• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

C. Penutup

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Sang Maha Penyelaras Jiwa, Allah SWT atas segala nikmat dan kekuatan yang dilimpahkan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dalam bentuk skripsi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian skripsi ini belum sampai pada tahap kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu demi kesempurnaan penelitian skripsi ini, penulis sangat mengharap kritik dan saran dari para pembaca. Semoga dengan kritik dan saran yang pembaca berikan dapat membangun skripsi ini sampai mendekati tahap kesempurnaan.

Penelitian skripsi ini tidak dapat penulis selesaikan dengan baik tanpa adanya bimbingan, arahan, dan motivasi dari semua pihak terutama dosen pembimbing. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan sumbangsihnya dalam proses penyelesaian penelitian skripsi ini sehingga mencapai tahap selesai. “Jazakillahu Ahsanal Jaza”, semoga Allah membalas dengan sebaik-baiknya balasan.

Akhirnya penulis mengharap semoga skripsi ini menjadi

sumbangansih pikiran, menambah wawasan, bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aceh, Abubakar. 1996. Pengantar Ilmu Tarekat. Solo: Ramadhani.

Subandi. 2009. Psikologi Dzikir: Studi Fenomenologi Pengalaman Transformasi Religius. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hawari, Dadang. 1998. Do‟a dan Dzikir: Sebagai Pelengkap Terapi Medis. Jakarta: Dana Bhakti Primayasa.

Moleong, Lexy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Kosdakarya.

Suharsini, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Madjid, Nurcholis. 1997. Bilik – bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina.

Kartono, Kartini. 1996. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju

Walgito, Bimo. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Amin, Samsul Munir dan Al-Fandi, Haryanto. 2008. Energi Dzikir. Jakarta:

Amzah.

Fahmi, Musthofa. 1977. Kesehatan Jiwa: dalam Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat. Jakarta: Bulan Bintang.

Dhofier, Zamakhsyari. 1978. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Semarang: LP3ES.

Muni M, Add, dkk. 2007. Pesantren dan Pengembangan Ekonomi Umat. Jakarta: CV.Prasasti.

Fattah, M. Sa‟dullah. 1984. Prinsip – prinsip Islam dalam Upaya Menyehatkan Kehidupan Masyarakat. Pekalongan: T.B. Bahagia.

Jaelani, A. F. 2001. Penyucian Jiwa dan Kesehatan Mental. Jakarta: Amzah. Daradjat, Zakiah. 1983. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.

Widyatmini dan Amperaningrum, Izzati. Pengantar Organisasi dan Metode. Jakarta: Gunadarma.

Kesumo, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Caraswatibooks.

Hassan, Fuad dan Koentjaraningrat. 1979. Metode-metode Penelitian Masyarakat.

Jakarta: PT. Gramedia.

Maslikhah. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa. Yogyakarta: Trust Media.

Mikkelsen, Britha. 2003. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Valiuddin, Mir. 1997. Zikir dan Kontemplasi dalam Tasawuf. Bandung: Pustaka Hidayah.

Syukur, Amin. 2004. Tasawuf Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Daniel, Moehar. 2002. Metode Penelitian Sosial Ekonomi: Dilengkapi Beberapa Alat Analisa dan Penuntun Penggunaan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Qomar, Mujamil. 2010. Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju

Masykur, Muhammad Syafi‟i. 2011. Dzikir for Muslimah: Tetap Berpahala Ketika Haid. Yogyakarta: Shira Media.

Zahri, Mustafa. 1976. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: Bina Ilmu. Nicholson, Reynold. A. 1997. Aspek Rohaniah Peribadatan Islam di dalam

Mencari Keridhoan Allah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Al-Ghazali, Abu Hamid. 1994. Rahasia Zikir dan Do‟a. Bandung: Karisma

Siswanto. 2006. Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya. Yogyakarta: C.V. Andi Offset.

Siti, Sundari. 2005. Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius.

Suyadi. 2008. Quantum Dzikir: Interkoneksi Dzikir dan Optimalisasi Kecerdasan Manajemen Dzikir Berorientasi Sempurnanya SQ, EQ, IQ. Jogyakarta: Diva (Anggota IKAPI).

Profil PP.SB. Magelang Indonesia. 1999.

Lampiran-lampiran.

