• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SOAL UJI KOMPETENSI BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) BIOLOGI SMA KELAS X BERDASARKAN TAKSONOMI BLOOM PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SOAL UJI KOMPETENSI BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) BIOLOGI SMA KELAS X BERDASARKAN TAKSONOMI BLOOM PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

TONY ADAM ASADIN

NIM. 11140161000015

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2021

(2)
(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Analisis Soal Uji Kompetensi Buku Sekolah Elektronik (BSE)

Biologi SMA Kelas X Berdasarkan Taksonomi Bloom pada Konsep Pencemaran Lingkungan disusun oleh TONY ADAM ASADIN, Nomor Induk

Mahasiswa 11140161000015, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munqosah pada Tanggal 31 Mei 2021 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam Bidang Pendidikan Biologi.

Jakarta, 31 Mei 2021

Panitia Ujian Munaqosah

Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Prodi Biologi)

Dr. Yanti Herlanti, M.Pd NIP. 19710119 200801 2 010 ……… ……….. Penguji I Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd NIP. 19650115198703 1 020 17 Juni 2021 Penguji II

Meiry Fadilah Noor, M.Si

NIP. 19800516 200710 2 001 23 Juni 2021

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dr. Sururin, M. Ag

(4)
(5)

i

ABSTRAK

Tony Adam Asadin (11140161000015), Analisis Soal Uji Kompetensi Buku Sekolah Elektronik (BSE) Biologi SMA Kelas X Berdasarkan Taksonomi Bloom pada Konsep Pencemaran Lingkungan, Skripsi, Program Studi Pendidikan

Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan proses kognitiif pada soal-soal uji kompetensi biologi pada buku sekolah elektronik kelas X terbitan Pusat Kurikulum dan Perbukuan pada materi pencemaran lingkungan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan 8 buku sekolah elektronik yang berbeda, yaitu buku A sampai buku H. Penerbit buku yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu buku sekolah elektronik (BSE) terbitan Pusat Kurikulum dan Perbukuan yang ada pada laman online.Instrumen yang digunakan adalah lembar analisis dokumen dengan check-list. Pedoman yang digunakan pada analisis soal adalah proses kognitif Taksonomi Bloom revisi Anderson dan Krathwohl 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa soal uji kompetensi biologi dalam buku A sampai H memuat 42,93% proses kognitif Mengingat(C1), 41,24% memahami(C2), 9,03% pengaplikasian(C3), 6,77% menganalisis(C4) dan masing masing 0% untuk mengevaluasi(C5) dan mencipta(C6).

(6)

ii ABSTRACT

Tony Adam Asadin (11140161000015), Analysis of The Competency Test of

Biology Electronic School Book (BSE) SMA Class X Based on Bloom Taxonomy on The Concept of Environmental Pollution, Undergraduate Thesis, Biological Education Study Program, Faculty of Educational Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

This study aims to illustrate cognition indicators of biological cognition test questions in the electronic school book class X published by the Pusat Kurikulum dan Perbukuan on environmental pollution material. The research method used descriptive research with qualitative approach. This study used 8 different electronic school books, namely book A to book H. The publisher of the book used in this study, namely electronic school books or buku sekolah elektronik (bse) published by Pusat Kurikulum dan Perbukuan that is on the online page. The instrument used is a document analysis sheet with a check-list. The guidelines used in the analysis of the question are cognitive indicators of Anderson and Krathwohl revised bloom taxonomy. The results showed that the biological competency test in books A to H contains 42.93% indicators Considering, 41.24% understand, 9.03% application, 6.77% analyze and 0% each to evaluate and create.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis soal uji kompetensi buku sekolah elektronik (BSE) bio;ogi SMA kelas X berdasarkan Taksonomi Bloom pada materi pencemaran lingkungan”. Shalawat serta salam tak lupa pula dipanjatkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penulisan skripsi ini selesai tentunya dengan adanya bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih atas bantuan, bimbingan, dan dukungan yang telah diberikan dalam penulisan skripsi. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan informasi dan dukungan kepada mahapeserta didik/I pendidikan biologi, khususnya angakatan 2014.

3. Ibu Dr. Nengsih Juanengsih, M.Pd., Dosen pembimbing I yang dengan sabar membimbing dan memberikan saran serta masukan dalam proses penulisan skripsi.

4. Ibu Meiry Fadilah, M.Si., Dosen peensehat yang dengan sabar menasehati dan memberikan saran serta masukan dalam proses pembuatan skripsi.

5. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Pendidikan IPA, khususnya Program Studi Pendidikan Biologi, yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman baru selama menempuh pendidikan di bangku kuliah.

(8)

iv

6. Ibu Eva Fadilah M.Pd, sebagai dosen ahli dan validator soal uji kompetensi yang telah dianalisis.

7. Bapak dan Ibu selaku orang tua penulis yang telah banyak memberikan do’a dan dukungan baik secara moril maupun materiil selama proses penulisan skripsi. 8. Teman teman seperjuangan yang tidak bisa di sebutkan satu persatu

9. Kaka kelas yang telah membantu skripsi hingga selesai seperti ini

10. Teman-teman Program Studi Pendidikan Biologi 2014, khususnya teman-teman BioAmoeba yang telah memberikan banyak bantuan, dukungan, pengalaman, kenangan, serta berbagi ilmu pengetahuan selama duduk di bangku perkuliahan.

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan balasan yang berlipat ganda atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan. Sehingga skripsi ini dapat bermanfaat sebagai bahan rujukan dan pembelajaran dalam bidang pendidikan.

Jakarta, Mei 2021

(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 6

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat dan Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN KERANGKA BERPIKIR ... 9

A. Deskripsi Teoretis ... 9

1. Buku Teks ... 9

2. Buku sekolah elektronik (BSE) ... 11

3. Tes ... 12

4. kogmitif ... 15

5. Taksonomi Bloom ... 19

6. Pencemaran lingkungan ... 25

7. Analisis Soal ... 29

B. Hasil Penelitian Relevan ... 31

(10)

vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

A. waktu Penelitian ... 34

B. Metode penelitian ... 34

C. Sumber data ... 36

D. Teknik pengumpulan data ... 37

E. Instrumen penelitian ... 38

F. Teknik analisis dan pengolahan data ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 42

B. Deskripsi pembahasan penelitian ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 63

(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Domain Tingkatan Kognitif ... 22

Tabel 2.2 Indikato Taksonomi Bloom Lama Dan Taksonomi Bloom Revisi ... 23

Tabel 3.1 Lembar Analisis Soal ... 39

Tabel 3.2 Format Penentuan Tingkat Kognitif Soal ... 40

Tabel 4.1 Kemunculan Tingkat Kognitif Dalam Soal Uji Kompetensi Pada Buku A ... 45

Tabel 4.2 Kemunculan Tingkat Kognitif Dalam Soal Uji Kompetensi Pada Buku B ... 46

Tabel 4.3 Kemunculan Tingkat Kognitif Dalam Soal Uji Kompetensi Pada Buku C ... 47

Tabel 4.4 Kemunculan Tingkat Kognitif Dalam Soal Uji Kompetensi Pada Buku D ... 48

Tabel 4.5 Kemunculan Tingkat Kognitif Dalam Soal Uji Kompetensi Pada Buku E ... 49

Tabel 4.6 Kemunculan Tingkat Kognitif Dalam Soal Uji Kompetensi Pada Buku F ... 50

Tabel 4.7 Kemunculan Tingkat Kognitif Dalam Soal Uji Kompetensi Pada Buku G ... 51

Tabel 4.8 Kemunculan Tingkat Kognitif Dalam Soal Uji Kompetensi Pada Buku H ... 52

