• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS SANTRI DI PONDOK PESANTREN SURYABUANA DESA BALAK KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS SANTRI DI PONDOK PESANTREN SURYABUANA DESA BALAK KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR

DALAM PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS

SANTRI DI PONDOK PESANTREN SURYABUANA

DESA BALAK KECAMATAN PAKIS

KABUPATEN MAGELANG

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

FAIZATUN

11111196

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)
(3)

EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR

DALAM PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS

SANTRI DI PONDOK PESANTREN SURYABUANA

DESA BALAK KECAMATAN PAKIS

KABUPATEN MAGELANG

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

FAIZATUN

11111196

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(4)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudari:

Nama : Faizatun

NIM : 11111196

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul : EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM

PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS SANTRI DI

PONDOK PESANTREN SURYABUANA DESA

BALAK, KECAMATAN PAKIS, KABUPATEN

MAGELANG TAHUN 2015

Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada sidang munaqosyah skripsi guna memperoleh gelar Sarjana dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Salatiga, 12 September 2015

Pembimbing

(5)

SKRIPSI

EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS SANTRI DI PONDOK PESANTREN

SURYABUANA DESA BALAK, KECAMATAN PAKIS, KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015.

DISUSUN OLEH :

FAIZATUN

NIM : 111 11 196

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agam Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 21 September 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 kependidikan Islam.

Susunan Panitia Ujian

Ketua Penguji : Achmad Maimun, M.Ag. __________________

Sekretaris Penguji : Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag. __________________

Penguji I : Drs. H. Imam Baihaqi, M.Ag. __________________

Penguji II : Drs. Juz‟an, M.Hum. __________________

Salatiga, 21 September 2015 Dekan

FTIK IAIN Salatiga

Suwardi, M.Pd.

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Faizatun

NIM : 11111196

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem

Psikologis Santri Di Pondok Pesantren Suryabuana Desa

Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2015

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil

karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan

kode etik ilmiah.

Magelang, 12 September 2015

Yang menyatakan,

(7)

MOTTO















Artinya: “

Hai jiwa yang tenang.

Kembalilah kepada

Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka

masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan

(8)

PERSEMBAHAN

Syukur Alhamdulillah terurai dari sanubari atas karunia dan rahmat Allah

SWT. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis

persembahkan skripsi ini untuk orang-orang yang selalu memberikan kasih

sayang, motivasi, dan dorongan dalam mengarungi lika-liku kehidupan ini. Yaitu

teruntuk:

1. Ibunda Sriyati dan Ayahanda Ahmad tercinta yang selalu mendo‟akan penulis

dengan tulus, memberikan nasehat, pengorbanan yang tak terhingga baik

secara materiil maupun spiritual, you are my everything.

2. Guru-guruku semua khususnya Ibu Ny. H. Siti Zulaikho Al Hafidzoh, Bpk

Ky. H. Muhsin Al Hafidz dan Ibu Ny. H. Nur Laela Al Hafidzoh terimakasih

atas segala Ilmu yang telah diberikan.

3. Kakakku Muhammad Abdul Qofin dan adik-adikku Uswatun, Mahmudah,

Abdurrohman yang senantiasa memberikan semangat dan dukungannya.

4. Semua keluarga besarku yang senantiasa memberikan do‟a dan dukungan

khususnya tanteku Siti Salbiyah dan ponakanku Amalia.

5. Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag yang telah memberikan pengarahan serta

bimbingan dengan penuh kesabaran dari awal hingga selesainya skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan segala Ilmu Pengetahuan yang

sangat berharga.

7. Staf karyawan-karyawati IAIN Salatiga.

8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 khususnya PAI E yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

9. Kakak-kakak kelas dan adik-adik kelas yang turut membantu dalam segala

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan segala nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang

membawa kita kepada jalan yang benar dan menuntun kita dari zaman kebodohan

hingga zaman yang penuh dengan Ilmu Pengatahuan.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan, motivasi,

dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan ketulusan hati

penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

3. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa

memberikan motivasi, pengarahan, dukungan, bimbingan serta meluangkan

waktu dan perhatian dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen yang senantiasa memberikan Ilmu Pengatahuan dan

pengalaman yang sangat berharga serta Staf-staf karyawan akademik IAIN

(10)

6. Pihak Pondok Pesantren Suryabuana Magelang yang telah memberikan izin

dan meluangkan waktunya untuk penelitian skripsi.

7. Ibunda Sriyati dan Ayahanda Ahmad yang senantiasa mendo‟akan,

mengarahkan dan mendukung baik secara materil maupun spiritual dengan

penuh keikhlasan dan kasih sayang.

8. Kakakku Muhammad Abdul Qofin, adik-adikku Uswatun, Mahmudah,

Abdurrohman serta semua keluarga besar yang senantiasa memberikan

semangat dan motivasi.

9. Semua pihak yang telah membantu demi lancarnya penulisan skripsi ini baik

secara langsung maupun tidak langsung hingga pada tahap selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dan masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat

membangun sehingga penulisan skripsi ini dapat mendekati kesempurnaan.

Selanjutnya semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca yang

budiman, bagi Nusa, Bangsa dan Agama, khususnya untuk penulis. Amiin.

Magelang, 11 September 2015

Penulis

(11)

ABSTRAK

Faizatun. 2015. Efektifitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag.

Kata Kunci: Metode Berdzikir dan Problem Psikologis.

Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan non formal yang bernuansa Islam tidak hanya berkiprah dalam pendidikan dan keberagamaan saja, namun fungsi-fungsi lain juga sering menjadi tanggung jawabnya. Fungsi tersebut misalnya tindakan psikologis sekaligus religius untuk terapi berbagai gangguan kejiwaan remaja. Bertitik tolak dari situ, penulis bermaksud meneliti tentang Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Fokus penelitian yang ingin dikaji yaitu: (1) Bagaimana deskripsi tentang metode berdzikir di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang? (2) Bagaimana efektivitas metode berdzikir dalam penanganan problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang? apa saja faktor-faktor penghambat dan faktor pendukungnya?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, penulis menggunakan jenis penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif maka data dari penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dengan menggunakan trianggulasi sumber sebagai instrumen untuk mengecek validitas data.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Metode berdzikir yang diterapkan di Pondok Pesantren Suryabuana adalah dzikir ala Thareqot Qodariyah wa Naqsabandiyah dengan mengamalkan dzikir Jahr (suara keras) dan dzikir

(12)

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis ... 7

2. Secara Praktis ... 7

(13)

2. Metode Berdzikir ... 8

3. Penanganan ... 10

4. Problem Psikologis ... 10

5. Santri ... 11

6. Pondok Pesantren Suryabuana Magelang ... 12

F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 15

2. Kehadiran Peneliti ... 15

3. Lokasi Penelitian ... 16

4. Sumber Data ... 16

5. Prosedur Pengumpulan Data ... 17

6. Analisis Data ... 18

7. Pengecekan Keabsahan Data ... 19

8. Tahap-tahap Penelitian ... 20

G. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Berdzikir 1. Pengertian Metode Berdzikir ... 24

2. Macam-macam Dzikir ... 28

3. Tujuan Dzikir ... 33

4. Kelebihan dan Keutamaan Berdzikir ... 39

(14)

2. Macam-macam Problem Psikologis ... 47

3. Karakteristik Orang yang Mengalami Problem Psikologis ... 55

4. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem Psikologis ... 60

BAB III PAPARAN DATA DAN PENEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data 1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Suryabuana ... 66

