumbuh dan berkembang atas
kesepakatan manusia. Nilai insani ini akan terus berkembang kea
rah yang lebih maju dan lebih tinggi. Ra‟yu, adat istiadat („urf),
dan kenyataan alam.
Pembagian nilai-nilai dari segi ruang lingkup hidup manusia
Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, karena itu nilai ini
juga mencakup nilai-nilai ke Tuhanan dan kemanusiaan.
2. Pengertian Pendidikan Islam
Dalam kehidupan manusia, pendidikan memiliki peranan yang
sangat penting.Karena dengan pendidikan manusia dapat maju dan
berkembang menciptakan kebudayaan dan peradaban positif yang
dapat mengantarkan kebahagiaan bagi hidup manusia itu sendiri.Hal
itu sangat wajar mengingat semakin tinggi tingkat pendidikan
manusia, maka semakin maju pulalah kebudayaan dan peradabannya.
Pendidikan Islam adalah proses edukatif yang mengarah kepada
pembentukan akhlak atau secara utuh dan menyeluruh, menyangkut
aspek jasmani dan rohani. Pendidikan Islam adalah usaha yang lebih
khusus dan ditekankan pada pengembangan fitrah keberagamaan dan
sumber daya insani lainya agar lebih mampu memahami, menghayati
dan mengajarkan ajaran Islam (Gunawan, 2014:8).
Arifin (2003:4) merumuskan bahwa yangdimaksud pendidikan
Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikankemampuan
seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-citadan
nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai
corakkepribadiannya Dengan kata lain, manusia yang mendapatkan
pendidikanIslam harus mampu hidup dalam kedamaian dan
Menurut Achmadi (2005:28) pendidikan Islam dapat diartikan
sebagai segalausaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah
manusia serta sumberdaya manusia yang ada padanya menuju
terbentuknya manusia seutuhnya sesuai dengan moral Islam.
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksudpendidikan Islam ialah suatu sistem kependidikan yang
mencakup seluruhaspek kehidupan yang dibutuhkan oleh manusia
sebagai hamba Allah,sebagaimana Islam telah menjadi pendoman
bagi seluruh aspek kehidupanmanusia, baik untuk kehidupan di dunia
maupun untuk kehidupan di akhirat.
Menurut Rudi(2015:21) fungsi Pendidikan Islam ada tiga yaitu:
a. Mengembangkan wawasan yang tepat dan benar mengenai jati diri
manusia, alam sekitarnya dan mengenai kebesaran ilahi, sehingga
tumbuhnkreatifitas yang benar.
b. Menyucikan diri manusia dari syirik dan berbagai sikap hidup dan
perilaku yang dapat mencemari fitrah kemanusiaanya dengan
menginterlasikan nilai-nilai insani dan ilahi pada subjek didik.
c. Mengembangkan ilmu untuik menompang dan memajukan
kehidupan bail individu maupun sosial.
3. Dasar Pendidikan Islam
Menurut Umiarso (2010:50) pendidikan merupakan alat untuk
mencapai suatu tujuan bagi masyarakat.Agar tujuan bisa melaksanakan
mendasarinya karena pendidikan merupakan bagian terpenting dari
kehidupan manusia.
Menurut Zakiah Daradjat (2011:19) landasan itu terdiri dari
Al-Qur‟an, Sunnah Nabi Muhammad SAW yang dapat dikembangkan
dengan ijtihad (ijma‟ ulama)
a. Al-Qur‟an
Al-Qur‟an adalah firman Allah berupa wahyu yang
disampaikan oleh jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di
dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan
untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran
yang terkandung didalam Al-Qur‟an itu terdiri dari dua prinsip
besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang
disebut Aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut
syari‟ah
Di dalam Al-Qur‟an terdapat banyak ajaran yang berisi
prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan.
Sebagai contoh dapat dibaca kisah Lukman yang mengajari
anaknya dalam surat Lukman ayat 12 sampai dengan 19. Cerita itu
menggariskan prinsip materi pendidikan dari masalah iman, akhlak
ibadah,sosial, dan ilmu pengetahuan. Ayat lain menceritakan tujuan
hidup, nilai suatu kegiatan, dan tentang amal saleh. Itu berarti
bahwa kegiatan pendidikan harus mendukung tujuan hidup
Al-Qur‟an sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai teori
tentang pendidikan islam.
b. As-Sunnah
As-Sunnah ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi
Muhammad SAW baik itu perkataan, perbuatan, maupun
ketetapanya. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah
Al-Qur‟an. Seperti Al-Qur‟an,Sunnah juga berisi aqidah dan syari‟ah.
