EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR
DALAM PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS
SANTRI DI PONDOK PESANTREN SURYABUANA
DESA BALAK KECAMATAN PAKIS
KABUPATEN MAGELANG
TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
FAIZATUN
11111196
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR
DALAM PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS
SANTRI DI PONDOK PESANTREN SURYABUANA
DESA BALAK KECAMATAN PAKIS
KABUPATEN MAGELANG
TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
FAIZATUN
11111196
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudari:
Nama : Faizatun
NIM : 11111196
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM
PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS SANTRI DI
PONDOK PESANTREN SURYABUANA DESA
BALAK, KECAMATAN PAKIS, KABUPATEN
MAGELANG TAHUN 2015
Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada sidang munaqosyah skripsi guna memperoleh gelar Sarjana dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Salatiga, 12 September 2015
Pembimbing
SKRIPSI
EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS SANTRI DI PONDOK PESANTREN
SURYABUANA DESA BALAK, KECAMATAN PAKIS, KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015.
DISUSUN OLEH :
FAIZATUN
NIM : 111 11 196
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agam Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 21 September 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 kependidikan Islam.
Susunan Panitia Ujian
Ketua Penguji : Achmad Maimun, M.Ag. __________________
Sekretaris Penguji : Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag. __________________
Penguji I : Drs. H. Imam Baihaqi, M.Ag. __________________
Penguji II : Drs. Juz‟an, M.Hum. __________________
Salatiga, 21 September 2015 Dekan
FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M.Pd.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Faizatun
NIM : 11111196
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem
Psikologis Santri Di Pondok Pesantren Suryabuana Desa
Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2015
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah.
Magelang, 12 September 2015
Yang menyatakan,
MOTTO
Artinya: “
Hai jiwa yang tenang.
Kembalilah kepada
Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka
masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan
PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah terurai dari sanubari atas karunia dan rahmat Allah
SWT. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
persembahkan skripsi ini untuk orang-orang yang selalu memberikan kasih
sayang, motivasi, dan dorongan dalam mengarungi lika-liku kehidupan ini. Yaitu
teruntuk:
1. Ibunda Sriyati dan Ayahanda Ahmad tercinta yang selalu mendo‟akan penulis
dengan tulus, memberikan nasehat, pengorbanan yang tak terhingga baik
secara materiil maupun spiritual, you are my everything.
2. Guru-guruku semua khususnya Ibu Ny. H. Siti Zulaikho Al Hafidzoh, Bpk
Ky. H. Muhsin Al Hafidz dan Ibu Ny. H. Nur Laela Al Hafidzoh terimakasih
atas segala Ilmu yang telah diberikan.
3. Kakakku Muhammad Abdul Qofin dan adik-adikku Uswatun, Mahmudah,
Abdurrohman yang senantiasa memberikan semangat dan dukungannya.
4. Semua keluarga besarku yang senantiasa memberikan do‟a dan dukungan
khususnya tanteku Siti Salbiyah dan ponakanku Amalia.
5. Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag yang telah memberikan pengarahan serta
bimbingan dengan penuh kesabaran dari awal hingga selesainya skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan segala Ilmu Pengetahuan yang
sangat berharga.
7. Staf karyawan-karyawati IAIN Salatiga.
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 khususnya PAI E yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
9. Kakak-kakak kelas dan adik-adik kelas yang turut membantu dalam segala
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang
membawa kita kepada jalan yang benar dan menuntun kita dari zaman kebodohan
hingga zaman yang penuh dengan Ilmu Pengatahuan.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan, motivasi,
dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan ketulusan hati
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa
memberikan motivasi, pengarahan, dukungan, bimbingan serta meluangkan
waktu dan perhatian dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen yang senantiasa memberikan Ilmu Pengatahuan dan
pengalaman yang sangat berharga serta Staf-staf karyawan akademik IAIN
6. Pihak Pondok Pesantren Suryabuana Magelang yang telah memberikan izin
dan meluangkan waktunya untuk penelitian skripsi.
7. Ibunda Sriyati dan Ayahanda Ahmad yang senantiasa mendo‟akan,
mengarahkan dan mendukung baik secara materil maupun spiritual dengan
penuh keikhlasan dan kasih sayang.
8. Kakakku Muhammad Abdul Qofin, adik-adikku Uswatun, Mahmudah,
Abdurrohman serta semua keluarga besar yang senantiasa memberikan
semangat dan motivasi.
9. Semua pihak yang telah membantu demi lancarnya penulisan skripsi ini baik
secara langsung maupun tidak langsung hingga pada tahap selesai.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun sehingga penulisan skripsi ini dapat mendekati kesempurnaan.
Selanjutnya semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca yang
budiman, bagi Nusa, Bangsa dan Agama, khususnya untuk penulis. Amiin.
Magelang, 11 September 2015
Penulis
ABSTRAK
Faizatun. 2015. Efektifitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag.
Kata Kunci: Metode Berdzikir dan Problem Psikologis.
Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan non formal yang bernuansa Islam tidak hanya berkiprah dalam pendidikan dan keberagamaan saja, namun fungsi-fungsi lain juga sering menjadi tanggung jawabnya. Fungsi tersebut misalnya tindakan psikologis sekaligus religius untuk terapi berbagai gangguan kejiwaan remaja. Bertitik tolak dari situ, penulis bermaksud meneliti tentang Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Fokus penelitian yang ingin dikaji yaitu: (1) Bagaimana deskripsi tentang metode berdzikir di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang? (2) Bagaimana efektivitas metode berdzikir dalam penanganan problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang? apa saja faktor-faktor penghambat dan faktor pendukungnya?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, penulis menggunakan jenis penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif maka data dari penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dengan menggunakan trianggulasi sumber sebagai instrumen untuk mengecek validitas data.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Metode berdzikir yang diterapkan di Pondok Pesantren Suryabuana adalah dzikir ala Thareqot Qodariyah wa Naqsabandiyah dengan mengamalkan dzikir Jahr (suara keras) dan dzikir
DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
HALAMAN JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis ... 7
2. Secara Praktis ... 7
2. Metode Berdzikir ... 8
3. Penanganan ... 10
4. Problem Psikologis ... 10
5. Santri ... 11
6. Pondok Pesantren Suryabuana Magelang ... 12
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 15
2. Kehadiran Peneliti ... 15
3. Lokasi Penelitian ... 16
4. Sumber Data ... 16
5. Prosedur Pengumpulan Data ... 17
6. Analisis Data ... 18
7. Pengecekan Keabsahan Data ... 19
8. Tahap-tahap Penelitian ... 20
G. Sistematika Penulisan ... 21
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Berdzikir 1. Pengertian Metode Berdzikir ... 24
2. Macam-macam Dzikir ... 28
3. Tujuan Dzikir ... 33
4. Kelebihan dan Keutamaan Berdzikir ... 39
2. Macam-macam Problem Psikologis ... 47
3. Karakteristik Orang yang Mengalami Problem Psikologis ... 55
4. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem Psikologis ... 60
BAB III PAPARAN DATA DAN PENEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data 1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Suryabuana ... 66
2. Kondisi Pondok Pesantren Suryabuana ... 77
3. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Suryabuana ... 84
4. Gambaran Informan ... 87
B. Temuan Penelitian 1. Macam-macam Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang ... 88
2. Cara-cara Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang ... 91
3. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang ... 100
4. Faktor-faktor Penghambat dan Faktor Pendukung dalam
Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan
Pakis Kabupaten Magelang ... 101
BAB 1V PEMBAHASAN A. Macam-macam Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang ... 104
B. Cara-cara Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang ... 106
C. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang ... 113
D. Faktor-faktor Penghambat dan Faktor Pendukung dalam Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang ... 115
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 117
B. Saran ... 120
C. Penutup ... 121
DAFTAR PUSTAKA ... xvii
DAFTAR TABEL
Tabel I Jadwal Kegiatan Harian ... 79
Tabel II Jadwal Kegiatan Khusus ... 80
Tabel III Sarana Prasarana ... 81
Tabel IV Susunan Pengurus ... 82
Tabel V Mubaligh ... 84
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi telah memberikan dampak yang beragam bagi
kehidupan manusia. Pada satu sisi era tersebut telah banyak memberi
kemudahan melalui penemuan-penemuan terkini, namun pada sisi lain era ini
juga memberikan dampak negatif bagi kehidupan remaja. Terlebih karena
remaja dikenal sebagai usia yang masih labil sehingga kerusakan moral di
kalangan remaja semakin hari semakin meningkat dan semakin banyak terjadi
penyimpangan-penyimpangan perilaku dan perubahan tata nilai dalam
kehidupan masyarakat. Hal ini ternyata banyak menimbulkan degradasi moral
yang sudah sangat sulit untuk ditangani oleh para pakar pada umumnya.
