• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU AGRESIVITAS ANAK TK KEMALA BHAYANGKARI 13

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU AGRESIVITAS ANAK TK KEMALA BHAYANGKARI 13"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU

AGRESIVITAS ANAK TK KEMALA BHAYANGKARI 13

Irma Hariyani, Marmawi R, Sutarmanto PG. PAUD, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak

Email : irmavio15@gmail.com

Abstrack : The study is titled "Parenting Relationship with the Parent Child Behavior Aggressiveness Kemala Bhayangkari TK 13". This study aimed to describe relationships parenting parents with aggressive behavior of kindergarten children Kemala Bhayangkari 13. The method used descriptive quantitative approach. The results showed that the pattern of care used by parents so diverse tailored to the needs and behavior of children. Aggressive behavior seen in children who disrupt playmate and show strength in the group. Product Moment Correlation of two variables shows that the relations in the low range (0.025). It shows that there is no relationship between parenting parents with aggressive behavior of kindergarten children Kemala Bhayangkari 13.

Abstrak : Penelitian ini berjudul “Hubungan Pola Asuh orang Tua dengan Perilaku Agresivitas Anak TK Kemala Bhayangkari 13”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku agresivitas anak TK Kemala Bhayangkari 13. Metode yang digunakan deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh yang digunakan oleh orang tua sangatlah beragam disesuaikan dengan kebutuhan dan perilaku anak. Perilaku agresivitas terlihat pada anak yang mengganggu teman bermain dan menunjukkan kekuatan di dalam kelompok. Korelasi Product Moment dari kedua variabel menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi dalam rentang rendah (0,025). Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku agresivitas anak TK Kemala Bhayangkari 13.

(2)

eluarga adalah lingkungan pertama dalam kehidupan anak, tempat dimana anak belajar bersosialisasi. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan kepada anak. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian sangatlah besar artinya. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan anak, seperti perkembangan sosial emosional anak yang dapat terbentuk dari lingkungan keluarga maupun lingkungan di sekitar anak. Perkembangan emosi dapat diekspresikan sebagai peran yang sangat penting dalam menunjukkan kepada orang lain apa yang dirasakan seseorang, mengatur perilakunya dan sebagai poros dalam hubungan sosial. Meskipun begitu, kemampuan anak-anak dalam menyalurkan emosi mereka sangat beragam. Bahkan hal yang paling menonjol yang dimiliki oleh anak yang bermasalah adalah umumnya anak-anak mengalami kesulitan dalam pengaturan emosi mereka.

Orang tua mempunyai berbagai macam fungsi yang salah satu diantaranya ialah mengasuh putra-putrinya. Dalam mengasuh anaknya orang tua dipengaruhi oleh budaya yang ada dilingkungannya. Disamping itu, orang tua juga diwarnai oleh sikap–sikap tertentu dalam memelihara, membimbing dan mengarahkan putra-putrinya. Sikap tersebut tercermin dalam pola pengasuhan kepada anaknya yang berbeda-beda, karena orang tua mempunyai pola asuh tertentu.

Orang tua memiliki peran sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara, dan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Selain itu, Orang tua mempunyai peranan penting dalam pembentukan identitas anak. Pentingnya unsur pola asuh orang tua dalam kehidupan anak menyebabkan dibutuhkannya pola asuh orang tua. Akan tetapi, banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka mendidik membuat anak merasa tidak diperhatikan, dibatasi kebebasannya, bahkan ada yang merasa tidak disayang oleh orang tuanya. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Baumrind (dalam Latifah, M., 2010) menunjukkan bahwa: “orang tua yang demokratis lebih mendukung perkembangan anak terutama dalam kemandirian dan tanggung jawab. Sementara, orang tua yang otoriter merugikan, karena anak tidak mandiri, kurang tanggung jawab serta agresif, sedangkan orang tua yang permisif mengakibatkan anak kurang mampu dalam menyelesaikan diri di luar rumah”.

Hal yang palimg penting pada masa sosialisasi anak adalah kehangatan hubungan orang tua dengan anaknya, sehingga perkembangan sosial anak berjalan ke arah yang positif. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat dari Grotevant & Cooper (dalam Adawiyah,R 2010:12) menyatakan “Important role of family quality which follow to colour the identity forming for example lay in by parent interaction with the child; what is in this case referred by a mothering pattern”. Maksudnya bahwa keluarga dan pola pengasuhan orang tua memiliki peran penting dalam pembentukan identitas diri anak.

Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa yang sangat berharga dan menjadi tumpuan di masa depan bagi orang tua, keluarga, masyarakat dan bangsa. Pada kenyataannya, dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui anak banyak ditemukan juga bahwa tidak semua hal berjalan sesuai dengan harapan dan rencana apalagi ketika muncul perilaku yang tidak diharapkan seperti

K

E

(3)

agresivitas. Dalam proses tumbuh kembang anak, pengaruh lingkungan sangat besar bagi perkembangannya. Salah satunya lingkungan keluarga seperti pola asuh yang diterapkan oleh orang tua. Dengan melihat dan mengamati masalah-masalah perilaku anak yang terlihat dalam keluarga dan sekolah, perlu adanya patokan atau pegangan untuk menentukan apakah seorang anak bisa digolongkan sebagai anak yang perilakunya menimbulkan masalah atau sebenarnya masih dalam tingkatan ringan.

Menurut Hurlock (1978:261), “anak berusia 2 sampai 6 tahu belajar melakukan hubungan sosial dengan orang di luar lingkungan rumah, terutama denga anak-anak yang umurnya sebaya. Mereka belajar bekerja sama dan menyesuaikan diri dalam kegiatan bermain dan belajar untuk berbagi mainan.” Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa anak berusia 4 sampai dengan 6 tahun sudah dapat bermain bersama anak lainnya. Akan tetapi, jika anak usia 4 sampai 6 tahun tersebut belum dapat bermain bersama dengan anak lain berarti ada gejala anak mengalami kesulitan dalam perkembangannya.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa anak berusia 4 sampai dengan 6 tahun sudah dapat bermain bersama anak lainnya. Akan tetapi, jika anak usia 4 sampai 6 tahun tersebut belum dapat bermain bersama dengan anak lain berarti ada gejala anak mengalami kesulitan dalam perkembangannya. Anak tersebut perlu mendapat perhatian guru dan orang tua karena anak tersebut belum mencapai taraf perkembangan sosial anak seusianya. Dengan kata lain, anak tersebut mengalami kesulitan dalam perkembangan social. Salah satu bentuk perilaku anak yang mengalami kesulitan hubungan sosial adalah anak yang berperilaku agresif. Menurut Dewi, R (2005:109), “agresif adalah tingkah laku menyerang baik secara fisik maupun verbal atau melakukan ancaman sebagai pernyataan adanya rasa permusuhan.” Anak-anak mengekspresikan perilaku agresinya yang berubah-ubah sesuai dengan perkembangannya. Seperti halnya bayi yang lebih mengandalkan serangan fisik, sedangkan anak-anak yang lebih tua yang sudah memiliki keterampilan komunikasi cenderung agresif secara lisan bukan secara fisik. Anantasari (2006: 90) mengungkapkan “anak-anak yang sering mengalami perilaku yang menyimpang atau perilaku agresif biasanya mempunyai ciri-ciri, menyakiti/merusak diri sendiri dan orang lain, tidak diinginkan oleh orang tua yang menjadi sasarannya, dan perilaku yang seringkali melanggar norma”.

METODE

Dalam penelitian ini, bentuk penelitian yang digunakan adalah bentuk penelitian studi korelasional sejajar untuk mencari hubungan kedua variabel. Beberapa bentuk penelitian, sebagaimana yang diungkapkan Subana (2001:91) yang dapat digunakan suatu penelitian. Diantara bentuk penelitian dimaksud adalah teknik penelitian survey, studi korelasional sejajar, studi korelasional sebab-akibat, penelitian kausal komparatif, analisis dokumen, development studies (cross sectional-longitudinal), studi sosiometri, dan follow-up studies. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk penelitian studi korelasional

(4)

sejajar yang mencari ada tidaknya hubungan antara pola asuh orang tua dan perilaku agresif anak di TK Kemala Bhayangkari 13 Pontianak.

Metode yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif untuk menjelaskan hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku agresivitas anak di Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 13 Pontianak. Seperti yang diungkapkan oleh Bungin, B (2009:36), “metode deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi”.

