• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA GAMBARAN PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA RELAWAN DAN CALON RELAWAN PADA YAYASAN BUDDHA TZU CHI INDONESIA DI JAKARTA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA GAMBARAN PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA RELAWAN DAN CALON RELAWAN PADA YAYASAN BUDDHA TZU CHI INDONESIA DI JAKARTA BARAT"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA GAMBARAN PROSES

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA

RELAWAN DAN CALON RELAWAN PADA

YAYASAN BUDDHA TZU CHI INDONESIA

DI JAKARTA BARAT

SILVIA

Jurusan Komunikasi Pemasaran, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, Universitas Bina Nusantara Jln. K.H. Syahdan Gang Haji Senin No.27, Kemanggisan, Jakarta Barat

No. HP 081298727382 Email penulis : Via.arvie8@gmail.com

Nama Mahasiswa : Silvia

(2)

Abstract

Research Problem in this thesis emphasizes on how the process of interpersonal

communication between volunteers and prospective volunteers is within Tzu Chi Social Foundation which is observed from the aspect of openness, emphaty, supportive-behaviour, positive-behaviour, and similarity. Research Purpose is to describe the process of interpersonal communication between volunteers and prospective volunteers which is observed from the aspect of openness, emphaty, supportive-behaviour, positive-behaviour, and similarity. Research Method used is case studies where this method aims to analyse the process of interpersonal communication between volunteers and prospective volunteers which is obtained through semi-structured interview technique, participative observation, and documents in order to describe the process of communication more real and concrete in touch with the facts and characters of the research subjects. Research Result is that the communication process observed from similarity, emphaty and supportive-behaviour aspects is found to be effective, while semantic barriers can still be found in similarity aspect and humanity barriers can also be found in positive-behaviour aspect within the self of prospective volunteers. Conclusion obtained from effective process of interpersonal communication between volunteers and prospective volunteers affects on the increasing number of Tzu Chi’s volunteers.

Key Words: Process Interpersonal Communication, Volunteers and Prospective Volunteers,

Tzu Chi Foundation

Abstrak

Masalah Pokok Penelitian ini yaitu bagaimana proses komunikasi interpersonal antara

relawan dan calon relawan pada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Jakarta Barat yang ditinjau dari aspek keterbukaan, empati, perilaku suportif, perilaku positif, dan kesamaan.

Tujuan Penelitian menggambarkan proses komunikasi interpersonal antara relawan dan

calon relawan pada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Jakarta Barat yang ditinjau dari aspek keterbukaan, empati, perilaku suportif, perilaku positif, dan kesamaan. Metode

Penelitian yang digunakan adalah studi kasus dimana metode ini bertujuan menganalisis

proses komunikasi antara relawan dan calon relawan yang didapat melalui teknik wawancara semi-terstuktur, pengamatan berperanserta, dan dokumen sehingga dapat menggambarkan proses komunikasi secara faktual dan aktual tentang fakta dan sifat objek penelitian. Hasil Penelitian ini adalah proses komunikasi yang ditinjau dari aspek keterbukaan, empati, dan perilaku suportif berjalan secara efektif. Masih ditemukan hambatan semantik dalam aspek kesamaan dan juga ditemukan hambatan manusiawi dalam aspek perilaku positif yang ada di dalam diri calon relawan. Simpulan yang didapatkan proses komunikasi interpersonal yang berjalan efektif antara relawan dan calon relawan berpengaruh terhadap bertambahnya jumlah relawan. (H)

Kata Kunci: Proses Komunikasi Interpersonal, Relawan dan Calon Relawan, Yayasan Tzu Chi

(3)

PENDAHULUAN

Perkembangan Tzu Chi yang jika dilihat dari perkembangan jumlah relawannya tidak terlepas dari peran relawan itu sendiri untuk dapat menambah jumlah anggota mereka. Tujuannya agar apa yang menjadi tujuan yayasan Tzu Chi Indonesia semakin dapat direalisasikan dengan baik. Setiap relawan sangat dihimbau untuk mampu membagikan informasi dan pengalaman mereka (sharing) kepada orang di sekitar mereka terutama bagi orang-orang yang memiliki niat sama yaitu bersumbangsih terutama bagi yang membutuhkan. Agar pengalaman relawan serta hal-hal positif yang relawan dapatkan bisa juga dirasakan dan dialami orang di sekitar mereka maka perlu suatu cara yang tepat untuk menyampaikan hal tersebut.

Seperti yang kita ketahui komunikasi merupakan langkah awal dalam interaksi manusia dan komunikasi interpersonal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang paling sering digunakan. Komunikasi interpersonal memiliki kegunaan sebagai transfer informasi serta mengubah sikap pelaku komunikasi. Hal ini dikarenakan pelaku komunikasi antara yang satu dengan lainnya terlibat komunikasi yang sangat tinggi. Sama dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Muharto Toha dan Adityo Sudwi Nugroho dalam penelitian mereka yang berjudul Komunikasi Antarpribadi sebagai Strategi Sosialisasi Pelestarian

Alam di Kepulauan Seribu yang hasilnya menyatakan bahwa strategi komunikasi

interpersonal pada karyawan Balai Taman Nasional menggunakan komunikasi antarpribadi yang intensif yaitu keterbukaan, saling jujur, mendukung, dan berkesinambungan sehingga tiap individu yang terkait dapat saling mengerti terhadap informasi yang disampaikan serta dapat saling mengerti masalah-masalah yang mereka hadapi. Toha & Nugroho (2011:166) Komunikasi interpersonal juga sering menjadi tonggak atau penentu bagi bentuk komunikasi lainnya. Hal ini dikarenakan komunikasi interpersonal sebagai gerbang awal membangun sebuah hubungan. Selain sebagai gerbang untuk membangun sebuah hubungan, komunikasi interpersonal yang dilakukan secara efektif juga dapat meningkatkan hubungan diantara pelaku komunikasi yang terlibat. Fungsi komunikasi interpersonal ini diperkuat dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Holy dalam penelitiannya yang berjudul Efektivitas

