• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN AKUNTANSI LINGKUNGAN BERDASARKAN TRIPLE BOTTOM LINE THEORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN AKUNTANSI LINGKUNGAN BERDASARKAN TRIPLE BOTTOM LINE THEORY"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

LINGKUNGAN (STUDI KASUS RSUD LAMADDUKELLENG

KABUPATEN WAJO)

SKRIPSI

Oleh

MANDARYANI

105731124916

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

(2)

ii

HALAMAN JUDUL

PERAN AKUNTANSI LINGKUNGAN BERDASARKAN TRIPLE

BOTTOM LINE THEORY UNTUK MENINGKATKAN KINERJA

LINGKUNGAN (STUDI KASUS RSUD LAMADDUKELLENG

KABUPATEN WAJO)

Oleh:

Mandaryani

NIM 105731124916

Untuk memenuhi salah satu syarat

Memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

(3)

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Ilmiah ini Saya Persembahkan Kepada :

1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Abdul Rahman dan Ibunda Nursia, yang telah memberikan semangat dan doa sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

2. Saudara saya Yeni Rahman yang telah memberikan dukungan untuk proses penyelesaian karya ilmiah ini.

3. Bapak dan Ibu dosen, terkhusus kedua pembimbing yang selama ini tulus dan ikhlas dalam meluangkan waktunya menuntut dan memberi arahan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

4. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan bantuan dan memberi semangat dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

MOTTO HUDUP

“Lakukan segala apa yang mampu kalian lakukan, sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan. Karena itu bila sudah selesai mengerjakan

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Peran Akuntansi Lingkungan

Berdasarkan Triple Bottom Line Theory untuk Meningkatkan Kinerja

Lingkungan (Studi Kasus RSUD Lamaddukelleng Kabupaten Wajo)”.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis Bapak Abdul Rahman dan ibu Nursia yang senantiasa memberikan harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih. Dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :

(8)

viii

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar

2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak, CA. CSP selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar

4. Bapak Samsul Rizal, SE., MM selaku Penasehat Akademik yang senantiasa memberikan bimbingan kepada penulis.

5. Bapak Dr. Ansyarif Khalid, SE., M.Si. Ak. CA. selaku pembimbing I atas bimbingan dan arahan yang diberikan selama proses penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Muh. Nur R, SE, MM, selaku pembimbing II atas bimbingan dan arahan yang diberikan selama proses penyusunan skripsi ini.

7. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak meluangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

8. Segenap staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

9. Segenap staf dan karyawan RSUD Lamadukelleng yang telah memberikan bantuan dalam proses penelitian.

10. Orang tua penulis yang telah membantu, membimbing, dan yang selalu memberikan support dengan ikhlas bagi penulis

11. Saudara saya Yeni Rahman yang telah memberikan dukungan untuk proses penyelesaian skripsi ini

12. Andi Ahmad Yani selaku ketua tingkat Akuntansi 16.G yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini

(9)

ix

13. Sahabat dan rekan-rekan dari kelas Akuntansi 16.G terima kasih telah memberikan bantuan serta semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

14. Saudara-saudara saya di UKM Seni dan Budaya Talas, terima kasih atas pengalaman, dan kebersamaannya selama ini. Salam budaya

15. Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam seluruh proses selama berada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar, semoga Allah Subhaanahu Wa Ta’alaa membalas semua kebaikan kalian.

Penulis menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna, demikian pula halnya dengan skripsi ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Apabila terjadi kesalahan dalam skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Akhir kata, semoga apa yang telah kita lakukan hari ini dapat bermanfaat serta lebih maju dari hari-hari sebelumnya dan semoga tugas akhir ini ada manfaatnya, baik bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada khususnya dan Perguruan tinggi lainnya, maupun masyarakat pada umumnya. Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Makassar, 06 November 2020

(10)

x

ABSTRAK

Mandaryani, 2020. “Peran Akuntansi Lingkungan Berdasarkan Triple

Bottom Line Theory untuk Meningkatkan Kinerja Lingkungan (Studi Kasus

RSUD Lamadukelleng Kabupaten Wajo)”. Skripsi Program Studi Akuntansi,

Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Dibimbing oleh Ansyarif Khalid dan Muh. Nur R. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Peran Akuntansi Lingkungan Berdasarkan Triple Bottom Line Theory untuk Meningkatkan Kinerja Lingkungan di Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi dan wawancara. Data yang digunakan adalah data primer berupa hasil wawancara dengan informan yang ada di RSUD Lamaddukelleng.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) penerapan akuntansi lingkungan pada RSUD Lamaddukelleng tergolong cukup baik dibuktikan dengan pengelolaan limbah dilakukan pemisahan menjadi tiga yaitu domestik, inveksius, non-inveksius. (2) RSUD Lamaddukelleng telah menerapkan akuntansi lingkungan berdasarkan triple bottom line yaitu people, planet, dan profit. (3) kinerja lingkungan RSUD lamaddukelleng menunjukkan hasil yang baik berdasarkan hasil dari pengawasan dan penilaian Dinas Lingkungan Hidup.

Kata Kunci: Akuntansi Lingkungan, Triple Bottom Line, Kinerja Lingkungan.

(11)

xi

ABSTRACT

Mandaryani, 2020. "The Role of Environmental Accounting Based On The Triple Bottom Line Theory to Improve Environmental Performance (Case Study of RSUD Lamadukelleng, Wajo Regency)". Thesis of Accounting Study

Program, Economics and Business Faculty. Supervised by Ansyarif Khalid and Muh. Nur R.

The purpose of this study was to determine the role of environmental accounting based on the triple bottom line theory to improve environmental performance at the Lamaddukelleng Regional General Hospital, Wajo Regency, South Sulawesi Province. In this study using a qualitative descriptive approach with data collection techniques, namely observation and interviews. The data used are primary data in the form of interviews with informants at Lamaddukelleng Hospital.

The results of this study indicate that (1) the application of environmental accounting at RSUD Lamaddukelleng is quite good as evidenced by the separation of waste management into three, namely domestic, invasive, non-invasive. (2) RSUD Lamaddukelleng has implemented environmental accounting based on the triple bottom line, namely people, planet, and profit. (3) the environmental performance of RSUD lamaddukelleng shows good results based on the results of the supervision and assessment of the Environmental Service.

Keywords: Environmental Accounting, Triple Bottom Line, Environmental

(12)

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN... v

SURAT PERNYATAAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Tinjauan Teori ... 9

1. Teori Legitimasi ... 9

2. Teori Stakeholder ... 10

(13)

xiii

4. Triple Bottom Line Theory ... 15

5. Kinerja Lingkungan ... 17

6. Rumah Sakit ... 20

B. Tinjauan Empiris ... 22

C. Kerangka konsep ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Jenis Penelitian ... 28

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

C. Jenis dan Sumber Data ... 28

D. Pengumpulan Data ... 29

E. Instrumen Penelitian ... 30

F. Definisi Operasional Variabel ... 31

G. Teknik Analisis ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 34

1. Profil RSUD Lamaddukelleng ... 34

2. Visi dan Misi RSUD Lamaddukelleng ... 36

3. Sumber Daya Manusia pada RSUD Lamaddukelleng ... 36

B. Penyajian Data (Hasil Penelitian) ... 40

1. Peran Akuntansi Lingkungan pada RSUD Lamaddukelleng .. 40

2. Penerapan Akuntansi Lingkungan Berdasarkan Triple Bottom Line Theory ... 44

3. Peran Akuntansi Lingkungan untuk Meningkatkan Kinerja Lingkungan ... 51

C. Pembahasan ... 53

(14)

xiv

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 22

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ... 31

Table 4.1 Manajemen RSUD Lamaddukelleng ... 37

Tabel 4.2 Tenaga Medis ... 39

Tabel 4.3 Pengeluaran Biaya-biaya Lingkungan ... 43

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep... 28 Gambar 4.1 Struktur Organisasi ... 35

