• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sadranan di Gunung Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sadranan di Gunung Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang - Test Repository"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM

DALAMTRADISISADRANAN DI GUNUNG BALAK

DESALOSARIKECAMATAN PAKIS

KABUPATENMAGELANG

SKRIPSI

Diajukanuntukmemperolehgelar

SarjanaPendidikan (S.Pd.)

Oleh:

IIK ZULAEKAH

111 12145

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

“If you can dream it, you can do it”

(Walt Disney)

(7)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat Allah yang Maha Kuasa,

penulisan skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Kedua orangtuaku, Bapak Supandi dan Ibu Nurtati S.Pd.i , yang telah

mendidik serta membesarkan penulis dan selalu memberikan doa tanpa

henti untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari .

Saudara-saudaraku tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan

motivasi.

Sahabat-sahabatku seperjuangan yang selalu saling memberikan dukungan

semangat dan doa: Ambar, Vika, Annisa, Ariyani, Dewi, Sayidatul dan

masih banyak lagi yang tidak bisa di sebutkan satu persatu.

Adek-adek kos : Anggun, Rani, Tesa, Fatin, Maya, Latifah, Hani, fifah,

Rahma, Bina, Eka yang selalu memberikan dukungan.

Keluarga besar PAI 2012 yang sedang berjuang bersama.

Dan semua pihak yang membantu dalam terselesaikannya skripsi ini serta

(8)

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum wr.wb.

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik,

hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua. Sehingga penulis bisa menjalani

kehidupan ini sesuai dengan ridho-Nya. Sholawat dan salam semoga tercurahkan

kepada nabi besar kita Nabi Muhammad SAW. Atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi hasil analisis ini yang berjudul

“Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sadranan di Gunung Balak Desa

Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang ” sesuai dengan rencana.

Selanjutnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai

pihak yang telah membantu pembuatan skripsi ini, kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

IAIN Salatiga yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian dan

kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Rasimin S.Pd.I.,M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

(9)

6. Bapak dan Ibuku tercinta yang telah mencurahkan kasih sayang, doa dan

dukungan demi keberhasilan penulis.

7. Teman-teman seperjuangan PAI 2012, yang telah berjuang bersama.

8. Sahabat-sahabat dan teman-temanku yang tidak bisa di sebutkan satu persatu.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

baik secara langsung maupun tidak langsung.

Atas jasa mereka penulis hanya dapat memohon doa semoga amal mereka

mendapatkan balasan yang lebih serta mendapatkan kesuksesan baik di dunia dan

di akhirat.

Semoga skripsi ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas bagi kita

semua dan dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada para pembaca khususnya

para mahasiswa-mahasiswi IAIN Salatiga. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih

banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang

membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.

Wassalammu’alaikum wr.wb.

Salatiga,16 Maret 2017

Penulis

(10)

ABSTRAK

Zulaekah, Iik. 2017. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sadranan di

Gunung Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang.

Skripsi Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Rasimin, S.Pd.I., M.Pd.

Kata Kunci : Nilai-Nilai Pendidikan Islam, Tradisi Sadranan

Penelitian ini membahas tentang Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sadranan yang meliputi: 1) Bagaimana prosesi tradisi sadranan di Gunung Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang. 2) Bagaimana peran educatif tradisi sadranan dalam pendidikan Islam. 3) Apa saja nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi sadranan.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian Kualitatif, dengan pendekatan deskriptif. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, metode wawancara, metode dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu melakukan reduksi data, penyajian data dan verifikasi data serta menarik kesimpulan.

Hasil Penelitian ini adalah:1) Prosesi tradisi sadranan di Gunung Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang yaitu: Rapat, pengajian,

(11)
(12)

1. JenisdanPendekatanPenelitian ... 7

(13)

4. Sarana dan Prasarana Desa ... 35

5. Kesehatan Masyarakat ... 37

6. Kelembagaan Desa ... 37

7. Sosial Budaya ... 39

B. Temuan Penelitian ... 41

1. Prosesi Sadranan ... 41

2. Peran Educatif Tradisi Sadranan ... 46

3. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sadranan ... 47

BAB IV PEMBAHASAN ... 47

A. Prosesi Tradisi Sadranan ... 47

B. Peran Educatif Tradisi Sadranan dalam Pendidikan Islam ... 51

C. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sadranan ... 52

BAB V PENUTUP... 55

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran-saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1JumlahPendudukLosariBerdasarkanDusun ... 30

Tabel 3.2JumlahPendudukLosariBerdasarkan Tingkat pendidikan... 31

Tabel 3.3JumlahPendudukLosariBerdasarkan Mata Pencaharian ... 32

Tabel 3.4 JumlahpendudukLosariBerdasarkan Agama ... 33

Tabel 3.5 JumlahpendudukLosariBerdasarkanRtdanRw ... 34

Tabel 3.6 PenggunaanLahanDesaLosari ... 34

Tabel 3.7 JumlahTempatIbadah di DesaLosari ... 35

Tabel 3.8 JumlahSaranaPendidikan di Losari ... 36

Tabel 3.9 JumlahOrganisaniBidangPertanian ... 37

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

suku bangsa tentunya kaya akan tradisi dan budaya yang berbeda satu

dengan yang lainya. Situasi dan kondisi lingkungan tempat dimana mereka

tinggal mempunyai andil yang cukup besar di dalam melahirkan ide-ide

dalam proses penciptaan suatu kebudayaan dan tradisi.

Suatu tradisi biasanya mengandung unsur serangkaian kebiasaan dan

nilai-nilai yang dapat kita jadikan sebagai pembelajaran dan pengetahuan.

Sedangkan nilai merupakan rujukan dan keyakinan dalam menentukan

pilihan. Hakikat makna nilai adalah berupa norma, etika, peraturan,

undang-undang, adat kebiasaan, aturan agama dan rujukan lainya yang

memiliki harga dan dirasakan berharga bagi seseorang dalam menjalani

kehidupanya (Bayu, 2015:1).

Tradisi juga dapat memberikan efek kbiasaan yang baik dan

biasanya berlangsung dari satu generasi ke generasi berikutnya. Nilai-nilai

yang diwariskan biasanya berupa nilai-nilai yang oleh masyarakat masih

dianggap baik dan relevan dengan kebutuhan kelompok atau masyarakat.

Dalam suatu tradisi selalu ada hubunganya dengann upacara tradisional

(16)

semacam itu dipandang sebagian masyarakat sebagai usaha untuk

mengenang atau menghormati arwah para leluhur yang sudah mewariskan

sebuah tradisi kepadanya, namun sekarang ini banyak yang salah

mengartikan upacara atau rangkaian acara dalam sebuah tradisi dengan

berpendapat bahwa hal-hal tersebut tidak perlu dilakukan. Akan tetapi,

masih banyak yang mempertahankanya karena mereka berpendapat bahwa

hal tersebut mengandung maksud arti pendidikan, karena pendidikan

merupakan latihan mental, moral dan fisik yang menghasilkan manusia

berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung

jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah, maka pendidikan berarti

menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan tanggung

jawab (Bayu, 2015:1).

Seperti halnya dalam masyarakat jawa masih banyak

mempertahankan berbagai tradisi. Dari serangkaian tradisi itu terdapat

banyak tradisi yang erat kaitanya dengan ritual-ritual keagamaan, terutama

pada agama islam. Karena agama islam sudah menjadi mayoritas di tanah

Jawa dan apabila dilihat dari segi sejarah memang proses penyebaran

agama islam tidak lepas dari pendekatan melalui tradisi yang ada,

sehingga agama islam lebih mudah diterima oleh masyarakat Jawa, oleh

sebab itu kebanyakan dari masyarakat Islam jawa masih memegang teguh

tradisi peninggalan dari nenek moyangnya yang dianggap tidak

(17)

Di Jawa Tengah khususnya di Gunung Balak Kecamatan Pakis

Kabupaten Magelang terdapat beragam tradisi, salah satunya adalah

Tradisi Sadranan atau Nyadran. Sadranan menjadi rutinitas sebagian besar

masyarakat setiap tahun pada bulan dan hari yang telah ditentukan.

Upacara ini merupakan bentuk penghormatan kepada para leluhur dan bisa

juga menjadi bentuk syukuran masal. Di beberapa wilayah Jawa Tengah,

sadranan biasanya dilakukan saat menjelang puasa (Sya‟ban), sedangkan

di Pakis Magelang, sadranan dilaksanakan di Gunung Balak pada bulan

Suro. Dengan dilestarikanya tradisi ini dapat dijadikan sebagai wadah

untuk lebih mempererat tali persaudaraan antar warga.