Komunikasi Interpersonal Guru dan Murid yang menemukan komunikasi interpersonal yang

ditinjau dari aspek keterbukaan, empati, dan perilaku suportif berjalan efektif sehingga dapat meningkatkan hubungan interpersonal guru dan murid serta keduanya merasa memiliki hubungan yang baik. Holy (2013: 197)

Melihat dari banyaknya efek positif dari komunikasi interpersonal tentu bentuk komunikasi interpersonal ini yang juga terus dianjurkan dan juga sudah menjadi bagian dari bentuk komunikasi yang digunakan relawan untuk berkomunikasi dengan calon relawan. Relawan dalam proses komunikasi interpersonal dengan calon relawan juga mengharapkan sesuatu yang hendak dicapai dalam berkomunikasi yakni mengharapkan komunikasi interpersonal

yang efektif sama dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan. Karena komunikasi

yang tidak mengupayakan untuk efektif sama saja komunikasi tersebut dapat dikatakan tidak memiliki arah atau tujuan. Dengan adanya proses komunikasi yang efektif terutama dalam komunikasi interpersonal selain membangun relasi yang baik juga dapat mempererat hubungan relawan dengan calon relawan serta dapat menarik calon relawan agar dapat menjadi bagian anggota relawan. Sehingga tujuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dalam melayani masyarakat indonesia khususnya di Wilayah Jakarta Barat dapat berjalan dengan baik.

Penambahan relawan dalam Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia khususnya di wilayah Jakarta Barat tidak terlepas dari proses komunikasi yang terjadi antara relawan dan calon relawan. Berkomunikasi dengan baik dan membangun relasi erat kaitannya dengan peminatan Public Relations. Penting bagi seorang Public Relations untuk dapat memahami serta menerapkan apa yang didapat selama mengenyam pendidikan untuk membangun

(4)

hubungan yang baik dengan orang sekitar guna menunjang dalam berkegiatan atau beraktivitas di kehidupan bermasyarakat.

Dengan adanya semua penjelasan di atas, peneliti memberikan judul pada penelitian ini adalah “Analisa Gambaran Proses Komunikasi Interpersonal Antara Relawan dan Calon Relawan pada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Jakarta Barat.”

Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti merumuskan masalah dalam bentuk poin – poin pertanyaan penelitian. Diantaranya:

a. Bagaimana gambaran proses komunikasi interpersonal antara relawan Yayasan

Buddha Tzu Chi dan calon relawan yang ditinjau dari aspek keterbukaan (openness)?

b. Bagaimana gambaran proses komunikasi interpersonal antara relawan Yayasan

Buddha Tzu Chi dan calon relawan yang ditinjau dari aspek perilaku positif (positiviness)?

c. Bagaimana gambaran proses komunikasi interpersonal antara relawan Yayasan

Buddha Tzu Chi dan calon relawan yang ditinjau dari aspek empati (empathy)?

d. Bagaimana gambaran proses komunikasi interpersonal antara relawan Yayasan

Buddha Tzu Chi dan calon relawan yang ditinjau dari aspek perilaku suportif (suportiveness)?

e. Bagaimana gambaran proses komunikasi interpersonal antara relawan Yayasan

Buddha Tzu Chi dan calon relawan yang ditinjau dari aspek kesamaan (equality) ?

f. Hambatan apa saja yang dijumpai oleh relawan dan calon relawan saat melakukan

komunikasi interpersonal?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini:

a. Untuk menggambarkan proses komunikasi interpersonal antara relawan Yayasan

Buddha Tzu Chi dan calon relawan yang ditinjau dari aspek keterbukaan (openness).

b. Untuk menggambarkan proses komunikasi interpersonal antara relawan Yayasan

Buddha Tzu Chi dan calon relawan yang ditinjau dari aspek perilaku positif (positiviness).

c. Untuk menggambarkan proses komunikasi interpersonal antara relawan Yayasan

Buddha Tzu Chi dan calon relawan yang ditinjau dari aspek empati (empathy).

d. Untuk menggambarkan proses komunikasi interpersonal antara relawan Yayasan

Buddha Tzu Chi dan calon relawan yang ditinjau dari aspek perilaku suportif (suportiveness).

e. Untuk menggambarkan proses komunikasi interpersonal antara relawan Yayasan

Buddha Tzu Chi dan calon relawan yang ditinjau dari aspek kesamaan (equality).

f. Untuk mengetahui hambatan – hambatan yang terjadi antara relawan Yayasan

Buddha Tzu Chi dan calon relawan dalam berkomunikasi interpersonal.

Landasan Konseptual

Selain menggunakan beberapa penelitian sebelumnya sebagai tolak ukur dan masukan untuk membantu peneliti dalam penelitian ini, untuk mempermudah penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa landasan konseptual yang relevan dan mendukung penelitian, diantaranya: komunikasi, teori komunikasi, bentuk komunikasi, komunikasi interpersonal, komponen komunikasi interpersonal, ciri komunikasi interpersonal, efektivitas komunikasi interpersonal, hambatan komunikasi interpersonal, komunikasi interpersonal yang efektif, dan organisasi nonprofit.

(5)

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian

Peneliti menggunakan metode penelitian studi kasus dalam penelitiannya ini. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial. Peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti. Dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok, atau suatu kejadian, peneliti bertujuan memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti (Moleong, 2013: 201).

Melalui metode penelitian yang akan diterapkan yakni metode studi kasus, peneliti dapat menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif mengenai segala yang berhubungan dengan subjek penelitian yaitu relawan dan calon relawan berdasarkan data yang didapatkan di lapangan sehingga mampu menjawab sekaligus mendeskripsikan atas apa yang menjadi pertanyaan penelitian secara lengkap dan mendalam.

Jenis/Tipe Penelitian

Peneliti mengkategorikan penelitiannya termasuk ke dalam jenis deskriptif kualitatif karena ingin mendeskripsikan suatu peristiwa yang di amati dengan kata-kata untuk memperkuat hasil penelitiannya dari data yang diperoleh peneliti dan menelaah dan menguraikan setiap jawaban pertanyaan dan hasil yang didapat.

