• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perawat

2.1.1 Defenisi perawat

Perawat (Nurse) berasa dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Menurut Kusnanto (2003), perawat adalah seorang profesional yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan kewenangan melaksanakan pelayanan / asuhan keperawatan pada berbagai jenjang keperawatan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 647/Menkes/SK/IV/2000 tentang Registrasi dan Praktek Keperawatan RI No. 1239/Menkes/SK/XI/2001, dijelaskan bahwa perawat adalah orang yang telah lulus dari pendidikan perawat, baik di dalam maupun di uar negeri, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Definisi ini masih belum mempunyai batasan yang tegas karena hanya didasarkan pada seseorang yang telah lulus dari pendidikan keperawatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (dalam Asmadi, 2008).

Perawat adalah profesi yang sifat pekerjaannya selalu berada dalam situasi yang menyangkut hubungan antar manusia,

(2)

13

terjadi proses interaksi serta saling mempengaruhi dan dapat memberikan dampak terhadap tiap-tiap individu yang bersangkutan (Suhaemi, 2003).

Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang didefinisikan sebagai fungsi profesional keperawatan. Fungsi profesional yaitu membantu mengenadli dan menemukan kebutuhan pasien yang bersifat segera. Hal ini merupakan tanggung jawab perawat untuk mengetahui kebutuhan pasien dan membantu memenuhinya.

2.1.2 Tugas dan Peran Perawat

Tugas perawat secara umum untuk memenuhi kebutuhan dasar. Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan.

Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan oleh individu sesuai dengan status sosialnya. Jadi seorang perawat memiliki peran yang harus dijalankan sesuai lingkup kewenangan perawat (Asmadi, 2008). Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar profesi keperawatan dan bersifat konstan (Kusnanto, 2004).

Menurut Liliweri (2002), peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan posisi atau kedudukannya dalam suatu sistem.

(3)

14

Menurut Lokakarya Nasional (1996), peran perawat adalah sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, pengelola pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan, sebagai pendidik dalam keperawatan, peneliti dan pengembangan keperawatan. Hal ini pengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar profesi keperawatan dan bersifat konstan. Adapun peran perawat menurut Lokakarya Nasional Keperawatan 1996 yaitu :

a. Peran perawat sebagai Educator (Pendidik) merupakan dasar dari Health Education yang berhubungan dengan semua tahap kesehatan dan tingkat pencegahan. Selain itu juga perawat harus mampu memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga terkait pencegahan penyakit, pemulihan, menyusun program Health Education serta perawat memberikan informasi tentang kesehatan. b. Peran perawat sebagai Pengamat Kesehatan artinya

perawat harus melaksanakan pengawasan terhadap perubahan yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyrakat terkait dengan masalah kesehatan melalui kunjungan ke rumah, pertemuan, melakukan observasi dan pengumpulan data.

c. Peran perawat sebagai Koordinator Pelayanan Kesehatan yaitu perawat yang mengkoordinir seluruh

(4)

15

kegiatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat dalam lingkup rumah sakit, puskesmas, maupun tempat layanan kesehatan lainnya untuk mencapai tujuan kesehatan dengan bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya.

d. Peran perawat sebagai Pembaharu yaitu perawat harus berperan sebagai inovator terhadap individu, keluarga dan masyarakat dalam merubah perilaku serta pola hidup yang sangat berkaitan dengan pelaksanaan dan pemeliharaan kesehatan.

e. Peran perawat sebagai Pengorganisir Pelayanan Kesehatan, perawat memberikan motivasi atau dukungan untuk meningkatkan keikutsertaan individu, keluarga, dan kelompok dalam upaya pelayanan kesehatan.

f. Peran perawat sebagai Role Model merupakan perilaku yang ditampilkan oleh perawat sehingga dapat dijadikan sebagai patuhan atau contoh bagi individu, keluarga, masyarakat maupun lingkungan dimana perawat berada.

g. Peran perawat sebagai Fasilitator, merupakan tempat bagi masyarakat untuk bertanya mengenai pencegahan masalah kesehatan, sehingga diharapkan

(5)

16

perawat dapat memberikan solusi mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.

h. Peran perawat sebagai Pelaksana (Care Giver) yaitu memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat berupa sauhan keperawatan yang komprehensif yang meliputi pemberian asuhan keperawatan, memberikan bantuan langsung kepada individu / pasien dan keluarga / masyarakat yang mengalami masalah dengan kebutuhan rasa aman.