PEDOMAN WAWANCARA

Untuk pengurus Pondok Pesantren Suryabuana

I. Identitas Informan : 1. Nama : 2. Usia : 3. Pekerjaan : 4. Hari/tanggal wawancara : 5. Waktu :

II. Sasaran Wawancara :

1. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

2. Macam-macam Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang 3. Cara-cara Penanganan (operasionalisasi metode berdzikir) Problem

Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

4. Faktor-faktor Pendukung dan penghambat dalam Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang dan cara penanganannya

III.Butir-butir Pertanyaan :

1. Problem psikologis apa yang biasa di alami santri di pondok pesantren suryabuana?

2. Mengapa problem psikologis itu terjadi?

3. Bagaimana penanganan pada santri yang mengalami problem psikologis di pondok pesantren suryabuana? Dengan pertanyaan lain dengan mengguanakan metode apa?

4. Adakah metode tersebut efektif? 5. Apa indikator dari efektivitas tersebut?

6. Bagaimana pelaksanaan metode (berdzikir) tersebut?

7. Apa faktor pendukung dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis tersebut?

8. Apa faktor penghambat dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis? Dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut? 9. Upaya apa saja yang dilakukan pengurus dalam meningkat-

kembangkan metode berdzikir?

10.Apakah berdzikir itu diberikan khusus pada santri yang mengalami problem psikologis atau berlaku umum?

11.Bagaimana membedakan dzikir sebagai ritual agama dan dzikir sebagai metode dalam terapannya?

PEDOMAN WAWANCARA

Untuk santri Pondok Pesantren Suryabuana

IV.Identitas Informan :

6. Nama : 7. Usia : 8. Pekerjaan : 9. Hari/tanggal wawancara : 10.Waktu : V. Sasaran Wawancara :

5. Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

6. Macam-macam Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang 7. Cara-cara Penanganan (operasionalisasi metode berdzikir) Problem

Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

8. Faktor-faktor pendukung dan Penghambat dalam Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang dan cara penanganannya

VI.Butir-butir Pertanyaan :

1. Problem psikologis apa yang pernah Anda alami di pondok pesantren ini? Mengapa itu sampai terjadi?

2. Kapan dan berapa lama Anda mengalami gangguan psikologis tersebut?

3. Apa yang di lakukan oleh pengurus saat mereka tahu Anda mengalami problem psikologis? Dengan cara bagaimana pengurus memberi terapi pada problem psikologis anda?

4. Apa yang Anda rasakan setelah menjalani penanganan dari pengurus?

5. Bagaimana tanggapan Anda tentang metode berdzikir dan efektivitasnya dalam menangani problem-problem psikologis tersebut?

YAYASAN BAKTI UMAT -PUSAT-

PONDOK PESANTREN SURYABUANA Akte Notaris : No 26 Tanggal 9 Juli 1999

NPWP NO : 01.821.103.7-524.000

Alamat : Jl. Magelang Kopeng KM 15, Balak Losari Pakis Magelang 56193

Surat Keterangan

No : 165/37/YBUP.PP.SB/2015 Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : H. M. Akib Ali Atmo

Jabatan : Ketua Umum Pondok Pesantren Suryabuana

Alamat : Balak, 04/01, Losari Pakis Magelang Menerangkan dengan sesungguhnya :

Nama : Faizatun

Nim : 11111196

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : PAI (Pendidikan Agama Islam)

Yang bersangkutan telah melaksanakan penelitian pada pengurus dan santri untuk menyusun skripsi dengan judul “Efektivitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang”.

Demikian surat keterangan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Pakis, Agustus 2015 Ketua Umum Ponpes Suryabuana

RESPONDEN PENGURUS

I. Identitas Informan :

1. Nama : Ahmad Ikhda Sufiyana

2. Usia : 33 Tahun

3. Pekerjaan : Kepala Devisi Inabah

4. Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 5 Agustus 2015

5. Waktu : 16.07

II. Hasil Wawancara :

No. Pertanyaan Jawaban

1

Problem psikologis apa yang biasa di

alami santri di

pondok pesantren

suryabuana?

Banyak ya mbk, banyak sekali problem yang dihadapi oleh santri terutama dalam kaitannya pencarian jati diri. Kebanyakan yang datang ke suryabuana itu karena cemas dan khawatir dalam pencarian jati diri dan jati Illahi. Namun di Suryabuana ini juga terdapat santri-santri yang mengalami gangguan jiwa seperti stres, depresi, pecandu narkoba atau pemakai zat-zat adiktif, peminum minuman keras, dan juga ada yang terkena gangguan jin.