Berkaitan uraian diatas, penulis sangat tertarik untuk melakukan

penelitian tentang: Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sadranan di

Gunung Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang.

B. Rumusan Masalah

Tradisi merupakan peninggalan nenek moyang yang harus kita

lestarikan, akan tetapi tentunya sebagai umat beragama islam kita wajib

melestarikan tradisi tersebut dengan tidak bertentangan pada Al-Qur‟an

dan Hadist. Beberapa permasalahan dapat dirinci dari problem pokok

tersebut yaitu:

1. Bagaimana prosesi tradisi sadranan di Gunung Balak, Desa Losari,

(18)

2. Bagaimana peran educatif tradisi sadranan dalam pendidikan Islam di

Gunung Balak, Desa Losari, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang?

3. Apa saja nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam tradisi

sadranan di Gunung Balak, Desa Losari, Kecamatan Pakis, Kabupaten

Magelang?

C. Tujuan Penelitian

Didalam suatu penelitian selalu memiliki tujuan, adapun tujuan

dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui prosesi tradisi sadranan di Gunung Balak, Desa

Losari Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang.

2. Untuk mengetahui peran educatif yang terdapat dalam tradisi sadranan

di Gunung Balak, Desa Losari, Kecamatan Pakis, Kabupaten

Magelang.

3. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam

tradisi sadranan di Gunung Balak, Desa Losari, Kecamatan Pakis,

Kabupaten Magelang.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberi informasi yang jelas

tentang ada tidaknya nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam

tradisi sadranan di Gunung Balak. Dari informasi tersebut dapat

(19)

1. Manfaat Teoritis, diharapkan dapat memberikan pemikiran bagi

masyarakat agar dapat memperkaya hasanah pendidikan yang

diperoleh dari penelitian lapangan ini.

2. Manfaat Praktis, diharapkan masyarakat dapat memperoleh

pemahaman tentang arti atau makna yang terkandung dalam setiap

prosesi tradisi sadranan sehingga dapat membangkitkan sikap atau

perilaku positif dari nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung

dalam tradisi sadranan tersebut.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari adanya salah pengertian dalam memahami judul

penelitian diatas, maka penulis akan menjelaskan arti istilah-istilah

tersebut sebagai berikit:

1. Nilai

Nilai menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu

konsep abstrak mengenai masalah dasar yang sangat penting dan

bernilai di kehidupan manusia atau sebuah konsep mengenai

penghargaan tinggi yang diberikan oleh warga masyarakat kepada

beberapa masalah pokok dikehidupan keagamaan yang bersifat suci

sehingga menjadi pedoman bagi tingkah laku keagamaan warga

masyarakat bersangkutan (TPKBBI,2008:615).

Menurut Sulaeman (1995:19) nilai adalah sesuatu yang

(20)

yang baik atau buruk sebagai abstraksi, pandangan, atau maksud dari

berbagai pengalaman dengan seleksi perilaku yang ketat.

2. Pendidikan Islam

Pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan

mengembangkan fitroh manusia serta sumber daya insani yang ada

padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai

dengan norma dan ajaran islam (Materi Ujian Komprehensif Lisan:9).

Definisi pendidikan islam yang diungkapkan oleh Ahmad Tafsir

(2007:24) yaitu, “secara sederhana kata Islam dalam pendidikan Islam

menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang

berwarna Islam, pendidikan yang Islami yaitu pendidikan yang

berdasarkan Islam”.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpukan bahwa

nilai-nilai pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat

dalam pendidikan Islam yang digunakan manusia sebagai dasar untuk

mengabdi pada Allah SWT

3. Tradisi Sadranan

Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun dari nenek moyang

yang masih dijalankan dalam masyarakat (TPKBBI, 2008:959)

Tradisi adalah peristiwa budaya yang merupakan warisan dari

para pendahulu kita yang telah mewariskan nilai budaya yang tinggii

sehingga menjadikan identitas yang kuat serta mengakar dikalangan

(21)

Sadranan berasal dari bahasa sansekerta, sraddha yang artinya

keyakinan. Sadranan merupakan suatu rangkaian budaya yang berupa

pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan puncaknya berupa

kenduri selamatan (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Nyadran diakses

pada Rabu, 2 november2016, pukul 13:45 WIB).

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode kualitatif

dipandang sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku ini dapat diamati terhadap fakta-fakta yang ada saat sekarang

dan melaporkanya seperti apa yang akan terjadi. Menurut sifatnya data

kualitatif adalah data yang tak berbentuk bilangan (Hasan, 2003:32),

data kualitatif yaitu semua bahan, keterangan, dan fakta-fakta yang

tidak dapat dihitung dan diukur secara sistematis karena berwujud

keterangan verbal (kalimat dan kata) serta lebih bersifat proses.

2. Kehadiran Peneliti

Sesuai dengan pendekatan kualitatif, maka semua fakta berupa

kata-kata maupun tulisan dari sumber data manusia yang telah diamati

dan dokumen yang terkait disajikan dan digambarkan apa adanya

(22)

kehadiran peneliti di lapangan sangat penting sekali untuk bertindak

langsung sebagai instrument dan sebagai pengumpul data dari hasil

observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian.

3. Objek penelitian

kualitatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dokumen yang

berisi nilai-nilai pendidikan islam dan tradisi sadranan. Penulisan ini

menggunakan metode bercerita secara nyata tentang keadaan yang

diteliti. Penulis juga mengemukakan landasan-landasan atau teori-teori

secara literatur yang ada hubunganya dengan obyek yang diteliti dalam

laporan penelitian ini. Berbagai informasi dari tokoh masyarakat dan

hasil laporan penelitian dapat berupa kutipan-kutipan atau gambar

merupakan data yang dikumpulkan dan dianalisis. Oleh sebab itu, data

yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data primer

yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Sumber data

primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara. Data

sekunder yaitu data yang diperoleh melalui pihak kedua, baik berupa

(23)

5. Metode Pengumpulan Data

Kebenaran dalam penelitian ini dapat diterima apabila ada

bukti-bukti yang nyata dengan prosedur-prosedur yang jelas dan sistematis

serta dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Adapun penelitian

ini menggunakan beberapa metode antara lain:

a. Metode Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke dalam

objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang telah

dilakukan. (Sudaryono, 2013:38)Metode ini digunakan untuk

menemukan hasil dari pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek, yakni dengan

menyaksikan dan terlibat secara langsung dalam prosesi upacara

tradisi sadranan di Gunung Balak Kecamatan pakis Kabupaten

Magelang.

b. Metode Wawancara

Wawancara adalah suatu alat pengumpulan data yang

digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya

(Sudaryono, 2013:35).Metode ini digunakan untuk mengumpulkan

data yang penulis tanya jawabkan kepada tokoh masyarakat dan

untuk mengetahui bagaimana tata cara tradisi sadranan dilakukan

serta tujuan dari nilai-nilai pendidikan islam tersebut.

(24)

Dalam memperluas pengumpulan data metode dokumentasi

sangat dibutuhkan. Jadi,metode ini adalah cara pengumpulan data

langsung dari tempat penelitian, buku-buku yang relevan, laporan

kegiatan, foto-foto, film documenter dan data yang relevan

(Sudaryono,2013:41).

Metode tersebut digunakan untuk mengumpulkan data-data

yang diperlukan melalui dokumen-dokumen yang berupa foto,

gambar, dan bukti-bukti tertulis lainya, yang dapat mendukung

dan membantu penelitian tersebut agar lebih valid.

6. Analisis Data

Tahap analisis data meliputi analisis data baik yang diperoleh

melalui observasi, dokumentasi, maupun wawancara mendalam

dengan masyarakat desa Pakis. Kemudian dilakukan penafsiran data

sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya

melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber

data yang didapat dari metode perolehan datasehingga data

benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data

yang merupakan proses penentuandalam memahami konteks penelitian

yang sedang diteliti. Sehingga “ proses analisis dapat dimulai dengan

menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari

wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan

(25)

sebagainya” (Moelong, 2002:190).Kegiatan-kegiatan analisis selama

penulis mengumpulkan data meliputi:

a. Menetapkan fokus penelitian

b. Penyusunan temuan-temuan sementara berdasarkan data yang

telah terkumpul

c. Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan

temuan-temuan data sebelumnya

d. Pengembangan pertanyaan-pertanyaan dalam rangka

pengumpulan data berikutnya.

e. Penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data berikutnya

Setelah data terkumpul maka selanjutnya adalah tahap

mengenalisis data, sebagai tahap akhir suatu penelitian maka penulis

menggunakan metode deskriptif yaitu dengan cara data yang

dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, hal ini

disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Teknik analisis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model reduksi

data, penyajian data serta menarik kesimpulan (Milles, 1992:16).