Tabel 4.9 Jumlah Dan Presentase Proses Kognitif Untuk Seluruh Buku BSE ... 53

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Abad 21 ini peserta didik di tuntut untuk mendapatkan pendidikan yang maksimal, agar bisa bersaing di tingkat global. Pendidikan merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara terencana untuk mengembangkan potensi dan kepribadian individu melalui kegiatan pengajaran serta interaksi individu dengan lingkungannya untuk mencapai manusia seutuhnya.1 Pendidikan juga dapat dimaknai sebagai suatu usaha sadar yang dilakukan secara sistematis dalam mewujudkan suasana belajar-mengajar agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya.2 Pendidikan diakui menjadi salah satu penentu untuk tumbuh kembangnya seseorang bahkan menjadi penilaian berhasil atau tidaknya seseorang dalam kehidupannya.3

Pendidikan ditempuh untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Salah satu bagian dari visi pendidikan nasional berdasarkan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah mengembangkan manusia berkualitas yang mampu menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.4 Dalam Pasal 35 Ayat 1, dijelaskan lebih lanjut bahwa kualitas pendidikan nasional harus ditingkatkan secara berencana dan berkala salah satunya agar dapat unggul dalam kompetensi antarbangsa dalam peradaban dunia.5 Uraian-uraian tersebut menunjukkan bahwa salah satu output dari sistem pendidikan nasional adalah mencetak peserta didik yang mampu berkompetisi di tingkat global. Namun, visi pendidikan tersebut belum sepenuhnya tercapai. Selain itu, tantangan di abad ke-21

1 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik Prosedur, (Bandung: Remaja

Rosadakarya, 2013), h. 39

2 Feri Noperman, “Pendidikan Sains dan Teknologi: Transformasi Sepanjang Masa untuk

Kemajuan Peradaban”, (Bengkulu: Universitas Bengkulu Press, 2020), h. 9

3 Amos Neolaka, “Isu-isu Kritis Pendidikan”, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2019), h. 1 4Republik Indonesia, Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. (Jakarta: Sekretariat Negara, 2003)

(13)

ini menuntut peserta didik untuk mengembangkan keterampilan kompetitif yang berfokus pada pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi (High Order Thingking Skills).6

Hal ini selaras dengan hasil TIMSS tahun 2018 untuk bidang biologi menunjukkan bahwa hanya 40% peserta didik SMA di Indonesia yang mampu menjawab benar soal tipe reasoning, dimana rerata internasional untuk pertanyaan tersebut adalah 78%.7 Selain itu, hasil PISA tahun 2018 juga menunjukkan dilihat dari kemampuan IPA, peserta didik SMA di Indonesia sebagian besar masih berada pada level 1. Tingkatan ini sekaligus memperlihatkan bahwa peserta didik masih memiliki pengetahuan ilmiah yang terbatas dan hanya bisa diaplikasikan pada situasi yang serupa bukan pada konteks yang berbeda. 8

Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa peserta didik Indonesia berada pada tingkatan rendah dalam kemampuan memahami informasi yang kompleks, teori, analisis, pemecahan masalah, pemakaian alat, prosedur, dan melakukan investigasi yang secara tidak langsung menunjukkan bahwa peserta didik Indonesia belum mampu unggul dalam kompetisi tingkat global.9 Oleh karena itu, faktor yang menyebabkan masih belum mampunya peserta didik Indonesia dalam berkompetisi di tingkat global seperti dari metode pembelajaran, sumber belajar, serta sarana-sarana pembelajaran yang lain perlu di evaluasi lebih lanjut .

Pembelajaran sains merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran sains terdiri dari ilmu fisika, kimia, astronomi, geologi, dan biologi.Pembelajaran sains mengacu pada masalah masalah alam.Produk sains berupa prinsip, hukum, teori, kaidah merupakan hasil pengetahuan yang telah mengalami uji

6 Ismet Basuki dan Haryanto, Assesmen Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2014), h. 177

7 Michael O, Martin, dkk., TIMSS 2011 International Results in Science, (United States:

TIMSS & PIRLS International Study Center, 2018), h. 2

8 OECD, PISA 2018 Results: What Students Know and Can Do-Student Performance in

Mathematics, Reading and Science, (PISA: OECD Pubishing, 2014), vol. 1 Revisied edition, h. 306

(14)

kebenaran melalui metode ilmiah.Pembelajaran sains memberikan kesempatan untuk mengembangkan rasa ingin tahu, berpikir logis, dan kreatif, dimana aspek tersebut merupakan keterampilan dasar (generik) dalam mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Proses kognitif yang merupakan dasar dari keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui perangkat pembelajaran dan salah satu komponen perangkat pembelajaran penunjang pendidikan adalah buku. Permendiknas No. 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah Pendidikan Umum menunjukkan bahwa sarana pendidikan misalnya buku dan sumber belajar harus dipastikan telah memadai.10 Buku teks masih menjadi pilihan utama oleh sebagian guru untuk dijadikan sebagai sumber dalam pembelajaran. Terdapat dua alasan utama mengenai penggunaan buku teks oleh para guru, Pertama, mengembangkan materi kelas sangat sulit dan berat bagi guru.Kedua, guru mempunyai waktu yang terbatas untuk mengembangkan materi baru karena sifat profesinya itu.11

Keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui perangkat pembelajaran. Salah satu komponen perangkat pembelajaran yang menjadi faktor penunjang keberhasilan kualitas pembelajaran yaitu sumber belajar. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam proses pembelajaran12. Sumber belajar dalam pembelajaran beraneka ragam meliputi buku teks, internet ataupun sumber berupa lingkungan. Buku teks merupakan salah satu sumber belajar yang lazim digunakan di sekolah.

10 Ketementerian Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Tentang

Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah Pendidikan Umum, (Jakarta: Kemendiknas, 2007),

No. 24

11 Hilal, dkk, “Analisis Isi Buku Sekolah Elektronik (BSE) Biologi Kelas XI Semester 1

Berdasarkan Literasi Sains”, (Jurnal Edusains, Vol. 7, 2015), h. 2

12 Presiden Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

(15)

Begitu pentingnya peran buku dalam proses pembelajaran, Kementerian, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-ristek) menyediakan buku-buku teks pelajaran yang telah dinilai kelayakan pakainya oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam pembelajaran.13 Buku-buku teks pelajaran yang sudah dianggap layak dari Tim penilaian BSNP yang terdiri atas beberapa para ahli di bidangnya tersebut, kemudian disebarkan ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia dalam bentuk buku paket. Kemendikbud-ristek juga melakukan sebuah inovasi untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang modern ini, dimana Kemendikbud-ristek menyediakan buku paket dalam bentuk buku elektronik yang dapat diunduh dengan mundah di website PUSKURBUK (Pusat Kurikulum dan Perbukuan) tanpa memerlukan biaya dan biasa disebut dengan BSE (Buku Sekolah Elektronik).

Melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2007 dan Nomor 12 Tahun 2009, Buku Sekolah Elektronik (BSE) merupakan salah satu jenis buku ajar elektronik yang telah dianggap layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran di Indonesia. Sama halnya dengan buku cetak, BSE juga berisi soal-soal yang berkaitan dengan materi pembelajaran.Soal-soal-soal ini berfungsi sebagai alat untuk mengukur pemahaman peserta didik tentang materi pelajaran sehingga guru sebagai pendidik nantinya dapat mengetahui apakah tujuan pembelajaran telah tercapai.

Hila menyatakan dalam jurnalnya, dari beberapa sekolah yang telah dilakukan survei, masih banyak sekolah yang tidak menggunakan BSE sebagai buku acuan utama bagi guru maupun para peserta didiknya, dikarenakan banyak guru yang berpendapat bahwa buku BSE baik dari segi aspek isi/materi, aspek penyajian maupun aspek bahasa dianggap kurang mendetail dan menarik dibandingkan buku

(16)

teks yang ditawarkan para penerbit.14 Kurangnya minat penggunaan BSE tersebut juga disebabkan karena sekolah-sekolah pada umumnya masih memiliki kendala pada fasilitas komputer dan internet yang masih minim.Ditambah kurangnya pemerintah dalam mensosialisasikan penggunaan BSE menyebabkan banyak sekolah termasuk guru dan para peserta didik merasa kurang tertarik untuk menggunakannya.

