• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PENELITIAN TUGAS AKHIR

KAJIAN BIAYA PREMI PENGUTIPAN LATEKS DAN LUMP

DI PERKEBUNAN KARET (Heveabrasiliensis)

DI AFDELING III KEBUN SERANG JAYA

PT. MOPOLI RAYA ACEH TAMIANG

SYAMSURIZAL SYAMITA LUBIS

12011320

PROGRAM STUDI

BUDIDAYA PERKEBUNAN

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN

AGROBISNIS PERKEBUNAN

MEDAN

2016

(2)

LAPORAN

PENELITIAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana SainsTerapan Diploma IV

Pada Program Studi Budidaya Perkebunan

Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan

KAJIAN BIAYA PREMI PENGUTIPAN LATEKS DAN LUMP

DI PERKEBUNAN KARET (Hevea brasiliensis)

DI AFDELING III KEBUN SERANG JAYA

PT. MOPOLI RAYA ACEH TAMIANG

SYAMSURIZAL SYAMITA LUBIS

12011320

PROGRAM STUDI

BUDIDAYA PERKEBUNAN

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN

AGROBISNIS PERKEBUNAN

MEDAN

2016

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR

Nama : SYAMSURIZAL SYAMITA LUBIS NomorInduk : 12011320

Program studi : BUDIDAYA PERKEBUNAN

JudulTugasAkhir : KAJIAN BIAYA PREMI PENGUTIPAN LATEKSDAN LUMPDI PERKEBUNAN KARET (Hevea brasiliensis).

Menyetujui Pembimbing 1 Pembimbing II Guntoro, S.P.,M.P. Ir P. Sembiring Mengetahui Ketua Ka.Ps BDP Wagino, S.P.,M.P. Guntoro, S.P.,M.P.

(4)

Pembimbing Tugas Akhir : 1. Guntoro, SP.,MP

2. Ir P. Sembiring

TIM PENGUJI : 1. Hardy Wijaya, S.P

(5)

i

RINGKASAN

SYAMSURIZAL SYAMITA LUBIS. KAJIAN BIAYA PREMI PENGUTIPAN LATEKS DAN LUMP DI PERKEBUNAN KARET

(Heveabrasiliensis). Tugas Akhir Mahasiswa STIPAP Program StudiBudidaya Perkebunan dibimbing oleh Guntoro, Sp,, Mp dan Ir p. Sembiring.

Premi penderes merupakan memberikan penghargaan berupa uang atas kelebihan prestasi kerjanya, dalam bentuk Lateks/Liter dan Lump/kg kelebihan BB (basis borong) yang disebut nilai prestasi mutu dan nilai premi kerajinan (NPK). Pemberian sangsi bagi prestasi yang tidak memenuhi standar. Hal ini dimaksudkan untuk memotivasi penderes untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas produksi. Pemberian premi penderes juga bertujuan agar pelaksanaan deresan dapat dilakukan dengan benar dan konsistan sesuai dengan kriteria yang telah di anjurkan oleh perusahaan.

Kata Kunci : Premi, Penderes, Lateks, Lump

(6)

ii

DAFTAR ISI

Hal

RINGKASAN ... i

DAFTAR ISI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv DAFTAR TABEL ... v DAFTAR GAMBAR ... vi BAB I PENDAHULUAN ... I 1.1 Latarbelakang ... 1 1.2 Urgensipenelitian ... 2 1.3 Tujuankhusus ... 2 1.4 Kontribusi ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Hevea brasiliensis ... 3 2.1.1MorfologiTanamanKaret ... 3 a. Akar ... 3 b. Daun ... 3 c.Bunga ... 3 d.Buah ... 4 e.Biji ... 4 f.Lateks ... 4 2.2 Klon ... 4 2.3 TujuanPenyadapan ... 5 2.4 Macam-macamPenyadapan ... 5 2.4.1 SadapanKebawah ... 5 2.4.2 SadapanKeatas ... 5 2.4.3 SadapTusuk... 5 2.5 PerlengkapanSadapan ... 6 2.5.1 Mangkok sadap ... 6 2.5.2 Talang ... 7