G. Sistematika Penulisan

Bab IPendahuluan. Pada bab I memuat tentang pembahasan yang

terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

Kegunaan Penelitian, penegasan Istilah, Selain itu peneliti juga

(26)

Subyek penelitian, Metode Pengumpulan Data, Metode Analisis Data serta

Sistematika Penulisan.

Bab IIKajian Pustaka. Pada bab ini berisikan kajian pustaka, yang

memuat teori-teori yang berkaitan dengan judul skripsi yang meliputi,

pengertiantradisi, tradisi Jawa dan perkembangan, Islam dan tradisi

sadranan, akulturasinilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi sadranan

serta nilai-nilai pendidikan Islam.

Bab III Paparan Data dan Temuan Penelitian. Pada bab ini berisi

tentanggambaran umum Desa Losari yang meliputi kondisi

geografis,demografis kependudukan, pola penggunaan tanah, sarana dan

prasarana desa, kesehatan masyarakat, kelembagaan desa, sosial

budaya,temuan penelitian yang meliputi, sejarah tradisi sadranan, waktu

dan tempat upacara sadranan, pelaksanaan sadranan, makna yang

terkandung dalam tradisi sadranan, nilai-nilai pendidikan Islam dalam

tradisi sadranan dan upaya pelestarian sadranan.

Bab IV Pembahasan. Pada bab ini menguraikan tentangprosesi

tradisi sadranan, peran educatif tradisi sadranan dalam pendidikan Islam,

dannilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi sadranan.

Bab VPenutup. Pada bab ini akan disampaikan tentang Kesimpulan

dan saran. Diakhiri dengan daftar pustaka, serta lampiran-lampiran yang

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tradisi Sadranan

1. Pengertian Tradisi Sadranan

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita mendengar istilah

“Tradisi” seperti ungkapan tradisi jawa, tradisi kraton, tradisi

pesantren dan lain-lain. Tetapi istilah tradisi biasanya secara umum

dimaksudkan untuk menunjuk kepada suatu nilai, norma, dan adat

kebiasaan yang berbau lama, dan yang lama tersebut hingga kini masih

diterima, diikuti bahkan dipertahankan oleh masyarakat tertentu.(Imam

Bawani, 1993:23).Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun dari

nenek moyang yang masih dijalankan dalam masyarakat (TPKBBI,

2008:959)

Tradisi adalah peristiwa budaya yang merupakan warisan dari

para pendahulu kita yang telah mewariskan nilai budaya yang tinggii

sehingga menjadikan identitas yang kuat serta mengakar dikalangan

masyarakat (Purwadi,2007:546)

Tradisi rupanya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan, bahkan ia

dapat menjadi demikian penting bagi masyarakat karena memberikan

banyak makna bagi mereka. Sebuah masyarakat tidak akan

mempertahankan dan mewariskan tradisi kecuali mereka meyakini

(28)

makna bagi mereka. Masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Islam

hingga sekarang ada yang masih belum bisa meninggalkan tradisi dan

budaya jawanya.

Salah satu tradisi Jawa yang berkembang pada saat itu adalah

tradisi nyadran. Tradisi nyadran atau sadranan merupakan kegiatan

tahunan yang dilakukan masyarakat jawa. Pada mulanya sadranan

berasal dari tradisi Hindu-Budha. Sejak abad ke -15 para walisongo

dalam menyebarkan agama Islam menggunakan pendekatan tasawuf

(mistik Islam) dengan menggabungkan tradisi tersebut dengan

dakwahnya agar agama Islam dengan mudah diterima oleh

masyarakat. Pada awalnya para wali berusaha meluruskan

kepercayaan yang ada pada masyarakat jawa saat itu tentang

pemujaan roh yang dalam agama islam dinilai musyrik. Agar tidak

berbenturan dengan tradisi Jawa saat itu maka para wali tidak

menghapuskan tradisi tersebut, melainkan menyelaraskan dan

mengisinya dengan ajaran Islam, yaitu dengan pembacaan ayat

Al-Qur‟an, tahlil, dan do‟a. Sadranan dipahami sebagai bentuk hubungan

antara leluhur dengan sesama manusia dengan Tuhan.

(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Nyadran diakses pada selasa, 20

Desember pukul 16:42 WIB).

Sadranan secara umum merupakan bentuk ritual melalui do‟a

dan sedekahan (ube rampe makanan), yang dimaksudkan untuk

(29)

pelaksanaan sadranan bervariasi tiap daerah. Ada yang bulan

Muharram (Suro), Safar, dan yang paling banyak dilakukan adalah

bulan Sya‟ban (Ruwah). Dengan mendo‟akan mereka yang sudah

meninggal, maka yang melakukan do‟a akan mendapatkan efek balik

energi positif bagi kehidupanya (Solikhin, 2009:152).

Pelaksanaan tradisi sadranan dinilai untuk menjaga hubungan

serasi dan harmonis baik vertikal maupun horizontal, manusia

melakukan upacara ritual sebagai kelakuan baku. Dimana pelaksanaan

ritualnya berorientasi pada tokoh mitos yang diangkat dan diyakini

karena karismanya dianggap mampu melindungi dan memberikan

kesejahteraan serta ketentraman hidup bagi kehidupan masyarakatnya

Budhi Santosa dalam (Siti, 2010:22).

2. Tradisi Jawa dan Perkembanganya

Perkembangan agama Islam di tanah Jawa tidak dapat

dipisahkan dari pengaruh kebudayaan Jawa yang ada didalam

kehidupan masyarakat, karena dengan perpaduan antara kedua

kebudayaan tersebut agama Islam sampai saat ini masih mampu eksis

dan membentuk suatu kekuatan yang besar. Perkembangan agama

Islam ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang

mempunyai penduduk muslim terbesar di dunia. Banyak orang yang

berpendapat bahwa ajaran agama Islam dan nilai-nilai dalam

kebudayaan Jawa mempunyai kesamaan dalam penyampaianya,

(30)

juga sejalan dengan ajaran agama Islam dalam kehidupan

bermasyarakat. (Hermawan, 2014:48)

Perkembangan tradisi Jawa sejalan dengan fase perkembangan

budaya Jawa. Menurut Simuh (1996:110) Ada tiga karakteristik

kebudayaan Jawa yang terkait dengan hal ini, yaitu:

a) Kebudayaan Jawa Pra Hindu-Budha

Kebudayaan masyarakat Indonesia, khususnya Jawa Pra

Hindu-budha dipengaruhi oleh animisme dan dinamisme. Tradisi

yang menyertai antara lain: Seni pewayangan dan gamelan yang

digunakan sebagai ritual untuk mendatangkan roh nenek moyang.

b) Kebudayaan Jawa Masa Hindu-Budha

Pengaruh kuat budaya India (Hindu-Budha) mulai tampak

pada penyisipan tata karma feodal pada cerita pewayangan dengan

tujuan agar rakyat royal terhadap kekuasaan raja.

c) Kebudayaan Jawa Masa Kerajaan Islam

Sejak runtuhnya kerajaan Jawa hindu Majapahit (1518 M)

dan berdirinya kerajaan Islam Demak, maka dimulailah Islam

sebagai bagian dari kekuatan politik. Bahkan dalam penilaian para

pujangga, berdirinya kerajaan Demak dipandang sebagai jaman

peralihan yakni peralihan dari jaman “kabudhan” (tradisi Hindu

-Budha) ke jaman “Kawalen” (wali). Peralihan ini bukan berarti

pembuangan budaya adiluhung jaman Hindu-Budha, namun

(31)

Peralihan ini melahirkan bentuk peralihan yang berupa

“sinkretisme” antarawarisan budaya animisme-dinamisme dan

unsur-unsur Islam.

3. AkulturasiNilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sadranan

Penyebaran Islam di Nusantara, khususnya di tanah Jawa tidak

terlepas dari Walisongo, karena Walisongolah yang mempelopori

dakwah Islam di Jawa. Walisongo mengIslamkan nusantara dengan

memodifikasi budaya yang tidak sesuai dengan Islam agar sejalan

dengan Islam dan mempunyai nilai yang positif.Masuknya islam ke

Jawa membawa banyak perubahan tradisi dan budaya. Dalam bidang

keagaman, banyak ritual-ritual khas Jawa yang telah diakulturasikan

dengan nilai-nilai pendidikan Islam, sehingga yang terlihat secara

lahir adalah ritual Jawa, tetapi Isi Ritualnya merupakan nilai-nilai

pendidikan Islam(Titin, 2010:87)

Salah satu tradisi yang berkembang pada saat itu adalah tradisi

sadranan.Sadranan mempunyai kemiripan dengan sradda pada masa

Majapahit. Kemiripan itu terlihat pada kegiatan “interaksi” manusia

dengan leluhur yang telah meninggal, seperti pengorbanan, sesaji,dan

ritus sesembahan yang hakikatnya bentuk penghormatan terhadap

yang sudah meninggal. Para wali diyakini mentransformasikan tradisi

pra-Islam itu menjadi sarat dengan unsur Islam demi kemudahan

(32)

dengan budaya Hindu-Budha dan anismisme yang diakulturasikan

dengan nilai-nilai Islam.(Kastolani, 2016:66)

B. Nilai Pendidikan Islam

1. Pengertian Nilai

Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi

kemanusiaan (Purwadarminta, 1999:677). Sesuatu itu bernilai berarti

sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Pada

hakikatnya nilai akan memberikan pengaruh dalam kehidupan sosial

manusia sehari-hari.

Nilai bersifat ideal, abstrak dan tidak dapat disentuh oleh panca

indera, sedangkan yang dapat ditangkap hanya barang atau tingkah

laku yang mengandung nilai tersebut. Nilai juga bukan fakta yang

berbentuk kenyataan dan konkret. Oleh karena itu masalah nilai bukan

soal benar dan salah, tetapi juga soal dikehendaki atau tidak, disenangi

atau tidak, sehingga bersifat subjektif. Adapun dalam masyarakat yang

dibahas adalah nilai inti (scoe value), nilai inti ini diikuti oleh setiap

individu atau kelompok yang jumlahnya cukup besar, orang-orang itu

benar-benar menjunjung tinggi nilai itu sehingga menjadi salah satu

faktor penentu untuk berperilaku (Munandar, 1995:25).

Dilihat dari segi kebutuhan hidup manusia, nilai menurut

sjarkawi (2009:29) adalah:

(33)

2) Nilai sosial

3) Nilai undang-undang

4) Nilai agama

Keempat nilai tersebut berkembang sesuai dengan tuntutan

kebutuhan.Dari kebutuhan yang paling sederhana yakni kebutuhan

fisik biologis, keamanan, harga diri dan kebutuhan jati diri.

Menurut Muhaimin (1991:111) sumber nilai dalam kehidupan

manusia yaitu:

a. Nilai Ilahi

Nilai Ilahi adalah nilai yang bersumber dari Al-Qur‟an dan

hadits. Nilai Ilahi dalam aspek teologi (kaidah keimanan) tidak

akan pernah mengalami perubahan, dan tidak berkecenderungan

untuk berubah atau mengikuti selera hawa nafsu manusia.

Sedangkan aspek amaliyahnta dapat mengalami perubahanan

sesuai dengan perkembangan zaman dan lingkunganya.

b. Nilai Insani

Nilai insani adalah nilai yang tumbuh dan berkembang atas

kesepakatan manusia. Nilai insani ini akan terus berkembang kea

rah yang lebih maju dan lebih tinggi. Ra‟yu, adat istiadat („urf),

dan kenyataan alam.

Pembagian nilai-nilai dari segi ruang lingkup hidup manusia

(34)

Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, karena itu nilai ini

juga mencakup nilai-nilai ke Tuhanan dan kemanusiaan.

2. Pengertian Pendidikan Islam

Dalam kehidupan manusia, pendidikan memiliki peranan yang

sangat penting.Karena dengan pendidikan manusia dapat maju dan

berkembang menciptakan kebudayaan dan peradaban positif yang

dapat mengantarkan kebahagiaan bagi hidup manusia itu sendiri.Hal

itu sangat wajar mengingat semakin tinggi tingkat pendidikan

manusia, maka semakin maju pulalah kebudayaan dan peradabannya.

Pendidikan Islam adalah proses edukatif yang mengarah kepada

pembentukan akhlak atau secara utuh dan menyeluruh, menyangkut

aspek jasmani dan rohani. Pendidikan Islam adalah usaha yang lebih

khusus dan ditekankan pada pengembangan fitrah keberagamaan dan

sumber daya insani lainya agar lebih mampu memahami, menghayati

dan mengajarkan ajaran Islam (Gunawan, 2014:8).

Arifin (2003:4) merumuskan bahwa yangdimaksud pendidikan

Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikankemampuan

seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-citadan

nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai

corakkepribadiannya Dengan kata lain, manusia yang mendapatkan

pendidikanIslam harus mampu hidup dalam kedamaian dan

(35)

Menurut Achmadi (2005:28) pendidikan Islam dapat diartikan

sebagai segalausaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah

manusia serta sumberdaya manusia yang ada padanya menuju

terbentuknya manusia seutuhnya sesuai dengan moral Islam.

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksudpendidikan Islam ialah suatu sistem kependidikan yang

mencakup seluruhaspek kehidupan yang dibutuhkan oleh manusia

sebagai hamba Allah,sebagaimana Islam telah menjadi pendoman

bagi seluruh aspek kehidupanmanusia, baik untuk kehidupan di dunia

maupun untuk kehidupan di akhirat.

Menurut Rudi(2015:21) fungsi Pendidikan Islam ada tiga yaitu:

a. Mengembangkan wawasan yang tepat dan benar mengenai jati diri

manusia, alam sekitarnya dan mengenai kebesaran ilahi, sehingga

tumbuhnkreatifitas yang benar.

b. Menyucikan diri manusia dari syirik dan berbagai sikap hidup dan

perilaku yang dapat mencemari fitrah kemanusiaanya dengan

menginterlasikan nilai-nilai insani dan ilahi pada subjek didik.

c. Mengembangkan ilmu untuik menompang dan memajukan

kehidupan bail individu maupun sosial.

3. Dasar Pendidikan Islam

Menurut Umiarso (2010:50) pendidikan merupakan alat untuk

mencapai suatu tujuan bagi masyarakat.Agar tujuan bisa melaksanakan

(36)

mendasarinya karena pendidikan merupakan bagian terpenting dari

kehidupan manusia.

Menurut Zakiah Daradjat (2011:19) landasan itu terdiri dari

Al-Qur‟an, Sunnah Nabi Muhammad SAW yang dapat dikembangkan

dengan ijtihad (ijma‟ ulama)

a. Al-Qur‟an

Al-Qur‟an adalah firman Allah berupa wahyu yang

disampaikan oleh jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di

dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan

untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran

yang terkandung didalam Al-Qur‟an itu terdiri dari dua prinsip

besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang

disebut Aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut

syari‟ah

Di dalam Al-Qur‟an terdapat banyak ajaran yang berisi

prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan.

Sebagai contoh dapat dibaca kisah Lukman yang mengajari

anaknya dalam surat Lukman ayat 12 sampai dengan 19. Cerita itu

menggariskan prinsip materi pendidikan dari masalah iman, akhlak

ibadah,sosial, dan ilmu pengetahuan. Ayat lain menceritakan tujuan

hidup, nilai suatu kegiatan, dan tentang amal saleh. Itu berarti

bahwa kegiatan pendidikan harus mendukung tujuan hidup

(37)

Al-Qur‟an sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai teori

tentang pendidikan islam.

b. As-Sunnah

As-Sunnah ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi

Muhammad SAW baik itu perkataan, perbuatan, maupun

ketetapanya. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah

Al-Qur‟an. Seperti Al-Qur‟an,Sunnah juga berisi aqidah dan syari‟ah.