Oleh karena itu banyak ditemukan problem-problem psikologis yang
terjadi pada remaja, seperti; depresi, stres atau penggunaan zat-zat adiktif dan
hilangnya semangat hidup. Kondisi tersebut tentu tidak hanya akan
membebani kehidupan remaja yang masih panjang, namun juga menjadi
problem tersendiri bagi orang tua. Hal itu dikarenakan anak adalah harta dan
kebanggaan bagi setiap orang tua yang tidak bisa di ukur nilainya. Karenanya
setelah orang tua mengetahui putra-putri mereka mengalami
problem-problem psikologis seperti yang tertulis diatas, orang tua akan mencari jalan
keluar bagi kesembuhan putra-putri mereka. Salah satu diantara solusi itu
adalah dengan memasukkan anak yang mengalami problem-problem
Pondok pesantren Suryabuana adalah salah satu pondok pesantren
yang menangani orang-orang yang mengalami problem-problem psikologis.
Pondok Pesantren Suryabuana ini terletak di Desa Balak, Losari, kecamatan
Pakis, Kabupaten Magelang. Pondok Pesantren Suryabuana putri berada di
daerah rumah/ndalem (istilah pesantren) Kyai di Pondok Pesantren tersebut dan di sebelah pendopo pondok tersebut. Santri yang menetap di pondok
pesantren ini kurang lebih ada 25 santri, akan tetapi jama‟ah yang ada di
pondok pesantren ini ada ribuan orang dari berbagai manca negara.
Santri-santri di pondok pesantren ini biasa memanggil kyainya dengan sebutan
Kanjeng Syekh Sirullah. Karena Beliau masih keturunan kerajaan Mataram.
Beliau adalah Pengasuh di pondok pesantren tersebut serta termasuk salah
satu murid dari Pangersa Abah Anom atau Pengasuh pondok pesantren
Suryalaya Jawa Barat (Profil Pondok Pesantren Suryabuana).
Masjid yang berada di Pondok Pesantren Suryabuana di dirikan oleh
Ahmad Sirullah. Masjid tersebut diberi nama Masjid Surya Mustika Rahmat.
Masjid tersebut digunakan untuk kegiatan-kegiatan keagamaan seperti
beribadah, mengaji, berdiskusi, berthareqoh, dll. Masjid Surya Mustika
Rahmat merupakan mustika bagi para ikhwan khususnya dan masyarakat
pada umumnya. Selang beberapa bulan setelah pembangunan Masjid tersebut,
ada beberapa ikhwan dari beberapa daerah yang memasrahkan anaknya
kepada Ahmad Sirrulloh untuk mendapatkan pembinaan keagamaan yang
intensif. Satu anak, dua anak dan terus bertambah sehingga memerlukan
akhirnya dibangunlah kamar-kamar sederhana sebagai asrama bagi
santri-santri Putra di dekat Masjid Surya Mustika Rahmat.
Dekat pintu masuk menuju Masjid Surya Mustika Rahmat terdapat
sebuah menara yang masih dalam tahap pembangunan. Ahmad Sirrulloh
merencanakan pembangunan satu menara tersebut sebagai simbol keimanan
yang kuat dan kokoh serta tingginya cita-cita dan tujuan yang hendak dicapai
oleh para ikhwan dan yang paling pokok adalah sebagai mi‟rojul washiliin.
Dan atas saran dan perintah dari Pangersa Abah Anom maka menara tersebut akan dibangun dengan ketinggian 27 M sebagai simbol hakekat. Peletakan
batu pertama pembangunan menara tersebut dilakukan oleh Ahmad Sirrulloh
pada tanggal 27 Juli 2003 M bertepatan dengan 23 Jumadil Ulaa 1424 H pada
pukul 21.00 WIB. Ahmad Sirrulloh memberi nama pada menara tersebut
“Menoro Kalimosodo” atau dalam bahasa Indonesia “Menara Kalimat
Syahadat”, yaitu tempat ditemukannya dan juga tempat bersinarnya
Laailahaillallah Muhammadurrosulullah. Adapun penggarapan dan pembangunan menara, sampai saat ini baru sampai selesai tahap fondasi
(Profil Pondok Pesantren Suryabuana).
Selain menara, di sebelah barat masjid juga terdapat kolam/kamar
mandi yang biasa digunakan untuk mandi/kungkum (dalam bahasa jawa)
taubat kurang lebih pada jam 02.00 khusunya untuk santri-santri yang
mengalami problem-problem psikologis. Dalam keadaan kungkum tersebut,
Pondok Pesantren Suryabuana menggunakan metode Penyadaran Diri
dalam menangani remaja-remaja yang mengalami problem-problem
psikologis seperti tersebut di atas. Maksud penyadaran diri disini yaitu
menanamkan kesadaran akan hubungan seorang hamba dengan Allah SWT.
Kesadaran diri tersebut dapat ditanamkan dengan berdzikir kepada Allah
SWT. Berdzikir adalah ibadah sunnah yang teramat mulia dan utama. Dzikir
adalah peringkat do‟a yang paling tinggi, yang di dalamnya tersimpan
berbagai keutamaan dan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Bahkan
kualitas diri seseorang dihadapan Allah sangat dipengaruhi oleh kuantitas dan
kualitas dzikir seseorang tersebut kepada-Nya (Munir dan Al-Fandi, 2008:
15).
Metode berzikir yang digunakan di pondok pesantren ini ada dua
macam, yaitu dzikir jahr dan dzikir khofi. Dimana dzikir jahr yaitu dzikir yang melafalkan Laailahaillallah secara lisan dan lebih diutamakan untuk
mengeraskan lafal tersebut karena lafal yang keras dan dapat menyentuh hati,
berarti dapat menghapus kotoran-kotoran yang berada dalam hati. Sedangkan
dzikir khofi yaitu membaca Allahu Allah yang dilakukan secara terus menerus dalam qalbu santri di setiap nafasnya.
