• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS BEBERAPA JENIS TABIR SURYA SEBAGAI PELINDUNG Spodoptera litura NUCLEAR POLYHEDROSIS VIRUS DARI SINAR ULTRAVIOLET ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS BEBERAPA JENIS TABIR SURYA SEBAGAI PELINDUNG Spodoptera litura NUCLEAR POLYHEDROSIS VIRUS DARI SINAR ULTRAVIOLET ABSTRACT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

61

EFEKTIVITAS BEBERAPA JENIS TABIR SURYA SEBAGAI PELINDUNG Spodoptera litura NUCLEAR POLYHEDROSIS VIRUS DARI SINAR

ULTRAVIOLET

Yayang Cahyaning Bulan1), Mintarto Martosudiro1), Tutung Hadi Astono1), Bedjo2)

1. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang 65145 2. Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian, Jl. Raya Kendalpayak km 8, Malang

65101

ABSTRACT

This research aims was to determine the effectiveness of various types of sunscreen ingredients such as kaolin, sunblock SPF 24, aloe vera extract, cucumber extract and yam extracts as protective SlNPV JTM 97 C from ultraviolet rays. The experiment was conducted at the Laboratory of Plant Pests and Diseases in Research Institute of Legumes and Tuber Crops (BALITKABI), Kendalpayak Malang, from April to July 2013. This research used completely randomized design (CRD) with 6 treatments and 3 replications. The treatment used SlNPV isolates with concentration of 2.5 x1011 added to: 1) aquades, 2) kaolin, 3) sunblock SPF 24, 4) aloe vera extract, 5) cucumber extract, and 6) yam extract. The concentration each of them is 5% in SlNPV suspension. The results showed that the addition of kaolin, sunblock SPF 24, and aloe vera extracts againts SlNPV JTM 97 C isolate was able to maintain the effectiveness of

SlNPV JTM 97 C with mortality rate of larvae was 93,33 %-100 % while percentage of

pupae formation of SlNPV JTM 97 C isolates added with aloe vera extract treatment was 3,33 % . Kaolin, sunblock SPF 24 and aloe vera extract can be used as protective material of SlNPV against virus damage from UV rays.

Keywords : SlNPV JTM 97 C, kaolin, sunscreen, S. litura ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan berbagai jenis bahan tabir surya yaitu kaolin, sunblock SPF 24, ekstrak lidah buaya, ekstrak mentimun dan ekstrak bengkuang sebagai pelindung SlNPV JTM 97 C dari sinar ultraviolet. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Balai Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian (BALITKABI), Kendalpayak Malang mulai bulan April– Juli 2013. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Perlakuan yang diujikan yaitu isolat

SlNPV dengan konsentrasi 2,5x1011 yang ditambahkan dengan: 1) aquades, 2) kaolin, 3)

sunblock SPF 24, 4) ektrak lidah buaya, 5) ekstrak mentimun, dan 6) ekstrak bengkuang

masing-masing 5% dalam suspensi SlNPV. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan kaolin, sunblock SPF 24, dan ektrak lidah buaya pada isolat SlNPV JTM 97 C mampu menjaga keefektifan SlNPV JTM 97 C dengan tingkat kematian larva 93,33%-100%, sedangkan persentase pembentukan pupa pada perlakuan isolat SlNPV JTM 97 C yang ditambah ekstrak lidah buaya sebesar 3,33%. Kaolin, sunblock SPF 24

(2)

62

dan ektrak lidah buaya dapat digunakan sebagai bahan pelindung SlNPV terhadap kerusakan virus dari sinar UV.

Kata kunci : SlNPV JTM 97 C, kaolin, tabir surya, S. litura PENDAHULUAN

SlNPV merupakan patogen serangga

yang dapat digunakan untuk mengendalikan ulat grayak (S. litura). Kendala pemanfaatan SlNPV sebagai biopestisida adalah mudah terdegradasi sinar ultraviolet yang dapat menurunkan keefektifan NPV (Arifin, 2010). Oleh karena itu diperlukan bahan yang dapat melindungi SlNPV dari pengaruh sinar ultraviolet (UV).