2. Kondisi Pondok Pesantren Suryabuana ... 77

3. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Suryabuana ... 84

4. Gambaran Informan ... 87

B. Temuan Penelitian 1. Macam-macam Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang ... 88

2. Cara-cara Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang ... 91

3. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang ... 100

4. Faktor-faktor Penghambat dan Faktor Pendukung dalam

(15)

Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan

Pakis Kabupaten Magelang ... 101

BAB 1V PEMBAHASAN A. Macam-macam Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang ... 104

B. Cara-cara Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang ... 106

C. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang ... 113

D. Faktor-faktor Penghambat dan Faktor Pendukung dalam Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang ... 115

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 117

B. Saran ... 120

C. Penutup ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... xvii

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel I Jadwal Kegiatan Harian ... 79

Tabel II Jadwal Kegiatan Khusus ... 80

Tabel III Sarana Prasarana ... 81

Tabel IV Susunan Pengurus ... 82

Tabel V Mubaligh ... 84

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi telah memberikan dampak yang beragam bagi

kehidupan manusia. Pada satu sisi era tersebut telah banyak memberi

kemudahan melalui penemuan-penemuan terkini, namun pada sisi lain era ini

juga memberikan dampak negatif bagi kehidupan remaja. Terlebih karena

remaja dikenal sebagai usia yang masih labil sehingga kerusakan moral di

kalangan remaja semakin hari semakin meningkat dan semakin banyak terjadi

penyimpangan-penyimpangan perilaku dan perubahan tata nilai dalam

kehidupan masyarakat. Hal ini ternyata banyak menimbulkan degradasi moral

yang sudah sangat sulit untuk ditangani oleh para pakar pada umumnya.

Oleh karena itu banyak ditemukan problem-problem psikologis yang

terjadi pada remaja, seperti; depresi, stres atau penggunaan zat-zat adiktif dan

hilangnya semangat hidup. Kondisi tersebut tentu tidak hanya akan

membebani kehidupan remaja yang masih panjang, namun juga menjadi

problem tersendiri bagi orang tua. Hal itu dikarenakan anak adalah harta dan

kebanggaan bagi setiap orang tua yang tidak bisa di ukur nilainya. Karenanya

setelah orang tua mengetahui putra-putri mereka mengalami

problem-problem psikologis seperti yang tertulis diatas, orang tua akan mencari jalan

keluar bagi kesembuhan putra-putri mereka. Salah satu diantara solusi itu

adalah dengan memasukkan anak yang mengalami problem-problem

(18)

Pondok pesantren Suryabuana adalah salah satu pondok pesantren

yang menangani orang-orang yang mengalami problem-problem psikologis.

Pondok Pesantren Suryabuana ini terletak di Desa Balak, Losari, kecamatan

Pakis, Kabupaten Magelang. Pondok Pesantren Suryabuana putri berada di

daerah rumah/ndalem (istilah pesantren) Kyai di Pondok Pesantren tersebut dan di sebelah pendopo pondok tersebut. Santri yang menetap di pondok

pesantren ini kurang lebih ada 25 santri, akan tetapi jama‟ah yang ada di

pondok pesantren ini ada ribuan orang dari berbagai manca negara.

Santri-santri di pondok pesantren ini biasa memanggil kyainya dengan sebutan

Kanjeng Syekh Sirullah. Karena Beliau masih keturunan kerajaan Mataram.

Beliau adalah Pengasuh di pondok pesantren tersebut serta termasuk salah

satu murid dari Pangersa Abah Anom atau Pengasuh pondok pesantren

Suryalaya Jawa Barat (Profil Pondok Pesantren Suryabuana).

Masjid yang berada di Pondok Pesantren Suryabuana di dirikan oleh

Ahmad Sirullah. Masjid tersebut diberi nama Masjid Surya Mustika Rahmat.

Masjid tersebut digunakan untuk kegiatan-kegiatan keagamaan seperti

beribadah, mengaji, berdiskusi, berthareqoh, dll. Masjid Surya Mustika

Rahmat merupakan mustika bagi para ikhwan khususnya dan masyarakat

pada umumnya. Selang beberapa bulan setelah pembangunan Masjid tersebut,

ada beberapa ikhwan dari beberapa daerah yang memasrahkan anaknya

kepada Ahmad Sirrulloh untuk mendapatkan pembinaan keagamaan yang

intensif. Satu anak, dua anak dan terus bertambah sehingga memerlukan

(19)

akhirnya dibangunlah kamar-kamar sederhana sebagai asrama bagi

santri-santri Putra di dekat Masjid Surya Mustika Rahmat.

Dekat pintu masuk menuju Masjid Surya Mustika Rahmat terdapat

sebuah menara yang masih dalam tahap pembangunan. Ahmad Sirrulloh

merencanakan pembangunan satu menara tersebut sebagai simbol keimanan

yang kuat dan kokoh serta tingginya cita-cita dan tujuan yang hendak dicapai

oleh para ikhwan dan yang paling pokok adalah sebagai mi‟rojul washiliin.

Dan atas saran dan perintah dari Pangersa Abah Anom maka menara tersebut akan dibangun dengan ketinggian 27 M sebagai simbol hakekat. Peletakan

batu pertama pembangunan menara tersebut dilakukan oleh Ahmad Sirrulloh

pada tanggal 27 Juli 2003 M bertepatan dengan 23 Jumadil Ulaa 1424 H pada

pukul 21.00 WIB. Ahmad Sirrulloh memberi nama pada menara tersebut

Menoro Kalimosodo” atau dalam bahasa Indonesia “Menara Kalimat

Syahadat”, yaitu tempat ditemukannya dan juga tempat bersinarnya

Laailahaillallah Muhammadurrosulullah. Adapun penggarapan dan pembangunan menara, sampai saat ini baru sampai selesai tahap fondasi

(Profil Pondok Pesantren Suryabuana).

Selain menara, di sebelah barat masjid juga terdapat kolam/kamar

mandi yang biasa digunakan untuk mandi/kungkum (dalam bahasa jawa)

taubat kurang lebih pada jam 02.00 khusunya untuk santri-santri yang

mengalami problem-problem psikologis. Dalam keadaan kungkum tersebut,

(20)

Pondok Pesantren Suryabuana menggunakan metode Penyadaran Diri

dalam menangani remaja-remaja yang mengalami problem-problem

psikologis seperti tersebut di atas. Maksud penyadaran diri disini yaitu

menanamkan kesadaran akan hubungan seorang hamba dengan Allah SWT.

Kesadaran diri tersebut dapat ditanamkan dengan berdzikir kepada Allah

SWT. Berdzikir adalah ibadah sunnah yang teramat mulia dan utama. Dzikir

adalah peringkat do‟a yang paling tinggi, yang di dalamnya tersimpan

berbagai keutamaan dan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Bahkan

kualitas diri seseorang dihadapan Allah sangat dipengaruhi oleh kuantitas dan

kualitas dzikir seseorang tersebut kepada-Nya (Munir dan Al-Fandi, 2008:

15).

Metode berzikir yang digunakan di pondok pesantren ini ada dua

macam, yaitu dzikir jahr dan dzikir khofi. Dimana dzikir jahr yaitu dzikir yang melafalkan Laailahaillallah secara lisan dan lebih diutamakan untuk

mengeraskan lafal tersebut karena lafal yang keras dan dapat menyentuh hati,

berarti dapat menghapus kotoran-kotoran yang berada dalam hati. Sedangkan

dzikir khofi yaitu membaca Allahu Allah yang dilakukan secara terus menerus dalam qalbu santri di setiap nafasnya.

