• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

A. Prosesi Tradisi Sadranan

2. Bagaimana peran educatif tradisi sadranan dalam pendidikan Islam di Gunung Balak, Desa Losari, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang?

3. Apa saja nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam tradisi

sadranan di Gunung Balak, Desa Losari, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang?

C. Tujuan Penelitian

Didalam suatu penelitian selalu memiliki tujuan, adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui prosesi tradisi sadranan di Gunung Balak, Desa

Losari Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang.

2. Untuk mengetahui peran educatif yang terdapat dalam tradisi sadranan

di Gunung Balak, Desa Losari, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang.

3. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam

tradisi sadranan di Gunung Balak, Desa Losari, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberi informasi yang jelas tentang ada tidaknya nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam tradisi sadranan di Gunung Balak. Dari informasi tersebut dapat memberikan informasi secara teoritis maupun praktis yaitu:

1. Manfaat Teoritis, diharapkan dapat memberikan pemikiran bagi masyarakat agar dapat memperkaya hasanah pendidikan yang diperoleh dari penelitian lapangan ini.

2. Manfaat Praktis, diharapkan masyarakat dapat memperoleh

pemahaman tentang arti atau makna yang terkandung dalam setiap prosesi tradisi sadranan sehingga dapat membangkitkan sikap atau perilaku positif dari nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam tradisi sadranan tersebut.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari adanya salah pengertian dalam memahami judul penelitian diatas, maka penulis akan menjelaskan arti istilah-istilah tersebut sebagai berikit:

1. Nilai

Nilai menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu konsep abstrak mengenai masalah dasar yang sangat penting dan bernilai di kehidupan manusia atau sebuah konsep mengenai penghargaan tinggi yang diberikan oleh warga masyarakat kepada beberapa masalah pokok dikehidupan keagamaan yang bersifat suci sehingga menjadi pedoman bagi tingkah laku keagamaan warga masyarakat bersangkutan (TPKBBI,2008:615).

Menurut Sulaeman (1995:19) nilai adalah sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subyek, menyangkut segala sesuatu

yang baik atau buruk sebagai abstraksi, pandangan, atau maksud dari berbagai pengalaman dengan seleksi perilaku yang ketat.

2. Pendidikan Islam

Pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitroh manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma dan ajaran islam (Materi Ujian Komprehensif Lisan:9).

Definisi pendidikan islam yang diungkapkan oleh Ahmad Tafsir

(2007:24) yaitu, “secara sederhana kata Islam dalam pendidikan Islam menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam, pendidikan yang Islami yaitu pendidikan yang

berdasarkan Islam”.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpukan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat dalam pendidikan Islam yang digunakan manusia sebagai dasar untuk mengabdi pada Allah SWT

3. Tradisi Sadranan

Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam masyarakat (TPKBBI, 2008:959)

Tradisi adalah peristiwa budaya yang merupakan warisan dari para pendahulu kita yang telah mewariskan nilai budaya yang tinggii sehingga menjadikan identitas yang kuat serta mengakar dikalangan masyarakat (Purwadi,2007:546).

Sadranan berasal dari bahasa sansekerta, sraddha yang artinya keyakinan. Sadranan merupakan suatu rangkaian budaya yang berupa pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan puncaknya berupa

kenduri selamatan (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Nyadran diakses

pada Rabu, 2 november2016, pukul 13:45 WIB).

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode kualitatif dipandang sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku ini dapat diamati terhadap fakta-fakta yang ada saat sekarang dan melaporkanya seperti apa yang akan terjadi. Menurut sifatnya data kualitatif adalah data yang tak berbentuk bilangan (Hasan, 2003:32), data kualitatif yaitu semua bahan, keterangan, dan fakta-fakta yang tidak dapat dihitung dan diukur secara sistematis karena berwujud keterangan verbal (kalimat dan kata) serta lebih bersifat proses.

2. Kehadiran Peneliti

Sesuai dengan pendekatan kualitatif, maka semua fakta berupa kata-kata maupun tulisan dari sumber data manusia yang telah diamati dan dokumen yang terkait disajikan dan digambarkan apa adanya untuk selanjutnya ditelaah guna menemukan makna. Oleh karena itu,

kehadiran peneliti di lapangan sangat penting sekali untuk bertindak langsung sebagai instrument dan sebagai pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian.