Menurut Sariani (2012), tabir surya

sunblock merupakan bahan kimia yang

dapat melindungi keefektifan NPV dari pengaruh radiasi sinar UV yang dapat menyebabkan NPV inaktivasi. Sedangkan menurut Bedjo (2012), penambahan bahan tween dan kaolin pada HaNPV dengan dosis bahan pembawa 5, 10, 20, dan 40 ml atau g/ha menunjukkan tingkat mortalitas yang tinggi yaitu antara 63–90%. Tetapi penggunaan bahan-bahan kimia sebagai pelindung NPV bedampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu diperlukan bahan pelindung NPV yang lebih ramah terhadap lingkungan.

Menurut Rohmawati (2008; Lukitaningsih, 2009; dan Tarigan dkk., 2008), pada lidah buaya, bengkuang, dan mentimun terdapat kandungan saponin dan flavonoid. Saponin dan flavanoid merupakan metabolit sekunder tanaman yang dapat berperan sebagai bahan aktif yang dapat melindungi kerusakan pertikel virus dari paparan sinar UV matahari sehingga dapat mempertahankan virulensi NPV. Hal ini didasarkan pada penelitian Samsudin (2011), yang menyatakan bahwa filtrat bengkuang mengandung saponin yang mampu melindungi partikel

SeNPV sebagai reflektan, Sedangkan

molase, filtrat kunyit dan filtrat teh hijau

mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai pelindung partikel virus dengan menyerap sinar UV.

Dengan adanya bahan-bahan seperti

sunblock, kaolin, ekstrak umbi

bengkuang, mentimun, dan lidah buaya yang diduga memiliki khasiat sebagai pelindung SlNPV dari sinar ultraviolet. Sehingga penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui efektivitas tabir surya sunblock, kaolin, ekstrak umbi bengkuang, mentimun dan lidah buaya sebagai bahan pelindung SlNPV dari radiasi sinar ultraviolet.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan di Sub-Laboratorium Toksiologi, Jurusan HPT, FP UB Malang dan Laboratotium Hama Penyakit Tumbuhan Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian (BALITKABI), Kendalpayak, Kabupaten Malang. Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juli 2013. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan mikroskop, cawan petri, tabung reaksi, sentrifugasi, laminar UV, gelas ukur, haemocytometer, kamera, gunting, botol plastik (vial plastik) berdiameter 5 cm dan tinggi 5 cm untuk tempat uji larva S. litura, nampan, toples plastik dengan diameter 20 cm dan tinggi 30 cm untuk pembiakan telur S.

litura sampai menjadi larva, toples plastik

15 cm dan tinggi 20 cm untuk pembiakan imago S. litura, timbangan, kertas label, kain saring, mortar, sendok, kuas kecil, kain kasa, kapas, tissue, hand sprayer,

shaker, corong buctner, dan vacum rotary evaporator.

(3)

63 Bahan yang digunakan adalah isolat

SlNPV JTM 97 C (diperoleh dari Dr.Ir.

Bedjo, MP. Balai Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-umbian, Malang), telur dan larva S. litura instar-3, daun kedelai untuk pakan S. litura, ekstrak lidah buaya, ekstrak umbi bengkuang, ekstrak mentimun, kaolin dan sunblock SPF 24 (sebagai bahan pelindung SlNPV dari radiasi UV), aquades, dan bayclin. Rancangan Percobaan

Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Setiap perlakuan digunakan 30 larva S. litura instar-3. Perlakuan yang diberikan yaitu aplikasi

SlNPV konsentrasi 2,5x 1011 dicampur

masing-masing bahan: aquades (kontrol), kaolin, sunblock SPF 24, ekstrak lidah buaya, ekstrak mentimun, dan ekstrak bengkuang dengan konsentrasi 5% dalam suspensi SlNPV.