Dalam perspektif Agama telah diajarkan “bahwa orang yang

melupakan Allah menyebabkan seseorang lupa akan dirinya dan segala

potensi kebaikan dirinya”. Dengan kata lain, jika kita lalai dari mengingat

Allah maka hal itu akan menyebabkan kita lupa akan fitrah kemanusiaan yang

(21)

tanggung jawab kita sebagai hamba. (Munir dan Al-Fandi, 2008: 19). Namun,

apabila selalu mengingat Allah, maka hatinya akan menjadi tenang dan

tentram sehingga orang tersebut tidak lupa dengan tanggung jawabnya

sebagai hamba Allah.

Hal itu sejalan dengan firman Allah SWT.

Artinya:“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tentram.” (ar-Ra‟d :28)

Ayat diatas menjelaskan bahwa kedekatan kita kepada Allah akan

menghilangkan perasaan dari rasa takut. Sehingga apabila kita selalu

mengingat Allah dan berusaha untuk selalu mendekatkan diri kepada-Nya,

maka hati merasa tenang, tentram dan jauh dari kecemasan sehingga tidak

akan timbul problem-problem psikologis.

Untuk itu penulis menganggap bahwa masalah kaitan agama dan

ketenangan jiwa penting untuk diteliti dan di publikasikan sebagai motivasi

bagi mereka yang mempunyai masalah supaya dapat menyelesaikannya

secara mudah karena keunikan di Pondok Pesantren tersebut, berdasarkan

latar belakang dan sedikit paparan pendek diatas penulis mengambil judul

sebagai berikut, “EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS SANTRI DI PONDOK PESANTREN SURYABUANA DESA BALAK KECAMATAN PAKIS

(22)

B. Rumusan Masalah

1.Bagaimanakah Metode Berdzikir di Pondok Pesantren Suryabuana Desa

Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang?

2.Bagaimanakah efektivitas metode berdzikir dalam penanganan problem

Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak

Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang? apa saja faktor-faktor

penghambat dan faktor pendukungnya?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui,

1.Mengetahui Bagaimanakah metode berdzikir di Pondok Pesantren

Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang.

2.Mengetahui Bagaimanakah Efektivitas Metode Berdzikir dalam

Penanganan Problem Psikologis di Pondok Pesantren Suryabuana Desa

Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang dan mengetahui apa saja

yang menjadi faktor penghambat dan faktor pendukung dalam

(23)

D. Kegunaan Penelitian

1.Secara Teoritis

a. Memberikan kejelasan secara teoritis tentang efektifitas metode

berdzikir dalam penanganan problem psikologis santri di pondok

pesantren Suryabuana Balak, Pakis, Magelang.

b. Menambah dan memperkaya khasanah keilmuan di dunia pendidikan

dalam hal penanganan problem psikologis.

c. Memberi sumbangan data ilmiah di bidang pendidikan bagi Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam di

IAIN Salatiga.

2.Secara Praktis

a. Untuk menambah wawasan bagi penulis mengenai efektivitas metode

berdzikir pada penanganan problem psikologis santri di pondok

pesantren Suryabuana Pakis, Magelang.

b. Untuk memberikan masukan atau motivasi dalam penanganan

problem psikologis pada masyarakat sekitar.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman dan kekeliruan dalam

penulisan skripsi ini, maka penulis akan mengemukakan beberapa istilah

pokok, yakni:

1. Efektivitas

Efektivitas yaitu suatu keberhasilan dalam mencapai tujuan.

(24)

keberhasilan yang maksimal dalam menjalankannya. Efektivitas dalam

penelitian ini yaitu suatu keberhasilan dalam menangani orang-orang

yang mengalami problem-problem psikologis dengan metode berdzikir.

Sehingga mereka dapat sembuh seperti semula bahkan tingkat

keagamaan mereka menjadi lebih baik.

2. Metode Berdzikir

Terdapat beberapa pengertian tentang dzikir. Dzikir adalah

ucapan yang dilakukan dengan lidah atau mengingat akan Tuhan

dengan hati, dengan ucapan atau ingatan yang mempersucikan Tuhan

dan membersihkannya dari pada sifat-sifat yang tidak layak untuknya,

selanjutnya memuji dangan puji-pujian dan sanjungan-sanjungan

dengan sifat-sifat yang sempurna, sifat-sifat yang menunjukkan

kebesaran dan kemurnian (Aboe Bakar, 1996: 276).

Sedangkan Subandi berpendapat dalam bukunya “ Psikologi

Dzikir” bahwasannya dzikir adalah suatu bentuk kesadaran yang

dimiliki oleh seorang makhluk akan hubungan yang menyatukan

seluruh kehidupannya dengan Sang Pencipta (Subandi, 2009: 33).

Amaliah dzikir dapat dibagi menjadi dua. Pertama, dzikir yang dipahami dan dilaksanakan oleh orang muslim pada umumnya. Disini

dzikir dianggap sebagai ibadah sunnah yang dilaksanakan setelah

sholat lima waktu dalam bentuk kegiatan pengajian berjamaah. Kedua,

(25)

dalam kelompok tarekat atau sufi sebagai kelompok “mistik” dalam

Islam (Subandi, 2009: 34).

Firman Allah S.W.T dalam Al Qur‟an :



Artinya: “Dan berdzikirlah (Ingatlah Rabb-mu) dalam hatimu dengan rendah hati penuh rasa takut, dengan suara perlahan – lahan di waktu pagi dan petang hari, dan janganlah menjadi orang – orang yang lalai” (Q.S. Al A‟raf : 205)

ََِشَكَراَرِا ُهَعَي بَََاَو , ًِث يِذْجَع ٍَِّظ َذُِْع بَََا

ً

Artinya: “Aku senantiasa berada di samping hamba-Ku yang berbaik sangka dan Aku tetap bersamanya selama ia tetap ingat kepada-Ku” (H.R. Bukhori dan Muslim) (Hawari, 1998: 8).

Dipandang dari sudut kesehatan jiwa, do‟a dan dzikir

mengandung unsur psikoterapeutik yang mendalam. Psikoreligius

tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan psikoterapi psikiatrik,

karena ia mengandung kekuatan spiritual/kerohanian yang

membangkitkan rasa percaya diri dan rasa optimisme (harapan

kesembuhan). Dua hal ini yaitu rasa percaya diri (self confident) dan optimisme, merupakan dua hal yang sangat esensial bagi

penyembuhan suatu penyakit disamping obat-obatan dan tindakan

medis yang diberikan (Hawari, 1998: 8).

Metode atau suatu cara yang digunakan dalam penanganan

problem psikologis dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan

(26)

untuk mengeraskan lafal tersebut karena lafal yang keras dan dapat

menyentuh hati, itu berarti dapat menghapus kotoran-kotoran yang

berada dalam hati. Sedangkan dzikir khofi yaitu membaca Allahu Allah yang dilakukan secara terus menerus dalam qalbu individu itu

sendiri di setiap nafasnya.

3. Penanganan

Suatu cara yang dilakukan dalam penyelesaian suatu masalah.

Penanganan dalam penelitian ini mempunyai maksud untuk

menyembuhkan orang-orang atau santri yang mengalami gangguan

kejiwaan seperti setres, depresi, gila, pecandu narkoba dan

obat-obatan terlarang menurut syariat Islam.

4. Problem Psikologis

Definisi-definisi Problem Psikologis menurut para ahli, yaitu:

1.Menurut Jaelani, problem psikologis/gangguan kejiwaan berarti

kumpulan dari keadaan tidak yang normal, baik yang

berhubungan dengan kejiwaan maupun jasmani (Jaelani, 2001:

81).

2.Menurut Fattah, problem psikologis adalah sifat dan sikap dalam

hati yang buruk, yang cenderung mendorong pribadi melakukan

perbuatan-perbuatan tercela dan merusak serta merintangi pribadi

memperoleh keridhaan Allah SWT (Fattah, 1984: 11).