Sunnah berisi petunjuk (pedoman)untuk kemaslahatan hidup
manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi
manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa. Untuk itu Rasul
Allah menjadi guru dan pendidik utama. Sebagai contoh, beliau
sendiri mendidik pertama dengan menggunakan rumah Al-Arqam
Ibn Abi Al-Arqam, kedua dengan memanfaatkan tawanan perang
untuk mengajar baca tulis, ketiga dengan mengirim para sahabat ke
daerah-daerah yang baru saja masuk Islam. Semua itu adalah
pendidikan dalam rangka membentuk manusia muslim dan
masyarakat islam.
Oleh karena itu, Sunnah merupakan landasan kedua bagi cara
pembinaan pribadi manusia muslim. Sunnah selalu membuka
kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebabnya mengapa
ijtihad pelu ditingkatkan dalam memahaminya termasuk Sunnah
c. Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan
menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari‟at
islam untuk menetapkan/menentukan sesuatu hukum syari‟at islam
yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qura‟an dan
Sunnah.ijtihaddalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek
kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman
pada Al-Qur‟an dan Sunnah. Namun demikian, ijtihad harus
mengikuti kaidah-kaidah yang diatur para mujtahid tidak boleh
bertentangan dengan isi Al-Qur‟an dan Sunnah tersebut. Karena itu
ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum islam yang
sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah Rasul wafat.
Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari
Al-Qur‟an dan Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli
pendidikan islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang
berhubungan langsung dengan kebutuhan hidupdi suatu tempat
pada kondisi dan situasi tertentu. Teori-teori pendidikan baru hasil
ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup.
4. Nilai-Nilai Pendidikan Islam
Nilai Pendidikan Islam bermakna sebagai konsep-konsep
pendidikan yang dibangun berdasarkan ajaran islam sebagai landasan
Nilai pendidikan Islam menurutZulkarnain dalam (Bayu,
2015:50) yaitu:
1) Nilai Akidah
Akidah atau keimanan dalam Islam merupakan hakikat
yang meresap kedalam hati dan akal. Iman merupakan pedoman
dan pegangan yang terbaik bagi manusia dalam rangka
mengarungi kehidupan. Iman menjadi sumber pendidikan paling
luhur, mendidik akhlak, karakter, dan mental manusia, sehingga
dengan iman tersebut manusia dapat mengatur keseimbangan yang
harmonis antara jasmani dan rohani.
Adapun kepercayaan atau akidah yang asasi dituntut oleh
islam untuk dipercayai sebagai unsur utama adalah percaya
adanya Allah SWT dan keesaan-Nya, sesuai dengan firman Allah
dalam surat Al Ikhlas ayat 1-4:
(
٢
)
ُدَمَّصلا ُهَّللا
(
١
)
دَحَأ ُهَّللا َوُه ْلُق
(
٤
)
دَحَأ اًوُفُك ُهَل ْنُكَي َْلََو
(
٣
)
ْدَلوُي َْلََو ْدِلَي َْلَ
Artinya:“Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia".
2) Nilai Ibadah
Ibadah yang dimaksud adalah pengabdian ritual
sebagaimana diperintahkan dan diatur dalam Al-Qur‟an dan
dalam meyakini dan mempedomani aqidah yang Islamiyah.
Pendidikan Ibadah merupakan salah satu aspek pendidikan Islam
yang perlu diperhatikan. Muatan ibadah dalam pendidikan Islam
diorientasikan kepada bagaimana manusia mampu memenuhi
hal-hal sebagai berikut: Pertama menjalin hubungan utuh dan
langsung dengan Allah SWT. Kedua, menjalin hubungan dengan
sesama insan. Ketiga, kemampuan menjaga dan menyerahkan
dirinya sendiri.
3) Nilai Akhlak
Tidak dapat diragukan lagi bahwa akhlak yang baik dan
tingkah laku yang bagus merupakan buah dari iman yang mantap
dan pertumbuhan agama yang benar. Akhlak memberi
norma-norma atau aturan baik dan buruk yang menentukan kualitas
pribadi manusia. Dalam akhlak Islam, norma-norma atau aturan
baik dan buruk telah ditentukan dalam Al-Qur‟an dan Hadits.
Puncak dari akhlak ialah:
a) Irsyad, yakni kemampuan membedakan antara amal baik
danburuk.
b) Taufiq, yaitu perbuatan yang sesuai dengan tuntunan
RasulullahSAW dengan akal sehat.
c) Hidayah, yakni gemar melakukan perbuatan baik dan terpuji
serta menghindari yang buruk dan tercela.
