• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Pariwisata

Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang berasal dari kata “pari” dan “wisata”. Kata pari yang berarti halus, makna dari kata halus yaitu dimiliki tata krama yang tinggi dan kata “wisata” yang artinya kunjungan atau suatu perjalanan menikmati, melihat, mendengar dan mempelajari suatu hal. Jadi pariwisata adalah sesuatu yang menyuguhkan kunjungan secara bertata krama dan berbudi.

Pariwisata merupakan kegiatan melakukan suatu perjalanan dengan maksud memperoleh kenikmatan, keindahan, kepuasan mengetahui sesuatu hal, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga ataupun istirahat, (Sprillane,1987). Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang dilakukan dari suatu tempat ketempat lainnya, dengan tujuan bukan untuk berbisnis (business) ataupun mencari nafkah ditempat yang dikunjunginya tersebut, tetapi dengan maksud untuk menikmati perjalanan tersebut untuk

(2)

bertamasya dan berekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam (Yoeti, 1996).

2. Jenis-Jenis Pariwisata

Menurut Spriline, (1987) pariwisata memiliki berbagai macam jenis yaitu diantaranya adalah:

a) Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism)

Pariwisata ini dilakukan oleh orang yang meninggalkan rumah atau tempat tinggalnya dengan sengaja berlibur, menghirup udara segar yang baru, juga untuk mengurangi ketegangan urat syarafnya dan lain sebagainya.

b) Pariwisata untuk rekreasi (recreation sites)

Pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menginginkan hari-hari libur untuk beristirahat, untuk menyegarkan kembali jasmani dan rohaninya, dan juga memulihkan tenaga dari kepenatan dan kelelahannya.

c) Pariwisata untuk kebudayaan

Jenis pariwisata ini ditandai dengan adanya rangkainan kegiatan dan motivasi seperti kemauan untuk belajar dipusat-pusat riset atau pengajaran. Contohnya dalam mempelajari adat istiadat, cara hidup bermasyarakat dengan individu lainnya.

(3)

d) Pariwisata untuk olahraga (sport tourism)

Jenis pariwisata ini ditandai bertujuan untuk olahraga, baik hanya untuk menarik perhatian para penonton olahraga ataupun olahragawan itu sendiri dan ditujukan untuk mereka yang menginginkan mencoba sendiri. Pariwisata tersebut dibagi lagi menjadi 2 kategori yaitu : 1. Big sports event, yaitu moment olahraga besar seperti Olympiade,

Sea Games, piala dunia, kejuaran tinju dunia, dan sebagainya. 2. Sporting tourism of the practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi

orang yang ingin belajar atau berlatih dan mempraktekkan sendiri contonya: mendaki gunung, pacuan kuda, berburu, memancing, memanah dan sebagainya.

3. Pariwisata untuk urusan dagang besar (bussines tourism)

Dalam jenis pariwisata ini, unsur yang ditekankan adalah kesempatan yang digunakan oleh pelaku perjalanan yang menggunakan waktu luangnya untuk menikmati sebagai wisatawan yang berkunjung diberbagai objek wisata dan jenis pariwisata lainnya.

4. Pariwisata untuk konvensi (konvensi tourism)

Banyak negara-negara yang tertarik dan menganggap bahwa jenis pariwisata ini dengan banyaknya hotel atau bangunan-bangunan yang khusus untuk dilengkapi guna menunjang convention tourism.

(4)

3. Unsur Pariwisata

Menurut Spillane (1987) ada lima unsur pariwisata yang sangat penting yaitu :

1. Daya tarik (attraction)

Attractions dapat digolongkan menjadi site attraction dan event attraction. Site attraction adalah daya tarik fisik permanen dengan lokasi yang tetap yaitu tempat-tempat wisata yang ada didaerah dengan tujuan wisata seperti museum, keraton, kebun binatang dan lain-lain. Sedangkan even actraction adalah atraksi atau pertunjukan yang berlangsung sementara dan lokasinya dapat dipindah ataupun diubah dengan mudah seperi pameran, bazar, pasar malam, atau pertunjukan seni daerah dan sebagainya.

2. Fasilitas-fasilitas yang diperlukan (facilities)

Fasilitas cenderung beriorentasi pada daya tarik disuatu lokasi karena fasilitas harus berada berdekatan dengan lokasi tersebut. Selama menetap ditempat tujuan wisata, wisatawan memerlukan istirahat, makan, dan juga minum. Oleh karena itu sangat dibutuhkan fasilitas penginapan dan support industries (tour guide, laundry, toko souvenir, dll).

(5)

3. Infrastrukur (infrastructure)

Dengan semakin lamanya suatu tempat tujuan wisata tersebut menarik maka semakin banyak wisatawan, maka otomatis dengan sendirinya akan mendorong perkembangan infrastruktur. Infrastrukur ini termasuk semua kontruksi didaerah maupun diatas tanah dari daerah tersebut, termasuk: jaringan komunikasi, sistem pengairan, fasilitas kesehatan, sumber listrik, pembuangan kotoran/air dan akses jalan raya.

