• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

1.1 Latar Belakang

Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional

yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap

masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan

kemiskinan (Todaro dan Smith, 2006: 22). Indikator yang biasa digunakan untuk

mengukur pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan

dari pembangunan tersebut. Pertumbuhan ekonomi akan lebih berarti apabila

diikuti dengan pemerataan dari hasil-hasil pembangunan dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan rakyat yang adil dan merata.

Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional.

Pembangunan dilakukan tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga dilakukan

pada tingkat yang lebih kecil, yaitu daerah, provinsi, kabupaten, kecamatan, dan

desa. Seringkali pembangunan di wilayah yang lebih kecil mampu memberikan

hasil yang mendukung pembangunan di wilayah yang lebih besar. Pada tingkat

yang lebih kecil, pembangunan dilakukan di tingkat daerah setingkat provinsi

maupun setingkat kabupaten atau kota (Widodo, 2006: 6). Untuk meningkatkan

pembangunan nasional, maka harus didukung dengan pembangunan daerah yang

dilaksanakan secara tepat. Laju pertumbuhan ekonomi daerah biasanya digunakan

untuk menilai seberapa jauh keberhasilan pembangunan daerah dalam periode

(2)

Pertumbuhan ekonomi sangat diperlukan untuk meningkatkan kekayaan

suatu negara atau wilayah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi salah satu

tujuan utama dari pembangunan suatu negara atau wilayah (Bhinadi, 2003).

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berlangsung secara berkelanjutan

merupakan prasyarat bagi berlangsungnya suatu proses pembangunan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi terutama diperlukan untuk menggerakkan dan memacu

pembangunan di bidang lainnya. Namun demikian, pembangunan yang lebih

menekankan pada pertumbuhan ekonomi dapat menyebabkan ketimpangan, bukan

hanya ketimpangan pendapatan antarindividu, melainkan juga ketimpangan

wilayah (Riyanti, 2013: 1).

Beberapa daerah mencapai pertumbuhan cepat, sementara beberapa daerah

lain mengalami pertumbuhan yang lambat. Daerah-daerah tersebut tidak

mengalami kemajuan yang sama disebabkan oleh karena kurangnya

sumber-sumber yang dimiliki, adanya kecenderungan peranan modal (investor) memilih

daerah perkotaan atau daerah yang telah memiliki fasilitas seperti sarana dan

prasarana perhubungan, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, perbankan,

asuransi, juga tenaga kerja yang terampil di samping itu adanya ketimpangan

redistribusi pembagian pendapatan dari Pemerintah Pusat kepada daerah (Sutarno

dan Kuncoro, 2003).

Pemerintah daerah harus mampu untuk mengidentifikasi dan menganalisis

berbagai potensi ekonomi yang ada di wilayahnya. Sektor yang memiliki

keunggulan dapat lebih dikembangkan guna memacu kesejahteraan

(3)

sektor lainnya. Permasalahan pembangunan terjadi ketika pembangunan suatu

sektor tidak dapat mendorong sektor-sektor potensial yang lain untuk turut

berkembang pula. Selain itu, menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada 4

(empat) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu jumlah

penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta

tingkat tekonologi yang digunakan (Rukmana, 2012).

Provinsi Banten merupakan salah satu daerah pemekaran yang dahulu

termasuk dalam Provinsi Jawa Barat, terbentuk melalui Undang-undang Nomor

23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten. Melalui otonomi tersebut

diharapkan daerah akan lebih mandiri dalam menentukan seluruh kegiatannya dan

pemerintah pusat diharapkan tidak terlalu aktif mengatur daerah (Rukmana,

2012). Untuk keperluan tersebut diperlukan perencanaan yang lebih baik dan

matang dengan menggali sumber daya yang ada dan diharapkan daerah dapat

mengelola sendiri sumber daya tersebut untuk kemakmuran masyarakatnya.

