• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN STARTER EKSPERIMEN BERBANTUAN MEDIAKONKRET TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN STARTER EKSPERIMEN BERBANTUAN MEDIAKONKRET TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 5"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN STARTER EKSPERIMEN BERBANTUAN

MEDIAKONKRET TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

SISWA KELAS 5

Ni Putu Wegawati

1

, Dewa Kade Tastra

2

, Nyoman Kusmariyatni

3 1,3

Jurusan PGSD,

2

Jurusan Teknologi Pendidikan, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: niputuwegawati19@gmail.com

1

, kadetastra@undiksha.ac.id

2

,

nym_kusmariyatni@yahoo.co.id

3

Abstrak

Masalah dalam penelitian ini yaitu rendahnya hasil belajar IPA kelas V di Gugus I Kecamatan Petang Kabupaten Badung Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan starter eksperimen dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional pada siswa kelas V semester II di Gugus I Kecamatan Petang Kabupaten Badung Tahun Pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan menggunakan desain non-equivalent post-test only control group design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V Semester II di Gugus I Kecamatan Petang Kabupaten Badung Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 98 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Data dikumpulkan dengan instrumen tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t sampel independen). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasi belajar yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan starter eksperimen dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thitung = 5,04 dan ttabel (pada taraf signifikansi 5%) =2,024. Hal

ini berarti bahwa thitung > ttabel. Dari rata-rata hitung, diketahui rata-rata kelompok

eksperimen adalah 78,00 dan rata-rata kelompok kontrol adalah 58,00. Hal ini berarti penerapan pendekatan starter eksperimen berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V di gugus I Kecamatan Petang, Kabupaten Badung tahun pelajaran 2015/2016.

Kata kunci: Pendekatan Starter Eksperimen, Media Konkret, Hasil belajar IPA

Abstract

The problem in this study is the low leasrning outcomes of science fifth grade Group I of Petang district, Badung regency in academic years 2015/2016.This study was aimed to know the differences of science lerning achievement between the students who studied with the starter experiment models and the students who studied with konvensional models to the fifth grade student in second semester belonging to the Group I of Petang district, Badung regency in academic years 2015/2016. The research was quasi experiment with non-equivalent post-test only control group design. Population of this research was the fifth grade students in second semester belonging to the Group I of Petang district, Badung regency in academic years 2015/2016 amount 98 students. The sample was taken out using simple random sampling technique. The data was collected using lerning achievement instrument with multiple choice technique. The collected data were analyzed using descriptive statistics and inferencial statistics (independent sample t-test). The result of this

(2)

research showed that there are significant differences of learning achievement between the group of students who studied with starter experiment models and the group of students who studied with coventional models. According to the result of data analyzing, ttest = 5,04 and ttable (in significances level of 5%) = 2,024. It is shows

that ttes > ttable. According to the mean, mean of experiment group is 78,00 and mean

of control group is 58,00. It is shows that the implementation of starter experiment gets positive effects toward science learning achievement of the fifth grade students belonging to the Group I of Petang district, Badung regency in academic years 2015/2016.

Keywords: starter experiment models, concrete media, science learning

achievement

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan bagian dari integral pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pendidikan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi, yang dengan yang lainnya saling berkaitan dan berlangsung dengan bersamaan.

Komisi internasional bagi pendidikan abad ke-21 yang dibentuk oleh UNESCO melaporkan bahwa di era globalisasi ini, pendidikan dilaksanakan dengan bersandar pada empat pilar pendidikan, yaitu learning to know,

learning to do, learning to be, dan learning to live together (Suastra, 2006).

Melalui empat pilar ini diharapkan peserta didik tumbuh menjadi individu yang utuh, yang menyadari segala hak dan kewajiban, serta menguasai ilmu dan teknologi untuk bekal dan kelangsungan hidupnya serta kelestarian lingkungan alam tempat kehidupannya (Dantes, 2014).