3. Objek penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dusun Balak, Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

4. Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu data yang berbentuk kalimat, kata, atau gambar. Data kualitatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dokumen yang berisi nilai-nilai pendidikan islam dan tradisi sadranan. Penulisan ini menggunakan metode bercerita secara nyata tentang keadaan yang diteliti. Penulis juga mengemukakan landasan-landasan atau teori-teori secara literatur yang ada hubunganya dengan obyek yang diteliti dalam laporan penelitian ini. Berbagai informasi dari tokoh masyarakat dan hasil laporan penelitian dapat berupa kutipan-kutipan atau gambar merupakan data yang dikumpulkan dan dianalisis. Oleh sebab itu, data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui pihak kedua, baik berupa laporan, catatan atau yang lainya.

5. Metode Pengumpulan Data

Kebenaran dalam penelitian ini dapat diterima apabila ada bukti-bukti yang nyata dengan prosedur-prosedur yang jelas dan sistematis serta dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Adapun penelitian ini menggunakan beberapa metode antara lain:

a. Metode Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke dalam objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang telah dilakukan. (Sudaryono, 2013:38)Metode ini digunakan untuk menemukan hasil dari pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek, yakni dengan menyaksikan dan terlibat secara langsung dalam prosesi upacara tradisi sadranan di Gunung Balak Kecamatan pakis Kabupaten Magelang.

b. Metode Wawancara

Wawancara adalah suatu alat pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya (Sudaryono, 2013:35).Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang penulis tanya jawabkan kepada tokoh masyarakat dan untuk mengetahui bagaimana tata cara tradisi sadranan dilakukan serta tujuan dari nilai-nilai pendidikan islam tersebut.

Dalam memperluas pengumpulan data metode dokumentasi sangat dibutuhkan. Jadi,metode ini adalah cara pengumpulan data langsung dari tempat penelitian, buku-buku yang relevan, laporan kegiatan, foto-foto, film documenter dan data yang relevan (Sudaryono,2013:41).

Metode tersebut digunakan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan melalui dokumen-dokumen yang berupa foto, gambar, dan bukti-bukti tertulis lainya, yang dapat mendukung dan membantu penelitian tersebut agar lebih valid.

6. Analisis Data

Tahap analisis data meliputi analisis data baik yang diperoleh melalui observasi, dokumentasi, maupun wawancara mendalam dengan masyarakat desa Pakis. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dari metode perolehan datasehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuandalam memahami konteks penelitian

yang sedang diteliti. Sehingga “ proses analisis dapat dimulai dengan

menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan

sebagainya” (Moelong, 2002:190).Kegiatan-kegiatan analisis selama penulis mengumpulkan data meliputi:

a. Menetapkan fokus penelitian

b. Penyusunan temuan-temuan sementara berdasarkan data yang

telah terkumpul

c. Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan

temuan-temuan data sebelumnya

d. Pengembangan pertanyaan-pertanyaan dalam rangka

pengumpulan data berikutnya.

e. Penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data berikutnya

Setelah data terkumpul maka selanjutnya adalah tahap mengenalisis data, sebagai tahap akhir suatu penelitian maka penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan cara data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model reduksi data, penyajian data serta menarik kesimpulan (Milles, 1992:16).

G. Sistematika Penulisan

Bab IPendahuluan. Pada bab I memuat tentang pembahasan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, Kegunaan Penelitian, penegasan Istilah, Selain itu peneliti juga menuliskan tentang metode Penelitian yang meliputi Metode Penelitian

Subyek penelitian, Metode Pengumpulan Data, Metode Analisis Data serta Sistematika Penulisan.

Bab IIKajian Pustaka. Pada bab ini berisikan kajian pustaka, yang memuat teori-teori yang berkaitan dengan judul skripsi yang meliputi, pengertiantradisi, tradisi Jawa dan perkembangan, Islam dan tradisi sadranan, akulturasinilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi sadranan serta nilai-nilai pendidikan Islam.

Bab III Paparan Data dan Temuan Penelitian. Pada bab ini berisi

tentanggambaran umum Desa Losari yang meliputi kondisi

geografis,demografis kependudukan, pola penggunaan tanah, sarana dan prasarana desa, kesehatan masyarakat, kelembagaan desa, sosial budaya,temuan penelitian yang meliputi, sejarah tradisi sadranan, waktu dan tempat upacara sadranan, pelaksanaan sadranan, makna yang terkandung dalam tradisi sadranan, nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi sadranan dan upaya pelestarian sadranan.

Bab IV Pembahasan. Pada bab ini menguraikan tentangprosesi tradisi sadranan, peran educatif tradisi sadranan dalam pendidikan Islam, dannilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi sadranan.