Bidang kemasyarakatan ini mencakup pengaturan pergaulan
hidup manusia diatas bumi, misalnya pengaturan tentang benda,
ketatanegaraan, hubungan manusia dalam dimensi sosial, dan lain
sebagainya.
Ada beberapa butir nilai, hasil deduksi dari Al-Qur‟an yang dapat
dikembangkan untuk penerapan pendidikan Islam
(Muhaimin,2011:64) yaitu:
a. Nilai Ibadah
Penerapan dan pengembangan pendidikan Islam merupakan
Ibadah.
b. Nilai Ihsan
Pendidikan Islam hendaknya dikembangkan untuk berbuat
baik kepada semua pihak pada setiap generasi, disebabkan
karena Allah Swt, telah berbuat baik kepada manusian dengan
segala nikmat-Nya, san dilarang untuk berbuat kerusakan
dalam bntuk apapun.
c. Nilai Kerahmatan
Pendidikan Islam hendaknya ditujukan bagi kepentingan dan
kemaslahatan seluruh umat manusia dan alam semesta.
d. Nilai Amanah
Pendidikan Islam adalah amanah dari Allah Swt. Sehingga,
pengembangan dan penerapanya dilakukan dengan niat, cara
e. Nilai Dakwah
Pengembangan dan penerapan pendidikan Islam merupakan
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Desa Losari
1. Kondisi Geografis
Secara administratif Gunung Balak berada di wilayah Dusun
Balak, Desa Losari. Desa Losari merupakan salah satu dari sekian
banyak desa yang terletak di Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang.
Desa Losari merupakan Desa Penyangga Kegiatan Kecamatan Pakis
karena berbatasan langsung dengan Desa Pakis yang menjadi ibu kota
kecamatan Pakis ,yang juga merupakan pusat administrasi
pemerintahan, pendidikan dan pelayanan kesehatan bagi mayarakat
Kecamatan Pakis. Terletak pada ketinggian 723 m di atas permukaan
laut dengan iklim yang sejuk , suhu berkisar antara 18 sampai dengan
27 derajat celcius. Luas wilayah desa losari adalah 174.956 Ha.
Keadaan tanahnya subur sehingga merupakan daerah pengembangan
pertanian tanaman pangan dan tanaman hutan rakyat.
Desa Losari juga merupakan jalur utama bagi para wisatawan
dari Kota Magelang dan sekitarnya menuju obyek rekreasi wisata alam
Kopeng, sehingga berpotensi untuk pengembangan industri
pariwisata.Adapun perbatasan desa Losari antara lain sebagai berikut:
1) Sebelah timur berbatasan dengan desa Pakis Kecamatan Pakis
2) Sebelah selatan berbatasan dengan desa Surodadi Kecamatan
3) Sebelah barat berbatasan dengan desa Rejosari dan Desa Bawang
Kecamatan Pakis.
4) Sebelah utara berbatasan dengan desa Daseh Kecamatan Pakis
2. Demografis Kependudukan
a. Jumlah penduduk menurut dusun
Jumlah Penduduk Losari per Desember 2016 adalah:
Tabel 3.1
Jumlah Penduduk Desa Losari Berdasarkan Dusun
NO DUSUN KK
Sumber: Arsip Desa Losari Tahun 2016
Jumlah keseluruhan penduduk losari adalah 2637 jiwa, dari
jumlah tersebut penduduk yang tinggal di Dusun Balak berjumlah
634 orang yang terdiri dari 330 orang laki-laki dan 304 orang
b. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan
Tabel 3.2
Jumlah Penduduk Desa Losari Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Belum sekolah 338
2 Tidak tamat SD 274
3 Tamat SD/Sedrajat 938
4 Tamat SLTP/ Sedrajat 661
5 Tamat SLTA/ Sedrajat 345
6 DI /D II 6
7 D III 36
8 S I 39
Jumlah 2637
Sumber: Arsip Desa Losari Tahun 2016
c. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian
Sesuai dengan potensi daerah yang dimiliki, yaitu tanah yang
subur dan iklim yang sejuk, makaSecara umum berikut ini
Tabel 3.3
Jumlah Penduduk Desa Losari Berdasarkan MataPencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah
1. Petani 676
Sumber: Arsip Desa Losari Tahun 2016
Masyarakat Desa Losari pada umumya bergerak dibidang
pertanian tanaman pangan dan hortikultura. Tanaman Albasia
merupakan tanaman yang diandalkan oleh sebagian petani untuk
menopang kebutuhan sehari-hari. Albasia hampir bisa ditemui
disetiap sudut di desa Losari.