4. Transportasi (transportations).

Dalam pariwisata, kemajuan pada transportasi sangat penting karena sangan menentukan waktu dan jarak tempuh dalam suatu perjalanan pariwisata, baik itu transporatsi darat, laut maupun udara. 5. Keramah tamahan (hospitality)

Wisatawan yang ada dilingkungan yang belum mereka kenal memerlukan kepastian jaminan keamanan khususnya pada wisatawan asing yang memerlukan gambaran tentang tempat tujuan wisata yang mereka datangi.

(6)

4. Bentuk Pariwisata

Menurut Pendit (1999), bentuk-bentuk pariwisata diklasifikasikan menjadi 5 kategori yaitu :

a. Menurut asal wisatawan

Jika wisatawan berasal dari dalam negeri berarti wisatawan tersebut hanya pindah tempat sementara didalam lingkunga wilayah negerinya sendiri selama melakukan suatu perjalanan dinamakan wisatawan domestik. Sedangkan wisatawan internasional adalah wisatawan yang datang dari luar negeri.

b. Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran

Kedatangan wisatawan dari luar negeri maka akan membawa mata uang asing. Dimana pemasukan mata uang asing ini memberikan efek positif neraca pembayaran luar negeri suatu negara yang dikunjungi para wisatawan, hal ini disebut pariwisata aktif.

c. Menurut jangka waktu

Kedatangan wisatawan di suatu daerah atau suatu Negara di perhitungkan juga menurut lama tinggal didaerah atau di negara yang bersangkutan tersebut. Hal inilah yang disebut dengan pariwisata jangka pendek dan pariwisata jangka panjang. Istilah tersebut tergantung pada ketentuan yang diberlakukan disuatu negara untuk mengukur panjang atau pendeknya waktu yang dimaksud itu.

(7)

d. Menurut jumlah wisatawan

Bentuk pariwisata ini dibedakan berdasarkan jumlah wisatawan yang datang, apakah wisatawan itu datang sendiri atau pun bersama rombongannya. Sehingga munculah istilah yang disebut pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan.

e. Menurut alat angkut yang digunakan

Pariwisata ini dibedakan menjadi pariwisata laut, kereta api, mobil dan udara, tetapi kembali lagi kepada wisatawan akan menggunakan kendaraan apa.

5. Permintaan Pariwisata

Menurut Sukirno (2010), Pariwisata dapat menciptakan permintaan yang dilakukan oleh wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata. Permintaan adalah jumlah barang yang diminta oleh pembeli dalam pasar pada berbagai tingkat harga. Menurut Mathieson dan Wall (1982), permintaan pariwisata merupakan jumlah total dari orang yang melakukan perjalanan untuk menggunakan fasilitas dan pelayanan wisata di tempat yang jauh dari tempat tinggal dan tempat kerjanya tersebut.

Permintaan pariwisata berpengaruh terhadap semua sektor perekonomian, diantaranya: perorangan (individu), Usaha Kecil Menengah, Perusahaan Swasta, dan Sektor Pemerintah (Sinclair dan Stabler, 1997). Permintaan pariwisata juga didasarkan pada anggaran

(8)

belanja yang dimilikinya, hal ini merupakan inti dari permintaan pariwisata. Seseorang akan mempertimbangkan untuk mengurangi anggaran yang dimilikinya untuk suatu kepentingan liburan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pariwisata menurut Medlik Ariyanto (2005) antara lain yaitu:

a. Harga

Harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata, akan memberikan imbas pada wisatawan yang akan melakukan perjalanan wisata, sehingga permintaan wisata pun akan berkurang. Begitu pula sebaliknya, apabila harga di suatu daerah tujuan wisata rendah, maka permintaan wisatapun akan semakin meningkat.

b. Pendapatan

Apabila pendapatan seseorang tinggi, maka kecenderungan untuk memilih daerah tujuan wisata akan semakin tinggi. Begitu juga sebaliknya, apabila pendapatan individu rendah, maka kecenderungan untuk memilih daerah tujuan wisata akan semakin rendah.

c. Sosial budaya

Dengan adanya sosial budaya yang unik atau berbeda dari apa yang ada di tempat wisatawan berasal, maka peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi.