2.5.3 Kawat penyangga mangkok ... 7

2.5.4 Tali pengikat ... 7

2.5.5 Pisau sadap ... 8

2.5.6 Pisau penggaruk kulit ... 8

2.6 SyaratTumbuhTanamanKaret ... 8

2.6.1 Iklim ... 8

2.6.2 Tanah ... 9

2.7 PelaksanaPenyadapan ... 10

(7)

iii

2.9 WaktuPenyadapan ... 11

2.10 PengutipanLateks ... 11

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 13

3.1 TempatdanWaktuPenelitian ... 13

3.2 MetodePenelitian... 13

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

4.1 Informasi Umum ... 13

4.1.1Lokasikebun ... 13

4.1.2Sejarahperusahaan... 13

4.1.3 Luas areal ... 14

4.1.4 Curah hujan ... 16

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

5.1 Kesimpulan ... 27

5.2 Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28

DAFTAR LAMPIRAN ... 29

(8)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis mengucapkan khadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penuli smenyelesaikan Tugas Akhir ini.

Penyusun Tugas Akhir yang berjudul Kajian Biaya Premi Pengutipan Lateks dan Lump Di Perkebunan Karet Di Afdeling III KebunSerang Jaya PT. MOPOLI RAYA, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIPAP) Sumatra Utara, Medan.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung, Oleh karena itu penulis Ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Bapak Wagino,S.P., M.P selaku ketua STIP-AP.

2. Bapak Guntoro, S.P., M.P selaku ketua program Studi Budidaya Perkebunan.

3. Bapak Guntoro, S.P., M.P selaku pembimbing I, yang telah banyak memberikan saran, arahan, dan bimbingan kepada penulis mulai dari awal hingga penyelesaian Tugas Akhir ini.

4. Penulis juga berterimakasih kepada Bapak Ir. P Sembiring sebagai selaku pembimbing II.

5. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pemimpin dan karyawan di KebunSerang Jaya, yang banyak membantu dalam memberikan informasi dan saran dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

6. Terimakasih kepada Ayahanda Drs. Syamsuar Lubis dan Ibunda Rita Mahyuni atas doa, restu, cintakasih, dukungan materil dan moril yang telah diberikan selamaini kepada penulis.

7. Kepada Kakak Elfi lailan Syamita Lubis dan Adinda Mahzura dan seluruh keluarga serta Sahabat penulis atas semangat yang selalu diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari Tugas Akhir ini belum sempurna. Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita.

Medan, 20 Oktober 2016

(9)

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Desember 1995 di TanjungPura, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatra Utara.Penulis merupakan anak keduadari Ayahanda Drs. Syamsuar Lbs dan Ibunda Rita Mahyuni.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 050729 di Tanjung Pura pada tahun 2006, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Tanjung Pura dan lulus pada tahun 2009, kemudian pada tahun 2012 menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Tanjung Pura, Pada tahun 2012 penulis lulus seleksi masuk Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIP-AP) Medan dengan jurusan Budidaya Perkebunan (BDP).

Pada tahun 2014 melaksanakan praktik Kerja Lapangan I (PKL I) di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Ambalutu Kabupaten Asahan , Sumatra Utara dan PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Marjandi Kabupaten Simalungun. Praktik kerja lapangan II (PKLII) pada tahun 2015 di PT. Triomas Fdi Kebun Metas. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan program pengabdian masyarakat (PPM) selama 3 minggu di Desa Ujung Kubu, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara, Sumatra Utara.