Dalam perspektif Agama telah diajarkan “bahwa orang yang
melupakan Allah menyebabkan seseorang lupa akan dirinya dan segala
potensi kebaikan dirinya”. Dengan kata lain, jika kita lalai dari mengingat
Allah maka hal itu akan menyebabkan kita lupa akan fitrah kemanusiaan yang
tanggung jawab kita sebagai hamba. (Munir dan Al-Fandi, 2008: 19). Namun,
apabila selalu mengingat Allah, maka hatinya akan menjadi tenang dan
tentram sehingga orang tersebut tidak lupa dengan tanggung jawabnya
sebagai hamba Allah.
Hal itu sejalan dengan firman Allah SWT.
Artinya:“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tentram.” (ar-Ra‟d :28)
Ayat diatas menjelaskan bahwa kedekatan kita kepada Allah akan
menghilangkan perasaan dari rasa takut. Sehingga apabila kita selalu
mengingat Allah dan berusaha untuk selalu mendekatkan diri kepada-Nya,
maka hati merasa tenang, tentram dan jauh dari kecemasan sehingga tidak
akan timbul problem-problem psikologis.
Untuk itu penulis menganggap bahwa masalah kaitan agama dan
ketenangan jiwa penting untuk diteliti dan di publikasikan sebagai motivasi
bagi mereka yang mempunyai masalah supaya dapat menyelesaikannya
secara mudah karena keunikan di Pondok Pesantren tersebut, berdasarkan
latar belakang dan sedikit paparan pendek diatas penulis mengambil judul
sebagai berikut, “EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS SANTRI DI PONDOK PESANTREN SURYABUANA DESA BALAK KECAMATAN PAKIS
B. Rumusan Masalah
1.Bagaimanakah Metode Berdzikir di Pondok Pesantren Suryabuana Desa
Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang?
2.Bagaimanakah efektivitas metode berdzikir dalam penanganan problem
Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak
Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang? apa saja faktor-faktor
penghambat dan faktor pendukungnya?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui,
1.Mengetahui Bagaimanakah metode berdzikir di Pondok Pesantren
Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang.
2.Mengetahui Bagaimanakah Efektivitas Metode Berdzikir dalam
Penanganan Problem Psikologis di Pondok Pesantren Suryabuana Desa
Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang dan mengetahui apa saja
yang menjadi faktor penghambat dan faktor pendukung dalam
D. Kegunaan Penelitian
1.Secara Teoritis
a. Memberikan kejelasan secara teoritis tentang efektifitas metode
berdzikir dalam penanganan problem psikologis santri di pondok
pesantren Suryabuana Balak, Pakis, Magelang.
b. Menambah dan memperkaya khasanah keilmuan di dunia pendidikan
dalam hal penanganan problem psikologis.
c. Memberi sumbangan data ilmiah di bidang pendidikan bagi Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam di
IAIN Salatiga.
2.Secara Praktis
a. Untuk menambah wawasan bagi penulis mengenai efektivitas metode
berdzikir pada penanganan problem psikologis santri di pondok
pesantren Suryabuana Pakis, Magelang.
b. Untuk memberikan masukan atau motivasi dalam penanganan
problem psikologis pada masyarakat sekitar.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman dan kekeliruan dalam
penulisan skripsi ini, maka penulis akan mengemukakan beberapa istilah
pokok, yakni:
1. Efektivitas
Efektivitas yaitu suatu keberhasilan dalam mencapai tujuan.
keberhasilan yang maksimal dalam menjalankannya. Efektivitas dalam
penelitian ini yaitu suatu keberhasilan dalam menangani orang-orang
yang mengalami problem-problem psikologis dengan metode berdzikir.
Sehingga mereka dapat sembuh seperti semula bahkan tingkat
keagamaan mereka menjadi lebih baik.
2. Metode Berdzikir
Terdapat beberapa pengertian tentang dzikir. Dzikir adalah
ucapan yang dilakukan dengan lidah atau mengingat akan Tuhan
dengan hati, dengan ucapan atau ingatan yang mempersucikan Tuhan
dan membersihkannya dari pada sifat-sifat yang tidak layak untuknya,
selanjutnya memuji dangan puji-pujian dan sanjungan-sanjungan
dengan sifat-sifat yang sempurna, sifat-sifat yang menunjukkan
kebesaran dan kemurnian (Aboe Bakar, 1996: 276).
Sedangkan Subandi berpendapat dalam bukunya “ Psikologi
Dzikir” bahwasannya dzikir adalah suatu bentuk kesadaran yang
dimiliki oleh seorang makhluk akan hubungan yang menyatukan
seluruh kehidupannya dengan Sang Pencipta (Subandi, 2009: 33).
Amaliah dzikir dapat dibagi menjadi dua. Pertama, dzikir yang dipahami dan dilaksanakan oleh orang muslim pada umumnya. Disini
dzikir dianggap sebagai ibadah sunnah yang dilaksanakan setelah
sholat lima waktu dalam bentuk kegiatan pengajian berjamaah. Kedua,
dalam kelompok tarekat atau sufi sebagai kelompok “mistik” dalam
Islam (Subandi, 2009: 34).
Firman Allah S.W.T dalam Al Qur‟an :
Artinya: “Dan berdzikirlah (Ingatlah Rabb-mu) dalam hatimu dengan rendah hati penuh rasa takut, dengan suara perlahan – lahan di waktu pagi dan petang hari, dan janganlah menjadi orang – orang yang lalai” (Q.S. Al A‟raf : 205)
ََِشَكَراَرِا ُهَعَي بَََاَو , ًِث يِذْجَع ٍَِّظ َذُِْع بَََا
ً
Artinya: “Aku senantiasa berada di samping hamba-Ku yang berbaik sangka dan Aku tetap bersamanya selama ia tetap ingat kepada-Ku” (H.R. Bukhori dan Muslim) (Hawari, 1998: 8).
Dipandang dari sudut kesehatan jiwa, do‟a dan dzikir
mengandung unsur psikoterapeutik yang mendalam. Psikoreligius
tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan psikoterapi psikiatrik,
karena ia mengandung kekuatan spiritual/kerohanian yang
membangkitkan rasa percaya diri dan rasa optimisme (harapan
kesembuhan). Dua hal ini yaitu rasa percaya diri (self confident) dan optimisme, merupakan dua hal yang sangat esensial bagi
penyembuhan suatu penyakit disamping obat-obatan dan tindakan
medis yang diberikan (Hawari, 1998: 8).
Metode atau suatu cara yang digunakan dalam penanganan
problem psikologis dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan
untuk mengeraskan lafal tersebut karena lafal yang keras dan dapat
menyentuh hati, itu berarti dapat menghapus kotoran-kotoran yang
berada dalam hati. Sedangkan dzikir khofi yaitu membaca Allahu Allah yang dilakukan secara terus menerus dalam qalbu individu itu
sendiri di setiap nafasnya.
3. Penanganan
Suatu cara yang dilakukan dalam penyelesaian suatu masalah.
Penanganan dalam penelitian ini mempunyai maksud untuk
menyembuhkan orang-orang atau santri yang mengalami gangguan
kejiwaan seperti setres, depresi, gila, pecandu narkoba dan
obat-obatan terlarang menurut syariat Islam.