(9)

d. Sosial politik

Jika keadaan sosial politik daerah tujuan wisata dalam situasi yang aman dan tentram, maka jumlah permintaan pariwisata akan tinggi. Begitu pula sebaliknya, jika keadaan sosial politik mencekam (kurang baik), maka permintaan pariwisata pun cenderungakan rendah.

e. Intensitas keluarga

Apabila jumlah keluarga banyak maka keinginan untuk berlibur dari salah satu keluarga tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.

f. Harga barang substitusi

Barang-barang pengganti disini dimisalkan sebagai pengganti daerah tujuan wisata yang dijadikan alternatif kedua dalam berwisata.

g. Harga barang komplementer

Barang komplementer disini dimisalkan sebagai objek wisata yang saling melengkapi dengan objek wisata lainnya. Antara pariwisata dan barang lain yang diputuskan untuk dibeli oleh seseorang tergantung pada preferensi mereka. Seseorang dapat mengalokasikan anggarannya untuk berwisata atau juga digunakan seluruhnya untuk mengkonsumsi barang lain. Kombinasi antara pariwisata dan barang lain ini dapat memberikan tingkat kepuasan yang sama kepada konsumen.

(10)

Gambar 2.1 merupakan kurva indiferen yang menjelaskan tentang hubungan antara pariwisata dengan barang lain.

Sumber: Sinclair dan Stabler, 1997

Gambar 2.1. Konsumsi Pariwisata dan Barang Lainnya.

Dijelaskan bahwa seluruh kemungkinan kombinasi digambarkan dengan garis Budget Line, yaitu kemiringan yang menunjukkan harga relatif dari barang dan jasa dan yang digambarkan oleh TG. Diartikan bahwa seseorang mengalokasikan anggarannya untuk pariwisata atau untuk konsumsi barang lain dengan memilih mana yang akan memaksimalkan kepuasan mereka. Titik D dimana kurva indiferen bersinggungan dengan budget line, menghasilkan tingkat pariwisata OT1 dan konsumsi OG1 dari barang lain. Seseorang dengan pilihan yang lebih kuat terhadap pariwisata akan mengambil di sebelah kiri titik D,

(11)

sedangkan seseorang yang lebih banyak mengkonsumsi barang lain akan memiliki kurva indiferen yang bersinggungan dengan TG ke arah kanan titik D (Sinclair dan Stabler, 1997).

6. Pendekatan Harga Pasar

a. Pendekatan Harga Pasar Sebenarnya

Pendekatan harga pasar atau pendekatan produktivitas banyak digunakan untuk menilai biaya dan manfaat suatu proyek, di mana dalam memberikan harga terhadap suatu proyek ada produk dan jasa yang akan hilang dan timbul dikarenakan adanya suatu proyek. Adanya suatu proyek berarti ada barang dan jasa baru yang diciptakan disamping itu proyek dapat memberikan manfaat dan kerugian bagi masyarakat, sehingga dengan mengunakan harga pasar akan dapat memperkirakan nilai biaya atau korban dari suatu proyek. Proyek akan menghasilkan produk dan jasa baru seperti peningkatan produksi pertanian, terciptanya kegiatan rekreasi air dan pemandangan baru, maupun dengan adanya sistem pembangkit listrik tenaga air yang dapat dinilai dengan harga pasar. Di samping itu ada juga produk yang tidak bisa dinilai dengan harga pasar, seperti pariwisata, adanya pemandangan air waduk dan sekitarnya yang sulit untuk dinilai dengan harga pasar.

(12)

b. Pendekatan Modal Manusia

Pendekatan model manusia (human capital) disebut juga pendekatan nilai yang akan hilang (forgone earnings) menggunakan harga pasar dan tingkat upah untuk menilai sumbangan proyek terhadap penghasilan masyarakat. Pendekatan ini ditetapkan untuk menilai sumberdaya manusia bila terjadi kematian, dan cacat secara permanen dari dampak adanya proyek.

c. Pendekatan Biaya Kesempatan

Data mengenai upah tidak cukup tersedia, untuk itu biaya kesempatan atau pendapatan yang akan hilang dapat dijadikan salah satu metode alternatif. Pendekatan ini digunakan untuk menghitung biaya yang harus dibayar dan dikeluarkan untuk melestarikan suatu manfaat, dan bukannya untuk memberikan nilai terhadap manfaat itu sendiri. 7. Pendekatan Nilai Barang Pengganti atau Barang Perlengkapan

(Surrogate Market Price).

a. Pendekatan Nilai Kekayaan

Pendekatan ini berusaha untuk menentukan pasar bagi barang dan jasa yang terpengaruh oleh barang dan jasa lingkungan yang tidak dipasarkan.

(13)

b. Pendekatan Tingkat Upah

Pendekatan ini menilai tingkat upah dari berbagai jenis pekerjaan yang sama dengan lokasi yang berbeda untuk menilai kualitas lingkungan kerja pada masing-masing lokasi. Pendekatan yang dipakai upah diberikan lebih tinggi untuk lokasi yang lebih tercemar atau pada lokasi yang lebih berbahaya bagi kesehataan dan kehidupan.

c. Pendekatan Delphi

Pendekatan ini mendasarkan pada pendapat para ahli, dan telah banyak dipraktikkan dalam pengambilan keputusan dalam hal penentuan nilai lingkungan pendekatan ini ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan serta latar belakang kehidupan para ahli.