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Turniting ... 61

Lampiran 2 Pertanyaan Wawancara ... 63

Lampiran 3 Daftar Nama Informan ... 65

Lampiran 4 Transkip Hasil Wawancara ... 66

Lampiran 5 SPJ Bendaharan Keuangan ... 71

Lampiran 6 Dokumentasi ... 74

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi saat ini isu tentang kerusakan alam dan pemanasan global menjadi perhatian merupakan salah satu dampak dari kerusakan lingkungan. Pengaruh aktivitas perusahaan terhadap lingkungan telah mendapat perhatian yang besar bagi publik. Perusahaan dianggap sebagai salah satu penyebab kerusakan lingkungan karena perusahaan-perusahaan cenderung hanya mencari keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan dampak yang akan terjadi terhadap lingkungan. Tujuan perusahaan dalam usaha peningkatan produktivitas dan efesiensi seringkali mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan, berupa pencemaran udara, air, dan pengurangan fungsi tanah. Salah satu faktor penurunan kualitas lingkungan air serta juga pengurangan fungsi tanah adalah limbah yang semestinya sebelum masuk pada tahap pembuangan, harus memperhatikan faktor keamanan agar limbah yang dibuang tidak mencemari lingkungannya (bebas dari unsur zat-zat berbahaya). Perusahaan memerlukan sistem akuntansi lingkungan sebagai kontrol terhadap tanggung jawab perusahaan sebab pengelolaan limbah yang dilakukan oleh perusahaan memerlukan penilaian, pengungkapan, dan pelaporan biaya pengelolaan limbah dari hasil kegiatan operasional perusahaan. Perhitungan biaya dalam penanganan limbah tersebut diperlukan adanya perlakuan akuntansi yang sistematis secara benar. Menurut IFAC (2005) dalam Burhany (2014) agar dapat mengelola dan mengurangi dampak lingkungan maka

(19)

perusahaan harus memiliki data yang akurat mengenai jumlah dan tujuan dari semua energi, air, dan bahan yang digunakan.

Akuntansi lingkungan merupakan perkembangan dari akuntansi sosial sebagai bentuk tanggung jawab sosial pada bidang ilmu akuntansi yang berfungsi untuk mengidentifikasi, mengakui, mengukur, menyajikan, dan mengungkapkan akuntansi lingkungan (Islamey, 2016). Perlakuan terhadap masalah penanganan limbah hasil operasional perusahaan ini menjadi sangat penting dalam pengendali pertanggungjawaban perusahaan terhadap lingkungannya. Keuntungan yang dicapai perusahaan dari penerapan akuntansi lingkungan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar biaya lingkungan yang dikeluarkan dalam mengelolah limbah tersebut sehingga dapat mengontrol tanggung jawab perusahaan dalam menjaga lingkungan sekitarnya (Arfan Ikhsan, 2009).

Pada dasarnya belum ada aturan khusus mengenai pelaporan akuntansi lingkungan akan tetapi penerapan akuntansi lingkungan ini sudah tercantum dalam PSAK No.1 paragraf kesembilan menyatakan bahwa perusahaan dapat menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan nilai tambah (value added statement) khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Pada PSAK No.1 paragraf kesembilan diatas belum secara jelas menjelaskan tentang bagaimana pelaporan akuntansi lingkungan akan tetapi dalam kerangka pikir pernyataan standar akuntansi keuangan menjelaskan bahwa “apabila tidak ada landasan yang detail dalam standar akuntansi keuangan (PSAK) dapat menggunakan landasan yang mendasar seperti ini peraturan pemerintah untuk

(20)

3

industri, pedoman atau praktik akuntansi dan simpulan riset atau pendapat dari beberapa ahli sepanjang pengaturan tersebut tidak bertentangan dengan landasan konseptual atau prinsip yang dilandaskan operasional”.

Berkembangnya dunia industri tidak bisa dipungkiri menimbulkan efek permasalahan terhadap lingkungan, Menurut Elfayei dan Kartika (2013) limbah terbesar salah satunya dihasilkan oleh unit rumah sakit. Limbah rumah sakit merupakan limbah limbah yang berbahaya bagi keselamatan lingkungan jika tidak dikelola terlebih dahulu sebelum dibuang. Pencemaran dan limbah produksi merupakan salah satu contoh dampak negatif dari operasional perusahaan yang memerlukan sistem akuntansi lingkungan sebagai kontrol tanggung jawab. Penerapan akuntansi lingkungan akan mendorong kemampuan untuk meminimalkan masalah lingkungan yang dihadapinya. Konsep ini masih terdengar baru dikalangan rumah sakit. Selama ini, konsep ini hanya diterapkan bagi entitas-entitas bisnis yang bersifat profit (oriented swasta). Padahal rumah sakit juga merupakan unit tidak terlepas dari permasalahan sosial lingkungan.

Dampak yang ditimbulkan perusahaan terhadap lingkungannya membuat masyarakat menginginkan agar dampak tersebut dikontrol sehingga social cost yang nantinya tidak semakin besar. Mengingat dampak yang akan ditimbulkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya maka diperlukan upaya pengelolaan yang baik, apabila sistem pengelolaan limbah tidak dilakukan dengan baik, maka potensi rumah sakit untuk mencemari lingkungan cukup besar, dan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengatasi dampaknya juga besar. Rumah sakit sebagai bagian dari pelaku usaha khususnya yang bergerak dalam bidang kesehatan, memiliki peran yang cukup besar dalam menjaga lingkungan. Rumah sakit juga dapat dikatakan sebagai penghasil energi dan

(21)

penghasil limbah yang disebabkan oleh tempat yang berfungsi sebagai kantor, laboratorium, fotografi, laundry, rawat inap dan penyedia layanan makanan yang masing-masing kegiatan ini menghasilkan serangkaian aliran limbah yang khas dan bahkan berbahaya bagi lingkungan.

Aktivitas manusia diakui sebagai pendorong utama dalam perubahan lingkungan, lingkungan yang tercemar baik secara langsung maupun tidak langsung lambat laun akan mengakibatkan kerusakan lingkungan (Russell, dkk.,2017). Masyarakat membutuhkan informasi mengenai sejauh mana perusahaan sudah melaksanakan aktivitas sosialnya sehingga hak masyarakat untuk hidup aman, tentram serta kesejahteraan karyawan terpenuhi. Perusahaan juga dituntut untuk memberikan informasi yang transparan, organisasi yang akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin baik, sehingga perusahaan harus memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya.

Akuntansi harus ikut berperan yakni ikut memberikan kontribusi terhadap permasalahan lingkungan hidup dari pada hanya mencegah. Dengan menjalankan akuntansi lingkungan sesuai dengan peraturan yang berlaku maka perusahaan artinya juga telah menjalankan tanggung jawab dengan baik, karena dengan dijalankannya tanggung jawab maka dengan itu perusahaan telah berkontribusi besar dalam pemeliharaan dan peduli terhadap lingkungan hidup, serta kesejahteraan lingkungan. Akuntansi lingkungan juga dapat menjadi alat manajemen lingkungan dan komunikasi kepada masyarakat atas kegiatan operasional. Dengan adanya akuntansi lingkungan, perusahaan dapat lebih disiplin dalam pengelolaan hasil limbah kegiatan operasionalnya, sehingga dapat memperoleh informasi mengenai penggunaan sumber daya alam dan dampaknya terhadap lingkungan.

(22)

5

Tujuan utama dari akuntansi lingkungan adalah untuk mengoreksi kesenjangan informasi yang timbul karena tidak teridentifikasinya biaya atau kerusakan lingkungan. Pengungkapan akuntansi lingkungan seharusnya tidak saja sekedar mengungkapkan permasalahan lingkungannya tetapi juga melaporkan bagaimana mengelola perbaikan lingkungan dalam sosialnya. Hal tersebut untuk mengetahui kegiatan perusahaan dalam upaya menangani pencemaran lingkungan serta kewajiban perusahaan atas masalah tersebut melalui laporan keuangan.