(10)

vi

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Gambar 4.1 Curah hujan ... 18 2. Gambar 4.2 Hari hujan ... 18

(11)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1. Lampiran 1.Rekapitulasi PremiBulanFebruari ... 29

2. Lampiran 2.Rekapitulasi PremiBulanMaret ... 30

3. Lampiran 3.Rekapitulasi PremiBulan April ... 31

4. Lampiran 4.Rekapitulasi PremiBulan Mei... 32

5. Lampiran 5.Rekapitulasi PremiBulanJuni ... 33

6. Lampiran 6.Rekapitulasi PremiBulanJuli ... 34

(12)

1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Karet merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting untuk Indonesia dan lingkup international. Di Indonesia, karet merupakan salah satu hasil pertanian yang banyak menunjang perekonomian negara. Hasl Afdeling yang diproleh dari karet cukup besar bahkan Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia dengan mengungguli hasil dari Negara-negara lain dan Negara asal tanaman karet sendiri yaitu di daratan Amerika Selatan

(Heru, 2008).

Karet banyak digunakan sebagai bahan baku barang atau peralatan, di antaranya ban mobil, peralatan kendaraan, sepatu , alat kedokteran, alat-alat olahraga dan aspal. Dengan demikian karet memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan manusia (Tim penyusun PS, 2013).

Tanaman karet telah menjadi salah satu penyokong perekonomian Indonesia yang cukup signifikan sejak beberapa dekade yang lalu, tetapi kenerja perkaretan dirasakan belum optimal dan produktivitas karet Indonesia masih tertinggal jauh dari dari beberapa Negara penghasil karet lainnya. Padahal Indonesia adalah Negara yang memiliki tanaman karet terluas di dunia pada saat ini. Alasannya adalah belum adanya terimplementasikannya teknologi perkaretan secara maksimal (Siregar, 2013).

Thailand yang sejak dulu berada pada urutan ketiga tiba-tiba melampaui dua Negara pesaingnya dan bertengger pada posisi pertama sebagai produsen karet dunia. Pada tahun 2000 lalu dengan volume ekspor sebesar 1.657.389 ton, kontribusi terhadap pasar karet dunia mencapai 33,7% Indonesia pada urutan kedua dengan 1.482.051 atau kontribusi sebesar 30,8% dan Malaysia sebesar 872,184 dengan kontribusi 18,6% (Heru, 2008).

(13)

2

1.2 Urgensi Penelitian.

Perhitungan premi dalam Pengutipan lateks dan compo sangat penting sebagai penghasilan dari para pekerja dan untuk mengetahui berapa besaran yang perusahaan keluarkan untuk para pekerja. Selain itu, juga untuk mengetahui berapa banyak pemasukan dari lateks dan lump tersebut untuk perusahaan.

Dari seluruh kegiatan di perkebunan karet, kegiatan pengutipan hasil adalah yang penting untuk pemasukaan perusahaan karena bisa untuk memberi upah karyawaan dan melaksanakan kegiataan-kegiataan yang digunakan dalam pemeliharaan perkebunan.

1.3 Tujuan

Tujuan penelitiaan ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya yang di keluarkan perusahaan untuk memberikan upah premi pengutipan lateks dan lump.

1.4 Kontribusi

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi yang nyata bagi pelaku bisnis perkebunan karet tentang kajian biaya lateks dan lump khususnya di Afdeling III Kebun Serang Jaya PT.Mopoli Raya.

(14)

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Karet

2.1.1 Morfologi Tanaman Karet a) Akar

Tanaman karet memiliki sistim perakaran yang ekstansif/ menyebar cukup luas sehingga tanaman karet dapat tumbuh pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan. Akar ini juga digunakan untuk menyeleksi klon-klon yang dapat digunakan sebagai batang bawah pada perbanyak batang karet ( Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

b) Daun

Daun karet terdiri dari tangkaidaun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3–20cm. panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul ( Haryanto, 2012).

c) Bunga

Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan betina yang terdapat pada malai payung tambahan yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng, pada ujungnya terdapat lima taju sempit. Panjang tenda bunga 4-8 mm. bunga betina beranbut vilt. Ukurannya lebih besar dari yang jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah . Buah. Bunga buah mempunyai sepuluh benang sari yang bersusun menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi dalam 2 karangan, tersusun satu lebih tinggi dari yang lain. Paling ujung adalah suatu bakal buah yang tidak tumbuh sempurna (Tim Penyusun Ps, 1994).