Industri kecil juga merupakan bidang usaha bagi sebagian
kayu di dusun Jengkol, Pembuatan Sapu Ijuk di Dusun Klenteng
pengolahan makanan (tempe, criping singkong, peyek kacang dll)
di dusun Losari dan industri kerajinan keranjang (dadok) di dusun
Jengkol serta usuk reng, di dusun Jengkol, Balak dan Losari
d. Jumlah penduduk menurut agama
Tabel 3.4
Jumlah Penduduk Desa Losari Berdasarkan Agama
No. Agama Jumlah
1. Islam 2637
2. Kristen -
3. Katholik -
4. Hindu -
5. Budha -
Sumber: Arsip Desa Losari Tahun 2016
Tabel diatas menunjukkan bahwa penduduk desa Losari
semua beragama Islam, maka tidak ada masalah yang mengganggu
dalam berbagai ritual keagamaan.
3. Pola Penggunaan Tanah
a. Luas Wilayah
Luas wilayah Desa Losari adalah174.956 Ha. Desa Losari
Tabel 3.5
Jumlah dusun menurut RT dan RW
No Dusun Jumlah RT Jumlah RW
1 Balak 5 1
2 Losari 7 1
3 Jengkol 4 1
4 Klenteng 3 1
Sumber: Arsip Desa Losari Tahun 2016
b. Peruntukan lahan
Sebagian besar fungsi tanah di Desa Losari masih
dipergunakan untuk lahan pertanian, yaitu untuk tegalan dan
sawah tadah hujan. Sebagai gambaran , berikut tabel penggunaan
lahan di Desa Losari :
Tabel 3.6
Tabel Penggunaan Lahan di Desa Losari
No. Lahan Luas (ha)
4. Sarana dan Prasarana Desa
digunakan dalam kondisi terawat, berikut ini table jumlah tempat
ibadah tersebut:
Tabel 3.7
Jumlah Tempat Ibadah di Desa Losari
No Sarana Jumlah Keterangan
1. Masjid 6 Baik
2. Mushola 4 Baik
3. Gereja - -
4. Vihara - -
Sumber: Arsip Desa Losari Tahun 2016
Tabel diatas menunjukkan bahwa semua tempat ibadah
yang berada di Desa Losari merupakan tempat ibadah untuk umat
islam yang terbagi menjadi dua bangunan yaitu masjid dan
mushola.
e. Pendidikan
Tabel 3.8
Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Losari
No. Sarana Jumlah
Sumber: Arsip Desa Losari Tahun 2016
Fasilitas pendidikan yang ada di Desa Losari \ yaitu mulai
dari jenjang pendidikan usia dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak
sampai dengan Sekolah Dasar (SD). Tempat kursus untuk mata
pelajaran tertentu juga diselenggarakan oleh kelompok-kelompok
dan perseorangan. Pendidikan keagamaan (TPA) hampir di semua
dusun. Hanya Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) dan Perguruan Tinggi yang belum
ada.Pendidikan masyarakat desa Losari masih perlu ditingkatkan,
mengingat dari data yang ada menunjukkan bahwa pendidikan
5. Kesehatan Masyarakat
Sarana kesehatan yang ada di Desa Losari berupa PKD (Pos
Kesehatan Masyarakat) di dusun Jengkol dekat dengan kantor Desa
Losari . Selain itu untuk membantu kelahiran ada Bidan Praktek dan
dukun bayi. Sedangkan untuk pemantauan kesehatan balita dan ibu
hamil telahterbentuk4 (empat) posyandu yang masing-masing berada
di dusun Balak, Losari, Jengkol dan Klenteng.
6. Kelembagaan Desa
Desa losari mempunyai organisasi pemberdayaan masyarakat
yang bergerak di bidang pertanian dan organisasi-organisasi sosial.
Organisasi pemberdayaan tersebut adalah
Tabel 3.9
Tabel Organisasi Bidang Pertanian Desa Losari
No. Nama Dusun Keterangan
1. Sumber Adil Balak 71
2. Muzaroah Losari 40
3. Margo toto Jengkol, Klenteng 125
Ta‟lim
Sumber: Arsip Desa Losari Tahun 2016
7. Sosial Budaya
a. Seni Budaya yang ada di Desa Losari
Di Desa Losari kesenian tumbuh dan berkembang hampir
disemua dusun. Beberapa kesenian yang ada di Desa Losari antara
lain :
a) Topeng ireng di Dusun Losari
b) Group Dangdut dusun Jengkol
c) Rebana di Dusun Jengkol
d) Rebana Di Dusun Losari
b. Tradisi yang masih ada di Desa Losari
a) Upacara adat pernikahan.
b) Sadranan Gunung Balak tiap hari selasa kliwon atau Minggu
Kliwon,bulanMuharam (Suro)
c. Gotong Royong Warga.