Pada awal pemekaran, Provinsi Banten dengan Ibukota Serang terdiri dari

empat kabupaten yaitu Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten

Lebak, Kabupaten Tangerang dan dua kota yaitu Kota Tangerang dan Kota

Cilegon. Dalam perkembangannya, terjadi pemekaran wilayah pada tahun 2007,

Kabupaten Serang menjadi Kabupaten Serang dan Kota Serang, dan pada tahun

2008 Kabupaten Tangerang dimekarkan menjadi Kabupaten Tangerang dan Kota

(4)

Gambar 1.1 Peta Provinsi Banten

Secara geografis, Provinsi Banten terletak di ujung barat Pulau Jawa

dengan luas wilayah 9,662.92 km2 atau sekitar 0,51 persen dari luas Indonesia dan merupakan Provinsi dengan wilayah terkecil kelima di Indonesia dengan jumlah

penduduk pada tahun 2010 sebanyak 10.632.166 jiwa. Wilayahnya berbatasan

langsung dengan Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat di sebelah timur,

Selat Sunda di sebelah barat, Laut Jawa di sebelah utara, dan Samudra Hindia di

sebelah selatan.

Sumber: BPS Provinsi Banten, Banten Dalam Angka, 2001-2012 (data diolah) Gambar 1.2

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten dan Nasional ADHK 2000, 2001-2012 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 Pe rt u m b u h an ( % ) Tahun Banten Nasional

(5)

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten pada Gambar 1.2 yang diukur

dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) selama tahun 2001-2012

mengalami fluktuasi, pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2011

yaitu sebesar 6,43 persen sedikit lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi

nasional. Pada tahun 2008 dan 2009 pertumbuhan ekonomi mengalami

penurunan, hal ini dikarenakan dampak dari krisis keuangan global yang terjadi di

Amerika Serikat yang secara tidak langsung berimbas pada perekonomian di

Indonesia.

Tabel 1.1

Perkembangan Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Banten ADHK 2000, 2001-2011 (%)

No. Tahun Kab. Pandeglang Kab. Lebak Kab. Tangerang Kab. Serang Kota Tangerang Kota Cilegon Rata-rata 1 2001 4,71 4,82 5,08 3,10 3,19 7,43 4,72 2 2002 5,58 3,31 4,03 3,55 5,82 7,44 4,96 3 2003 5,72 3,89 5,01 4,19 6,81 7,03 5,44 4 2004 5,18 4,06 6,40 4,37 5,76 7,31 5,51 5 2005 5,04 3,74 7,04 4,40 6,83 5,46 5,42 6 2006 4,03 3,15 6,88 4,82 6,85 5,64 5,23 7 2007 4,48 4,90 6,90 4,71 6,86 5,48 5,56 8 2008 4,29 4,06 6,22 4,41 6,37 5,02 5,06 9 2009 4,21 4,10 5,29 3,80 5,74 4,84 4,66 10 2010 7,16 6,59 7,35 5,23 6,68 5,26 6,38 11 2011 5,40 6,44 7,68 6,30 7,03 6,53 6,56 12 2012*) 5,62 5,01 5,78 5,63 6,23 6,82 5,85 Rata-rata 5,02 4,49 6,13 4,54 6,18 6,26 5,44

Sumber: BPS Provinsi Banten, Banten Dalam Angka, 2001-2012

Keterangan: *) Angka Sementara

Keberhasilan pembangunan ekonomi Provinsi Banten tidak terlepas dari

pembangunan kabupaten/kota yang ada. Keberhasilan pembangunan ekonomi ini

(6)

kabupaten/kota semakin besar kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi

provinsi, dan sebaliknya bila pertumbuhan PDRB kabupaten/kota mengalami

penurunan maka kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi sangat

kecil.

Perkembangan pertumbuhan PDRB kabupaten/kota di Provinsi Banten

pada Tabel 1.1 mengalami pertumbuhan yang positif. Terdapat tiga

kabupaten/kota yang memiliki rata-rata pertumbuhan PDRB yang cukup tinggi,

yaitu Kota Cilegon 6,26 persen, Kota Tangerang dengan rata-rata pertumbuhan

6,18 persen, dan Kabupaten Tangerang 6,13 persen. Pertumbuhan PDRB yang

tinggi tersebut didukung oleh sektor industri dan perdagangan yang memiliki

kontribusi besar dalam perekonomian di Provinsi Banten yang memang

terkonsentrasi di ketiga daerah tersebut.

