• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 23, September 2008 93 RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH (Dyera costulata

Hook.f) YANG DITANAM PADA LAHAN KERING DAN LAHAN BASAH DI KABUPATEN KAPUAS KALIMANTAN TENGAH

Oleh/by SULAIMAN BAKRI

Program Studi Budidaya Hutan Fakultas Kehutanan Unlam

ABSTRACT

The research aims to find out the growth response of red jelutong seedlings planted on swamp / wetland and dry land at the same locality. In nature jelutong trees grow on swamp and also on the upland. Twenty seedlings are planted on the site for five month. The result of the research shows that the height increment of jelutong seedlings planted on wetland are greater than that of jelutong seedlings planted on dry land. This findings hold also true for the diameter increment and the number of leaves. Keywords : growth, wetland, dry land

Alamat Korespondensi : E-mail : solemant@hotmail.com

PENDAHULUAN

Pulau Kalimantan memiliki flora yang terkaya di Kepulauan Sunda, baik jumlah kekayaan maupun keragaman jenisnya. Kalimantan memiliki lebih dari 3.000 jenis pohon, termasuk 267 jenis Dipterocarpaceae, yang merupakan kelompok pohon kayu perdagangan terpenting di kawasan Asia Tenggara. Kekayaan jenis tumbuhan dapat dihubungkan dengan tipe tanah. Keragaman tipe habitat dan endemisme lokal berkaitan dengan tanah, misalnya sifat geologi batuan muda, khususnya di barat daya Kalimantan, berperanan dalam menentukan tipe vegetasi di tempat itu (McKinnon, Hatta, Halim & Mangalik, 1996).

Pada kawasan lahan rawa gambut di Kalimantan Tengah ditemukan beraneka ragam jenis pohon seperti ramin, perupuk, meranti rawa dan jelutung. Di Kalimantan Tengah terdapat dua spesies jelutung yang tumbuh alamiah, yaitu jelutung merah (Dyera costulata Hook.f) dan jelutung hitam (Dyera lowii Hook.f). Di

Sumatera, khususnya di Jambi jelutung merah tumbuh di wilayah pegunungan. (Anonim, 2006) Secara umum dapat disimpulkan bahwa jelutung merah dapat tumbuh dengan baik pada dua tipe lahan yang berbeda. Sifat ini sangat penting untuk dipelajari lebih jauh. Jadi sebagai tahap awal akan dilakukan penelitian untuk mempelajari pertumbuhan anakan jelutung merah yang ditanam pada kondisi lahan basah dan lahan kering dalam satu tapak yang faktor lainnya sama.

Jelutung adalah jenis pohon yang disukai dan bermanfaat bagi penduduk asli yang tinggal di sekitar hutan. Pohon jelutung yang tumbuh alamiah di hutan dipelihara oleh penduduk dan dianggap sebagai hak milik pribadi atau kesatuan adat (Azis_Lahiya, 1994). Jelutung merah mempunyai nama botanis Dyera costulata Hook f termasuk dalam famili Apocynaceae dengan ciri khas kulit batangnya menghasilkan getah (lateks) berwarna putih. Lateks ini disadap oleh

(2)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 23, September 2008 94 penduduk dari pohon jelutung yang

berdiameter 15 cm ke atas dan dijual sebagai bahan baku industri pemen karet dan handicraft. Kayu jelutung merah dimanfaatkan untuk pembuatan mebel perabot rumah tangga yang bagus karena kayunya ringan dan berwarna putih. Kayu jelutung mempunyai berat jenis 0,43 tetapi kelas awetnya III-IV (Prosea, 1995 : Anonim, 1994). Jelutung merah sudah banyak dibudidayakan oleh penduduk asli di Sumatera dan KalimantanTengah karena diharapkan mampu

memberikan hasil getah dan kayu yang bernilai ekonomis dan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat (Anonim, 2006).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan anakan jelutung merah yang ditanam dalam dua kondisi lahan yang berbeda, yaitu lahan tergenang (basah) dan lahan kering. Data ini dapat memberikan gambaran pola pertumbuhan awal anakan jelutung yang berumur kurang dari satu tahun.