Bab VPenutup. Pada bab ini akan disampaikan tentang Kesimpulan dan saran. Diakhiri dengan daftar pustaka, serta lampiran-lampiran yang dapat mendukung laporan penelitian ini.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tradisi Sadranan

1. Pengertian Tradisi Sadranan

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita mendengar istilah

“Tradisi” seperti ungkapan tradisi jawa, tradisi kraton, tradisi

pesantren dan lain-lain. Tetapi istilah tradisi biasanya secara umum dimaksudkan untuk menunjuk kepada suatu nilai, norma, dan adat kebiasaan yang berbau lama, dan yang lama tersebut hingga kini masih diterima, diikuti bahkan dipertahankan oleh masyarakat tertentu.(Imam Bawani, 1993:23).Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam masyarakat (TPKBBI, 2008:959)

Tradisi adalah peristiwa budaya yang merupakan warisan dari para pendahulu kita yang telah mewariskan nilai budaya yang tinggii sehingga menjadikan identitas yang kuat serta mengakar dikalangan masyarakat (Purwadi,2007:546)

Tradisi rupanya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan, bahkan ia dapat menjadi demikian penting bagi masyarakat karena memberikan banyak makna bagi mereka. Sebuah masyarakat tidak akan mempertahankan dan mewariskan tradisi kecuali mereka meyakini bahwa tradisi yang mereka pertahankan dan wariskan itu mempunyai

makna bagi mereka. Masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Islam hingga sekarang ada yang masih belum bisa meninggalkan tradisi dan budaya jawanya.

Salah satu tradisi Jawa yang berkembang pada saat itu adalah tradisi nyadran. Tradisi nyadran atau sadranan merupakan kegiatan tahunan yang dilakukan masyarakat jawa. Pada mulanya sadranan berasal dari tradisi Hindu-Budha. Sejak abad ke -15 para walisongo dalam menyebarkan agama Islam menggunakan pendekatan tasawuf (mistik Islam) dengan menggabungkan tradisi tersebut dengan dakwahnya agar agama Islam dengan mudah diterima oleh masyarakat. Pada awalnya para wali berusaha meluruskan kepercayaan yang ada pada masyarakat jawa saat itu tentang pemujaan roh yang dalam agama islam dinilai musyrik. Agar tidak berbenturan dengan tradisi Jawa saat itu maka para wali tidak menghapuskan tradisi tersebut, melainkan menyelaraskan dan mengisinya dengan ajaran Islam, yaitu dengan pembacaan ayat

Al-Qur‟an, tahlil, dan do‟a. Sadranan dipahami sebagai bentuk hubungan

antara leluhur dengan sesama manusia dengan Tuhan.

(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Nyadran diakses pada selasa, 20

Desember pukul 16:42 WIB).

Sadranan secara umum merupakan bentuk ritual melalui do‟a

dan sedekahan (ube rampe makanan), yang dimaksudkan untuk

pelaksanaan sadranan bervariasi tiap daerah. Ada yang bulan Muharram (Suro), Safar, dan yang paling banyak dilakukan adalah

bulan Sya‟ban (Ruwah). Dengan mendo‟akan mereka yang sudah

meninggal, maka yang melakukan do‟a akan mendapatkan efek balik

energi positif bagi kehidupanya (Solikhin, 2009:152).

Pelaksanaan tradisi sadranan dinilai untuk menjaga hubungan serasi dan harmonis baik vertikal maupun horizontal, manusia melakukan upacara ritual sebagai kelakuan baku. Dimana pelaksanaan ritualnya berorientasi pada tokoh mitos yang diangkat dan diyakini karena karismanya dianggap mampu melindungi dan memberikan kesejahteraan serta ketentraman hidup bagi kehidupan masyarakatnya Budhi Santosa dalam (Siti, 2010:22).

2. Tradisi Jawa dan Perkembanganya

Perkembangan agama Islam di tanah Jawa tidak dapat dipisahkan dari pengaruh kebudayaan Jawa yang ada didalam kehidupan masyarakat, karena dengan perpaduan antara kedua kebudayaan tersebut agama Islam sampai saat ini masih mampu eksis dan membentuk suatu kekuatan yang besar. Perkembangan agama Islam ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang mempunyai penduduk muslim terbesar di dunia. Banyak orang yang berpendapat bahwa ajaran agama Islam dan nilai-nilai dalam kebudayaan Jawa mempunyai kesamaan dalam penyampaianya, ajaran Jawa yang selalu mengedepankan toleransi antar masyarakat

juga sejalan dengan ajaran agama Islam dalam kehidupan bermasyarakat. (Hermawan, 2014:48)