4. Problem Psikologis
Definisi-definisi Problem Psikologis menurut para ahli, yaitu:
1.Menurut Jaelani, problem psikologis/gangguan kejiwaan berarti
kumpulan dari keadaan tidak yang normal, baik yang
berhubungan dengan kejiwaan maupun jasmani (Jaelani, 2001:
81).
2.Menurut Fattah, problem psikologis adalah sifat dan sikap dalam
hati yang buruk, yang cenderung mendorong pribadi melakukan
perbuatan-perbuatan tercela dan merusak serta merintangi pribadi
memperoleh keridhaan Allah SWT (Fattah, 1984: 11).
3.Menurut Zakiyah, problem psikologis adalah kumpulan dari
dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan ini dapat
dibagi menjadi dua golongan, yaitu gangguan jiwa (neurose) dan
sakit jiwa (psychose) (Daradjat, 1983: 33). gangguan jiwa (neurose) dan sakit jiwa (psychose) adalah akibat dari tidak
mampunya orang menghadapi kesukaran – kesukarannya dengan
wajar, atau tidak sanggup ia menyesuaikan diri dengan situasi
yang dihadapinya (Daradjat, 1983: 24).
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa Problem Psikologis adalah kumpulan dari suatu
keadaan-keadaan yang tidak normal, baik secara fisik maupun mental
seseorang. sehingga orang tersebut tidak mampu untuk mengendalikan
dirinya sendiri ketika bertingkah laku dan segala aktivitas-aktivitas
individu tersebut terganggu karena tidak seperti kehendaknya sendiri.
Sehingga dengan keadaan seperti itu bisa membahayakan dirinya
sendiri dan orang lain yang berada di sekitarnya.
5. Santri
Kata santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, yaitu
Cantrik yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru ini menetap (Madjid, 1997 : 20). Maksud dari mengikuti
seorang guru yaitu untuk menuntut ilmu keagamaan yang lebih
mendalam seperti halnya mempelajari Al Qur‟an dan kitab-kitab
gurunya di suatu lembaga tertentu yang sering disebut dengan Pondok
Pesantren.
6. Pondok Pesantren Suryabuana Magelang
a.Pondok Pesantren
Dalam pemakaian sehari-hari, istilah peantren bisa disebut
dengan pondok saja atau kedua kata ini digabung menjadi pondok
pesantren. Secara esensial, semua istilah ini mengandung makna
yang sama, kecuali sedikit perbedaan. Asrama yang menjadi
penginapan santri sehari-hari dapat dipandang sebagai pembeda
antara pondok dan pesantren.
Terdapat beberapa definisi pondok pesantren menurut para
ahli, diantaranya yaitu,
1. Menurut zamakhsyari, Pondok Pesantren adalah sebuah
asrama pendidikan Islam tradisional dimana para siswanya
tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan seorang (atau
lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan “kyai”
(zamakhsyari, 1978: 44).
2. Menurut M Arifin, Pondok Pesantren adalah suatu lembaga
pendidikan agama islam yang tumbuh serta diakui oleh
masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek) dimana
santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem
pengajian atau madrasyah yang sepenuhnya berada di bawah
kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta
independen dalam segala hal (Abd. Muin, dkk, 2007: 16).
3. Menurut Madjid, Pondok Pesantren yaitu lembaga yang bisa
dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan
sistem pendidikan nasional. Dari segi historis pesantren tidak
hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga
mengandung makna keaslian indonesia (indigenous). Sebab,
lembaga yang serupa pesantren ini sebenarnya sudah ada
sejak pada masa kekuasaan Hindu-Budha. Sehingga Islam
tinggal meneruskan dan mengislamkan lembaga pendidikan
yang sudah ada (Madjid, 1997: 3).
4. Menurut lembaga research Islam (pesantren luhur), pesantren
adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam
menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat
berkumpul dan tempat tinggalnya (Qomar, 2010: 2).
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa
pondok pesantren merupakan sebuah asrama atau tempat tinggal
santri-santri yang sedang menuntut ilmu keagamaan kepada kyai
atau ustadz/ustadzahnya di lingkungan kediaman kyainya.
Sehingga memberi kemudahan kepada kyai untuk pemantaun
santri-santrinya dalam perkembangan pembelajarannya dan
b.Pondok Pesantren Suryabuana Magelang
Pondok Pesantren Suryabuana Magelang merupakan suatu
lembaga keagamaan pondok pesantren yang berada di Desa
Balak, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Di Pondok
Pesantren ini yang telah mengajarkan santri-santrinya untuk
mendalami ilmu keagamaan seperti halnya pondok-pondok
lainnya. Akan tetapi terdapat keunggulan tersendiri di pondok
pesantren Suryabuana karena seorang kyai di pondok pesantren
ini dapat membantu menyembuhkan orang-orang yang
mengalami gangguan kejiwaan hingga sembuh seperti semula. Di
pondok pesantren ini tidak mengajarkan teori-teori pembelajaran
keagamaan seperti di pondok-pondok pesantren yang lain, akan
tetapi langsung praktek syariat Islam dengan menggunakan
metode thariqoh qodariyah wanaqsabandiyah dari ilmu-ilmu
agama Islam yang telah di dapat pada waktu sebelumnya.
Kyai atau kanjeng (sebutan kyai di pondok tersebut)
mengunakan beberapa metode dalam proses penyembuhan orang
yang mengalami problem-problem psikologis tersebut. Salah
satunya dengan menggunakan metode berdzikir.
Penyembuhan dengan metode seperti inilah yang menjadi
menarik untuk diteliti dan dikembangkan sebagai pengetahuan
terdapat kesalah pahaman dalam penanganan orang-orang yang
mengalami problem-problem psikologis.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Jenis pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan
suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
(Moloeng, 2011: 4).
Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan
data untuk memberikan gambaran penyajian laporan secara jelas. Dalam
hal ini penulis akan mengkaji permasalahan secara langsung dengan
sepenuhnya melibatkan diri pada situasi yang diteliti dan mengkaji
buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan tersebut.
2. Kehadiran Peneliti
Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, yakni deskriptif
kualitatif maka kehadiran peneliti di kancah menjadi mutlak adanya.
Karena dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi “key instrumen” atau
alat peneliti utama. Peneliti mengadakan sendiri pengamatan atau
wawancara. Selain itu guna menunjang perolehan informasi yang valid,
peneliti menggunakan alat rekam atau kamera, dan peniliti tetap
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Suryabuana Pakis,
Magelang dengan alasan belum pernah ada yang melakukan penelitian
serupa di Pondok Pesantren tersebut. Alasan lain yaitu ketertarikan
penulis terhadap fenomena keagamaan yang terjadi pada santri di pondok
pesantren tersebut yang notabene adalah bukan santri-santri yang normal
seperti yang lainnya.
4. Sumber Data
Sumber data ialah situasi yang wajar atau “natural setting”.