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya dan IPA pada khususnya. Namun hasilnya belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Dilihat dari hasil ujian semester dan hasil ujian akhir yang dicapai siswa yang umumnya relatif masih rendah. Berdasarkan kenyataan ini, tampaknya masih diperlukan berbagai upaya inovatif untuk meningkatkan

kualitas pendidikan kita, baik yang menyangkut sumber daya manusianya, sarana prasarana, kurikulum, maupun proses pendidikan itu sendiri.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan mencari tahu gejala-gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan

hanya menuntut penguasaan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Mata pelajaran IPA dipandang penting untuk diajarkan karena berguna dalam pemecahan masalah. Mata pelajaran IPA memiliki tujuan khusus yaitu membekali peserta didik dengan pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi (Depdiknas,2013).

Melalui pembelajaran IPA, diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan dan memasuki dunia teknologi, termasuk teknologi informasi. Pada pelajaran IPA sering dilupakan bahwa keterlibatan siswa secara aktif adalah merupakan bagian yang esensial dari suatu proses pembelajaran. Sering kali jalan yang guru tempuh dalam menyampaikan pembelajaran IPA adalah dengan cara memberi ceramah kepada siswa tentang segala sesuatu yang ada di dalam buku (tekstual). Dikarenakan hal tersebut menyebabkan sedikitnya ketertarikan siswa dalam belajar IPA, sehingga berdampak pada hasil belajar

(3)

IPA siswa. Siswa seharusnya ikut berbuat sesuatu untuk memperoleh ilmu yang mereka cari dengan memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belaja, dalam hal ini peranan guru sangatlah penting untuk memberikan bimbingan kepada anak didiknya dalam menggali dan menyusun fakta-fakta yang berlimpah dari alam

sekitar sehingga menjadi sesuatu yang bermakna.

Berdasarkan hasil studi dokumen pada daftar nilai ulangan IPA tengah semester siswa kelas V semester satu di SD Gugus I Kecamatan Petang pada tanggal 13-14 Januari 2016, didapatkan rata-rata nilai ulangan IPA tengah semester yang disajikan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Rata-Rata Nilai Ulangan Tengah Semester IPA Siswa Kelas V di SD Gugus I Kecamatan Petang

Nama Sekolah Kelas Nilai

Standar Minimal

Nilai Rata-Rata Ulangan Tengah Semester IPA

SD N 1 Carangsari V 72 66,62 SD N 2Carangsari V 72 66,18 SD N 3Carangsari V 70 65,83 SD N 5Carangsari V 72 66,33 SD N 1 Getasan V 70 69,07 SD N 2 Getasan V 70 67,33

(Sumber: dokumen Guru Mata Pelajaran IPA di SD Gugus I Kecamatan Petang, 2016)

Berdasarkan tabel diatas, tampak bahwa ketuntasan belajar IPA siswa kelas 5 di SD Gugus I Kecamatan Petang masih rendah. Disebabkan adanya beberapa faktor diantaranya: Pertama, pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher

centered), sehingga pengetahuan siswa

tentang IPA bersifat verbal. Proses pembelajaran yang berpusat kepada guru membuat siswa menjadi pasif dalam belajar karena hanya mendengarkan dan mencatat informasi dari guru, tanpa ada aktivitas lain yang menggerakkan tubuh sewaktu belajar sehingga pembelajaran yang berlangsung menjadi kurang efektif yang akan berpengaruh pada hasil belajar IPA siswa. Kedua, guru kurang memberikan penguatan kepada siswa. Penguatan yang dimaksud yaitu pemberian respons positif oleh guru baik secara verbal atau non verbal terhadap tingkah laku yang tampak dari siswa dalam proses pembelajaran, seperti siswa menjawab dengan benar pertanyaan guru, siswa membuat tugas dengan baik, dan lain sebagainya. Dikarenakan hal tersebut mengakibatkan siswa kurang termotivasi untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Ketiga, kurangnya pemanfaatan sarana dan prasarana penunjang kegiatan

pembelajaran yang ada di sekolah. Guru hanya menggunakan buku paket dan buku LKS sebagai sumber belajar. Dalam proses pembelajaran guru belum mengaitkan materi IPA dengan fenomena nyata sehari-hari dan guru belum menggunakan media pembelajaran yang dapat digunakan sesuai dengan materi yang dibahas. Dikarenakan hal tersebut siswa kurang memahami materi pelajaran, sehingga berdampak pada hasil belajar IPA yang rendah.