Teknik Pengumpulan Data

Menurut Denzin dan licoln dalam Moleong (2013:5), metode atau teknik pengumpulan data yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. Oleh karena itu, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data, diantaranya:

a. Wawancara Semi- terstruktur.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Moleong 2013: 186).

Teknik wawancara yang digunakan yaitu Wawancara Semi-terstruktur karena tepat digunakan dalam penelitian kualitatif dibandingkan penelitian jenis lainnya. Ciri dari wawancara semi- terstruktur ini diantaranya: Suharsimi Arikunto (2010: 198).

- Pertanyaan bersifat terbuka tetapi mempunyai batasan dan alur pembicaraan

- Kecepatan/waktu wawancara dapat diprediksi

- Fleksibel tetapi terkontrol

- Memiliki pedoman wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urutan dan

penggunaan kata

- Tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena.

b. Pengamatan Berperanserta (observasi participant).

Moleong (2013:176) mengemukakan pengamat berperan serta berarti melakukan dua peranan sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamati.

Peranan peneliti yaitu berperan secara lengkap dimana peneliti menjadi anggota penuh dari kelompok yang diamati yang di kemukakan oleh Buford dalam metode penelitian kualitatif (Moleong 2013:176)

(6)

Peneliti berperan secara lengkap karena merupakan bagian dari anggota relawan yayasan Buddha Tzu Chi yang menjadi objek penelitian. Sehingga peneliti memungkinkan untuk dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan sebanyak mungkin dan sedalam mungkin.

c. Dokumen.

Moleong (2013:216) mengemukakan penggunaan dokumen terdapat empat pokok persoalan yaitu pengertian dan kegunaan, dokumen pribadi, udokumen resmi, dan kajian isi (content analisis).

Dokumen yang akan digunakan oleh peneliti yaitu dokumen resmi yang berupa informasi-informasi mengenai objek penelitian yaitu seperti profil Yayasan Buddha Tzu

Chi Indonesia. Selain itu juga dokumen dalam bentuk sekumpulan informasi seperti

literatur-literatur yang memuat kajian atau teori yang digunakan sebagai acuan dan informasi pendukung dalam penyusunan penelitian.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan sepanjang proses penelitian dari memasuki lapangan untuk mengumpulkan data hingga sampai pada tahap akhir penelitian. Terkait dengan itu dalam Miles dan Huberman dalam Diah (2011: 29), bahwa teknik analisis data yang akan ditempuh melalui lima tahap yakni :

a. Reduksi data.

Mereduksi data, yaitu melakukan pengumpulan terhadap informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian, selanjutnya data dikelompokan sesuai dengan topik masalah.

b. Pengumpulan data.

Data yang dikelompokan selanjutnya disusun dalam bentuk narasi sehingga berbentuk rangkaian informasi yang bermakna sesuai dengan masalah penelitian.

c. Penyajian data.

Melakukan interprestasi data yaitu menginterprestasikan apa yang telah

diinterprestasikan oleh informan terhadap masalah yang diteliti.

d. Penarikan kesimpulan.

Penarikan kesimpulan berdasarkan susunan narasi yang telah disusun sehingga dapat memberi jawaban atas penelitian.

e. Evaluasi.

Hasil analisis data dengan informan, yang didasarkan pada kesimpulan tahap keempat. Tahap ini dimaksud untuk menghindari kesalahan intepretasi dari hasil wawancara dengan sejumlah informan.

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Gambaran Proses Komunikasi Interpersonal Antara Relawan & Calon Relawan

Analisis gambaran proses komunikasi interpersonal antara relawan dan calon relawan didapatkan berdasarkan wawancara dengan sejumlah informan dan catatan di lapangan selama peneliti sebagai pengamat berperaserta. Berikut hasil Analisis gambaran proses komunikasi interpersonal antara relawan dan calon relawan yang ditinjau dari lima aspek beserta hambatan komunikasi yang ditemukan:

a. Keterbukaan

Dalam hal yang dibicarakan dan sikap jujur antara relawan dan calon relawan dalam memberikan informasi maupun menanggapi informasi. Jika hubungan masih awal dan baru mengenal antara relawan dan calon relawan, mereka masih membicarakan yang bersifat umum dan tidak terlalu mendalam. Jika hubungan sudah dekat dan komunikasi terus berlanjut maka pembicaraan semakin mendalam baik mengenai sharing pribadi dan juga pengalaman di Tzu chi. Pada hasil wawancara ditemukan bahwa relawan yang lebih banyak membuka diri mereka terlebih dahulu dengan menceritakan tentang diri mereka dan inisiatif menanyakan kepada relawan. Hal ini mendukung apa yang menjadi hasil pengamatan berperanserta yaitu ditemukan relawan yang memberikan stimulus/dorongan kepada calon relawan untuk membuka diri. Berarti relawan berinisiatif menceritakan/memperkenalkan diri mereka dan bertanya kepada calon relawan terlebih dahulu sehingga calon relawan terdorong juga untuk membuka diri mereka.

b. Empati

Dalam hal memahami posisi ditemukan bahwa antara relawan dan calon relawan dapat saling memahami karena pada dasarnya tujuan mereka yang sama yaitu ingin bersumbangsih. Namun berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan bahwa relawan yang lebih dapat memahami posisi calon relawan dibandingkan calon relawan memahami posisi relawan. Hal ini dikarenakan relawan yang lebih banyak mengikuti kegiatan, pengalaman, serta pembelajaran apalagi relawan pernah ditahap menjadi calon relawan. Karena mudahnya relawan memahami posisi maka peluang untuk ikut merasakan apa yang dirasakan calon relawan juga besar, berbeda dengan calon relawan dalam hal ikut merasakan apa yang dirasakan relawan belum bisa sepenuhnya. Antara calon relawan dan relawan dapat ikut merasakan dan memahami posisi dengan cara saling mendengarkan dari apa yang dibagikan (sharing).