Menurut Arikunto, S (2002:108) “populasi adalah keseluruhan objek penelitian”. Jadi yang dimaksud populasi adalah keseluruhan objek yang dapat dijadikan sumber data penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua siswa TK. Kemala Bhayangkari 13 Pontianak. Di sekolah tersebut terdapat 6 kelas yang terdiri dari kelompok A, B1, B2, B3, B4, dan B5 dengan total 120 anak.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan sebagai data dalam suatu penelitian. Pengambilan jumlah sampel dari populasi ini berdasarkan pendapat Arikunto, S (2002:112) yang menyatakan bahwa “apabila populasi kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi”. Selanjutnya apabila populasi lebih dari 100 maka dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian orang tua siswa TK. Kemala Bhayangkari 13 Pontianak. Sesuai dengan pendapat di atas, sebagian dari sampel tersebut diambil dari 25% jumlah populasi sehingga dari jumlah populasi sebesar 120 orang maka sampel yang diambil sebesar 25% dari 120 adalah 30 orang. Dalam pengambilan sampel tersebut peneliti menggunakan sampel acak (Random sampling).

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu (1) teknik komunikasi tidak langsung dengan cara menyebarkan angket kepada orang tua anak. (2) teknik observasi tidak langsung dengan mengamati dan mencatat peristiwa yang terjadi. (3) teknik komunikasi langsung dengan mewawancari guru di sekolah tentang perilaku anak. (4) teknik studi dokumenter dengan mekihat data anak dari catatan di sekolah. Sesuai dengan teknik pengumpulan data yang telah ditetapkan, maka diperlukan alat pengumpulan data yang sesuai dengan teknik dan jenis data yang hendak diperoleh. Adapun alat pengumpul data penelitian ini adalah angket yang didukung oleh data dari observasi dan wawancara. Angket tersebut ditujukan kepada orang tua siswa TK. Kemala Bhayangkari 13 Pontianak.

Sudijono, A (2008:2) mengungkapkan bahwa statistik dengan pengertian sebagai data kuantatif (yang juga disebut: data statistik), adalah data angka yang dapat memberikan gambaran mengenai keadaan, peristiwa atau gejala tertentu. Sehingga analisis data yang digunakan untuk menjawab sub masalah 1 dan 2 menggunakan rumus persentase. Sedangkan untuk menjawab masalah 3 peneliti menggunakan rumus korelasi Product Moment yaitu:

(5)

rxy =

Keterangan:

rxy : Koofesien korelasi antara variable X dan variable Y

XY : Jumlah nilai variable X yang dikalikan dengan varia X : Jumlah nilai variable X

Y : Jumlah nilai variable Y

X2 : Jumlah nilai variable X yang dikuadratkan

Y2 : Jumlah nilai variable Y yang dikuadratkan

N : Jumlah sampe HASIL PENELITIAN

Pada bagian ini akan dibahas hasil p Kemala Bhayangkari 13

dengan perilaku agresivitas anak di TK Kemala Bhayangkari 13

Pola asuh merupakan salah satu jenis proses merawat anak untuk mecapai perkembangan anak secara optimal.

oleh orang tua dalam mendidik dan memberi bimbingan dan pengalaman serta memberikan pengawasan kepada anak

berguna, serta memenuhi kebutuhan fisik dan psikis yang akan menjadi faktor penentu bagi anak dalam menginterpretasikan, menilai dan mendeskripsikan kemudian memberikan tanggapan dan menentukan sikap maupun berperilak Sehingga pemilihan pola asuh yang tepat dapat membentuk karakter dan perkembangan setiap anak menjadi lebih baik dan terarah.

oleh Baumrind (dalam Sunal, S. Cynthia, 1991:291) bahwa pola asuh orang tua memiliki pengaruh yang pent

asuh yang diterapkan oleh orang tua memiliki pengaruh dalam setiap tahap perkembangan dan perilaku anak.

Untuk mengetahui jenis pola asuh yang dilakukan orang tua di TK Kemala Bhayangkari 13 Pontianak, penelit

pertanyaan yang telah di uji kevalidan item pertanyaan tersebut pola asuh apa yang digunakan oleh orang tua.

acak kepada 30 responden.

bahwa orang tua tidak berpedoman pada

disesuaikan lagi dengan perilaku anak dan kebutuhan.

Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 13 Pontianak tidak memiliki jenis pola asuh khusus yang diterapkan dalam mengasuh anak

kurangnya pengetahuan orang tua mengenai macam

orang tua hanya mengasuh anak berdasarkan pengetahuan seadanya

dari hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa pola asuh yang dominan diterapkan oleh orang tua adalah sebagian besar

: Koofesien korelasi antara variable X dan variable Y : Jumlah nilai variable X yang dikalikan dengan varia : Jumlah nilai variable X

: Jumlah nilai variable Y

: Jumlah nilai variable X yang dikuadratkan : Jumlah nilai variable Y yang dikuadratkan : Jumlah sampel

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dibahas hasil penelitian yang telah dilakukan di TK Kemala Bhayangkari 13 yang mencakup tentang hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku agresivitas anak di TK Kemala Bhayangkari 13 P

Pola asuh merupakan salah satu jenis proses merawat anak untuk mecapai perkembangan anak secara optimal. pola asuh orang tua adalah cara yang dipakai oleh orang tua dalam mendidik dan memberi bimbingan dan pengalaman serta memberikan pengawasan kepada anak-anaknya agar kelak menjadi orang yang berguna, serta memenuhi kebutuhan fisik dan psikis yang akan menjadi faktor penentu bagi anak dalam menginterpretasikan, menilai dan mendeskripsikan kemudian memberikan tanggapan dan menentukan sikap maupun berperilak Sehingga pemilihan pola asuh yang tepat dapat membentuk karakter dan perkembangan setiap anak menjadi lebih baik dan terarah. Seperti yang dijelaskan oleh Baumrind (dalam Sunal, S. Cynthia, 1991:291) bahwa pola asuh orang tua memiliki pengaruh yang penting dalam perkembangan anak. Setiap jenis pola asuh yang diterapkan oleh orang tua memiliki pengaruh dalam setiap tahap perkembangan dan perilaku anak.

Untuk mengetahui jenis pola asuh yang dilakukan orang tua di TK Kemala Bhayangkari 13 Pontianak, peneliti telah menyiapkan angket dengan 8 item yang telah di uji kevalidan item pertanyaan tersebut untuk mengetahui pola asuh apa yang digunakan oleh orang tua. Angket tersebut disebarkan secara acak kepada 30 responden. Berdasarkan dari angket tersebut didapatlah data

rang tua tidak berpedoman pada satu jenis pola asuh saja, disesuaikan lagi dengan perilaku anak dan kebutuhan. Orang tua anak

kanak Kemala Bhayangkari 13 Pontianak tidak memiliki jenis pola ang diterapkan dalam mengasuh anak, hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai macam-macam pola asuh sehingga orang tua hanya mengasuh anak berdasarkan pengetahuan seadanya

dari hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa pola asuh yang dominan diterapkan oleh orang tua adalah sebagian besar pola asuh rejection

: Koofesien korelasi antara variable X dan variable Y : Jumlah nilai variable X yang dikalikan dengan variable Y

yang telah dilakukan di TK hubungan pola asuh orang tua

Pontianak.

Pola asuh merupakan salah satu jenis proses merawat anak untuk mecapai pola asuh orang tua adalah cara yang dipakai oleh orang tua dalam mendidik dan memberi bimbingan dan pengalaman serta anaknya agar kelak menjadi orang yang berguna, serta memenuhi kebutuhan fisik dan psikis yang akan menjadi faktor penentu bagi anak dalam menginterpretasikan, menilai dan mendeskripsikan kemudian memberikan tanggapan dan menentukan sikap maupun berperilaku. Sehingga pemilihan pola asuh yang tepat dapat membentuk karakter dan Seperti yang dijelaskan oleh Baumrind (dalam Sunal, S. Cynthia, 1991:291) bahwa pola asuh orang tua ing dalam perkembangan anak. Setiap jenis pola asuh yang diterapkan oleh orang tua memiliki pengaruh dalam setiap tahap Untuk mengetahui jenis pola asuh yang dilakukan orang tua di TK Kemala i telah menyiapkan angket dengan 8 item untuk mengetahui Angket tersebut disebarkan secara ut didapatlah data satu jenis pola asuh saja, tetapi Orang tua anak-anak di kanak Kemala Bhayangkari 13 Pontianak tidak memiliki jenis pola , hal tersebut dikarenakan macam pola asuh sehingga orang tua hanya mengasuh anak berdasarkan pengetahuan seadanya. Akan tetapi, dari hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa pola asuh yang dominan rejection (penolakan)

(6)

dan pola asuh overprotectif (terlalu melindungi), kemudian diikuti dengan pola asuh acceptance (penerimaan) dan pola asuh permisif.