Penulis mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi yang wajar
sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi dengan sengaja. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data, yakni:
a. Sumber Data Primer (utama)
Sumber data utama adalah sumber informasi yang langsung
mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap pengumpulan
dan penyimpanan data (Ali, 1993: 42). Merupakan sumber pokok
yang memuat ide-ide awal tentang suatu bahan kajian. Dalam hal ini
yang menjadi sumber data utama adalah pengasuh, pengurus dan
santri di Pondok Pesantren Suryabuana. Untuk menggali data tentang
kegiatan keagamaan santri, metode yang dipakai dalam penanganan
problem-problem psikologis, serta hambatan dan daya dukung dalam
proses penanganan problem-problem psikologis santri di Pondok
b. Sumber Data Sekunder (pendukung)
Sumber data pendukung merupakan data-data yang
digunakan untuk memperkuat sumber data utama atau data yang
didapat dari sumber bacaan dan berbagai sumber lainnya. Sumber
data pendukung di sini adalah buku-buku yang terkait
keefektivitasan, metode berdzikir, dan penanganan problem-problem
psikologis. Selain itu, alumni santri yang mengalami problem
psikologis di pondok pesantren tersebut juga menjadi sumber data
pendukung yang akan melengkapi kajian pustaka di atas.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Data diperoleh dengan cara :
a. Wawancara
Wawancara yaitu suatu proses interaksi dan komunikasi yang
bertujuan mendapatkan informasi dengan cara bertanya jawab
langsung kepada responden. Penulis akan melakukan wawancara
kepada pengasuh, pengurus dan santri di pondok pesantren
Suryabuana. Hal ini dilakukan untuk menggali informasi tentang
model keefektivan metode berdzikir dalam penanganan problem
psikologis santri di Pondok Pesantren Suryabuana Magelang.
Secara garis besar terdapat dua macam pedoman wawancara,
yaitu Pedoman wawancara tidak terstruktur dan terstruktur. Pedoman
wawancara tidak terstruktur yaitu pedoman wawancara yang hanya
wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun
secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Pewawancara
tinggal membubuhkan tanda v (check) pada nomor yang sesuai
(Arikunto, 2010: 270). Penelitian ini menggunakan kedua pedoman
wawancara tersebut sebagai validitas temuan penelitian.
b. Observasi atau pengamatan
Pengamatan terhadap situasi yang terjadi di lokasi penelitian.
Pengamatan dilakukan sebagai pembuktian atas keterangan atau
informasi yang didapatkan dari wawancara.
c. Dokumentasi
Catatan kegiatan yang menunjukkan sejumlah fakta dan data
tersimpan dalam bahan penelitian yang bisa berbentuk gambar foto,
video atau rekaman wawancara, naskah, atau berkas-berkas dan
dokumentasi pendukung lainnya. Seluruhnya dapat digunakan
sebagai penguat seluruh informasi.
6. Analisis Data
Analisis data kualitatif (Bogdan & Taylor 1992) adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
a. Display data, peneliti menyajikan semua data yang diperolehnya
dalam bentuk uraian atau laporan terinci.
b. Reduksi data, peneliti memotong data-data yang tidak perlu untuk
dibuang. Laporan-laporan yang diambil hanya yang pokok saja,
difokuskan pada hal-hal yang penting.
c. Verifikasi data, sejak mulanya peneliti berusaha untuk mencari
makna data yang dikumpulkannya, kemudian disimpulkan untuk
menjawab tujuan penelitian.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Sebagai upaya membuktikan bahwa data yang diperoleh adalah
benar-benar valid, maka peneliti menggunakan teknik triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data yang diperoleh untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut
(Moleong, 2008: 330). Ada empat macam triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan, yaitu sumber, metode, penyidik, dan teori.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik
triangulasi dengan sumber. Yaitu peneliti akan mengecek kebenaran data
atau informasi yang diperoleh dengan data-data atau informasi dari
sumber yang lain sehingga data yang diperoleh peneliti terdapat dari
8. Tahap-tahap Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis melalui empat tahap
sebagai berikut:
a. Tahap sebelum ke lapangan
Penulis menentukan fokus penelitian yang akan menjadi pokok
pembahasan, selain itu penulis melakukan konsultasi kepada
pembimbing dalam penyusunan proposal penelitian, dilanjutkan
penyelesaian perijinan lokasi penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Penulis melakukan pengumpulan bahan yang berkaitan dengan
wawancara, observasi dan dokumentasi penelitian. Pada tahap ini
penulis memulai terjun ke lapangan tempat penelitian tersebut di
lakukan.
c. Tahap analisis data
Meliputi analisis data yang diperoleh melalui observasi,
dokumentai dan wawancara mendalam dengan pengasuh, pengurus,
dan santri di pondok pesantren.
d. Tahap penulisan laporan
Meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua
rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pada pemberian makna.
Selain itu peneliti melakukan konsultasi kepada pembimbing guna
G. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang skripsi ini, maka
dibuat sistematika penulisan skripsi. Adapun wujud dari sistematika yang
dimaksud adalah:
Bab I : Pendahuluan, Meliputi:
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
E. Penegasa Istilah
F. Metode Penelitian
G. Sistematika Penulisan.
Bab II : Kajian Pustaka, Meliputi:
A.Metode Berdzikir yang pembahasannya meliputi:
1. Pengertian Metode Berdzikir
2. Macam-macam Dzikir
3. Tujuan Dzikir
4. Kelebihan dan Keutamaan Berdzikir
B.Problem Psikologis
1. Pengertian Problem Psikologis
2. Macam-macam Problem Psikologis
4. Efektivitas metode berdzikir dalam Penanganan Problem
Psikologis
Bab III : Paparan Data dan Temuan Penelitian
A. Paparan Data:
1. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Suryabuana
2. Kondisi Pondok Pesantren Suryabuana
3. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Suryabuana
4. Gambaran Informan
B. Temuan Penelitian
5. Macam-macam Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren
Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten
Magelang
6. Cara-cara Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok
Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis
Kabupaten Magelang
7. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem
Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak
Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang
8. Faktor-faktor Penghambat dan Faktor Pendukung dalam
Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren
Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten
Bab IV: Pembahasan, yang berisi tentang :
1. Bagaimana Metode Berdzikir di Pondok Pesantren Suryabuana
Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang.
2. Bagaimana efektivitas metode berdzikir dalam penanganan
Problem Psikologis di Pondok Pesantren Suryabuana Desa
Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang. Apa saja
faktor-faktor penghambat dan faktor-faktor pendukungnya.
Bab V : Penutup, Meliputi:
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Berdzikir
1. Pengertian Metode Berdzikir
Secara etimologi, kata metode berasal dari bahasa Yunani
methodos. Kata methodos merupakan gabungan dari kata depan meta
yang berarti “menuju, melalui, mengikuti, sesudah” dan kata benda hodos
yang artinya “jalan, perjalanan, cara, arah” (Kesuma, 2007: 1). Secara
harfiah, metode berarti “cara atau jalan” (Hasan dan koentjaraningrat,
1979:16).
Sedangkan menurut terminologi, terdapat beberapa definisi metode
menurut para ahli, Menurut Widyatmini dan Izzati, metode berarti suatu
tata kerja yang dapat mencapai tujuan secara efisien (Widyatmini dan
Izzati, 1991: 1). Metode merupakan cara dalam melakukan penelitian.
Metode dapat pula dikatakan sebagai alat bedah untuk mengungkap
permasalahan yang ada dalam ruang lingkup penelitian (Maslikhah, 2013:
66). Metode adalah seperangkat pendekatan yang menyeluruh untuk
mengumpulkan data dan menganalisis masalah-masalah tertentu
(Mikkelsen, 2003: 313). Metode adalah suatu aturan dan tata cara serta
kaidah-kaidah dalam mencapai tujuan (Daniel, 2002: 36).