Rendahnya hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh kualitas proses belajar mengajar. Kualitas proses belajar mengajar yang dimaksudkan berupa interaksi siswa dengan guru di kelas dan juga menyangkut situasi belajar. Proses belajar mengajar yang menarik dan berguna bagi siswa akan membuat siswa belajar lebih baik serta akan membuat minat siswa tumbuh sehingga akan berpengaruh terhadap meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, ada beberapa hal yang yang membuat hasil belajar siswa menjadi rendah antara lain: siswa kurang percaya diri pada saat belajar, minat siswa untuk belajar kurang, kurang menariknya materi yang disajikan, serta pembelajaran yang dilakukan tidak memiliki kaitan

(4)

dengan kehidupan siswa. Selain itu, penilaian yang dilakukan tidak membuat siswa merasa nyaman untuk dinilai, serta kurang diberikannya penguatan kepada siswa dalam proses belajar mengajar.

Usaha meningkatkan hasil belajar IPA siswa, diperlukan inovasi baru dalam pembelajaran yang relevan dengan keadaan siswa saat ini. Dari sekian banyak pendekatan pembelajaran yang ada, pendekatan pembelajaran yang cocok mengatasi gejala yang terjadi ini adalah suatu pendekatan Starter

Eksperimen yang dapat mengatasinya. Pendekatan Starter Eksperimen (SEA) merupakan pendekatan komprehensif dalam pembelajaran sains. SEA sebagai sebuah pendekatan dalam pembelajaran sains berorientasi kepada proses bagaimana siswa dapat menemukan konsep-konsep sains yang sedang dipelajari siswa. Proses dimaksud mencangkup aspek kognitif dan keterampilan psikomotor. Schoner (dalam Suastra, 2009) menyatakan bahwa SEA dibentuk dari unsur-unsur: 1) Mulai dengan pengamatan dilingkungan atau dalam percobaan, 2) memisahkan langkah-langkah penting seperti: pengamatan, dugaan awal, vertifikasi dan perumusan konsep, 3) bekerja dalam kelompok untuk menentukan langkah dan melaksanakannya dalam percobaan praktikum (vertifikasi), 4) menyampaikan gagasan, strategi, konsep dan penerapan, 5) mendefinisikan kembali peranan guru sebagai stimulator dan organisator dalam proses belajar, 5) melampaui batas pengetahuan menuju pemahaman, 6) memberikan motivasi kepada siswa dan guru terhadap sains.

Ada 8 langkah dalam

pembelajaran sains dengan SEA yaitu: 1) percobaan awal, 2) pengamatan, 3) rumusan masalah, 4) dugaan sementara, 5) percobaan penguji, 6) penyusunan konsep, 7) penerapan konsep, 8) evaluasi (Suastra, 2009:153). Selain itu, LKS yang digunakan juga harus menarik dan sesuai dengan lingkungan atau tempat tinggal siswa. Penilaian dalam pendekatan SEA ini ditentukan langsung oleh guru dan siswa. Selain itu, pendekatan ini juga memberikan pengalaman kepada siswa

melakukan sendiri percobaan sehingga siswa dapat membangkitkan minat belajar siswa dalam pembelajaran IPA sehngga hasil belajar siswa juga akan meningkat.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui deskripsi hasil belajar IPA siswa kelas 5 yang dibelajarkan dengan pendekatan Starter Eksperimen (Starrter Experiment Approach) berbantuan media konkret di