METODE PENELITIAN

Penelitian telah dilaksanakan di desa Batu Nindan Kecamatan Basarang Kabupaten Kapuas. Obyek penelitian adalah anakan jelutung merah sebanyak 20 batang yang ditanam di lapangan. Pengamatan Penelitian dilaksanakan sejak Mei 2007 sampai Oktober 2007.

Bibit jelutung merah yang berumur 3 bulan diperoleh dari penduduk di Kabupaten Pulang Pisau yang memproduksi bibit jelutung dari buah jelutung yang dikumpulkan dari pohon induk yang terdapat di hutan alam.

Penanaman bibit jelutung dilakukan di dua tempat yang berjarak 400 meter, pada dua kondisi lahan, yaitu lahan basah bekas sawah dan lahan kering di halaman rumah, dekat jalan raya Kuala Kapuas – Pulang

Pisau. Jarak tanaman 2m X 2m. Disain lapangan untuk penanaman menggunakan rancangan acak lengkap. Penyiraman dilakukan setiap hari selama dua bulan pertama karena ketika itu sudah masuk musim kemarau.

Data pertumbuhan yang diamati adalah pertambahan tinggi, pertambahan diameter dan pertambahan jumlah daun. Pengambilan data dilakukan setiap tiga minggu. Analisis data dilakukan dengan uji t berdasarkan sebaran t Student, untuk membandingkan dua perlakuan. Perlakuan pertama adalah penanaman anakan jelutung pada kondisi lahan kering dan perlakuan kedua penanaman pada lahan basah. Untuk melengkapi data dilakukan analisis tekstur dan kandungan hara tanah di Balai Standardisasi Industri di Banjarbaru.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengukuran pertumbuhan anakan jelutung selama 5 bulan dengan variable pertambahan tinggi, pertambahan diameter dan pertambahan jumlah daun dapat dilihat pada tabel 1 dan 2. sebagai analisis

awal dilakukan perhitungan nilai rata-rata dan standar deviasinya.

(3)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 23, September 2008 95

Pada tabel 1 dapat dilihat pada lahan basah pertambahan tinggi anakan jelutung merah berkisar antara 4,8 cm sampai 17,3 cm dan nilai rata-rata 11,13 cm serta standar deviasi 4,080 cm. Untuk anakan jelutung yang ditanam pada lahan kering pertambahan tinggi berkisar antara 4,3 cm sampai 11,8 cm dan nilai rata-rata 7,15 serta standar deviasi 2,636 cm. .

Untuk pertambahan diameter batang pada lahan kering nilainya berkisar dari 1,9 mm sampai 5,0 mm dengan nilai rata-rata 3,14 mm dan standar deviasi 1,029 mm. Pertambahan diameter anakan jelutung pada lahan basah sebesar 5,34 mm dan standar deviasi 1,133 mm.

Pada tabel 2 tercantum data pertambahan jumlah daun anakan jelutung merah pada lahan basah dan lahan kering. Daun jelutung mempunyai pola tumbuh 2 pasang berhadapan pada anakan yang berumur kurangdari 12 bulan.

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa pertambahan jumlah daun anakan jelutung yang ditanam pada lahan basah berkisar dari 6 helai sampai 13 helai dengan nilai rata-rata 9,1 helai dan standar deviasi (SD) 2,233. Untuk anakan jelutung yang ditanam pada lahan kering pertambahan jumlah daun berkisar antara 6 helai sampai 10 helai dan nilai rata-rata 7,8 serta standar deviasi 1,475.

Untuk mengetahui pengaruh perbedaan tipe lahan dilakukan pengujian uji t pada ketiga variable penelitian (pertambahan tinggi, pertambahan diameter dan pertambahan jumlah daun). Hasil pengujian terhadap ketiga variable tersebut dapat dilihat pada tabel 3.