Padahal sebelumnya sudah dijelaskan bahwa buku BSE yang telah diterbitkan oleh Kemendikbud-ristek adalah buku yang telah lolos penilaian baik pada aspek isi/materi, penyajian, kebahasaan, dan kegrafikan.15 Dan tentunya dalam BSE tersebut juga dilengkapi dengan soal soal latihan ataupun Uji kompetensi yang sudah mencakup berbagai tingkat kognitif yang nantinya akan membantu peserta didik dalam mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dengan keterampilan generik sebagai dasarnya.

Napell menjelaskan bahwa salah satu dari enam prilaku pendidik yang dapat menghambat proses belajar peserta didik adalah penggunaan soal-soal tingkat lower order thinking pada instrument evaluasi pembelajaran, dan jika soal-soal yang diberikan guru masih berfokus pada pertanyaan-pertanyaan di tingkat tersebut maka pemikiran peserta didik juga akan terpaku pada tingkatan tersebut.16 Oleh karena itu, penting untuk mengetahui apakah soal-soal yang ada dalam BSE sudah dapat mengembangkan keterampilan High Order Thinking peserta didik dengan menggunakan proses kognitif dan indikator Keterampilan Generik (dasar) Sains sebagai acuannya.

Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis soal-soal yang ada di Buku Sekolah Elektronik (BSE) di Indonesia, misalnya untuk BSE Fisika SMP (Barmoyo dan Wasis),17 untuk BSE Matematika SMP (Giani), 18 yang menganalisis hingga

14 Hila Lailatul, Op.cit., h. 3 15 Ibid.,..

16Napell, S.M, “Six Common non-facilitating Teaching Behaviors”, (Contemporary

Education, Vol. 47, No. 2,1976), h. 79-82

17Barmoyo, Wasis, “Analisis Soal dalam BSE, UN, dan TIMSS Ditinjau dari Domain

Kognitif dan Indikator Keterampian Berpikir Kritis”, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, Vol. 3, 2014), h. 8-14

(17)

tingkat kognitif soal pada jenjang SMP saja. Namun , penelitian yang menganalisis soal BSE Biologi tingkat SMA dalam proses kognitif nya masih sangat jarang dilakukan.

Di masa pandemi seperti ini buku BSE sangat di petlukan untuk kegiatan belajar peserta didik. Dimana pada masa pandemi covid 19 ini masyarakat takut untuk beraktivitas di luar rumah. Buku sekolah elekronik menjadi pilihan banyak peserta didik di masa pandemi seperti ini. Buku BSE sangat membantu peserta didik di masa pandemic seperti ini, karena sekarang peserta didik di tuntut untuk memakai fasilitas online di dalam pembelajaran. Maka di sini sangat penting untuk kita mengetahui isi dari buku BSE tersebut. Apakah sudah memenuhi persyaratan berpikir tingkat tinggi atau kah belum. Salah satu nya yaitu dengan mengetahui jenjang kognitif nya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis soal buku BSE (Buku Sekolah Elektronik) khususnya dalam proses kognitif yang terdapat pada BSE di PUSKURBUK (Pusat Kurikulum dan Perbukuan). Peneliti bertujuan untuk menganalisis soal-soal Uji Kompetensi pada beberapa buku BSE Biologi (SMA) kelas X yang dibatasi pada materi pencemaran lingkungan, Karena pada materi pencemaran lingkunan masih belum ada yang meneliti secara mendalam pada materi khusus nya pencemaran lingkungan. sedangkan peserta didik sering sekali menemukan masalah di lingkungan peserta didik masing masing. Dan lingkungan lah yang tidak akan lepas dari kehidupan peserta didik di mana pun peserta didik berada untuk kemudian itu peneliti dapat menganalisis kemunculan soal-soal yang memiliki proses kognitif nya masing masing, maka dari itu akan diadakan penelitian analisis soal dalam buku BSE yang berjudul “Analisis Soal Uji Kompetensi Buku Sekolah Elektronik (BSE) Biologi

SMA Kelas X Berdasarkan Taksonomi Bloom pada Materi pencemaran lingkungan”

18Giani, dkk, “Analisis Tingkat Kognitif Soal-soal Buku Teks Matematika Kelas VII

(18)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Soal-soal yang disajikan dalam buku BSE belum diketahui tingkat kognitif nya berdasarkan revisi terbaru Taksonomi Bloom

2. Peserta didik belum mendapatkan latihan soal yang mampu mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

3. Penelitian mengenai tingkat proses kognitif pada soal buku BSE belum banyak dilakukan

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian merupakan upaya pencegahan meluasnya masalah-masalah yang ditemukan. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yang berjudul Analisis Soal Uji Kompetensi Buku Sekolah Elektronik (BSE) Biologi SMA Kelas X Berdasarkan Taksonomi Bloom pada Materi pencemaran lingkungan, yaitu:

1. Analisis yang dimaksud adalah menunjukkan seberapa tinggi tingkat proses kognitif dalam soal biologi pada buku BSE Biologi SMA Kelas X.

2. Buku BSE yang dimaksud dalam penelitian ini adalah 8 macam buku BSE Kurikulum 2013 yang diterbitkan atau hak cipta dimiliki oleh PUSKURBUK (Pusat Kurikulum dan Perbukuan)

3. Soal yang dianalisis yaitu soal uji kompetensi pada materi pencemaran lingkungan dalam beberapa buku BSE terbitan Pusat Kurikulum dan Perbukuan 4. Konsep pencemaran lingkungan dipilih karena di materi ini peserta didik lebih di

tuntut untuk berpikir tingkat tinggi yaitu menganalisis.

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana proses tingkat kognitif soal uji kompetensi dalam buku BSE biologi berdasarkan Taksonomi Bloom pada materi pencemaran lingkungan?”

(19)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk menggambarkan tingkat kognitif soaluji kompetensi dalam buku BSE biologi berdasarkan Taksonomi Bloom pada materi pencemaran lingkungan , yang dapat terbagi sebagai berikut :

1. Mengetahui tingkatan proses kognitif yang muncul pada setiap soal uji kompetensi dalam masing-masing buku BSE Biologi kelas X

2. Mengetahui komposisi presentase munculnya tingkatan proses kognitif per kategori dalam semua buku BSE Biologi kelas X terbitan Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

F. Manfaat Penelitian

1. Hasil peneitian ini diharapkan dapat berguna bagi sekolah yaitu guru dan penerbit sebagai dasar untuk pertimbangan dan pedoman dalam penyempurnaan pemakaian selanjutnya

2. Menberikan informasi tentang banyaknya soal buku BSE yang memiliki tingkat kognitif yang sesuai dengan kebutuhan kurikulum.

(20)

9

BAB II

KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori

1. Buku Teks

Buku teks merupakan bahan ajar yang disusun oleh pengarang berdasarkan kurikulum yang berlaku.1 Pengertian buku teks dari beberapa ahli, yaitu:menurut A.J. Loveridge merumuskan bahwa buku teks adalah buku sekolah yang memuat bahan yang telah diseleksi mengenai bidang studi tertentu, dalam bentuk bahan yang telah diseleksi mengenai bidang studi tertentu, dalam bentuk tertulis yang memenuhi syarat tertentu dalam kegiatan belajar mengajar dan disusun secara sistematis. 2 dan menurut Chambliss dan Calfee menjelaskan bahwa buku teks sebagai alat bantu peserta didik dalam memahami hal-hal tertentu. Buku teks dapat memengaruhi pengetahuan anak dan nilai-nilai tertentu.3

Menurut Bacon juga menjelaskan bahwa buku teks adalah buku yang dirancang untuk penggunaan di kelas, dengan cermat disusun dan disiapkan oleh para pakar atau para ahli dalam bidang tersebut dan dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi..serta terdapatPeraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 11 Tahun 2005 menjelaskan bahwa buku teks adalah buku wajib yang digunakan di sekolah memuat materi pembelajaran untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan

1 Afif Rofi, Pengembangan Buku Teks Pembelajaran Berbasis Kontekstual dalam Materi

Proses Morfologis Bahasa Indonesia Pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Batanghari Jambi, Jurnal Bahasa, Sastra dan

Pembelajaran, Vol. 2, No. 3, 2014, h. 2.