Perkembangan tradisi Jawa sejalan dengan fase perkembangan budaya Jawa. Menurut Simuh (1996:110) Ada tiga karakteristik kebudayaan Jawa yang terkait dengan hal ini, yaitu:

a) Kebudayaan Jawa Pra Hindu-Budha

Kebudayaan masyarakat Indonesia, khususnya Jawa Pra Hindu-budha dipengaruhi oleh animisme dan dinamisme. Tradisi yang menyertai antara lain: Seni pewayangan dan gamelan yang digunakan sebagai ritual untuk mendatangkan roh nenek moyang.

b) Kebudayaan Jawa Masa Hindu-Budha

Pengaruh kuat budaya India (Hindu-Budha) mulai tampak pada penyisipan tata karma feodal pada cerita pewayangan dengan tujuan agar rakyat royal terhadap kekuasaan raja.

c) Kebudayaan Jawa Masa Kerajaan Islam

Sejak runtuhnya kerajaan Jawa hindu Majapahit (1518 M) dan berdirinya kerajaan Islam Demak, maka dimulailah Islam sebagai bagian dari kekuatan politik. Bahkan dalam penilaian para pujangga, berdirinya kerajaan Demak dipandang sebagai jaman

peralihan yakni peralihan dari jaman “kabudhan” (tradisi Hindu

-Budha) ke jaman “Kawalen” (wali). Peralihan ini bukan berarti pembuangan budaya adiluhung jaman Hindu-Budha, namun bersifat pengislaman dan penyesuaian dengan suasana Islam.

Peralihan ini melahirkan bentuk peralihan yang berupa

“sinkretisme” antarawarisan budaya animisme-dinamisme dan

unsur-unsur Islam.

3. AkulturasiNilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sadranan

Penyebaran Islam di Nusantara, khususnya di tanah Jawa tidak terlepas dari Walisongo, karena Walisongolah yang mempelopori dakwah Islam di Jawa. Walisongo mengIslamkan nusantara dengan memodifikasi budaya yang tidak sesuai dengan Islam agar sejalan dengan Islam dan mempunyai nilai yang positif.Masuknya islam ke Jawa membawa banyak perubahan tradisi dan budaya. Dalam bidang keagaman, banyak ritual-ritual khas Jawa yang telah diakulturasikan dengan nilai-nilai pendidikan Islam, sehingga yang terlihat secara lahir adalah ritual Jawa, tetapi Isi Ritualnya merupakan nilai-nilai pendidikan Islam(Titin, 2010:87)

Salah satu tradisi yang berkembang pada saat itu adalah tradisi sadranan.Sadranan mempunyai kemiripan dengan sradda pada masa

Majapahit. Kemiripan itu terlihat pada kegiatan “interaksi” manusia

dengan leluhur yang telah meninggal, seperti pengorbanan, sesaji,dan ritus sesembahan yang hakikatnya bentuk penghormatan terhadap yang sudah meninggal. Para wali diyakini mentransformasikan tradisi pra-Islam itu menjadi sarat dengan unsur Islam demi kemudahan dakwah. Tidak mengherankan jika pelaksanaan nyadran masih kental

dengan budaya Hindu-Budha dan anismisme yang diakulturasikan dengan nilai-nilai Islam.(Kastolani, 2016:66)

B. Nilai Pendidikan Islam

1. Pengertian Nilai

Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Purwadarminta, 1999:677). Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Pada hakikatnya nilai akan memberikan pengaruh dalam kehidupan sosial manusia sehari-hari.

Nilai bersifat ideal, abstrak dan tidak dapat disentuh oleh panca indera, sedangkan yang dapat ditangkap hanya barang atau tingkah laku yang mengandung nilai tersebut. Nilai juga bukan fakta yang berbentuk kenyataan dan konkret. Oleh karena itu masalah nilai bukan soal benar dan salah, tetapi juga soal dikehendaki atau tidak, disenangi atau tidak, sehingga bersifat subjektif. Adapun dalam masyarakat yang

dibahas adalah nilai inti (scoe value), nilai inti ini diikuti oleh setiap

individu atau kelompok yang jumlahnya cukup besar, orang-orang itu benar-benar menjunjung tinggi nilai itu sehingga menjadi salah satu faktor penentu untuk berperilaku (Munandar, 1995:25).

Dilihat dari segi kebutuhan hidup manusia, nilai menurut sjarkawi (2009:29) adalah:

2) Nilai sosial

3) Nilai undang-undang

4) Nilai agama

Keempat nilai tersebut berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan.Dari kebutuhan yang paling sederhana yakni kebutuhan fisik biologis, keamanan, harga diri dan kebutuhan jati diri.