2.1.3 Fungsi Perawat

Fungsi peran perawat adalah salah satunya dapat menjalankan atau melaksanakan perannya secara mandiri, tidak tergantung pada orang lain atau tim kesehatan lainnya. Perawat dapat memberikan bantuan terhadap adanya penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia baik bio, psiko-sosio/kultur maupun spiritual. Perawat bertanggung jawab serta bertanggung gugat atas rencana dan tindakannya. Tugas perawat berdasarkan fungsi perawat yaitu :

a. Fungsi idependent merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain. Perawat dalam melaksanakan tugasnya dilaksanakan sendiri dengan

(6)

17

keputusan sendiri dalam melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.

b. Fungsi dependen merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas pesan atau instruksi dari perawat lain

c. Fungsi interdependen, fungsi ini dilakukan dalam tim yang bersifat saling ketergantungan diantara anggota tim satu dengan anggota tim lainnya.

Fungsi perawat dalam melakukan pengkajian pada individu yang sehat maupun sakit di segala aktivitas yang dilakukan berguna untuk pemulihan kesehatan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, aktivitas ini dilakukan dengan berbagai cara untuk mengembalikan kemandirian pasien secepat mungkin dalam bentuk proses keperawatan yang terdiri atas tahap pengkajian, identifikasi masalah (diagnosa keperawatan), perencanaan, implementasi dan evaluasi (Sudarma, 2008).

2.2 Pendokumentasian 2.2.1 Defenisi

Pendokumentasian merupakan salah satu upaya membina dan mempertahankan akuntabilitas perawat dan keperawatan. Pelaksanaan dokumentasi proses keperawatan sebagai salah satu alat ukur untuk mengetahui, memantau dan menyimpulkan

(7)

18

suatu pelayanan asuhan keperawatan yang diselenggarakan di rumah sakit (Jasun, 2006).

Pendokumentasian keperawatan juga didefinisikan sebagai suatu proses informasi, penerimaan, pengiriman dan evaluasi pusat rencana yang dilaksanakan oleh seorang perawat profesional (Nursalam, 2008). Selain itu juga pendokumentasian adalah komunikasi, proses keperawatan, dan standar asuhan keperawatan.

2.2.2 Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi merupakan catatan penerapan manajemen asuhan keperawatan profesional (Nursalam, 2008). Potter dan Perry (2005), mendefinisikan dokumentasi sebagai segala sesuatu yang tercetak atau tertulis yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang.

Dokumentasi keperawatan merupakan sarana komunikasi dari satu profesi ke profesi lain terkait status klien (Asmadi, 2008). Dokumentasi sebagai alat komunikasi, tulisan dalam dokumentasi keperawatan harus jelas terbaca, tidak boleh memakai istilah atau singkatan-singkatan yang tidak lazim, juga berisi uraian yang jelas, tegas, dan sistematis. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari disfungsi komunikasi. Lebih lanjut, dampak yang di timbul akibat disfungsi komunikasi ini akan membahayakan keselamatan klien.

(8)

19

Deswani (2010), dokumentasi adalah sesuatu yang ditulis atau dicetak, kemudian diandalkan sebagai catatan bukti bagi orang yang berwewenang dan merupakan bagian dari praktik profesional.

2.2.3 Tujuan Pendokumentasian Keperawatan

Pendokumentasian keperawatan yang lengkap adalah persyaratan dalam melaksanakan perawatan yang baik dan efesiensi dari kerjasama dan komunikasi antar profesi kesehatan dan pelayanan kesehatan profesional. Dokumentasi keperawatan yang lengkap dan akurat akan memudahkan disiplin ilmu lain untuk menggunakan informasi di dalamnya.

Nursalam (2008), menyatakan bahwa perawat merasakan bahwa dokumentasi tertulis dan komunikasi verbal dengan profesi lain tidak dihargai. Alasan lain dari pentingnya dokumentasi keperawatan yang akurat serta lengkap adalah untuk berkaitan dengan urusan pengadilan.