Tabel 1.2

PDRB Provinsi Banten ADHK 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2001-2006 (Juta Rupiah)

No. Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005 2006

1 Pertanian 4.604.369,01 4.691.510,71 4.830.174,86 4.930.266,80 5.061.650,42 5.030.010,00 2 Pertambangan dan

Penggalian 50.011,65 51.182,48 53.995,50 56.557,59 59.286,02 61.510,00 3 Industri

Pengolahan 24.541.301,15 25.705.468,21 26.581.072,40 27.749.175,75 28.975.547,08 30.548.570,00 4 Listrik, Gas, dan

Air Bersih 2.027.159,41 2.158.491,31 2.280.105,26 2.416.794,00 2.567.049,93 2.510.900,00 5 Bangunan 1.182.273,80 1.246.679,60 1.315.407,97 1.443.158,80 1.580.487,69 1.662.420,00 6 Perdagangan,

Hotel dan Restoran 8.244.427,98 8.744.103,66 9.251.915,75 9.830.054,85 10.699.437,65 11.478.130,00 7 Pengangkutan dan Komunikasi 3.597.849,22 3.882.774,28 4.140.738,07 4.540.508,58 4.910.855,75 5.417.130,00 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 756.461,38 850.948,52 1.283.410,55 1.557.896,64 1.744.477,29 1.888.040,00 9 Jasa-jasa 1.990.547,76 2.118.162,56 2.220.637,38 2.355.993,50 2.508.156,40 2.744.950,00 PDRB Konstan 46.994.401,36 49.449.321,33 51.957.457,74 54.880.406,51 58.106.948,23 61.341.660,00 Pertumbuhan PDRB per tahun (%) 3,95 5,58 5,72 5,18 5,88 5,57

(7)

Tabel 1.3

PDRB Provinsi Banten ADHK 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2012 (Juta Rupiah)

No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 2012*)

1 Pertanian 5.242.350,00 5.408.860,00 5.641.900,00 6.716.030,00 6.921.460,00 7.235.890,00 2 Pertambangan dan

Penggalian 69.290,00 79.150,00 90.200,00 95.460,00 101.500,00 108.140,00 3 Industri Pengolahan 31.496.750,00 32.225.080,00 32.707.530,00 44.911.370,00 44.034.180,00 48.517.640,00 4 Listrik, Gas, dan

Air Bersih 2.629.580,00 2.833.530,00 2.922.550,00 3.294.800,00 3.442.170,00 3.661.160,00 5 Bangunan 1.880.270,00 2.010.390,00 2.204.520,00 2.382.080,00 2.590.500,00 2.821.040,00 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 12.800.800,00 14.203.000,00 15.127.920,00 16.488.080,00 18.055.710,00 20.087.540,00 7 Pengangkutan dan Komunikasi 5.780.570,00 6.200.680,00 6.877.190,00 7.602.930.00 8.510.770,00 9.331.130,00 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 2.138.060,00 2.489.880,00 2.822.560,00 3.234.780,00 3.465.680,00 3.762.240,00 9 Jasa-jasa 3.009.090,00 3.380.090,00 3.636.750,00 3.800.360,00 4.100.390,00 4.475.040,00 PDRB Konstan 65.046.760,00 68.830.660,00 72.031.120,00 88.525.890,00 91.222.360,00 99.999.820,00 Pertumbuhan PDRB per tahun (%) 6,04 5,77 4,71 6,08 6,43 6,15

Sumber: BPS Provinsi Banten, Banten Dalam Angka, 2007-2012 *) Angka Sementara

: Sektor dengan kontribusi terbesar

Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai oleh Provinsi

Banten ternyata tidak diikuti dengan pemerataan PDRB antarsektor. Hal ini dapat

dilihat dari perkembangan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 menurut

lapangan usaha pada Tabel 1.2 dan Tabel 1.3 selama tahun 2001-2012. Kontribusi

terbesar pada tahun 2012 disumbang oleh sektor industri pengolahan sebesar 48,

52 persen dari total PDRB yang berarti hampir sebagian PDRB Provinsi Banten

ditopang oleh sektor industri, selain itu sektor perdagangan, hotel, dan restoran

dengan kontribusi sebesar 20,09 persen dari total PDRB. Daerah yang

memberikan kontribusi terbesar pada sektor industri pengolahan yaitu Kota

Cilegon, Kota Tangerang dan diikuti oleh Kabupaten Tangerang. Kota Serang dan

(8)

dan Kabupaten Tangerang dikarenakan kedua kota tersebut merupakan daerah

baru hasil pemekaran pada tahun 2007 dan 2008 sehingga ketersediaan data relatif

sedikit.