8. Kebijakan Publik

Barang publik merupakan barang yang penggunaanya secara bersama-sama, sedangkan definisi dari barang privat adalah barang yang pengunaanya bersifat pribadi atau milik sendiri. Sungai, gunung, pantai adalah barang publik yang disediakan oleh alam, sedangkan barang publik yang di sediakan oleh privat adalah tempat parkiran, jalan raya, rumah sakit (Gravitiani, 2008).

Sumber daya alam seperti gunung, hutan, sungai, pantai serta semua yang disediakan oleh alam merupakan sumber daya yang bernilai, karena memberikan manfaat bagi masyarakat baik itu secara langsung maupun tak langsung. Setiap kebijakan publik yang berlaksanakan

(14)

lingkungan akan mempengaruhi aliran manfaat yang diperoleh masyarakat. Adanya eksternalitas dan sifat-sifat tertentu dari barang publik ini menyebabkan kekuatan pasar tidak dapat menciptakan tingkat harga yang mencerminkan nilai sosial lingkungan yang sesungguhnya. Kegagalan sistem pasar dalam mengalokasikan dan menentukan harga lingkungan secara benar, mendorong kebutuhan adanya penilaian atau valuasi ekonomi lingkungan. Prinsip dari valuasi ekonomi adalah memberikan informasi kepada pemerintah berkaitan dengan proses pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan (Gravitiani, 2008).

9. Ekosistem Mangrove

Kata mangrove merupakan kombinasi antara kata mangue yang berarti tumbuhan dan mangrove yang berarti belukar atau hutan kecil. Kata mangrove digunakan untuk menyebut jenis pohon-pohon atas semak-semak yang tumbuh di antara batas air tinggi saat air pasang dan batas dan batas air terendah di atas rata – rata permukaan air, menurut Arief (2003) Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di antara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove seringkali ditemukan di tempat pertemuan antara muara sungai dan air laut yang kemudian menjadi pelindung daratan dari gelombang laut yang besar. Sungai mengalirkan

(15)

air tawar untuk mangrove dan pada saat pasang, pohon mangrove dikelilingi oleh air garam atau air payau (Irwanto, 2006)

Menurut Indriyanto (2006), ekosistem merupakan suatu unit ekologi yang didalamnya terdapat struktur dan fungsi, struktur yang dimaksud dalam definisi ini yakni yang berhubungan dengan keanekaragaman species yang tinggi. Sedangkan fungsi yang dimaksud yaitu yang berhubungan dengan siklus materi dan arus energi komponen -komponen ekosistem. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di alama tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang dan surut air laut, dan didominasi oleh species pohon dan semak yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau (Santoso, 2000).

10. Fungsi dan Manfaat Ekosistem Mangrove

Keterkaitan dengan potensi ekosistem mangrove, secara garis besar ada dua fungsi dan manfaat baik yang langsung maupun tidak langsung yang dapat dirasakan oleh manusia dan lingkungannya, yaitu fungsi ekologis (fungsi fisik, kimia dan biologi) dan fungsi ekonomi.

(16)

a. Fungsi Ekologi Ekosistem Mangrove 1. Fungsi Fisik

a. Menjaga garis pantai agar tetap stabil.

b. Melindungi pantai dan tebing sungai dan proses erosi atau abrasi. c. Mengurangi atau menyerap tiupan angin kencang dari laut ke darat.

d. Meredam dan menahan hempasan badai tsunami.

e. Menahan sedimen secara periodik sampai terbentuk lahan baru. f. Sebagai kawasan penyangga proses intrusi atau rembesan air laut ke darat atau sebagai

2. Fungsi Kimia

a. Sebagai tempat terjadinya proses daur ulang yang menghasilkan oksigen dan menyerap karbondioksida.

b. Sebagai pengolah bahan-bahan limbah hasil pencemaran industri dan kapal-kapal di lautan.

3. Fungsi Biologi

a. Merupakan penghasil bahan pelapukan (decomposer) yang merupakan sumber makanan penting bagi invertebrata kecil pemakan bahan pelapukan yang kemudian berperan sebagai sumber makanan bagi hewan yang lebih besar.

(17)

b. Sebagai kawasan memijah (spawning ground) atau asuhan (nursery ground) bagi udang, kepiting, kerang dan sebagainya, yang telah dewasa akan kembali ke lepas pantai.

c. Merupakan kawasan untuk berlindung, bersarang, serta berkembang biak bagi burung dan satwa lain.

d. Sebagai sumber plasma nutfah dan sumber genetika.

e. Sebagai habitat alami bagi berbagai jenis biota darat dan laut lainnya.

b. Fungsi Ekonomi Ekosistem Mangrove

Secara garis besar ekosistem mangrove memiliki beberapa keterkaitan dalam pemenuhan kebutuhan manusia sebagai penyedia bahan pangan, papan, kesehatan serta lingkungan. Secara ekonomi, fungsi ekosistem mangrove yaitu :

1) Penghasil kayu: kayu bakar, arang serta kayu untuk bahan bangunan dan perabot rumah tangga.