2 Masnur Muslich, “Text Book Writing”, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h. 50 3 Ibid., h. 51

(21)

kemampuan estetis, serta potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.4

Buku teks memiliki peranan yang amat penting. Greene dan Petty dalam mengungkapkan beberapa fungsi buku, yaitu menjadi sumber pokok masalah (subject matter) dari pembelajaran, buku juga menjadi sumber informasi berkaitan keterampilan-keterampilan eksponensial yang tersusun rapih dan bertahap, buku teks menjadi sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi peserta didik, dan pada umumnya buku juga berfungsi sebagai bahan/saran evaluasi.5

Kelengkapan fasilitas dan variasi pembelajaran yang diberikan oleh buku teks menjadi keunggulan buku teks disbanding bahan pembelajaran lainnya. Buckingham dalam tarigan menulisakn kelebihan-kelebihan khas dari buku teks dikelompokkan sebagai berikut:

a. Dapat mempelajarinya sesuai dengan kecepatan masing-masing individu b. Dapat mengulang atau meninjau kembali

c. Memiliki kemungkinan mengadakan pemeriksaan atau pengecekan terhadap ingatan.

d. Memiliki kemudahan membuat catatan-catatan

e. Memiliki sarana-sarana visual sebagai penunjang pembelajaran seperti skema, diagram, matriks, ilustrasi, gambar dan sebagainya. 6

Secara umum buku mengandung informasi tentang pikiran, gagasan, atau pengetahuan untuk disampaikan kepada orang lain dengan menggunakan simbol-simbol dalam bentuk huruf, gambar, atau bentuk lainnya. Isi buku teks pelajaran merupakan penjabaran atau uraian dari materi pokok bahan belajar yang ditetapkan dalam kurikulum. Buku teks pelajaran termasuk salah satu perangkat

4 Kementerian Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Tentang Buku

Teks Pelajaran, (Jakarta: Kemendiknas, 2005), No. 11

5 Yusuf H. Adisenjana, “AnalisisBuku Ajar Biologi SMA KelasX di Kota Bandung

Berdasarkan Literasi Sains, (Bandung: UPI Bandung, 2008), h. 4.

6 Eva Banowati, Jurnal Geografi, Buku teks dalam pembelajaran geografi di kota Semarang,

(22)

pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan dari kurikulum. Oleh karena itu, buku teks dapat dijadikan sebagai sumber belajar untuk meningkatkan dan meratakan mutu pendidikan nasional.7

2. Buku Sekolah Elektronik (BSE)

Berbagai inovasi dilakukan pemerintah dalam upaya menjamin ketersediaan buku teks pelajaran. Diantaranya pada tahun ajaran baru 2008 dilakukan terobosan dalam hal pengadaan buku pelajaran dari berbagai mata pelajaran baik tingkat SD, SMP, SMA dan SMK lewat Buku Sekolah Elektronik (BSE).8 Buku sekolah elektronik (BSE) merupakan salah satu buku ajar yang kini banyak digunakan di berbagai sekolah di Indonesia. BSE telah dibeli hak ciptanya oleh Kemendikbud-ristek, yang meliputi buku teks berbagai mata pelajaran mulai dari tingkat dasar hingga tingkat lanjut dalam bentuk digital dan dapat dicetak.9

Buku elektronik (e-book) adalah sebuah buku dalam bentuk digital/elektronik. Untuk membuka dan membacanya pun diperlukan perangkat elektronik, yaitu komputer. Buku elektronik memiliki bentuk yang lebih kecil dari buku cetak. Penyediaan BSE yang bervariasi untuk setiap jenjang pendidikan oleh Kemendikbud disambut baik oleh pihak sekolah di seluruh Indonesia dengan menggunakan BSE sebagai referensi sumber belajar. Buku teks harus melalui kualifikasi agar dapat diterima dan sesuai dengan standar atau tingkat kualitasnya serta disesuaikan dengan pembelajar yang menggunakan.10

Buku elektronik memiliki kelebihan antara lain karena bentuknya yang berupa file maka tidak membutuhkan tempat penyimpanan yang luas seperti halnya buku teks konvensional. Selain itu, buku elektronik dapat diintegrasikan

7 A. Sahrul Asri, Telaah Buku teks Pegangan Guru dan Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia Kelas VII Berbasis Kurikulum 2013, Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No. 1, 2017, h. 74

8 Wijayanto, dkk., Pengembangan Buku Sekolah Elektronik (BSE) dilengkapi Media Evaluasi

Mandiri Siswa Berbasis Protable Document Format, Jurnal Informatika UPGRIS, Vol. 2, No. 2, 2016, h. 84

9 Willy, dkk., Penerapan buku Sekolah Elektronik Berbasis Android dalam Materi Ajar

Besaran dan Satuan, Didaktikum Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, Vol. 17, No. 2, 2016, h. 1

(23)

gambar dan video sehingga lebih menarik.11 Pada umumnya sekolah kesulitan pada fasilitas komputer dan internet yang masih terbatas. Selain itu kurang optimalnya pemerintah dalam mensosialisasikan buku sekolah elektronik ke daerah-daerah, sehingga banyak guru atau pihak sekolah kurang tertarik untuk mengunduh maupun menggunakannya.12

3. Tes

a. Pengertian Tes

Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Untuk mengerjakannya tergantung dari petunjuk yang diberikan misalnya: jawaban yang salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab secara lisan, dan sebagainya.13 Menurut Sudjono, tes adalah alat yang digunakan dalam pengukuran dan penilaian. Sedangkan menurut Sudjana, tes merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan untuk mendapatkan jawaban dalam bentuk lisan, tulisan, maupun perbuatan.14

Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa tes yang dimaksud dalam dunia pendidikan adalah cara yang dapat digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan, dapat berupa tugas atau serangkaian tugas berupa pertanyaan atau perintah yang harus dikerjakan, sehingga dapat dihasilkan nilai yang menggambarkan tingkah laku atau prestasi seseorang dan dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh peserta tes lainnya.15

11 Anggara, dkk., Pemanfaatan Buku Sekolah Elektronik Sebagai Bahan Ajar Guru Program

Produktif Sekolah Menengah Kejuruan, Jurnal Teknologi dan Kejuruan, Vol. 35, No. 2, h. 164

12 Hila Lailatul, dkk, “Analisis Isi Buku Sekolah Elektronik (BSE) Biologi Kelas XI Semester

1 Berdasarkan Literasi Sains”, (Jurnal Edusains, Vol. 7, 2015), h. 3

13 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Cet.

2, h. 67.

14 Tarhadi, Kartono dan Yumiati, Penggunaan Tes Uraian Dibandingkan dengan Tes Pilihan

Ganda Terstruktur dan Tes Pilihan Ganda Biasa, Jurnal Pendidikan, Vol. 8, 2007, h. 102

15 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016) Cet. 15, h.