Persiapan Penelitian Persiapan larva S. litura

Larva S. litura yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil

rearing. Telur-telur S. litura yang

dikumpulkan dari lapang kemudian telur-telur tesebut dipelihara sampai larva instar-3 untuk serangga uji.

Pembuatan ekstrak lidah buaya, mentimun dan bengkuang

Masing-masing bahan ekstrak yaitu daun lidah buaya, umbi bengkuang, dan buah mentimun sebanyak 200 gr dicuci dan dipotong kecil-kecil. Selanjutnya masing-masing bahan tersebut diblender hingga halus. Daun lidah buaya, umbi bengkuang, dan buah mentimun yang telah halus, masing-masing direndam dalam pelarut etanol 70% dengan perbandingan 1:10. Lidah buaya direndam 48 jam, sedangkan umbi bengkuang dan mentimun direndam 24 jam dengan

dilakukan pengadukan menggunakan

shaker selama 30 menit. Hasil

perendaman (maserasi) disaring sebanyak 3 kali dengan corong buctner yang dilapisi kertas saring dan ditampung dengan erlenmeyer. Filtrat hasil penyaringan diuapkan dengan vacum

rotary evaporator.

Persiapan bahan kaolin dan sunblock SPF 24

Kaolin diperoleh dari Sub-laboratorium BALITKABI dan sunblock SPF 24 dibeli ditoko kosmetik komersil. Masing-masing bahan tersebut digunakan dengan konsentrasi 5% dalam suspensi

SlNPV.

Pembuatan Isolat SlNPV

Larva yang telah terinfeksi SlNPV JTM 97 C ditumbuk hingga halus menggunakan mortar dengan ditambahkan 1 ml aquades. Selanjutnya suspensi kasar yang diperoleh disentrifugasi menggunakan alat sentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 15 menit sebanyak 2 kali pengulangan, hingga diperoleh supernatant yang relatif bersih untuk dijadikan sebagai stok suspensi polyhedral.

Pengenceran Isolat SlNPV

Pengenceran isolat SlNPV dilakukan sebanyak lima kali (10-1, 10-2, 10-3,10-4 dan 10-5). Sebanyak 1 ml larutan stok NPV dilarutkan ke dalam 9 ml aquadest pada tabung reaksi berlabel 10-1. Suspensi tersebut dikocok sampai homogen selanjutnya diambil 1 ml untuk ditempatkan ke tabung reaksi yang berlabel 10-2 dan dilarutkan ke dalam 9 ml aquadest. Pengenceran NPV terus dilakukan sampaipengenceran kelima dan diperoleh konsentrasi PIB diperoleh konsentrasi 2,5x1011 PIB/ml.

(4)

64 Pelaksanaan Penelitian

Perlakuan Isolat SlNPV JTM 97 C Masing-masing tabir surya yaitu kaolin, sunblock SPF 24, ekstrak lidah buaya, ekstrak mentimun,dan ekstrak bengkuang sebanyak 1 ml ditambahkan kedalam 20 ml sunpensi SlNPV sehingga konsentrasi bahan pelindung 5%.

Kontaminasi Isolat SlNPV JTM 97 C Isolat SlNPV JTM 97 C yang telah ditambahkan dengan masing-masing beberapa jenis tabir surya dikontaminasikan pada daun kedelai ukuran 3x3 cm melalui pencelupan (dipping) daun kedelai selama 5 detik ke dalam suspensi SlNPV. Kemudian daun kedelai ditiriskan dan dikering anginkan selama 30 detik. Selanjutnya daun kedelai yang telah dikontaminasikan SlNPV dipaparkan selama 4 jam dibawah sinar UV dengan panjang gelombang 290 nm. Daun kedelai yang telah dipaparkan selanjutnya dimasukan ke dalam vial plastik yang sudah berisi 1 larva S. litura instar-3. Pada tahap selanjutnya daun kedelai yang telah habis diganti dengan daun kedelai tanpa perlakuan kontaminasi virus sebagai pakan larva S. litura. Kemudian perubahan yang terjadi pada larva S. litura diamati sesuai dengan parameter pengamatan.