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
Metode dalam penelitian ini yaitu suatu cara untuk mencapai penanganan
problem-problem psikologis yang efektive dengan berdzikir.
Dzikir secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab َشَكَر yang
berarti mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran,
mengenal atau mengerti (Syukur, 2004: 45). Sedangkan secara
terminologi dzikir sering dimaknai sebagai suatu amal ucapan atau amal
qauliyah melalui bacaan-bacaan tertentu untuk mengingat Allah.
Berdzikir kepada Allah adalah suatu rangka dari rangkaian Iman dan
Islam yang mendapat perhatian khusus dan istimewa dari Al Qur‟an dan
sunnah. Hal ini dibuktikan dengan begitu banyaknya ayat Al Qur‟an dan
hadis Nabi SAW yang menyinggung dan membahas masalah dzikir.
Al Qur‟an memberi petunjuk bahwa dzikir itu bukan hanya ekpresi
daya ingatan yang ditampilkan dengan bacaan-bacaan lidah sambil duduk
merenung, tetapi lebih dari itu, dzikir bersifat implementatif dalam
berbagai variasi yang aktif dan kreatif (Munir dan Al-Fandi, 2008: 11).
a. Al Qur‟an menjelaskan dzikir berarti membangkitkan daya ingatan:
Dengan mengingat Allah, hati orang-orang yang beriman menjadi tenang. Ketahuilah dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang. (QS Ar-Ra‟d: 28)
Sebagaimana diketahui bahwa dengan hati yang tenang secara
b. Dzikir berarti pula ingat akan hukum-hukum Allah:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kaum kerabat, dan Allah melarang berbuat keji, kemungkaran, dan kemungsuhan. Dan memberi pengajaran kepada kamu agar kamu dzikir (mengambil pelajaran). (QS An-Nahl: 90) c. Dzikir juga mengambil pelajaran atau peringatan:
Allah memberikan hikmah kepada orang atau siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal (ulul albab). (QS Al-Baqarah: 269)
d. Dzikir bisa diartikan meneliti proses alam:
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau maka peliharalah kami dari siksa api neraka. (QS Ali Imran: 190-191)
Demikian kurang lebih arti dzikir yang dapat ditangkap dari Al
Qur‟an. Allah membentuk akselerasi mulai dari renungan, sikap,
aktualisasi sampai pada kegiatan memproses alam.
Selain definisi-definisi tersebut, banyak para ahli yang
mendefinisikan dzikir, diantaranya: Dzikir adalah senantiasa dan terus
menerus mengingat Allah, sebagai metode paling efektif untuk
membersihkan hati dan mencapai kehadiran Ilahi (Valiuddin, 1997: 84).
Dzikir adalah setiap aktivitas yang dapat mengantarkan kita untuk teringat
dan mengingat Allah (Munir dan Al-Fandi, 2008: 15). Dzikir artinya
mengingat Allah atau menyebut nama Allah (Syafi‟i, 2011: 34). Dzikir
adalah upaya untuk selalu mengingat Allah SWT dengan mengucapkan
kalimat thayibah (Subhanallah, Alhamdulillah, la ilaha illallah dan
Allahu Akbar) (Jamil, 2005: 67). Dzikir adalah ucapan yang dilakukan dengan lidah atau mengingat akan Tuhan dengan hati, dengan ucapan atau
ingatan yang mempersucikan Tuhan dan membersihkannya dari pada
sifat-sifat yang tidak layak untuknya, selanjutnya memuji dangan
puji-pujian dan sanjungan-sanjungan dengan sifat yang sempurna,
sifat-sifat yang menunjukkan kebesaran dan kemurnian (Aboe Bakar, 1996:
276).
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
amalan-amalan tertentu menuju hati yang bersih. Dzikir dalam penelitian ini yaitu
upaya untuk selalu mengingat Allah dengan mengucap Asma Allah dan do‟a-do‟a yang lainnya guna membersihkan hati dan jiwa sehingga
terhindar dari gangguan kejiwaan.
2. Macam-macam Dzikir
Dzikir kepada Allah ada dua macam: wajib dan sunnah. Kita wajib
mengingat Allah dalam tiga situasi.
Yang pertama adalah ketika kita melihat makhluk, kita harus mengingat khaliknya. Apabila kita melihat ciptaan, kita harus menyadari
kekuatan dan kebijaksanaan Tuhan yang tidak terbatas. Kita harus
memandang Allah sebagai sumber segala anugerah dan seharusnya kita
tidak menyia-nyiakan cinta-Nya yang ditanamkan ke hati kita. Sebagai
tingkatan pertama mengenal Allah, dzikir seperti ini adalah kewajiban.
Yang kedua apabila manusia telah mengenal Allah pada tingkat wajib dan
mulai mencintai-Nya dan mengabdi kepada-Nya maka dzikir yang terus
dilakukan menjadi sunnah baginya. Artinya, di sunnahkan kepadanya agar
setiap kali melihat makhluk, ia selayaknya mengingat Penciptanya. Setiap
kali ia melihat suatu karunia, haruslah ia menganggapnya sebagai hadiah
dari Allah. Dan dengan begitu, ia tak akan melupakan Allah. Dzikir
semacam ini tergolong ibadah yang paling baik. Banyak ayat Al Qur‟an
yang menekankan ibadah ini, seperti dalam Qur‟an Surat Ali Imran: 191
Dzikir tidak hanya yang diucapkan dengan lidah saja, tetapi
kondisi mengingat Allah sepanjang waktu. Sejalan dengan itu Al Qur‟an
menyebutkan: pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan” (QS Al A‟raaf:
74)
Ayat ini menunjukkan jika ada dzikir kepada Allah dilakukan
maka tak ada kejahatan dan apabila tak ada dzikir maka tentulah ada
kejahatan. Kehancuran itu pasti, dan lalai dalam mengingat Allah adalah
kehancuran itu sendiri (Shirazi, 2009: 206-207).
Bagi umat Islam yang mengikuti suatu kelompok tarekat atau
kelompok sufi atau kelompok mistik yang lain, amalan dzikir dipandang
sebagai suatu bentuk latihan rohani atau spiritual untuk dapat
mendekatkan diri kepada Allah. Dalam pengertian itu, amalan dzikir
dilaksanakan dengan menggunakan teknik tertentu yang mirip dengan
latihan meditasi di dalam tradisi agama lain.
Ada dua macam metode berdzikir yang umum dilakukan
dikalangan sufi, yaitu dzikir jahr dan dzikir khofi. Dzikir jahr juga disebut
sebagai dzikir lisan, di mana orang membaca kalimat-kalimat dzikir
dzikir khofi atau disebut juga dzikir qolbi dilakukan dengan menyebut
nama Allah berulang-ulang secara batiniah di dalam hati, jiwa, dan ruh.
Sebagian kelompok sufi melaksanakan dzikir jahr disertai dengan
gerakan-gerakan tubuh yang ritmis seperti yang dilaksanakan oleh
pengikut tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah Pesantren Suryalaya di
Tasikmalaya. Sementara itu dalam melaksanakan dzikir khofi sebagian
menggunakan konsep badan halus (latifah) yang mirip dengan konsep
chakra dalam tradisi meditasi (Subandi, 2009: 35).
Dzikir terbagi atas tiga tingkatan (Mustafa, 1976: 65-66):
a. Dzikir lisan : Laa Ilaha Illallaah.