(24)

Ditinjau dari bentuk pertanyaan yang diberikan, tes hasil belajar yang biasa dipergunakan oleh guru untuk menilai hasil belajar peserta didik di sekolah dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:

1) Tes Objektif

Terdiri dari item-item yang dapat dijawab dengan cara memilih salah satu alternative yang benar dari sejumlah jawaban yang tersedia atau dengan mengisi jawaban yang benar dengan beberapa perkataan atau simbol.16 Sedangkan menurut Harjanto, tes objektif adalah tes yang dibuat dengan sedemikian rupa sehingga hasil tes tersebut dapat dinilai secara objektif, sehingga dinilai oleh siapapun akan menghasilkan nilai yang sama. Tes Obyektif menuntun peserta didik untuk memilih jawaban benar dari kemungkinan jawaban, jawaban singkat dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna.17 Tes objektif dibedakan menjadi lima golongan, yaitu bentuk benar salah (true-false test), bentuk menjodohkan (matching test), bentuk melengkapi (completion test), bentuk isian (fill in test), dan bentuk pilihan ganda (multiple choice item test).18 2) Tes Essay

Tes uraian atau essay adalah bentuk tes yang terdiri dari satu atau beberapa pertanyaan yang menuntut jawaban berdasarkan pendapatnya sendiri. Tes uraian ini sangat popular dikarenakan mudah ditulis dan cara terbaik untuk mengungkapkan kemampuan mengorganisasi pikiran dan menyatakan pengetahuan dengan lengkap. Secara umum tes uraian dapat menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan sejenisnya sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan bahasa sendiri.19

16 Yanti Herlanti dan Nopithalia, Meneropong kualitas Soal Tes Buatan Guru Biologi MTs

Negeri Se-Jakarta Selatan, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 2, 2010, h. 179

17 M. Ilyas Ismail, “Assesmen dan Evaluasi Pembelajaran”, (Makassar: Cendekia Publisher,

2020), h. 82

18 Sudijono, Op.cit., h. 107 19 Tarhadi, Op.cit., 102-103

(25)

Tes uraian merupakan salah satu bentuk tes hasil belajar yang memiliki karakteristik, diantaranya yaitu: pertama, merupakan bentuk pertanyaan yang membutuhkan jawaban berupa uraian kalimat yang relative panjang. Kedua, pertanyaan yang diberikan menuntut peserta tes untuk memberikan penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan, dan sebagainya. Ketiga, jumlah butir soal biasanya lima sampai dengan sepuluh. Keempat, biasanya butir soal tes tersebut diawali dengan kata-kata jelaskan, terangkan, uraikan, mengapa, bagaimana, dan sebagainya.20

Soal uraian dibagi menjadi dua kelompok, yakni uraian bebas atau terbuka dan uraian terbatas. Dikatakan sebagai uraian bebas karena soal tidak menyangkut masalah yang spesifik, melainkan masalah yang menuntut jawaban yang sangat terbuka. Contoh, uraikanlah peranan ilmu biologi dalam peningkatan kesejahteraan umat manusia. Sedangkan uraian terbatas merupakan dari permasalahan yang diajukan sangat spesifik, contoh: tuliskan deinisi mengenai biologi.21

Seperti Tes objektif, tes essay juga mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing seperti berikut ini:

a. Kelebihan tes essay

1) Dapat mengukur kemampuan jenjang tinggi yang sukar diukur melalui tes objektif.

2) Melatih peserta didik untuk menjawab dengan kata-kata sendiri. 3) Tidak memungkinkan terjadinya penebakan

4) Lebih mudah disusun

5) Mendorong peserta didik untuk lebih mengerti tentang suatu gagasan. b. Kekurangan tes essay

1) Cakupan materi sangat terbatas

20 Sudijono, Op.cit., h. 100

21 Ahmad Sofyan, Tonih Feronika dan Burhanudin, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis

(26)

2) Menyulitkan untuk penentuan skor terhadap jawaban peserta didik. 3) Dipengaruhi unsure subjektif dalam penentuan skor.

4) Faktor-faktor yang tidak relevan mempengaruhi penentuan skor, misalnya kualitas tulisan dan kemampuan berbahasa. 22

4. Kognitif

Kognitif berasal dari kata cognition, dalam arti yang luas, cognition ialah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan. Kognitif juga dapat diartikan dengan kemampuan belajar atau berpikir yaitu kemampuan untuk mempelajari keterampilan dan konsep baru, keterampilan untuk memahami apa yang terjadi di lingkungannya, serta keterampilan menggunakan daya ingat dan menyelesaikan soal-soal23. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir seperti kemampuan mengingat dan memecahkan masalah24 Aspek kognitif berkaitan dengan aspek pengetahuan,pemikiran, penalaran, pemecahan masalah dan sebagainya. Bloom mengkategorikan dimensi proses kognitif, sebagai berikut:

a. Mengingat

Kemampuan mengingat adalah proses kognitif yang menumbuhkan kemampuan untuk mengingat materi pelajaran. Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Pengetahuan mengingat penting sebagai bakal untuk belajar yang bermakna dan menyelesaikan masalah karena pengetahuan tersebut dipakai dalam tugas-tugas yang lebih kompleks. Proses kategori

22 Ibid., h. 54

23 Khadijah, Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini, (Medan: Perdana Publishing, 2016), h.

31.

24 Tim Pengembangan MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo

(27)

dalam kategori mengingat adalah mengenali dan mengingat kembali25. Kemampuan mengingat dapat berupa mengingat sesuatu yang khusus, misalnya mengetahui tentang terminologi atau istilah-istilah yang dinyatakan dalam bentuk simbol tertentu baik verbal maupun nonverbal. Kemampuan mengingat terhadap fakta-fakta, misalnya kemampuan untuk mengingat deskripsi tentang suatu teori. Pengetahuan mengingat fakta seperti ini sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih tinggi. Kemampuan mengingat tentang cara atau prosedur suatu proses tertentu, misalnya kemampuan untuk mengurutkan langkah-langkah tertentu26.

b. Memahami

Kemampuan memahami adalah proses kognitif untuk menumbuhkan kemampuan transfer. Peserta didik dapat dikatakan memahami jika mereka dapat mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer.

Proses-proses kognitif dalam kategori memahami meliputi, menafsirkan yang terjadi ketika peserta didik dapat mengubah informasi dari satu bentuk ke bentuk lain; mencontohkan yang terjadi ketika peserta didik memberikan contoh tentang konsep atau prinsip umum; mengklasifikasikan terjadi ketika peserta didik tertentu (misalnya, konsep atau prinsip); merangkum yang terjadi ketika peserta didik mengemukakan satu kalimat yang merepresentasikan informasi yang diterima atau mengabstraksi sebuah tema; menyimpulkan menyertakan proses menemukan pola dalam sejumlah contoh; membandingkan melibatkan proses mendeteksi persamaan dan perbedaan antara dua atau

25 Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,

Pengajaran, dan Asesmen, Terj. Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), h. 99- 103.

(28)

lebih objek, peristiwa, ide, masalah, atau situasi, seperti menentukan bagaimana suatu peristiwa terkenal menyerupai peristiwa yang kurang terkenal; menjelaskan yang berlangsung ketika peserta didik dapat membuat dan menggunakan model sebab akibat dalam sebuah sistem.27 c. Mengaplikasikan

Proses kognitif mengaplikasikan melibatkan penggunaan prosedur- prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Kategori mengaplikasikan terdiri dari dua proses kognitif yaitu mengeksekusi dan mengimplementasikan. Peserta didik dapat dikatakan mengeksekusi, jika peserta didik sudah mengetahui pengetahuan posedural yang harus digunakan. Biasanya menggunakan pengetahuan prosedural hanya dengan berpikir sedikit. Peserta didik harus memodifikasi apabila masalah yang dihadapi tidak dikenal, maka peserta didik perlu memahami masalahnya dan solusi prosedur yang tersedia.28

Kemampuan mengaplikasikan meliputi kemampuan penggunaan suatu bahan pelajaran yang sudah dipelajari seperti teori, rumus-rumus, dalil, hukum, konsep, ide, dan sebagainya ke dalam situasi baru yang konkret. Peserta didik dapat menguasai kemampuan mengaplikasikan apabila didukung oleh kemampuan mengingat dan memahami fakta atau konsep tertentu.29

d. Menganalisis

Proses kognitif menganalisis melibatkan proses memecahkan materi menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan dan struktur keseluruhannya. Kemampuan menganalisis meliputi kemampuan menentukan potongan-potongan informasi yang relevan, menentukan