c. Perilaku Positif

Ditemukan bahwa pandangan relawan terhadap calon relawan adalah positif. Pandangan positif tersebut yaitu calon relawan ikut berpartisipasi karena tujuannya amal sosial sekaligus untuk mengisi waktu luang dengan hal yang bermanfaat. Selain itu, pada hasil wawancara ditemukan bahwa terdapat juga pandangan relawan yang memandang bahwa calon relawan dapat ikut berpartisipasi karena dorongan dari keluarga dan teman. Sedangkan untuk pandangan calon relawan terhadap relawan ditemukan pandangan positif juga negatif. Pandangan positif didapatkan dari tayangan televisi DAAI TV yang menayangkan nilai positif dari kehidupan relawan dan Tzu Chi. Untuk pandangan negatif yang didapat berdasarkan dari hasil wawancara pandangan negatif terhadap relawannya yaitu relawan yang dijumpai masih belum kredibel dengan statusnya sebagai relawan. Sedangkan pada hasil pengamatan ditemukan pandangan calon relawan yang negatif pula terhadap yayasan

Tzu Chi, yang dimana calon relawan menganggap bangunannya terlalu berlebihan untuk

ukuran yayasan sosial. Dan untuk mengkomunikasikan pandangan relawan yang positif kepada calon relawan adalah dengan cara menyampaikan pujian, terima kasih, dan tindakan.

(8)

Demikian pula yang dilakukan calon relawan terhadap relawan jika pandangannya positif. Jika pandangan calon relawan masih kurang baik, calon relawan lebih menyampaikannya jika ada dorongan dari relawan untuk menyampaikannya, adanya kesempatan untuk menyampaikan, dan tentu disampaikan kepada relawan yang dianggap tepat/bijak.

d. Perilaku Suportif

Dalam hal meminta Informasi, ditemukan dari hasil pengamatan bahwa relawan yang lebih aktif untuk meminta informasi ataupun tanggapan kepada calon relawan selain itu juga karena relawan yang lebih menonjol dalam membagikan informasi dan pengalamannya selama di Tzu Chi. Isi dari informasi yang diminta kepada calon relawan sama dengan hasil wawancara. Dari informasi yang diminta selain mendapatkan tanggapan yang positif juga ditemukan tanggapan negatif calon relawan terhadap relawan. Menghadapi tanggapan yang negatif, relawan memilih untuk bersikap netral. Dari dorongan relawan dalam meminta dan membagikan informasi, calon relawan juga terdorong meminta informasi seperti deskripsi kegiatan dan jobdesk. Hasil pengamatan ditemukan calon relawan kurang aktif sehingga relawanlah yang memberikan perhatian dan menyampaikan informasi sesuai dengan hasil dari perhatiannya kepada calon relawan. Melalui sharing dan informasi yang disampaikan juga mengajak serta mendampingi sebagai salah satu bentuk dukungan relawan kepada calon relawan agar mereka dapat sampai ditahap relawan. Calon relawan dalam mendukung relawan dengan cara menunjukkan keseriusan dan antusiasnya dalam berkegiatan kepada relawan. Pada hasil wawancara, calon relawan yang sulit menyerap nilai/budaya Tzu Chi dan berhadapan dengan relawan yang dianggap kurang baik, wujud sikap suportif yang dilakukan calon relawan dengan cara mendengarkan dan mencoba memahami pengertian yang disampaikan oleh relawan.

e. Kesamaan

Dalam hal menyesuaikan diri bahwa keduanya melakukan upaya penyesuaian diri terutama upaya dari calon relawan. Relawan menyesuaikan diri dengan mencari kesamaan dan melihat karakteristik calon relawan yang dihadapi sedangkan calon relawan lebih berupaya menyesuaikan diri dengan budaya di lingkungan relawan dan Tzu Chi. Mulai dari memanggil sebutan khusus, berbicara, berpenampilan, bersikap, dan bertingkah laku. Dengan demikian, maka situasi komunikasi dapat berjalan lancar dan nyaman karena adanya upaya dari keduanya untuk dapat menyesuaikan diri. Walau mereka berkomunikasi dengan bahasa yang sopan sesuai dengan budaya Tzu Chi, bukan berarti situasi komunikasi menjadi kaku. Situasi komunikasi tetap berjalan akrab dan santai namun tetap pada batasannya.

Hambatan Komunikasi Interpersonal

Hambatan semantik ditemukan terdapat pada aspek kesamaan yang dimana calon relawan berupaya untuk menyesuaikan diri mereka karena didasarkan pada kebudayaan Tzu Chi yang mayoritas dalam berbahasa relawan menggunakan bahasa mandarin atau sebutan khusus dalam bahasa mandarin sehingga mengakibatkan calon relawan yang tidak bisa berbahasa mandarin tidak mengerti arti kata yang sering digunakan relawan selain itu, tentu juga berpengaruh pada salah pengucapan kata oleh calon relawan dalam menyampaikan umpan balik terutama untuk menyebutkan sebutan panggilan orang yang sudah menjadi budaya di Tzu Chi.

Selain itu ditemukan pula hambatan masusia yaitu pandangan negatif di dalam aspek perilaku positif yaitu beberapa calon relawan memandang relawan masih kurang kredibel dengan status mereka dan calon relawan memandang bahwa bangunan Tzu Chi Centre berlebihan.

(9)

Pembahasan

Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan, selanjutnya hasil dikaitkan dengan teori-teori yang berkaitan dan diuraikan sebagai berikut:

Melihat bahwa relawan dalam melakukan komunikasi interpersonal dengan calon relawan lebih dahulu untuk terbuka dan mencoba untuk langsung ke tahap hubungan yang lebih intim dan menunjukkan sikap ramah-tamah yang bergerak menuju hubungan yang inti. Sehingga berarti di sini relawan langsung berada di tahap penetrasi sosial yang melewatkan tahap-tahapan sebelumnya dalam berkomunikasi interpersonal.