Penerapan akuntansi lingkungan pada laporan keuangan, pada perusahaan-perusahaan perlu mendapatkan perhatian khusus. Permasalahan yang ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan sangat kompleks, sehingga tidak heran bahwa perusahaan selalu menimbulkan kerusakan (Lina, 2010). Hadirnya akuntansi lingkungan merupakan salah satu wujud dan kesadaran akan pentingnya menerapkan kepedulian terhadap lingkungan mengingat lingkungan mempunyai kontribusi besar terhadap kelangsungan hidup bukan hanya perusahaan tapi manusia secara umum. Namun yang menjadi permasalahan bagaimana kontribusi akuntansi lingkungan ini terhadap perusahaan mengingat perusahaan sangat identik dengan pengrusakan lingkungan.

Seiring perkembangan akuntansi perusahaan-perusahaan masa kini tidak bisa sekedar memperhatikan profit saja, nilai kesuksesan perusahaan diukur dengan tiga kriteria: ekonomi, sosial, dan lingkungan. Konsep Triple Bottom Line merupakan pendekatan yang banyak digunakan sejak awal 2007 mengimplikasikan bahwa perusahaan harus lebih mengutamakan kepentingan stakeholder (semua pihak yang terlibat dan terkena dampak dari kegiatan yang

(23)

dilakukan perusahaan) dari pada kepentingan pemegang saham. Konsep Triple Bottom Line biasa juga disebut 3P: people, planet, dan profit.

Konsep triple bottom line merupakan ini konsep bisinis yang; Pertama, mengedepankan konsep pemberdayaan karyawan maupun masyarakat umum dan mengedukasi entitas ekonomi. Kedua, entitas ekonomi menjadikan polusi dan sampah yang dihasilkan oleh perusahaan hendaknya ramah lingkungan dan memiliki dampak yang sangat kecil terhadap lingkungan. Jadi keuntungan bukanlah menjadi tujuan utama, tetapi menjadi efek dari kinerja perusahaan yang baik dan bertanggung jawab. Begitu jelas arti penting bisnis dan aktivitas ekonomi yang berkelanjutan bagi sebuah entitas ekonomi. Bukan hanya teori tetapi didukung oleh bukti empiris atau bukti dari dunia bisnis di berbagai Negara. Di Indonesia bisnis dan aktivitas ekonomi berkelanjutan yang memperhatikan lestarinya lingkungan, pemberdayaan masyarakat yang pada akhirnya akan berdampak pada profit yang masih belum menjadi perhatian.

Rumah Sakit dalam melakukan upaya perbaikan yaitu mengurangi dampak lingkungan sehingga perlu melakukan pengukuran informasi semata-mata untuk meningkatkan kinerja lingkungan. Hal ini didukung dalam peneltian Abdullah, dkk (2017) yang menyatakan bahwa pengukuran informasi bertujuan untuk mengetahui indikator-indikator performansi lingkungan dari kegiatan rumah sakit sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan maupun tindak pencegahan untuk mencapai visi dan misi perusahaan.

Sebagian perusahaan mengharapkan dengan meningkatnya kinerja lingkungan maka kinerja keuangannya pun akan membaik, peneliti berpendapat itu hanya dari salah satu bagian yang didapatkan oleh perusahaan ketika meningkatkan kinerja lingkungan, untuk kelanjutannya peneliti akan coba

(24)

7

mengkaji lebih dalam lagi manfaat-manfaat yang akan didapatkan. Kinerja lingkungan di awasi oleh suatu lembaga yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Penilaian peringkat kerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan diukur dari prestasi perusahaan mengikuti program penilaian peringkat kerja (PROPER) sebagai tolak ukur dalam penelitian ini yang merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup untuk mendorong penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui instrument informasi.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Peran Akuntansi Lingkungan Berdasarkan

Triple Bottom Line Theory untuk Meningkatkan Kinerja Lingkungan di

RSUD Lamadukelleng Kabupaten Wajo B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan sebelumnya, maka yang akan menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peran akuntansi lingkungan berdasarkan pendekatan Triple Bottom Line Theory untuk meningkatkan kinerja lingkungan di RSUD Lamadukelleng Kabupaten Wajo?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran akuntansi lingkungan berdasarkan pendekatan triple bottom line theoryuntuk meningkatkan kinerja lingkungan di RSUD Lamadukelleng Kabupaten Wajo.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian dan tujuan yang dicapai, maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam hal berikut:

(25)

1. Manfaat Teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana baru terkait dengan masalah dalam penelitian ini yaitu peran akuntansi lingkungan dari permasalahan lingkungan yang semakin beragam yang disebabkan oleh kegiatan operasi rumah sakit yang mengabaikan kelestarian lingkungan. Sehingga diharapkan dengan adanya akuntansi lingkungan dapat menjadi salah satu bentuk pertanggungjawaban kepada lingkungan dan masyarakat. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi mengenai akuntansi lingkungan dalam meningkatkan kinerja lingkungan yang dapat dijadikan referensi untuk penelitian mendatang yang masih ada kaitannya dengan penelitian ini.

2. Manfaat praktis diharapkan dapat memberikan manfaat bagi praktisi untuk dijadikan gambaran dan sebagai bahan masukan untuk perusahaan sektor publik khususnya rumah sakit agar lebih meningkatkan perhatian terhadap lingkungan sekitar, memberikan kontribusi pada perusahaan sebagai pertimbangan dalam membuat kebijakan guna meningkatkan kinerja lingkungan di sekitar perusahaan. Untuk pihak akuntansi dan manajemen dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaporan pertanggung jawaban lingkungan rumah sakit, agar para investor lebih mudah dalam pengambilan keputusan.

(26)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)

Teori legitimasi merupakan salah satu teori yang banyak dikutip dalam area akuntansi lingkungan dan sosial. Teori legitimasi juga menjelaskan bahwa praktik pengungkapan tanggung jawab perusahaan harus dilakukan sedemikian rupa agar aktivitas dan kinerja perusahaan dapat diterima oleh masyarakat. Legitimasi dapat dianggap untuk menyamakan asumsi atau persepsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh entitas merupakan tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan norma, nilai, kepercayaan, dan definisi yang dikembangkan secara sosial (Suchman, 1995 dalam Kirana, 2009).

Legitimasi dapat memberikan mekanisme kuat untuk memahami pengungkapan lingkungan dan sosial yang dilakukan oleh pihak perusahaan dan pemahaman ini yang nantinya akan mengarah ke debat publik, untuk lebih jauh lagi teori legitimasi ini menunjukkan kepada peneliti dan masyarakat luas untuk lebih peka terhadap isi pengungkapan perusahaan. Teori legitimasi dilandasi oleh kontrak sosial antara perusahaan dan masyarakat dimana ia beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi. Kontrak sosial muncul karena adanya interelasi dalam kehidupan sosial masyarakat agar terjadi keselarasan, keserasian, dan keseimbangan, termasuk dalam lingkungan sehingga terjadi kesepakatan-kesepakatan yang saling melindungi untuk kepentingan masing-masing.

(27)

Teori legitimasi ini menganjurkan perusahaan untuk menyakinkan bahwa aktivitas dan kinerjanya dapat diterima oleh masyarakat. Perusahaan menggunakan laporan tahunan mereka untuk menggambarkan kesan tanggung jawab lingkungan, sehingga mereka diterima oleh masyarakat. Dengan adanya penerimaan dari masyarakat tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan.