a) Gotong royong membersihkan pemakaman umum,
biasadilaksanakan setiap lapan.
b) Gotong royong membangun rumah.
c) Gotong royong membangun fasilitas umum
(Jalan,jembatan,tempat ibadah dll)
A. Temuan Penelitian
1. Prosesi Sadranan di Gunung Balak
a. Sejarah Sadranan di Gunung Balak
Tradisi sadranan di Gunung balak merupakan salah satu
tradisi yang masih rutin dilakukan oleh masyarakat sekitar Gunung
Balak, kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang.Upacara sadranan
ini rutin dilakukan setiap bulan suro dan berlangsung di Gunung
Balak.
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Mujiyono bahwa:
“Asal mula adanya tradisi sadranan di Gunung Balak tidak terlepasdari proses penyebaran agama islam di daerah tersebut. Jadi, adanya sadranan di Gunung balak juga sebagai salah satu cara untuk mengenang dan menghormati tokoh-tokoh yang berperan dalam penyebaran agama Islam di daerah tersebut, salah satunya adalah Syekh Subakir. Syekh Subakir merupakan salah seorang ulama islam yang berasal dari Persia. Pada masa itu SyekhSubakir mendapatkan tugas untuk berijtihad dan menyampaikan agama Islam di tanah Jawa. (Wawancara pada tanggal 10 Desember 2016)
Perjalanan Syekh Subakir untuk menyebarkan Islam di Jawa
“Banyak rintangan yang harus dihadapinya.Akhirnya sampailah Syekh Subakir di tanah Jawa. Sesampainya di Jawa mereka memilih tempat di daerah magelang. Dipilihnya Magelang menjadi tempat singgah Syekh Subakir karena Magelang merupakan tengah-tengahnya pulau Jawa. Selain itu daerah tersebut dahulu
masih banyak tempat yang belum terjamah oleh Islam.”
(Wawancara pada tanggal 10 Desember 2016)
Seperti yang diungkapkan Oleh MbahJannadi:
“Sejarahe iku miturut cerito wong mbiyen ono alim ulama yo kuwi
Syekh Subakir. Gawe nyebarke Islam Syekh Subakir urip ning
Magelang. Sak rampunge ning Magelang, Syekh Subakir nggawe
nglawan marang kang nunggu Gunung. Syekh Subakir akhire biso ngalahke saka roh gunung. Pihak sing kalah kudu abdi manut marang syekh Subakir. Sawise Syekh Subakir nglawan marang kang nunggu gunung rampung, Syekh Subakir uga nancepke
pusoko ing Gunung Balak. Pusoko iku jenenge pusoko
Kalimosodo, kalimosodo iku maknane kalimat syahadat. Pusoko iku gawe njogo supoyo masyarakat uripe tentrem, adoh seko
bencana, ora diganggu karo jin lan mahluk alus liyane”
(Sejarahnya itu menurut orang dulu ada alim ulama yang bernama Syekh Subakir. Untuk menyebarkan agama Islam Syekh subakir tinggal di Magelang Selama menetap di Magelang, Syekh Subakir mengadakan perlawanan terhadap mahluk halus penungu Gunung. Akhirnya Syekh Subakir berhasil mengalahkan jin penunggu gunung tersebut. Pihak yang kalah harus menjadi abdi yang patuh kepada syekh subakir. Setelah perlawanan Syekh Subakir terhadap mahluk halus tersebut selesai, syekh Subakir juga menancapkan pusaka di Gunung Balak, pusaka tersebut bernama Kalimosodo yang bermakna kalimat syahadat. Pusaka tersebut berfungsi untuk menjaga agar masyarakat hidup dengan tentram, jauh dari bencana, tidak diganggu oleh jin, dan mahluk halus lainya). (Wawancara pada tanggal 10 Desember 2016)
Menurut bapak Parjo:
“Setelah semuanya selesai, syekh subakir memulai tugasnya untuk
Sadranan yang dilakukan di atas Gunung Balak setiap tahunya”. (wawancara pada tanggal 10 Desember 2016)
Berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat dapat
ditarik kesimpulan bahwa masyarakat selalu rutin mengadakan
upacara sadranan di Gunung Balak sebagai wujud rasa syukur
sekaligus sebagai tanda untuk mengenang perjuangan Syekh
Subakir dalam menyebarkan agama Islam di daerah tersebut.
b. Waktu dan Tempat Upacara Sadranan
Sadranan merupakan sebuah upacara yang sampai saat ini
masih dilestarikan oleh masyarakat Jawa dan mereka melakukan
dengan patuh. Menurut bapak parjo:
“Upacara di Gunung Balak ini dilakukan setahun satu kali setiap
bulan Suro tepatnya pada hari mingu kliwon.Apabila tidak ada hari minggu kliwon pada bulan suro maka tradisi nyadran ini berlangsung pada hari selasa kliwon.Hari minggu kliwon dan
selasa kliwon dipercaya masyarakat sebagai hari yang sakral.”