Menurut Doenges, dkk (1998), tujuan sistem dokumentasi keperawatan adalah untuk memfasilitasi pemberian perawatan pasien yang berkualitas, memastikan dokumentasi kemajuan yang berkenan dengan hasil yang berfokus pada pasien, memfasilitas konsistensi antar disiplin dan komunikasi tujuan dan kemajuan pengobatan.

(9)

20

Setiadi (2013), tujuan dokumentasi keperawatan yaitu : 1. Sebagai sarana komunikasi :

komunikasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat berguna untuk membantu koordinasi asuhan keperawatan yang diberikan oleh tim kesehatan, mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien, membantu tim perawat dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya.

2. Sebagai Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat : sebagai upaya untuk melindungi klien terhadap kuallitas pelayanan keperawatan yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan perawat dalam melaksanakan tugasnya maka perawat diharuskan mencatat segala tindakan yang dilakukan terhadap klien.

3. Sebagai Informasi Statistik :

Data statistik dari dokumentasi keperawatan dapat membantu merencanakan kebutuhan di masa mendatang, baik SDM, sarana, prasarana dan teknis.

(10)

21

4. Sebagai Sarana Pendidikan :

Dokumentasi asuhan keperawatan yang dilaksanakan secara baik dan benar akan membantu para siswa keperawatan maupun siswa kesehatan lainnya dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, baik teori maupun praktik lapangan.

5. Sebagai Sumber Data Penelitian :

Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai sumber data penelitian. Hal ini sarat kaitannya dengan yang dilakukan terhadap asuhan keperawatan yang diberikan sehingga melalui penelitian dapat diciptakan satu bentuk pelayanan keperawatan yang aman, efektif dan etis.

6. Sebagai Jaminan Kualitas Pelayanan Kesehatan : Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik dan benar, diharapkan asuhan keperawatan yang berkualitas dapat dicapai, karena jaminan kualitas merupakan bagian dari program pengembangan pelayanan kesehatan. Suatu perbaikan tidak dapat diwujudkan tanpa dokumentasi yang kontinu, akurat, dan rutin baik yang dilakukan oleh perawat maupun tenaga kesehatan lainnya.

(11)

22

7. Sebagai Sumber Data Perencanaan Asuhan Keperawatan Berkelanjutan :

Dengan dokumentasi akan didapatkan data yang aktual dan konsisten mencakup seluruh kegiatan keperawatan yang dilakukan melalui tahapan kegiatan proses keperawatan.

2.2.4 Manfaat Pendokumentasian Keperawatan

Nursalam (2011) menerangkan bahwa dokumentasi keperawatan mempunyai makna atau manfaat yang penting dan dapat dilihat dari berbagai aspek yaitu :

1. Hukum

Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum. Bila menjadi suatu masalah (misconduct) yang berhubungan dengan profesi keperawatan, sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi dapat dipergunakan sewaktu-waktu Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan sebagai barang bukti di pengadilan.

2. Kualitas Pelayanan

Pendokumentasian data klien yang lengkap dan akurat, akan memberi kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien. Untuk

(12)

23

mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui dokumentasi yang akurat. Hal ini akan membantu meningkatkan kualitas (mutu) pelayanan keperawatan

3. Komunikasi

Dokumentasi keadaan klien merupakan alat “perekam” terhadap masalah yang berkaitan dengan klien. Perawat atau profesi kesehatan lain dapat melihat dokumentasi yang ada dan sebagaialat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.

4. Keuangan

Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua asuhan keperawatan yang belum, sedang, dan telah diberikan didokumentasikan dengan lengkap dan dapat dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan bagi klien.

5. Pendidikan

Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan

(13)

24

atau referensi pembelajaran bagi peserta didik atau profesi keperawatan.

6. Penelitian

Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang terdapat didalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi keperawatan.

7. Akreditasi

Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan mengenai tingkat keberhasilan pemberian asuhan keperawatan yang diberikan guna pembinaan dan pengembangan lebih lanjut.

2.2.5 Tahapan Pendokumentasian Keperawatan

Potter & Perry (2005), menjelaskan bahwa ada lima langkah dalam melakukan proses asuhan keperawatan yaitu :

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dalam melakukan proses keperawatan, di mana seorang perawat mulai menerapkan pengetahuan dan pengalaman dalam mengumpulkan data tentang klien.