(15)

4

d) Buah

Buah karet dengan diameter 3-5cm, terbentuk dari penyerbukan bunga karet dan mem iliki pembagian ruang yang jelas, biasanya 3-6 ruang. Setiap ruangan berbentuk setengah bola. Jika sudah tua, buah karet akan pecah dengan sendirinya menurut ruang-ruangnya dan setiap pecahan akan tumbuh menjadi induvidu baru jika jatuh ke tempat yang tepat

(Heru , 2005).

e) Biji

Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya tiga, kadang enam, sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besdar sesuai dengan kulit keras. Warnanya cokelat kehitaman dengan bercak-bercak berpola khas. Biji yang biasa dimainkan anak-anak ini berbahaya karena mengandung racun ( Tim penyusun ps, 1994).

f) Lateks

Lateks di proleh dengan cara mengiris/ menyadap kulit pohon, Latek yang keluar dari pohon berbentuk dan bewarna seperti susu kental di tramping didalam mangkok aluminium/ gelas (R.Riyanto, 1987).

2.2 Klon

Klon adalah tanamaan yang di proleh dari tanaman-tanaman vegetatif suatu pohon induk sehingga memiliki sifat yang sama dengan pohon induknya. Klon unggul adalah suatu genotipe tanaman yang di perbanyak secra vegetatif, memiliki potrnsi hasil dan sifat-sifat agronomi yang sudah teruji luas. Klon unggul dapat digunakan dalam pertanaman komersial keunggulan suatu klon ditentukan oleh faktor genetik , di ekspresikan dalam bentuk morfologi, anatomi dan fisiologi tanaman serta kemampuanya beradaptasi trhadap faktor lingkungan sehingga seluruh potensinya dapat diekspresikan dengan baik. Besarnya pengaruh genetik, lingkungan, serta interaksi genetic

(16)

5

dengan lingkungan akan mempengaruhi lingkungan, ketahanan terhadap hama, penyakit, ganguan lain ( angin, suhu ekstrim, suhu atau air).

2.3 Tujuan Penyadapan

Penyadapan adalah suatu proses pelukaan kulit melalui irisan atau tusukan secara teratur untuk mengalirkan latek, bila pembuluh tersebut dilukai maka lateks segera keluar dari pembuluh, latek keluar dari pembuluh karena adanya tekanan dari pembuluh pada permulaan aliran lateks mengalir cepat

( Lembaga Pendidikan Perkebunan, 1985).

2.4 Macam- Macam Sadapan

Menurut LPP (1985) ada beberapa macam sadapan yang digunakan pada perkebunan karet yaitu

2.4.1 Sadapan Kebawah

Sadapan kebawah ialah sadapan dimana arah pemakaian kulit menuju kebawah. Sadapan ini biasa dilakukan baik oleh perusahaan perkebunan maupun petani karet, karena lebih mudah dilakukan serta hasil yang lebih baik, ditinjau dari segi produksi dan kesehatan karet.

2.4.2 Sadapan Keatas

Sedapan keatas bukanlah suatu teknik sadapan yang hanya digunakan untuk sadapan mati pada tahun- tahun terakhir dari umur yang memberikan keuntungan dari pohon karet.

2.4.3 Sadapan Tusuk

Sadapan tusuk adalah salah satu cara pengutipan produksi dari tanaman karet, sistem sadapan ini mulai mendapat perhatian sejak tahun 1973. Dewasa ini sadapan tusuk mulai banyak dilakukan tetapi baru dilakukan pada kulit murni.

(17)

6

Potensi produksi Karet berdasarkan Klon dalam jangka waktu 15 tahun. Tabel 2.1 Produktifitas tanaman Karet sesuai dengan klon yang digunakan.