Pengamatan

Larva S. litura berhenti makan

Pengamatan gejala larva S. litura instar 3 yang berhenti makan dilakukan pada 1, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 24 jam setelah inokulasi (JSI). Menurut Bedjo (2008), persentase larva S.

litura berhenti makan dihitung dengan

menggunakan rumus: B = b x 100 % n

Keterangan:

B = Persentase berhenti makan larva S. litura.

b= Jumlah larva S. litura uji yang berhenti makan

n = Jumlah larva uji

Kematian (mortalitas) larva S. litura. Pengamatan mortalitas larva S.

litura dimulai 24 jam setelah inokulasi

(JSI) sampai larva menjadi pupa. Menurut Bedjo (2008), persentase mortalitas larva

S. litura dihitung menggunakan rumus:

P = p x 100 % n

Keterangan:

P = Persentase kematian larva S.

litura.

p = Jumlah larva S. litura uji yang mati

n = Jumlah larva uji

Larva S. litura membentuk pupa dan imago

Larva S. litura yang membentuk pupa dan imago diamati setiap hari setelah pemberian perlakuan. Menurut Bedjo (2008), persentase larva S. litura membentuk pupa dan imago dihitung menggunakan rumus:

I = i x 100 % n

Keterangan:

I = Persentase larva S. litura membentuk pupa dan imago i = Jumlah larva S. litura uji yang

membentuk pupa dan imago n = Jumlah larva uji

(5)

65 HASIL DAN PEMBAHASAN Larva S. litura Berhenti Makan

Hasil pengamatan terhadap tingkat larva S. litura berhenti makan dengan beberapa macam tabir surya yang ditambahkan ke isolat SlNPV JTM 97 C (Tabel 1) menunjukan jika perlakuan penambahan kaolin, sunblock SPF 24, lidah buaya, dan ekstrak bengkuang berpengaruh sebagai pelindung SlNPV dari sinar UV terhadap larva S. litura berhenti makan sedangkan penggunaan ekstrak mentimun tidak berpengaruh sebagai pelindung SlNPV dari sinar UV. Berdasarkan uji F pada taraf kesalahan 5% pengunaan kaolin yang ditambahkan ke isolat SlNPV JTM 97 C memilki persentase tertinggi 70% larva berhenti makan yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol yang menunjukan persentase 16,66% saat pengamatan 24 jam setelah inokulasi (JSI).

Kaolin berpengaruh sebagai pellindung SlNPV disebabkan kaolin memiliki sifat daya hantar panas yang rendah, sehingga dapat melindungi SlNPV dari pengaruh sinar UV yang dapat menurunkan keefektifan SlNPV. Menurut Kusuma (2012), sifat-sifat mineral kaolin adalah berat jenis 2,6 - 2,63 gr/cc, plastis, mempunyai daya hantar panas dan listrik yang rendah.

Penggunaan sunblock SPF 24, ekstrak lidah buaya dan ekstrak bengkuang berpengaruh sebagai pelindung SlNPV dari sinar UV terhadap berhenti makan larva S. litura disebabkan

sunblock memliki khasiat dapat dapat

menghamburkan dan menyerap sinar UV (Sariani, 2012), sedangkan pada lidah buaya dan bengkuang terdapat kandungan saponin dan flavonoid yang berperan sebagai UV protektan (Samsudin, 2011).