3.Menurut Zakiyah, problem psikologis adalah kumpulan dari

(27)

dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan ini dapat

dibagi menjadi dua golongan, yaitu gangguan jiwa (neurose) dan

sakit jiwa (psychose) (Daradjat, 1983: 33). gangguan jiwa (neurose) dan sakit jiwa (psychose) adalah akibat dari tidak

mampunya orang menghadapi kesukaran – kesukarannya dengan

wajar, atau tidak sanggup ia menyesuaikan diri dengan situasi

yang dihadapinya (Daradjat, 1983: 24).

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan

bahwa Problem Psikologis adalah kumpulan dari suatu

keadaan-keadaan yang tidak normal, baik secara fisik maupun mental

seseorang. sehingga orang tersebut tidak mampu untuk mengendalikan

dirinya sendiri ketika bertingkah laku dan segala aktivitas-aktivitas

individu tersebut terganggu karena tidak seperti kehendaknya sendiri.

Sehingga dengan keadaan seperti itu bisa membahayakan dirinya

sendiri dan orang lain yang berada di sekitarnya.

5. Santri

Kata santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, yaitu

Cantrik yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru ini menetap (Madjid, 1997 : 20). Maksud dari mengikuti

seorang guru yaitu untuk menuntut ilmu keagamaan yang lebih

mendalam seperti halnya mempelajari Al Qur‟an dan kitab-kitab

(28)

gurunya di suatu lembaga tertentu yang sering disebut dengan Pondok

Pesantren.

6. Pondok Pesantren Suryabuana Magelang

a.Pondok Pesantren

Dalam pemakaian sehari-hari, istilah peantren bisa disebut

dengan pondok saja atau kedua kata ini digabung menjadi pondok

pesantren. Secara esensial, semua istilah ini mengandung makna

yang sama, kecuali sedikit perbedaan. Asrama yang menjadi

penginapan santri sehari-hari dapat dipandang sebagai pembeda

antara pondok dan pesantren.

Terdapat beberapa definisi pondok pesantren menurut para

ahli, diantaranya yaitu,

1. Menurut zamakhsyari, Pondok Pesantren adalah sebuah

asrama pendidikan Islam tradisional dimana para siswanya

tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan seorang (atau

lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan “kyai”

(zamakhsyari, 1978: 44).

2. Menurut M Arifin, Pondok Pesantren adalah suatu lembaga

pendidikan agama islam yang tumbuh serta diakui oleh

masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek) dimana

santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem

pengajian atau madrasyah yang sepenuhnya berada di bawah

(29)

kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta

independen dalam segala hal (Abd. Muin, dkk, 2007: 16).

3. Menurut Madjid, Pondok Pesantren yaitu lembaga yang bisa

dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan

sistem pendidikan nasional. Dari segi historis pesantren tidak

hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga

mengandung makna keaslian indonesia (indigenous). Sebab,

lembaga yang serupa pesantren ini sebenarnya sudah ada

sejak pada masa kekuasaan Hindu-Budha. Sehingga Islam

tinggal meneruskan dan mengislamkan lembaga pendidikan

yang sudah ada (Madjid, 1997: 3).

4. Menurut lembaga research Islam (pesantren luhur), pesantren

adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam

menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat

berkumpul dan tempat tinggalnya (Qomar, 2010: 2).

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa

pondok pesantren merupakan sebuah asrama atau tempat tinggal

santri-santri yang sedang menuntut ilmu keagamaan kepada kyai

atau ustadz/ustadzahnya di lingkungan kediaman kyainya.

Sehingga memberi kemudahan kepada kyai untuk pemantaun

santri-santrinya dalam perkembangan pembelajarannya dan

(30)

b.Pondok Pesantren Suryabuana Magelang

Pondok Pesantren Suryabuana Magelang merupakan suatu

lembaga keagamaan pondok pesantren yang berada di Desa

Balak, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Di Pondok

Pesantren ini yang telah mengajarkan santri-santrinya untuk

mendalami ilmu keagamaan seperti halnya pondok-pondok

lainnya. Akan tetapi terdapat keunggulan tersendiri di pondok

pesantren Suryabuana karena seorang kyai di pondok pesantren

ini dapat membantu menyembuhkan orang-orang yang

mengalami gangguan kejiwaan hingga sembuh seperti semula. Di

pondok pesantren ini tidak mengajarkan teori-teori pembelajaran

keagamaan seperti di pondok-pondok pesantren yang lain, akan

tetapi langsung praktek syariat Islam dengan menggunakan

metode thariqoh qodariyah wanaqsabandiyah dari ilmu-ilmu

agama Islam yang telah di dapat pada waktu sebelumnya.

Kyai atau kanjeng (sebutan kyai di pondok tersebut)

mengunakan beberapa metode dalam proses penyembuhan orang

yang mengalami problem-problem psikologis tersebut. Salah

satunya dengan menggunakan metode berdzikir.

Penyembuhan dengan metode seperti inilah yang menjadi

menarik untuk diteliti dan dikembangkan sebagai pengetahuan

(31)

terdapat kesalah pahaman dalam penanganan orang-orang yang

mengalami problem-problem psikologis.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan

suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati

(Moloeng, 2011: 4).

Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan

data untuk memberikan gambaran penyajian laporan secara jelas. Dalam

hal ini penulis akan mengkaji permasalahan secara langsung dengan

sepenuhnya melibatkan diri pada situasi yang diteliti dan mengkaji

buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan tersebut.

2. Kehadiran Peneliti

Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, yakni deskriptif

kualitatif maka kehadiran peneliti di kancah menjadi mutlak adanya.

Karena dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi “key instrumen” atau

alat peneliti utama. Peneliti mengadakan sendiri pengamatan atau

wawancara. Selain itu guna menunjang perolehan informasi yang valid,

peneliti menggunakan alat rekam atau kamera, dan peniliti tetap

(32)

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Suryabuana Pakis,

Magelang dengan alasan belum pernah ada yang melakukan penelitian

serupa di Pondok Pesantren tersebut. Alasan lain yaitu ketertarikan

penulis terhadap fenomena keagamaan yang terjadi pada santri di pondok

pesantren tersebut yang notabene adalah bukan santri-santri yang normal

seperti yang lainnya.

4. Sumber Data

Sumber data ialah situasi yang wajar atau “natural setting”.

Penulis mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi yang wajar

sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi dengan sengaja. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data, yakni:

a. Sumber Data Primer (utama)

Sumber data utama adalah sumber informasi yang langsung

mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap pengumpulan

dan penyimpanan data (Ali, 1993: 42). Merupakan sumber pokok

yang memuat ide-ide awal tentang suatu bahan kajian. Dalam hal ini

yang menjadi sumber data utama adalah pengasuh, pengurus dan

santri di Pondok Pesantren Suryabuana. Untuk menggali data tentang

kegiatan keagamaan santri, metode yang dipakai dalam penanganan

problem-problem psikologis, serta hambatan dan daya dukung dalam

proses penanganan problem-problem psikologis santri di Pondok

(33)

b. Sumber Data Sekunder (pendukung)

Sumber data pendukung merupakan data-data yang

digunakan untuk memperkuat sumber data utama atau data yang

didapat dari sumber bacaan dan berbagai sumber lainnya. Sumber

data pendukung di sini adalah buku-buku yang terkait

keefektivitasan, metode berdzikir, dan penanganan problem-problem

psikologis. Selain itu, alumni santri yang mengalami problem

psikologis di pondok pesantren tersebut juga menjadi sumber data

pendukung yang akan melengkapi kajian pustaka di atas.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan cara :

a. Wawancara

Wawancara yaitu suatu proses interaksi dan komunikasi yang

bertujuan mendapatkan informasi dengan cara bertanya jawab

langsung kepada responden. Penulis akan melakukan wawancara

kepada pengasuh, pengurus dan santri di pondok pesantren

Suryabuana. Hal ini dilakukan untuk menggali informasi tentang

model keefektivan metode berdzikir dalam penanganan problem

psikologis santri di Pondok Pesantren Suryabuana Magelang.