Setelah terasa meresap pada diri, terasa panasnya dzikir itu ke
tiap-tiap helai bulu roma di badan, dzikir itu mulanya pelan-pelan
makin lama makin cepat.
b. Dzikir Qalbu atau hati : Allah, Allah.
Mula-mulanya mulut berdzikir diikuti hati, kemudian dari ke
mulut, lalu lidah berdzikir sendiri, dengan dzikir tanpa sadar, akal
pikiran tidak jalan lagi, melainkan terjadi sebagai Ilham yang tiba-tiba
Nur Ilaahi dalam hati memberitahukan : Innany Anal Laahu, yang naik ke mulut mengucapkan: Allah, Allah.
c. Dzikir Sir atau Rahasia: “Hu”
Biasanya sebelum naik ke tingkat dzikir ini orang sudah “fanna”.
melakukan hal-hal yang berguna bagi pembangunan bangsa dan negara
serta agama. Dzikir ini merupakan refleksi dari dzikir lisan dan dzikir
hati. Dzikir sosial ini manfaatnya lebih kelihatan daripada bentuk dzikir
lisan dan hati. Jika dzikir lisan dan hati hanya bersifat individual, maka
dzikir ini lebih bersifat sosial, mempunyai kepedulian dan kepekaan sosial
kemasyarakatan. Dan model dzikir ini yang paling banyak disinggung
dalam al-Qur‟an (Amin, 2004: 49).
Dengan demikian, maka dzikir kepada Allah secara umum dapat
diklasifikasikan menjadi empat bentuk atau macam, hal ini di dasarkan
pada aktivitas apa yang digunakan untuk mengingat Allah SWT:
a. Dzikir Pikir (Tafakkur)
Al Qur‟an menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang
paling unggul, paling mulia derajat dan kedudukannya , yang telah
diciptakan dengan bentuk dan susunan tubuh yang sangat baik dan
sempurna (sebaik-baik bentuk).
Allah berfirman dalam Surat At-Tin ayat 4:
Artinya: sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS At-Tin: 4).
Sebagai makhluk yang paling baik dan unggul, maka Allah
menganugerahinya berbagai potensi yang luar biasa. Dan salah satu
dari sekian banyak potensi manusia adalah potensi kecerdasan yaitu
potensi yang hanya dimiliki oleh manusia, sebagai karunia Allah
kepada manusia. Oleh karena itu, melalui Al Qur‟an Allah
memerintahkan agar manusia memelihara dan memanfaatkan potensi
tersebut dengan sebaik-baiknya, untuk memahami, berfikir dan
memikirkan tentang segala sesuatu, termasuk untuk berfikir dan
memikirkan tentang fenomena alam, merenungkan, dan menelaah Al
Qur‟an dan diri manusia sendiri.
Berfikir dan bertafakkur tentang penciptaan langit dan bumi,
bahtera yang luas dan membawa berbagai hal yang bermanfaat bagi
kehidupan kita, memikirkan tentang diri kita sendiri sebagai sosok
makhluk dan hamba Allah yang diciptakan dengan teramat indah dan
sempurna, merenungkan dan memikirkan makna serta kandungan Al
Qur‟an adalah bentuk dari dzikir kepada Allah, yakni dzikir fikir.
b. Dzikir dengan Lisan atau ucapan
Dzikir lisan dapat dimaknai dengan dzikir yang diucapkan
dengan lisan dan dapat didengar oleh telinga. Menyebut dan
mengingat Allah dengan lisan dapat dibedakan menjadi dua macam,
yakni dzikir yang dilakukan dengan suara yang pelan (sirr) atau berbisik (hams) dan dzikir yang dilaksanakan dengan suara yang keras
dan bersama-sama (jahr). Dzikir dengan cara ini sangat baik bagi pemula sebab dengan menyebut dan mengingat nama Allah dengan
lisan, maksudnya diucapkan dengan lisan dan dapat didengar telinga
dan menghapuskan hal-hal lain yang melintas dalam pikiran selain
Allah.
c. Dzikir dengan Hati atau Qalbu
Dzikir qalbu adalah aktivitas mengingat Allah yang dilakukan
dengan hati atau qalbu saja, artinya sebutan itu dilakukan dengan
ingatan hati. Dzikir qalbu juga dapat dimaknai melaksanakan dzikir
dengan lidah dan hati, maksudnya lidah menyebut lafal tertentu lafazh
dzikir, dengan suara yang pelan dan hati mengingat dengan meresapi
maknanya. Dzikir dengan hati adalah dzikir yang sangat baik dan
utama, karena dzikir dengan cara ini dapat mengantarkan kita untuk
lebih khusyuk, terhindar dari bahaya riya‟ dan akan memberikan
kesan yang mendalam.
d. Dzikir dengan Amal Perbuatan
Yang dimaksud dengan dzikir amal disini adalah setiap
perbuatan atau aktivitas seseorang yang baik dan dapat
mengantarkannya untuk teringat kepada Allah SWT. Dzikir amal juga
dapat diartikan sebagai tindakan yang didasarkan pada aturan dan
ketentuan Allah (Munir dan Al-Fandi, 2008: 22-32).
3. Tujuan Dzikir
Tujuan utama dalam melakukan dzikir adalah untuk mendekatkan
diri kepada Allah melalui pencapaian kondisi jiwa yang penuh dengan
kepasrahan, penyerahan diri, atau ikhlas kepada Allah. Kondisi ini dapat
itu berarti bahwa seluruh bagian tubuh, bahkan seluruh sel-sel dalam
tubuh ikut mengucapkan nama Allah (Subandi, 2009: 42).
Ada banyak cara yang dilakukan untuk berdzikir dalam
pencapaian tujuan tersebut. Membaca ayat-ayat dalam kitab suci Al
Qur‟an merupakan bentuk dzikir yang paling umum. Sebagian kaum
muslim berdzikir dengan menyebut nama Allah berulang-ulang, baik ismu
dzat (nama Allah), maupun nama-nama yang baik dan indah (asma-ul-husna) (Subandi, 2009: 34). Adapun bacaan-bacaan dzikir yang sering
diamalkan oleh Rasulullah saw. Dan telah masyhur di kalangan para
ulama serta paling banyak diamalkan umat Islam diseluruh belahan dunia,
diantaranya adalah lafal-lafal Al-Baqiyyatush-Shalihah, Istighfar, Isti‟adzah, Basmalah, Hasbalah, Asma‟ul Husna dan dzikir dengan
membaca serta memikirkan ayat-ayat Allah, baik ayat qauliyah (Al Qur‟an) maupun ayat kauniyah (alam semesta) (Munir dan Al-Fandi,
2008: 67-105).
a. Al-Baqiyyatush-Shalihah
Al-Baqiyyatush-Shalihah merupakan bacaan dzikir yang sangat mulia dan memiliki banyak keistimewaan, setengah diantara
keutamaan dan keistimewaan bacaan ini telah dijelaskan Nabi saw.
Dalam salah satu sabdanya yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar
katanya, bahwa Rasulullah pernah bersabda:
daya kekuatan selain dengan (izin) Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung). Tidak seorangpun yang mengatakannya (membacanya) melainkan akan diampuni dosa-dosanya walaupun seperti buih di lautan. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dikatakan dalam hadist di atas bahwa siapapun diantara
kita yang bersedia berdzikir dengan membaca Al-Baqiyyatush-Shalihah maka Allah akan mengampuni segala dosa dan kesalahan
yang pernah kita perbuat sebanyak dan sebesar apapun dosa itu.