2) Penghasil bahan industri: misalnya pulp, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan, alkohol, penyamak kulit, kosmetik dan zat pewarna. 3) Penghasil bibit/benih ikan, udang, kerang, kepiting, telur burung,

madu dan lainnya.

4) Sebagai kawasan wisata, konservasi, pendidikan dan penelitian. Kegiatan wisata memberikan pendapatan langsung bagi pengelola melalui penjualan tiket masuk dan parkir, juga mampun

(18)

enumbuhkan perekonomian masyarakat disekitarnya dengan menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha.

12. Valuasi Ekonomi

Valuasi ekonomi merupakan suatu upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar tersedia atau tidak (Fuazi, 1999). Menurut Pariyono (2006), Kerangka nilai ekonomi yang digunakan dalam mengevaluasi ekonomi sumberdaya alam adalah konsep Nilai Ekonomi Total (TEV). Nilai Total Economic Value (TEV) ekosistem mangrove secara garis besar dapat dikelompokan menjadi dua yaitu nilai penggunaan (use value)dan nilai intrinsik (non-use value), selanjutnya dapat diuraikan bahwa nilai penggunaan (use value) dapat dibagi lagi menjadi nilai penggunaan langsung (direct use ), nilai penggunaan tidak langsung (indirect use) dan nilai pilihan (optionvalue), sedangkan nilai intrinsik (non-use value) dibagi menjadi nilai keberadaan (existencevalue) dan nilai pewarisan (bequest value). Atau dengan kata lain bahwa Total Economic Value(TEV) merupakan penjumlahan dari nilai ekonomi berbasis pemanfaatan (use value) dengan nilai ekonomi berbasis non-pemanfaatan (non-use value).

(19)

13. Travel Cost Method (TCM)

Tempat rekreasi tidak memiliki nilai pasar yang pasti, maka penilaian tempat rekreasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan biaya perjalanan. Metode biaya perjalanan (travel cost method) ini dilakukan dengan menggunakan informasi tentang jumlah uang yang dikeluarkan dan waktu yang digunakan untuk mencapai tempat rekreasi untuk mengestimasi berapa besarnya nilai benefit yang didapat dari upaya perubahan kualitas lingkungan dari tempat rekreasi yang dikunjungi (Sahlan, 2008).

Metode Biaya perjalanan ini populer untuk menggambarkan permintaan untuk sumberdaya alam dan pelayanan jasa yang berkaitan dengan daerah rekreasi (recreational sites). Contohnya seperti daerah margasatwa, taman ekologi, pemancingan dan perburuan, panorama alam, dan lain-lain. Orang datang ke lokasi tersebut dari berbagai jarak yang berbeda-beda. Metode ini meneliti perilaku perjalanan (travel behavior) yang digunakan untuk mengevaluasi kesediaan orang untuk mengeluarkan uang dalam mengunjungi wilayah tersebut. Secara intuitif bahwa atribut yang dimiliki oleh sumberdaya alam akan mempengaruhi kegunaan dari tapak tersebut. Perubahan intensitas kunjungan akan merefleksikan perubahan.

(20)

Dalam mengumpulkan informasi dari besarnya jumlah kunjungan terhadap sumberdaya alam yang ada, para analisis akan mengestimasi fungsi permintaan dari tapak yang berhubungan dengan kunjungan terhadap biaya yang timbul untuk setiap kunjungan. Jika informasi utama tidak bias diperoleh secara lengkap, para analisis dapat mengelompokkan ke dalam zona sekitar lokasi tersebut. Kadar variasi kunjungan terhadap zona itulah yang akan digunakan untuk mengestimasi fungsi permintaan terhadap lokasi tersebut. Dengan kemajuan teknologi yang ada, pengumpulan data untuk metode ini dapat diimplementasikan melalui telepon, website atau e-mail dan data registrasi.Dalam beberapa kasus, data juga bisa diperoleh dari pemerintah setempat, untuk mencari estimasi biaya perjalanan ke lokasi tersebut.dalam kualitas sumberdaya alam tersebut. Untuk itu kajian ini perlu dilakukan untuk dapat mengestimasi nilainya dengan mengumpulkan informasi dari besarnya jumlah kunjungan terhadap sumberdaya alam yang ada, para analisis akan mengestimasi fungsi.