Secara garis besar terdapat dua macam pedoman wawancara,

yaitu Pedoman wawancara tidak terstruktur dan terstruktur. Pedoman

wawancara tidak terstruktur yaitu pedoman wawancara yang hanya

(34)

wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun

secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Pewawancara

tinggal membubuhkan tanda v (check) pada nomor yang sesuai

(Arikunto, 2010: 270). Penelitian ini menggunakan kedua pedoman

wawancara tersebut sebagai validitas temuan penelitian.

b. Observasi atau pengamatan

Pengamatan terhadap situasi yang terjadi di lokasi penelitian.

Pengamatan dilakukan sebagai pembuktian atas keterangan atau

informasi yang didapatkan dari wawancara.

c. Dokumentasi

Catatan kegiatan yang menunjukkan sejumlah fakta dan data

tersimpan dalam bahan penelitian yang bisa berbentuk gambar foto,

video atau rekaman wawancara, naskah, atau berkas-berkas dan

dokumentasi pendukung lainnya. Seluruhnya dapat digunakan

sebagai penguat seluruh informasi.

6. Analisis Data

Analisis data kualitatif (Bogdan & Taylor 1992) adalah upaya

yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan

data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada

(35)

a. Display data, peneliti menyajikan semua data yang diperolehnya

dalam bentuk uraian atau laporan terinci.

b. Reduksi data, peneliti memotong data-data yang tidak perlu untuk

dibuang. Laporan-laporan yang diambil hanya yang pokok saja,

difokuskan pada hal-hal yang penting.

c. Verifikasi data, sejak mulanya peneliti berusaha untuk mencari

makna data yang dikumpulkannya, kemudian disimpulkan untuk

menjawab tujuan penelitian.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Sebagai upaya membuktikan bahwa data yang diperoleh adalah

benar-benar valid, maka peneliti menggunakan teknik triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data yang diperoleh untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut

(Moleong, 2008: 330). Ada empat macam triangulasi sebagai teknik

pemeriksaan, yaitu sumber, metode, penyidik, dan teori.

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik

triangulasi dengan sumber. Yaitu peneliti akan mengecek kebenaran data

atau informasi yang diperoleh dengan data-data atau informasi dari

sumber yang lain sehingga data yang diperoleh peneliti terdapat dari

(36)

8. Tahap-tahap Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis melalui empat tahap

sebagai berikut:

a. Tahap sebelum ke lapangan

Penulis menentukan fokus penelitian yang akan menjadi pokok

pembahasan, selain itu penulis melakukan konsultasi kepada

pembimbing dalam penyusunan proposal penelitian, dilanjutkan

penyelesaian perijinan lokasi penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Penulis melakukan pengumpulan bahan yang berkaitan dengan

wawancara, observasi dan dokumentasi penelitian. Pada tahap ini

penulis memulai terjun ke lapangan tempat penelitian tersebut di

lakukan.

c. Tahap analisis data

Meliputi analisis data yang diperoleh melalui observasi,

dokumentai dan wawancara mendalam dengan pengasuh, pengurus,

dan santri di pondok pesantren.

d. Tahap penulisan laporan

Meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua

rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pada pemberian makna.

Selain itu peneliti melakukan konsultasi kepada pembimbing guna

(37)

G. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang skripsi ini, maka

dibuat sistematika penulisan skripsi. Adapun wujud dari sistematika yang

dimaksud adalah:

Bab I : Pendahuluan, Meliputi:

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Kegunaan Penelitian

E. Penegasa Istilah

F. Metode Penelitian

G. Sistematika Penulisan.

Bab II : Kajian Pustaka, Meliputi:

A.Metode Berdzikir yang pembahasannya meliputi:

1. Pengertian Metode Berdzikir

2. Macam-macam Dzikir

3. Tujuan Dzikir

4. Kelebihan dan Keutamaan Berdzikir

B.Problem Psikologis

1. Pengertian Problem Psikologis

2. Macam-macam Problem Psikologis

(38)

4. Efektivitas metode berdzikir dalam Penanganan Problem

Psikologis

Bab III : Paparan Data dan Temuan Penelitian

A. Paparan Data:

1. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Suryabuana

2. Kondisi Pondok Pesantren Suryabuana

3. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Suryabuana

4. Gambaran Informan

B. Temuan Penelitian

5. Macam-macam Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren

Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten

Magelang

6. Cara-cara Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok

Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis

Kabupaten Magelang

7. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem

Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak

Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

8. Faktor-faktor Penghambat dan Faktor Pendukung dalam

Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren

Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten

(39)

Bab IV: Pembahasan, yang berisi tentang :

1. Bagaimana Metode Berdzikir di Pondok Pesantren Suryabuana

Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang.

2. Bagaimana efektivitas metode berdzikir dalam penanganan

Problem Psikologis di Pondok Pesantren Suryabuana Desa

Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang. Apa saja

faktor-faktor penghambat dan faktor-faktor pendukungnya.

Bab V : Penutup, Meliputi:

A. Kesimpulan

B. Saran

(40)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Berdzikir

1. Pengertian Metode Berdzikir

Secara etimologi, kata metode berasal dari bahasa Yunani

methodos. Kata methodos merupakan gabungan dari kata depan meta

yang berarti “menuju, melalui, mengikuti, sesudah” dan kata benda hodos

yang artinya “jalan, perjalanan, cara, arah” (Kesuma, 2007: 1). Secara

harfiah, metode berarti “cara atau jalan” (Hasan dan koentjaraningrat,

1979:16).

Sedangkan menurut terminologi, terdapat beberapa definisi metode

menurut para ahli, Menurut Widyatmini dan Izzati, metode berarti suatu

tata kerja yang dapat mencapai tujuan secara efisien (Widyatmini dan

Izzati, 1991: 1). Metode merupakan cara dalam melakukan penelitian.

Metode dapat pula dikatakan sebagai alat bedah untuk mengungkap

permasalahan yang ada dalam ruang lingkup penelitian (Maslikhah, 2013:

66). Metode adalah seperangkat pendekatan yang menyeluruh untuk

mengumpulkan data dan menganalisis masalah-masalah tertentu

(Mikkelsen, 2003: 313). Metode adalah suatu aturan dan tata cara serta

kaidah-kaidah dalam mencapai tujuan (Daniel, 2002: 36).

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

(41)

Metode dalam penelitian ini yaitu suatu cara untuk mencapai penanganan

problem-problem psikologis yang efektive dengan berdzikir.

Dzikir secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab َشَكَر yang

berarti mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran,

mengenal atau mengerti (Syukur, 2004: 45). Sedangkan secara

terminologi dzikir sering dimaknai sebagai suatu amal ucapan atau amal

qauliyah melalui bacaan-bacaan tertentu untuk mengingat Allah.

Berdzikir kepada Allah adalah suatu rangka dari rangkaian Iman dan

Islam yang mendapat perhatian khusus dan istimewa dari Al Qur‟an dan

sunnah. Hal ini dibuktikan dengan begitu banyaknya ayat Al Qur‟an dan

hadis Nabi SAW yang menyinggung dan membahas masalah dzikir.