Peranan sektor industri di Provinsi Banten sangat dominan, hal ini terlihat

dari kontribusinya yang menyumbang hampir sebagian dari PDRB Provinsi

Banten setiap tahunnya. Pertumbuhan yang tinggi pada sektor industri tersebut

pada satu sisi dapat menyediakan lapangan pekerjaan cukup besar sehingga

mampu menekan angka pengangguran. Tetapi pada sisi lain hal itu bisa menjadi

ancaman bagi sektor lain, terutama pertanian, di mana proses regenerasi profesi

pertanian akan terganggu. Apalagi pertanian merupakan salah satu sektor

potensial yang menjadi tumpuan pendapatan masyarakat Banten.

Selain peran sektor industri yang memiliki pengaruh yang cukup besar

terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten, terdapat faktor-faktor lain yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, di mana jika diuraikan amatlah luas

sehingga harus dilakukan pembatasan masalah agar analisis yang dilakukan

mencapai sasaran yang diinginkan. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang akan

dianalisis dibatasi pada pertumbuhan penduduk, modal manusia dan pengeluaran

pemerintah di Provinsi Banten selama periode 2001-2012. Bertitik tolak dari

uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

terjadinya perbedaan pertumbuhan ekonomi antarkabupaten/kota di Provinsi

Banten yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sehingga membawa dampak pada

(9)

1.2 Keaslian Penelitian

Berbagai penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.

Penelitian tersebut dilakukan baik di Indonesia maupun di luar negeri, hasil

penelitian pun berbeda-beda yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sebagai

acuan dan pembanding, maka perlu diuraikan secara singkat beberapa penelitian

terkait dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 1.4

Matriks Hasil Penelitian Terdahulu

No. Studi Oleh Alat Analisis Lokasi Hasil Penelitian 1. Sodik (2007) Regresi data

panel

26 propinsi di Indonesia (1993-2003)

Selama periode penelitian ditemukan bahwa variabel investasi swasta tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional, sedangkan pengeluaran pemerintah (baik pengeluaran pembangunan maupun pengeluaran rutin) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Variabel keterbukaan ekonomi (ekspor netto) dan angkatan kerja signifikan dengan tanda negatif.

2. Rukmana

(2012)

Analisis regresi semi log linear berganda dengan metoda

OLS

Jawa Tengah (1984-2009)

Hasil penelitian berdasarkan uji F-statistik menunjukkan bahwa secara

bersama-sama disparitas

pendapatan, jumlah penduduk dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Berdasarkan hasil uji t-statistik disparitas pendapatan dan

(10)

No. Studi Oleh Alat Analisis Lokasi Hasil Penelitian

jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah.

3. Hendarmin (2012) Regresi data panel Kalimantan Barat (2005-2009)

Hasil penelitian menemukan indikasi (1) variabel belanja modal pemerintah daerah berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan variabel investasi swasta berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, (2) variabel belanja modal pemerintah daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja dan variabel investasi swasta berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kesempatan kerja, (3) pengaruh belanja modal pemerintah daerah dan investasi swasta melalui jalur pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja, kedua variabel pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat, namun slope dari pertumbuhan ekonomi menunjukkan nilai yang negatif. 4. Pambudi dan Miyasto (2013) Regresi data panel Jawa Tengah (2006-2010)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aglomerasi memiliki pengaruh negatif tapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, investasi memiliki

(11)

No. Studi Oleh Alat Analisis Lokasi Hasil Penelitian

pengaruh positif dan signifikan untuk mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, angkatan kerja yang bekerja memiliki pengaruh positif dan penting untuk pertumbuhan ekonomi, dan variabel human

capital investment berpengaruh

positif tapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 5. Rajaram (2009) Gini rasio, Spatial Autoregressive (SAR), Spatial Error Model (SEM), dan General Spatial Model (SAC) U.S. Counties (1979-1999)

Menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah, kemiskinan, populasi penduduk secara nyata dapat mempengaruhi pendapatan dan pertumbuhan ekonomi secara tata ruang (lokasi). Jadi hasil menunjukkan bahwa parameter spasial (letak geografis) adalah determinan yang signifikan dari pertumbuhan, ketimpangan pendapatan, dan kemiskinan. 6. Hussin dan Ching (2013) Analisis korelasi dan analisis regresi berganda Malaysia dan China (1978-2007)

Hasil analisis korelasi mengindikasikan bahwa sektor pertanian, sektor manufaktur dan sektor jasa memiliki hubungan yang positif dengan GDP per kapita di Malaysia dan China. Hasil regresi berganda menunjukkan bahwa sektor jasa memberikan kontribusi tertinggi terhadap pertumbuhan ekonomi di Malaysia, dan di sisi lain sektor manufaktur memberikan kontribusi yang terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi di China.

(12)

No. Studi Oleh Alat Analisis Lokasi Hasil Penelitian 7. Sahoo dan Sethi (2012) Ordinary Least Square India (1950-51 sampai 2009-10)

Hasil menunjukkan bahwa baik sektor pertanian maupun sektor industri berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di India. Tetapi hasil mengindikasikan bahwa sektor pertanian memiliki pengaruh yang lebih signifikan dan positif terhadap pembangunan ekonomi, sedangkan sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi di India selama periode pengamatan.

Dengan mengkaji hasil penelitian tersebut, maka penelitian ini memiliki

beberapa persamaan dan perbedaan dari penelitian sebelumnya. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah lokasi penelitian, objek

penelitian, dan tahun penelitian. Penelitian ini berlokasi di wilayah Provinsi

Banten dengan periode pengamatan 12 (dua belas) tahun, mulai tahun 2001-2012.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Berdasarkan masalah yang dikemukakan maka tujuan yang ingin dicapai

dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh peran sektor industri,

pertumbuhan penduduk, modal manusia, dan pengeluaran pemerintah terhadap

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten tahun 2001-2012.

1.3.2 Manfaat penelitian

(13)

1. memberikan bahan masukan bagi Pemerintah Provinsi Banten dalam

merumuskan strategi kebijakan dan program pembangunan yang terarah dan

berkelanjutan (sustainable) dalam rangka meningkatkan pertumbuhan

ekonomi daerah;

2. menjadi tambahan referensi bagi kegiatan akademis sehingga meningkatkan

kualitas penelitian selanjutnya;

3. menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah.

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini disajikan secara garis besar dengan menggunakan

sistematika sebagai berikut. Bab I Pengantar, memuat tentang latar belakang,

keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka dan Alat Analisis, yang menguraikan tentang

tinjauan pustaka, landasan teori, hipotesis dan alat analisis yang digunakan dalam

penelitian ini. Bab III Analisis Data, yang menguraikan tentang cara penelitian,

perkembangan dan hubungan antarvariabel yang diamati dalam penelitian, hasil

analisis data dan pembahasan. Bab IV Kesimpulan dan Saran, memaparkan

mengenai kesimpulan dari hasil analisis data serta memberikan saran atau

Gambar

Gambar 1.1   Peta Provinsi Banten

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Mahkamah Konstitusi kemudian memutuskan menolak mosi pemakzulan dari nasional assembly dan Roh Moo- Hyun tetap memegang jabatan Presiden sampai akhir masa

Data gaya pengimbang yang diperoleh pada saat pengamatan untuk menghasilkan torsi statis dengan menggunakan sudu yang berbeda Kecepatan angin dengan variasi mulai dari

Konduksi adalah proses perpindahan panas di mana panas mengalir dari daerah yang bersuhu lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam satu medium (padat, cair atau

Besarnya total biaya transaksi implisit dan eksplisit yang dialami oleh peternak anggota koperasi dengan kepemilikan 15 ekor sapi adalah sebesar Rp193,28/L,

Informasi yang dapat diakses oleh user adalah informasi data jenis burung dan melakukan klasifikasi jenis burung dengan menggunakan metode K-Means. Data Flow

Jadi, Identifikasi Fasilitas Perpustakaan Universitas 17 Agustus 1945 menurut Persepsi Pengguna meliputi, identifikasi fasilitas peralatan kerja, identifikasi

akan membuka atau menutup valve sampai keadaan sesuai dengan nilai. set