(21)

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai valuasi ekonomi telah banyak dilakukan, antara lain :

1. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Gati (2015) dengan judul ”Valuasi

Ekonomi Ekowisata Mangrove Wonorejo: Aplikasi Travel Cost Method (TCM)” dengan variabel dependen jumlah kunjungan wisata ke mangrove

Wonorejo, dan variabel-variabel independen antara lain adalah total biaya pendapatan, total biaya perjalanan kesitus alternative, pendapatan, tingkat pendidikan, dan usia. Dengan menggunakan metode Analisis ITCM (Individual Travel Cost Method) dan Regresi berganda OLS (Ordinary Least Square). Dengan hasil penelitian menunjukkan total biaya perjalanan, total biaya perjalanan ke situs alternatif, pendapatan, tingkat pendidikan, dan usia signifikan secara statistik memengaruhi jumlah kunjungan wisatawan ke ekowisata mangrove Wonorejo. Rata-rata surplus konsumen ditemukan sebesar Rp 122.950,82 per individu per kunjungan. Dengan demikian, nilai ekonomi ekowisata mangrove Wonorejo pada tahun 2014 sebesar Rp 43.826.885.040.

2. Penelitian oleh Rukmana (2015) dengan judul: Valuasi Ekonomi

Ekowisata Gardu Pandang Ketep, Kabupaten Magelang : Pendekatan Metode Biaya Perjalanan Dan Nilai Ekonomi Total ini bertujuan untuk

mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel independen (biaya perjalanan ke Gardu Pandang Ketep, biaya waktu, pendapatan, jarak, umur,

(22)

pendidikan, jenis kelamin dan persepsi wisatawan) terhadap jumlah kunjungan wisatawan Gardu Pandang Ketep Pass dengan menggunakan alat analisis berupa regresi linier berganda, dan mengetahui nilai ekonomi objek wisata Gardu Pandang Ketep dengan menggunakan metode biaya perjalanan. Objek wisata Gardu Pandang Ketep dipilih karena memiliki potensi wisata yang tinggi tetapi tidak didukung oleh kemudahan akses untuk mencapai lokasi wisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan yaitu jarak, umur wisatawan, dan jenis kelamin. Nilai surplus konsumen sebesar Rp278.052,00 per individu per tahun atau sebesar Rp116.828,57 per individu per satu kali kunjungan sehingga Nilai Ekonomi Total Gardu Pandang Ketep sebesar Rp95.356.265.088,00.

3. Penelitian lain dilakukan oleh Selviana (2016) dengan judul Valuasi

Ekonomi Objek Wisata Situs Karangkamulyan Di Kabupaten Ciamis : Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel bebas (biaya perjalanan, waktu perjalanan, pendapatan, usia, pendidikan, dan jenis kelamin) terhadap jumlah kunjungan objek wisata Situs Karangkamulyan dengan menggunakan alat analisis berupa regresi linier berganda dengan metode Ordinary Least Squraes (OLS), untuk mengetahui nilai ekonomi total objek wisata Situs Karangkamulyan dengan menggunakan metode biaya perjalanan, dan untuk mengetahui analisis

(23)

pasar (Trend) mengenai permintaan jumlah kunjungan terhadap wisata Situs Karangkamulyan pada tahun-tahun mendatang dengan menggunakan metode Least Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel bebas (biaya perjalanan, waktu perjalanan, pendapatan, usia, pendidikan, dan jenis kelamin) berpengaruh terhadap jumlah kunjungan objek wisata Situs Karangkamulyan. Nilai surplus konsumen sebesar Rp343.710,00 per individu per tahun atau sebesar Rp97.644,8864 per individu per satu kali kunjungan sehingga Nilai Ekonomi Total Situs Karangkamulyan sebesar Rp8.764.261.290,00

4. Penelitian lainnya dilakukan oleh Pedro (1995) dengan judul“Ekonomi“Valuasi dari kawasan lindung: Lanao Danao National Park ". Dengan variabel dependen adalah tuntutan pelestarian dan jumlah WTP dan variabel independennya usia, rumah tangga tahunan pendapatan, jenis kelamin, tingkat kunjungan hutan, WTP untuk biaya masuk dan

perhatian responden terhadap pelestarian lingkungan, dengan

menggunakan Metode Penilaian Kontingen (CVM). Dan Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden mengetahui tentang LDNP sebagai tempat rekreasi di Ormoc City. Total WTP tahunan untuk perlindungan atributlingkungan LDNP ini diperkirakan P121.70 untuk responden perkotaan dan P93.09 untuk responden pedesaan, atau P108.45 untuk total responden. Untuk semua rumah tangga di Ormoc, total WTP sosial diperkirakan P2.62 juta per tahun. Nilai ini mencerminkan jumlah

(24)

maksimum yang warga Ormoc bersedia untuk berinvestasi untuk melestarikan LDNP.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Fadhillah (2015) yang berjudul Restorsi

Ekosistem Mangrove Di Kabupaten Kendal” dengan variabel

dependennya adalah willingness to pay (terhadap ekosistem mangrove di kabupaten Kendal) dan Variabel independennya antara lain Pendapatan, Status perkawinan, Umur, Jenis Kelamin, Jumlah Anggota Keluarga, dan Tingkat Pendidikan. Dengan menggunakan Metode CVM (Contingent Valuation Method). Dengan hasil Contingen Valuation Method menunjukkan bahwa kesediaan masyarakat untuk membayar WTP rata-rata sebesar Rp18.000,00 per rumah tangga pertahun dan dengan nilai total WTP sebesar Rp 933.174.000,00 pertahun.