Teori legitimasi penting bagi perusahaan karena didasari oleh batasan-batasan, norma-norma, nilai-nilai, dan peraturan sosial yang membatasi perusahaan agar memperhatikan kepentingan sosial dan dampak dari reaksi sosial yang dapat ditimbulkan dengan melakukan pengungkapan sosial (kinerja lingkungan) perusahaan merasa keberadaan dan aktivitasnya terlegitimasi. Perusahaan atau organisasi yang di anggap sah atau legitimate, dipandang sebagai organisasi yang dipercaya, layak dan memiliki prediksi. Selain itu, dianggap lebih legitimate bilamana perusahaan atau organisasi tersebut mudah dimengerti, bukan hanya sekedar diinginkan (Budiani, 2011).

2. Teori Stakeholder

Teori stakeholder adalah teori yang menggambarkan kepada pihak mana saja perusahaan bertanggungjawab (Freeman, 1984). Stakeholder adalah semua pihak internal maupun eksternal seperti: pemegang saham, pemerintah, masyarakat sekitar lingkungan, Internasional, lembaga di luar perusahaan, dan sebagainya baik yang bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan.

Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholder-nya dengan memenuhi keinginan dan kebutuhan stakeholder-nya, terutama stakeholder yang mempunyai kemampuan atau power terhadap ketersediaan sumber daya yang

(28)

11

digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan misalnya tenaga kerja, pasar atau produk perusahaan dan lainnya. Munculnya teori stakeholder sebagai paradigma dominan semakin menguatkan konsep bahwa perusahaan bertanggungjawab tidak hanya kepada pemegang saham melainkan juga terhadap para pemangku kepentingan atau stakeholder. Dalam mengembangkan teori stakeholder Freeman (1983) memperkenalkan konsep stakeholder menjadi dua model yaitu: (1) model kebijakan dan perencanaan bisnis, dan (2) model tanggungjawab sosial perusahaan dari manajemen stakeholder.

Menurut Huang dan Kung (2017) teori stakeholder menyatakan bahwa suatu aktivitas yang dilakukan perusahaan yang dipengaruhi oleh kepentingan individu atau kelompok. Interaksi antara stakeholder dengan perusahaan merupakan hubungan timbal balik. Stakeholder menyediakan sumber daya yang dibutuhkan perusahaan sedangkan perusahaan memenuhi tuntutan dari stakeholder. Jika dukungan stakeholder kuat terhadap aktivitas perusahaan maka akan semakin tinggi pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan.

Berdasarkan penjelasan dari teori di atas dapat disimpulkan jika para stakeholder sebenarnya memilik hak penuh atas semua informasi wajib maupun sukarela mengenai informasi keuangan dan non-keuangan yang didalamnya menjelaskan pertanggungjawaban dari aktivitas perusahaan kepada para stakeholder.

3. Akuntansi Lingkungan

Akuntansi Lingkungan (Enviromental Accounting atau EA) merupakan istilah berkaitan dengan dimasukkannya biaya lingkungan (environmental cost) ke dalam praktik akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintahan. Biaya lingkungan juga merupakan dampak (impact) baik moneter maupun non-moneter

(29)

yang harus dipikul sebagai akibat dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas lingkungan. Menurut Hansen dan Mowen (2015) dengan mengungkapkan biaya lingkungan dapat memberikan informasi terkait pendistribusian biaya lingkungan yang bermanfaat untuk perbaikan dan pengendalian kinerja keuangan.

Akuntansi lingkungan sendiri didefinisikan sebagai pencegahan, pengurangan, dan atau penghindaran dampak terhadap lingkungan, dimulai perbaikan atas kejadian-kejadian yang menimbulkan bencana atas kegiatan-kegiatan tersebut. Pendapat yang lain (Arfan Ikhsan, 2008:3) Akuntansi lingkungan adalah identifikasi, pengukuran dan alokasi biaya-biaya ke dalam pengambilan keputusan usaha serta mengkomunikasikan hasilnya kepada stakeholder perusahaan.

Dalam himpunan istilah lingkungan untuk manajemen (Solihin, 2009) pengertian akuntansi lingkungan dikemukakan secara rinci bahwa akuntansi lingkungan merupakan proses accounting yang mengenali, mencari dan kemudian mengurangi efek-efek lingkungan negatif dari pelaksanaan praktek laporan yang konvensional, mengenali secara terpisah biaya-biaya dan penghasilan yang berhubungan dengan lingkungan dalam sistem laoran konvensional, merencanakan bentuk-bentuk baru sistem laporan finansial dan nonfinansial sistem informasi dan sistem pengawasan untuk lebih mendukung keputusan manajemen yang secara lingkungan tidak berbahaya.

Akuntansi lingkungan memberikan laporan bagi pihak internal dan eksternal pada perusahaan. Penggunaan internal akuntansi lingkungan akan menghasilkan informasi lingkungan untuk membantu membuat keputusan manajemen diantaranya mengenai tingkat harga dan penganggaran modal, informasi tersebut disajikan akuntansi pengelolaan lingkungan. Sedangkan untuk

(30)

13

kepentingan eksternal, akuntansi lingkungan mengungkapkan informasi lingkungan untuk kepentingan publik dan masyarakat keuangan lainnya. Informasi tersebut kemudian disajikan dalam laporan keuangan perusahaan (Akuntansi Keuangan Lingkungan). Baik penggunaan internal maupun penggunaan eksternal, informasi yang diberikan kemudian disajikan dalam bentuk data keuangan. Akuntansi lingkungan akan menjadi jembatan bagi kepentingan perusahaan dengan pemangku kepentingan secara menyeluruh karena hal tersebut untuk mengetahui kegiatan perusahaan dalam menangani pencemaran lingkungan serta kewajiban perusahaan atas masalah tersebut.

Namun seiring berjalannya waktu, kekayaan di Indonesia disadari atau tidak semakin berkurang dan mulai terancam. Permasalahan lingkungan merupakan masalah yang besar dan sangat penting untuk diperhatikan. Saat ini, kesehatan lingkungan tidak dapat dihindari dan disangkal bahwa telah mengalami kerusakan (Hadi, 2012).

Kerusakan lingkungan dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu, pertama faktor alam seperti gempa bumi, kemarau panjang dan angin topan. Faktor yang kedua kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti penebangan liar, pembuangan limbah kesaluran atau di sungai dan masih banyak lagi. Berdasarkan kedua faktor tersebut tentunya yang paling menarik perhatian dan tentunya dapat dikurangi penyebabnya adalah faktor kerusakan alam yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. Salah satunya bisa disebabkan oleh adanya operasi sebuah rumah sakit yang tentunya berpotensi menghasilkan limbah yang berbahaya. Baik itu limbah padat maupun limbah cair. Menurut UNEP (United Nation Environment Program) program di PBB yang menangani maslah lingkungan hidup, limbah B3 (bahan beracun berbahaya) yang dihasilkan

(31)

oleh berbagai sisa industri per tahunnya mencapai 400 juta ton. Hal itu terjadi sebagian besar di negara yang sedang berkembang yang belum mempunyai peraturan ketat atas masalah limbah B3 seperti di Indonesia (Kumalasari, 2016).

Salah satu faktor yang dapat membantu peningkatan kinerja lingkungan adalah akuntansi lingkungan. Peran akuntansi lingkungan dalam meningkatkan kinerja lingkungan merujuk pada salah satu peran akuntansi yaitu sebagai penyedia informasi bagi manajemen. Dalam hal ini akuntansi lingkungan memudahkan perusahaan melakukan pengungkapan informasi lingkungan secara keuangan, Informasi yang dihasilkan oleh sistem akuntansi lingkungan merupakan bagian dari keseluruhan informasi lingkungan yang diungkapkan oleh perusahaan (Burhany, 2014). Pengungkapan informasi lingkungan baik dalam laporan tahunan, atau bentuk pengungkapan lainnya, berisi informasi yang sangat luas mulai dari strategi dan kebijakan lingkungan, risiko lingkungan, profil lingkungan, maupun aspek keuangan lingkungan.