(Wawancara pada tangggal 13 Desember 2016)
Seperti halnya yang diungkapkan Bapak Mujiyono:
“Masyarakat meyakini apabila meminta permohonan pada hari
tersebut maka permohonanya akan langsung didengar oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dan dapat terkabul.Akan tetapi pelksannan tradisi nyadran tersebut diprioritaskan dilaksanakan pada hari Minggu Kliwon agar seluruh lapisan masyarakat dapat mengikuti karena hari minggu adalah hari libur.Tradisi Nydran dilaksanakan pada bulan Suro karena pada bulan inilah Syekh Subakir mengubur pusaka-pusakanya.Tradisi nyadran di Gunung Balak ini mulai rutin
dilaksanakan sejat tahun 1960han.” (Wawancara pada tanggal 10
Desember 2016)
Ibu Titik juga mengatakan bahwa:
tanggal 2 oktober 2016 bertempat di Gunung Balak kecamatan
Pakis, kabupaten Magelang”. (Wawancara pada tanggal 13
desember 2016)
c. Pelaksanaan Nyadran di Gunung Balak
Dikatakan oleh Ibu Titik Bahwa:
“Perangkat desa mengadakan rapat dahulu sebelum tradisi
sadranan dilaksanakan. Rapatnya diselenggarakan oleh pihak kecamatan dengan menghadirkan kepala desa dan kepala dusun dan dilaksanakan kira-kira 1 bulan sebelum tradisi sadranan dilaksanakan. Rapat ini membahas tentang pembentukan panitia inti sadranan, pelaksanaan sadranan, khususnya untuk dusun Balak dan dusun Pakis karena lokasi kedua dusun tersebut yang paling dekat dengan Gunung Balak. Setelah rapat selesai, pihak penanggung jawab masing-masing dusun akan menyampaikan hasil rapat kepada warganya dan mengadakan rapat lagi dengan warga untuk membentuk panitia yang lebih rinci dan melakukan pembagian tugas. Setelah itu hasil rapat akan disosialisasikan kepada warga agar warga mengetahui tentang kapan pelaksanaan sadranan dan apa saja yang harus dipersiapkan. Setelah itu ada
yang menyelenggarakan pengajian, pengajianya yang
menyelenggarakan dari pondok Surya Buana yang terletak di Dusun balak, pembicaranya Kanjeng Syekh Sirullah dari pondok pesantren Surya Buana. Inti pengajianya satau saya ada dzikir akbar, manaqib, dan penancapan tombak kalimosodo.dan pada saat pelaksanaan nyadran ada ritual-ritual itu mbak bagi masyarakat
yang masih mempercayainya.” (Wawancara pada tanggal 13
Desember 2016)
Bapak Mujiyono menambahkan bahwa:
“Satu hari sebelum berlangsungnya upacara sadranan
biasanyadiadakan pengajian yang dihadiri oleh jamaah muslim dari warga pakis dan sekitarnya. Pengajian ini diselenggarakan oleh pondok pesantren Surya Buana yang bertempat di Dusun Balak. Dimulai dengan tausiyah yang dibawakan oleh Kanjeng Syekh Sirullah dari pondok pesantren Surya Buana.Tujuan dari pelaksanaan pengajian ini agar iman masyarakat semakin bertambah dan meningkatkan ukhuwah islamiyah diantara mereka. Kemudian pelaksanaanya jam 7 orang-orang yang mengikuti sadranan berkumpul di gunung Balak dengan membawa keperluanya masing-masing. Acara pembukan di isi oleh kepala
desa dan camat, setelah acara pembukaan selesai kemudian berdo‟a
kenduri bersama-sama.” (Wawancara pada tanggal 10 Desember 2016)
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Parjo:
“Pada hari pelaksanaan upacara nyadran jam 7 pagimasyarakat
yang akan mengikuti sadranan berbondong-bondong menuju ke Gunung Balak dengan membawa tikar, tenong, dll. Masing-masing warga menggelar tikar diatas gunung balak untuk mengikuti upacara sadranan tersebut.Upacara sadranan dimulai diawali dengan sambutan dari kepala desa yang intinya menceritakan secara singkat sejarah adanya tradisi sadranan di Gunung Balak dan bermaksud untuk mengucapkan rasa syukur dan terimakasih kepada warga yang sudah bersedia datang untuk mengikuti upacara nyadran.Seusai sambutan oleh kepala desa mbah kaum yang sudah
dipilih menjadi rois maju untuk memimpin tahlil dan do‟a yang
isinya memohon ampunan atau dosa para leluhur kepada Allah
SWT. Setelah berdo‟a diakhiri dengan makan kenduri
bersama-sama”. (Wawancara pada tanggal 13 desember 2016)
Menurut Bapak Parjo:
“Masyarakat yang mengikuti sadranan di Gunung Balak biasanya
datang dengan membawa kenduri. Kenduri tersebut merupakan wujud syukur atas berkah yang telah diberikan oleh Allah SWT. Selain itu, dengan adanya kenduri bersama saat sadranan masyarakat dapat berkumpul dengan anggota masyarakat lain dan
dapat meningkatkan rasa kekeluargaan.” (Wawancara pada tanggal
13 desember 2016)
Pada saat pelaksanaan nyadran di Gunung Balak masyarakat
terlihat berinteraksi dengan sangat baik walaupun dengan warga
yang belum dikenal.Mereka terlihat saling menghormati dan akrab.