(14)

25

Pengkajian dan pendokumentasian yang lengkap tentang kebutuhan pasien dapat meningkatkan keefektivitasan asuhan keperawatan yang diberikan melalui hal hal-hal sebagai berikut :

1. Menggambarkan kebutuhan pasien untuk membuat diagnosa keperawatan

2. Memfasilitasi perencanaan intervensi

3. Menggambarkan kebutuhan keluarga dan menunjukan dengan tepat faktor-faktor yang akan meningkatkan pemulihan pasien dan memperbaiki perencanaan pulang

4. Memenuhi obligasi profesional dengan mendokumentasikan informasi pengkajian yang bersifat penting.

b. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu proses perawat melakukan analisis data secara subjektif dan objektif yang telah diperoleh pada saat melakukan tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosa keperawatan. Adapun tahapannya yaitu :

1. Menganalisis dan menginterpretasi data 2. Mengidentifikasi masalah klien

(15)

26

4. Mendokumentasikan diagnosa keperawatan c. Perencanaan

Perencanaan merupakan kategori dari perilaku keperawatan dengan tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan serta intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan. Tahapannya sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi tujuan klien

2. Menetapkan hasil yang diperkirakan 3. Mendelegaikan tindakan

4. Menuliskan rencana asuhan keperawatan d. Implementasi

Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan serta tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Adapun tahapannya yaitu :

1. Mengkaji kembali klien

2. Menelaah dan memodifikasikan rencana perawatan yang sudah ada

(16)

27 e. Evaluasi

Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan. Adapun tahapannya, yaitu :

1. Menbandingkan respon klien dengan kriteria 2. Menganalisis alasan untuk hasil dan konklusi 3. Memodifikasi rencana asuhan

Menurut Hidayat (2007) dalam Fajri (2011), syarat dokumentasi yaitu : a. Kesederhanaan b. Keakuratan c. Kesabaran d. Ketepetan e. Kelengkapan

f. Kejelasan dan keobjektifan.

2.2.6 Prinsip – prinsip pendokumentasian

Setiadi (2012), menerangkan prinsip-prinsip dalam melakukan pendokumentasian yaitu :

1. Menulis nama klien pada setiap halaman catatan perawat.

2. Mudah dibaca, sebaiknya menggunakan tinta warna biru atau hitam.

(17)

28

3. Akurat, menulis catatan selalu dimulai dengan menulis tanggal, waktu dan dapat dipercaya secara faktual. 4. Ringkas, singkatan yang biasa digunakan dan dapat

diterima, dapat dipakai.

5. Pencatatan mencakup keadaan sekarang dan waktu lampau.

6. Jika terjadi kesalahan pada saat pencatatan, coret satu kali kemudian tulis kata “salah” diatasnya serta paraf dengan jelas. Dilanjutkan dengan informasi yang benar “jangan dihapus”. Validitas pencatatan akan rusak jika ada penghapusan.

7. Tulis nama jelas pada setiap hal yang telah dilakukan dan bubuhi tanda tangan.

8. Jika pencatatan bersambung pada halaman baru, tanda tangani dan tulis kembali waktu dan tanggal pada bagian halaman tersebut.

9. Jelaskan temuan pengkajian fisik dengan cukup terperinci. Hindari penggunaan kata seperti “sedikit” dan “banyak” yang mempunyai tafsiran dan harus dijelaskan agar bisa dimengerti.

10. Jelaskan apa yang terlihat, terdengar terasa dan tercium pada saat pengkajian.

(18)

29

11. Jika klien tidak dapat memberikan informasi saat pengkajian awal, coba untuk mendapatkan informasi dari anggota keluarga atau teman dekat yang ada atau kalau tidak ada catat alasannya.

2.2.7 Standar Pendokumentasi Keperawatan

Dalam melakukan dokumentasi keperawatan harus disesuaikan dengan standar dokumentasi keperawatan yang ada dengan tujuan untuk mempertahankan akreditasi, untuk mengurangi pertanggungjawaban, dan untuk menyesuaikan kebutuhan pelayanan keperawatan (Potter & Perry, 2005). Standar dokumentasi adalah pernyataan tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi untuk dilakukan pertimbangan secara adekuat.

Seorang perawat memerlukan suatu standar dokumentasi untuk memperkuat pola pencatatan dan sebagai petunjuk atau pedoman praktis pendokumentasian dalam memberikan tindakan keperawatan. Fakta tentang kemampuan perawat dalam pendokumentasian ditunjukan pada ketrampilan seorang perawat melakukan penulisan sesuai dengan standar dokumentasi yang konsisten, pola yang efektif, lengkap dan akurat.