Klon

Produksi Kumulatif Rata-rata (Kg Kering/Ha) (kg karet kering/ Ha)

5 tahun 10 tahun 15 tahun IRR 104 9.938 21.86 31.24 2.083 IRR 112 10.973 21.77 32.242 2.149 IRR 118 9.856 19.985 30.86 2.057 IRR 220 10.511 20.086 32.862 2.191 BPM 24 8.942 20.423 30.007 2 PB 260 9.989 21.996 30.946 2.063 PB 330 9.699 19.306 29.18 1.945 PB 340 10.9 19.22 30.074 2.005 2.5 Perlengkapan sadapan

Perlengkapan yang harus tersedia pada proses penyadapan karet dikelompokan dalam 3 bagian yaitu Perlengkapan terpasang di pohon, perlengkapan yang dibawa penyadap setiap melakukan penyadapan, dan peralatan pengendali mutu penyadapan. Menurut Heru (2008) perlengkapan sadap antara lain.

2.5.1. Mangkok sadap.

Ukurannya dapat menampung lateks sebanyak 500-700ml. Awal penyadapan, mangkok yang digunakan berukuran 500ml. sementara itu, mangkok 700 ml dipakai untuk menampung volume lateks yang lebih banyak, terutama pada penyadapan menjelang peremajaan. Mangkok aluminium. Tidak dianjurkan menggunakan tempurung kelapa karena mutu bahan akan menjadi rendah.

(18)

7

2.5.2 Talang

Digunakan untuk mengarahkan aliran lateks agar tepat masuk ke aliran mangkok. Umumnya talang terbuat dari plat seng dengan bentuk khusus. Sering juga fungsi talang diganti dengan daun. Talang daun tersebut tidak kuat sehingga menyebabkan lateks tumpah ke luar mangkok. Talang sebaiknya dibuat dari plat seng selebar 5-7 cm dengan panjang 7-10 cm. pangkal talang dibuat bergerigi agar mudah masuk ke dalam kulit dan permukaan talang di cembungkan agar lateks tidak keluar dari ke sisi luar talang. Bagian talang yang bergerigi diketuk perlahan ke dalam kulit dan tidak sampai mengenai kayu. Posisi talang terletak 10-15 cm dibawah alur sadap terendah memotong garis vertical aliran ( parit ) lateks.

2.5.3 Kawat penyangga mangkok

Digunakan sebagai dudukan mangkok lateks. Kawat ini berbentuk melingkar dengan ukuran tidak lebih besar dari ukuran bibir mangkok. Simpul lingkaran dibelokkan kea rah lain sehingga bila simpul ditempelkan sejajar batang maka lingkaran berada pada posisi horizontal. Kawat dipasang 5-10 cm dibawah talang.

2.5.4 Tali pengikat kawat

Agar kawat penyangga mangkok dapat tetap pada posisi yang diinginkan maka kawat diikat dengan tali yang melingkari batang. Tali yang dipergunakan sebaiknya terbuat dari bahan yang tahan lama seperti tali ijuk atau tali pelastik diameter 3-5mm, pengikatan tali pada batang jangan terlalu ketat dan sebaiknya agak kendur agar tidak menghalangi perkembangan batang dan memudahkan menurunkan tali yang lebih rendah. Hindari penggunaan kawat yang dapat melukai kulit.

(19)

8

2.5.5 Pisau sadap

Pisau sadap berbentuk khas dan hanya digunakan pada kegiatan penyadapan. Ada dua jenis pisau sadap yaitu pisau sadap atas untuk melakukan penyadapan di bagian atas ( di atas 130 cm) dan pisau sadap bawah untuk menyadap bagian bawah (di bawah 130 cm). Pisau sadap atas memiliki tangkai yang panjang untuk memudahkan menjangkau bagian atas. Ujung pisau sadap menekuk kedalam dengan sudut 55-60 dan bagian tajam berada didalam bagian dalam. Kerapian dan kecepatan penyadapan tergantung pada ketajaman pisau sadap yang digunakan. (Heru ,,2005)