27 Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Op.cit., h. 105-114. 28 Ibid., h. 116

(29)

cara-cara untuk menyusun potongan-potongan informasi tersebut, dan menentukan tujuan dibalik informasi itu. Peserta didik diharapkan dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk membedakan fakta dari opini, menghubungkan kesimpulan dengan pernyataan-pernyataan pendukung, menghubungkan ide-ide, menangkap asumsi- asumsi yang tak dikatakan dalam perkataan, membedakan ide-ide pokok dari ide- ide turunannya, menemukan bukti-bukti pendukung30.

e. Mengevaluasi

Proses kognitif mengevaluasi didefinisikan sebagai memuat keputusan berdasarkan kriteria meliputi kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kategori mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif memeriksa dan mengkritik31.Kemampuan evaluasi meliputi kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu. Selain itu, untuk memberikan suatu keputusan dengan berbagai pertimbangan dan ukuran-ukuran tertentu, misalkan memberikan keputusan bahwa sesuatu yang diamati itu baik atau buruk32

f. Menciptakan

Proses menciptakan terdiri atas proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Kemampuan mencipta meliputi meminta peserta didik membuat produk baru dengan mengorganisasi sejumlah bagian menjadi suatu pola atau struktur. Proses-proses kognitif yang terlibat dalam mencipta umumnya sejalan dengan pengalaman-pengalaman belajar sebelumnya. Proses mencipta merujuk pada tujuan pendidikan untuk menciptakan produk- produk yang semua peserta didik dapat melakukannya seperti menyintesiskan informasi atau materi untuk membuat sebuah keseluruhan yang baru,

30 Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Op.cit., h. 120 31 Ibid., h. 125

(30)

seperti dalam menulis, melukis, membangun, dan seterusnya 5 Taksonomi Bloom

Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani tassein yang artinya “untuk mengelompokkan” dan nomos yang berarti “aturan”. Taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Lebih tinggi posisi taksonomi maka bersifat lebih umum sedangkan posisi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik. Taksonomi terdiri dari kelompok (taksa) dan materi pelajaran yang diurutkan menurut persamaan dan perbedaan, prinsip atau dasar klasifikasi (hukum), misalnya, persamaan dan perbedaan dalam struktur, prilaku, dan fungsi33.

Pada tahun lima puluhan, Benyamin S. Bloom mengajukan pendapat mengenai klasifikasi tujuan-tujuan pendidikan yang disebut juga taksonomi tujuan pendidikan. Berdasarkan klasifikasi tersebut, pengukuran dapat lebih terarah sehingga evaluasi dapat dilakukan dengan lebih tepat34. Taksonomi ini pada dasarnya adalah taksonomi tujuan pendidikan, yang menggunakan pendekatan psikologik, yakni perubahan pada dimensi psikologik apa yang terjadi pada peserta didik setelah memperoleh pendidikan. Taksonomi ini dikenal secara popular dengan sebutan Taksonomi Bloom‟s, karena nama pencetus ide ini adalah Banyamin S. Bloom.35

Bloom, mengklasifikasikan tujuan-tujuan pengajaran (Tujuan Instruksiaonal) menjadi tiga aspek atau bidang (domain), yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Aspek kognitif meliputi tujuan-tujuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui dan

33 Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),

Cet. 1, h. 8-9

34 Herlanti dan Nopithalia, op. cit., h. 180. 35 Thoha, op. cit., h. 27.

(31)

memecahkan masalah. Sedangkan aspek afektif mencakup tujuan-tujuan yang berkaitan dengan sikap, nilai dan minat. Dan aspek psikomotor meliputi tujuan-tujuan yang berhubungan dengan keterampilan manual dan motorik36.

Bloom dan Karthwohl telah memberikan banyak inspirasi kepada banyak orang yang melahirkan taksonomi lain. Prinsip – prinsip dasar yang digunakan oleh 2 orang ini ada 4 buah, yaitu:

a. Prinsip Metodologis

Perbedaan perbedaan yang besar telah merefleksi kepada cara cara guru dalam mengajar..

b. Prinsip Psikologis

Taksonomi hendaknya konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada sekarang.

c. Prinsip Logis

Taksonomi hendak nya di kembangkan secara logis dan konsisten. d. Prinsip Tujuan

Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan nilai- nilai. Setiap jenis tujuan pendidikan hendaknya menggambarkan corak yang netral. Atas dasar prinsip tersebut maka taksonomi disusun menjadi suatu tingkatan yang menunjukkan tingkatan kesulitan. Sebagai contoh, mengingat fakta lebih mudah dari pada menarik kesimpulan. Atau menghafal, lebih mudah dari pada memberikan pertimbangan.37

Guru diharapkan mampu memahami arti dan tingkatan dalam domain serta dapat menerapkannya dalam proses pembelajaran dan penilaian. Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan

36 Herlanti dan Nopithalia. loc. cit. 37 Arikunto, op. cit., h. 116

(32)

(content objectives) berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Konsep kunci dan prinsip utama keilmuan tersebut harus dimiliki dan dikuasai peserta didik secara tuntas. Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan kegiatan mental/otak. Pada ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari tingkat rendah sampai tinggi. Untuk menilai aspek penguasaan materi (kognitif) ini digunakan bentuk tes, yang dapat mengukur keenam tingkatan tersebut38.

Penulisan ranah Taksonomi Bloom pada ranah kognitif biasanya ditulis dengan singkatan C1 untuk tahap kognitif paling rendah yakni pengetahuan sampai dengan C6 untuk tahap kognitif paling tinggi yakni evaluasi.39.

Dalam pembelajaran biologi, peserta didik memiliki berbagai perbedaan yang perlu mendapat perhatian guru. Setiap peserta didik di kelas sebenarnya merupakan pribadi yang unik. Sedekat apapun hubungan keluarga tetap memiliki berbagai perbedaan, baik dalam hal minat, sikap, motifasi, kemampuan dalam menyerap suatu informasi, gaya belajar, dan sebagainya. Semua faktor peserta didik tersebut idealnya turut menjadi perhatian guru dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

Kognitif merupakan salah satu faktor peserta didik yang juga penting untuk diperhatikan guru. Gaya kognitif berhubungan dengan cara penerimaan dan pemprosesan informasi seseorang. Gaya kognitif merupakan cara seseorang dalam menerima dan mengorganisasi informasi, kecenderungan perseorangan dalam menentukan keberhasilan pembelajaran40.

38 Sofyan, dkk., op. cit., h. 14-15

39 Poppy Kamalia Devi, Pengembangan Soal “Higher Order Thinking Skill” Dalam

Pembelajaran IPA SMP/MTS, 2011, h. 6, (http://p4tkipa.net/data-jurnal/HOTs.Poppy.pdf).

(33)

Tabel 2.1 Tingkatan Domain Kognitif41

No Tingkatan Deskripsi Kompetensi

1 Ingatan / Pengetahuan (knowledge/recalling)

Pengetahuan terhadap faktar konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus, teori, dan kesimpulan.

2 Pemahaman

(comprehension)

Pemahaman terhadap hubungan antar-faktor, antar-konsep, antar-data, sebab- akibat, dan penarikan

kesimpulan.

3 Penerapan

(application)

Menggunaka pengetahuan untuk memecahkan maslah dan

menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4 Analisis (analysis) Menentukan bagian-bagian darn suatu masalah, penyelesaian atau gagasan, menunjukkan hubungan antar-bagian.

5 Sintesis (synthesis) Menggabungkan berbagai informasi menjadi satu kumpulan atau konsep, merangkai berbagai gagasan menjadi sesuatu yang baru.

6 Evaluasi (evaluation) Mempertimbangkan dan menilai benar- salah,baik-buruk,bermanfaat-tidak bermanfaat.

Mulai tahun 2001, ranah-ranah pada Taksonomi Bloom sudah ada perubahan, tetapi pada penerapannya di lapangan masih menggunakan ranah- ranah kognitif Taksonomi Bloom yang lama42, karena masih kuat dan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia.