Gugus I Kecamatan Petang Kabupaten Badung Tahun Pelajaran 2015/2016 (2) Untuk mengetahui deskripsi hasil belajar IPA siswa kelas 5 yang dibelajarkan dengan pendekatan Konvensional di Gugus I Kecamatan Petang Kabupaten Badung Tahun Pelajaran 2015/2016. (3) Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan

Starter Eksperimen (Starter Experiment

Approch) berbantuan media konkret

dengan siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan konvensional di Gugus I Kecamatan Petang Kabupaten Badung Tahun Pelajaran 2015/2016.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V SD di Gugus I Kecamatan Petang, Kabupaten Badung pada tahun pelajaran 2015/2016.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) yang dilaksanakan di Gugus I, Kecamatan Petang Kabupaten Badung dengan jumlah populasi 96 siswa dari SDN 1 Carangsari, SDN 2 Carangsari, SDN 3 Carangsari, SDN 5 Carangsari, SDN 1 Getasan dan SDN 2 Getasan. Penelitian ini menggunakan rancangan non equivalent

post-test only control group design,

rancangan ini dipilih karena penelitian ini hanya ingin mengetahui perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, bukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar antara dua kelompok, sehingga tidak menggunakan pre-test. Berdasarkan karakteristik populasi dan tidak bisa dilakukannya pengacakan individu, maka pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik simple random

(5)

penelitian, populasi tersebut diuji kesetraannya berdasarkan nilai UAS IPA semester ganjil dengan Anava 1 jalur. Berdasarkan hasil uji keserataraan yang dilakukan dengan program SPSS 16.0 for

windows, Tolak H0 jika signifikansi (Sig) <

0,05. Terima H0 jika signifikansi (Sig) >

0,05, diketahui bahwa kemampuan siswa di gugus tersebut telah setara. Berdasarkan uji kesetaraan yang dibantu oleh SPSS 16.0 for windowsdiketahui bahwa signifikansi nilai UAS IPA populasi tersebut adalah 0,298. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol diterima (0,298> 0,05), yang artinya nilai UAS IPA keenam sekolah tersebut adalah setara (sama).

Setelah dilakukan uji kesetraan, selanjutnya sampel dalam penelitian ini Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,2013). Sampel diambil dengan cara random sampling.Menurut Agung (2014:72) “Simple random sampling adalah mencampur

subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua objek dianggap sama, semua subjek mendapat hak yang sama untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi anggota sampel”.Setelah melakukan

simple random sampling untuk mencari

sampel, kemudian dilakukan pengundian untuk menentukan kelas eksperimen yang diberikan perlakuan pembelajaran dengan Pendekatan starter eksperimen berbantuan media konkret dan kelas kontrol yang diberikan perlakuan pembelajaran dengan pendekatan konvensional, ditetapkan 2 kelas yang setara yaitu kelas V SD N 1 Carangsari yang berjumlah 13 orang siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SD N 2 Carangsari yang berjumlah 27 orang siwa sebagai kelompok kontrol. Variable dalam penelitian ini terdiri atas variabel

independent yakni pendekatan starter

eksperimen, dan variabel dependent yakni hasil belajar IPA. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Tes yang digunakan yaitu tes hasil belajar IPA. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisi statistik deskriptif dan Uji-t.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data yang dilakukan terhadap nilai hasil belajar IPA, diperoleh hasil seperti yang tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Deskripsi Nilai Hasil Belajar IPA Kelompok

Rata-rata

Median Modus Standar Deviasi Varians Nilai Minimum Nilai Maksimum A1Y 78,08 75,00 75,00 7,51 56,41 65 90 A2Y 58,15 60,00 55,00 1,32 175,28 30 85 Keterangan :

A1Y = Hasil post-test kelompok eksperimen.

A2Y = Hasil post-test klompok kontrol.