Pada saat upacara sadranan sedang berlangsung ada ritual kejawen
yang diikuti oleh beberapa masyarakat yang meyakininya. Menurut
Mbah Janadi :
diantaranya berupa tumpeng, aneka umbi-umbian, pisang, dan jajanan pasar.Tumpeng merupakan sesaji yang selalu disiapkan dalam ritual.Tumpeng merupakan symbol kesuburan dan kesejahteraan masyarakat .Pisang yang dipakai dalam sesaji adalah pisang raja, pemakaian pisang raja tersebut dimaksudkan agar yang melakukan ritual kejawen memiliki sifat seperti raja yakni berwatak adil, berbudi luhur dan tepat janji. Sesaji berupa umbi-umbian terdiri dari kimpul, lilin lumbu, telo pendem, midro, dan uwi, pisang kapokserta kluban yang terdiri dari beraneka sayuran yang melambangkan hasil bumi yang diperoleh masyarakat. Semua hasil bumi tersebut dipersembahkan sebagai tanda syukur kepada Allah SWT.Sesaji lain yaitu jajanan pasar yang merupakan lambang hubungan antar manusia dan lambang kemakmuran. Lambang hubungan antar manusia karena pasar merupakan tempat bertemunya banyak manusia sehingga dapat saling berinteraksi dan
saling mengenal.” (Wawancara pada tanggal 10 Desember 2016)
Pada proses ritual secara kejawen tersebut masyarakat
masih percaya dengan hal-hal gaib yang ada disekitar mereka.
Menurut bapak parjo:
“Ritual tersebut bukanlah merupakan tindakan musyrik dan
menentang agama. Sesaji yang diberikan tersebut hanya sebagai sarana. Permohonan tetap ditujukkan kepada Allah SWT. tidak semua orang mengikuti ritual kejawen ini karena semuanya dikembalikan pada keyakinan setiap orang. Baik proses sadranan secara Islam dan kejawen ini tetap berlangsung sampai sekarang
dan tidak mengalami perubahan.” (Wawancara pada tanggal 13
desember 2016)
d. Makna yang Terkandung dalam Tradisi Sadranan
Tradisi sadranan di Gunung Balak dilakukan untuk
mengenang leluhur mereka. Selain itu, tradisi ini juga sebagai
ungkapan rasa syukur terhadap Allah SWT karena telah
memberikan kedamaian dan ketentraman dalam masyarakat
sehingga masyarakat dapat bersatu hingga saat ini. Tradisi sadranan
rukun dalam masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh bapak
Mujiyono bahwa:
“Sadranan berasal dari bahasa Arab Syodrun yang artinya dada. Jadi, dengan adanya tradisi sadranan ini diharapkan dapat meningkatkan rasa lapang dada dan kekeluargaan sesama anggota masyarakat.Masyarakat juga berharap dengan dilaksanakanya tradisi sadranan ini kehidupan mereka menjadi tentram, dijauhkan
dari gangguan mahluk halus dan mara bahaya serta bencana.”