Al Qur‟an memberi petunjuk bahwa dzikir itu bukan hanya ekpresi

daya ingatan yang ditampilkan dengan bacaan-bacaan lidah sambil duduk

merenung, tetapi lebih dari itu, dzikir bersifat implementatif dalam

berbagai variasi yang aktif dan kreatif (Munir dan Al-Fandi, 2008: 11).

a. Al Qur‟an menjelaskan dzikir berarti membangkitkan daya ingatan:

Dengan mengingat Allah, hati orang-orang yang beriman menjadi tenang. Ketahuilah dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang. (QS Ar-Ra‟d: 28)

Sebagaimana diketahui bahwa dengan hati yang tenang secara

(42)

b. Dzikir berarti pula ingat akan hukum-hukum Allah:

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kaum kerabat, dan Allah melarang berbuat keji, kemungkaran, dan kemungsuhan. Dan memberi pengajaran kepada kamu agar kamu dzikir (mengambil pelajaran). (QS An-Nahl: 90) c. Dzikir juga mengambil pelajaran atau peringatan:

Allah memberikan hikmah kepada orang atau siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal (ulul albab). (QS Al-Baqarah: 269)

d. Dzikir bisa diartikan meneliti proses alam:

(43)

mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau maka peliharalah kami dari siksa api neraka. (QS Ali Imran: 190-191)

Demikian kurang lebih arti dzikir yang dapat ditangkap dari Al

Qur‟an. Allah membentuk akselerasi mulai dari renungan, sikap,

aktualisasi sampai pada kegiatan memproses alam.

Selain definisi-definisi tersebut, banyak para ahli yang

mendefinisikan dzikir, diantaranya: Dzikir adalah senantiasa dan terus

menerus mengingat Allah, sebagai metode paling efektif untuk

membersihkan hati dan mencapai kehadiran Ilahi (Valiuddin, 1997: 84).

Dzikir adalah setiap aktivitas yang dapat mengantarkan kita untuk teringat

dan mengingat Allah (Munir dan Al-Fandi, 2008: 15). Dzikir artinya

mengingat Allah atau menyebut nama Allah (Syafi‟i, 2011: 34). Dzikir

adalah upaya untuk selalu mengingat Allah SWT dengan mengucapkan

kalimat thayibah (Subhanallah, Alhamdulillah, la ilaha illallah dan

Allahu Akbar) (Jamil, 2005: 67). Dzikir adalah ucapan yang dilakukan dengan lidah atau mengingat akan Tuhan dengan hati, dengan ucapan atau

ingatan yang mempersucikan Tuhan dan membersihkannya dari pada

sifat-sifat yang tidak layak untuknya, selanjutnya memuji dangan

puji-pujian dan sanjungan-sanjungan dengan sifat yang sempurna,

sifat-sifat yang menunjukkan kebesaran dan kemurnian (Aboe Bakar, 1996:

276).

Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

(44)

amalan-amalan tertentu menuju hati yang bersih. Dzikir dalam penelitian ini yaitu

upaya untuk selalu mengingat Allah dengan mengucap Asma Allah dan do‟a-do‟a yang lainnya guna membersihkan hati dan jiwa sehingga

terhindar dari gangguan kejiwaan.

2. Macam-macam Dzikir

Dzikir kepada Allah ada dua macam: wajib dan sunnah. Kita wajib

mengingat Allah dalam tiga situasi.

Yang pertama adalah ketika kita melihat makhluk, kita harus mengingat khaliknya. Apabila kita melihat ciptaan, kita harus menyadari

kekuatan dan kebijaksanaan Tuhan yang tidak terbatas. Kita harus

memandang Allah sebagai sumber segala anugerah dan seharusnya kita

tidak menyia-nyiakan cinta-Nya yang ditanamkan ke hati kita. Sebagai

tingkatan pertama mengenal Allah, dzikir seperti ini adalah kewajiban.

Yang kedua apabila manusia telah mengenal Allah pada tingkat wajib dan

mulai mencintai-Nya dan mengabdi kepada-Nya maka dzikir yang terus

dilakukan menjadi sunnah baginya. Artinya, di sunnahkan kepadanya agar

setiap kali melihat makhluk, ia selayaknya mengingat Penciptanya. Setiap

kali ia melihat suatu karunia, haruslah ia menganggapnya sebagai hadiah

dari Allah. Dan dengan begitu, ia tak akan melupakan Allah. Dzikir

semacam ini tergolong ibadah yang paling baik. Banyak ayat Al Qur‟an

yang menekankan ibadah ini, seperti dalam Qur‟an Surat Ali Imran: 191

(45)

Dzikir tidak hanya yang diucapkan dengan lidah saja, tetapi

kondisi mengingat Allah sepanjang waktu. Sejalan dengan itu Al Qur‟an

menyebutkan: pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan” (QS Al A‟raaf:

74)

Ayat ini menunjukkan jika ada dzikir kepada Allah dilakukan

maka tak ada kejahatan dan apabila tak ada dzikir maka tentulah ada

kejahatan. Kehancuran itu pasti, dan lalai dalam mengingat Allah adalah

kehancuran itu sendiri (Shirazi, 2009: 206-207).

Bagi umat Islam yang mengikuti suatu kelompok tarekat atau

kelompok sufi atau kelompok mistik yang lain, amalan dzikir dipandang

sebagai suatu bentuk latihan rohani atau spiritual untuk dapat

mendekatkan diri kepada Allah. Dalam pengertian itu, amalan dzikir

dilaksanakan dengan menggunakan teknik tertentu yang mirip dengan

latihan meditasi di dalam tradisi agama lain.

Ada dua macam metode berdzikir yang umum dilakukan

dikalangan sufi, yaitu dzikir jahr dan dzikir khofi. Dzikir jahr juga disebut

sebagai dzikir lisan, di mana orang membaca kalimat-kalimat dzikir

(46)

dzikir khofi atau disebut juga dzikir qolbi dilakukan dengan menyebut

nama Allah berulang-ulang secara batiniah di dalam hati, jiwa, dan ruh.

Sebagian kelompok sufi melaksanakan dzikir jahr disertai dengan

gerakan-gerakan tubuh yang ritmis seperti yang dilaksanakan oleh

pengikut tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah Pesantren Suryalaya di

Tasikmalaya. Sementara itu dalam melaksanakan dzikir khofi sebagian

menggunakan konsep badan halus (latifah) yang mirip dengan konsep

chakra dalam tradisi meditasi (Subandi, 2009: 35).

Dzikir terbagi atas tiga tingkatan (Mustafa, 1976: 65-66):

a. Dzikir lisan : Laa Ilaha Illallaah.

Setelah terasa meresap pada diri, terasa panasnya dzikir itu ke

tiap-tiap helai bulu roma di badan, dzikir itu mulanya pelan-pelan

makin lama makin cepat.

b. Dzikir Qalbu atau hati : Allah, Allah.

Mula-mulanya mulut berdzikir diikuti hati, kemudian dari ke

mulut, lalu lidah berdzikir sendiri, dengan dzikir tanpa sadar, akal

pikiran tidak jalan lagi, melainkan terjadi sebagai Ilham yang tiba-tiba

Nur Ilaahi dalam hati memberitahukan : Innany Anal Laahu, yang naik ke mulut mengucapkan: Allah, Allah.

c. Dzikir Sir atau Rahasia: “Hu

Biasanya sebelum naik ke tingkat dzikir ini orang sudah “fanna”.