Dengan adanya keterbukaan dari relawan dan calon relawan dalam berkomunikasi, tujuan komunikasi interpersonal telah dicapai yaitu relawan dan calon relawan dapat menemukan diri sendiri karena dengan adanya keterbukaan berarti memberikan kesempatan bagi relawan dan calon relawan untuk berbicara tentang apa yang mereka sukai juga mengenai diri mereka seperti yang dilakukan relawan dalam menceritakan diri mereka yaitu keseharian atau hobi mereka begitu juga sebaliknya hingga sampai pada sharing pengalaman.

Terbuka dengan berbicara mengenai apa yang relawan ataupun calon relawan terutama mengenai diri mereka masing-masing berpengaruh kepada timbulnya empati dari keduanya. Karena dari apa yang dibagikan (sharing) relawan dan calon relawan dapat mencoba untuk ikut merasakan apa yang dirasakan lawan bicara mereka. Terutama dari sisi relawan yang lebih banyak pengalaman dan mendapatkan pembelajaran melalui kegiatan yang selama ini dilakukan, jika menemukan calon relawan yang sharing terutama mengenai kejadian di lapangan maka mudah bagi relawan untuk ikut merasakan serta memahami posisi calon relawan saat itu. Sama halnya dengan calon relawan yang juga dapat ikut merasakan dan memahami posisi relawann walau tidak sepenuh relawan. Dengan adanya empati melalui ikut merasakan dan memahami posisi antara keduanya maka mereka tidak akan menilai sikap salah satu diantaranya salah ataupun benar.

Dengan adanya aspek empati tujuan yang dicapai yaitu membentuk dan menjaga hubungan yang lebih penuh arti karena melibatkan emosi atau perasaan diantara keduanya, selain itu dengan adanya aspek empati ini juga terutama dari sisi calon relawan, mereka merasa lebih diperhatikan, dihargai, dan dicintai. Dengan demikian komunikasi yang dirasakan terasa nyaman, akrab, dan hangat serta komunikasi interpersonal juga berjalan efektif.

Pandangan dan perhatian yang positif yang ada pada diri relawan dan calon relawan akan terpelihara dengan baik jika hal tersebut dapat dikomunikasikan dengan baik dan dengan cara yang tepat. Sama halnya dengan yang dilakukan relawan, relawan lebih aktif untuk mengkomunikasikan pandangan positifnya terhadap calon relawan dengan menyampaikan pujian, mengucapkan terima kasih, dan dalam bentuk tindakan kepada calon relawan. Sehingga calon relawan juga terdorong untuk mengkomunikasikan pandangan mereka.

Dengan mengkomunikasikan pandangan dan perhatian terutama yang positif tentu bermanfaat untuk membangun kerja sama yang efektif terutama jika berkaitan dengan kerjasama relawan dan calon relawan sebagai tim di lapangan. Selain kerjasama, perilaku positif juga dapat membantu calon relawan dalam interaksi dalam kesehariannya dengan relawan sebagai tempat berkonsultasi dan mendapatkan masukan-masukan yang mengarah

kearah positif, begitu juga sebaliknya.

Baik relawan dan calon relawan juga merasa dihargai keberadaanya melalui sikap yang menunjukkan perilaku suportif dengan cara meminta informasi. Kemudian dengan mengetahui informasi tersebutlah masing-masing dapat mengetahui apa yang perlu didukung, Oleh karena itu dalam aspek perilaku suportif ini juga adanya sikap keterbukaan

(10)

dan aspek empati yang ditunjukkan oleh relawan maupun calon relawan. Ditemukan bahwa calon relawan pasif dalam membagikan informasi ataupun meminta informasi sehingga relawan memberikan stimulus berupa pesan tentang dirinya terlebih dahulu, kemudian calon relawan menerima pesan sampai pada menginterpretasikan pesan yang disampaikan relawan seperti relawan yang menceritakan tentang pengalamannya selama di Tzu Chi dan pengalaman setelah mngikuti kegiatan. Maka calon relawan terdorong untuk menyampaikan kesan dan pengalamannya pula setelah mengikuti kegiatan. Atau seperti relawan yang menginfokan kegiatan, kemudian calon relawan terdorong untuk meminta informasi kepada relawan tentang deskripsi kegiatan dan jobdesk yang perlu dilakukan mereka saat di lapangan.

Dari informasi yang didapat dan apabila respon tersebut positif maka relawan memberikan dukungan dengan cara terus menginformasikan pesan yang calon relawan butuhkan. Namun tidak semua respon dari calon relawan positif, masih terdapat respon negatif. Tetapi mereka terbuka dan berterus terang secara spontan dalam menyampaikan informasi tersebut. Mendapat tanggapan demikian, relawan juga menanggapi hal ini dengan cara mendengarkan dan menggunakan pemikiran yang terbuka serta memberikan jawaban netral sebagai bentuk dukungan dan perilaku suportif mereka misalnya memberikan jawaban kepada calon relawan bahwa di Tzu Chi terutama relawan masih pada tahap pembelajaran dan pelatihan diri agar menjadi pribadi yang lebih baik. Dari jawaban tersebut, relawan tidak memihak apa yang disampaikan calon relawan ataupun memihak posisinya sebagai relawan di Tzu Chi. Sebaliknya calon relawan memberikan bentuk dukungannya dalam perilaku suportif dengan cara mau mendengarkan dan mecoba memahami pengertian yang disampaikan oleh relawan. Selain itu juga dengan menunjukkan keseriusan dan antusias dalam mengikuti kegiatan untuk dapat bersumbangsih bagi mereka yang membutuhkan.

Bersumbangsih bagi mereka yang membutuhkan menjadi suatu kesamaan niat dan tujuan bagi relawan dan juga calon relawan berpartisipasi di Tzu Chi yang merupakan organisisasi nonprofit bukan pemerintah yang kegiatannya bergantung pada pengumpulan dana guna menunjang operasional mereka. Dana yang didapatkanpun berasal dari relawan yang merupakan anggota yayasan dan juga sebagian besar calon relawan juga menjadi donatur tetap yayasan. Dari kesamaan nilai, tujuan, dan pengalaman relawan dan calon relawan menciptakan kesetaraan antara keduanya. Seperti kesamaan latar belakang antara relawan dan calon relawan juga berpengaruh pada keakraban diantara keduanya.