Sunnah berisi petunjuk (pedoman)untuk kemaslahatan hidup

manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi

manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa. Untuk itu Rasul

Allah menjadi guru dan pendidik utama. Sebagai contoh, beliau

sendiri mendidik pertama dengan menggunakan rumah Al-Arqam

Ibn Abi Al-Arqam, kedua dengan memanfaatkan tawanan perang

untuk mengajar baca tulis, ketiga dengan mengirim para sahabat ke

daerah-daerah yang baru saja masuk Islam. Semua itu adalah

pendidikan dalam rangka membentuk manusia muslim dan

masyarakat islam.

Oleh karena itu, Sunnah merupakan landasan kedua bagi cara

pembinaan pribadi manusia muslim. Sunnah selalu membuka

kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebabnya mengapa

ijtihad pelu ditingkatkan dalam memahaminya termasuk Sunnah

(38)

c. Ijtihad

Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan

menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari‟at

islam untuk menetapkan/menentukan sesuatu hukum syari‟at islam

yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qura‟an dan

Sunnah.ijtihaddalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek

kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman

pada Al-Qur‟an dan Sunnah. Namun demikian, ijtihad harus

mengikuti kaidah-kaidah yang diatur para mujtahid tidak boleh

bertentangan dengan isi Al-Qur‟an dan Sunnah tersebut. Karena itu

ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum islam yang

sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah Rasul wafat.

Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari

Al-Qur‟an dan Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli

pendidikan islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang

berhubungan langsung dengan kebutuhan hidupdi suatu tempat

pada kondisi dan situasi tertentu. Teori-teori pendidikan baru hasil

ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup.

4. Nilai-Nilai Pendidikan Islam

Nilai Pendidikan Islam bermakna sebagai konsep-konsep

pendidikan yang dibangun berdasarkan ajaran islam sebagai landasan

(39)

Nilai pendidikan Islam menurutZulkarnain dalam (Bayu,

2015:50) yaitu:

1) Nilai Akidah

Akidah atau keimanan dalam Islam merupakan hakikat

yang meresap kedalam hati dan akal. Iman merupakan pedoman

dan pegangan yang terbaik bagi manusia dalam rangka

mengarungi kehidupan. Iman menjadi sumber pendidikan paling

luhur, mendidik akhlak, karakter, dan mental manusia, sehingga

dengan iman tersebut manusia dapat mengatur keseimbangan yang

harmonis antara jasmani dan rohani.

Adapun kepercayaan atau akidah yang asasi dituntut oleh

islam untuk dipercayai sebagai unsur utama adalah percaya

adanya Allah SWT dan keesaan-Nya, sesuai dengan firman Allah

dalam surat Al Ikhlas ayat 1-4:

(

٢

)

ُدَمَّصلا ُهَّللا

(

١

)

دَحَأ ُهَّللا َوُه ْلُق

(

٤

)

دَحَأ اًوُفُك ُهَل ْنُكَي َْلََو

(

٣

)

ْدَلوُي َْلََو ْدِلَي َْلَ

Artinya:“Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah

adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia".

2) Nilai Ibadah

Ibadah yang dimaksud adalah pengabdian ritual

sebagaimana diperintahkan dan diatur dalam Al-Qur‟an dan

(40)

dalam meyakini dan mempedomani aqidah yang Islamiyah.

Pendidikan Ibadah merupakan salah satu aspek pendidikan Islam

yang perlu diperhatikan. Muatan ibadah dalam pendidikan Islam

diorientasikan kepada bagaimana manusia mampu memenuhi

hal-hal sebagai berikut: Pertama menjalin hubungan utuh dan

langsung dengan Allah SWT. Kedua, menjalin hubungan dengan

sesama insan. Ketiga, kemampuan menjaga dan menyerahkan

dirinya sendiri.

3) Nilai Akhlak

Tidak dapat diragukan lagi bahwa akhlak yang baik dan

tingkah laku yang bagus merupakan buah dari iman yang mantap

dan pertumbuhan agama yang benar. Akhlak memberi

norma-norma atau aturan baik dan buruk yang menentukan kualitas

pribadi manusia. Dalam akhlak Islam, norma-norma atau aturan

baik dan buruk telah ditentukan dalam Al-Qur‟an dan Hadits.

Puncak dari akhlak ialah:

a) Irsyad, yakni kemampuan membedakan antara amal baik

danburuk.

b) Taufiq, yaitu perbuatan yang sesuai dengan tuntunan

RasulullahSAW dengan akal sehat.

c) Hidayah, yakni gemar melakukan perbuatan baik dan terpuji

serta menghindari yang buruk dan tercela.

(41)

Bidang kemasyarakatan ini mencakup pengaturan pergaulan

hidup manusia diatas bumi, misalnya pengaturan tentang benda,

ketatanegaraan, hubungan manusia dalam dimensi sosial, dan lain

sebagainya.

Ada beberapa butir nilai, hasil deduksi dari Al-Qur‟an yang dapat

dikembangkan untuk penerapan pendidikan Islam

(Muhaimin,2011:64) yaitu:

a. Nilai Ibadah

Penerapan dan pengembangan pendidikan Islam merupakan

Ibadah.

b. Nilai Ihsan

Pendidikan Islam hendaknya dikembangkan untuk berbuat

baik kepada semua pihak pada setiap generasi, disebabkan

karena Allah Swt, telah berbuat baik kepada manusian dengan

segala nikmat-Nya, san dilarang untuk berbuat kerusakan

dalam bntuk apapun.

c. Nilai Kerahmatan

Pendidikan Islam hendaknya ditujukan bagi kepentingan dan

kemaslahatan seluruh umat manusia dan alam semesta.

d. Nilai Amanah

Pendidikan Islam adalah amanah dari Allah Swt. Sehingga,

pengembangan dan penerapanya dilakukan dengan niat, cara

(42)

e. Nilai Dakwah

Pengembangan dan penerapan pendidikan Islam merupakan

(43)

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Desa Losari

1. Kondisi Geografis

Secara administratif Gunung Balak berada di wilayah Dusun

Balak, Desa Losari. Desa Losari merupakan salah satu dari sekian

banyak desa yang terletak di Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang.

Desa Losari merupakan Desa Penyangga Kegiatan Kecamatan Pakis

karena berbatasan langsung dengan Desa Pakis yang menjadi ibu kota

kecamatan Pakis ,yang juga merupakan pusat administrasi

pemerintahan, pendidikan dan pelayanan kesehatan bagi mayarakat

Kecamatan Pakis. Terletak pada ketinggian 723 m di atas permukaan

laut dengan iklim yang sejuk , suhu berkisar antara 18 sampai dengan

27 derajat celcius. Luas wilayah desa losari adalah 174.956 Ha.

Keadaan tanahnya subur sehingga merupakan daerah pengembangan

pertanian tanaman pangan dan tanaman hutan rakyat.

Desa Losari juga merupakan jalur utama bagi para wisatawan

dari Kota Magelang dan sekitarnya menuju obyek rekreasi wisata alam

Kopeng, sehingga berpotensi untuk pengembangan industri

pariwisata.Adapun perbatasan desa Losari antara lain sebagai berikut:

1) Sebelah timur berbatasan dengan desa Pakis Kecamatan Pakis

2) Sebelah selatan berbatasan dengan desa Surodadi Kecamatan

(44)

3) Sebelah barat berbatasan dengan desa Rejosari dan Desa Bawang

Kecamatan Pakis.

4) Sebelah utara berbatasan dengan desa Daseh Kecamatan Pakis

2. Demografis Kependudukan

a. Jumlah penduduk menurut dusun

Jumlah Penduduk Losari per Desember 2016 adalah:

Tabel 3.1

Jumlah Penduduk Desa Losari Berdasarkan Dusun

NO DUSUN KK

Sumber: Arsip Desa Losari Tahun 2016

Jumlah keseluruhan penduduk losari adalah 2637 jiwa, dari

jumlah tersebut penduduk yang tinggal di Dusun Balak berjumlah

634 orang yang terdiri dari 330 orang laki-laki dan 304 orang

(45)

b. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan

Tabel 3.2

Jumlah Penduduk Desa Losari Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Belum sekolah 338

2 Tidak tamat SD 274

3 Tamat SD/Sedrajat 938

4 Tamat SLTP/ Sedrajat 661

5 Tamat SLTA/ Sedrajat 345

6 DI /D II 6

7 D III 36

8 S I 39

Jumlah 2637

Sumber: Arsip Desa Losari Tahun 2016

c. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian

Sesuai dengan potensi daerah yang dimiliki, yaitu tanah yang

subur dan iklim yang sejuk, makaSecara umum berikut ini

(46)

Tabel 3.3

Jumlah Penduduk Desa Losari Berdasarkan MataPencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah

1. Petani 676

Sumber: Arsip Desa Losari Tahun 2016

Masyarakat Desa Losari pada umumya bergerak dibidang

pertanian tanaman pangan dan hortikultura. Tanaman Albasia

merupakan tanaman yang diandalkan oleh sebagian petani untuk

menopang kebutuhan sehari-hari. Albasia hampir bisa ditemui

disetiap sudut di desa Losari.