(47)

melakukan hal-hal yang berguna bagi pembangunan bangsa dan negara

serta agama. Dzikir ini merupakan refleksi dari dzikir lisan dan dzikir

hati. Dzikir sosial ini manfaatnya lebih kelihatan daripada bentuk dzikir

lisan dan hati. Jika dzikir lisan dan hati hanya bersifat individual, maka

dzikir ini lebih bersifat sosial, mempunyai kepedulian dan kepekaan sosial

kemasyarakatan. Dan model dzikir ini yang paling banyak disinggung

dalam al-Qur‟an (Amin, 2004: 49).

Dengan demikian, maka dzikir kepada Allah secara umum dapat

diklasifikasikan menjadi empat bentuk atau macam, hal ini di dasarkan

pada aktivitas apa yang digunakan untuk mengingat Allah SWT:

a. Dzikir Pikir (Tafakkur)

Al Qur‟an menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang

paling unggul, paling mulia derajat dan kedudukannya , yang telah

diciptakan dengan bentuk dan susunan tubuh yang sangat baik dan

sempurna (sebaik-baik bentuk).

Allah berfirman dalam Surat At-Tin ayat 4:

Artinya: sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS At-Tin: 4).

Sebagai makhluk yang paling baik dan unggul, maka Allah

menganugerahinya berbagai potensi yang luar biasa. Dan salah satu

dari sekian banyak potensi manusia adalah potensi kecerdasan yaitu

(48)

potensi yang hanya dimiliki oleh manusia, sebagai karunia Allah

kepada manusia. Oleh karena itu, melalui Al Qur‟an Allah

memerintahkan agar manusia memelihara dan memanfaatkan potensi

tersebut dengan sebaik-baiknya, untuk memahami, berfikir dan

memikirkan tentang segala sesuatu, termasuk untuk berfikir dan

memikirkan tentang fenomena alam, merenungkan, dan menelaah Al

Qur‟an dan diri manusia sendiri.

Berfikir dan bertafakkur tentang penciptaan langit dan bumi,

bahtera yang luas dan membawa berbagai hal yang bermanfaat bagi

kehidupan kita, memikirkan tentang diri kita sendiri sebagai sosok

makhluk dan hamba Allah yang diciptakan dengan teramat indah dan

sempurna, merenungkan dan memikirkan makna serta kandungan Al

Qur‟an adalah bentuk dari dzikir kepada Allah, yakni dzikir fikir.

b. Dzikir dengan Lisan atau ucapan

Dzikir lisan dapat dimaknai dengan dzikir yang diucapkan

dengan lisan dan dapat didengar oleh telinga. Menyebut dan

mengingat Allah dengan lisan dapat dibedakan menjadi dua macam,

yakni dzikir yang dilakukan dengan suara yang pelan (sirr) atau berbisik (hams) dan dzikir yang dilaksanakan dengan suara yang keras

dan bersama-sama (jahr). Dzikir dengan cara ini sangat baik bagi pemula sebab dengan menyebut dan mengingat nama Allah dengan

lisan, maksudnya diucapkan dengan lisan dan dapat didengar telinga

(49)

dan menghapuskan hal-hal lain yang melintas dalam pikiran selain

Allah.

c. Dzikir dengan Hati atau Qalbu

Dzikir qalbu adalah aktivitas mengingat Allah yang dilakukan

dengan hati atau qalbu saja, artinya sebutan itu dilakukan dengan

ingatan hati. Dzikir qalbu juga dapat dimaknai melaksanakan dzikir

dengan lidah dan hati, maksudnya lidah menyebut lafal tertentu lafazh

dzikir, dengan suara yang pelan dan hati mengingat dengan meresapi

maknanya. Dzikir dengan hati adalah dzikir yang sangat baik dan

utama, karena dzikir dengan cara ini dapat mengantarkan kita untuk

lebih khusyuk, terhindar dari bahaya riya‟ dan akan memberikan

kesan yang mendalam.

d. Dzikir dengan Amal Perbuatan

Yang dimaksud dengan dzikir amal disini adalah setiap

perbuatan atau aktivitas seseorang yang baik dan dapat

mengantarkannya untuk teringat kepada Allah SWT. Dzikir amal juga

dapat diartikan sebagai tindakan yang didasarkan pada aturan dan

ketentuan Allah (Munir dan Al-Fandi, 2008: 22-32).

3. Tujuan Dzikir

Tujuan utama dalam melakukan dzikir adalah untuk mendekatkan

diri kepada Allah melalui pencapaian kondisi jiwa yang penuh dengan

kepasrahan, penyerahan diri, atau ikhlas kepada Allah. Kondisi ini dapat

(50)

itu berarti bahwa seluruh bagian tubuh, bahkan seluruh sel-sel dalam

tubuh ikut mengucapkan nama Allah (Subandi, 2009: 42).

Ada banyak cara yang dilakukan untuk berdzikir dalam

pencapaian tujuan tersebut. Membaca ayat-ayat dalam kitab suci Al

Qur‟an merupakan bentuk dzikir yang paling umum. Sebagian kaum

muslim berdzikir dengan menyebut nama Allah berulang-ulang, baik ismu

dzat (nama Allah), maupun nama-nama yang baik dan indah (asma-ul-husna) (Subandi, 2009: 34). Adapun bacaan-bacaan dzikir yang sering

diamalkan oleh Rasulullah saw. Dan telah masyhur di kalangan para

ulama serta paling banyak diamalkan umat Islam diseluruh belahan dunia,

diantaranya adalah lafal-lafal Al-Baqiyyatush-Shalihah, Istighfar, Isti‟adzah, Basmalah, Hasbalah, Asma‟ul Husna dan dzikir dengan

membaca serta memikirkan ayat-ayat Allah, baik ayat qauliyah (Al Qur‟an) maupun ayat kauniyah (alam semesta) (Munir dan Al-Fandi,

2008: 67-105).

a. Al-Baqiyyatush-Shalihah

Al-Baqiyyatush-Shalihah merupakan bacaan dzikir yang sangat mulia dan memiliki banyak keistimewaan, setengah diantara

keutamaan dan keistimewaan bacaan ini telah dijelaskan Nabi saw.

Dalam salah satu sabdanya yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar

katanya, bahwa Rasulullah pernah bersabda:

(51)

daya kekuatan selain dengan (izin) Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung). Tidak seorangpun yang mengatakannya (membacanya) melainkan akan diampuni dosa-dosanya walaupun seperti buih di lautan. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dikatakan dalam hadist di atas bahwa siapapun diantara

kita yang bersedia berdzikir dengan membaca Al-Baqiyyatush-Shalihah maka Allah akan mengampuni segala dosa dan kesalahan

yang pernah kita perbuat sebanyak dan sebesar apapun dosa itu.

Bahkan seandainya dosa kita itu lebih banyak dari banyaknya pasir

dan buih dilautan, namun jika kita bersedia berdzikir kepada Allah

dengan membaca Al-Baqiyyatush-Shalihah, maka Allah akan melimpahkan ampunan kepada kita.

Lafazh Al-Baqiyyatush-Shalihah terdiri atas lima bacaan dzikir, yaitu bacaan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, dan al-hauqalah.