Selain dari segi kesamaan pengalaman, tujuan, nilai, ataupun dalam hal latar belakang, kesamaan dalam hal mengirim dan menerima pesan juga terjadi dalam situasi komunikasi relawan dan calon relawan. Ini didukung karena budaya Tzu Chi yang membiasakan antar relawan juga calon relawan untuk memanggil sebutan/panggilan seperti Shi Xiong, Shi Jie yang artinya saudara satu perguruan/ajaran yang umurnya tidak terpaut terlalu jauh dan Shi

Gu, Shi Bo yang digunakan untuk sebutan bagi orang yang lebih tua/seumuran orang tua

yang artinya juga sama saudara/keluarga yang memiliki satu perguruan/ajaran sehingga semua orang adalah setara di Tzu Chi.

Selain itu, kualitas dalam aspek kesamaan adanya pengakuan secara diam-diam oleh kedua pihak bahwa mereka sama-sama berarti dan dari perbedaan yang ada diupayakan untuk dipahami. Tentu situasi komunikasi dapat efektif lagi jika pemahaman tersebut dapat diwujudkan dengan tindakan langsung seperti upaya yang dilakukan dengan menyesuaikan diri antara relawan dan calon relawan. Relawan melakukan upaya penyesuaian diri yang dilihat dari karakter sedangkan calon relawan melakukan penyesuaian diri berdasarkan konteks komunikasi yakni konteks nilai dan konteks ruang. Nilai dan budaya Tzu Chi berpengaruh kepada hasil penelitian yang didapat bahwa calon relawan lebih banyak berupaya melakukan penyesuaian diri mereka terutama jika mereka masih berada dalam lingkungan Tzu Chi. Dari cara berpenampilan, berbicara, bersikap, dan bertingkah laku. Misalnya seperti upaya yang dilakukan calon relawan dalam hal kebiasaan makan, biasanya mengkonsumsi daging dan makanan kadangkala masih sisa saat bersama relawan, mereka

(11)

menyesuaikan diri dengan memakan makanan vegetarian dan menghabiskan makanan tersebut. Salah satu contoh tindakan calon relawan demikian dapat dikatakan pengakuan secara diam-diam terhadap relawan sebagai wujud rasa hormat. Dengan upaya dari keduanya terutama calon relawan melakukan penyesuaian diri, maka tentu berpengaruh kepada situasi komunikasi yang terjadi yaitu lancar, nyaman, dan akrab.

Dalam berkomunikasi interpersonal antara relawan dan calon relawan, yang ditinjau dari kelima aspek hasil menunjukkan bahwa komunikasi yang berjalan termasuk efektif, namun masih ditemukan beberapa hambatan yaitu hambatan semantik dan hambatan manusiawi. Hambatan semantik yang terjadi dalam aspek kesamaan. Dalam berbahasa juga didasarkan pada kekhasan budaya dan nilai Tzu Chi, dibalik ini ternyata calon relawan menemukan hambatan dalam mengerti dan memahami bahasa yang digunakan oleh relawan. Sehingga calon relawan tidak mengerti bahasa yang digunakan. Ini berdampak kepada umpan balik yang disampaikan calon relawan kepada relawan yaitu salah pengucapan kata asing tersebut yang tentu berbeda bunyi dan makna kata yang dimaksud oleh calon relawan kepada relawan.

Selanjutnya juga ditemukan hambatan manusiawi dalam aspek perilaku positif yang berasal dari dalam diri calon relawan. Ditemukan pandangan negatif yang terdapat dalam aspek perilaku positif yaitu beberapa calon relawan memandang relawan masih kurang kredibel dengan status mereka dan juga calon relawan memandang bahwa bangunan Tzu Chi

Centre berlebihan untuk ukuran Yayasan Sosial. Namun dengan pernyataan atau pandangan

demikian, relawan menyikapinya dengan menunjukkan perilaku suportifnya yaitu bersikap netral. Dan disini calon relawan juga menunjukkan perilaku suportifnya dengan mencoba untuk mendengarkan.

Dalam komunikasi yang terjadi antara relawan dan calon relawan memiliki suatu tujuan yaitu untuk mencapai suatu komunikasi yang efektif. Melalui tercapainya komunikasi yang efektif , keduanya dapat membangun hubungan yang lebih dekat juga relawan dapat memberikan dorongan kepada calon relawan untuk dapat menjadi bagian dari relawan. Sehingga dengan komunikasi yang ada dapat menjadi proses bagi relawan khususnya untuk menyampaikan stimulusnya agar dapat mengubah ataupun membentuk perilaku dari calon relawan agar sesuai dengan apa yang diharapkan relawan.

Untuk mengubah ataupun membentuk perilaku, komunikasi interpersonal sangat efektif dilakukan karena dengan komunikasi ini, baik relawan dan calon relawan dapat memberikan dan menerima pesan dengan efek umpan balik yang didapat secara langsung/tatap muka. Relawan dan calon relawan memiliki karakter yang berbeda-beda seperti sifat-sifat, pendapat, pandangan, nilai, pikiran, dan perilaku. Namun dengan adanya komunikasi interpersonal, diantara keduanya dapat bertoleransi dalam memberikan dan menerima perbedaan yang ada, yang dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan adanya upaya dari relawan maupun dari calon relawan yang tidak hanya dilakukan saat mereka berbicara tetapi juga dalam bersikap dan berperilaku.

Dalam komunikasi interpersonal antara relawan dan calon relawan sering ditemukan bahwa mereka saling sharing atau berbagi informasi yang tentu bermanfaat bagi keduanya yaitu mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan juga dapat memberikan stimulus bagi keduanya untuk dapat semakin terbuka hingga sampai pada tahap melibatkan emosi seperti perasaan dan juga dapat mempengaruhi serta mengubah sikap/perilaku. Hal ini berarti komunikasi interpersonal efektif yang terjadi berfungsi untuk meningkatkan hubungan insani diantara keduanya.