Menurut Muhaimin (1991:111) sumber nilai dalam kehidupan manusia yaitu:

a. Nilai Ilahi

Nilai Ilahi adalah nilai yang bersumber dari Al-Qur‟an dan

hadits. Nilai Ilahi dalam aspek teologi (kaidah keimanan) tidak akan pernah mengalami perubahan, dan tidak berkecenderungan untuk berubah atau mengikuti selera hawa nafsu manusia. Sedangkan aspek amaliyahnta dapat mengalami perubahanan sesuai dengan perkembangan zaman dan lingkunganya.

b. Nilai Insani

Nilai insani adalah nilai yang tumbuh dan berkembang atas kesepakatan manusia. Nilai insani ini akan terus berkembang kea

rah yang lebih maju dan lebih tinggi. Ra‟yu, adat istiadat („urf),

dan kenyataan alam.

Pembagian nilai-nilai dari segi ruang lingkup hidup manusia sudah memadai sebab mencakup hubungan manusia dengan

Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, karena itu nilai ini juga mencakup nilai-nilai ke Tuhanan dan kemanusiaan.

2. Pengertian Pendidikan Islam

Dalam kehidupan manusia, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting.Karena dengan pendidikan manusia dapat maju dan berkembang menciptakan kebudayaan dan peradaban positif yang dapat mengantarkan kebahagiaan bagi hidup manusia itu sendiri.Hal itu sangat wajar mengingat semakin tinggi tingkat pendidikan manusia, maka semakin maju pulalah kebudayaan dan peradabannya.

Pendidikan Islam adalah proses edukatif yang mengarah kepada pembentukan akhlak atau secara utuh dan menyeluruh, menyangkut aspek jasmani dan rohani. Pendidikan Islam adalah usaha yang lebih khusus dan ditekankan pada pengembangan fitrah keberagamaan dan sumber daya insani lainya agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengajarkan ajaran Islam (Gunawan, 2014:8).

Arifin (2003:4) merumuskan bahwa yangdimaksud pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikankemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-citadan

nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai

corakkepribadiannya Dengan kata lain, manusia yang mendapatkan pendidikanIslam harus mampu hidup dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagaimanadiharapkan oleh cita-cita Islam.

Menurut Achmadi (2005:28) pendidikan Islam dapat diartikan sebagai segalausaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumberdaya manusia yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya sesuai dengan moral Islam.

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudpendidikan Islam ialah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruhaspek kehidupan yang dibutuhkan oleh manusia sebagai hamba Allah,sebagaimana Islam telah menjadi pendoman bagi seluruh aspek kehidupanmanusia, baik untuk kehidupan di dunia maupun untuk kehidupan di akhirat.

Menurut Rudi(2015:21) fungsi Pendidikan Islam ada tiga yaitu:

a. Mengembangkan wawasan yang tepat dan benar mengenai jati diri

manusia, alam sekitarnya dan mengenai kebesaran ilahi, sehingga tumbuhnkreatifitas yang benar.

b. Menyucikan diri manusia dari syirik dan berbagai sikap hidup dan

perilaku yang dapat mencemari fitrah kemanusiaanya dengan menginterlasikan nilai-nilai insani dan ilahi pada subjek didik.

c. Mengembangkan ilmu untuik menompang dan memajukan

kehidupan bail individu maupun sosial.

3. Dasar Pendidikan Islam

Menurut Umiarso (2010:50) pendidikan merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan bagi masyarakat.Agar tujuan bisa melaksanakan fungsinya serta bermanfaat bagi manusia, maka perlu acuan pokok yang

mendasarinya karena pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia.

Menurut Zakiah Daradjat (2011:19) landasan itu terdiri dari

Al-Qur‟an, Sunnah Nabi Muhammad SAW yang dapat dikembangkan

dengan ijtihad (ijma‟ ulama)

a. Al-Qur‟an

Al-Qur‟an adalah firman Allah berupa wahyu yang

disampaikan oleh jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran

yang terkandung didalam Al-Qur‟an itu terdiri dari dua prinsip

besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut Aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut

syari‟ah

Di dalam Al-Qur‟an terdapat banyak ajaran yang berisi

prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan. Sebagai contoh dapat dibaca kisah Lukman yang mengajari anaknya dalam surat Lukman ayat 12 sampai dengan 19. Cerita itu menggariskan prinsip materi pendidikan dari masalah iman, akhlak ibadah,sosial, dan ilmu pengetahuan. Ayat lain menceritakan tujuan hidup, nilai suatu kegiatan, dan tentang amal saleh. Itu berarti

Dokumen terkait