6. Penelitian terdahulu yang terkait dengan penilaian ekonomi terhadap objek wisata adalah penelitian dengan judul “Valuasi Ekonomi Menggunakan

Metode Travel Cost Taman Wisata Wan Abdul Rachman, Propinsi Lampung” yang dilakukan oleh Djijono (2002). Penelitian ini

menggunakan alat analisis linier berganda dan metode travel cost (biaya perjalanan). Untuk dapat menghasilkan model permintaan dilakukan regresi antara jumlah kunjungan per 1000 penduduk (Y) dengan tujuh variabel bebas (X1-X7) yaitu biaya perjalanan, biaya transportasi, pendapatan, jumlah penduduk kecamatan asal pengunjung, pendidikan, waktu kerja per minggu, waktu luang per minggu. Hasil regresi diketahui

(25)

bahwa dari ketujuh variabel yang diuji, variabel yang mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan adalah biaya perjalanan, jumlah penduduk, pendidikan dan waktu kerja. Hasil perhitungan nilai ekonomi menunjukkan bahwa rata-rata nilai kesediaan berkorban (willingness to pay) sebesar Rp11.517,00 per kunjungan, nilai yang dikorbankan sebesar Rp7.298,00 per kunjungan dan surplus konsumen sebesar Rp4.219,00 per kunjungan. 7. Penelitian yang dilakukan oleh Susilowati (2009) dengan judul “Valuasi

Ekonomi Manfaat Rekreasi Taman Hutan Raya IR. H. Djuanda dengan Menggunakan Pendekatan Travel Cost Method”. Penelitian ini

menggunakan metode biaya perjalanan atau Travel Cost. Variabelnya antara lain biaya perjalanan, total pendapatan, umur, jarak tempuh, waktu tempuh, jumlah tanggungan, jenis kelamin, dan waktu di lokasi. Dengan hasil penelitian diketahui surplus konsumen berdasarkan metode biaya perjalanan individual sebesar Rp24.926,00 per kunjungan dan selanjutnya didapat nilai ekonomi lokasi sebesar Rp3.193.579.412,00.

8. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Veli orta.eþme dkk. (2002) dengan judul “An Estimation of the Recreational Use Value of Kursunlu

Waterfall Nature Park by the Individual Travel Cost Method”. Penelitian

ini menggunakan variabel biaya perjalanan, dummy variabeltempat wisata lain, usia, pendidikan, pendapatan rumah tangga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai ekonomi dari rekreasi Kursunlu Waterfall adalah sebesar 21,5 billion TL ($ 50.000) tiap tahun /1000 penduduk.

(26)

9. Seenprachawong (2003) melakukan penelitian dengan judul “Economic

Valuation of Coral Reefs at Phi Phi Islands, Thailand”. Penelitian ini

menggunakan Travel Cost Method dan Contingent Valuation Method. Variabelnya antara lain jumlah pengunjung, usia, total pendapatan, jenis kelamin, dan faktor sosial-ekonomi lainnya. Hasil perhitungannya diketahui bahwa surplus konsumen di Phi Phi Island adalah sebesar 8,216.4 million Baht (US$205.41 million). Nilai kesediaan membayar para wisatawan yang masuk (WTP) dengan analisis Contingent Valuation Method adalah sebesar 287 Baht (US$7.18) per kunjungan. Total benefitnya per tahun adalah sebesar 8,216.4 million Baht (US$205.41 million) dengan nilai ekonomi sekarang sebesar 126,280 million Baht (US$3,157 million).

10. Penelitian yang dilakukan oleh Suja dkk. (2007) berjudul “Nilai Ekonomi

Kawasan Wisata Alam Danau Buyan-Tamblingan Sebagai Objek Wisata di Bali Suatu Kajian Ekonomi Lingkungan” menggunakan pendekatan

biaya perjalanan, metode valuasi kontingen, dan pendekatan nilai ekonomi total. Variabelnya yaitu biaya perjalanan, pendapatan, umur, jumlah tanggungan, pendidikan, pekerjaan, agama, status perkawinan, jenis kelamin, dan daerah asal. Hasil perhitungan diperoleh nilai penggunaan langsung UV (use value) sebesar Rp4.867.469.550,00. Berdasarkan rata-rata jumlah nominal kesediaan untuk membayar setahun diperoleh nilai tanpa penggunaan NUV (non use value) sebesar Rp5.368.317.000,00. Nilai

(27)

ekonomi total TEV (total economic value) diperoleh sebesar Rp10.535.787.050,00.

11. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Subanti dan Arif Rahman Hakim (2011) dengan judul “Pengukuran Nilai Ekonomi Obyek Wisata Sejarah &

Alam (Studi Kasus : Candi Gedong Songo, Kabupaten Semarang)”.

Penelitian ini menggunakan variabel penawaran harga tiket, pengalaman berkunjung, pendapatan, pendidikan, jenis kelamin, umur, pendidikan dan persepsi wisatawan dengan menggunakan metode regresi OLS dan pengukuran nilai ekonomi. Hasil penelitian diketahui bahwa faktor yang signifikan mempengaruhi probabilitas individu untuk bersedia membayar adalah jumlah nominal penawaran, pendapatan, pendidikan, dan persepsi. Faktor yang signifikan mempengaruhi jumlah kunjungan adalah pengalaman berkunjung, pendapatan, pendidikan, dan persepsi. Hasil perhitungannya adalah nilai manfaat per tahun Gedong Songo sebesar Rp1,654 miliar sedangkan surplus konsumen sebesar Rp12, 345 miliar. 12. Penelitian yang dilakukan olehMateka dkk. (2013) dengan judul “Obyek

Wisata Pantai Balekambang Kabupaten Malang Jawa Timur”

menggunakan variabel biaya perjalanan ke pantai Balekambang, biaya perjalanan ke tempat wisata lain (Sempu), umur, pendidikan terakhir, waktu kerja, pendapatan, jarak dan pengalaman berkunjung sebelumnya. Variabel ini diolah menggunakan perhitungan nilai ekonomi, metode biaya perjalanan individu, dan analisis regesi. Hasil penelitian diketahui bahwa

(28)

variabel yang berpengaruh terhadap jumlah permintaan pengunjung ke Pantai Balekambang yaitu variabel biaya perjalanan ke objek wisata lain (Sempu), umur, pendapatan dan jarak. Hasil perhitungannya diketahui nilai surplus konsumen sebesar Rp2.279.539,00 per individu per satu kali kunjungan sehingga nilai ekonomi Pantai Balekambang sebesar Rp692.880.664.515,00 per tahun 2011.

C. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Diduga pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah kunjungan wisatawan pada Wisata Hutan Mangrove Pantai Pasir Kadilangu.

(29)

2. Diduga biaya perjalanan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Jumlah kunjungan wisatawan pada Wisata Hutan Mangrove Pantai Pasir Kadilangu.

3. Diduga jarak tempuh berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Jumlah kunjungan wisatawan pada Wisata Hutan Mangrove Pantai Pasir Kadilangu.

4. Diduga pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Jumlah kunjungan wisatawan pada Wisata Hutan Mangrove Pantai Pasir Kadilangu.

5. Diduga usia berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah kunjungan wisatawan pada Wisata Hutan Mangrove Pantai Pasir Kadilangu.

6. Diduga fasilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah wisatawan wisatawan pada Wisata Hutan Mangrove Pantai Pasir Kadilangu.

D. Model Penelitian

Untuk memudahkan kegiatan penelitian yang akan dilakukan serta untuk memperjelas akar pemikiran dalam penelitian ini, berikut ini gambar kerangka pikir tersebut.

(30)

+ - - - = + + Gambar 2.2

Kerangka Berfikir Penelitian

Jumlah Kunjungan kunj Kunjungan Biaya Perjalanan Jarak Tempuh Pendidikan Usia Fasilitas

Gambar

Gambar  2.1  merupakan  kurva  indiferen  yang  menjelaskan  tentang  hubungan antara pariwisata dengan barang lain

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Uun, pada dasarnya hadis pertama menunjukkan bahwa wanita memiliki kewajiban untuk selalu patuh terhadap perintah suami, garis besarnya jika hak-hak wanita

Dari hasil penelitian agroindustri ini mengalami pesanan khusus dan peningkatan produksi pada saat hari-hari besar seperti hari Natal dan Idul fitri. Namun

menyukai atau dapat dengan mudah terstimulasi elemen dan objek yang ada pada alam, selain mengambil elemen dari alam penulis juga mendapat palet warna yang didapat dari

Dari Gambar 4 didapatkan hasil perbandingan nilai kalor pirolisis di berbagai suhu dan didapat nilai tertinggi untuk nilai kalor yaitu pirolisis dengan bahan baku sampah plastik

Hasil statistic dapat di simpulkan bahwa menolak Ho Yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan Likuiditas dari kedua perusahaan

Hal ini diperkuat dalam penelitian Ding (2014) yang menyimpulkan bahwa efek interaktif antara pengaruh politik dari kepemilikan pemerintah dan pengaruh politik dari manajemen

Pengauditan yang dijalankan antara bulan Mac hingga Mei 2014 mendapati kelemahan yang dibangkitkan dalam Laporan Ketua Audit Negara Mengenai Aktiviti

Pada website ini menggunakan dua jenis tipografi, yang pertama jenis tipografi script yang terdapat pada bagian banner yang bertuliskan judul dari website ini