Industri kecil juga merupakan bidang usaha bagi sebagian

(47)

kayu di dusun Jengkol, Pembuatan Sapu Ijuk di Dusun Klenteng

pengolahan makanan (tempe, criping singkong, peyek kacang dll)

di dusun Losari dan industri kerajinan keranjang (dadok) di dusun

Jengkol serta usuk reng, di dusun Jengkol, Balak dan Losari

d. Jumlah penduduk menurut agama

Tabel 3.4

Jumlah Penduduk Desa Losari Berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah

1. Islam 2637

2. Kristen -

3. Katholik -

4. Hindu -

5. Budha -

Sumber: Arsip Desa Losari Tahun 2016

Tabel diatas menunjukkan bahwa penduduk desa Losari

semua beragama Islam, maka tidak ada masalah yang mengganggu

dalam berbagai ritual keagamaan.

3. Pola Penggunaan Tanah

a. Luas Wilayah

Luas wilayah Desa Losari adalah174.956 Ha. Desa Losari

(48)

Tabel 3.5

Jumlah dusun menurut RT dan RW

No Dusun Jumlah RT Jumlah RW

1 Balak 5 1

2 Losari 7 1

3 Jengkol 4 1

4 Klenteng 3 1

Sumber: Arsip Desa Losari Tahun 2016

b. Peruntukan lahan

Sebagian besar fungsi tanah di Desa Losari masih

dipergunakan untuk lahan pertanian, yaitu untuk tegalan dan

sawah tadah hujan. Sebagai gambaran , berikut tabel penggunaan

lahan di Desa Losari :

Tabel 3.6

Tabel Penggunaan Lahan di Desa Losari

No. Lahan Luas (ha)

(49)

4. Sarana dan Prasarana Desa

digunakan dalam kondisi terawat, berikut ini table jumlah tempat

ibadah tersebut:

Tabel 3.7

Jumlah Tempat Ibadah di Desa Losari

No Sarana Jumlah Keterangan

1. Masjid 6 Baik

2. Mushola 4 Baik

3. Gereja - -

4. Vihara - -

Sumber: Arsip Desa Losari Tahun 2016

Tabel diatas menunjukkan bahwa semua tempat ibadah

yang berada di Desa Losari merupakan tempat ibadah untuk umat

islam yang terbagi menjadi dua bangunan yaitu masjid dan

mushola.

e. Pendidikan

(50)

Tabel 3.8

Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Losari

No. Sarana Jumlah

Sumber: Arsip Desa Losari Tahun 2016

Fasilitas pendidikan yang ada di Desa Losari \ yaitu mulai

dari jenjang pendidikan usia dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak

sampai dengan Sekolah Dasar (SD). Tempat kursus untuk mata

pelajaran tertentu juga diselenggarakan oleh kelompok-kelompok

dan perseorangan. Pendidikan keagamaan (TPA) hampir di semua

dusun. Hanya Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) dan Perguruan Tinggi yang belum

ada.Pendidikan masyarakat desa Losari masih perlu ditingkatkan,

mengingat dari data yang ada menunjukkan bahwa pendidikan

(51)

5. Kesehatan Masyarakat

Sarana kesehatan yang ada di Desa Losari berupa PKD (Pos

Kesehatan Masyarakat) di dusun Jengkol dekat dengan kantor Desa

Losari . Selain itu untuk membantu kelahiran ada Bidan Praktek dan

dukun bayi. Sedangkan untuk pemantauan kesehatan balita dan ibu

hamil telahterbentuk4 (empat) posyandu yang masing-masing berada

di dusun Balak, Losari, Jengkol dan Klenteng.

6. Kelembagaan Desa

Desa losari mempunyai organisasi pemberdayaan masyarakat

yang bergerak di bidang pertanian dan organisasi-organisasi sosial.

Organisasi pemberdayaan tersebut adalah

Tabel 3.9

Tabel Organisasi Bidang Pertanian Desa Losari

No. Nama Dusun Keterangan

1. Sumber Adil Balak 71

2. Muzaroah Losari 40

3. Margo toto Jengkol, Klenteng 125

(52)
(53)

Ta‟lim

Sumber: Arsip Desa Losari Tahun 2016

7. Sosial Budaya

a. Seni Budaya yang ada di Desa Losari

Di Desa Losari kesenian tumbuh dan berkembang hampir

disemua dusun. Beberapa kesenian yang ada di Desa Losari antara

lain :

a) Topeng ireng di Dusun Losari

b) Group Dangdut dusun Jengkol

c) Rebana di Dusun Jengkol

d) Rebana Di Dusun Losari

b. Tradisi yang masih ada di Desa Losari

a) Upacara adat pernikahan.

b) Sadranan Gunung Balak tiap hari selasa kliwon atau Minggu

Kliwon,bulanMuharam (Suro)

(54)

c. Gotong Royong Warga.

a) Gotong royong membersihkan pemakaman umum,

biasadilaksanakan setiap lapan.

b) Gotong royong membangun rumah.

c) Gotong royong membangun fasilitas umum

(Jalan,jembatan,tempat ibadah dll)

A. Temuan Penelitian

1. Prosesi Sadranan di Gunung Balak

a. Sejarah Sadranan di Gunung Balak

Tradisi sadranan di Gunung balak merupakan salah satu

tradisi yang masih rutin dilakukan oleh masyarakat sekitar Gunung

Balak, kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang.Upacara sadranan

ini rutin dilakukan setiap bulan suro dan berlangsung di Gunung

Balak.

Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Mujiyono bahwa:

“Asal mula adanya tradisi sadranan di Gunung Balak tidak terlepasdari proses penyebaran agama islam di daerah tersebut. Jadi, adanya sadranan di Gunung balak juga sebagai salah satu cara untuk mengenang dan menghormati tokoh-tokoh yang berperan dalam penyebaran agama Islam di daerah tersebut, salah satunya adalah Syekh Subakir. Syekh Subakir merupakan salah seorang ulama islam yang berasal dari Persia. Pada masa itu SyekhSubakir mendapatkan tugas untuk berijtihad dan menyampaikan agama Islam di tanah Jawa. (Wawancara pada tanggal 10 Desember 2016)

Perjalanan Syekh Subakir untuk menyebarkan Islam di Jawa

(55)

“Banyak rintangan yang harus dihadapinya.Akhirnya sampailah Syekh Subakir di tanah Jawa. Sesampainya di Jawa mereka memilih tempat di daerah magelang. Dipilihnya Magelang menjadi tempat singgah Syekh Subakir karena Magelang merupakan tengah-tengahnya pulau Jawa. Selain itu daerah tersebut dahulu

masih banyak tempat yang belum terjamah oleh Islam.”

(Wawancara pada tanggal 10 Desember 2016)

Seperti yang diungkapkan Oleh MbahJannadi:

“Sejarahe iku miturut cerito wong mbiyen ono alim ulama yo kuwi

Syekh Subakir. Gawe nyebarke Islam Syekh Subakir urip ning

Magelang. Sak rampunge ning Magelang, Syekh Subakir nggawe

nglawan marang kang nunggu Gunung. Syekh Subakir akhire biso ngalahke saka roh gunung. Pihak sing kalah kudu abdi manut marang syekh Subakir. Sawise Syekh Subakir nglawan marang kang nunggu gunung rampung, Syekh Subakir uga nancepke

pusoko ing Gunung Balak. Pusoko iku jenenge pusoko

Kalimosodo, kalimosodo iku maknane kalimat syahadat. Pusoko iku gawe njogo supoyo masyarakat uripe tentrem, adoh seko

bencana, ora diganggu karo jin lan mahluk alus liyane”