2.5.6 Pisau penggeruk kulit

Pisau penggeruk kulit digunakan untuk menggeruk kulit pohon yang menggalami kekeringan atau mati sebelum disadap. Bentuknya melengkung di bagian ujungnya. (Heru ,2005)

2.6 Syarat Tumbuh Tanaman Karet 2.6.1 Iklim

Secara garis besar tanaman karet dapat tumbuh baik pada kondisi iklim sebagai berikut : suhu rata-rata harian 28oC (dengan kisaran 25-35oC) dan curah hujan tahun rata-rata antara 2.500-4.000 mm dengan harin hujan mencapai 150 hari per tahun. Pada daerah yang sering turun hujan pada pagi hari akan mempengaruhi kegiatan penyadapan. Daerah yang sering turun hujan pada pagi hari akan mempengaruhi kegiatan penyadapan. Keadaan daerah Indonesia yang cocok untuk penanaman karet yaitu Sumatera, Jawa dan Kalimantan sebab iklimnya lebih basah (Haryanto, 2012)

(20)

9

2.6.2 Curah Hujan

Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/ tahun dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150HH/ tahun. Meskipun demikian , jika hujan sering terjadi pada pagi hari produksi akan berkurang( Tim karya tani mandiri,2010)

2.6.2 Ketinggian Tempat

Pada dasarnya, tanaman tumbuh optimal pada daratan rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet.( Tim karya tani mandiri,2010)

2.6.3 Angin

Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang pada musim-musim tertentu dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman karet yang berasal dari klon-klon tertentu yang peka terhadap angin kencang. (Sethayamidjaja, 1993).

2.6.4 Tanah

Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada tanah-tanah vulkanis muda maupun tanah-tanah vulkanis tua , alluvial bahkan pada tanah-tanah gambut. Tanah- tanah vulkanis pada umumnya memiliki sifat-sifat fisika yang baik, terutama pada segi struktur, tekstur, solum, kedalam air tanah, aerasi dan drainase. Tetapi pada umumnya sifat-sifat kimia tanah sudah kurang baik karena kandungan haranya relatif rendah. Tanah-tanah aluvial umumnya cukup subur, tetapi sifat fisisnya terutama drainase dan aerasinya kurang baik pembuatan saluran-saluran drainase akan menolong memperbaiki keadaan tanah ini.

Reaksi tanah pada umumnya ditanaman karet memiliki pH antara 3.0 - 8.0. pH tanah dibawah 3.0 atau diatas 8.0 menyebabkan pertumbuhan tanaman

(21)

10

yang terhambat. Sifat- sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet adalah sebagai berikut.

 Solum cukup dalam, sampai 100 cm atau lebih, tidak terdapat batu-batuan

 Aerasi dan drainase baik

 Remah, porus dan dapat menahan air  Tekstur terdiri atas 35% liat dan 30% pasir

 Tidak bergambut, dan jika ada tidak lebih tebal 20 cm

 Kandungan unsur hara N ,P dan K cukup dan tidak kekurangan unsur mikro

 pH 4,5 – 6,5

 Kemiringan tidak lebih dari 16%

 Permukaan air tanah tidak kurang dari 100 cm. (Sethayamidjaja, 1993)

2.6.2 Pelaksana Penyadapan

Kulit karet yang akan disadap harus dibersihkan terlebih dahulu agar pengotoran pada karet dapat di cegah sedini mungkin. Dalam pelaksanaan penyadaan ada hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu ketebalan irisan, kedalaman irisan, waktu pelaksanaan, dan pemulihan batang sadap.(Penebar Swadya, 1994)

2.6.3 Ketebalan Irisan Sadapan

Menggalirnya lateks dari pohon karet adalah jika kulit batangnya diiris dan adanya tekanan turgor tanaman, mula-mula lateks mengalir dengan cepat, kemudian semakin lambat dan akhirnya akan berhenti karena pembuluhnya tertutup lateks yang menggering. Kecepatan menutupnya pembuluh lateks dipengaruhi oleh jenis klon. Agar lateks mengalir lagi, pembuluh lateks harus dibuka dengan cara diiris.