41 Sofyan, dkk., op. cit., h.18-19. 42 Ibid., h. 6.

(34)

Perbedaan Taksonomi Bloom yang baru dengan yang lama: Tabel 2.2 Taksonomi Bloom lama dan Taksonomi Bloom revisi43.

Taksonomi Bloom lama Taksonomi Bloom revisi

Pengetahuan Mengingat Pemahaman Memahami Penerapan Menerapkan Analisis Menganalisis Sintesis Mengevaluasi Evaluasi Menciptakan

Hasil revisi taksonomi pada semua tingkatan dalam domain kognitif yang asalnya berupa kata benda dirubah menjadi kata kerja, misalnya tingkatan pertama yang disebut dengan pengetahuan (knowledge) dirubah menjadi mengingat (remembering).44 Penggantian kata benda menjadi kata kerja agar sesuai dengan tujuan yang digunakan.

Perbedaan pertama antara Taksonomi Bloom lama dengan yang baru terletak pada ranah sintesis, yakni pada taksonomi yang direvisi ranah sintesis tidak ada lagi, tetapi sebenarnya digabungkan dengan analisis. Tambahannya yaitu mencipta yang berasal dari Create.

Urutan evaluasi posisinya menjadi yang kelima sedangkan mencipta urutan keenam, sehingga ranah tertinggi adalah mencipta atau mengkreasikan. Perbedaan yang kedua adalah pada proses kognitif yang paling rendah yaitu pengetahuan (knowledge) diubah menjadi mengingat (remember). Ada peningkatan dalam proses kognitif contohnya peserta didik tidak hanya dituntut untuk mengetahui suatu konsep saja tetapi harus sampai mengingat konsep yang dipelajarinya45.

43 Devi. loc. cit.

44 Sanjaya, op. cit., h. 129 45 Devi. loc. cit

(35)

a. Mengingat

Yaitu mengeluarkan pengetahuan yang ada di memori jangka panjang yang mencakup dua hal yakni “pengenalan” yaitu penempatanpengetahuan baru misalnya mengenal tanggal-tanggal penting dan “mengingat kembali” yaitu pengeluaran pengetahuan yang ada misalnya mengingat-ingat tahun- tahun penting dalam sejarah penemuan mikroskop, dan lain-lain.

b. Memahami

“Yaitu membangun makna dari pesan instruksional berupa lisan, tulisan, dan grafik.Proses ini mencakup tujuh hal yaitu interpretasi, pemberian contoh, penggolongan, pengikhtisaran, inferensi, perbedaan dan penjelasan.”

c. Menerapkan

“Meliputi penjalanan dan pelaksanaan. Penjalanan atau penerapan yaitu penerapan sebuah prosedur pada tugas yang sudah dikenal, misalnya membagi satu angka dengan angka lain. Pelaksanaan atau penggunaan yaitu penerapan sebuah prosedur pada tugas yang belum atau tidak dikenal, misalnya menerapkan hukum Newton 2 pada situasi yang lain.”

d. Menganalisis

Berarti memecahkan materi menjadi bagian-bagian kecil dan menunjukkan bahwa bagian-bagian tersebut berhubungan satu dengan lainnya dan menjadi struktur yang menyeluruh atau satu tujuan.

e. Evaluasi

Membuat keputusan berdasarkan kriteria standar. Evaluasi meliputi pengecekan dan pengkritikan. Pengecekan dapat diartikan sebagai pendeteksian atau pengujian. Misalnya memutuskan manakah metode yang terbaik untuk memecahkan dari masalah yang diberikan.

(36)

f. Mengkreasikan/Menciptakan

Meliputi generalisasi, perencanaan, dan produksi. Generalisasi atau hipotesis yaitu pemunculan hipotesis alternatif berdasarkan kriteria, misalnya hipotesis sebagai catatan bagi fenomena yang telah diobservasi. Perencanaan atau desain yakni penemuan prosedur untuk melengkapi beberapa tugas atau perintah, misalnya perencanaan makalah penelitian topik sejarah. Produksi atau pembangunan (constructing) yaitu penemuan baru sebuah produk, misalnya membangun sebuah habitat untuk tujuan tertentu

6. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran, menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No 02/MENKLH/1988, adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. 46

Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya.

Pada saat ini, pencemaran terhadap lingkungan berlangsung di mana-mana dengan laju yang sangat cepat. Sekarang ini beban pencemaran dalam lingkungan sudah semakin berat dengan masuknya

46 Keputusan menteri Negara kependudukan dan lingkungan hidup RI Nomor

(37)

limbah industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat. 1. Macam-Macam Pencemaran Lingkungan

Macam-macam pencemaran lingkungan, pencemaran lingkungan dibagi menjadi tiga yaitu :

a. Pencemaran Air

Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi dan lain-lain juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran. Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi. Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksinorganik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.

b. Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi diatmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia.Beberapa definisi

(38)

gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.

Pencemaran udara dibedakan menjadi pencemar primer dan pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Karbon monoksida adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena ia merupakan hasil dari pembakaran. Pencemaran sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder.Atmosfer merupakan sebuah sistem yang kompleks, dinamik, dan rapuh.

Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu:

i. Karena faktor internal (secara alamiah) contoh: debu yang betebrangan akibat tiupan angin; abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gas-gas vulkanik; proses pembusukan sampah organik, dll.

ii. Karena faktor eksternal (karena ulah manusia), contoh: hasil pembakaran bahan bakar fosil; debu/serbuk dari kegiatan industri; pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara. 47

Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakann campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan atau gas yang masuk terdispersi ke udaran dan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya.

(39)

Udara bersih yang kita hirup merupakan gas yang tidak tampak, tidak berbau, tidak berwarna, maupun berasa. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih sudah sulit diperoleh, terutama di kota-kota besar yang banyak industrinya dan padat lalu-lintasnya. Udara yang tercemar dapat merusak lingkungan dan kehidupan manusia. Terjadinya kerusakan lingkungan berarti berkurangnya (rusaknya) daya dukung alam yang selanjutnya akan mengurangi kualitas hidup manusia. Di negara-negara industri banyak dijumpai kasus penyakit yang erat kaitannya dengan pencemaran udara dan pencemaran-pencemaran lainnya. 48

c. Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).

Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah,maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya 49.

d. Pencemaran Suara

Pencemaran suara atau kebisingan dapat diartikan sebagai suara

48 Op cit h.29

(40)

atau bunyi yang dapat mengganggu atau merusak pendengaran manusia dan hewan. Kebisingan dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

1) Kebisin1gan Impulsive, yaitu kebisingan yang datangnya tidak terus menerus, misalnya suara palu ketika orang memaku.

2)Kebisingan Kontinue, yaitu kebisingan yang datangnya secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama, misalnya suara mesin yang dihidupkan.

3)Kebisingan Semi Kontinue,yaitu kebisingan kontinue yang hanya sekejap, kemudian hilang tapi ada kemungkinan akan terulang, misalnya suara kereta api atau pesawat terbang yang lewat. Tingkat kebisingan dapat diukur dengan satuan unit pengukur decibel (dB). Angka nilai ambang batas suara adalah 85 desibel. Semakin besar desibelnya, semakin besar juga resiko kerusakan yang ditimbulkan suara tersebut sehingga waktu kontak dengan suara yang diperbolehkan akan semakin kecil.50

7. Analisis Soal

Analisis soal adalah suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun51 Analisis soal juga berguna untuk melihat atau meneliti materi-materi mana dari bahan pelajaran yang belum dikuasai peserta didik untuk selanjutnya kita dapat mengulang kembali atau memperbaiki proses belajar-mengajarnya.52 Adapun manfaat melakukan analisis soal adalah sebagai berikut:

a. Membantu mengidentifikasi butir-butir soal yang kurang baik.

b. Mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk menyempurnakan soal-soal untuk kepentingan lebih lanjut.