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa nilai hasil belajar IPA untuk kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan starter eksperimen berbantuan media konkret antara 66 sampai 90. Untuk kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan konvensional berkisar antara 32 sampai 85,00. Jika dilihat dari rata-rata, diperoleh nilai hasil belajar IPA untuk kelompok siswa yang dibelajarkan dengan

pendekatan starter eksperimen berbantuan media konkret sebesar 78,08, dan standar deviasi = 7,51. Hal ini berarti nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan starter eksperimen berbantuan media konkret berada pada kategori sangat tinggi. Nilai hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan konvensional memiliki nilai rata-rata sebesar 58,15, dan standar deviasi = 1,32. Hal ini berarti bahwa nilai

(6)

rata-rata hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan konvensional termasuk dalam kategori baik. Rata-rata dari hasil ini mengindikasikan bahwa hasil akhir hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan starter eksperimen berbantuan media konkret dan siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan kovensional memiliki tingkat hasil belajar yang berbeda. Dengan kata lain, kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan starter eksperimen berbantuan media konkret memiliki tingkat hasil belajar IPA yang lebih baik

dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan konvensional.

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas, dan uji homogenitas. Berdasarkan hasil pengujian prasyarat diperoleh bahwa data hasil belajar IPA berdistribusi normal, dan varians kedua kelompok homogen. Setelah semua asumsi terpenuhi, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Hasil pengujian hipotesis dengan uji-t tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t

Data Kelompok N X s2 t hit ttab(t.s. 5%) Hasil Belajar Eksperimen 13 78,08 56,41 5,03 2,024 Kontrol 27 58,15 175,2 9

Berdasarkan tabel hasil perhitungan uji-t diatas, diperoleh thit sebesar 5,03.

Sedangkan ttab dengan dk = 13+27-2 = 38

dan taraf signifikansi 5% adalah 2,024. Hal ini berarti, thit lebih besar dari ttab (thit> ttab),

sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.

Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan

starter eksperimen berbantuan media

konkret dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan Konvensional pada mata pelajaran IPA kelas V SD di gugus I Kecamatan Petang Kabupaten Badung Tahun Pelajaran 2015/2016. Hasil perhitungan uji-t disajikan pada lampiran 26 Halaman 174.

Untuk mengetahui adanya pengaruh pendekatan starter eksperimen berbantuan media konkret terhadap hasil belajar IPA siswa, dapat dilihat dari rata-rata skor post-test hasil belajar antara kedua kelompok sampel. Dari rata-rata (

X ) hitung, diketahui X kelompok eksperimen adalah 78,08 dan X

kelompok kontrol adalah 58,15. Hal ini berarti, X eksperimen lebih besar dari X

kontrol ( X eksperimen> X kontrol). Berdasarkan hasil temuan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa penerapan

pendekatan starter eksperimen berbantuan media konkret berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V pada mata pelajaran IPA di Gugus I Kecamatan Petang Kabupaten Badung Tahun Pelajaran 2015/2016.

Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan starter eksperimen berbantuan media konkret memiliki rata-rata nilai hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menerapkan pendekatan konvensional. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata nilai hasil belajar siswa. Rata-rata nilai hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan starter eksperimen berbantuan media konkret adalah 78,08 dan rata-rata skor hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional adalah 58,15.

Perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan starter eksperimen

(7)

berbantuan media konkret dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan pembelajaran konvensional disebabkan oleh perbedaan sintaks atau

langkah-langkah dalam proses

pembelajaran. SEA sebagai sebuah pendekatan pembelajaran dalam sains berorientasi kepada proses bagaimana siswa dapat menemukan konsep-konsep sains yang sedang dipelajari siswa, proses dimaksud mencangkup asfek kognitif (Suastra, 2009:152). Starter Eksperimen merupakan sebagian besar proses pembelajaran yang dilaksanakan sendiri oleh siswa baik secara individu maupun kelompok. Kondisi ini memberikan kesempatan yang

seluas-luasnya kepada siswa dalam

mengembangkan kemampuan untuk berpikir dan berbuat. Didalam SEA setidaknya terdapat tiga unsur yang diperlukan untuk proses perubahan konsep (conceptual change), yaitu: 1) identifikasi prakonsepsi siswa yang masih berupa miskonsepsi, 2) perbaikan miskonsepsi menjadi kosepsi ilmiah melalui percobaan pengujian, 3) penerapan konsep dengan situasi yang dekat denan kehidupan siswa.