2 Mengapa problem

psikologis itu terjadi?

Biasanya mereka karena mencari kebahagiaan yang ternyata salah jalan. Atau sama halnya mereka mencarian kebahagiaan sejati yang belum ketemu. Kebetulan jalan yang mereka temukan adalah jalan penyelewengan sehingga mereka terjerat narkoba dan semacamnya. Sedangkan yang mengalami gangguan jiwa seperti stres dan depresi biasanya karena faktor pekerjaan yang gagal, problem kehidupan rumah tangga, diputus pacar, dan karena pikirannya sering kosong sehingga faktor luar bisa dengan mudah memasuki jiwanya.

3 Bagaimana

penanganan pada

Penanganannya melalui metode pendekatan Dzikrullah. Dzikir ini lebih spesifik ala Tareqat

santri yang mengalami problem psikologis di pondok pesantren suryabuana? Dengan pertanyaan lain dengan mengguanakan metode apa?

Qodarih wa Naqsabandiyah. Dimana disitu mencangkup dzikir jahr dan dzikir khoffi. Disamping itu juga ada ritual lainnya seperti mandi malam (mandi taubat) dan lain- lain nanti saya kasihkan bukunya mbk. Disitu sudah ada lengkap kurikulumnya dan lain-lain.

4 Adakah metode

tersebut efektif?

Saya mengatakan efektif mbk. Sebab induk dari semua penciptaan hidup manusia, induk psikologis yang akhirnya beraneka warna itukan berawal dari mereka lupa kepada Allah. Karena hatinya lupa kepada Allah maka hatinya menjadi gelisah. Nah dzikir ini dikatakan efektif karena akan menyadarkan kembali orang-orang tersebut kepada Allah SWT. Sehingga kami membuktikan salah satu firman Allah, “Allabidzikrillahi tanmainal qulub

ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah hati kalian akan menjadi tenang”. Dan itu terbukti.

5 Apa indikator dari

efektivitas tersebut?

Adanya perubahan dari yang bersangkutan menjadi lebih baik.

6

Bagaimana

pelaksanaan metode (berdzikir) tersebut?

Pelaksanaannya ada dua cara, yang pertama setiap setelah shalat fardhu kemudian ada juga khataman mingguan, dan dzikir bulanan. Yang dzikir harian tadi dzikir jahr dan khoffi, kemudian mingguan itu khotaman dan yang bulanan manakiban. Khotaman itu kumpulan do‟a-do‟a dan shalawat Nabi yang sudah dirangkum dan dikumpulkan oleh wali Mursyid atau Guru kami.

7 Apa faktor pendukung dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis tersebut?

Faktor pendukung yang paling utama yaitu

lingkungan. Lingkungan disana sangat

mendukung baik masyarakatnya yang

mendukung, menerima dengan adanya mereka yang begitu warna kan. Kemudian faktor alamnya, disana kan dekat dengan pegunungan jadi sangat mendukung untuk terapi. Untuk sarana dan prasarana yang lebih utama adanya

masjid, pendopo, dan kolam untuk mandi taubat yang ada disana sebagai sarana dalam proses

penyembuhan. Akan tetapi yang paling

mendukung lagi adalah dari dzikirnya itu yang akan menjadikan mereka lebih baik.

8 Apa faktor penghambat dalam penanganan santri yang mengalami problem psikologis? Dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut?

Faktor penghambatnya kadang dari orang tua santri yang kurang mendukung. Artinya kadang mereka itu hanya memasrahkan anaknya saja disini, kemudian sembuh gak sembuh disini begitu, padahal disini berbeda dengan rumah sakit. Kalo di pondok pesantren orang tua juga harus ikut mendukung, dalam artian tidak hanya anaknya yang berdzikir disini, akan tetapi juga kedua orang tuanya yang harus ikut berdzikir mendo‟akan anaknya karena antara anak dengan orang tua itukan ada ikatan yang sangat kuat.

Cara mengatasinya ketika orang tua itu memasrahkan anaknya maka kami beritahu terlebih dahulu bahwasannya harus ada hubungan yang harmonis antara orang tua dan anaknya.

9

Upaya apa saja yang dilakukan pengurus

dalam meningkat-

kembangkan metode berdzikir?