Tabel 1. Persentase larva S. litura yang berhenti makan pada perlakuan Isolat SlNPV yang ditambahkan beberapa jenis tabir surya

Sumber Data : Data Primer, dianalisis tahun 2013

Keterangan: JSI: Jam Setelah Inokulasi, angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji BNT, sebelum dilakukan analisis data ditransformasi dengan rumus Arcsin √x+0.5

Larva S. litura yang berhenti makan (%)

Perlakuan Pengamatan pada…(JSI)

6 24 P1(kontrol ) 0,00 a 16,66 a P2 (kaolin) 3,33 a 70 c P3 (lidah buaya) 0,00 a 53,33 bc P4 (mentimun) 0,00 a 33,33 ab P5 (bengkuang) 0,00 a 46,66 bc P6 (sunblock SPF 24) 0,00 a 56,66 bc

(6)

66 Hasil pengamatan terhadap tingkat kematian larva S. litura dengan beberapa macam tabir surya yang ditambahkan ke isolat SlNPV JTM 97 C disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis perlakuan kontrol dengan perlakuan isolat SlNPV yang ditambahkan kaolin berbeda nyata. Persentase kematian larva S. litura saat 192 JSI pada perlakuan kontrol sebesar 73,33% sedangkan perlakuan isolat yang ditambahkan kaolin sebesar 100%. Hal ini menunjukan jika perlakuan isolat yang ditambahkan tabir surya kaolin berpengaruh sebagai pelindung SlNPV dari sinar UV terhadap kematian larva S.

litura, sedangkan perlakuan isolat SlNPV

yang ditambahkan ekstrak lidah buaya, mentimun, bengkuang, sunblock SPF 24 tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol.

Hal ini menunjukan jika penggunaan bahan-bahan tersebut sebagai pelindung SlNPV dari sinar UV tidak berpengaruh terhadap kematian larva S.

litura. Hal ini disebabkan isolat SlNPV

JTM 97 C yang digunakan pada penelitian ini memiliki tingkat virulensi yang tinggi (Athihah, 2007). Meskipun perlakuan isolat SlNPV yang ditambahkan ekstrak lidah buaya, mentimun, bengkuang, Tabel 2. Persentase kematian (mortalitas) larva S. litura pada perlakuan Isolat

SlNPV yang ditambahkan beberapa jenis tabir surya

Sumber Data : Data primer, dianalisis tahun 2013

Keterangan: JSI: Jam Setelah Inokulasi, angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji BNT, sebelum dianalisis data ditransformasi dengan rumus Arcsin √x+0.5

a b c d Gambar 1. Gejala kematia larva S. litura akibat infeksi SlNPV

Kematian Larva S. litura (%)

Perlakuan Pengamatan pada….(JSI)

∑ larva ∑ larva mati 24 JSI % kematian ∑ larva mati 192 % kematian P1(kontrol) 30 5 16,66 a 22 73,33 a P2 (kaolin) 30 21 70 c 30 100 b P3 (lidah buaya) 30 16 53,33 bc 28 93,33 ab P4 (mentimun) 30 10 33,33 ab 26 86,66 ab P5 (bengkuang) 30 14 46,66 bc 27 90 ab P6 (sunblock SPF 24) 30 17 56,66 bc 28 93,33 ab

(7)

67

sunblock SPF 24 tidak berbeda nyata

dengan perlakuan kontrol tetapi persentase kematian larva S. litura lebih tinggi dibanding perlakuan kontrol.

Pembentukan Pupa dan Imago S. litura Hasil pengamatan terhadap tingkat pembentukan stadia pupa dan imago S.

litura dengan beberapa macam tabir surya

yang ditambahkan ke isolat SlNPV JTM 97 C disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan uji F pada taraf kesalahan 5% pada perlakuan SlNPV yang ditambahkan kaolin dan sunblock SPF 24

perkembangan larva S. litura menjadi pupa dan imago tidak terbentuk yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol yang masih membentuk pupa dan imago. Hal ini disebabkan proses infeksi lanjutan dari SlNPV yang mempengaruhi

perkembangan larva.