Menurut Suastra (2009), ada 8 langkah dalam pembelajaran sains dengan SEA seperti: 1) percobaan awal, 2) pengamatan, 3) rumusan maslah, 4) dugaan sementara, 5) percobaan penguji, 6) penyusuan konsep, 7) penerapan konsep, dan 8) evaluasi.

Pembelajaran dengan pendekatan

starter eksperimen diawali dengan

melakukan pengamatan atau percobaan sederhana yang dilakukan oleh siswa secara berkelompok terkait dengan materi yang sedang dipelajari. Tahapan-tahapan kegiatan belajar mengajar dalam PSE adalah sebagai berikut: 1) Percobaan awal, yang dirancang oleh guru yang bertujuan untuk menggugah anak belajar, membangkitkan rasa ingin tahu dan menghubungkan konsep yang dipelajari dengan alam lingkungan. 2) Pengamatan, dilakukan oleh siswa secara berkelompok

yang mempunyai tujuan untuk

menghasilkan hasil pengamatan yang menuju pada konsep. 3) Rumusan Masalah, dilakukan oleh siswa

berdasarkkan hasil pengamatan yang bertujuan untuk membantu siswa dalam menyusun dugaan sementara. 4) Dugaaan sementara. 5) Pengujian, dilakukan siswa secara kelompok yang bertujuan untuk membuktikan dugaan sementara yang telah dirumuskan. 6) Perumusan Konsep, dilakukan oleh siswa yang bertujuan unntuk dapat rumusan yang berlaku umum. 7) Penerapan Konsep, dilakukan oleh siswa yang bertujuan menggunakan kemampuannya dalam menerapkan konsep dalam situasi lain. 8) Evaluasi, dilakukan dengan tujuan, untuk mengetahui efektifitas dari kegiatan belajar dalam wujud tingkat pemahhaman siswa atas konsep yang telah diperoleh.

Berbeda halnya dengan model pembelajaran konvensional yang membuat siswa lebih banyak belajar IPA secara prosedural. Dalam penerapannya pada kelas kontrol, guru lebih mendominasi pembelajaran. Proses pembelajaran lebih menekankan pada penyampaian pengetahuan tanpa mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

Pada tahap eksplorasi, guru

menyampaikan materi dengan metode ceramah dan siswa diinstruksikan untuk mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Pada tahap elaborasi, siswa diinstruksikan untuk mengerjakan latihan soal secara individu. Dan pada tahap konfirmasi, guru hanya mengonfirmasi jawaban siswa pada latihan soal. Guru tidak memfasilitasi siswa untuk melakukan eksplorasi lanjutan.

Dalam pelaksanaan pendekatan konvensional, siswa berperan sebagai pendengar yang pasif dan mengerjakan apa yang diintruksikan oleh guru. Antar siswa jarang terjadi interaksi. Selain itu, dalam pembelajaran dengan model konvensional siswa tidak diberikan kesempatan untuk melakukan eksplorasi terhadap pengetahuan yang telah dimilikinya. Pembelajaran seperti ini membuat siswa memiliki pengetahuan

yang kurang bermakna karena

pengetahuan yang diperoleh hanya berdasarkan informasi guru. Pengetahuan yang kurang bermakna akan lebih mudah terlupakan sehingga akan berpengaruh

(8)

terhadap hasil belajar siswa itu sendiri (Rasana, 2009:21).