(12)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Proses komunikasi interpersonal antara relawan dan calon relawan ditinjau dari aspek

keterbukaan berjalan efektif. Dilihat dari kualitas pertama yang dibicarakan antara keduanya hal-hal yang bersifat umum dan tidak terlalu mendalam namun tetap menunjukan adanya kemauan untuk membuka diri. Selanjutnya untuk kualitas kedua yaitu kejujuran, antara relawan dan calon relawan jujur dalam menyampaikan dan menanggapi pesan.

2. Proses komunikasi interpersonal antara relawan dan calon relawan ditinjau dari aspek

empati berjalan efektif. Melalui keterbukaan diantara keduanya, ditemukan keduanya dapat saling memahami posisi dan ikut merasakan terutama dari sisi relawan ke calon relawan. Calon relawanpun dapat memahami serta ikut merasakan yang dirasakan relawan walau tidak sepenuh relawan ke calon relawan.

3. Proses komunikasi interpersonal antara relawan dan calon relawan diltinjau dari aspek

perilaku positif mendekati efektif. Yang pertama kualitas memiliki pandangan positif. Pandangan relawan terhadap calon relawan positif yaitu calon relawan berpartisipasi tujuannya baik yaitu sebagian besar ingin bersumbangsih. Namun dari sisi calon relawan masih terdapat beberapa pandangan negatif dari diri calon relawan kepada relawan dan juga Tzu Chi. Dan untuk kualitas kedua yaitu pandangan-pandangan yang terutama positif, dikomunikasikan oleh relawan dan calon relawan dalam bentuk ucapan maupun tindakan. Sedangkan pandangan yang negatif, dikomunikasikan calon relawan kepada relawan yang dianggap tepat dan bila diberikan dorongan.

4. Proses komunikasi interpersonal antara relawan dan calon relawan ditinjau dari aspek

perilaku suportif berjalan efektif. Kualitas pertama yaitu keduanya meminta informasi terutama relawan yang lebih aktif dalam hal meminta informasi kepada calon relawan. Kemudian selanjutnya calon relawan juga terdorong meminta informasi kepada relawan. Informasi yang didapat ada yang positif dan negatif. Untuk informasi positif, relawan memberikan dukungan dalam bentuk informasi kegiatan serta ajakan untuk ikut serta sedangkan calon relawan menunjukkannya dengan cara serius dan antusias dalam berkegiatan. Untuk informasi negatif dari calon relawan, relawan mencoba untuk mendengarkan dan memberi jawaban yang tidak memihak sebagai wujud perilaku positif. Demikian pula yang dilakukan dari calon relawan terhadap tanggapannya mengenai nilai dan kebudayaan Tzu chi, calon relawan mencoba mendengarkan penjelasan dan mencoba untuk mengerti/memahami sebagai wujud perilaku supotif calon relawan ke relawan.

5. Proses komunikasi interpersonal antara relawan dan calon relawan ditinjau dari aspek

kesamaan mendekati efektif. Situasi yang berjalan dalam komunikasi diantara keduanya berlangsung lancar, nyaman, dan akrab. Hal ini dikarenakan selain adanya kesamaan dalam hal latar belakang, nilai, dan tujuan, mereka juga dapat saling menyesuaikan diri satu sama lain. Relawan yang menyesuaikan diri sesuai dengan karakteristik calon relawan sedangkan calon relawan menyesuaikan diri dengan budaya dan kebiasaan relawan dan Tzu Chi namun masih menemukan hambatan dalam menyesuaikan diri.

6. Ditemukan hambatan semantik pada aspek kesamaan yaitu calon relawan tidak mengerti

bahasa mandarin sehingga mereka tidak dapat melafalkan/mengucapkan kata dengan benar. Juga ditemukan hambatan manusiawi pada aspek perilaku positif yaitu beberapa calon relawan memandang relawan Tzu Chi kurang kredibel dengan statusnya sebagai relawan Tzu Chi dan pandangan mengenai Tzu Chi yang bangunannya terlalu mewah/berlebihan.

Proses komunikasi interpersonal antara relawan dan calon relawan di Jakarta Barat yang ditinjau dari kelima aspek, tiga diantaranya sudah berjalan efektif yaitu aspek keterbukaan, empati, dan perilaku suportif. Untuk aspek perilaku positif hampir berjalan secara efektif karena masih terdapat hambatan manusiawi dari calon relawan ke relawan. Selanjutnya dari

(13)

aspek kesamaan hampir berjalan efektif juga karena situasi komunikasi berjalan baik yang juga didapat dari kualitas menyesuaikan diri, keduanya melakukan upaya untuk dapat menyesuaikan diri namun dalam upayanya yaitu calon relawan masih menemukan hambatan semantik.

Jadi dapat disimpulkan gambaran proses komunikasi interpersonal yang terjadi antara relawan dan calon relawan pada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Jakarta Barat dikatakan berjalan dengan efektif. Hasil/kesimpulan yang didapat sesuai serta didukung dengan data/dokumen yang didapatkan mengenai pertambahan jumlah relawan yang meningkat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi interpersonal yang efektif antara relawan dan calon relawan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah relawan pada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia khususnya pada wilayah Jakarta Barat.

Saran

1. Akademis

Penelitian ini dapat digunakan untuk referensi /rujukan bagi peneliti selanjutnya terutama dalam bidang ilmu komunikasi secara umum, penelitian di bidang dan kajian yang sama.