(Sejarahnya itu menurut orang dulu ada alim ulama yang bernama Syekh Subakir. Untuk menyebarkan agama Islam Syekh subakir tinggal di Magelang Selama menetap di Magelang, Syekh Subakir mengadakan perlawanan terhadap mahluk halus penungu Gunung. Akhirnya Syekh Subakir berhasil mengalahkan jin penunggu gunung tersebut. Pihak yang kalah harus menjadi abdi yang patuh kepada syekh subakir. Setelah perlawanan Syekh Subakir terhadap mahluk halus tersebut selesai, syekh Subakir juga menancapkan pusaka di Gunung Balak, pusaka tersebut bernama Kalimosodo yang bermakna kalimat syahadat. Pusaka tersebut berfungsi untuk menjaga agar masyarakat hidup dengan tentram, jauh dari bencana, tidak diganggu oleh jin, dan mahluk halus lainya). (Wawancara pada tanggal 10 Desember 2016)

Menurut bapak Parjo:

“Setelah semuanya selesai, syekh subakir memulai tugasnya untuk

(56)

Sadranan yang dilakukan di atas Gunung Balak setiap tahunya”. (wawancara pada tanggal 10 Desember 2016)

Berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat dapat

ditarik kesimpulan bahwa masyarakat selalu rutin mengadakan

upacara sadranan di Gunung Balak sebagai wujud rasa syukur

sekaligus sebagai tanda untuk mengenang perjuangan Syekh

Subakir dalam menyebarkan agama Islam di daerah tersebut.

b. Waktu dan Tempat Upacara Sadranan

Sadranan merupakan sebuah upacara yang sampai saat ini

masih dilestarikan oleh masyarakat Jawa dan mereka melakukan

dengan patuh. Menurut bapak parjo:

“Upacara di Gunung Balak ini dilakukan setahun satu kali setiap

bulan Suro tepatnya pada hari mingu kliwon.Apabila tidak ada hari minggu kliwon pada bulan suro maka tradisi nyadran ini berlangsung pada hari selasa kliwon.Hari minggu kliwon dan

selasa kliwon dipercaya masyarakat sebagai hari yang sakral.”

(Wawancara pada tangggal 13 Desember 2016)

Seperti halnya yang diungkapkan Bapak Mujiyono:

“Masyarakat meyakini apabila meminta permohonan pada hari

tersebut maka permohonanya akan langsung didengar oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dan dapat terkabul.Akan tetapi pelksannan tradisi nyadran tersebut diprioritaskan dilaksanakan pada hari Minggu Kliwon agar seluruh lapisan masyarakat dapat mengikuti karena hari minggu adalah hari libur.Tradisi Nydran dilaksanakan pada bulan Suro karena pada bulan inilah Syekh Subakir mengubur pusaka-pusakanya.Tradisi nyadran di Gunung Balak ini mulai rutin

dilaksanakan sejat tahun 1960han.” (Wawancara pada tanggal 10

Desember 2016)

Ibu Titik juga mengatakan bahwa:

(57)

tanggal 2 oktober 2016 bertempat di Gunung Balak kecamatan

Pakis, kabupaten Magelang”. (Wawancara pada tanggal 13

desember 2016)

c. Pelaksanaan Nyadran di Gunung Balak

Dikatakan oleh Ibu Titik Bahwa:

“Perangkat desa mengadakan rapat dahulu sebelum tradisi

sadranan dilaksanakan. Rapatnya diselenggarakan oleh pihak kecamatan dengan menghadirkan kepala desa dan kepala dusun dan dilaksanakan kira-kira 1 bulan sebelum tradisi sadranan dilaksanakan. Rapat ini membahas tentang pembentukan panitia inti sadranan, pelaksanaan sadranan, khususnya untuk dusun Balak dan dusun Pakis karena lokasi kedua dusun tersebut yang paling dekat dengan Gunung Balak. Setelah rapat selesai, pihak penanggung jawab masing-masing dusun akan menyampaikan hasil rapat kepada warganya dan mengadakan rapat lagi dengan warga untuk membentuk panitia yang lebih rinci dan melakukan pembagian tugas. Setelah itu hasil rapat akan disosialisasikan kepada warga agar warga mengetahui tentang kapan pelaksanaan sadranan dan apa saja yang harus dipersiapkan. Setelah itu ada

yang menyelenggarakan pengajian, pengajianya yang

menyelenggarakan dari pondok Surya Buana yang terletak di Dusun balak, pembicaranya Kanjeng Syekh Sirullah dari pondok pesantren Surya Buana. Inti pengajianya satau saya ada dzikir akbar, manaqib, dan penancapan tombak kalimosodo.dan pada saat pelaksanaan nyadran ada ritual-ritual itu mbak bagi masyarakat

yang masih mempercayainya.” (Wawancara pada tanggal 13

Desember 2016)

Bapak Mujiyono menambahkan bahwa:

“Satu hari sebelum berlangsungnya upacara sadranan

biasanyadiadakan pengajian yang dihadiri oleh jamaah muslim dari warga pakis dan sekitarnya. Pengajian ini diselenggarakan oleh pondok pesantren Surya Buana yang bertempat di Dusun Balak. Dimulai dengan tausiyah yang dibawakan oleh Kanjeng Syekh Sirullah dari pondok pesantren Surya Buana.Tujuan dari pelaksanaan pengajian ini agar iman masyarakat semakin bertambah dan meningkatkan ukhuwah islamiyah diantara mereka. Kemudian pelaksanaanya jam 7 orang-orang yang mengikuti sadranan berkumpul di gunung Balak dengan membawa keperluanya masing-masing. Acara pembukan di isi oleh kepala

desa dan camat, setelah acara pembukaan selesai kemudian berdo‟a

(58)

kenduri bersama-sama.” (Wawancara pada tanggal 10 Desember 2016)

Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Parjo:

“Pada hari pelaksanaan upacara nyadran jam 7 pagimasyarakat

yang akan mengikuti sadranan berbondong-bondong menuju ke Gunung Balak dengan membawa tikar, tenong, dll. Masing-masing warga menggelar tikar diatas gunung balak untuk mengikuti upacara sadranan tersebut.Upacara sadranan dimulai diawali dengan sambutan dari kepala desa yang intinya menceritakan secara singkat sejarah adanya tradisi sadranan di Gunung Balak dan bermaksud untuk mengucapkan rasa syukur dan terimakasih kepada warga yang sudah bersedia datang untuk mengikuti upacara nyadran.Seusai sambutan oleh kepala desa mbah kaum yang sudah

dipilih menjadi rois maju untuk memimpin tahlil dan do‟a yang

isinya memohon ampunan atau dosa para leluhur kepada Allah

SWT. Setelah berdo‟a diakhiri dengan makan kenduri

bersama-sama”. (Wawancara pada tanggal 13 desember 2016)

Menurut Bapak Parjo:

“Masyarakat yang mengikuti sadranan di Gunung Balak biasanya

datang dengan membawa kenduri. Kenduri tersebut merupakan wujud syukur atas berkah yang telah diberikan oleh Allah SWT. Selain itu, dengan adanya kenduri bersama saat sadranan masyarakat dapat berkumpul dengan anggota masyarakat lain dan

dapat meningkatkan rasa kekeluargaan.” (Wawancara pada tanggal

13 desember 2016)

Pada saat pelaksanaan nyadran di Gunung Balak masyarakat

terlihat berinteraksi dengan sangat baik walaupun dengan warga

yang belum dikenal.Mereka terlihat saling menghormati dan akrab.

Pada saat upacara sadranan sedang berlangsung ada ritual kejawen

yang diikuti oleh beberapa masyarakat yang meyakininya. Menurut

Mbah Janadi :

(59)

diantaranya berupa tumpeng, aneka umbi-umbian, pisang, dan jajanan pasar.Tumpeng merupakan sesaji yang selalu disiapkan dalam ritual.Tumpeng merupakan symbol kesuburan dan kesejahteraan masyarakat .Pisang yang dipakai dalam sesaji adalah pisang raja, pemakaian pisang raja tersebut dimaksudkan agar yang melakukan ritual kejawen memiliki sifat seperti raja yakni berwatak adil, berbudi luhur dan tepat janji. Sesaji berupa umbi-umbian terdiri dari kimpul, lilin lumbu, telo pendem, midro, dan uwi, pisang kapokserta kluban yang terdiri dari beraneka sayuran yang melambangkan hasil bumi yang diperoleh masyarakat. Semua hasil bumi tersebut dipersembahkan sebagai tanda syukur kepada Allah SWT.Sesaji lain yaitu jajanan pasar yang merupakan lambang hubungan antar manusia dan lambang kemakmuran. Lambang hubungan antar manusia karena pasar merupakan tempat bertemunya banyak manusia sehingga dapat saling berinteraksi dan

saling mengenal.” (Wawancara pada tanggal 10 Desember 2016)

Pada proses ritual secara kejawen tersebut masyarakat

masih percaya dengan hal-hal gaib yang ada disekitar mereka.