Upayanya yaitu kami mengirim mubaligh- mubaligh ke beberapa wilayah untuk membuka majelis-majelis dzikir. Karena kalo yang datang

orang-orang yang mempunyai problem

psikologis seperti pecandu narkoba, peminum, setres, dan depresi itu kan hal-hal yang wajar

dan terlihat secara jelas. Akan tetapi bahwasannya yang namanya manusia itu kan mempunyai penyakit jiwa yang tidak terlihat oleh kasap mata, seperti halnya penyakit iri, dengki, pemarah, dan lain-lain. Nah itu yang menjadi target utama kami untuk mengajak

mereka ayo berdzikir bersama untuk

mendekatkan diri kepada Allah.

10

Apakah berdzikir itu

diberikan khusus

pada santri yang mengalami problem

psikologis atau

berlaku umum?

Khusus dan umum. Kalau untuk yang mempunyai penyakit psikologis yang nyata itu tentu dengan yang khusus. Akan tetapi kita juga memberikan kepada yang umum melalui

metode talqin. Talqin itu tuntunan,

ajaran/ajarkan, menanamkan bibit

Lailaahaillallah untuk masyarakat umum agar tidak berdzikir dalam lisan saja tetapi juga bisa merasakannya sampai ke hati. Dan siapa yang menginginkan itu bisa mengambil ijazah tersebut.

11

Bagaimana

membedakan dzikir sebagai ritual agama dan dzikir sebagai

metode dalam

terapannya?

Kalau secara amaliyahnya itu sama. Hanya saja yang membedakan kalau secara umum itu mereka mengamalkan dzikir yang harian setiap ba‟dan sholat fardhu, amalan mingguan atau khataman, dan yang bulanan manakiban. Akan tetapi mereka yang mengalami gangguan psikologis ada jam tambahannya dan amalan- amalan yang lain. Yang pertama dilakukan dengan mandi taubat terlebih dahulu dengan niat “nawaitul ghusla liftifaridhunubi lillahita‟ala. Rabbia‟zilni mungzalamubarakau

waantakhairulmunzilin” itu do‟a sebelum

mandi begitu setiap kali menyiramkan air ke tubuh itu membaca “subhanallah yanuur

artinya Maha Suci Allah yang bercahaya

bahwasannya secara fisik kita mandi

membersihkan raga kita, dan secara batin sebenarnya kita sedang mandi cahaya untuk membersihkan hati. Dan setelah itu sholat- sholat sunnah dan berdzikir seperti yang ada pada kurikulum di buku ini.

RESPONDEN PENGURUS

III. Identitas Informan :

6. Nama : Muhammad „Abdul Irfani

7. Usia : 48 Tahun

8. Pekerjaan : Anggota Divisi Amal Usaha

9. Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 17 Agustus 2015

10.Waktu : 18.45 WIB

IV. Hasil Wawancara :

No. Pertanyaan Jawaban

1

Problem psikologis apa yang biasa di alami santri di pondok pesantren suryabuana?

Ada yang pecandu narkoba,

gangguan jiwa, dan anak-anak nakal lainnya.

2 Mengapa problem psikologis itu terjadi?

Karena pergaulan yang salah, dan orang-orang yang tidak kuat dalam menghadapi masalah hidupnya.

3

Bagaimana penanganan pada

santri yang mengalami problem psikologis di pondok pesantren suryabuana? Dengan pertanyaan

lain dengan mengguanakan

metode apa?

Dengan metode berdzikir dan nanti disuruh mandi taubat.

4 Adakah metode tersebut efektif? Oh, sangat efektif itu mbk. 5 Apa indikator dari efektivitas

tersebut?

Karena adanya perubahan. Oh perbedaannya itu cepet sekali mbk.

6 Bagaimana pelaksanaan metode

(berdzikir) tersebut?

Pertama-tama itu di talqin, kemudian mengikuti apa yang telah di pandu oleh wali mursyid dan setelah itu mandi taubat, shalat taubat dan shalat-shalat sunnah lainnya, kemudian baru berdzikir kepada Allah.

7

Apa faktor pendukung dalam

penanganan santri yang

mengalami problem psikologis tersebut?

Faktor pendukungnya yaitu

lingkungan atau tempat yang ada di Suryabuana sangat mendukung.

8

Apa faktor penghambat dalam

penanganan santri yang

mengalami problem psikologis?

Dan bagaimana mengatasi

hambatan tersebut?