Nilai t hitung untuk pertambahan tinggi, 2,590 ternyata lebih besar t-5% (18) = 2,101 tetapi lebih kecil dari t-1% (18 terhadap

pertambahan tinggi; tetapi pengaruh ini

tidak sangat signifikan. Dapatdisimpulkan bahwa pertumbuhan

tinggi anakan jelutung pada lahan basah berbeda dengan pertumbuhan anakan jelutung pada lahan kering. Pada lahan basah pertambahan tinggi sebesar 11,13 cm yang berarti lebih baik jika dibandingkan dengan pertambahan tinggi pada lahan kering sebesar 7,15 cm.

Untuk pertambahan diameter nilai t-hitung = 4,50 jauh lebih besar dari nilai t-1% (18) = 2,878. Ini berarti pertambahan diameter anakan jelutung yang ditanam pada lahan basah sebesar 5,32 mm berbeda secara sangat signifikan dengan pertambahan diameter jelutung pada lahan kering sebesar 3, 14 mm. Sementara untuk pertambahan jumlah daun nilai t – hitung = 1,535 jauh lebih kecil dari t-5% (18) = 2,101, yang berarti bahwa tidak ada perbedaan antara jumlah daun anakan jelutung pada lahan basah dan jumlah daun jelutung pada lahan kering.

Hasil analisis tekstur tanah dan kandungan) = 2,878. Hal ini berarti bahwa tipe lahan berpengaruh secara signifikan unsur hara tanah untuk kedua tipe lahan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.

Dari tabel 4 dapat disimpulkan bahwa komponen tekstur tanah (pasir, debu dan liat) untuk kedua tipe lahan itu (lahan basah dan lahan kering) tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Kedua tipe lahan itu termasuk dalam kelas tekstur “tanah debu”. Pengamatan secara empiris di lapangan menunjukkan bahwa secara fisik kedua tipe lahan yang berjarak kurang lebih 400 meter itu, sama dan berada dalam unit lahan yang sama. Sementara itu unsur hara yang berbeda terdapat pada Phospat (P) dan Kalium (K) dimana pada lahan basah nilai Phospat lebih tinggi, tetapi nilai Kalium lebih rendah.

Hasil analisis tekstur dan kandungan hara tanah dapat digunakan sebagai dasar untuk memperkuat hasil

(4)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 23, September 2008 96 pengujian uji t yang menunjukkan

bahwa pertambahan tinggi dan pertambahan diameter anakan jelutung yang lebih baik terdapat pada jelutung yang ditanam pada lahan basah (tergenang). Hal ini diperkuat pula oleh kenyataan bahwa pertumbuhan

berlangsung dalam musim kemarau yang kurang hujan. Lahan basah yang mengandung lebih banyak air karena permukaan air tanah yang dangkal memberi dukungan yang lebih baik untuk pertumbuhan anakan jelutung merah.

Tabel 1. Pertambahan tinggi (cm) dan pertambahan diameter (mm) anakan jelutung merah selama 5 bulan

No. Pertambahan tinggi (cm) Pertambahan diameter (mm)

Lahan Basah Lahan Kering Lahan Basah Lahan Kering

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11,6 17,3 16,8 6,6 14,5 10,5 9,1 10,6 4,8 9,5 11,8 6,5 8,5 4,3 5,9 5,8 10,6 4,8 4,5 8,8 4,9 4,3 5,6 4,7 5,8 7,2 4,0 3,9 6,5 6,3 3,6 4,5 5,0 3,2 3,1 2,9 3,1 1,9 1,9 2,2 Rata-rata 11,13 7,15 5,32 3,14 SD 4,080 2,636 1.133 1.029

Tabel 2. Pertambahan jumlah daun anakan jelutung merah selama 5 bulan.

No. Pertambahan jumlah daun (helai)

Lahan Basah Lahan Kering

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 13 6 11 11 8 10 9 9 8 6 10 10 7 6 7 8 9 6 8 7 Rata-rata 9,1 7,8 SD 2,233 1,475

(5)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 23, September 2008 97 Tabel 3. Hasil Uji t untuk ketiga variable penelitian

No. Variabel Nilai rata-rata t hit.