Secara garis besar, keutamaan penggunaan konsep akuntansi lingkungan bagi perusahaan adalah kemampuan untuk meminimalisasi persoalan-persoalan lingkungan yang dihadapinya. Banyak perusahaan besar seperti industri dan jasa yang kini menerapkan akuntansi lingkungan. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan dengan melakukan penilaian kegiatan lingkungan dari sudut pandang biaya (environmental cost) dan manfaat atau efek (ecomonic benefit). Akuntansi lingkungan diterapkan oleh berbagai perusahaan untuk menghasilkan penilaian tentang biaya dan dampak perlindungan lingkungan (environmental protection).

(32)

15

4. Triple Bottom Line Theory

Dalam beberapa dekade terakhir perusahaan telah mengakui bahwa keuntungan perusahaan yang berkelanjutan bukan hanya mengejar keuntungan finansial, bukan hanya peningkatan nilai pemegang saham, namun yang paling baik adalah dicapai melalui kerangka kerja yang luas di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan dan nilai-nilai etika serta tujuan bersama yang melibatkan interaksi antara perusahaan dan berbagai pemangku kepentingan. Apabila perusahaan terfokus pada kesehatan keuangan saja, maka tidak akan menjamin perusahaan dapat tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan perusahaan akan terjamin apabila perusahaan tersebut memperhatikan dimensi terkait lainnya, termasuk dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan (Failasufa dan Permatasari, 2014).

Pada awalnya konsep berbisnis hanya mengedepankan profit (aspek ekonomi). Namun seiring berjalannya waktu, mulai muncul pemikiran baru bahwa perusahaan tidak hanya berfokus pada profit saja melainkan terdapat aspek lainnya yang harus diimbangi. Triple Bottom Line (TBL) yang diperkenalkan oleh Elkington (1997) melalui buku berjudul Cannibals With Forks: The Triple Bottom Linein 21st Century Business. Triple Bottom Lineadalah konsep pengukuran kinerja suatu tata usaha secara “holistik” dengan memperhatikan ukuran kinerja ekonomis berupa perolehan profit, ukuran kepedulian sosial, dan pelestarian lingkungan.

Triple Bottom Line dapat dikembangkan oleh Elkington menjadi 3 istilah yaitu economy prosperity (mulai harta kekayaan ekonomi), environmental quality (kualitas lingkungan hidup), dan social justice (keadaan sosial). Triple bottom line juga dikenal dengan istilah “Formula 3P”, yaitu terdiri dari unsur (people)

(33)

perusahaan yang mempedulikan sosial dan lingkungan sekitar, (profit) perusahaan berupaya meningkatkan keuntungan bagi perusahaan, dan (planet) kemampuan perusahaan dalam menjaga kelestarian alam/bumi. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang akan memperoleh tiga unsur tersebut yaitu keuntungan, kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Komponen ekonomi, sosial, dan lingkungan merupakan landasan yang digunakan untuk mengoptimalkan tanggung jawab sosial disamping tanggung jawab finansial yang diberikan oleh perusahaan. Bahwa perusahaan dituntut untuk memberikan tanggung jawab yang tidak hanya dalam bidang ekonomi saja tetapi tentunya memberikan tanggung jawab sosial dan lingkungan dengan cara menjaga ekosistem dan kelestarian untuk generasi yang akan datang. Esensi dengan adanya triple bottom line ini adalah membangun nilai sosial. Perusahaan, mengimplementasikan unsur-unsur yang tertuang dalam perusahaan dan membangun citra yang baik dimata stakeholder (Stepsnus, 2015). Selain mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan dituntut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (Planet) (Nasir et al., 2014).

People berimplikasi kepada bisnis yang mendukung kepentingan tenaga kerja. Lebih spesifiknya melindungi dari berbagai resiko dan kemungkinan yang menghilangkan hak pekerja, misalnya upah minimun, lingkungan kerja yang sehat, hak cuti dan lain-lain, termasuk upaya-upaya untuk mengembangkan dan meng-upgrade kualitas SDM. Bukan hanya itu konsep ini juga meminta perusahaan memperhatikan pendidikan dan kesehatan bagi tenaga kerja. People atau masyarakat merupakan stakeholder yang sangat penting bagai perusahaan, karena dukungan masyarakat sangat diperlukan untuk keberadaan,

(34)

17

keberlangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan. Maka dari itu perusahaan perlu berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat.

Planet berarti memiliki tingginya awareness terhadap kondisi lingkungan, terutama yang berkaitan dengan konsumsi energi dari sumber daya alam yang sudah semakin langka dan tidak bisa diperbarui, mengurangi hasil limbah produksi dan mengelola secara cerdas limbah produksi.

Sementara profit disini, fokus dan aktivitas perusahaan tidak semata mata mengejar keuntungan. Tetapi lebih berfokus kepada upaya menciptakan fair trade dan ethical trade praktik bisnis yang fair dan beretika. Pada tahap-tahap awal, upaya ini akan menyedot biaya yang sangat tinggi, apalagi beberapa perusahaan menerapkan model peduli lingkungan ini untuk meredam tingginya gejolak masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan yang menerima dampak langsung dari limbah.

5. Kinerja Lingkungan

Kinerja lingkungan adalah kinerja perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang baik atau green (Sutarmo dalam Nuryani dkk, 2015). Kinerja lingkungan adalah kinerja perusahaan dalam bidang lingkungan yang diciptakan sehubungan dengan dampak aktivitas operasional perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan.

Menurut Bawley dan Li (2000) di dalam Clarkson, Peter M., Yue Li, Gordon D. Richardson, Florin P. (2006: 7) kinerja lingkungan adalah “Proxied by their industry membership and by whether they report to the Ministry of Environment under the National Pollution Release Inventory program”.

(35)

kinerja yang dapat ditunjukkan oleh para anggota industri dengan melaporkan kinerjanya kepada Kementerian Lingkungan Hidup untuk program yang terkait. Jadi dengan demikian kinerja lingkungan (environmental performance) ialah seluruh kegiatan dan aktivitas perusahaan yang memperlihatkan kinerja perusahaan dalam menjaga lingkungan sekitarnya serta melaporkannya kepada pihak yang berkepentingan.

Burnett dan Hansen (2008) menyatakan bahwa jika perusahaan ingin meningkatkan kinerja lingkungannya maka akuntansi harus terlibat di dalamnya untuk melakukan fungsi pengumpulan, perhitungan, dan analisis pelaporan biaya-biaya lingkungan dan transaksi lain yang berkaitan dengan lingkungan agar dapat digunakan oleh manajemen untuk mengelola aspek lingkungan. Tujuannya adalah untuk mengoreksi kesenjangan informasi yang timbul karena tidak teridentifikasinya biaya dan kerusakan lingkungan serta penggunaan informasi ini untuk mendukung keputusan bisnis. Peningkatan kinerja lingkungan perusahaan sangat dipengaruhi oleh praktik akuntansi lingkungan yang meliputi pengolahan data sampai ke penyediaan informasi akuntansi lingkungan kepada pihak pengelola.

Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang baik cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi lingkungan dibandingkan perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang buruk. Hal ini disebabkan oleh karena perusahaan yang berkinerja baik ingin kinerjanya itu diketahui oleh semua pihak yang memiliki hubungan dan kepentingan terhadap perusahaan dan sebaliknya perusahaan yang berkinerja buruk tidak ingin kinerjanya itu terlalu diekspos (Burhany, 2014). Kinerja lingkungan perlu diungkapkan sebagai wujud pertanggungjawaban perusahaan kepada stakeholder (semua pihak yang

(36)

19

memiliki hubungan dan kepentingan terhadap perusahaan), karena perusahaan sangat membutuhkan dukungan dari pihak stakeholder, dan sebagai bentuk respon atau tindakan proaktif yang dilakukan perusahaan terhadap harapan masyarakat.