Perilaku agresivitas adalah perilaku yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan baik secara fisik maupun verbal dengan tujuan untuk membela diri maupun tindakan yang dilakukan secara sengaja dengan tujuan untuk menyakiti orang lain. Seperti yang diungkapkan oleh Woolfolk, A (2007:79) “Aggressive children tend to believe that violence will be rewarded, and use aggression to get what they want”. Pendapat di atas menjelaskan bahwa anak yang berperilaku agresif cenderung percaya bahwa dengan kekerasan akan dihargai oleh orang lain dan anak akan mendapatkan apapun keinginannya.

Untuk mengetahui perilaku agresivitas anak di TK Kemala Bhayangkari 13 Pontianak, peneliti juga menyiapkan angket dengan 8 item pertanyaan yang ditujukan kepada orang tua untuk mengetahui perilaku anak dirumah, wawancara yang dilakukan kepada guru untuk mengetahui perilaku anak di sekolah dan pengamatan peneliti selama berada di sekolah. Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa sebagian besar perilaku agresivitas anak di Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 13 Pontianak hanya yaitu mengganggu teman bermain, berkata kasar dan menunjukkan kekuatan dalam kelompok. Namun berdasarkan keterangan dari guru, bahwa anak-anak berperilaku seperti itu dikarenakan mereka tidak nyaman dengan suasana disekitarnya.

Setelah mengumpulkan data dan melakukan analisis data terhadap kedua variabel. Untuk mengetahui bagaimanakah hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku agresivitas anak, dilakukan dengan rumus korelasi Product Moment dengan bantuan program SPSS 17. Berdasarkan hasil perhitungannya, didapatlah korelasi r(hitung) = 0,025 dan r(tabel) = 0,361. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat rendah antara pola asuh orang tua dengan perilaku agresivitas anak karena berada pada rentang 0,00-0,199. Masa anak-anak adalah masa meniru, sehingga perilaku anak terbentuk tidak hanya dari pola asuh yang digunakan oleh orang tua akan tetapi juga sangat dipengaruhi oleh perilaku orang tua yang berada di sekitar anak. Lingkungan luar lebih memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap perkembangan sosial emosional anak karena anak menghabiskan sebagian besar waktunya bermain di sekolah dan diluar rumah bersama teman-temannya. Sehingga kontrol yang baik perlu dilakukan oleh orang tua untuk membantu perkembangan sosial emosional yang baik bagi anak.

Dari perhitungan korelasi melalui SPSS, dilakukanlah uji hipotesis untuk mengetahui hubungan kedua variabel sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan perilaku agresivitas anak di Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 13 Pontianak. Hal tersebut dimungkinkan karena beberapa faktor lain yang lebih dominan menyebabkan anak berperilaku agresif yaitu faktor biologis seperti transmisi genetik, sistem otak, kemiskinan dan faktor dari lingkungan yang memberikan contoh tidak baik untuk perkembangan anak. Faktor eksternal penyebab agresivitas adalah lingkungan. Izzaty (2005: 108) faktor-faktor lingkungan yaitu: kemiskinan, anominitas, suhu udara yang panas, dan meniru (Modelling). Selain itu, orang tua juga tidak hanya menerapkan satu jenis pola asuh saja, tetapi beragam pola asuh sesuai kebutuhan, sehingga perilaku anak dapat dikontrol oleh

(7)

orang tua. Anak-anak berkembang dengan meniru keadaan di sekitarnya, seperti mengamati dan meniru perilaku orang tua, pengasuh atau masyarakat di lingkungan sekitar. Semua perilaku tidak terkecuali agresif merupakan hasil dari proses belajar dari lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Proses belajar dari lingkungan adalah proses imitasi atau peniruan disebut juga modeling. Sears dkk (dalam Izzaty, 2005:113) menyatakan bahwa “peniruan tidak dilakukan terhadap semua orang tetapi terhadap figur-figur tertentu seperti kakak, ayah, ibu, atau teman bermain yang memiliki perilaku agresif.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan perilaku agresivitas anak di TK Kemala Bhayangkari 13 Pontianak.