Sesuai dengan pemaparan langkah-langkah dan proses pembelajaran kedua model tersebut terlihat bahwa masing-masing model memberikan dampak yang berbeda. Temuan dalam penelitian ini membuktikan bahwa secara umum pendekatan starter eksperimen berpengauh positif terhadap hasil belajar IPA. Hal ini dapat dilihat dari pembelajaran dengan pendekatan starter eksperimen yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplor pengetahuan awal yang telah dimiliki, mengaitkan apa yang dipelajari dengan peristiwa atau kegiatan sehari-hari sehingga pengetahuan yang diperoleh lebih bermakna. Dengan demikian, penerapan pendekatan starter

eksperimen menjadikan proses

pembelajaran lebih menyenangkan dengan melibatkan interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.

Hasil penelitian ini juga sejalan dan mendukung penelitian yang telah dilakuan oleh Suranata (2013) yang menyatakan bahwa, hasil penelitian menunjukan bahwa, (1) data hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan starter eksperimen cenderung tinggi, (2) data hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional cenderung rendah, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan starter eksperimen dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional.

Hasil penelitian lain yang juga mendukung keefektifan penggunaan pendekatan starter eksperimen adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh I

Nengah Sumawa (2012) yang

menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar yang cukup signifikan antara siswa

yang mendapatkan penerapan

pendekatan starter eksperimen dan Siswa yang mendapat penerapan pendekatan pembelajaran konvesional. (1) terdapat perbedaan hasil belajar biologi dan keterampilan berpikir kritis antara kelompok siswa yangbelajar dengan

starter experiment approach. Dengan

demikian dapat disimpulkanbahwa pembelajaran dengan SEA lebih baik dari pada AO dalam meningkatkanhasil belajar biologi dan keterampilan berpikir kritis siswa. Sehingga disarankanagar para guru menerapkan model pembelajaran tersebut dalam upayameningkatkan hasil belajar biologi dan keterampilan berpikir kritis siswa.

Berdasarkan penjelasan mengenai perbedaan hasil belajar siswa antara siswa yang belajar dengan pendekatan

starter eksperimen berbantuan media

konkret dengan siswa yang belajar dengan pendekatan konvensioal, dan didukung oleh beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan pendekatan starter eksperimen, diketahui bahwa kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan starter eksperimen berbantuan media konkret memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Oleh karena itu,terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan

starter eksperimen berbantuan media

konkret dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Konvensional pada mata pelajaran IPA kelas V SD di Gugus I Kecamatan Petang Kabupaten Badung Tahun Pelajaran 2015/2016.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Hasil pengujian terhadap hipotesis yang diajukan pada penelitian ini menghasilkan simpulan sebagai berikut. (1) Hasil belajar IPA siswa kelas 5 yang dibelajarkan dengan pendekatan Starter Eksperimen (Starter Experiment Approach) berbantuan media konkret di

gugus I Kecamatan Petang Kabupaten Badung Tahun Pelajaran 2015/2016 memiliki rata-rata hasil belajar IPA 78.00. (2) Hasil belajar IPA siswa kelas 5 yang dibelajarkan dengan pendekatan Konvensional di gugus I Kecamatan Petang Kabupaten Badung Tahun Pelajaran 2015/2016 memiliki rata-rata

(9)

hasil belajar IPA 58.00. (3) Dapat diinterpresentasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan starter eksperimen berbantuan media konkret dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan Konvensional pada mata pelajaran IPA kelas V SD di gugus I Kecamatan Petang Kabupaten Badung Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini diperoleh dari hasil perhitungan uji-t, diperoleh thit sebesar 5,03. Sedangkan ttab

dengan dk = 13+27-2 = 38 dan taraf signifikansi 5% adalah 2,024. Hal ini berarti, thit lebih besar dari ttab (thit> ttab),

sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.