50 Wisnu Arya Wardhana, Dampak Pencemaran Lingkungan (Yogyakarta: Andi, 2004), h. 62 51 Arikunto, Op.cit., h. 220

52 Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja

(41)

c. Memperoleh gambaran mengenai soal-soal yang ada. 53

Salah satu cirri buku yang baik cukup banyak memuat bahan drill dan tugas.54 Drill dan tugas ini dapat berupa soal-soal latihan maupun soal uji kompetensi yang harus diselesaikan oleh peserta didik. Latihan yang memuat permasalahan kehidupan sehari-hari dapat mendorong peserta didik untuk menggunakan pengetahuan yang telah dipelajari. Misalnya, dalam mata pelajaran Biologi peserta didik belajar tentang proses pembentukan urine. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk menjelaskan tahapan tahapan pembentukan urine yang terjadi di ginjal, sehingga jika terdapat kelainan dapat langsung dianalaisis.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini dilaksanakan dengan merujuk pada gambaran hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa peneliti yang sudah ada sebelumnya. Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya:

Quratul Novida Barmoyo, dkk. Dalam penelitiannya tahun 2014 tentang analisis soal-soal BSE, UN, dan TIMSS ditinjau dari domain kognitif dan indikator keterampilan berpikir kritis menunjukkan hasil bahwa presentase 1) ditinjau dari domain kognitif soal-soal BSE dominan pada aspek penerapan (applying) sebesar 48%, soal UN dominan pada aspek pengetahuan (knowing) sebesar 35%, dan soal TIMSS dominan pada aspek penerapan (applying) sebesar 47%; 2) ditinjau dari indikator keterampilan berpikir kritis soal BSE dominan pada indikator 1 (memberikan penjelasan dasar) sebesar 51%, soal UN dominan pada indikator 2 (aplikasi) sebesar 41%, dan soal TIMSS dominan pada indikator 1 (memberikan penjelasan dasar) 47%. Hal ini menunjukan soal dalam buku BSE, UN dan TIMSS sebagian besar sudah mencakup domain kognitif yang diperlukan.55

53 Arikunto, Loc.cit.,

54 Masnur Muslich, Op.cit., h. 54

55 Barmoyo dan Wasis, Analisis soal-soal dalam BSE (Buku Sekolah Elektronik), UN (Ujian

(42)

Anggara dalam penelitiannya tentang pemanfaatan buku sekolah elektronik sebagai bahan ajar guru program produktif sekolah menengah kejuruan menunjukkan hasil yaitu, pemanfaatan buku sekolah elektronik (BSE) sebagai bahan ajar guru program produktif di SMK dengan kategori cukup baik. Telah cukup banyak guru memanfaatkan BSE sebagai bahan ajar, baik bahan ajar utama, bahan ajar tambahan, maupun untuk penugasan kepada peserta didik.56

Tin rosidah dalam penelitiannya tentang eksplorasi keterampilan generik sains peserta didik pada mata pelajaran kimia di sma di sma negeri 9 semarang. Menunjukkan hasil nilai rata-rata indikator keterampilan generik sains terbesaar aspek abstraksi 81,5% dan terkecil aspek pengamatan tidak langsung 32,83%. Hal ini membuktikan bahwa banyak peserta didik yang belum menguasai keterampilan generik sains.57

Nimatul dalam penelitian nya yaitu mengidentifikasi level dari soal tersebut, Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan memahami tingkat proses kognitif pada soal yang terdapat dalam buku ajar matematika SMP kelas VII berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi.

Jenis penelitian yang digunakan Nimatul adalah deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah soal – soal pada Buku Ajar Elektronik matematika SMP/MTs kelas VII revisi 2017 oleh Abdur Rahman As’ari Dkk. Analisis butir soal dilakukan menggunakan Taksonomi Bloom Revisi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode dokumentasi58

Perbedaan penelitian yang akan di laksanakan oleh peneliti dengan penelitian terdahulu adalah belum adanya analisis soal uji kompetensi pada materi Pencemaran Lingkungan. serta belum diketahui tingkat proses kognitif di dalam soal tersebut.

Kognitif dan Indikator Keterampilan Berpikir Kritis, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, Vol. 3, No. 1, 2014, h. 8-14.

56 Anggara., Op.cit., h. 163 57 Tin Rosidah., Op.cit., h. 130 58 Ni matun .op. cit ,hal 2

(43)

C. Kerangka Berpikir

Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang atau peserta didik setelah menerima pengalaman belajar. Untuk mengetahui hasil belajar pada seseorang dilakukan dengan penilaian. Untuk melaksanakan penilaian, guru memerlukan instrumen penilaian dalam bentuk soal-soal, baik untuk menguji aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Soal/Tes adalah alat untuk mendiagnosis atau mengukur keadaan individu. Tes merupakan suatu proses yang sistematis untuk mengetahui tingkat pencapaian peserta didik sekaligus memberikan gambaran keefektifitasan pengajaran yang diberikan oleh guru. Tes merupakan suatu cara yang digunakan untuk penilaian berbentuk tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik sehingga menghasilkan nilai yang dapat dibandingkan dengan nilai peserta didik lainnya. Untuk mengetahui pencapaian peserta didik pada satu konsep materi pelajaran, maka dilakukan tes uji kompetemsi.

Soal uji kompetensi masih belum bisa di jadikan acuan untuk mengukur hasil belajar peserta didik pada abad 21 ini, peserta didik dituntut untuk mempunyai keterampilan 4c yaitu berpikir kreatif, berpikir kritis, berkunikasi dan berkolaborasi

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka soal uji kompetensi biologi SMA materi pencemaran lingkungan dianalisis berdasarkan ranah kognitif pada Taksonomi Bloom. Analisis soal uji kompetensi biologi pada materi pencemaran lingkungan dalam buku BSE terbitan Pusat Kurikulum dan Perbukuan diharapkan dapat mengetahui kemunculan proses kognitif pada soal tersebut. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1

(44)

Gambar 2.1 Kerangka Berpiki

Soal uji kompetensi biologi pada buku teks siswa

Belum diketahui tingkat kognitif soal berdasarkan taksonomi bloom

rrevisi Analisis kuantitatif untuk mengetahui data persentase

tingkat kognitif soal-soal pencemaran lingkungan

pada buku teks

Analisis kualitatif untuk mengetahui tingkat

kognitif soal

Analisis soal secara kuantitatif dan kualitatif

Gambar

gambar  dan  video  sehingga  lebih  menarik. 11     Pada  umumnya  sekolah  kesulitan   pada  fasilitas  komputer  dan  internet  yang  masih  terbatas
Tabel 2.1 Tingkatan Domain Kognitif 41
Gambar 2.1 Kerangka BerpikiSoal uji kompetensi biologi pada
Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatkan Ketrampilan Praktik Konseling Realita melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Mahasiswa Jurusan BK Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Puslit Geoteknologi – LIPI. Mineralisasi bijih sulfida tersebar di dalam zona batuan ubahan dan zona urat berkedudukan relatif Baratlaut – Tenggara. Galena dijumpai

Among various decentralized poverty alleviation programs, geographically targeted program like National Program for Com- munity Empowerment is more successful compared to

Jateng Kadinas ESDM Kasubbag Umum dan Kepegawaian 2021 Soft copy dan Hard copy Selama berlaku Website Dinas ESDM h LHKPN Berisi Laporan Harta Kekayaan para.. pejabat

11 UNTUK SALAH SATU YANG TIDAK MEMBIARKAN DIRINYA DIPENGARUHI OLEH BAHAGIAN ITU DI DALAM DIRINYA, UNTUK MASUK KE DALAM KERAJAAN LANGIT; DARIPADA BAGI SEORANG YANG TIDAK

Dalam PP tersebut dinyatakan bahwa bank dengan prinsip bagi hasil tidak boleh melakukan kegiatan usaha yang tidak berdasarkan prinsip bagi hasil, sebaliknya bank