Akuntansi lingkungan memberikan kontribusi pada keberlangsungan perusahaan dengan bertindak sebagai katalis bagi kinerja perusahaan yaitu kinerja lingkungan dan kinerja keuangan (Wardah dan Astini, 2018). Pengelolaan kinerja lingkungan bertujuan untuk memenuhi seluruh peraturan perundangan dan persyaratan lingkungan secara lengkap dan menyeluruh. Dari kegiatan tersebut diharapkan mampu menurunkan kualitas dampak lingkungan hingga mencapai di bawah baku mutu yang dipersyaratkan oleh peraturan terkait. Tujuan dari pengelolaan kinerja lingkungan adalah meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh lingkungan, hal tersebut merupakan upaya manajemen dalam mencegah pencemaran lingkungan. Dengan dilakukannya pengelolaan kinerja lingkungan, perusahaan diharapkan dapat menjaga keseimbangan lingkungan dalam setiap proses bisnis pada aktivitas, karena produk dan jasa yang baik merupakan harapan tercapainya kinerja yang unggul.

Kinerja lingkungan adalah hasil yang dapat diukur melalui system manajemen lingkungan yang didasarkan pada kebijakan lingkungan, sasaran lingkungan, dan target lingkungan (Purwanto, 2004). Sistem manajemen lingkungan memiliki standar yang mendeskripsikan sebuah sistem yang membantu perusahaan untuk mencapai kinerja lingkungan yang lebih baik (Sturm, 1997). Jenis indikator kinerja lingkungan dibagi menjadi dua yaitu:

1. Indikator lagging yaitu ukuran kinerja end process, mengukur output hasil proses seperti jumlah limbah yang dikeluarkan

(37)

2. Indikator leading yaitu ukuran kinerja in process, mengukur faktor apa yang diharapkan membawa perubahan bagi kinerja lingkungan.

6. Rumah Sakit

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010 tentang rumah sakit yakni “Rumah sakit adalah institut pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat”. Rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan diantaranya pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan, sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan serta untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan sebagaimana yang dimaksud, sehingga perlu adanya penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan.

Kelangsungan hidup manusia yang mana manusia itu sendiri sewaktu-waktu dapat terserang penyakit, artinya kebutuhan akan pengobatan tidak dapat kita duga-duga dan sangat dibutuhkan. Namun hendaknya suatu rumah sakit benar-benar menjaga kesehatan lingkungannya sebagai organisasi jasa yang bergerak dibidang kesehatan memberikan dampak positif bagi masyarakat dan juga memberikan dampak negatif yaitu limbah yang berpotensi mencemari lingkungan dan menularkan penyakit. Limbah rumah sakit merupakan semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat mengandung microorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia beracun, dan sebagian bersifat radioaktif (Arther,Herman,Lidia, 2019).

(38)

21

Hal itu tampaknya satu tujuan dengan pemerintahan, dimana pada tahun 2009 pemerintah menerbitkan UU No.32 Tahun 2009 Pasal 2 yang mengatur bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan asas partisipasi dan kearifan lokal. Artinya undang-undang tersebut mengemukakan bahwa diperintahkan untuk menjaga, melindungi, dan merawat lingkungan. Limbah medis rumah sakit dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti disebutkan dalam Lampiran I PP No.101 Tahun 2014 bahwa limbah medis memiliki karakteristik infeksius. Limbah B3 dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan dan juga dampak terhadap kesehatan masyarakat serta makhluk hidup lainnya bila dibuang langsung ke lingkungan.

Rumah sakit merupakan organisasi yang bertujuan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan pelayanan administrasi. Untuk mencapai pelayanan kesehatan yang terbaik kepada pasien maka pengambilan keputusan dalam organisasi rumah sakit memerlukan informasi yang akurat, tepat waktu, dapat dipercaya, masuk akal, mudah dimengerti dalam berbagai keperluan pengelolaan rumah sakit. Dalam menghadapi era globalisasi yang akan memasuki semua bidang termasuk bidang kesehatan, maka rumah sakit perlu mempersiapkan pelayanan agar mampu bersaing dengan peningkatan mutu palayanan.

(39)

B. Tinjauan Empiris

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Metodoligi Hasil

1 Dian Imanina Burhany (2014) Akuntansi Manajemen Lingkungan, Alat Bantu untuk Meningkatkan Kinerja Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan Metode Kuantitatif-Kualitatif (Mix Method) Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) implementasi akuntansi lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja lingkungan, dan (2) implementasi akuntansi lingkungan dan kinerja lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan informasi lingkungan, baik secara simultan maupun parsial. 2 Kasmawati (2014) Implementasi Akuntansi Lingkungan Berdasarkan Teori Triple Bottom Line pada Perusahaan-perusahan Di Kawasan Industri Makassar Metode Kualitatif Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti, secara umum telah memenuhi teori atau konsep triple bottom line yang mencakup pada tiga unsur utama yaitu, profit, people dan planet serta

aspek keberlanjutan program yang dinilai. Prinsip pembangunan keberlanjutan yang menyebutkan bahwa manusia dan lingkungan bagian yang integral sebuah roda perputaran bisnis perusahaan. 3 Hasmoro Gautomo (2016) Analisis Penerapan Akuntansi Manajemen Lingkungan Pada Rumah Sakit Swasta Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode Kualitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa pihak pengelola rumah sakit sudah mengetahui mengenai pentingnya kinerja lingkungan dalam pembangunan

berkelanjutan dan informasi akuntansi manajemen lingkungan

(40)

23

yang dibutuhkan oleh pihak rumah sakit terbagi menjadi dua informasi yaitu informasi fisik dan Informasi moneter. 4 Sri Delima Ganda Puspita Sari (2016) Pengaruh Penerapan Akuntansi Lingkungan Terhadap Kinerja Lingkungan Pada PTPN XIV Pabrik Gula Takalar. Metode Kuantitatif

Hasil penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif dan signifikan

implementasi akuntansi lingkungan terhadap kinerja lingkungan perusahaan pada Pabrik Gula Takalar. Dengan menerapkan akuntansi lingkungan, maka kinerja lingkungan perusahaan akan semakin membaik. 5 Sari, dkk (2017) Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Daya Makassar. Metode Kualitatif

Menunjukkan hasil bahwa rumah sakit telah

melakukan identifikasi, pengakuan, pengukuran, pencatatan, penyajian, dan pengungkapan sebagaimana yang

dimaksud terhadap limbah dengan cukup baik, namun masih ada beberapa kelemahan diantaranya rumah sakit belum mengungkapkan secara spesifik tentang penyajian lingkungan akuntansi, dalam hal pencatatan biaya masih dipadukan dengan

komponen biaya lainnya. 6 Krivacic dan Jankovic (2017) Sikap Manajerial terhadap Pentingnya Informasi Lingkungan Bagi Para Stakeholder Metode Kualitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar manajer percaya bahwa informasi lingkungan merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan. Sikap manajerial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pelaporan lingkungan, namun tidak dalam hubungan dengan ukuran perusahaan. Pelaporan

(41)

lingkungan lebih

mengarah kepada etika dari pada berorientasi pada bisnis. 7 Rizky Intan Naomi (2018) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Triple Bottom Line(Studi Empiris pada Perusahaan BUMN Non Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2015) Metode Kuantitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage berpengaruh signifikan pengungkapan triple bottom line,

sedangkan ukuran

perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dan kepemilikan asing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan triple bottom line. 8 Imanuel Armando Panjaitan (2018) Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan Terhadap Kinerja Lingkungan pada Perusahaan di Sumatera Selatan Metode Kuantitatif-Kualitatif (Mix Method) Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel environmentalresponsibilit y dan

environmentalaccounting report berpengaruh signifikan terhadap kinerja lingkungan sedangkan environmental audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja lingkungan. Secara simultan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel

environmentalresponsibilit y,

environmentalaccounting report, dan environmental audit secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja lingkungan. Dimana tingkat signifikan dilihat dari nilai sig, yang menunjukkan angka <0,05. 9 Sofiati Wardah dan Yuli Astini (2018) Pemahaman Manajemen Rumah Sakit tentang Pentingnya