Dari rata-rata ( X ) hitung, diketahui X

kelompok eksperimen adalah 78,08 dan

X kelompok kontrol adalah 58,15. Hal ini berarti, X eksperimen lebih besar dari X

kontrol ( X eksperimen> X kontrol). Berdasarkan hasil temuan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa penerapan

pendekatan starter eksperimen berbantuan media konkret berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA di Gugus I Kecamatan Petang Kabupaten Badung Tahun Pelajaran 2015/2016.

Saran

Siswa di sekolah dasar disarankan agar terus mengembangkan kemampuan dengan cara ikut serta berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung misalnya dengan aktif bertanya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru.

Guru di sekolah dasar disarankan agar lebih berinovasi dalam pembelajaran dengan menerapkan suatu pendekatan pembelajaran yang inovatif salah satunya adalah pendekatan starter eksperimen didukung media pembelajaran yang konkret untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA, sebab telah terbukti pada penelitian ini bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara siswa yang belajar dengan pendekatan

starter eksperimen berbantuan media

konkret dengan siswa yang belajar

dengan pendekatan konvensional konvensional.

Kepala Sekolah yang mengalami permasalahan rendahnya hasil belajar

siswa, hendaknya senantiasa

meningkatkan kualitas pembelajarannya dengan cara mengimplementasikan pendekatan pembelajaran inovatif, salah satunya adalah dengan menerapkan pendekatan starter eksperimen berbantuan media konkret dalam pembelajaran di sekolah tersebut, sebab telah terbukti bahwa pendekatan starter eksperimen berbantuan media konkret dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang pendekatan starter eksperimen dalam bidang ilmu Pengetahuan Alam maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2014. Buku Ajar

Metodologi Penelitian Pendidikan.

Yogyakarta: Aditya Media

Publishing.

Dantes, Nyoman. 2014. “Kurikulum 2013 Sebagai Kurikulum Berbasis Afeksi”. Makalah disajikan dalam Seminar

Kurikulum 2013 di Jurusan PGSD Undiksha. Universitas Pendidikan

Ganesha, Singaraja, 2014.

Rasana, I Dewa Putu Raka. 2009.

Model-model Pembelajaran. Singaraja:

Undiksha.

Samatowa, Usman. 2014. Bagaimana

Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.

Departemen Pendidikan Nasional. Suastra, I Wayan. 2009. Pembelajaran

Sains Terkini. Singaraja: Undiksha.

---, 2006. Belajar dan Pembelajaran

Gambar

Tabel 1.1 Rata-Rata Nilai Ulangan Tengah Semester IPA Siswa Kelas V  di SD Gugus I Kecamatan Petang
Tabel 2. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t

Referensi

Dokumen terkait

yang berada di daerah dekat dan jauh pemukiman di Kabupaten Toli-toli, Parigi Moutong dan Tojo Una- una memberikan risiko terjadinya leptospirosis pada manusia

Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berorientasi ekspor dan investasi baru di bidang pemanfaatan hutan dengan tetap memperhatikan kelestarian hutan

Law, Policy, and Globalization, IISTE, 2016, (19) Perbandingan Green Konstitusi, Green Ekonomi, dan Hukum Ekonomi Syariah, ASY- SYIR’AH, Jurnal Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Sambungan baut dilakukan dengan cara suatu pasak melintang (baut) dipasang pada suatu lubang, yang dengan menembus masuk pada bagian konstruksi yang

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efisiensi bentuk lemah dari pasar saham Rusia trading System Indeks untuk periode pada tahun 1995 sampai Agustus 2003

[r]

Saudara diminta untuk menyiapkan seluruh data/dokumen penawaran dan kualifikasi perusahaan yang asli dan sah sesuai yang disampaikan dalam penawaran dan dapat

1) Penggunaan password yang sembarangan. Kerahasiaan password yang tidak terjaga dengan baik, bisa mengakibatkan password jatuh ke pihak yang tidak