1. 2. 3. 4. Pertambahan tinggi :

- pada lahan basah

- pada lahan kering

Pertambahan diameter

- pada lahan basah

- pada lahan kering

Pertambahan jumlah daun - pada lahan basah

- pada lahan kering

t-5% (18) t-1% (18) 11,13 7,15 5,32 3,14 9,1 7,8 2,101 2,878 2,590 4.50 1,535

Tabel 4. Hasil analisis tekstur dan kandungan hara tanah dari lahan di desa Batu Nindan

Komponen Lahan basah Lahan kering

Pasir (%) Debu (%) Liat (%) pH N (%) P (%) K (%) 0,42 85,99 13,69 4,2 0.19 0,0027 0,0002 0,06 85,22 14,72 4,1 0,25 0,0012 0,0005

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. Pertambahan tinggi

rata-rata sebesar 11,13 cm terdapat pada anakan jelutung merah yang ditanam pada lahan basah selama 5 bulan. Pertambahan tinggi anakan jelutung merah yang ditanam pada lahan basah dan lahan kering berbeda secara signifikan. Pertambahan diameter rata-rata sebesar 5,32 mm terdapat pada anakan jelutung merah yang

ditanam pada lahan basah. Ini lebih baik dari pertambahan diameter jelutung merah pada lahan kering sebesar 3,14 mm

Saran. Disarankan agar anakan

jelutung merah ditanam pada umur lebih dari 3 bulan. Hal ini karena bibit yang ditanam terlalu muda pertumbuhannya lambat.

(6)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 23, September 2008 98 UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ir. Anggie Aban Rahu, selaku Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Kapuas ketika itu, atas bantuan tehnis dalam pelaksanaan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1994. Pedoman Tehnis Budidaya dan Pemanfaatan

Jelutung. Badan

Litbang Kehutanan. Dephut. Jakarta.

Anonim. 2006. Jelutung : Peluang Usaha Kehutanan. Pusat Informasi Kehutanan . Dephut. Jakarta.

Azis_Lahiya, A. 1994. Jelutung (Dyera sp). Terjemahan dari :

Toekomst van Jelutung,

oleh : Tromp de Haas & E.van der Laan; majalah Tectona tahun 1939. Pustaka Khazanah Terserak. Bogor.

MacKinnon, K., G. Hatta, H.Halim & A. Mangalik. 1996. The Ekologi of Kalimantan. The Ecology of Indonesia Series Vol.III.

Periplus Editions. Hongkong.

802 hal.

Prosea. 1995. TimberTrees : Minor Commercial Timbers. Prosea

Series No. 5(2).

Yayasan Prosea. Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan isi pekerjaan tersebut termasuk sifat hakekat dari pekerjaan itu sendiri, pengakuan terhadap kemampuan dan presentasi kerja baik oleh

KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan dari penelitian adalah suplementasi dan proteksi minyak biji kapuk tidak mempengaruhi hasil fermentasi ruminal, namun menurunkan

PKuM yang telah diselenggarakan meliputi PKuM rintisan yaitu PKuM yang dilaksanakan di Dea Gemawang, Kab. Semarang, dan dua PKuM pengembangan yang dilaksanakan di Desa

Adapun hambatan-hambatan dan upaya yang dilakukan dalam penerapan pendidikan antikorupsi menurut I Putu Hedi Sasrawan adalah: 1) Penegakan hukum yang tidak konsisten dan

Justeru itu, kajian ini dijalankan bagi mengkaji kesan Pembelajaran Berasaskan Masalah (PBM) terhadap pencapaian pelajar khususnya pelajar di Kolej Komuniti yang

Ardhiyanto, N.K., 2011, Pengaruh Bentuk Penampang Saluran Turun (Sprue) Terhadap Cacat Porositas, Batas Butir dan, Kekerasan Pada Pengecoran Aluminium Paduan

Pembelajaran ini menggunakan media autentik, gambar, video, dan online untuk memudahkan peserta mengidentifikasi komponen otomotif dalam bahasa Inggris.. Selain itu,

Kurang sadarnya sikap terhadap Tuhan YME, hubungannya dengan diri sendiri adalah belum ada tenaga pengajar untuk menumbuhkan bakat dan minat anak panti oleh