Persentase pupa pada perlakuan

SlNPV yang ditambahkan ekstrak lidah

buaya yaitu 3,33% dan tidak terbentuk imago. Penambahan ekstrak bengkuang ke isolat SlNPV memiliki persentase stadia pupa 6,66% dan penambahan ekstrak mentimun memiliki stadia pupa sebesar 10% yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol.

Pada pembentukan imago, persentase penambahan ekstrak mentimun ke isolat SlNPV memiliki persentase yang lebih rendah yaitu sebesar 3,33% dibandingkan dengan penambahan ekstrak bengkuang yaitu sebesar 6,66%. Dari hasil keseluruhan penambahan beberapa jenis tabir surya ke isolat SlNPV, perlakuan kontrol yang tanpa ditambahkan tabir surya memiliki persentase terbesar untuk stadia pupa dan imago S. litura yaitu sebesar 23,33 %.

Dari hasil penelitian menunjukan jika penggunaan tabir surya kaolin,

sunblock SPF 24 dan ekstrak lidah buaya

berpengaruh sebagai pelindung SlNPV dari sinar UV sehingga dapat mempertahankan persistensi SlNPV yang menyebabkan virulensi SlNPV tetap tinggi. Menurut Athihah (2007), menyatakan bahwa persentase pupa dan imago yang terbentuk semakin rendah setelah infeksi SlNPV maka akan semakin tinggi tingkat virulensinya dan sebaliknya jika persentase pupa dan imago yang terbentuk semakin tinggi maka virulensi virus tersebut rendah.

Tabel 3. Persentase larva S. litura menjadi pupa dan imago setelah aplikasi SlNPV yang ditambahkan beberapa jenis tabir surya

Sumber Data : Data Primer, dianalisis tahun 2013

Keterangan: angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji BNT, sebelum dilakukan analisis data ditransformasi dengan rumus Arcsin √x+0.5

No Perlakuan Isolat ∑ Pupa Pupa (%) Imago (%)

1 P1(kontrol) 7 23,33 b 23,33 b 2 P2 (kaolin) - 0 a 0 a 3 P3 (lidah buaya) 1 3,33 ab 0 a 4 P4 (mentimun) 3 10 ab 3,33 ab 5 P5 (bengkuang) 2 6,66 ab 6,66 ab 6 P6 (sunblock SPF 24) - 0 a 0 a

(8)

68 KESIMPULAN

Kaolin, sunblock SPF 24 dan ekstrak lidah buaya dapat melindungi

SlNPV JTM 9 C dari pengaruh sinar

ultraviolet yang dapat menurunkan keefektifan SlNPV, sedangkan ekstrak mentimun dan ekstrak bengkuang yang ditambahkan ke isolat SlNPV JTM 97 C tidak dapat melindungi SlNPV dari pengaruh sinar UV. Isolat SlNPV yang ditambahkan dengan kaolin, sunblock SPF 24 dan ekstrak lidah buaya menyebabkan kematian larva S. litura 93,33-100%.

UCAPAN TERIMAKASIH Puji dan syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan kasih sayang serta hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Mintarto Martosudiro, MS., Bapak Prof. Dr. Ir. Tutung Hadiastono, MS., dan Bapak Dr. Ir. Bedjo, MP. atas arahan, bimbingan dan saran yang diberikan selama penyusunan hasil penelitian. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua, adik, dan Cahyo Hadi Putranto yang selalu memberikan semangat, dukungan dan doa.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. 2010. Bioinsektisida SlNPV untuk Mengendalikan Ulat Grayak Mendukung Swasembada Kedelai. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian. 5(1): 19-31. Athihah, W. R. 2007. Uji Virulensi

Spodoptera Litura Nuclear

Polyhedral Virus (SlNPV) Isolat Sumatera Selatan terhadap

Spodoptera litura Fabricus

(Lepidoptera: Noctuidae) pada Tanaman Kedelai Glicyn Max di

Laboratorium. [Skripsi]. Malang, Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. hlm. 31-35.