Secara khusus dapat disimpulkan bahwa (1) Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dalam mengasuh anak sangatlah beragam, karena orang tua tidak hanya berpedoman pada salah satu jenis pola asuh saja. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan pola asuh disesuaikan lagi dengan kebutuhan dalam mengasuh anak sehingga perilaku dan perkembangan anak dapat terkontrol. (2) Perilaku agresivitas anak di Taman Kemala Bhayangkari 13 Pontianak yaitu mengganggu teman bermain dan menunjukkan kekuatan dalam kelompok. Namun perilaku tersebut ditunjukkan oleh anak disaat mereka merasa tidak nyaman dengan suasana disekitarnya. (3) Tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan perilaku agresivitas anak di Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 13 Pontianak. Hal tersebut diketahui dari hasil perhitungan data rhitung = 0,025 sedangkan rtabel dengan n=30 dengan kesalahan 5% = 0,361. Dengan demikian disimpulkan rhitung ˂ rtabel (0,025 ˂ 0,361), hal tersebut menyatakan bahwa korelasi antar kedua variabel sangat rendah karena faktor yang menyebabkan anak berperilaku agresif tidak hanya dari pola asuh orang tua, tetapi juga dari faktor lain baik internal maupun eksternal.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, saran yang dapat diberikan yaitu (1) Orang tua diharapkan lebih berfokus dalam menerapkan pola asuh yang baik agar tidak tercipta perilaku yang baik pula bagi anak. Karena orang tua memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang dan perilaku anak. Orang tua juga harus mengontrol perilaku anak di luar rumah, karena masa anak-anak adalah masa meniru. (2) Sekolah dan guru diharapkan dapat memfasilitasi orang tua dengan mengadakan pertemuan untuk menjelaskan dan menambah pengetahuan orang tua tentang pola asuh dan perilaku agresif, sehingga orang tua dapat melakukan intervensi dini di rumah. (3) Perlunya kerja sama yang baik antar kepala sekolah, guru dan orang tua agar terjalin komunikasi yang baik dalam memantau dan mengontrol perilaku anak baik di rumah maupun di sekolah.

(8)

DAFTAR RUJUKAN

Adawiyah, Rabiatul. (2010). Hubungan antara Pola Asuh Demokratis Orangtua dengan Sikap Empati Siswa Kelas II SDN 13 Pontianak Utara. Skripsi tidak diterbitkan. Pontianak: Universitas Muhammadiyah

Anantasari. (2006). Menyikapi Perilaku Agresif Anak. Yogyakarta: Kanisius Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktek”.

Jakarta: PT. Rieneka Cipta

Bungin, B. (2009). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana

Dewi, Rosmala. (2005). Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Hurlock, B. Elizabeth. (1978). Perkembangan Anak Jilid 2. (Penerjemah: Meitasari Tjandrasa). Jakarta: Erlangga

Izzaty, E, Rita. (2005). Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Subana & Sudrajat. (2001). Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia

Sudijono, A. (2008). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Sunal, S, Cynthia. (1991). Handbook of Research on Social Studies Teaching and

Learning. Newyork: Macmillam Publishing Company

Woolfolk, Anita. (1991). Educational Psychology. USA: Pearson Education, Inc Latifah, Melly. (2010). Peranan Keluarga dalam Pendidikan Karakter Anak.

(online).(http://www.integral.sch.id/index.php?option=com_content&task =view&id=337&Itemd=30. Diakses 08 Januari 2012)

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah salah satu intervensi yang dapat dilakukan dalam mengurangi kematian neonatal pada bayi dengan Berat Badan

Adanya hubungan yang erat antara pasangan bibliografi dengan subjek maka apabila 2 (dua) dokumen mempunyai pasangan bibliografi dengan kekuatan yang besar maka kedua dokumen

6 UKM-F (Unit Kegiatan Mahasiswa-Fakultas) diantaranya yaitu; JAZWA yang bergerak dalam bidang keagamaan, ESENSI yang bergerak dibidang jurnalistik, TEATER MOMENTO

konsep adaptasi mahluk hidup terhadap lingkungan. Kondisi ekosistem sungai Padang Guci, Air Nelenagau, dan Air Nipis sebagai habitat ikan Sicyopterus

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada siswa kelas 4-6 Sekolah Dasar Katolik Santo Xaverius

Kisi-kisi ini disajikan dengan maksud untuk memberikan informasi mengenai butir-butir yang didrop dan setelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas serta analisis

3 Adapun penafsiran yang dimaksud adalah adakah pengaruh model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dan Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap

Seperti yang ditemukan pada penelitian ini bahwa dari 52 siswa terdapat 84% siswa berpersepsi sangat posi- tif karena dengan menggunakan pembelajaran recip- rocal teaching