2. Praktis

Bagi Relawan

a. Dalam mengatasi hambatan komunikasi interpersonal antara relawan dan calon relawan

khususnya hambatan semantik, calon relawan yang mengalami kesulitan dalam mengerti arti kata yang sudah menjadi kebiasaan relawan dalam berkomunikasi, hendaknya relawan mensosialisasikan dulu kata-kata yang sering digunakan mereka. Yaitu dengan memberitahu makna, alasan penggunaan kata tersebut, dan cara pengucapan yang benar. Sehingga menghindari calon relawan yang hanya mengikuti tetapi tidak mengerti makna dari kata yang mereka ucapkan sendiri ataupun salah dalam pelafalan/pengucapan kata tersebut.

b. Hendaknya relawan juga mensosialisasikan tentang kebudayaan dan memberikan

penjelasan mengapa di Tzu Chi memiliki dan menerapkan budaya tersebut.

c. Untuk menghindari pandangan calon relawan yang negatif terhadap relawan dan Tzu

Chi, relawan juga sebaiknya dapat tetap bersikap baik/humanis tidak hanya saat berada

di lingkungan Tzu Chi tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari Bagi Calon Relawan

a. Hendaknya calon relawan lebih aktif dan memiliki inisiatif untuk lebih terbuka. Baik

dalam hal menceritakan tentang diri sendiri ataupun meminta informasi terlebih dahulu khususnya jika informasi tersebut berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan seperti informasi mengenai kegiatan yang diminati.

b. Jika mengalami kesulitan dalam mengerti dan mengucapkan bahasa mandarin, sebaiknya

calon relawan menanyakan juga arti dari kata tersebut dan menanyakan untuk pelafalan dan pengucapan kata yang benar.

3. Masyarakat/Umum

Masyarakat dapat memperoleh informasi mengenai Yayasan Tzu Chi terutama bagi masyarakat yang memiliki minat menjadi bagian relawan. Selain itu masyarakat juga dapat mengetahui proses berkomunikasi interpersonal yang efektif dan sekaligus penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

(14)

REFERENSI

Arni, Muhammad. (2005). Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara. Cangara, Hafied. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada.

Media Group.

Devito, J. A. (2009). Human Communication: The Basic Course, (11th ed.). Boston: Allyn and Bacon.

Devito, J. A. (2011). Komunikasi Antarmanusia. Edisi kelima. Tangerang: Karisma Publishing Group.

Hidayat, Dasrun. (2012). Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Moleong, J. L. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, J. L. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, J.L. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Morissan, M.A. (2008). Manajemen Public Relations: Strategi Menjadi Humas

Profesional. Jakarta: Kencana.

Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Riswandi. (2013). Psikologi Komunikasi. Jakarta: Graha Ilmu.

Sarwono, W. S. (2009). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.

Suharsimi, A. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Suranto, A W. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Susanto, Eko H. (2010). Komunikasi Manusia Esensi dan Aplikasi dalam Dinamika

Sosial Ekonomi Politik. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Turner, Richard W. (2009). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

(15)

JURNAL

Holy, Sumarina. (2013). Efektivitas Komunikasi Interpersonal Guru dan Murid

(Studi Kasus Pada TK Al-Quran Al-Ittihad Samarinda).Jurnal Ilmu

Komunikasi. Universitas Mulawarman.

Koblowe, Obono. (2012). Patterns of Mother - Daughter Communication for

Reproductive Health Knowledge Transfer in Southern Nigeria. Global Media Journal . Canadian Edition.

Nazari, R., Mohammad Ehsani, Faredeh Ashraf Gango, & Hamid Ghasemi. (2011).

The Effects of Communication Skills and Interpersonal Communication on Organizational Effectiveness of Iranian Sport Managers and Presenting a Model. Middle-East Journal of Scientific Research. IDOSI Publications.

Toha, Muharto., Adity Sudwi Nugroho. (2011). Komunikasi Antarpribadi sebagai

Strategi Sosialisasi Pelestarian Alam di Kepulauan Seribu. Jurnal Ilmu

Komunikasi. Universitas Persada Indonesia.

Widya, P. (2013). Peranan Komunikasi Interpersonal Guru Dalam Meningkatkan

Pengetahuan Anak (Studi pada Guru-guru di TK Santa Lucia Tuminting).

Jurnal Acta Diurna. Universitas Sam Ratulangi.

SKRIPSI

Diah, Oktaviani. (2011). Efektivitas Komunikasi Antarpribadi antara Orang Tua dan

Anak dalam Mengembangkan Kepribadian Anak (Suatu Studi Deskriptif Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua Dengan Anak Dalam Mengembangkan Kepribadian Anak Sekolah Dasar Di Kecamatan Coblong Kota Bandung). Skripsi S1 Fakultas Sosial dan Politik. Universitas Komputer

Indonesia.

RIWAYAT PENULIS

Silvia, lahir 30 Mei 1992, di kota Jambi, dan berpendidikan formal S-1 Fakultas Ekonomi dan Komunikasi Jurusan Marketing Communication pada Universitas Bina Nusantara.

Referensi

Dokumen terkait

Seseorang yang mempunyai titik dekat 60cm ingin melihat dengan jelas benda yang berjarak 20cm dari mata.. Orang tersebut harus memkai kacamata dengan jenis lensa

Instrumen Kaji Bandin ter!ait Asri3 Im3/ementasi 0an di3ers0arat!an. Instrumen Kaji Bandin ter!ait SPO

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan segala karunia dan hidayah-Nya dan tak lupa Shalawat serta salam penulis

Hasil analisis deskriptif menunjukkan keadaan keadaan kecerdasan emosional, dan kedisiplinan siswa jurusan akuntansi di kabupaten Kendal dalam kriteria baik,

Pada longsoran guling (toppling) imi struktur geologi yang berkembang adalah hampir sama dengan yang berkembang pada longsoran bidang, perbedaanya adalah struktur yang

Pada penelitian ini, akan menganalisis pelaksanaan zakat melalui panitia pengelola zakat di Masjid Baitussala>m Desa Banyuputih Kecamatan Banyuputih Kabupaten

Hasil: Ketidaklengkapan resume medis 41,8% (38 berkas), ketidaktepatan pengkodean 48,4% (44 berkas yang tidak sesuai), ketidaklengkapan berkas klaim 29,7% (27 berkas yang tidak

Implementasi pendidikan karakter dalam pembinaan akhlak, Mengenai pendidikan karakter dalam pembinan akhlak disekolah tentunya, pelaksanaanya semua kegiatan pembelajaran