Bedjo. 2008. Potensi Berbagai Isolat

Spodoptera litura Nuclear

Polyhedrosis Virus (SlNPV) Asal Jawa Timur untuk Pengendalian

Spodoptera litura F.

(Lepidoptera: Noctuidae) pada Tanaman Kedelai.[Tesis]. Malang, Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. hlm. 103. Bedjo. 2012. Peningkatan Efektifitas

Helicoverpa armigera Nuclear

Polyhedrosis Virus dengan Beberapa Bahan Pembawa Untuk Mengendalikan Hama Polong Kedelai Helicoverpa armigera (Hubner). Buletin palawija. 23: 38-43.

Kusuma, P. 2012. Material Teknik (Makalah Tentang Keramik ). Surabaya, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Jurusan Desain Produk. Institut Teknologi Adhitama.

Lukitaningsih, E. 2009. The Exploration of Whitening and Sun Screening Compounds in Bengkoang Roots (Pachyrhizus erosus). Ph.D. diss. Univ. of Julius-Maximillians, Würzburg. 115 p.

Rohmawati, N. 2008. Efek Penyembuhan Luka Bakar Dalam Sediaan Gel Ekstrak Etanol 70% Daun Lidah buaya (Aloe vera L.) pada Kulit Punggung Kelinci New Zealand. [Skripsi]. Surakarta. Universitas Muhammadiyah. hlm. 2-3. Samsudin. 2011. Uji Patologi dan

Perbaikan Kinerja Spodoptea

exigua Nucleopolyhedro Virus (SeNPV). [Tesis]. Bogor, Institut

Pertanian Bogor. hlm. 24-88. Sariani, E. 2012. Keefektifan Penggunaan

Sunblock Komersil Sebagai

Pelindung Ultraviolet untuk

(9)

69 Nucleopolyhedro Virus (SlNPV). [Skripsi]. Bogor, Fakultas Pertanian. Institut Pertania Bogor. hlm. 19.

Tarigan, J. Br., CF. Zuhro, dan H. Sihotang. 2008. Skrining

Fitokimia Tumbuhan yang Digunakan oleh Pedagang Jamu Gendong untuk Merawat Kulit Wajah di Kecamatan Medan Baru. J. Biologi Sumatera 3: 1-6.

Gambar

Tabel 1. Persentase larva S. litura yang berhenti makan pada perlakuan  Isolat SlNPV  yang ditambahkan beberapa jenis tabir surya
Tabel 3. Persentase larva S. litura menjadi pupa dan imago setelah aplikasi SlNPV yang  ditambahkan beberapa jenis tabir surya

Referensi

Dokumen terkait

Dari proses membatik diketahui faktor pekerjaan yang merupakan faktor risiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome pada proses membatik yaitu gerakan tangan berulang,

Peneliti berusaha menggali informasi dan mengeksplor melalui kepustakaan, pengamatan (observasi) serta proses wawancara dengan beberapa warga yang merancang dan mambuat

Hasil dari reaktor R-01 berupa asetanilida, anilin, asam asetat dan air diumpankan ke evaporator (EV-01) untuk mendapatkan konsentrasi asetanilida yang lebih baik

- Bahwa berdasarkan keterangan KPPS TPS 3 (Satria)Desa Kupa mereka pernah di Bimtek bahwa yang boleh menggunakan Hak pilihnya adalah orang yang mempunyai

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pertamina terhadap Masyarakat Kota Balikpapan 1957-1975” disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Program

Hasil uji secara simultan (uji F) menunjukkan bahwa variabel bebas pertumbuhan aktiva, struktur aktiva, return on assets da n current ratio secara bersama-sama

Hasil penelitian mengenai hubungan antara variabel-variabel tersebut merupakan jawaban atas masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini, yaitu apa faktor-faktor

Pembentukan pegunungan pada kala miosen tengah telah mengangkat bagian tenggara dari cekungan tersebut dan batuan Formasi Tertiary yang muncul dari erosi