Metode Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa manajemen rumah sakit sudah memahami

(42)

25 Kinerja Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan pentingnya kinerja lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan dan informasi akuntansi manajemen lingkungan yang dibutuhkan oleh manajemen rumah sakit berupa informasi fisik dan informasi moneter/biaya antara lain presentase bahan yang diperoleh dari daur ulang, jumlah air yang diperoleh dari alam dan terbuang, jumlah limbah yang diolah dan dibuang, biaya evaluasi dan pemilihan peralatan pengendalian lingkungan dan biaya

pengembangan/ desain produk yang ramah lingkungan. 10 Aida Meiyana (2019) Pengaruh Kinerja Lingkungan, Biaya Lingkungan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan dengan Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Intervening Metode Kuantitatif

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) kinerja lingkungan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan, (2) biaya lingkungan berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan, (3) ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan, (4) CSR berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan, (5) CSR tidak mampu memediasi hubungan biaya lingkungan terhadap kinerja keuangan.

(43)

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini akan mengulas tentang permasalahan akuntansi lingkungan, triple bottom line untuk meningkatkan kinerja lingkungan.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lamadukelleng salah satu perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan yang mungkin akan menimbulkan dampak oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan sebagaimana yang dimaksud, sehingga perlu adanya penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit dengan pengelolaan yang baik melalui peran akuntansi lingkungan yang dikuatkan dengan pendekatan triple bottom line.

Triple bottom line merupakan evaluasi kinerja suatu perusahaan dilakukan melalui penggabungan aspek ekonomi, lingkungan dan sosial. Dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak hanya bertanggungjawab pada single bottom line, yaitu pada aspek ekonomi dalam kondisi finansialnya saja, namun juga harus memperhatikan kedua aspek lainnya yaitu aspek sosial dan lingkungan. Komponen ekonomi, sosial, dan lingkungan merupakan landasan yang digunakan untuk mengoptimalkan tanggung jawab sosial disamping tanggung jawab finansial yang diberikan oleh perusahaan. Bahwa perusahaan dituntut untuk memberikan tanggung jawab yang tidak hanya dalam bidang ekonomi saja tetapi tentunya memberikan tanggung jawab sosial dan lingkungan dengan cara menjaga ekosistem dan kelestarian untuk generasi yang akan datang. Dengan pengelolaan lingkungan yang baik maka diharapkan akan meningkatkan kinerja lingkungan.

(44)

27

Salah satu faktor yang dapat membantu peningkatan kinerja lingkungan adalah akuntansi lingkungan. Peran akuntansi lingkungan dalam meningkatkan kinerja lingkungan merujuk pada salah satu peran akuntansi yaitu sebagai penyedia informasi bagi manajemen. Informasi yang dihasilkan oleh sistem akuntansi lingkungan merupakan bagian dari keseluruhan informasi lingkungan yang diungkapkan oleh perusahaan (Burhany, 2014). Perusahaan yang berkinerja baik ingin kinerjanya diketahui oleh semua pihak yang memiliki hubungan dan kepentingan dan sebaliknya perusahaan yang berkinerja buruk tidak ingin kinerjanya itu terlalu diekspos (Burhany, 2014). Oleh karena itu, penulis ingin menelusuri lebih dalam lagi terkait peran akuntansi lingkungan berdasarkan triple bottom line pada Rumah Sakit Umum Daerah Lamaddukelleng untuk meningkatkan kinerja lingkungan.

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

RSUD Lamaddukelleng

Akuntansi Lingkungan

Triple Bottom Line

Pengelolaan Biaya Lingkungan

Peningkatan Kinerja Lingkungan

(45)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk meneliti fenomena dan gejala yang terjadi secara nyata dan apa adanya. Penelitian ini berusaha memaparkan, mendeskripsikan informasi tentang peran akuntansi lingkungan berdasarkan triple bottom line theory untuk meningkatkan kinerja lingkungan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pada penelitian ini untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang akan diteliti dalam penyusunan ini, adapun lokasi penelitian akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lamadukelleng yang terletak di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo tepatnya di jalan Kartika Candra Kirana No.9, Tempe. Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 2 bulan terhitung Agustus 2020 sampai dengan September 2020.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis kualitatif. Indriatno dan Supomo (2013) merupakan paradigma penelitian yang menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas. Jenis data kualitatif diperoleh melalui

(46)

29

berbagai macam teknik pengumpulan data yaitu wawancara dan analisis dokumen

2. Sumber Data

Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli, tidak melalui media perantara. Data primer secara khusus akan dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data primer ini berasal dari jawaban atas wawancara yang dilakukan kepada informan. Dan juga menggunakan data sekunder yang berasal dari laporan keuangan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lamaddukelleng.

Adapun informasi yang akan diwawancarai untuk penelitian ini masing-masing dari:

a. Bagian Bendahara Keuangan b. Bagian Instalasi

c. Masyarakat sekitar Rumah Sakit

D. Pengumpulan Data

Agar memperoleh data yang valid dalam penelitian ini perlu ditentukan beberapa metode pengumpulan data yang sesuai. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode:

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga jika peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik atau metode pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report atau

(47)

setidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Untuk wawancara mendalam dilakukan secara langsung dengan informasi secara terpisah di lingkungannya masing-masing. Wawancara dilakukan dengan informan yang dianggap berkompeten dan mewakili.

2. Studi Dokumentansi

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan melakukan dokumentasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lamadukelleng di Kabupaten Wajo dengan cara mencari dan mengumpulkan data terkait hal-hal berupa catatan, buku, transkip dan sebagainya. Sebelum penelitian lapangan, peneliti telah melakukan telaah terhadap buku literatur, majalah, jurnal, hasil seminar, dan artikel baik yang tersedia dalam media on-line (internet) maupun yang ada dalam perpustakaan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data adalah alat atau fasilitas yang diperlukan dan dipergunakan dalam proses penelitian. Dalam penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai pengumpul data sekaligus bertindak sebagai instrumen utama. Adapun yang menjadi instrumen pendukung seperti alat perekam yaitu telepon seluler dan kamera untuk merekam hasil wawancara, selain itu buku catatan/pedoman wawancara yang berisikan pertanyaan yang akan diajukan dan daftar informasi yang dibutuhkan, namun instrumen pendukung memiliki fungsi yang terbatas.

Kehadiran seorang peneliti sangatlah diperlukan, karena peneliti sendirilah yang harus mengumpulkan data langsung dari sumbernya dengan cara mengamati, bertanya, mendengar, meminta sekaligus mengambil data yang

(48)

31

valid dan tidak sembarangan dalam memilih narasumber agar data yang didapat diakui kebenarannya.

F. Definisi Operasional Variabel

Agar variabel dalam penelitian ini dapat diukur dan di observasi (diamati), maka perlu dirumuskan terlebih dahulu definisi operasional variabel. Definisi operasional variabel adalah definisi yang didasarkan pada sifat yang mudah diamati, mempunyai rumusan yang jelas dan pasti tidak membingungkan. Definisi operasional merupakan unsur penting dalam penelitian, karena melalui definisi operasional variabel maka seorang peneliti menyusun dan membuat alat ukur data yang tepat dan akurat.