(19)

30

2.2.8 Faktor Yang Mempengaruhi pendokumentasian Keperawatan

Menurut Jasun (2006), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pendokumentasian keperawatan yaitu 1) faktor internal : umur, masa kerja, pendidikan, pengetahuan dan sikap, 2) faktor eksternal : beban kerja, supervisi, ketersediaan fasilitias format pendokumentasian, ketersediaan standar asuhan keperawatan, dan instrumen evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan.

a. Faktor Internal 1. Umur

Secara fisiologis pertumbuhan dan perkembangan seorang dapat digambarkan dengan pertambahan umur, peningkatan umur diharapkan terjadi pertambahan kemampuan motorik sesuai dengan tumbuh kembangnya. Akan tetapi pertumbuhan dan perkembangan seseorang pada titik tertentu akan terjadi kemunduran akibat faktor degenratip (suhaeni, 2005).

Mapiare (1983) yang dikutip oleh Setiawan (2009), bahwa seseorang yang lebih dewasa mempunyai kemungkinan untuk dapat

(20)

31

menggunakan potensi-potensinya menjadi sadar diri dan berlanjut ke membandingkan diri. Pertambahan usia diikuti oleh perkembangan fisik, psikologis, dan intelektual. Kematangan dalam faktor-faktor tersebut diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan.

2. Masa kerja

Seseorang akan mencapai kepuasan tertentu bila sudah mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Semakin lama karyawan bekerja mereka cenderung lebih terpuaskan dengan pekerjaan mereka. Para karyawan yang relatip baru cenderung kurang terpuaskan karena berbagai pengharapan yang lebih tinggi (Umar, 2003).

3. Pendidikan

Notoatmojo (2010), menyatakan pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup secara baik. Tingkat pendidikan seseorang karyawan dapat memperbaiki produktivitas kerja karyawan yang bersangkutan (Hariandja, 2002).

(21)

32 4. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan suatu hasil usaha manusia untuk memahami kenyataan yang dapat dijangkau oleh pemikiran manusia, berdasarkan pengalama manusia secara empiris (Notoadmojo, 2003). Pengetahuan juga dapat didefenisikan sebagai kumpulan informasi yang dipahami, diperoleh dari proses belajar selama hidup dan dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri maupun lingkungannya (Handoko, 2003). 5. Sikap

Sikap merupakan penilaian seseorang terhadap stimulus atau obyek. Setelah orang mengetahui stimulus atau obyek proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau obyek tersebut ( handoko, 2003). Menurut hasil penelitian Rusmiati (2001), kecendurungan perawat mempunyai sikap sangat baik terhadap pelaksanan standar asuhan keperawatan.

(22)

33 b. Faktor Eksternal

1. Beban kerja

Beban kerja juga didefinisikan dalam kep.Men.Kes. RI. No:81/SK/I/2004 sebagai banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan oleh tenaga kesehatan yang profesional dalam satu tahun dalam satu sarana kesehatan (Dep Kes., 2004). Hasil penelitian Lasmiyatun (2012), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara beban kerja dengan tingkat stres pada perawat di Rumah Saklit Paru dr. Ario wirawan salatiga, jelas bahwa beban kerja mempengaruhi tingkat produktivitas kerja perawat.

2. Supervisi

Hasil penelitian Walin (2005), menunjukan bahwa adanya hubungan antara supervisi dengan kinerja perawat dalam penerapan standar asuhan keperawatan di puskesmas rawat inap kabupaten Kebumen (Tim Departemen Kesehatan RI, 1994).

Supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap

(23)

34

pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung untuk mengatasinya (Aswar, 2004). 3. Ketersediaan fasilitas format pendokumentasian

Ketersediaan format pendokumentasian membantu perawat untuk mengatur pemikirannya dan memberikan struktur yang dapat meningkatkan pemecahan masalah yang kreatif. Komunikasi yang terstruktur akan mempermudah konsistensi penyelsaian masalah di antara tim kesehatan (Notoadmojo, 2003). 4. Ketersediaan standar asuhan keperawatan

Standar asuhan keperawatan adalah alat ukur kualitas atau tolok ukur dalam pelaksanaan praktek keperawatan (Hidayat, 2004).