(Wawancara pada tanggal 10 Desember 2016)
2. Peran Educatif Tradisi Sadranan dalam Pendidikan Islam di Gunung
Balak
Masyarakat sekitar Desa Losari sejak lama hidup dalam
pengaruh tiga tradisi yang kuat, pertama tradisi Jawa karena tradisi
tersebut telah dipengaruhi oleh kepercayaan agama masyarakat pada
masa lampau, tradisi Jawa juga telah dilakukan secara terus menerus
dari generasi ke generasi. Yang kedua yaitu tradisi Islam. Agama Islam
yang datang di Pakis merupakan agama yang datang setelah agama
Hindu-Budha tetapi eksistensi agama Islam didaerah ini juga semakin
kuat dengan kenyataan bahwa semua masyarakatnya sudah beragama
Islam. Yang ketiga adalah pengaruh dari tradisi Islam-jawa atau bisa
disebut Islam Kejawen. Hal ini dilihat dari warga masyarakat yang
dalam satu sisi bersungguh-sungguh menjalankan agama Islam tetapi
disisi lain juga masyarakat masih mempertahankan tradisi Jawa.
. Salah satunya dalam acara pengajian yang di adakan satu hari
sebelum dilaksanakanya upacara sadranan. Ibu Titik Mengatakan
“Yang membawakan Tausiyah adalah Kanjeng Syekh Sirullah dimana inti dari pengajian ini adalah dzikir akbar, Manaqib, dan penancapan tombak kalimosodo. Pengajian dalam pelaksanaan sadranan ini merupakan suatu bentuk ikhtiar dalam menanggapi berbagai tradisi yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat. Adanya pengajian yang diselenggarakan oleh pondok Surya Buana ini masyarakat dapat membentengi diri dengan nilai-nilai agama dan ilmu
pengetahuan”.
Menurut bapak Mujiyono :
“Peran pendidikan tradisi nyadran dalam pendidikan Islam ini untuk mengajarkan dan membimbing masyarakat sekitar Gunung Balak agar senantiasa mampu menonjolkan dan mempraktekan sikap maupun segala jenis tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga untuk mendorong setiap individu untuk selalu taat kepada Allah SWT serta dapat mengamalkan ajaran
dan perintah agama.”
3. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sadranan di Gunung Balak
Masyarakat yang sampai saat ini masih melaksanakan tradisi sadranan berkeyakinan bahwa dalam tradisi sadranan banyak nilai-nilai yang terkandung didalamnyaNilai pendidikan Islam yang terkandung dalam tradisi nyadran menurut bapak Parjo :
“Ada nilai amaliahnya karena masyarakat membuat kenduri
untuk dimakan bersama-sama. Mereka beramal dengan cara membagikan kenduri kepada orang yang tidak membawa bekal saat
acara nyadran berlangsung dan masih ada nilai-nilai lainya.”
(Wawancara pada tanggal 13 Desember 2016)
Ibu Titik mengimbuhi :
“Salah satunya ada nilai ukhuwah Islamiyah karena melibatkan
banyak orang dan di dalamnya terjadi interaksi antar individu sehingga terwujudlah rasa kebersamaan dan rasa persatuan. Selain itu antusias masyarakat dari daerah Pakis sendiri dan juga masyarakat dari luar daerah, bahkan dari luar kota berkumpul di satu tempat, saling bersilaturahmi untuk menjalin ukhuwah Islamiyah bersama-sama. Selain itu ada nilai dakwahnya juga karena Pondok Surya Buana mengadakan pengajian yang dilaksanakan satu hari sebelum sadranan dilaksanakan.Dengan dilaksanakanya pengajian ini diharapkan dapat
menambah wawasan warga masyarakat sekitar desa Losari.” (13
BAB IV
PEMBAHASAN
Kumpulan data yag dianalisis dalam skripsi ini bersumber dari hasil
wawancara dengan tokoh masyarakat, aparat dusun, dan warga yang penulis
anggap mampu untuk memberikan keterangan secara relevan, dilengkapi dengan
dokumen-dokumen yang ada. Mengacu pada penelitian ini maka penulis akan
menganalisa dan menyajikanya secara sistematis tentang nilai-nilai pendidikan
islam dalam tradisi sadranan di gunung balak.
A. Prosesi Tradisi Sadranan di Gunung Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang
Perangkat desa mengadakan rapat sebelum tradisi sadranan
dilaksanakan.Rapat ini diselenggarakan oleh pihak kecamatan dengan
menghadirkan kepala desa dan kepala dusun.Rapat ini dilaksanakan kira-kira
1 bulan sebelum tradisi sadranan dilaksanakan.Rapat ini membahas tentang
pembentukan panitia inti sadranan, pelaksanaan sadranan, khususnya untuk
dusun Balak dan dusun Pakis karena lokasi kedua dusun tersebut yang paling
dekat dengan Gunung Balak.
Setelah rapat selesai, pihak penanggung jawab masing-masing
dusunakan menyampaikan hasil rapat kepada warganya dan mengadakan rapat
lagi dengan warga untuk membentuk panitia yang lebih rinci dan melakukan