Bahkan seandainya dosa kita itu lebih banyak dari banyaknya pasir
dan buih dilautan, namun jika kita bersedia berdzikir kepada Allah
dengan membaca Al-Baqiyyatush-Shalihah, maka Allah akan melimpahkan ampunan kepada kita.
Lafazh Al-Baqiyyatush-Shalihah terdiri atas lima bacaan dzikir, yaitu bacaan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, dan al-hauqalah.
Berikut bacaan-bacaannya:
1)Membaca Tasbih
ِّللا ٌَبَحْجُس
Subhanallah
Artinya: “Maha Suci Allah”
2)Membaca Tahmid
ِّللُذًَْحْنا
Alhamdulillah
3)Membaca Tahlil
ُّللاَّلاِإ َهَنِإَلا
Laa ilaaha illallaahu
Artinya: “ tiada Tuhan kecuali Allah”
4)Membaca Takbir
ُشَجْكَأ ُ ّللا
Allahu Akbar
Artinya: “ Allah Maha Besar”
5)Membaca Hauqollah
ِّللبِثَّلاِإ َح َّىُقَلا َو َل ْىَحَلا
Laa haula walaa quwwata illaa billaah
Artinya: “Tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali kepunyaan Allah”.
b. Istighfar (mohon ampunan)
Istighfar dapat dimaknai dengan menundukkan hati, jiwa, dan pikiran kepada Allah seraya memohon ampunan terhadap-Nya dari
segala dosa dan salah yang telah kita lakukan, baik dosa dan kesalahan
yang dilakukan dengan sengaja maupun dosa yang disebabkan karena
lupa. Istighfar atau memohon ampun kepada Allah merupakan bacaan dzikir yang sangat baik, yang sekaligus sebagai do‟a kepada Allah,
yakni permohonan agar segala salah dan dosa yang telah kita lakukan
1)
َىْيِظَعْنا َ ّللاُشِفْغَزْسَأ
Astaghfirullaahal‟adziim.
Artinya: “ Saya mohon ampun pada Allah yang Maha Agung”
2)
ٌىْي ِحَس ٌس ْىُفَغ َ ّللا ٌَّإ َ ّللاُشِفْغَزْسأ
Astaghfirullah Innallaha Ghofuurur Rahiim
Artinya: “Aku mohon ampun kepada Allah; sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
3)
ِهْيَنإ ُة ْىُرأ َو ُو ْىُّيَق
ْنا ُّيَحْنا َىُه َّلاإ َهَنإ َلا يِزَّنا َىْيِظَعْنا َ ّللاُشِفْغَزْسأ
Astaghfirullah al-Azhim alladzi laailaha Illaa Huwal Hayyul Qoyyuum wa Atuubu Illayhi
Artinya: “Aku memohon ampun kepada Allah yang Maha
Agung sesungguhnya tiada Tuhan selainAllah, yang Maha Kekal dan mengurusi makhluk-Nya dan aku bertaubat kepada-Nya. Atau dengan membaca”.
4)
ًِن ْشِفْغا َّىُهَّهنا
Allahummaghfirlii
Artinya: “ Wahai Tuhanku ampunilah dosa-dosaku”.
c. Isti‟adzah (Mohon Perlindungan)
Isti‟adzah atau Isti‟adzah Billah memiliki makna meminta atau
memohon perlindungan Allah dari segala hal yang tidak
menyenangkan hati, dan meminta perlindungan kepada Allah agar
terhindar dari segala sesuatu yang tidak baik, dan dari segala hal yang
dapat merintangi serta menghalangi kita pada jalan ketaatan kepada
Rasulullah saw. Senantiasa berdo‟a kepada Allah untuk
meminta perlindungan dari berbagai hal, Hadist riwayat Al-Bukhori
dan Muslim yang bersumber dari „Aisyah ra. Menyatakan:
Bahwasannya Nabi saw. Sering berdo‟a ketika shalat dengan berkata:
َكِثُر ْىُعأَو ِلبَّجَّذنا ِحْيِسًَْنا ِخَُْزِف ٍِْي َكِث ُر ْىُعأَو ِشْجَقْنا ِةاَزَع ٍِْي َكِث ُر ْىُعأ ًَِّإ َّىُهَّهنا
ِو َشْغًُْناَو ِىِثبًَْنا ٍَِي َكِث ُر ْىُعأ ًَِّإ َّىُهَّهنا ِدبًًََْناَو بَيْحًَْنا ِخَُْزِف ٍِْي
Artinya: “Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari siksa kubur dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari fitnah Dajjal. Aku juga memohon perlindungan kepada-Mu dari fitnah semasa hidup dan selepas mati. Ya Allah! Aku memohon perlindungan kepada-Mu dari segala dosa dan hutang”. Aisyah berkata lagi: Seseorang telah berkata kepadaRasulullah saw.: Alangkah banyaknya kamu memohon
perlindungan dari beban utang wahai Rasulullah! Lalu Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya seseorang yang sudah terkena beban
utang, apabila dia berkata-kata dia akan dusta dan apabila berjanji dia akan mengingkari”. (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
d. Basmalah
Basmalah adalah bacaan dzikir yang sangat baik dan sangat dianjurkan diamalkan untuk diucapkan setiap saat. Dan lebih baik lagi
jika dibaca pada saat dan memulai sesuatu pekerjaan. Adapun lafazh
dari bacaan basmalah adalah:
ِىْي ِحَّشنا ًٍَِْحَّشنا ِ ّللا ِىْسِث
Artinya: “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.e. Membaca Hasballah
dan berlindung selain hanya kepada Allah SWT. Lafazh dari bacaan
hasbalah yang ma‟tsur adalah:
ِمْيِك َىْنا َىْعََِو ُ ّللا َيِجْسَح
Hasbiyallaahu wa ni‟mal wakiil.
Artinya: “Cukuplah Allah dan sebaik-baiknya pelindung”
f. Membaca lafadh Baaqiyaatush shaalihat
ِّللا ٌَبَحْجُس
شَجْكَأ ُ ّللاو,ُ ّللاَّلاِإ َهَنِإَلا َو ,ِ ّللُذًَْحْنا َو ,
Subhaanallaah, wal hamdulillaah, wa laa ilaaha illallaah, wallaahu akbar.
Artinya: “ Maha Suci Allah, dan segala puji bagi Allah, dan tidak
ada Tuhan kecuali Allah, dan Allah Maha Besar” (Hawari, 1998: 28-30).
4. Kelebihan dan Keutamaan Dzikir
Ulama menafsirkan, bahwa dzikrullah ingat kepada Allah dalam
menjauhkan diri daripada pekerjaan yang munkar, sesungguhnya lebih
besar artinya daripada sembahyang yang dikerjakan sunyi daripada
mengingat Allah. Karena orang yang mengingat Allah itu, tatkala hatinya
tergetar dan lidahnya bergerak, Allah menganugerahi cahayanya, Allah
menambah imannya dan keyakinannya kepadanya, maka bergeraklah
hatinya itu menuju kebenaran dan menetap dengan tenang di sana,
sebagaimana firmannya dalam Al Qur‟an: “Orang-orang mu‟min ialah