5. Instrumen evaluasi standar asuhan keperawatan. Instrumen evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan merupakan alat untuk mengukur mutu asuhan keperawatan di Rumah Sakit. Asuhan keperawatan dikatakan bermutu bila telah memenuhi kriteria standar profesi. Standar asuhan keperawatan merupakan bagian integral

(24)

35

dan pejabaran dari standar pelayanan Rumah Sakit yang diberlakukan melalui surat keputusan menteri kesehatan No: 836 tahun 2005 (Maltis, 2000).

2.3 Hubungan antara perawat dengan pendokumentasian

Dalam meningkatkan kepuasan dalam bekerja dan meningkatkan perkembangan professional maka hubungan antara perawat dengan klien dapat dilakukan melalui proses keperawatan yang kemudian proses keperawatan tersebut dapat menjelaskan keadaan klien melalui pendokumentasian sebagai bukti dari proses keperwatan tersebut. Pendokumentasian merupakan sarana komunikasi antar petugas kesehatan dalam rangka pemulihan kesehatan pasien, tanpa dokumentasi yang benar dan jelas, kegiatan pelayanan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh seorang perawat profesional tidak dapat dipertanggung jawabkan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan perbaikan status kesehatan pasien di Rumah Sakit ( Nursalam, 2011).

Jasun (2006), mengatakan bahwa pendokumentasian keperawatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: sikap dan pengetahuan dari perawat itu sendiri.

Oleh karena itu untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan perbaikan status kesehatan pasien di rumah sakit maka seorang perawat dituntut untuk selalu melakukan dokumentasi

(25)

36

yang benar dan jelas sebagai bukti dari kegiatan pelayanan asuhan keperawatan yang dilakukan. Seorang perawat tidak pernah terlepas dari yang namanya pendokumentasian.

2.4 Kerangka Konseptual

A

Keterangan :

: Variabel yang tidak diteliti : Variabel yang di teliti

Gambar. 2. 1. Kerangka Teori

(Faktor-faktor yang mempengaruhi

Perawat dalam pelaksanaa Pendokumentasian)

Sumber : Jasun (2006) Faktor Eksternal  Ketersediaan Standar Asuhan Keperawatan  Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Faktor Internal  Masa Kerja  Umur  Pendidikan Asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan :  Pengkajian  Diagnose keperawatan  Rencana Keperawatan  Implementasi  Evaluasi Pendokumentasian Keperawatan Kualitas Pelayanan keperawatan Informasi tentang keadaan kesehatan

pasien  Kepuasan klien Profesionalisme Keperawatan Tanggung gugat Tanggung jawab Perawat, peran dan Tugas  Pengetahuan

 Sikap Beban Kerja  Supervisi

 Ketersediaan fasilitas format pendokumentasian

(26)

37 2.5 Hipotesis

Adanya pengaruh antara faktor pengetahuan, sikap dan ketersediaan fasilitas format pendokumentasian dalam pelaksanaan pendokumentasian

Referensi

Dokumen terkait

Keanekaragaman jenis lamun di daerah in- tertidal Teluk Sepang Kecamatan Selebar Kota Bengkulu sangat rendah; dari 12 jenis lamun yang diketahui tumbuh di seluruh

Abdomen adalah kotak hitam diagnostik. Untungnya, dengan beberapa pengecualian tidak perlu untuk menentukan organ intra-abdomen yang cedera, hanya apakah

Tokyo: Research Institute of Industrial Technology - Nihon University, 2005. Report of the Research Institute of Industrial Technology Nihon

Sejak sekitar 10.000 tahun yang lalu ras manusia seperti yang dikenal sekarang sudah mulai ada di Indonesia dan sekitarnya. Dua ras yang terdapat di Indonesia pada

[r]

Berangkat dari pemikiran tersebut, dikaitkan dengan kondisi rill sementara Aparat Desa Tempang III, Kecamatan Langowan Utara, Kabupaten Minahasa sebagai tempat penelitian

(2) Dalam hal Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada Pasal 50 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf n tidak diketahui atau lebih rendah dari NJOP yang

Pero, sinabi ni Crispin na hindi maniniwala ang kanilang ina sapagkat ipikikita niya ang maraming latay na likha ng pagpalo ng kura at ang bulsa niyang butas-butas na walang