Berikut bacaan-bacaannya:

1)Membaca Tasbih

ِّللا ٌَبَحْجُس

Subhanallah

Artinya: “Maha Suci Allah

2)Membaca Tahmid

ِّللُذًَْحْنا

Alhamdulillah

(52)

3)Membaca Tahlil

ُّللاَّلاِإ َهَنِإَلا

Laa ilaaha illallaahu

Artinya: “ tiada Tuhan kecuali Allah

4)Membaca Takbir

ُشَجْكَأ ُ ّللا

Allahu Akbar

Artinya: “ Allah Maha Besar”

5)Membaca Hauqollah

ِّللبِثَّلاِإ َح َّىُقَلا َو َل ْىَحَلا

Laa haula walaa quwwata illaa billaah

Artinya: “Tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali kepunyaan Allah”.

b. Istighfar (mohon ampunan)

Istighfar dapat dimaknai dengan menundukkan hati, jiwa, dan pikiran kepada Allah seraya memohon ampunan terhadap-Nya dari

segala dosa dan salah yang telah kita lakukan, baik dosa dan kesalahan

yang dilakukan dengan sengaja maupun dosa yang disebabkan karena

lupa. Istighfar atau memohon ampun kepada Allah merupakan bacaan dzikir yang sangat baik, yang sekaligus sebagai do‟a kepada Allah,

yakni permohonan agar segala salah dan dosa yang telah kita lakukan

(53)

1)

َىْيِظَعْنا َ ّللاُشِفْغَزْسَأ

Astaghfirullaahal‟adziim.

Artinya: “ Saya mohon ampun pada Allah yang Maha Agung

2)

ٌىْي ِحَس ٌس ْىُفَغ َ ّللا ٌَّإ َ ّللاُشِفْغَزْسأ

Astaghfirullah Innallaha Ghofuurur Rahiim

Artinya: “Aku mohon ampun kepada Allah; sesungguhnya

Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

3)

ِهْيَنإ ُة ْىُرأ َو ُو ْىُّيَق

ْنا ُّيَحْنا َىُه َّلاإ َهَنإ َلا يِزَّنا َىْيِظَعْنا َ ّللاُشِفْغَزْسأ

Astaghfirullah al-Azhim alladzi laailaha Illaa Huwal Hayyul Qoyyuum wa Atuubu Illayhi

Artinya: “Aku memohon ampun kepada Allah yang Maha

Agung sesungguhnya tiada Tuhan selainAllah, yang Maha Kekal dan mengurusi makhluk-Nya dan aku bertaubat kepada-Nya. Atau dengan membaca”.

4)

ًِن ْشِفْغا َّىُهَّهنا

Allahummaghfirlii

Artinya: “ Wahai Tuhanku ampunilah dosa-dosaku”.

c. Isti‟adzah (Mohon Perlindungan)

Isti‟adzah atau Isti‟adzah Billah memiliki makna meminta atau

memohon perlindungan Allah dari segala hal yang tidak

menyenangkan hati, dan meminta perlindungan kepada Allah agar

terhindar dari segala sesuatu yang tidak baik, dan dari segala hal yang

dapat merintangi serta menghalangi kita pada jalan ketaatan kepada

(54)

Rasulullah saw. Senantiasa berdo‟a kepada Allah untuk

meminta perlindungan dari berbagai hal, Hadist riwayat Al-Bukhori

dan Muslim yang bersumber dari „Aisyah ra. Menyatakan:

Bahwasannya Nabi saw. Sering berdo‟a ketika shalat dengan berkata:

َكِثُر ْىُعأَو ِلبَّجَّذنا ِحْيِسًَْنا ِخَُْزِف ٍِْي َكِث ُر ْىُعأَو ِشْجَقْنا ِةاَزَع ٍِْي َكِث ُر ْىُعأ ًَِّإ َّىُهَّهنا

ِو َشْغًُْناَو ِىِثبًَْنا ٍَِي َكِث ُر ْىُعأ ًَِّإ َّىُهَّهنا ِدبًًََْناَو بَيْحًَْنا ِخَُْزِف ٍِْي

Artinya: “Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari siksa kubur dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari fitnah Dajjal. Aku juga memohon perlindungan kepada-Mu dari fitnah semasa hidup dan selepas mati. Ya Allah! Aku memohon perlindungan kepada-Mu dari segala dosa dan hutang”. Aisyah berkata lagi: Seseorang telah berkata kepada

Rasulullah saw.: Alangkah banyaknya kamu memohon

perlindungan dari beban utang wahai Rasulullah! Lalu Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya seseorang yang sudah terkena beban

utang, apabila dia berkata-kata dia akan dusta dan apabila berjanji dia akan mengingkari”. (HR. Al-Bukhori dan Muslim)

d. Basmalah

Basmalah adalah bacaan dzikir yang sangat baik dan sangat dianjurkan diamalkan untuk diucapkan setiap saat. Dan lebih baik lagi

jika dibaca pada saat dan memulai sesuatu pekerjaan. Adapun lafazh

dari bacaan basmalah adalah:

ِىْي ِحَّشنا ًٍَِْحَّشنا ِ ّللا ِىْسِث

Artinya: “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.

e. Membaca Hasballah

(55)

dan berlindung selain hanya kepada Allah SWT. Lafazh dari bacaan

hasbalah yang ma‟tsur adalah:

ِمْيِك َىْنا َىْعََِو ُ ّللا َيِجْسَح

Hasbiyallaahu wa ni‟mal wakiil.

Artinya: “Cukuplah Allah dan sebaik-baiknya pelindung

f. Membaca lafadh Baaqiyaatush shaalihat

ِّللا ٌَبَحْجُس

شَجْكَأ ُ ّللاو,ُ ّللاَّلاِإ َهَنِإَلا َو ,ِ ّللُذًَْحْنا َو ,

Subhaanallaah, wal hamdulillaah, wa laa ilaaha illallaah, wallaahu akbar.

Artinya: “ Maha Suci Allah, dan segala puji bagi Allah, dan tidak

ada Tuhan kecuali Allah, dan Allah Maha Besar” (Hawari, 1998: 28-30).

4. Kelebihan dan Keutamaan Dzikir

Ulama menafsirkan, bahwa dzikrullah ingat kepada Allah dalam

menjauhkan diri daripada pekerjaan yang munkar, sesungguhnya lebih

besar artinya daripada sembahyang yang dikerjakan sunyi daripada

mengingat Allah. Karena orang yang mengingat Allah itu, tatkala hatinya

tergetar dan lidahnya bergerak, Allah menganugerahi cahayanya, Allah

menambah imannya dan keyakinannya kepadanya, maka bergeraklah

hatinya itu menuju kebenaran dan menetap dengan tenang di sana,

sebagaimana firmannya dalam Al Qur‟an: “Orang-orang mu‟min ialah

Gambar

TABEL I
TABEL II Jadwal Kegiatan Khusus
TABEL III
TABEL IV
+3

Referensi

Dokumen terkait

Lihat pada transkip dokumentasi dalam lampiran penelitian ini, Kode 06/W/05-III/2018.. 9) Pantang tidak berdisiplin, tidak bersemangat dan tidak berkomitmen terhadap

Konflik yang sering timbul sebagai customer service bukan timbul dari dalam diri saya, timbul apabila saya menghadapi customer yang sangat menjurus, apalagi kalau

Tujuan penelitian adalah Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, kendala-kendala dan upaya yang dilakukan untuk

If the User Interface application calls those methods using COM, then the user inter- face application is, by definition, a COM client}. We are belaboring this point for

[r]

Sedangkan responden yang memberikan tanggapan tidak setuju ditanggapi sebanyak 3% yang didominasi oleh indikator fitur dintanggapi sebanyak 8% dengan alasan fitur yang

Dengan diperhitungkan pendistribusikan daya maka pemilihan motor yang digunakan dapat ditentukan dengan tepat, sehingga tidak akan terjadi kesalahan dalam pemilihan motor,atau

Pada kondisi perulangan juga diperbolehkan untuk menggunakan kalimat perintah else, yang dijalankan pada saat kondisi perulangan for tidak menemui suatu kondisi atau jika suatu