Kurangnya kepercayaan dari pihak keluarga. Dan cara mengatasinya

seperti halnya memberikan

sosialisasi.

9

Upaya apa saja yang dilakukan

pengurus dalam meningkat-

kembangkan metode berdzikir?

Dengan berdakwah kemana-mana dan mengajak masyarakat sekitar.

10

Apakah berdzikir itu diberikan

khusus pada santri yang

mengalami problem psikologis atau berlaku umum?

Berlaku untuk umum.

11

Bagaimana membedakan dzikir sebagai ritual agama dan dzikir

sebagai metode dalam

terapannya?

Sama mbk. Secara amaliyahnya sama akan tetapi kalau yang mengalami problem psikologis tersebut ada do‟a-do‟a tambahannya.

RESPONDEN SANTRI

V. Identitas Informan :

11.Nama : Agus Riyanto

12.Usia : 30 Tahun

13.Pekerjaan : Santri

14.Hari/Tanggal Wawancara : Sabtu, 22 Agustus 2015

15.Waktu : 17.00 WIB

VI. Hasil Wawancara :

No. Pertanyaan Jawaban

1

Problem psikologis apa yang pernah Anda alami di pondok pesantren ini? Mengapa itu sampai terjadi?

awalnya saya tidak paham mbk dengan diri saya sendiri. Setiap ada

masalah saya merasa bingung-

bingung seperti orang setres. Lama- lama masalah yang saya hadapi semakin rumit dirasakan dan sering teriak-teriak. Kalau orang-orang mengatakan saya sudah gila. Hehehe. Biasanya mbk, masalah kehidupan rumah tangga. He.e

2

Kapan dan berapa lama Anda

mengalami gangguan

psikologis tersebut?

Ketika saya berumur 26 tahun sampai 28 tahunnan mbk.

3

Apa yang di lakukan oleh pengurus saat mereka tahu

Anda mengalami problem

psikologis? Dengan cara

bagaimana pengurus memberi terapi pada problem psikologis anda?

Dengan cara terus berdzikir kepada Allah mbk. Saya di talqin atau diajari cara berdzikir ala Tareqat Qodariyah wa Naqsabandiyah dan diberi amalan untuk membaca dzikir sebanyak 165x setiap ba‟da sholat fardhu. Selain itu saya juga disuruh bangun malam untuk mandi taubat, sholat-sholat sunnah dan berdzikir.

4 Apa yang Anda rasakan

dari pengurus? dalam melakukan aktifitas sehari-hari

5

Bagaimana tanggapan Anda tentang metode berdzikir dan

efektivitasnya dalam

menangani problem-problem psikologis tersebut?

Menurut saya efektif mbk, karena saya membuktikan sendiri bahwa setiap kali selesai berdzikir, saya merasa hidupnya tentram.

RESPONDEN PENGURUS

VII.Identitas Informan :

16.Nama : Habib Said Dedi Rahman

17.Usia : 35 Tahun

18.Pekerjaan : Penjaga Pendopo

19.Hari/Tanggal Wawancara : Sabtu, 22 Agustus 2015

20.Waktu : 14.15 WIB

VIII. Hasil Wawancara :

No. Pertanyaan Jawaban

1

Problem psikologis apa yang biasa di alami santri di

pondok pesantren

suryabuana?

Narkoba, stres , depresi dan peminum minuman keras

2 Mengapa problem psikologis itu terjadi?

Biasanya mereka itu karena

mengalami suatu permasalahan dan mereka tidak dapat menangani atau menyelesaikan suatu permasalahan tersebut. Sehingga mereka merasa buntu dan kebuntuan pola pikir seseorang itu bertingkat. Nah kalau mereka sampai sangat tinggi itukan membuat mereka sampai gila dan bisa juga mereka mencari kesenangan yang

salah dalam artian mereka

menggunakan hal-hal yang terlarang.

3

Bagaimana penanganan pada

santri yang mengalami

problem psikologis di pondok

pesantren suryabuana?

Dengan pertanyaan lain

dengan mengguanakan

metode apa?

4 Adakah metode tersebut efektif?

Sangat efektif mbk, karena sudah ada buktinya dan tidak hanya satu dua orang saja, tapi sudah banyak yang dapat ditangani.

5 Apa indikator dari efektivitas tersebut?

Terjadinya perubahan pada santri yang mengalami problem psikologis

6 Bagaimana pelaksanaan

metode (berdzikir) tersebut?