Menurut bapak parjo:

“Ritual tersebut bukanlah merupakan tindakan musyrik dan

menentang agama. Sesaji yang diberikan tersebut hanya sebagai sarana. Permohonan tetap ditujukkan kepada Allah SWT. tidak semua orang mengikuti ritual kejawen ini karena semuanya dikembalikan pada keyakinan setiap orang. Baik proses sadranan secara Islam dan kejawen ini tetap berlangsung sampai sekarang

dan tidak mengalami perubahan.” (Wawancara pada tanggal 13

desember 2016)

d. Makna yang Terkandung dalam Tradisi Sadranan

Tradisi sadranan di Gunung Balak dilakukan untuk

mengenang leluhur mereka. Selain itu, tradisi ini juga sebagai

ungkapan rasa syukur terhadap Allah SWT karena telah

memberikan kedamaian dan ketentraman dalam masyarakat

sehingga masyarakat dapat bersatu hingga saat ini. Tradisi sadranan

(60)

rukun dalam masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh bapak

Mujiyono bahwa:

“Sadranan berasal dari bahasa Arab Syodrun yang artinya dada. Jadi, dengan adanya tradisi sadranan ini diharapkan dapat meningkatkan rasa lapang dada dan kekeluargaan sesama anggota masyarakat.Masyarakat juga berharap dengan dilaksanakanya tradisi sadranan ini kehidupan mereka menjadi tentram, dijauhkan

dari gangguan mahluk halus dan mara bahaya serta bencana.”

(Wawancara pada tanggal 10 Desember 2016)

2. Peran Educatif Tradisi Sadranan dalam Pendidikan Islam di Gunung

Balak

Masyarakat sekitar Desa Losari sejak lama hidup dalam

pengaruh tiga tradisi yang kuat, pertama tradisi Jawa karena tradisi

tersebut telah dipengaruhi oleh kepercayaan agama masyarakat pada

masa lampau, tradisi Jawa juga telah dilakukan secara terus menerus

dari generasi ke generasi. Yang kedua yaitu tradisi Islam. Agama Islam

yang datang di Pakis merupakan agama yang datang setelah agama

Hindu-Budha tetapi eksistensi agama Islam didaerah ini juga semakin

kuat dengan kenyataan bahwa semua masyarakatnya sudah beragama

Islam. Yang ketiga adalah pengaruh dari tradisi Islam-jawa atau bisa

disebut Islam Kejawen. Hal ini dilihat dari warga masyarakat yang

dalam satu sisi bersungguh-sungguh menjalankan agama Islam tetapi

disisi lain juga masyarakat masih mempertahankan tradisi Jawa.

. Salah satunya dalam acara pengajian yang di adakan satu hari

sebelum dilaksanakanya upacara sadranan. Ibu Titik Mengatakan

(61)

“Yang membawakan Tausiyah adalah Kanjeng Syekh Sirullah dimana inti dari pengajian ini adalah dzikir akbar, Manaqib, dan penancapan tombak kalimosodo. Pengajian dalam pelaksanaan sadranan ini merupakan suatu bentuk ikhtiar dalam menanggapi berbagai tradisi yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat. Adanya pengajian yang diselenggarakan oleh pondok Surya Buana ini masyarakat dapat membentengi diri dengan nilai-nilai agama dan ilmu

pengetahuan”.

Menurut bapak Mujiyono :

“Peran pendidikan tradisi nyadran dalam pendidikan Islam ini untuk mengajarkan dan membimbing masyarakat sekitar Gunung Balak agar senantiasa mampu menonjolkan dan mempraktekan sikap maupun segala jenis tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga untuk mendorong setiap individu untuk selalu taat kepada Allah SWT serta dapat mengamalkan ajaran

dan perintah agama.”

3. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sadranan di Gunung Balak

Masyarakat yang sampai saat ini masih melaksanakan tradisi sadranan berkeyakinan bahwa dalam tradisi sadranan banyak nilai-nilai yang terkandung didalamnyaNilai pendidikan Islam yang terkandung dalam tradisi nyadran menurut bapak Parjo :

“Ada nilai amaliahnya karena masyarakat membuat kenduri

untuk dimakan bersama-sama. Mereka beramal dengan cara membagikan kenduri kepada orang yang tidak membawa bekal saat

acara nyadran berlangsung dan masih ada nilai-nilai lainya.”

(Wawancara pada tanggal 13 Desember 2016)

Ibu Titik mengimbuhi :

“Salah satunya ada nilai ukhuwah Islamiyah karena melibatkan

banyak orang dan di dalamnya terjadi interaksi antar individu sehingga terwujudlah rasa kebersamaan dan rasa persatuan. Selain itu antusias masyarakat dari daerah Pakis sendiri dan juga masyarakat dari luar daerah, bahkan dari luar kota berkumpul di satu tempat, saling bersilaturahmi untuk menjalin ukhuwah Islamiyah bersama-sama. Selain itu ada nilai dakwahnya juga karena Pondok Surya Buana mengadakan pengajian yang dilaksanakan satu hari sebelum sadranan dilaksanakan.Dengan dilaksanakanya pengajian ini diharapkan dapat

menambah wawasan warga masyarakat sekitar desa Losari.” (13

(62)

BAB IV

PEMBAHASAN

Kumpulan data yag dianalisis dalam skripsi ini bersumber dari hasil

wawancara dengan tokoh masyarakat, aparat dusun, dan warga yang penulis

anggap mampu untuk memberikan keterangan secara relevan, dilengkapi dengan

dokumen-dokumen yang ada. Mengacu pada penelitian ini maka penulis akan

menganalisa dan menyajikanya secara sistematis tentang nilai-nilai pendidikan

islam dalam tradisi sadranan di gunung balak.

A. Prosesi Tradisi Sadranan di Gunung Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

Perangkat desa mengadakan rapat sebelum tradisi sadranan

dilaksanakan.Rapat ini diselenggarakan oleh pihak kecamatan dengan

menghadirkan kepala desa dan kepala dusun.Rapat ini dilaksanakan kira-kira

1 bulan sebelum tradisi sadranan dilaksanakan.Rapat ini membahas tentang

pembentukan panitia inti sadranan, pelaksanaan sadranan, khususnya untuk

dusun Balak dan dusun Pakis karena lokasi kedua dusun tersebut yang paling

dekat dengan Gunung Balak.

Setelah rapat selesai, pihak penanggung jawab masing-masing

dusunakan menyampaikan hasil rapat kepada warganya dan mengadakan rapat

lagi dengan warga untuk membentuk panitia yang lebih rinci dan melakukan

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Desa Losari Berdasarkan Dusun
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Desa Losari Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 3.3
Tabel 3.4
+5

Referensi

Dokumen terkait

Silfi Listiani “Tinjauan hukum Islam mengenai tradisi pemberian almari oleh suami kepada isteri dalam pernikahan (Studi Kasus di Desa Buko Kecamatan Wedung Kabupaten

Judul : Pemahaman Mengenai Tradisi Sadranan Ditinjau dari Spiritualitas pada Masyarakat (Studi Deskriptif di Dukuh Karangwetan, Desa Karanglo, Kecamatan

Hasil riset dari penelitian ini adalah pandangan para ustadz yang ada di Desa Losari-Kidul Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon berpandangan baik tentang tradisi

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan tradisi punggahan ramadhan di Desa Batu Meranti, mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam

Atas nikmat sehat yang telah diberikan Allah SWT, penulis telah menyelesaikan skripsi berjudul Komunitas Tradisi Sadranan di Desa Pekuncen Kecamatan Kroya

Skripsi yang berjudul Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Mulutan di Desa Bintang Ninggi II Kecamatan Teweh Selatan Kabupaten Barito Utara ditulis oleh Muhammad

Penelitian ini membahas tentang bagaimana prosesi tradisi tedhak siten serta nilai budaya dan sosial yang terkandung dalam rangkaian tradisi tedhak siten yang dilakukan oleh masyarakat

Perspektif hukum Islam terhadap pelaksanaan tradisi nungkup lubang di desa Gunung Bantan kecamatan Semidang Alas Maras kabupaten Seluma adalah boleh mubah karena dalam prosesi nungkup