Oleh karena itu, untuk memberikan kemudahan peneliti dalam proses pengukuran variabel penelitian ini, variabel dibahas didefinisikan secara operasional sebagai berikut:

Tabel 3.1 Variabel Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Indikator

1 Akuntansi Lingkungan

Akuntansi lingkungan didefinisikan sebagai pencegahan,

pengurangan, dan atau penghindaran dampak terhadap lingkungan supaya diperhatikan oleh para stakeholder perusahaan. - Biaya lingkungan - Meminimalkan masalah lingkungan - Kepedulian terhadap lingkungan 2 Triple Bottom Line Konsep pengukuran kinerja suatu tata usaha secara “holostik” dengan memperhatikan ukuran kinerja ekonomis berupa perolehan profit, ukuran kepedulian sosial, dan pelestarian lingkungan.

Keberlanjutan perusahaan akan terjamin apabila perusahaan

memperhatikan dimensi terkait lainnya, termasuk dimensi: - People mengedepankan konsep pemberdayaan masyarakat baik karyawan, konsumen, maupun masyarakat

(49)

secara umum menjadikan entitas ekonomi berorientasi untuk mengedukasi dan mengadvokasi manusia sebagai faktor utama yang menjaga

pertumbuhan dan kelanjutan usaha. - Planet, entitas ekonomi

menjadikan kelestarian alam sebagai dasar untuk bukan hanya menjaga keberlanjutan tetapi benar-benar menjaga lestarinya bumi sebagai satu-satunya tempat hidup

- Profit atau keuntungan akan datang dengan sendirinya baik keuntungan yang dinikmati oleh manajemen sebagai pengelola maupun dengan masyarakat sekitar. Keuntungan atau profit bukanlah menjadi tujuan utama, tetapi menjadi dampak dari kinerja perusahaan yang baik dan

bertanggung jawab. 3 Kinerja

Lingkungan

Kinerja lingkungan adalah kinerja perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang baik (green). Environmental

perfomance perusahaan diukur dari prestasi perusahaan mengikuti program PROPER yang merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mendorong penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan. Sehubungan dengan dampak aktivitas operasional perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan, kinerja

biasanya digunakan untuk mengukur hasil kerja suatu perusahaan karena telah melakukan aktivitas atau kegiatan. Jika perusahaan ingin meningkatkan kinerja lingkungannya maka akuntansi harus terlibat di dalamnya untuk

melakukan fungsi pengumpulan,

(50)

33

perhitungan, dan analisis pelaporan biaya-biaya lingkungan dan transaksi lain.

G. Teknik Analisis

Menurut Winarno Surakhmad (Idrus, 2007) teknik pengolahan data merupakan teknik operasional yang dilakukan setelah data terkumpul. Data yang diperoleh dari proses pengumpulan data dan wawancara akan dianalisis sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data menganalisa data yang telah diperoleh. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data yang ada di lapangan berupa dokumentasi yang berisi rincian biaya-biaya lingkungan. Analisa data dilakukan sebagai bahan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada saat wawancara dan melakukan koreksi terhadap informasi yang kurang jelas.

2. Reduksi data merupakan proses pemilihan pada penyederhanaan data yang muncul dari hasil wawancara dan catatan-catatan lapangan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah menajamkan analisis, menggolongkan ke dalam tiap permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan, membuang yang tidak perlu. Data yang direduksi antara lain seluruh data mengenai permasalahan penelitian. Data yang direduksi akan memberikan gambaran lebih spesifik dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data, selanjutnya mencari data tambahan jika diperlukan.

3. Kesimpulan atau verifikasi. Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data yang diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan kesimpulan merupakan hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan sehingga kesimpulan dalam penelitian ini dapat menjawab rumusan masalah sebelumnya.

(51)

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Profil singkat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lamaddukelleng

Kabupaten Wajo

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lamaddukelleng Kabupaten Wajo diresmikan pada tanggal 28 April 1994 dan kepemilikan atas nama Pemda Kabupaten Wajo. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lamadukelleng terletak di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo tepatnya di jalan Kartika Candra Kirana No.9, Sengkang.

RSUD Lamaddukelleng merupakan rumah sakit tipe C pertama di Indonesia yang menerapkan sistem E Hospital. Karena lima rumah sakit sebelumnya di Indonesia yang sudah menerapkan sistem ini semuanya RS tipe A. Di Indonesia Timur, Wajo yang kedua setelah RS Wahidin Sudirohusodo Makassar.

34 T

(52)
(53)

28

Struktur Organisasi RSUD Lamaddukelleng Kabupaten Wajo

dDD

DIREKTUR

SATUAN PENGAWASAN

INTERNAL

KABID REKAM MEDIK PENGAWASAN DAN

PENGENDALIAN

KEPALA BAGIAN TATA USAHA

KASUBAG ADMINISTRASI UMUM, DIKLAT, DAN

AKREDITASI KASUBAG ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN KABID PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN KABID PELAYANAN DAN ASUPAN KEPERAWATAN KASI PELAYANAN DAN PENUNJANG MEDIK KASI KEPERAWATAN KASI REKAM MEDIK KASI PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PELAYANAN DEWAN PENGAWAS KASI KESEHATAN SARANA DAN PRASARANA KASI PENYUSUNAN PROGRAM DAN EVALUASI KASUBAG KEUANGAN KJP 35

INSTALASI INSTALASI KJP INSTALASI KJP

(54)

38 34

(55)

2. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lamaddukelleng

Kabupaten Wajo.

Visi dari RSUD Lamaddukelleng Kabupaten Wajo yaitu “RSUD Lamaddukelleng Kabupaten Wajo sebagai Pusat Rujukan Pelayanan Kesehatan yang Unggul, Berkarakter, dan Berkompeten”

Misi dari RSUD Lamaddukelleng Kabupaten Wajo yaitu:

1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat melalui pengembangan sistem pelayanan yang terintegrasi dan komprehensif serta berorientasi kepada kepuasan pelanggan.

2. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pemenuhan tenaga yang terlatih dan terdidik secara professional.

3. Menciptakan tata kelola rumah sakit yang baik melalui penataan dan perbaikan manajemen yang berkualitas, professional serta akuntabel.

4. Mengembangkan manajemen rumah sakit melalui sistem informasi rumah sakit (SIM RS) yang akuntabel.

3. Sumber Daya Manusia

Kabupaten Wajo berasal dari Pegawai Negeri Sipil dan Non Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang meliputi tenaga struktural, Sumber daya manusia yang berada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lamaddukelleng medis dan fungsional.

Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lamaddukelleng terdiri dari pejabat struktural yang terdiri dari:

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep.....................................................................
Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Tabel 3.1 Variabel Definisi Operasional
+5

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan pada pembahasan hasil penelitian berjudul pengaruh kinerja lingkungan dan biaya lingkungan terhadap kinerja keuangan dengan pengungkapan lingkungan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Lingkungan Kerja dan Kemampuan terhadap Kinerja Karyawan pada PT.Darmasindo Inti Karet Tebing Tinggi..

Permasalahan yang akan dibatasi dalam penyusunan penelitian akuntansi lingkungan pada RSUD Brebes adalah data yang dianalisis adalah catatan akuntansi RSUD

Selain itu, perusahaan juga hendaknya melakukan alokasi biaya berdasarkan tipe biaya dan pemicu biaya dalam akuntansi lingkungan yang terstruktur, serta melakukan integrasi

Tujuan spesifik dari penelitian ini ialah untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut telah mengimplementasikan akuntansi lingkungan, untuk mendapatkan biaya lingkungan pada

iv ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan, motivasi, lingkungan kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan di Badan Penanggulangan

Riset ini berupaya untuk mengungkapkan penerapan akuntansi lingkungan sebagai pendukung dalam proses pengungkapan biaya tersebut serta sistem pencatatan dalam pengungkapan tiap biaya-

Juga terdapat keterbatasan dalam pengukuran, baik itu variabel penerapan akuntansi manajemen lingkungan maupun kinerja lingkungan dikarenakan sifat penelitian yang masih dalam tahap