Setiap ba‟da shalat fardhu membaca dzikir sebanyak 165x, kataman setiap dua minggu sekali, dan manakiban tiap satu lapan sekali. Untuk santri yang mengalami gangguan psikologis ditambah dzikiran setiap sepertiga malam.

7

Apa faktor pendukung dalam

penanganan santri yang

mengalami problem

psikologis tersebut?

Lingkungan yang mendukung

8

Apa faktor penghambat dalam

penanganan santri yang

mengalami problem

psikologis? Dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut?

hambatannya belum ada sarana tempat

yang khusus untuk anak yang

mengalami gangguan jiwa mbk. Jadi mereka digabung dengan santri-santri normal yang lain dan pasien-pasien tersebut kadang bermain kesana kemari sehingga kami kesulitan mengawasi mereka

9

Upaya apa saja yang

dilakukan pengurus dalam meningkat-kembangkan metode berdzikir?

Dengan cara berdakwah, mengajak masyarakat untuk senantiasa berdzikir kepada Allah.

10

Apakah berdzikir itu

diberikan khusus pada santri

yang mengalami problem

psikologis atau berlaku

umum?

Berlaku umum bagi siapa saja yang mau.

11

Bagaimana membedakan

dzikir sebagai ritual agama dan dzikir sebagai metode dalam terapannya?

Untuk amalannya sama, akan tetapi terdapat terapi-terapi tambahan untuk santri yang mengalami gangguan psikologis.

RESPONDEN PENGURUS

IX. Identitas Informan :

21.Nama : H.M. Akib Ali Atmo

22.Usia : 53 Tahun

23.Pekerjaan : Ketua Yayasan Bakti Umat PP.

Suryabuana

24.Hari/Tanggal Wawancara : 19 Agustus 2015

25.Waktu : 14.00 WIB

X. Hasil Wawancara :

No. Pertanyaan Jawaban

1

Problem psikologis apa yang biasa di alami santri di pondok pesantren suryabuana?

Problem psikologis yang dialami ikhwan di podok ini biasanya, Narkoba, setres, peminum dan depresi juga ada.

2 Mengapa problem psikologis itu terjadi?

Karena kebanyakan dari mereka hatinya sedang kosong, sehingga mereka mudah terpengaruh dengan hal-hal yang tidak benar.

3

Bagaimana penanganan pada santri yang mengalami problem psikologis di pondok pesantren suryabuana? Dengan pertanyaan

lain dengan mengguanakan

metode apa?

Dengan menggunakan metode

berdzikir.

4 Adakah metode tersebut efektif? Sangat efektif

5 Apa indikator dari efektivitas tersebut?

Adanya perubahan pada orang yang

mengalami problem psikologis

tersebut.

(berdzikir) tersebut? itu sama halnya dengan baiat. Talqin dzikir berarti mereka belajar berdzikir. Setelah itu orang tersebut harus mandi taubat. Kemudian

orang tersebut mempunyai

kewajiban berdzikir 165 X setiap ba‟da shalat. Dan kegiatan seterusnya yaitu mandi taubat pada malam hari kemudian sholat sunnah dan berdzikir.

7

Apa faktor pendukung dalam

penanganan santri yang

mengalami problem psikologis tersebut?

Faktor pendukungnya lingkungan sekitar.

8

Apa faktor penghambat dalam

penanganan santri yang

mengalami problem psikologis?

Dan bagaimana mengatasi

hambatan tersebut?

Kurang dukungan dari orang tua.

Cara mengatasinya dengan

memberikan pengarahan kepada

orang tua ketika mereka

memasrahkan anaknya.

9

Upaya apa saja yang dilakukan

pengurus dalam meningkat-

kembangkan metode berdzikir?

Dengan berdakwah untuk mengajak orang-orang berdzikir kepada Allah.

10

Apakah berdzikir itu diberikan

khusus pada santri yang

mengalami problem psikologis atau berlaku umum?

Untuk umum.

11

Bagaimana membedakan dzikir sebagai ritual agama dan dzikir

sebagai metode dalam

terapannya?

Kalau amaliyahnya sama dengan

yang umum akan tetapi ada

tambahan untuk orang-orang yang secara kasap mata telah diketahui mempunyai gangguan psikologi.

RESPONDEN PENGURUS

XI. Identitas Informan :

26.Nama : Saefullah Ansori, S.Pd.I

Dokumen terkait