Pengirisan kulit sebaiknya tidak terlalu tebal karena akan mempengaruhi umur produks tanaman. Tebal irisan yang tanpa terjadi pengusuran adalah

(22)

11

1,5-2mm dengan menggunakan rumus sadap tertentu. Misalnya s/2, d/2 100%. Maksudnya adalah penyadapan pada setengah lingkaran batang dua hari sekali dengan intensitas 100%. Dengan rumus tersebut berarti setiap bulan kulit yang tersadap adalah 2,5cm, 10cm/4 bulan, atau 30 cm/ tahun. (Heru,2005)

Kulit batang karet pada pohon yang telah matang sadap dari luar menuju kedalam kearah kambium tersusun dengan urutan

 Kulit gabus, yang merupakan lapisan paling luar dari batang.

 Kulit kerasyang terdiri atas sel-sel batu parensim, pembuluh tapis dan saluran lateks yang tidak teratur.

 Kulit lembut dimana terdapat saluran- saluran lateks dan kambium. Pembuluh lateks terdapat pada kulit keliling kayu, terutama bagian kayu dari batang. Jumlah pembuluh lateks pada kulit tersebut makin ke dalam sampai batas mendekati kambium makin besar jumlahnya

(Djoehana Setyamidjaja, 1993).

2.6.4 Waktu Penyadapan

Waktu penyadapan yang dianjurkan 05.00-07.30 dengan mempertimbangkan jumlah lateks yang keluar dan kecepatan aliran lateks dipengaruhi oleh tekanan turgor sel yang bakan mencapai maksimum menjelang fajar dan akan semakin menurun menjelang siang (Budiman,2012)

2.6.5 Pengutipan Lateks

Lateks yang terkumpul dimangkuk lateks selanjutnya dikumpulkan didalam ember kecil, dari ember kecil lateks ditampung ke dalam ember besar untuk dibawa ke bak penampungan lateks di areal perkebunan (Heru ,2005)

(23)

12

BAB 3 METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Afdeling III kebun Serang Jaya PT. Mopoli Raya Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Sumatra Utara. Waktu penelitian pada bulan Agustus- September.

3.2 Rencana Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskritif dengan mengumpulkan berapa besaran biaya pengutipan lateks dan lump yang dilaksanakan di Afdeling III PT. Mopoli Raya

3.3 Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan di penelitian ini adalah : 1. Informasi umum

2. Ketentuan perusahaan

3. Informasi pembayaran premi dan gaji penderes 1 mandoran 4. Data karyawaan penderes 1 mandoran

Gambar

Tabel 2.1 Produktifitas tanaman Karet sesuai dengan klon yang digunakan.

Referensi

Dokumen terkait

Sifat produk pertanian adalah musimam, cepat rusak dan tersebar dalam beberapa lokasi serta tidak dapat diproduksi seragam secara massal. Hal ini menyebabkan daya saing

[r]

Indeks  Dow  Jones  melemah  pada  perdagangan  hari  Kamis  (17/7)  kemarin.  Investor  melakukan  aksi  jual  di  pasar  saham  dan  memilih  instrumen 

selaku ketua Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, serta sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis

Untuk akselerasi pemulihan ekonomi dan reformasi struktural di atas, kebijakan fiskal harus terus diperkuat dengan optimalisasi pendapatan negara, penguatan kualitas

menyetubuhi wanita tersebut, Mazhab Syafi’i mengatakan bahwa menyetubuhi wanita hamil yang telah dinikahi tersebut hukumnya makruh baik bagi laki-laki yang menghamilinya

Hasil post-test kedua kelas mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil pre-test. Hal ini diharapkan dapat menambah sikap apresitaif terhadap drama. Theatre games

Ada hal kedua yang saya ketahui tentang Anda. Saya tahu bahwa saat-saat yang paling menyedihkan dan paling menggembirakan di dalam hidup Anda disertai dengan perkataan. Ketika